• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN (Penelitian dan Pengembangan pada SMP di Kota Serang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN (Penelitian dan Pengembangan pada SMP di Kota Serang)."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ……….. 14

1. Rumusan Masalah ……….. 14

2. Batasan Masalah ………. 15

C. Pertanyaan Penelitian ………. 16

D. Definisi Operasional ………... 16

E. Tujuan Penelitian ……… 18

F. Manfaat Penelitian ……….. 19

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA A. Model Pembelajaran ………... 21

1. Pengertian Strategi, Pendekatan, dan Model Pembelajaran………… 23

(2)

3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran ……….. 26

B. Model Pembelajaran Matematika ………... 27

1. Model Pembelajaran Klasikal dan Individual ……… 27

2. Model Penemuan Terbimbing ………... 29

3. Model Pembelajaran Kontekstual ……….. 32

4. Model Pembelajaran Cooperative Learning ………... 33

5. Model Pembelajaran Tutor Sebaya ……… 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 59

B. Prosedur Penelitian ………. 60

C. Langkah-Langkah Penelitian ……….. 63

1. Studi Pendahuluan ……….. 65

2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan Model ……….. 66

3. Tahap Uji Coba Model ………... 66

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 68

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ………. 69

1. Observasi ……… 71

2. Angket ……… 72

3. Wawancara ………. 72

4. Instrumen Hasil Belajar ……….. 73

5. Studi Dokumenter ……….. 74

(3)

G. Pengembangan Instrumen Penelitian ………. 75

H. Jadwal Penelitian ……… 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………... 78

1. Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan ……… 78

2. Simpulan Hasil Studi Pendahuluan ……… 93

B. Sosialisasi dan Perencanaan Model ……… 94

1. Sosialisasi Model ………... 94

2. Perencanaan Model ……… 3. Desain Model yang Dikembangkan ………... 95 97 C. Pelaksanaan Uji Coba Model Pembelajaran ………... 104

D. Hasil Uji Coba Model Pembelajaran ……….. 101

1. Hasil Uji Coba Model Terbatas ……….. 101

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Uji Coba Terbatas …………. 107

3. Hasil Uji Coba Model Lebih Luas ………. 124

4. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Uji Coba Luas ………... 125

E. Pembahasan Penelitian ………... 173

1. Kondisi pembelajaran matematika di SMP saat ini ………... 174

2. Model pembelajaran yang dikembangkan ………. 182

3. Kelebihan dan kekurangan model yang dikembangkan ……… 191

4. Kendala yang dihadapi dalam penerapan model yang dikembangkan 194

(4)

A. Simpulan ………. 195

B. Rekomendasi ……….. 204

DAFTAR PUSTAKA ……… 211

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………... 215

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ……….. 70 Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ………... 76 Tabel 4.1 Paired Samples Statistics SMPN 15 Kota Serang (Uji Coba

Model Terbatas) ………...104 Tabel 4.2 Paired Samples Test SMPN 15 Kota Serang (Uji Coba Model Terbatas)

………..105 Tabel 4.3 Paired Samples Statistics SMPN 2 Kota Serang (Uji Coba

Model Luas Pertama) ………..129 Tabel 4.4 Paired Samples Test SMPN 2 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Pertama) ………..130 Tabel 4.5 Paired Samples Statistics SMPN 4 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Pertama) ………..131 Tabel 4.6 Paired Samples Test SMPN 4 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Pertama) ………..132 Tabel 4.7 Paired Samples Statistics SMPN 10 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Pertama) ………..132 Tabel 4.8 Paired Samples Test SMPN 10 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Pertama) ………..134 Tabel 4.9 Paired Samples Statistics SMPN 2 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Kedua) ………..141 Tabel 4.10 Paired Samples Test SMPN 2 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Kedua) ………..142 Tabel 4.11 Paired Samples Statistics SMPN 4 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Kedua) ………..143

Tabel 4.12 Paired Samples Test SMPN 4 Kota Serang (Uji Coba Model Lebih Luas Kedua) ………..144 Tabel 4.13 Paired Samples Statistics SMPN 10 Kota Serang (Uji Coba

(6)

Tabel 4.14 Paired Samples Test SMPN 10 Kota Serang (Uji Coba Model Lebih Luas Kedua) ………..146 Tabel 4.15 Paired Samples Statistics SMPN 2 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Ketiga) ………..153 Tabel 4.16 Paired Samples Test SMPN 2 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Ketiga) ………..154 Tabel 4.17 Paired Samples Statistics SMPN 4 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Ketiga) ………..154 Tabel 4.18 Paired Samples Test SMPN 4 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Ketiga) ………..155 Tabel 4.19 Paired Samples Statistics SMPN 10 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Ketiga) ………..156 Tabel 4.20 Paired Samples Test SMPN 10 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Ketiga) ………..157 Tabel 4.21 Paired Samples Statistics SMPN 2 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Keempat) ………..164 Tabel 4.22 Paired Samples Test SMPN 2 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Keempat) ………..165 Tabel 4.23 Paired Samples Statistics SMPN 4 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Keempat) ………..166 Tabel 4.24 Paired Samples Test SMPN 4 Kota Serang (Uji Coba Model

Lebih Luas Keempat) ………..167

Tabel 4.25 Paired Samples Statistics SMPN 10 Kota Serang (Uji Coba

Model Lebih Luas Ketiga) ………..167 Tabel 4.26 Paired Samples Test SMPN 10 Kota Serang (Uji Coba Model

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi umat manusia merupakan suatu kebutuhan yang amat penting dan strategis sifatnya. Tingkat pendidikan suatu bangsa akan menunjukkan tingkat kemajuan bangsa tersebut. Tingkat pendidikan seseorang akan menjadi salah satu indikator status sosial seseorang dalam kehidupannya ditengah-tengah masyarakat. Kiranya penting bahwa pendidikan perlu ditangani secara serius, baik oleh pemerintah, masyarakat dan orang tua secara baik, sehingga penyelenggaraan pendidikan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan harapan kita semua. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

(8)

Dengan pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai dengan produktif, sehingga akan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk peningkatan kesejahteraan kelak. Dengan kata lain pendidikan merupakan investasi yang sangat potensial dan berharga bagi pengembangan sumber daya manusia.

