Mira Fuji Lestari, 2013
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA AYAM RAS DI DESA
BOJONGSALAM KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN
BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh:
Mira Fuji Lestari
0905775
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Mira Fuji Lestari, 2013
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA AYAM RAS DI DESA
BOJONGSALAM KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN
BANDUNG
Oleh
Mira Fuji Lestari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Mira Fuji Lestari 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Mira Fuji Lestari, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA AYAM RAS DI DESA
BOJONGSALAM KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN
BANDUNG
Oleh
Mira Fuji Lestari
0905775
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing 1
Dr. Yayan Sanjaya, M.Si
NIP. 197105302001122001
Pembimbing 2
Any Aryani, M. Si
NIP.197112312001121001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Dr. H. Riandi, M.Si
i Mira Fuji Lestari, 2013
Identifikasi Ektoparasit pada Ayam Ras di Desa Bojongsalam Kecamatan
Rancaekek Kabupaten Bandung
Abstrak
Ektoparasit pada ayam umumnya tidak menimbulkan kematian tetapi secara ekonomi dapat merugikan. Keberadaan ektoparasit pada tubuh hewan dapat menyebabkan kerugian yang sangat beragam. Mengenai penelitian ektoparasit tersebut, di daerah kabupaten Bandung sendiri belum ada, sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi ektoparasit yang menginfeksi ayam ras di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2013. Tahapan dalam penelitian ini meliputi pengambilan sampel ayam, pengambilan sampel ektoparasit, pengukuran kondisi lingkungan, pembuatan preparat ektoparasit, identifikasi ektoparasit, dan analisis data. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ayam pedaging dan ayam petelur di Desa Bojongsalam.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hasil identifikasi menunjukkan adanya lima jenis ektoparasit yang ditemukan pada ayam ras jenis petelur. Kelima spesies ektoparasit tersebut adalah Lipeurus caponis, Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, dan Dermanyssus gallinae. Berdasarkan kelima spesies ektoparasit tersebut, Lipeurus caponis yang paling banyak ditemukan dengan presentase dominasi sebesar 63,6%, sedangkan ektoparasit yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies Dermanyssus gallinae dengan presentase dominasi sebesar 0,26%. Berbeda dengan ayam petelur, pada ayam pedaging tidak ditemukan keberadaan ektoprasit. Hal tersebut berkaitan dengan sanitasi pada kandang serta keberadaan bulu pada ayam pedaging.
ii Mira Fuji Lestari, 2013
Identification Ectoparasite on Purebred Chicken in The Village of Bojongsalam Sub-District Rancaekek Bandung Regency
Abstract
Ectoparasite at chicken generally do not inflict death but economically can disadvantage. The existence of ectoparasite in animal body can cause loss very diverse. In the region of Bandung regency own there has been no research on the ectoparasite so required a research. The aims of this research to identify ectoparasite that infects purebred chicken in the village of Bojongsalam, sub-district Rancaekek, Bandung regency. Research was conducted from March until May 2013. The scope of research were the measurement of environmental conditions, the sample chicken, the sample ectoparasite, making preparat ectoparasite, identification ectoparasite, and analysis of data. A chicken used in penilitian is broiler and chicken laying in the village of Bojongsalam. Based on the results of research conducted, the identification ectoparasite demonstrating an absence of five of a kind that was discovered in a chicken race of the laying. The fifth species ectoparasite was Lipeurus caponis, Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, and Dermanyssus gallinae. From the five species ectoparasite are found, Lipeurus caponis the most frequently found with the percentage domination of 63,6%, while ectoparasite the fewest found, that is of Dermanyssus gallinae with the percentage dominance of 0,26%. Different with chicken laying, in a broiler not found the existence of ectoprasite. It was related to the sanitary at home as well as the existence of bristles on broiler.
