ABSTRAK
GAMBARAN PENDERTA TB PARU YANG MENGIKUTI PROGRAM DOTS DI RS PARU ROTINSULU PADA TAHUN 2016
Enriko, 2016 Pembimbing I: July Ivone, dr., MKK, MPd.Ked Pembimbing II: Djaja Rusmana, dr. MSi
Latar Belakang Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2015, sebanyak 10,4 juta orang terjangkit TB dan sebanyak 1,8 juta orang meninggal. Tercatat daerah Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan tempat dilaporkan kasus TB terbanyak. Indonesia merupakan negara dengan pasien tuberkulosis terbanyak di Asia Tenggara. Tujuan Mengetahui angka kejadian penderita tuberkulosis paru yang mengikuti program DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan gambarannya menurut usia, jenis kelamin, pemeriksaan BTA dan radiologi, hasil akhir pengobatan, tipe pasien dan kategori pengobatan di RS Paru Rotinsulu pada tahun 2015
Metode Deskriptif dengan pengambilan data dari data pasien di pojok DOTS RS Paru Rotinsulu pada tahun 2015
Hasil Didapatkan 427 kasus tuberkulosis paru yang mengikuti program DOTS dengan kelompok usia terbanyak 15-55 tahun sebesar 82,20%. Jumlah penderita terbanyak adalah laki-laki sebesar 59,48%. Penderita terbanyak dengan BTA (+) sebanyak 55,26%. Hasil akhir pengobatan terbanyak adalah pasien dengan pengobatan lengkap sebanyak 35,36%. Tipe pasien tuberkulosis berdasarkan riwayat pengobatannya dengan jumlah terbanyak adalah tipe pasien baru sebanyak 75,87%. Kategori pengobatan yang paling banyak digunakan adalah kategori 1 sebanyak 73,30%.
Simpulan Penderita tuberkulosis paru yang mengikuti program DOTS di RS paru Rotinsulu pada tahun 2015 berjumlah 427 orang dengan yang paling banyak usia 15-55 tahun, laki-laki, penderita dengan BTA (+), hasil akhir pengobatan lengkap, tipe pasien baru dan kategori pengobatan kategori 1.
ABSTRACT
DESCRIPTION OF PATIENTS WITH LUNG TUBERCULOSIS THAT PARTICIPATE IN THE DOTS PROGRAM IN ROTINSULU HOSPITAL DURING
2015
Enriko, 2016 1st Tutor: July Ivone, dr., MKK, MPd.Ked 2nd Tutor: Djaja Rusmana, dr. MSi
Background Based on the data taken from WHO, 10,4 million people are infected with tuberculosis and 1,8 million of them died in 2015. Its reported that the Southeast Asia is one of the region that has the most TB case. Indonesia has the most tuberculosis case in Southeast Asia.
Objectives To identify the number of tuberculosis patients that participate in the DOTS program and their data based on their age, gender, BTA test, radiology, treatment result, patient type, and treatment category during 2015
Methods Descriptive with data taken from the DOTS corner in Rotinsulu Hospital Results 427 case were found with most of the patients aged 15-55 years old (82,20%). Most of the patients were men (59,48%). Most of the patients’ BTA test result were positive (55,26%). The treatment result with the highest number was completed treatment (35,36%). The most frequent patient type was new case (75,87%). The most used treatment is category 1.
Conclusions Lung tuberculosis patients that participate in the DOTS program during 2015 has 427 patients with the most common age were 15-55 years old, were men, with positive BTA test results, with the highest treatment result being completed treatment, type of patient being new case, and most frequently used treatment was category 1.