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu juga tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan pendidikan sekolah menengah pertama merupakan pondasi pada pendidikan selanjutnya, yakni pendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi sesuai dengan program pemerintah untuk melaksanakan wajib belajar sembilan tahun (SD dan SMP). Pendidikan pada sekolah menengah pertama bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan kepada para peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya. Pendidikan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan dan meningkatkan sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan dunia pendidikan global.

(9)

menjadi ujung tombak dalam realisasi proses pembelajaran serta langsung berhadapan dengan peserta didik. Berbagai peranan yang merupakan konsekwensi dari status yang disandangnya melekat dan senantiasa menjadi acuan pokok dalam melaksanakan setiap tugas dan fungsinya yang berada dalam lingkup profesi sebagai guru.

Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Berdasarkan analisis konseptual dan kondisi pendidikan di tingkat persekolahan, ternyata masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam memilih, serta menggunakan berbagai metode pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar, dan banyak diantara guru yang tidak memiliki kurikulum tertulis yang merupakan pedoman dasar dalam pemilihan metode pembelajaran. Disamping itu, tidak sedikit peserta didik mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses belajar-mengajar (PBM) akan berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan peserta didik.

(10)

semakin memacu diri untuk bisa menjadi pionir dalam memotivasi peserta didik agar memiliki kekuatan yang akan bisa mengakulturasi setiap perkembangan dalam masyarakat sehingga pada tahap selanjutnya kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang mampu mendorong peserta didik untuk menggali, mengetahui, memahami dan merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan inti dari proses pembelajaran yang harus di inovasi oleh guru profesional.

Paradigma lama dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan materi pelajaran sebanyak-banyaknya menjadi hal yang usang, mengingat hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas serta bergesernya posisi guru sebagai pendidik menjadi sosok tanpa makna dimata peserta didik dan peserta didikpun tidak akan memiliki kekuatan dalam melakukan discovery yang akan menjadikan dirinya matang dalam menghadapi setiap tantangan dalam kehidupan bermasyarakat.

(11)

guru tentang merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas, akan menghasilkan pembelajaran yang tidak bermakna.

Salah satu langkah antisipasi dari hal tersebut adalah guru harus memiliki kemampuan untuk mengkondisikan sebuah proses pembelajaran, dimana dalam pembelajaran tersebut penciptaan suasana yang akan membangkitkan motivasi peserta didik untuk menggali dan mengetahui informasi yang dia butuhkan, akan memacu proses kejiwaan peserta didik memahami apa tujuan dari pembelajaran serta apa yang dia butuhkan dengan tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

(12)

peserta didik, dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan, ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen, hilang pulalah hakekat pendidikan”.

Dari ketiga komponen utama pendidikan peran pendidik menempati posisi utama dari dua komponen lainnya dan mempengaruhi kualitas hasil belajar. Banyak penelitian menunjukkan bahwa mutu pendidikan sangat ditentukan guru, dengan demikian secara kualitatif hasil belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dalam proses belajar. Dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah pertama, guru seyogyanya memahami perkembangan kognitif peserta didik yang masih berada dalam tahapan operasional kongkrit, dan karena proses belajar berlangsung di kelas dimana guru berinteraksi dengan peserta didik maka dapat dipastikan bahwa keberhasilan proses belajar sangat bergantung kepada apa yang dilakukan guru, sebagaimana pendapat Sukmadinata (2004: 194) yang menyatakan bahwa “betapapun bagusnya kurikulum (official) hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru di dalam kelas (actual)”.

Study Blazely dkk melaporkan sebagaimana dikutip Depdiknas (2002: 2) bahwa “pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan dimana anak berada”. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

(13)

1) Bahan ajaran hendaknya kongkret, dipilih yang betul-betul berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sistematis dan mendetail,

2) Pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar, hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru, dan kegiatan yang lebih menyeluruh. Dengan demikian bahan pelajaran bagi anak tidak bisa semata-mata diambil dari buku pelajaran, yang diklasifikasikan dalam mata-mata pelajaran yang terpisah. Bahan pelajaran harus memberikan kemungkinan-kemungkinan, harus mendorong anak untuk aktif dan berbuat. Bahan pelajaran harus memberikan rangsangan pada anak-anak untuk bereksperimen. Bahan pelajaran tidak diberikan dalam disiplin ilmu yang ketat, tetapi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan sesuatu masalah (problem).

Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah membuat suatu landasan pembelajaran yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau yang disebut juga dengan Kurikulum 2006. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah halaman 349 disebutkan tujuan mata pelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

(14)

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan-tujuan umum pendidikan matematika pada KTSP (Standar Isi Satuan Pendidikan) di atas sejalan dengan pembelajaran matematika, yaitu:

pertama, belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); kedua,

belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); ketiga, belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); keempat, belajar untuk mengkaitkan pengertian ide (mathematical connections); dan kelima, pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes mathematics).

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

(15)

untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Dalam belajar matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari, kita dituntut untuk berpikir dengan jelas dan pasti. Sebelum menyelesaikan masalah-masalah peserta didik harus memahami soal secara menyeluruh, ia harus tahu apa yang diketahui, apa yang dicari, rumus atau teori mana yang akan digunakan, cara untuk menyelesaikan persoalan. Demikian pula halnya dalam kehidupan sehari-hari, jika seseorang diharuskan menyelesaikan suatu persoalan atau tugas maka agar ia dapat menyelesaikan dengan baik ia harus memahami semua aspek dari tugas tersebut secara menyeluruh. Dengan adanya kesesuaian itu maka kebiasaan yang tumbuh selama belajar matematika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika peserta didik baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Third International Mathematics and

Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika peserta didik

(16)

Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP, dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika masih bersifat teacher centered. Ini berarti bahwa sebagian besar guru masih mendominasi kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan metode ceramah yang monoton, sehingga kurang terbuka pada tuntutan pembaharuan atau inovasi sebagaimana tuntutan kurikulum. Dengan pendekatan model belajar seperti ini mengakibatkan guru lebih aktif sedangkan peserta didik terkesan pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru saja sehingga hal ini akan menghambat kreativitas peserta didik.

2. Pembelajaran dititikberatkan pada penguasaan konsep yang bersifat hapalan, kurang mengembangkan aspek-aspek yang lain seperti keterampilan berpikir, keterampilan dalam mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, dan bekerjasama dalam diskusi serta mengemukakan pendapat.