Keywords: Chicken ectoparasite, Lipeurus caponis, Menopon gallinae,
vi
Mira Fuji Lestari, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Tujuan ... 3
C. Manfaat Penelitian ... 3
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Pertanyaan Penelitian ... 4
F. Batasan Masalah ... 4
BAB II EKTOPARASIT PADA AYAM A. Ektoparasit ... 5
B. Pembagian Ektoparasit ... 5
1. Ektoparasit Obligat ... 5
2. Ektoparasit Fakultatif ... 6
C. Peranan Ektoparasit ... 6
D. Ektoparasit pada Ayam ... 7
E. Ayam Ras ... 8
1. Klasifikasi Ayam ... 8
2. Ayam Petelur ... 9
3. Ayam Pedaging (broiler) ... 10
F. Stadia Umur Ayam ... 11
vii
Mira Fuji Lestari, 2013
1. Kutu ... 11
a. Pengertian Kutu ... 11
b. Klasifikasi Kutu ... 12
c. Ciri-ciri dan Morfologi Kutu ... 13
d. Siklus hidup Kutu ... 17
2. Tungau ... 18
a. Klasifikasi Tungau ... 18
b. Siklus Hidup Tungau ... 18
c. Ciri dan Morfologi Tungau ... 20
3. Caplak ... 22
a. Klasifikasi Caplak ... 22
b. Siklus Hidup Caplak ... 22
c. Ciri dan Morfologi Caplak ... 23
H. Perbandingan Kutu dengan Tungau ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
C. Alat dan Bahan ... 25
D. Prosedur Penelitian ... 26
1. Pengukuran Kondisi Kingkungan ... 26
2. Pengambilan Sampel Ayam ... 26
3. Pengambilan Sampel Ektoparasit ... 27
4. Pembuatan Preparat Ektoparasit ... 28
5. Identifikasi Ektoparasit ... 29
6. Analisis Data ... 29
E. Bagan Alir Penelitian ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
viii
Mira Fuji Lestari, 2013
2. Ektoparasit pada Ayam Petelur ... 34
3. Sebaran Ektoparasit pada Tubuh Ayam ... 35
4. Kondisi Lingkungan ... 36
B. Pembahasan ... 37
1. Identifikasi Jenis Ektoparasit ... 37
2. Identifikasi Ektoparasit pada Ayam Petelur ... 40
3. Identifikasi Ektoparasit pada Ayam Pedaging ... 43
4. Sebaran Ektoparasit pada Tubuh Ayam ... 44
5. Kondisi Lingkungan ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 54
ix
Mira Fuji Lestari, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbandingan Kutu dengan Tungau ...24
3.1 Alat-alat Penelitian ...25
3.2 Bahan-bahan Penelitian ... 26
4.1 Hasil Sampel Ektoparasit pada Ayam Petelur ... 32
4.2 Dominasi Ektoparasit pada Ayam Petelur ...34
4.3 Sebaran Ektoparasit pada Bagian Tubuh ... Ayam ... 35
4.4 Hasil Rata-rata Kondisi Lingkungan Kandang Ayam ... Petelur... 36
4.5 Hasil Rata-rata Kondisi Lingkungan Kandang Ayam ... Pedaging... 37
x
Mira Fuji Lestari, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Ektoparasit Pada Ayam ... 7
2.2 Kaki Ektoparasit yang Terserang Ektoparasit ... 8
2.3 Ayam Petelur dan Ayam Pedaging ...9
2.4 Lipeurus caponis ...15
2.5 Gonoides gigas ...15
2.6 Menopon gallinae ...16
2.7 Menancanthus cornutus ... 16
2.8 Siklus Hidup Kutu ...17
2.9 Siklus Hidup Tungau ... 19
2.10
2.11
3.1
3.2
Dermanyssus gallinae ...
Rhicephalus sanguinensis
...
Regio Tubuh
Ayam...
Bagan Alir
Penelitian...
21
23
27
xi
Mira Fuji Lestari, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Data Keberadaan Ektoparasit pada Ayam Ras... 54
2 Hasil Pengukuran Faktor Klimatik di Sekitar Kandang
Ayam Ras...
58
3 Kunci Identifikasi Ektoparasit... 59
4 Koleksi Foto Selama Penelitian... 61
1
Mira Fuji Lestari, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam merupakan sumber protein hewani yang mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia. Dianalisa dari nilai gizinya, setiap 100 gr
daging ayam mengandung 74% air, 22% protein, 13% zat kalsium, 190 mg zat
fosfor, dan 1,5 mg zat besi (Putra, 2012). Banyaknya ektoparasit yang menyerang
bagian tubuh hewan dapat merugikan para peternak. Disisi lain kebutuhan telur
dan daging yang cukup tinggi meningkat dari hari ke hari. Dikarenakan hal
tersebut, maka pentingnya untuk mendiagnosis sejak awal adanya hewan yang
terinfeksi ektoparasit. Hal tersebut dapat dilakukan guna mencegah hewan agar
tidak terinfeksi ektoparasit dan mengetahui keberadaan dan jenis ektoparasit yang
menyerang hewan tersebut.