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Landasan Teori ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Paru ... 5
2.3 Faktor Resiko...6
2.3.1 HIV ... 7
2.3.2 Faktor Lingkungan ... 7
2.3.3 Malnutrisi ... 8
2.3.4 Diabetes Melitus ... 8
2.4 Patogenesis ... 9
2.5 Diagnosis ... 11
2.5.1 Gejala Klinik ... 11
2.5.2 Pemeriksaan Jasmani ... 12
2.5.3 Pemeriksaan Bakteriologik ... 12
2.5.4 Pemeriksaan Radiologik. ... 14
2.5.5 Diagnosis Tb Anak ... 16
2.6 Tipe Penderita ... 18
2.7 Pengobatan ... 20
2.8 Hasil Akhir Pengobatan ... 23
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Sampel Penelitian ... 24
3.1.1 Bahan Penelitian ... 24
3.1.2 Sampel Penelitian ... 24
3.2 Lokasi dan Waktu ... 24
3.4 Populasi dan Sampel ... 25
3.4.1 Populasi ... 25
3.4.2 Kriteria Sampel ... 25
3.5 Definisi Operasional ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 35
5.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Paru...5
Gambar 2. 2 Patogenesis Tuberkulosis...9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Diagnosis Skoring Anak...16
Tabel 2.2 Tabel Dosis Obat Antituberkulosis Kombinasi Dosis Tetap..21
Tabel 2.3 Tabel Dosis Obat Antituberkulosis...21
Tabel 4.1 Distribusi Penderita TB Paru yang Mengikuti Program DOTS berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Paru Rotinsulu pada Tahun 2015...29
Tabel 4.2 Distribusi Penderita TB Paru yang Mengikuti Program DOTS Berdasarkan Usia di Rumah Sakit Paru Rotinsulu pada Tahun 2015...30
Tabel 4.3 Distribusi Penderita TB Paru yang Mengikuti Program DOTS Berdasarkan BTA sebelom pengobatan dan hasil radiologi di Rumah
Sakit Paru Rotinsulu pada Tahun
2015...31
Tabel 4.4 Distribusi Penderita TB Paru yang Mengikuti Program DOTS Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Rumah Sakit Paru Rotinsulu
pada Tahun
2015...32
Tabel 4.5 Distribusi Penderita TB Paru yang Mengikuti Program DOTS Berdasarkan Tipe Pasien di Rumah Sakit Paru Rotinsulu pada Tahun 2015...33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SuratPerizinan...38 Lampiran 2 Aspek Etik Penelitian...39 Lampiran 3 Data Pojok DOTS Penderita Tuberkulosis Paru di Rumah sakit Paru
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini dapat menular melalui udara. Sebanyak 1/3
populasi di dunia terkena TB laten, yang berarti sebenarnya 1/3 populasi terjangkit
TB tapi tidak (atau belum) sakit karena tidak aktif. Saat orang terjangkit TB,
gejalanya berupa batuk berkepanjangan, demam, keringat malam dan penurunan
berat badan yang terjadi selama berbulan-bulan. Hal ini menyebabkan kurangnya
kewaspadaan untuk segera berobat (WHO,2015).
Pada tahun 2015, sebanyak 10,4 juta orang terjangkit TB dan sebanyak 1,8 juta
orang meninggal. Lebih dari 95% orang yang meninggal akibat TB adalah penduduk
dengan kelas sosio-ekonomi yang rendah. Pada tahun 2015, lebih dari 1 juta anak
TB terjadi pada seluruh belahan dunia. Tercatat daerah Asia Tenggara merupakan
salah satu kawasan tempat dilaporkan kasus TB terbanyak. Pada tahun 2014, 6 negara
dengan kasus TB terbanyak adalah India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, RRC, dan
Afrika Selatan. Di Indonesia sendiri, TB merupakan salah satu penyakit penyebab
kematian terbesar (WHO,2015).
Millennium Development Goals (MDGs) atau bila diterjemahkan menjadi Tujuan
Pembangunan Millennium, terkait penyakit TB telah tercapai pada tahun 2015,
terjadi penurunan kasus yang cukup siginifikan yaitu1,5% tiap tahunnya dari tahun
2000, sehingga total telah turun 18% dari tahun 2000. Kasus pasien meninggal karena
Oleh karena masih banyaknya penderita TB di Indonesia, maka saya meneliti
gambaran penyakit TB paru menurut angka kejadian, usia, jenis kelamin, tipe TB,
hasil BTA dan radiologi, hasil pengobatan, dan regimen pengobatan
1.2 Identifikasi Masalah
1. Berapa angka kejadian penderita TB yang mengikuti program DOTS di RS
Rotinsulu di tahun 2015.