(17)

matematika itu galak sehingga banyak peserta didik yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut.

4. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengkaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik dan mereka tidak diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika, sehingga lemah dalam kemampuan matematikanya. “Mengkaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna”. (Soedjadi, 1999: 26).

5. Banyak peserta didik yang mendapat kesulitan dalam mengkomunikasikan ide-ide ke dalam bahasa matematika pada saat diberikan soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

6. Pelaksanaan evaluasi yang dikembangkan oleh guru lebih banyak berorientasi pada hasil, dengan mengabaikan proses, sehingga menyebabkan peserta didik dipaksa untuk menghapal, sedangkan proses pembelajarannya berada di luar jangkauan penilaian guru.

(18)

sehingga dapat meningkatkan motivasi dan mempermudah pemahaman peserta didik dalam belajar matematika.

Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi peserta didik merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini didasari oleh asumsi, bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar peserta didik, karena model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM yang dilakukannya.

Kondisi PBM di tingkat persekolahan dewasa ini masih diwarnai oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu pada pelibatan peserta didik dalam proses pembelajaran itu sendiri. Sementara itu, proses pembelajaran pendidikan matematika tidak merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam PBM. Disamping itu, PBM Matematika yang dilakukan oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya belajar di kalangan peserta didik. Pada gilirannya, akan berpengaruh secara signifikan terhadap perolehan dan hasil belajar peserta didik.

(19)

yang menantang peserta didik untuk belajar dan tidak mendukung produktivitas serta pengembangan berpikir peserta didik.

Selain harus mampu membangkitkan minat peserta didik, pendekatan atau motode yang dipilih oleh guru harus dapat meningkatkan aktivitas dan kesadaran psikologis peserta didik bahwa sebenarnya ia mampu mempelajari matematika. Pembelajaran matematika sebaiknya tidak hanya dilakukan dengan cara mentrasfer pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga dengan cara membantu peserta didik untuk membentuk dan menganalisis pengetahuan mereka sendiri, serta memberdayakan mereka untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sehubungan dengan itu, maka upaya peningkatan kualitas PBM dalam pendidikan matematika merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan. Karena itu diperlukan suatu model pembelajaran matematika yang dianggap tepat untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut di atas.

(20)

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas bahwa proses pembelajaran matematika di SMP saat ini belum optimal, konsep pengembangan pembelajaran matematika belum mampu mengembangkan keterampilan berfikir dan meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik.

Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika berkaitan erat dengan metodologi pembelajaran dan sumber-sumber pendukung selama proses pembelajaran tersebut berlangsung. Pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman perlu diperhatikan mulai dari tahap perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

(21)

2. Batasan Masalah

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, pada penelitian ini penulis batasi hanya mengenai “Model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam mata pelajaran matematika yang bagaimana, yang memadai dan tepat untuk meningkatkan kemampuan pemahaman”, khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Serang.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, guru hendaknya mampu merencanakan model pembelajaran yang dapat mengakomodasi harapan berbagai komponen tersebut. Sebagaimana dikemukakan Sukmadinata (2006: 161):

Pemilihan model akan sangat didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikan serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.

Artinya bahwa pengembangan model pembelajaran akan sangat ditentukan oleh adanya sistem pendidikan yang berlaku dan sistem masyarakat sebagai pengguna dan sekaligus pengelola pendidikan yang ada di lingkungannya.

(22)

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk memudahkan dan lebih terarahnya penelitian ini, maka dari permasalahan tersebut diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi pembelajaran matematika di SMP Kota Serang saat ini? 2. Pengembangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya yang

bagaimana, untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dalam mata pelajaran matematika di SMP Kota Serang?

3. Apakah kelebihan dan kekurangan model pembelajaran yang dikembangkan tersebut pada mata pelajaran matematika di SMP Kota Serang?

4. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran yang dikembangkan pada mata pelajaran matematika di SMP Kota Serang?

D. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Tuckman (1972: 57): ”An operational

definition is a definition based on the observable characteristics of that which is

being definied”. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada

(23)

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas, dalam hal ini aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam suatu kelompok. Semua anggota kelompok bertanggungjawab terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kelompoknya. Masalah ini diarahkan pada bagaimana peserta didik menggali materi pembelajaran bersama-sama dengan anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tutor sebaya merupakan bentuk model pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif tutor sebaya dilaksanakan melalui sharing proses antar peserta didik sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta didik itu sendiri, dalam kegiatan Sharing proses tersebut dipimpin oleh temannya sendiri yang lebih pandai (sebagai tutor sebaya) untuk memberikan bantuan belajar kepada teman-teman kelompoknya yang belum bisa.

2. Kemampuan Pemahaman Peserta Didik

(24)

Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu upaya untuk memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam mengidentifikasi, menemukan, mengartikan dan memahami sifat-sifat bangun ruang dan bagian-bagiannya, menentukan ukurannya, serta menghitung luas permukaan dan volumenya.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep peserta didik dalam mata pelajaran matematika sebagai data penelitian ini menggunakan skor hasil pretes dan postes dalam bentuk soal uraian.

E. Tujuan Penelitian

Dari pertanyaan penelitian yang disebutkan di atas tadi, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi pembelajaran matematika di SMP Kota Serang saat ini.

2. Untuk mengetahui pengembangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya pada mata pelajaran matematika yang bagaimana yang cocok diterapkan di SMP Kota Serang.

3. Untuk menemukan apakah kelebihan dan kekurangan pengembangan model pembelajaran dalam mata pelajaran matematika yang dikembangkan di SMP Kota Serang.

(25)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru, yaitu untuk meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik dalam mata pelajaran matematika.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran terutama bagi sekolah, peserta didik, atau guru itu sendiri :

1. Bagi Sekolah: dapat dijadikan sebagai masukan dan perbandingan dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kurikulum.

2. Bagi Peserta didik: dengan dilaksanakan penelitian ini dan menggunakan pengembangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya, peserta didik termotivasi untuk belajar, berlatih, berdiskusi, mengeluarkan pendapat, membimbing peserta didik lain yang kemampuannya dibawah peserta didik yang bersangkutan atau peserta didik yang kemampuannya lebih termotivasi untuk membimbing temannya sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan media kelompok kecil.

(26)

kekhasan tertentu seperti tersebut pada bagian permasalahan umum pembelajaran matematika.