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari
tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host). Keberadaan
ektoparasit pada tubuh hewan dapat menyebabkan kerugian yang sangat
beragam. Menurut Upik & Susi (2010), ektoparasit yang tinggal di bagian
permukaan kulit dan diantara bulu dapat menimbulkan iritasi, kegatalan,
peradangan, kudisan, miasis, atau berbagai bentuk reaksi alergi dan sejenisnya.
Gejala-gejala tersebut mengakibatkan rasa yang tidak nyaman dan kegelisahan
yang dapat menganggu kegiatan sehari-hari hewan tersebut. Ektoparasit dapat
menyerang beberapa hewan diantaranya adalah ektoparasit pada mamalia
(kelinci, tikus, orang utan), unggas (ayam dan burung), dan lain-lain. Ektoparasit
yang banyak dijumpai di Indonesia antara lain adalah berbagai jenis nyamuk
(Culicidae), lalat (Muscidae), kecoa (Dyctioptera), tungau (Parasitiformes),
caplak (Acariformes), kutu (Phthriraptera), kutu busuk (Hemiptera), dan pinjal
(Siphonaptera).
Ektoparasit pada ayam umumnya tidak menimbulkan kematian tetapi
secara ekonomi dapat merugikan. Tingkat infeksi ektoparasit yang tinggi yang
2
Mira Fuji Lestari, 2013
terlebih dahulu (Sommerville, 1998). Ektoparasit akan mengisap darah ayam dan
menimbulkan kegatalan sehingga mengganggu pertumbuhan dan produksi telur.
Penyakit kutuan (karena infestasi oleh kutu, caplak, pinjal atau tungau) yang
sangat parah dapat menurunkan produksi telur sampai 20%. Infeksi ektoparasit
yang berat dapat juga mempengaruhi konsumsi pakan dan selanjutnya dapat
mengakibatkan penurunan berat badan pada ayam. Ektoparasit terutama kutu
bisa menjadi musuh utama bagi peternak yang memelihara ayam petelur dengan
kondisi manajemen kandang yang kurang baik. Ayam yang terinfeksi ektoparasit
biasanya akan menggaruk dan mematuk kutu atau kulit yang mengalami iritasi.
Para peternak dalam melakukan penanganan utama membunuh ektoparasit
seperti kutu, caplak, pinjal, tungau, biasanya dengan menggunakan obat anti
kutu. Selain itu berbagai upaya untuk menanggulangi infestasi ektoparasit
umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu tindakan sanitasi dan penyemprotan
insektisida. Tindakan sanitasi dilakukan dengan membebashamakan kandang
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun, sedangkan penyemprotan
insektisida sebaiknya dilakukan pada malam hari (Akoso, 1998).
Faktor lingkungan yang tidak baik atau kurang dijaga dapat memudahkan
hewan untuk terserang penyakit. Seperti halnya pada saat musim hujan
merupakan salah satu kondisi yang tepat bagi beberapa kuman patogen untuk
berkembang dan menjadi ancaman terhadap kesehatan beberapa hewan. Di saat
hujan, kelembaban akan semakin tinggi dan cahaya matahari berkurang. Jika
dilihat perubahan lingkungan yang terjadi, tidak tertutup kemungkinan bagi
beberapa kuman patogen untuk tumbuh dan berkembang. Ektoparasit seperti
nyamuk dan lalat juga akan berkembang biak dengan baik. Suhu dan kelembaban
akan berdampak terhadap keberadaan ektoparasit pada tubuh hewan di sekitar
kandang atau tempat tinggal hewan tersebut. Ektoparasit terutama kutu bisa
menjadi musuh utama bagi peternak yang memelihara ayam dengan kondisi
manajemen kandang yang kurang baik.