2. Bagaimana gambaran penderita TB yang mengikuti program DOTS di RS
Rotinsulu berdasarkan jenis kelamin.
3. Bagaimana gambaran penderita TB yang mengikuti program DOTS di RS
Rotinsulu berdasarkan usia.
4. Bagaimana gambaran penderita TB yang mengikuti program DOTS di RS
Rotinsulu berdasarkan pemeriksaan BTA sebelum pengobatan dan hasil
radiologi.
5. Bagaimana gambaran penderita TB yang mengikuti program DOTS di RS
Rotinsulu berdasarkan hasil akhir setelah pengobatan.
6. Bagaimana gambaran penderita TB yang mengikuti program DOTS di RS
Rotinsulu berdasarkan tipe pasien TB.
7. Bagaimana gambaran penderita TB yang mengikuti program DOTS di RS
Rotinsulu berdasarkan kategori pengobatan.
1.3 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah memperoleh gambaran pasien TB menurut usia,
jenis kelamin, hasil BTA dan radiologi sebelum pengobatan, hasil akhir pengobatan,
1.4 Landasan Teori
Infeksi Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit utama di Indonesia.
Penyakit ini menular dengan cara airborne. Kuman tuberkulosis yang masuk melalui
saluran napas akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang
pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini timbul di
bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer
akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini lalu dapat sembuh dengan
tidak menimbulkan cacat sama sekali, sembuh dengan meninggalkan sedikit luka,
atau bias juga menyebar secara perkontinuitatum, bronkogen, atau hematogen dan
limfogen. Lalu bertahun-tahun setelah terjadinya infeksi, sarang pneumoni yang
menyebabkan terjadinya fibrosis pada jaringan paru (PDPI,2006).
Usia dengan angka terbanyak kejadian TB adalah usia produktif, diduga
karena pada usia produktif orang lebih sering berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya sehingga mudah terjadi penularan TB. (WHO,2015)
Pada kasus yang tercatat oleh Departemen Kesehatan tahun 2005, tercatat
pria lebih banyak terjangkit TB daripadi wanita. Hal ini diduga karena mobilitas dan
aktivitas pria yg lebih tinggi daripada wanita (Depkes,2005).
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan jenis pengobatan, dan
juga untuk memantau perkembangan pengobatan didapatkan pasien dengan BTA (+)
jumlahnya lebih banyak daripada pasien dengan BTA (-). Hasil pengobatan pasien
TB ditentukan setelah menyelesaikan pengobatannya, hasil pasien yang sembuh
paling banyak. Pasien yang tidak sembuh akan dilanjutkan dengan kategori 2
dandilihat lebih lanjut, apabila masih belum sembuh juga, pasien akan
dikatergorikan TB MDR. Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatannya
dan didapatkan bahwa setiap tahunnya kasus paling banyak adalah pasien TB kasus
baru dan kategori pengoobatan ditentukan berdasarkan hasil BTA dan radiologi yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah penderita tuberkulosis paru yang mengikuti program DOTS di RS Paru Rotinsulu pada tahun 2015 yaitu 427 orang
2. Jumlah penderita TB lebih banyak laki-laki.
3. Di RS Paru Rotinsulu lebih banyak penderita tuberkulosis paru pada usia produktif yaitu pada usia 21-30 tahun.
4. Pemeriksaan BTA awal sebelum pengobatan menunjukkan bahwa paling banyak adalah penderita tuberkulosis paru BTA (+).
5. Hasil akhir pengobatan menunjukkan penderita tuberkulosis paru di RS Paru Rotinsulu paling banyak mendapatkan hasil lengkap.
6. Tipe pasien penderita tuberkulosis paru di RS Paru Rotinsulu yang terbanyak adalah kasus baru.
7. Regimen pengobatan yang paling sering digunakan di RS Paru Rotinsulu adalah Kategori 1.
5.2 Saran
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan penerangan mengenai gejala dini serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk segera berobat dan patuh minum obat
GAMBARAN PENDERITA TB PARU YANG
MENGIKUTI PROGRAM DOTS DI RUMAH SAKIT
ROTINSULU BANDUNG
PADA TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ENRIKO
1310138
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, karunia, kesehatan,
kekuatan, kemudahan, dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) di Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha.