(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian dan Pengembangan Pendidikan atau Educational Research and Development (R & D) yang didasarkan pada teori Borg and Gall dalam bukunya “Applying Educational

Research: A Practical Guide for Teacher”. Borg and Gall (1989: 570),

mendefinisikan pendekatan penelitian dan pengembangan dalam pendidikan adalah “a process used to develop and validate educational products”.

Dalam bab ini akan dibahas tentang (a) metode penelitian, (b) teknik pengumpulan data, (c) lokasi dan subjek penelitian, (d) teknik analisis data, dan (e) tahapan penelitian. Metode penelitian dan pengembangan menurut Sukmadinata (2008: 164) adalah:

Suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggung jawabkan, produk disini tidak selalu berbentuk benda keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium tetapi bisa juga berupa perangkat lunak (software), misalnya suatu program pembelajaran di kelas atau model-model pendidikan.

(28)

didik Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya SMP di kota Serang. Dari aspek metodologi, penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research

and development) menggunakan pendekatan kualitatif.

Langkah-langkah dalam penelitian ini mengarah kepada siklus yang berdasarkan kajian dan temuan penelitian, kemudian dikembangkan suatu produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba sampai pada akhirnya diperoleh suatu model (product) yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil.

Sebagai dasar pertimbangan pemakaian Research and Development, adalah bahwa pendekatan ini mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut peneliti pendekatan penelitian ini memiliki keunggulan jika dilihat dari prosedur kerjanya yang sistematik dan bersifat siklus. Hal ini didasarkan pada langkah-langkah penelitian dalam proses penelitian mengarah kepada siklus yang didasarkan pada setiap langkah yang akan dilalui atau dilakukan selalu mengacu pada hasil langkah sebelumnya yang sudah diperbaiki sehingga akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru atau model pembelajaran yang efektif dan adaptable. Produk yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman.

B. Prosedur Penelitian

(29)

mengemukakan 10 langkah yang harus ditempuh dalam penelitian dan pengembangan, yaitu:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting). Analisis data, studi literatur, observasi dan persiapan laporan dilakukan dalam tahapan ini. Pengumpulan informasi mengenai data lapangan berdasarkan studi awal dan studi literatur yang menunjang model pembelajaran kooperatif tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman.

2. Perencanaan (Planing). Menetapkan tujuan, menetapkan urutan pelajaran dan uji kelayakan dalam skala kecil, yaitu uji coba terbatas pengembangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman.

3. Pengembangan bentuk model awal (Develop preliminary form of product). Mempersiapkan materi pembelajaran, buku-buku yang digunakan, media dan evaluasi. Mengembangkan bentuk awal model yang dimaksud adalah menyusun model pembelajaran matematika kooperatif tutor sebaya.

4. Uji coba model pendahuluan (Preliminary field testing), yang melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan berdasarkan wawancara dan observasi, dan melakukan uji coba terbatas pada satu sekolah tertentu dan satu kelas tertentu pula dalam rangka pengembangan model pembelajaran matematika kooperatif tutor sebaya.

(30)

pengembangan model pembelajaran matematika kooperatif tutor sebaya dimana hasilnya untuk bahan uji coba luas.

6. Uji coba model lebih luas (main field testing), yang melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah banyak. Data kuantitatif pretes dan postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan. Uji coba luas akan dilakukan ditiga sekolah yaitu: di SMP Negeri 2 Kota Serang, SMP Negeri 4 Kota Serang, dan SMP Negeri 10 Kota Serang.

7. Perbaikan hasil uji coba model lebih luas (operational product revision), perbaikan model pembelajaran berdasarkan uji coba model lebih luas yang dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran matematika untuk menghasilkan bentuk model ideal.

8. Uji coba model (operational field testing), yang melibatkan lebih banyak lagi sekolah dan subjek. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi, dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Perbaikan model akhir (final product testing), berdasarkan hasil uji coba model lebih luas.

10.Penyebaran dan distribusi (dissemination and implementation), pada langkah ini, dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas model.

Merujuk kepada pandangan Sukmadinata (2006 : 190), dari sepuluh langkah penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall, disederhanakan menjadi tiga langkah, yaitu;

(31)

2. Pengembangan, uji coba model dengan sampel terbatas (uji coba terbatas) dan uji coba model dengan sampel lebih luas (uji coba lebih luas).

3. Pengujian, (validasi model) meliputi eksperimen dan sosialisasi produk.

Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap uji coba lebih luas yaitu setelah dihasilkannya draf final model tanpa dilanjutkan pada pengujian hasil (validasi model). Walaupun demikian, menurut Sukmadinata (2006: 187) tidak berarti bahwa dampak dari penerapan model yang dikembangkan ini tidak ada.

C. Langkah-Langkah Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam penelitian ini hanya akan dilakukan sampai pada tahap uji coba lebih luas yaitu setelah dihasilkannya draf final model tanpa dilanjutkan pada pengujian hasil (pengujian model). Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, langkah-langkah yang telah dikemukakan di atas dikelompokkan pelaksanaannya menjadi tiga langkah pokok yang memungkinkan dilakukan penelitian, yaitu: (1) Studi Pendahuiluan, (2) Perencanaan dan penyusunan model, (3) Uji coba model (pengembangan model). Studi Pendahuluan ini meliputi studi kepustakaan (literatur) dan survey lapangan, Perencanaan dan penyusunan model yaitu penyusunan draf awal produk yang akan di uji cobakan. Uji coba model (pengembangan model) terdiri dari uji coba dengan sampel terbatas (uji coba terbatas) dan uji coba dengan sampel lebih luas (uji coba luas).

(32)

1. Perencanaan

(33)

Dari bagan di atas, pelaksanaan penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa pengembangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman menggunakan prosedure sebagai berikut :

1. Studi Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan ini dilakukan untuk lebih mendalami permasalahan serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guna mengembangkan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya di SMP Kota Serang. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap proses pembelajaran yang biasa dilakukan guru di kelas untuk merefleksikan terhadap bagaimana proses pembelajaran yang biasa dilakukan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a) Mengkaji teori-teori yang relevan dengan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya.

b) Mengkaji hasil-hasil terdahulu yang relevan berkenaan dengan pembelajaran. c) Melakukan kegiatan di sekolah-sekolah yang dijadikan tempat penelitian

yaitu: SMP Negeri 2 Kota Serang, SMP Negeri 4 Kota Serang, dan SMP Negeri 10 Kota Serang.