Mengenai permasalahan ektoparasit, sebelumnya telah ada penelitian
mengenai investarisasi ektoparasit pada ayam kampung di desa Ngenep,
3
Mira Fuji Lestari, 2013
tersebut dapat diketahui bahwa ektoparasit yang banyak ditemukan baik pada
ayam kampung jantan maupun pada ayam kampung betina adalah jenis
Menacanthus stramineus (Mutmainnatun, 2003). Selain itu ektoparasit pada
unggas telah diamati di berbagai bagian negara. Infeksi parasit di Thailand
dilaporkan dapat menimbulkan kerugian ekonomi karena dapat menjadi
penyebab utama kematian pada ayam buras (Sukpanyatham, 1982). Hasil
penelitian lainnya, di Negara Sokoto didapatkan bahwa ektoparasit yang
menyerang ayam diantaranya yaitu kutu, tungau, caplak dan pinjal dengan
presentase ektoprasit yang paling banyak ditemukan adalah kutu dengan spesies
terbanyak yaitu Menopon gallinae (Bala et al., 2011). Mengenai penelitian
ektoparasit tersebut, di daerah kabupaten Bandung sendiri belum pernah
dilakukan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengangkatnya dalam sebuah judul skripsi “Identifikasi Ektoparasit pada Ayam Ras di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.”
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ektoparasit yang
menginfeksi ayam ras di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten
Bandung.
C. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diharapkan diperoleh manfaat
sebagai berikut:
1. Dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang keberadaan dan jenis
ektoparasit yang menyerang ayam.
2. Dapat mengetahui bilamana dan bagaimana hewan dapat terinfeksi oleh
ektoparasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat
4
Mira Fuji Lestari, 2013 D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian yang akan dilakukan adalah “Jenis ektoparasit apa saja yang menginfeksi ayam ras di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten
Bandung?”
E. Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka didapatkan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Jenis ektoparasit apa saja yang menginfeksi ayam pedaging dan ayam
petelur?
2. Bagian tubuh manakah dari ayam yang paling banyak terinfeksi
ektoparasit?
3. Apakah faktor lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan ektoparasit?
F. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas dan tidak menyimpang
dari judul penelitian, maka peneliti membatasi masalah-masalah dalam penelitian
sebagai berikut:
1. Subjek dalam penelitian ini adalah ayam pedaging dan ayam petelur yang
berada di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung
2. Ayam yang digunakan adalah ayam pedaging dan ayam petelur
masing-masing sebanyak 15 ekor.
3. Objek penelitian ini adalah ektoparasit di beberapa bagian tubuh ayam
(bagian kaki, dada, leher, punggung, kepala, dan ekor).
4. Faktor lingkungan yang diukur adalah suhu, kelembaban, dan intensitas
25
Mira Fuji Lestari, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif
dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel
secara langsung. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2013 yang dilaksanakan
di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung yang
merupakan daerah dengan keadaan tanah dengan bentuk permukaan dataran
rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 660 meter di atas permukaan
laut, dengan curah hujan rata-rata 2500 mm per tahun dan di Laboratorium
Struktur Hewan Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA, Universitas Pendidikan
Indonesia.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1 dan 3.2 berikut ini:
Tabel 3.1 Alat yang digunakan selama penelitian
No Nama alat yang digunakan Jumlah
1 Pinset 1
2 Kapas 1 bungkus
3 Label 1 pack
4 botol fial 25
5 Mikroskop 1
6 cawan petri 1
7 Object glass 1 pack
8 Cover glass 1 pack
9 Pipet 1
26
Mira Fuji Lestari, 2013
11 Tisu 1 pack
12 Termometer 1
13 Hygrometer 1
14 Lux meter 1
15 Kamera digital 1
16 Sarung tangan 1 pasang
17 Masker 1
18 Alat tulis 1
Tabel 3.2 Bahan yang digunakan selama penelitian
No Bahan yang digunakan Jumlah
1 Ayam petelur 15 ekor
2 Ayam pedaging 15 ekor
3 Kuteks 4 Entelan
5 Alkohol bertingkat ( alkohol 60%, 70%, 80%, 90%)
Masing-masing 100 ml
6 Akuades
7 KOH 10% 100 ml
8 Xylol 100 ml
9 Asam asetat pekat 2 ml
D. Prosedur Kerja
1. Pengambilan sampel ayam
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur
(berumur 6 bulan ke atas) dan ayam pedaging (berumur sekitar 4 minggu).
Sampel ayam yang digunakan masing-masing sebanyak 15 ekor ayam.
Pengambilan ayam pada kandang dengan menggunakan metode purpossive
sampling yaitu dengan pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu
jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan
berdasarkan kriteria tertentu yang dapat mewakili keseluruhan. Kriteria tersebut
diantaranya dilihat dari kondisi ayam yang terlihat lemas (kondisi sakit).