Keberhasilan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya Karya Tulis Ilmiah
ini merupakan kontribusi banyak pihak yang berada di sekitar Penulis, maka disampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Lusiana Darsono, dr., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
membuat Karya Tulis Ilmiah ini.
2. July Ivone, dr., MKK, MPd.Ked selaku pembimbing utama atas kesediannya
meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam memberikan bimbingan, masukan, dan
arahan serta dukungan yang diberikan kepada Penulis dari awal hingga akhir
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Djaja Rusmana, dr. M.Si selaku pembimbing pendamping, yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, maupun pikiran untuk memberikan bimbingan,
nasihat, dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Kedua orang tua tercinta, Winni Juarlin dan Edward Sitompul yang senantiasa
memberikan semangat dan juga doa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Olivia Ardini sebagai kakak tercinta, yang telah memberikan semangat dan doa
dalam menjalani penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh keluarga besar saya yang telah mendukung, memberi semangat dan doa
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
7. Audri Rizky, Chriszencia Siswanto, Anthony Gunawan, , Ratna Octaviani, Aldy
Chen dan sahabat-sahabat lain yang telah memberi saran dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Hubertus Kevin, Daniel Hadiwiniata, Youdi Vallettio, Kelvin Pratama, Aulia
Primavera, Ayunda Prameswari, Monica Nidia, Rizkia Ananda dan
9. Sahabat-sahabat Gudang Dusta yang telah mendukung dan memberikan
bantuan-bantuan serta doanya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Sahabat-sahabat Antidote yang telah mendukung dan memberikan
bantuan-bantuan serta doanya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Staf Rekam Medis Rumah Sakit Paru Rotinsulu Bandung yang telah membantu
dalam proses pengambilan data.
12. Staf Pojok DOTS Rumah Sakit Paru Rotinsulu Bandung yang telah membantu
dalam proses pengambilan data
13. Semua pihak yang telah membantu dan terus memberikan dukungan yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh Penulis.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf atas kekurangan
dalam penulisan dan berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi semua pihak yang membaca, serta mengharapkan adanya masukan dan
saran dari semua pihak agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi lebih baik.
Bandung, Desember 2016
Daftar Pustaka
Andiani, S. (2012). Gambaran Pasien Rawat Inap Tuberkulosis Paru di RS Hasan Sadikin Bandung periode 1 januari 2010- 31 Desember 2011.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. (2008). Retrieved from http://kesehatan.bandungkab.go.id
Irfan, D. (2012). Gambaran Penderita Tuberkulosis Paru di Kotamadya Tasikmalaya periode januari-desember 2011.
Izza, N. (2013). Peningkatan Tuberkulosis di Puskesmas Pacarkeling, Surabaya tahun 2009-2011. Retrieved from
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/3143/3117
Kurniawan, N., Rahmalia, S., & Indriati, G. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru. Retrieved from
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/viewFile/5178/5058
Laily, D. W., Rombot, D., & Lampus, B. (2015). Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Tumnting Manado. Retrieved from
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/view/6581
Neyrolles, O., & Quintana-Murci, L. (2009). Sexual Inequality in Tuberkulosis. PLoS
Med, 6(12), e1000199. JOUR. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.1371%2Fjournal.pmed.1000199 PDPI. (2006). - Tuberkulosis -. Retrieved from
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
Sihotang, R. (2013). Gambaran Penderita Tuberkulosis Paru yang Berobat Menggunakan DOTS di Puskesmas Bahu Malalayang I Periode Januari-Desember 2012.
Subuh, M., & Priutomo, S. (2014). pedoman tb nasional 2014. Retrieved from http://spiritia.or.id/dokumen/pedoman-tbnasional2014.pdf
Waschke, J., & Paulsen, F. (2011). Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol. 3, 15th ed.,. Urban & Fischer.
WHO. (2016). WHO | Tuberkulosis. Retrieved January 6, 2016, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/
Yoewono, W. (2011). Gambaran Tuberkulosis Paru di Puskesma Cimbuleuit dan Puskesma Jayagiri Tahun 2010.