Kegiatan dimaksud untuk memperoleh gambaran umum tentang studi dokumentasi: (1) mengkaji kebijakan kurikulum matematika, kurikulum 2006 (KTSP) beserta suplemennya; (2) desain pembelajaran mengenai program tahunan, program semester dan rencana pembelajaran matematika.

(34)

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru; (2) kemampuan dan aktifitas belajar peserta didik; (3) kondisi peserta didik; dan (4) kondisi dan pemanfaatan fasilitas sarana prasarana dan lingkungan pendukung pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam mata pelajaran matematika.

Hasil studi pendahuluan ini digunakan untuk bahan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya sebagai implementasi kurikulum matematika di SMP yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan di mana sekolah tersebut berada dengan berbagai aspek pendukungnya.

2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan Model

Beberapa kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah :

a) Mengkaji kurikulum matematika SMP kelas VIII, sebagai acuan program pembelajaran.

b) Merumuskan tujuan pembelajaran yang spesifik.

c) Merumuskan mekanisme pembelajaran kooperatif tutor sebaya. d) Merumuskan alat penilaian.

e) Menentukan partisipan dalam pengembangan desain. f) Menentukan prosedur penelitian dan

g) Melakukan uji kelayakan desain pembelajaran.

3. Tahap Uji Coba Model

(35)

tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman pada mata pelajaran matematika yang disesuaikan dengan kondisi dan sarana prasarana yang ada. Dalam hal ini ada dua tahap uji coba model :

a. Uji Coba Model Terbatas

Uji coba terbatas dilaksanakan di SMP Negeri 15 Kota Serang, dengan sampel kelas VIII semester genap sebanyak satu kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 39 orang.

Penilaian dilakukan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya melalui observasi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik dengan membandingkan hasil yang dicapai peserta didik pada saat sebelum pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran dilaksanakan (postes).

b. Uji Coba Model Lebih Luas

Uji coba lebih luas dalam penelitian ini akan dilaksanakan di tiga sekolah yaitu: di SMP Negeri 2 Kota Serang, di SMP Negeri 4 Kota Serang, dan di SMP Negeri 10 Kota Serang, semuanya berlokasi di Kota Serang Provinsi Banten ditiga kelurahan (Kelurahan Serang, Kelurahan Kota Baru, dan Kelurahan Cipocok Jaya).

(36)

penelitian ini diuji coba hingga memperoleh model yang prima dan sesuai dengan kondisi yang ada. Sejalan dengan dilaksanakannya uji coba, akan dilakukan monitoring yang cermat dan produktif sehingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil pengamatan tahap uji coba ini merupakan bahan untuk dilakukannya revisi hingga dihasilkan suatu model pembelajaran yang dianggap sudah valid dan proses uji coba dihentikan.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Adapun lokasi penelitian untuk uji coba terbatas pada SMP Negeri 15 Kota Serang, sedangkan untuk uji coba lebih luas akan dilaksanakan ditiga sekolah yaitu: SMP Negeri 2 Kota Serang, SMP Negeri 4 Kota Serang, dan SMP Negeri 10 Kota Serang, semuanya berlokasi di Kota Serang Provinsi Banten.

Ketiga sekolah ini dipilih sebagai subjek penelitian karena beberapa pertimbangan, pertama karena berada di lokasi yang strategis di wilayah Kota Serang sehingga sangat memungkinkan bagi peneliti untuk dapat melakukan penelitian secara intensif di tiga sekolah pada saat dilaksanakannya uji coba secara luas dalam waktu relatif bersamaan, kedua karena tersedianya sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (guru) yang cukup sehingga diharapkan dihasilkannya model pembelajaran yang diinginkan.

(37)

pengembangan model ini. Adapun model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman. Selain itu diperlukannya kerja sama yang baik antara guru dan peneliti, karena dengan terciptanya kerjasama yang baik dan keterlibatan guru sangat menentukan keberhasilan dalam penelitian ini.

Dari subjek penelitian guru mata pelajaran matematika dan peserta didik kelas VIII, maka ditetapkanlah sampel penelitian sebagai berikut :

1. Prasurvey 6 orang guru mata pelajaran matematika dan 116 peserta didik kelas VIII SMP Negeri di Kota Serang dijadikan subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi yang menggambarkan proses pembelajaran di SMP yang sedang berlangsung.

2. Selanjutnya menetapkan satu SMP yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan yaitu tempat dilakukannya uji coba terbatas terhadap model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam pada mata pelajaran matematika. 3. Setelah diperoleh model yang sesuai dengan kondisi setempat, langkah

selanjutnya dilakukan uji coba lebih luas pada tiga SMP Negeri di Kota Serang.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan data

(38)

penelitian, sumber data dan kondisi untuk apa data dikumpulkan dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Pada studi pendahuluan digunakan metode survey untuk menghimpun data tentang kondisi sekolah serta pelaksanaan pembelajaran yang selama ini dilakukan. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket, wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Sedangkan pada tahap pengembangan dari penelitian ini digunakan metode penelitian tindakan (action research), meliputi kegiatan penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi serta penyempurnaan observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif di mana dalam penelitian ini peneliti terlibat langsung dengan kegiatan orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2006: 255). Alat pengumpulan data yang digunakan pada tahap ini adalah observasi, wawancara, angket, tes hasil belajar, studi dokumenter dan skala. Instrumen yang digunakan pada setiap tahapan penelitian dan pengembangan digambarkan pada tabel 3.1. berikut :

Tabel 3.1.

INSTRUMEN PENELITIAN

No Tahapan Penelitian Teknik Pengumpulan

(39)

No Tahapan Penelitian Teknik Pengumpulan

Menurut Hopkins, (dalam Wiraatmadja, 2006: 104): “observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori. Observasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk mengamati, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai”. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan pedoman observasi yang berbentuk format observasi terhadap kegiatan/proses pembelajaran Matematika. Adapun tujuan dari observasi adalah untuk memantau proses, hasil dan pengembangan model pembelajaran Matematika melalui kooperatif Tutor Sebaya.