2. Pengambilan sampel ektoparasit
Sampel ektoparasit diambil dari 30 ekor ayam (15 ekor ayam petelur dan
27
Mira Fuji Lestari, 2013
menggunakan metode pengambilan sampel ektoparasit secara manual menurut
Upik & Susi (2010). Pengambilan ektoparasit pada ayam ini dimulai dengan
menangkap ayam yang akan diamati kemudian diperiksa dengan teliti ektoparasit
pada beberapa bagian tubuh ayam (daerah pengambilan spesimen), yakni pada
bagian kepala, leher, dada, pungung, ekor, dan kaki (Gambar 4.2).
Gambar 3.1 Regio tubuh ayam (tempat pengambilan spesimen) (1-6: kepala, leher, kaki, punggung, dada, ekor)
Pengambilan ektoparasit tesebut dilakukan dengan cara menggunakan
kapas yang dibasahi dengan alkohol 70% dan pinset. Kapas yang sudah dibasahi
dengan alkohol 70% kemudian dioleskan ke bagian tubuh ayam jika terlihat ada
ektoparasit melintas di daerah tersebut. Hal tersebut dimaksudkan agar ektoparasit
pada tubuh ayam mudah untuk didapatkan dan dikoleksi, sedangkan pinset
digunakan sebagai alat bantu untuk mengambil ektoparasit yang menempel pada
tubuh ayam. Pengambilan ektoparasit dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak spesimen yang akan dikoleksi.
Sampel yang telah didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam cawan
petri yang berisi alkohol 70% sambil dihitung jumlahnya pada setiap daerah
penghambilan spesimen. Setiap sampel ektoparasit yang telah terkumpul
kemudian dipisahkan dengan kotoran yang ikut terbawa di dalam cawan petri dan
dipindahkan ke dalam botol spesimen yang juga berisi alkohol 70% dan diberi
28
Mira Fuji Lestari, 2013
label. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Struktur Hewan, Jurusan
Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia untuk diamati
menggunakan mikroskop dan hasilnya didokumentasikan.
3. Pengukuran kondisi lingkungan
Pengukuran kondisi lingkungan sekitar kandang dilakukan sebelum
pengambilan sampel ayam. Kondisi lingkungan yang diukur adalah kelembaban,
suhu, dan intensitas cahaya.
4. Pembuatan preparat ektoparasit
Pembuatan preparat ektoparasit dilakukan dengan menggunakan metode
dari Ashadi & Partosoedjono (1992). Pembuatan preparat dilakukan setelah
sampel semua terkumpul. Sampel ektoparasit yang didapat dimatikan dengan
alkohol 70%. Sampel yang sudah mati dimasukkan ke dalam KOH 10%,
direndam selama 2-3 hari tergantung ketebalan lapisan kitin (lapisan penyusun
kutikula dan tubuh serangga). Untuk mempercepat penipisan kitin dibantu dengan
pemanasan, tetapi tidak sampai mendidih. Setelah selesai, larutan KOH yang
menempel pada sampel dicuci dengan air sebanyak 3-4 kali menggunakan pipet.
Bagian abdomen dari sampel yang menggembung ditusuk dengan jarum halus
agar isi abdomen keluar.
Selanjutnya dilakukan dehidrasi untuk menarik air yang masih tertinggal
pada spesimen dengan menggunakan alkohol 60, 70, 80, dan 90%, masing-masing
fase dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Berikutnya proses penjernihan
dengan cara merendam ektoparasit ke dalam asam asetat pekat selama 15-30
menit. Selanjutnya spesimen ektoparasit dicuci dengan menggunakan xylol.
Pencucian pertama akan berkabut karena masih mengandung air, oleh karena itu
diulang sebanyak dua kali sehingga terlihat rendaman yang bersih (tidak
berkabut). Setelah selesai selanjutnya dikeringkan kemudian dibuat slide preparat.
Spesimen yang telah bersih kemudian diletakkan di atas object glass yang
telah ditetesi entelan, kemudian ditutup dengan coverglass dan jangan sampai ada
29
Mira Fuji Lestari, 2013
gelas penutup diberikan lapisan kuteks secara merata, lalu pada object glass diberi
label. Slide preparat yang sudah selesai dibuat,dibiarkan pada suhu kamar selama
7-10 hari.