(40)

Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas oleh guru partisipan yang sudah mengetahui pembelajaran kooperatif, untuk menginventaris data tentang respon belajar peserta didik, proses pembelajaran (kelemahan dan kelebihan) dengan harapan yang tidak teramati oleh peneliti selama penelitian berlangsung dapat ditemukan.

2. Angket

Angket yang disusun oleh peneliti, berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dan selanjutnya dijawab oleh para peserta didik dan guru setelah melakukan pembelajaran selesai. Questionnaire juga dapat berisi pertanyaan yang spesifik tentang aspek-aspek yang terjadi di dalam kelas, metode mengajar yang digunakan dan informasi lainnya dari para peserta didik dan guru.

Angket dipakai untuk mengetahui pandangan peserta didik dan guru di sekolah terhadap pembelajaran kooperatif tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dalam mata pelajaran matematika.

3. Wawancara

(41)

wawancara yang bersifat terbuka dan wawancara semi terstruktur. Artinya, bentuk wawancara sudah dipersiapkan terlebih dahulu, akan tetapi, memberikan keleluasaan untuk menerangkan agak panjang lebar, dan mungkin tidak langsung ke fokus pertanyaan/bahasan, atau mengajukan bahasan sendiri selama wawancara berlangsung.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan kepada sekolah, guru matematika dan peserta didik, untuk mendapatkan data pelaksanaan pembelajaran kooperatif tutor sebaya serta pendukung dan kendala saat ini bagi pengembangan model pembelajaran.

Pada penelitian ini wawancara digunakan untuk mendapatkan seluruh informasi yang belum diperoleh pada saat survey dan observasi, yaitu mengenai model pembelajaran kooperatif tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman pada mata pelajaran matematika di SMP pada saat ini.

4. Instrumen Hasil Belajar

(42)

5. Studi Dokumenter

Studi dokumenter dilakukan terhadap kurikulum 2006 (KTSP) dan administrasi kelengkapan mengajar, yaitu pengajaran yang disusun oleh guru matematika, serta data pendukung pembelajaran matematika di kelas.

Dokumentasi, termasuk foto didalamnya, menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Pada umumnya, foto digunakan sebagai data atau sebagai pendorong kearah menghasilkan data. Penggunaan foto ini sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai proses terjadinya suatu keadaan atau kegiatan yang dilakukan, seperti proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas antara guru dan peserta didik. Foto ini kemudian dianalisis bersama sumber-sumber lainnya. Dengan kata lain, foto digunakan sebagai pelengkap pada cara dan teknik pengumpulan data lainnya.

F. Analisa Data

Agar data yang telah terkumpul dapat memberikan makna sesuai dengan tujuan penelitian maka dilakukan analisis dan interprestasi data. Data yang telah berhasil dikumpulkan, baik dari studi pendahuluan khususnya dari hasil survey awal tentang pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP maupun hasil data yang diperoleh dari tahap pengembangan model. Data diperoleh dari hasil observasi selama guru melaksanakan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui tes awal dan tes akhir.

(43)

observasi, wawancara, dan studi dokumenter dipisah-pisahkan sesuai dengan katagori yang dikehendaki untuk selanjutnya diambil kesimpulan. Data hasil penilaian terhadap aspek pemahaman konsep peserta didik pada uji coba terbatas dan uji coba lebih luas akan di analisis secara statistik menggunakan uji-t dengan bantuan program SPSS 16.0. Uji-t dilakukan untuk mengetahui perbedaan efektivitas model pembelajaran kooperatif tutor sebaya pada mata pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman antara sebelum dan sesudah dilakukannya proses pembelajaran.

Analisis data dilakukan dari awal penelitian sampai dengan penelitian akhir secara terus menerus mencakup kegiatan analisis data, refleksi dan tindakan. Akhirnya, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dilakukan penarikan kesimpulan dengan cara menjawab setiap pertanyaan penelitian dan mensintesiskan jawaban-jawaban tersebut dalam sebuah simpulan penelitian secara menyeluruh.

G. Pengembangan Instrumen Penelitian

(44)

peserta didik bersifat interval. Sebelum instrumen-instrumen tersebut digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu diadakan penilaian. Penilaian akan dimintakan kepada para ahli terutama pembimbing, sedangkan uji coba instrumen akan dilakukan kepada guru (untuk angket) dan siswa (untuk tes kemampuan pemahaman). Setelah dilakukan penyempurnaan, maka baru digunakan dalam penelitian yang sesungguhnnya.

H. Jadwal Penelitian

(45)

No Nama Kegiatan

Waktu Kegiatan

Ket

2009 2010

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

4 Penyusunan Draf Awal Model 5 Uji Coba

Terbatas

6 Uji Coba Secara Luas

7 Membuat Draft Laporan

8 Diskusi Draft Laporan

9 Penyempurnaan Laporan

Penelitian 10 Laporan

(46)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, selanjutnya dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Deskripsi hasil studi pendahuluan

(47)

Pada sebagian besar sekolah, proses pengajaran matematika mengikuti urutan yang ada dalam buku teks, sehingga materi apapun yang diajarkan guru akan sangat tergantung pada urutan materi pada buku yang digunakan. Pembelajaran nampak belum terarah dan sistematis karena materi pembelajaran tidak terfokus dalam satu SK dan KD yang akan tercapai. Langkah-langkah pemilihan bahan ajar seperti mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran, dan penentuan urutan bahan ajar hendaknya benar-benar dipahami oleh guru. Akan lebih baik para guru dalam wadah MGMP merancang pengembangan materi pembelajaran yang terarah dan sistematis.

2. Karakteristik model kooperatif tutor sebaya yang dihasilkan

Karakteristik model pembelajaran kooperatif tutor sebaya yang dikembangkan adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran secara kelompok

Pembelajaran kooperatif tutor sebaya adalah pembelajaran yang dilakukan secara kelompok. Keberhasilan kelompok dalam belajar berarti merupakan keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Kemampuan untuk saling bekerjasama

(48)

sebaya. Tanpa adanya kerjasama yang baik antar kelompok maka pembelajaran kooperatif tutor sebaya tidak akan berhasil secara maksimal.

c. Keterampilan dalam bekerjasama

Keterampilan dalam bekerjasama diaplikasikan melalui keaktifan dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok, karena itu peserta didik harus didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lainnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

d. Kemampuan memimpin

Pembelajaran kooperatif tutor sebaya adalah pembelajaran secara kelompok yang dipandu oleh temannya sendiri yang memiliki kemampuan lebih sebagai tutor. Seorang tutor harus memiliki keterampilan dalam memimpin atau membantu temannya yang mendapat kesulitan dalam belajarnya.