5. Identifikasi ektoparasit
Proses identikasi ektoparasit dilakukan dengan pemeriksaan sampel di
bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 40x. Untuk mempelajari
karakteristik morfologi ektoparasit tersebut, sampel dicocokkan dengan kunci
identifikasi Bedford (1932) (dalam Ken & Bainbrigge, 1961). Pemotretan
spesimen dilakukan di bawah mikroskop.
6. Analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk
tabulasi dan gambar. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan berbagai literatur penunjang dalam studi kepustakaan. Hasil yang
diperoleh dihitung berdasarkan dominasi dan sebarannya pada setiap bagian tubuh
ayam, yaitu munggunakan rumus sebagai berikut (Wana, 2001) :
a. Presentase dominasi ektoparasit (%):
Dominasi genus ektoparasit (%) = ∑ ( )
b. Presentase sebaran ektoparasit (%):
30
Mira Fuji Lestari, 2013 Keterangan:
ni : Jumlah total ektoparasit dari seluruh genus ektoparasit pada seluruh tubuh
ayam
nj : Jumlah total ektoparasit dari seluruh genus ektoparasit pada bagian tubuh
ayam
Xi : Jumlah ektoparasit dari satu genus ektoparasit
31
Mira Fuji Lestari, 2013 E. Bagan Alir Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada bagan alir dibawah ini :
Gamabar 3.1 Bagan alir penelitian Studi pustaka
Penyusunan proposal
Persiapan penelitian
Pengumpulan data
Pra penelitian
Penelitian
1. Pengukuran kondisi lingkungan
2. Pengambilan sampel ayam secara purpossive sampling 3. Pengambilan sampel ektoparasit
Pembuatan preparat ektoparasit
Identifikasi ektoparasit
Analisis data
48
Mira Fuji Lestari, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai identifikasi
ektoparasit pada ayam ras yang dilakukan di Desa Bojongsalam, Kecamatan
Rancaekek, Kabupaten Bandung, hasil identifikasi menunjukkan adanya lima
jenis ektoparasit yang ditemukan pada ayam ras jenis petelur. Kelima spesies
ektoparasit tersebut terdiri dari tiga famili (Philopteridae, Menoponidae, dan
Dermanyssidae), dimana kelima spesies tersebut adalah Lipeurus caponis,
Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, dan
Dermanyssus gallinae. Berdasarkan kelima spesies ektoparasit tersebut, Lipeurus
caponis yang paling banyak ditemukan dengan presentase dominasi sebesar
63,6% yang banyak ditemukan di bagian kepala, sedangkan ektoparasit yang
paling sedikit ditemukan yaitu spesies Dermanyssus gallinae dengan presentase
dominasi sebesar 0,26% dan hanya ditemukan dibagian dada. Berbeda dengan
ayam petelur, pada ayam pedaging tidak ditemukan keberadaan ektoprasit. Hal
tersebut berkaitan dengan sanitasi pada kandang serta keberadaan bulu pada ayam
pedaging.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis mengajukan beberapa
saran yang mungkin bisa dijadikan bahan koreksi untuk penelitian selanjutnya
ataupun untuk para peternak ayam. Beberapa saran tersebut di antaranya yaitu:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat infestasi
ektoparasit pada ayam ras
2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan cara pengendalian ektoparasit
yang menyerang ayam
3. Perlu diperhatikan sanitasi kandang yang layak, kebersihan yang baik,
penggunaan kimia tertentu dengan cara yang disetujui untuk membantu
49
Mira Fuji Lestari, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B.T. (1998). Kesehatan Unggas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Arifin, C., & Soedarmono. (1982). Parasit Ternak dan Cara Penanggulangannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Arikunto, S. (2005). Penelitian Deskriptif. [Online]. Tersedia: http://teorionline.wordpress.com/2010/02/20/prof-dr-suharsimi-arikunto-manajemen-penelitian/ [12 Desember 2012]
Ashadi, G., & Partosoejono, S. (1992). Penuntun Laboratorium Parasitologi I. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Atjenese. (2012). Scabies. [Online]: Tersedia: http://atjenese.wordpress.com/2012/05/28/semangat-berbagi-bersama-scabies/ [27 Oktober 2013]
Bains, B.S. (1979). A Manual Poultry Disease. Basle: Roche and Co Limited Company.
Bala, A.Y., Anka, S. A., Warzini, A., & Shehu, H. (2011). “Preliminary Survey of Ectoparasites Infesting Chickens (Gallus domesticus) in Four Areas of Sokoto Metropolis”. Nigerian Journal of Basic and Applied Science, 19, (2), 173-180.