Model pembelajaran kooperatif tutor sebaya berisi komponen-komponen yang sama dengan pembelajaran yang biasa digunakan disekolah, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tetapi memiliki penekanan pada aspek-aspek kemampuan, seperti kemampuan memimpin, saling memotivasi, kerja sama, saling memberikan bantuan dan saling mendengarkan. Rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri atas lima komponen utama, yakni:

a. Tujuan pembelajaran, merupakan sasaran yang akan dicapai dalam

(49)

b. Materi pembelajaran, merupakan isi atau substansi bahan yang akan

diajarkan untuk menunjang penguasaan kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran mengandung nilai-nilai yang bermakna, terpadu, dan dekat dengan kehidupan peserta didik sehari-hari. Selain itu materi pembelajaran ditentukan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang variatif dan sitematis, peneliti mengembangkan lembar kegiatan siswa (LKS) bersumber dari buku paket dan beberapa buku penunjang lainnya. LKS ini kemudian didiskusikan dengan guru yang dijadikan mitra pembelajaran.

c. Kegiatan pembelajaran, pada komponen ini dirumuskan model

pembelajaran kooperatif tutor sebaya dengan lima langkah, yakni: pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, penilaian, dan refleksi.

d. Media/Alat dan sumber pelajaran, berisi rumusan tentang media atau alat

bantu pembelajaran, dan buku sumber yang digunakan untuk membantu memperjelas atau mempermudah penguasaan materi atau kompetensi yang ingin dicapai. Media pembelajaran dapat menggunakan media yang ada disekeliling. Sumber belajar dapat berupa buku dan sumber pembelajaran yang ada dilingkungan masyarakat.

e. Penilaian pembelajaran, merupakan kegiatan untuk mengukur dan menilai

(50)

ditujukan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik dalam kompetensi dan materi yang dirumuskan dalam tujuan. Pengukuran dalam bentuk tes uraian.

Berdasarkan analisis statistik ternyata model pembelajaran kooperatif tutor sebaya yang dikembangkan juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemampuan peserta didik dalam menguasai bahan pelajaran dengan kenaikan tingkat homogenitas penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. antara pretest dan postest pada uji coba lebih luas di sekolah SMP Negeri 2 Kota Serang, SMP Negeri 4 Kota Serang, dan SMP Negeri 10 Kota Serang, diperoleh peningkatan hasil belajar peserta didik yang signifikan diikuti dengan semakin meratanya penguasaan materi pelajaran.

Hasil SPSS pada SMP Negeri 2 Kota Serang menunjukkan bahwa dari jumlah n = 38 dengan sebelum (pretest) dilakukan uji coba rerata sebesar 4,158 dengan standar deviasi sebesar 0,789 dan dengan n yang sama, didapat standar deviasi sebesar 0,471 dengan nilai postest sebesar 7,316. Karena standar deviasi (SD) postest sebesar 0,471 < SD pretest sebesar 0,789, berarti kenaikan tingkat penguasaan materi pelajaran pada postest diikuti semakin meratanya tingkat penguasaan materi pelajaran peserta didik. Setelah dilakukan uji signifikan dengan uji-t diperoleh harga thitung sebesar 28,674. Ternyata nilai thitung lebih besar

dari ttabel (28,674 > 1,697) pada tingkat signifikan 95% dan derajat kebebasan df =

37. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan skor nilai pretest terhadap skor nilai

(51)

Perbandingan hasil belajar pretest dan postest pada sekolah SMP Negeri 4 Kota Serang juga signifikan dengan diikuti tingkat homogenitas peserta didik n = 38 dengan standar deviasi 0,718 diperoleh skor rata-rata pretest sebesar 3,395. Pada n yang sama, dengan standar deviasi 0,545. Setelah dilakukan uji signifikan dengan uji-t diperoleh harga thitung sebesar 39,987 sedangkan harga ttabel sebesar

1,697 dengan df = n – 1. Dengan demikian, karena thitung sebesar 39,987 > ttabel

sebesar 1,697 pada taraf kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa kenaikan skor pretest terhadap skor postest disekolah SMP Negeri 4 Kota Serang Provinsi Banten secara statistik adalah signifikan.

Adapun penghitungan SPSS 16.0 mengenai hasil belajar pretest dan postest di sekolah SMP Negeri 10 Kota Serang juga menunjukkan hasil belajar yang signifikan dengan diikuti semakin meratanya tingkat kemampuan peserta didik terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Dari jumlah peserta didik n = 40 dengan standar deviasi 0,636 diperoleh rata-rata skor pretest sebesar 4,175 dan dengan n yang sama, pada postest diperoleh skor rata-rata sebesar 7,325 dengan standar deviasi 0,474. Dengan demikian, skor peserta didik pada postest lebih homogin dibandingkan dengan skor peserta didik pada pretest karena SD postest 0,474 < SD pretest sebesar 0,636. Dengan demikian kenaikan tingkat penguasaan materi pelajaran peserta didik pada postest diikuti semakin meratanya tingkat penguasaan materi pelajaran peserta didik. Selain itu, setelah diadakan uji signifikan dengan uji-t diperoleh harga thitung sebesar 41,243, harga ttabel sebesar 1,697 dengan df =

(52)

taraf kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa disekolah SMP Negeri 10 Kota Serang secara statistik adalah signifikan.

3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran yang dikembangkan

a. Kelebihan

Berbicara tentang pengajaran dan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman yang dikembangkan di SMP Kota Serang, ada beberapa kelebihannya antara lain :

1) Dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional pembelajaran kooperatif tutor sebaya ini memiliki kelebihan, dilihat dari aspek peserta didik adalah memberi peluang kepada peserta didik agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh peserta didik belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan.

2) Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya, memungkinkan peserta didik dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thingking skill) maupun keterampilan sosial (sosial

skill) seperti kemampuan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran

dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas. 3) Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk

(53)

penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Peserta didik bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.

4) Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebayanya, dapat meningkatkan kemampuan akademik, kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi dan menghargai pokok pikiran orang lain.