Banda, Z. (2011). “Ectoparasites of Indigenous Malawi Chickens”. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5, (6), 1454-1460.
Bedford. (1932). Dir. Vet. Serv., S. Afr., 18th Rep., p. 309
Borror, D.J., Triplehorn, C.A. & Johnson, N.F. (1992). Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Brotowidjoyo, M.D. (1987). Parasit dan Parasitisme. Jakarta: Media Sarana Press.
Carwin, R.M., & Nahm, J. (1977). Parasitic Disease. University Of Missouri College Of Veterinary Medicine. [Online]. Tersedia: http//www.Parasitology.Org [10 Juni 2013]
50
Mira Fuji Lestari, 2013
Dale, H.C., Jennifer, A.H., Christopher, W.H., Brett, R.M., & Sarah, E.B. (2010).
“How Birds Combat Ectoparasites”. The Open Ornithology Journal, 3, 41-71
David, G. 2011. Dermanyssus gallinae. [Online]. Tersedia: en.wikivet.net/Dermanyssys.gallinae [18 September 2013]
Djannah, D. (1982). Pengendalian Ektoparasit. Jakarta: Yasaguna.
Dono, S. (2012). Optimalkan Produksi Ayam Petelur. [Online]. Tersedia:
http://www.viternaplus.com/2012/11/optimalkan-telur-ayam-bebek-puyuh.html. [18 September 2013].
Gordon. (1977). Poultry Disease. London: Bailliere Tindall.
Hadi & Soviana, S. 2010. Ektoparasit: Pengenalan, Diagnosis, dan Pengendalian. Bogor: Laboratorium Entomologi Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.
Hopla, C.A., Durden, L.A., & Keirans, J. E. (1994). Ectoparasites and Classification. Rev.sci.tech.Off.int.Epiz.,13, (4), 985-1017.
Hungerford, D. (1969). Disease of Poultry. Sydney: Angus and Robertson.
Ingram, R.J. (2004). Goniodes dissimilis. [Online]. Tersedia: http://www.ces.csiro.au/aicn/system/c_4086.htm. [27 Oktober 2013].
Ismiati, E. (2006). Studi Efikasi Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii) terhadap Ektoparasit pada Ayam Kampung yang ada di Bagian Ekor. [Skripsi]: Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Julianto, J. (2013). Damalinia Ovis. [Online]. Tesedia: http://juntozy.blogspot.com/2013/04/damalinia-ovis.html [18 September 2013]
Kadarsan, S., Saim, A., Purwaningsih, E., Munaf, H. B., Budiarti, I., & Hartini, S. (1983). Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.
Ken, S.K., & Bainbrigge, T. (1961). Veterinary Entomologi and Acarology for India. New Delhi: Indian Councin of Agricultural Research.
Kendall, D.A. (2008). Mites & Ticks in Insect & Other Arthropod. [Online]. Tersedia: www.kendall-bioresearch.co.uk/mite. html [22 Juli 2013]
51
Mira Fuji Lestari, 2013
Krantz, G.W. (1978). A Manual of Acarology. 2nd ed. Oregon State University Book Store, Inc.Corvalis
Lancaster, J.L., & Meisch, M.V. (1986). Arthropods in Livestock and Poultry Production. England: Ellis Horwood Limited.
Lavine, N.D. (1994). Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lindquist, E.E., Krantz, G.W., & Walter, D.E. (2009). Classification in A Manual of Acarology. Third edition. Krantz, G. W. and D. E. Walter (eds.). Texas: Tech Univrsity Press, USA, 97-103.
Linnaeus, C. (1758). 12th Edition of Systema Naturae. Biodiversity Heritage Library.
Marshall, A.G. (1981). The Ecology of Ectoparasit Insect. Department of Zoology, Aberdeen University, Aberdeen, UK. Academic Press.
(1982). Insecticides in Pest Management Introduction to Insect Pest Managemen. Jhon Wiley and Sons. New York. hlm: 217-225.
Medion. (2012). Parasit Ekstrernal (Ektoparasit). [Online]. Tersedia: http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/penyakit [27 Oktober 2013]
Mukayat, D.B. (1987). Parasit dan Parasitisme. Jakarta: Media Saran Pers.
Murtidjo, B.A. (1992). Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.
Mutmainnatun. (2003). Inventarisasi Ektoparasit pada Ayam Kampung (Gallus Domesticus) di Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timuri. [Skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah.
Noble, E.R. (1982). Parasitology The Biology of Animal Parasites. Philadelphia: Lea and Febiger.
Prelezov, P.N., & Koinarski, V.Ts. (2006). “Species Variety and Population Structure of Mallophaga (Insecta: Phthiraptera) on Chickens in The Region of Stara Zagora”. Bulgarian Journal Of Veterinary Medicine, 9, (3), 193−200.
52
Mira Fuji Lestari, 2013
Perhimpunan Entomologi Indonesia. (2011). Serangga Pengganggu Manusia, Hewan Ternak, dan Cara Pengendaliannya . [Online]. Tersedia: http://pei-pusat.org/berita-artikel-entomologi/19-pht-pengendalian-hama-terpadu [22 Juli 2013]
Pickworth & Teresa, Y.M. (2005). Common External Parasites in Poultry: Lice and Mites. [Online]. Tersedia: http://ohioline.osu.edu/vme-fact/0018.html. [8 Februari 2013]
Putra, A. (2012). Kandungan Gizi/Nutrisi pada Daging Ayam. [Online]. Tersedia: http://gizinutrisi. com/2012/03/kandungan-gizinutrisi-pada-daging-ayam.html. [14 Desember 2012].
Rasyaf, M. (1999). Menajemen Beternak Ayam Broiler. Jakarta: Penebar Swadaya.
(2008). Panduan Beternak Ayam Petelur. Depok: Penebar Swadaya.
Roberts, F.H.S. (1952). Insects Affecting Livestock. Sydney: Angus and Robertson. hlm: v + 267.
Rustikawati, 2004. “Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Berasal dari Kolam Tradisional dan Longyam di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya”. Jurnal Akua kultur Indonesia, 3,(3), 33-39.
Santoso, U. (2011). Budidaya Ayam Petelur (Gallus sp.). [Online]. Tersedia: http://uripsantoso.wordpress.com/2011/03/14/budidaya-ayam-petelur-gallus-sp-2/ [22 November 2012]
Smith, V. (2006). Lipeurus caponis. [Online]. Tersedia: http://sid.zoology.gla.ac.uk/upload/view.php?filename=6213.tif&size=700 &height=525&width=700 [18 September 2013]
Sommervile, C. (1998). “Parasites of Farmed Fish”. Dalam Biology of Farmed Fished. Black, K.D., & Pickering, A.D. Sheffield Academic Press : 146-179.
Soulsby, E.J.L. (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domestic Animals (sixth edition). Baltimore: Williams and Wilkins Company.
Sudaryani & Santosa (2000). Pembibitan Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya.
53
Mira Fuji Lestari, 2013
Sudaryani, T. (2003). Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. cetakan ke-5. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suharno, B. (2002). Agrobisnis Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sukpanyatham, N.T., Nontamingcharern, T., Bhodigen, S.E., & Muangyai, M. (1982). “Survey of Parasites Innative Chickens”. Thai Journal of Veterinary Medicine, 12, (4), 227-237.
Suprijatna, E. (2005). Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok: Penebar Swadaya.
Surman, A., & Suneel, K.S. (2012). “Antennal Sensilla of Head of Poultry Shaft Louse, Menopon gallinae (Phthiraptera, Insecta, Menoponidae, Amblycera)”. Journal of Applied and Natural Science 4, (2), 196-199.
Suwandi. (2001). Mengenal Berbagai Penyakit Parasitik pada Ternak. Bogor: Balai Penelitian Ternak.
Upik. (2010). Ektoparasit. [Online]. Tersedia: http://upikke.staff.ipb.ac.id/2010/06/04/apakah-ektoparasit-itu/. [22 November 2012].
Upik, K., & Susi, S. (2010). Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, dan Pengendaliannya. Bogor: IPB Press.
Wana, P.W. (2001). Sebaran Kutu (Menoponidae: Menopon dan Philopteridae: Goniodes) pada Beberapa Bagian Tubuh Ayam Kampung. [Skripsi]: Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Wiharto. (1985). Penyakit Ayam dan Cara Mengatasi. Malang: Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya.
Wijaya, S.K. (2008). Masalah Infestasi Ektoparasit pada Beberapa Jenis Burung Elang di Habitat Eks-Situ. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.