5) Model tutor sebaya merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif, rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama, penjelasan tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru, peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.

b. Kekurangan

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman adalah sebagai berikut :

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

(54)

3) Saat diskusi kelas terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan peserta didik yang lain menjadi pasif.

4) Tidak semua peserta didik memiliki kemampuan dalam menjelaskan kepada temannya

5) Tidak semua peserta didik dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari temannya.

6) Waktu yang dibutuhkan dalam setiap pertemuan relatif lebih banyak, guru agak sulit dalam menentukan peserta didik untuk dijadikan tutor sebaya.

4. Kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran yang

dikembangkan

Adapun kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran yang dikembangkan pada mata pelajaran matematika di SMP Kota Serang adalah sebagai berikut:

a. Adanya budaya mengajar yang masih konvensional, dimana guru merasa cukup puas dengan menggunakan metode ceramah yang monoton, dan penugasan.

b. Pengaturan waktu antara satu tahapan dengan tahapan lainnya sulit diatur, dan menurut pengamatan peneliti tahap penyajian kelas oleh guru memerlukan waktu yang cukup lama.

(55)

B. Rekomendasi

Penelitian yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya: (1) pihak guru, (2) Pihak Dinas Pendidikan, (3) LPTK dan (4) pihak peneliti selanjutnya.

1. Untuk Guru.

Guru adalah ujung tombak pendidikan sebab di tangan gurulah peserta didik dapat menguasai suatu pengetahuan atau mewarisi suatu nilai yang penting. Guru yang memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan keprofesionalannya dalam mengajar akan terbuka terhadap suatu inovasi dan berusaha untuk memahami serta mempraktikkan inovasi tersebut dalam pengajarannya sehari-hari.

Berkaitan dengan ini, guru-guru kelas VIII dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya yang dikembangkan dalam penelitian ini di kelasnya. Untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sama, rencana pembelajaran yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan secara langsung, dengan terlebih dahulu membaca dan memahami secara cermat. Untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar yang lain dalam mata pelajaran matematika kelas VIII, rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik SK dan KD yang akan diajarkan.

(56)

pengalaman belajar yang telah dimiliki peserta didik, dan tujuan yang hendak dicapai.

Efektivitas penerapan model ini terkait erat dan sangat didukung oleh kemauan dan kemampuan guru untuk mengembangkan berbagai inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran. Bentuk kreativitas atau inovasi guru dapat dikembangkan melalui variasi metode atau kegiatan, pengembangan materi pembelajaran, media atau pengelompokkan anak. Semakin banyak kreativitas guru maka kegiatan pembelajaran akan semakin menarik bagi peserta didik.

Guna meningkatkan pembelajaran di sekolah pada tingkat SMP khusus pada mata pelajaran matematika, dimana guru sebagai ujung tombak di lapangan perlu secara optimal menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik. Dengan demikian sangat perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:

a. Guru harus mampu mendesain pembelajaran kooperatif tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman secara sistematis dan mampu menumbuhkembangkan kemampuan peserrta didik secara optimal, baik untuk tujuan model pembelajaran ini ke berbagai materi yang akan diajarkan khususnya mata pelajaran matematika.

(57)

c. Guru dalam menyiapkan media yang akan digunakan hendaknya mampu mengoptimalkan lingkungan yang ada disekitar peserta didik disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi pelajarannya.

d. Untuk merangsang berfikir peserta didik dan bermakna dalam pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan keinginan sehingga peserta didik benar-benar mampu menunjukkan kemampuannya dan hendaknya guru mampu menciptakan peserta didik betah disekolah, giat belajar dan guru dalam pembelajaran memperlihatkan kesan yang menyenangkan.

e. Hargailah setiap kemampuan peserta didik sekecil apapun, janganlah tes akhir dijadikan patokan keberhasilan seorang peserta didik tetapi berilah penilaian sejak proses hingga akhir pembelajaran.

f. Bentuklah team teaching sesama guru matematika, jalin kerja sama dengan wali kelas, guru bidang studi, guru BP, orang tua dan kalau memungkinkan dengan dunia industri yang berhubungan dengan mata pelajaran matematika.

2. Untuk Kepala Sekolah

(58)

sekolah juga dituntut untuk memperluas wawasan tentang pendidikan yang berlangsung saat ini dan masa depan, dan pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah unggulan sehingga mereka menjadi terpacu untuk mengembangkan keprofesionalan diri dari sekolah yang dipimpinnya.

Dukungan dan motivasi dari kepala sekolah sangat berarti bagi pengembangan keprofesionalan guru. Salah satu bentuknya adalah memberikan kesempatan dan fasilitas bagi pengembangan model pembelajaran yang inovatif, seperti pengembangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya, model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, model pembelajaran berbasis masalah, dan model-model pembelajaran lainnya. Dukungan dalam bentuk fasilitas yang dapat dilakukan kepala sekolah adalah berkenaan dengan ketersediaan, kecukupan, serta keberfungsian sarana dan prasarana serta sumber belajar yang digunakan pada model pembelajaran tersebut.

(59)

3. Untuk Dinas Pendidikan

Seiring dengan otonomi daerah, dan berlakunya kurikulum 2006. Dinas Pendidikan hendaknya lebih mengintensifkan lagi dalam mengimplementasikan program pelatihan-pelatihan yang telah peneliti kembangkan. Berkaitan dengan itu perlu disusun langkah-langkah sebagai berikut:

a. Sosialisasikan tentang fenomena hasil penelitian ini berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya kepada pejabat yang terkait dan guru-guru.

b. Pembentukan tim khusus yang melibatkan pihak birokrasi, pakar pendidikan, dan kalangan praktisi yang memiliki komitmen untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya yang berkenaan dengan pendekatan pemahaman konsep.

c. Melakukan survey untuk mendapatkan gambaran empirik tentang indikator, dan faktor yang menyebabkan guru sulit menerapkan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dengan pendekatan pemahaman konsep.

d. Penyusunan program latihan, sebagai pedoman pengembangan program pelatihan.

e. Pelaksanaan pelatihan, pelatihan dapat dilakukan di dinas pendidikan kota yang melibatkan guru-guru matematika.

(60)

Untuk meningkatkan mutu pendidikan SMP di Kota Serang, maka dinas pendidikan kiranya perlu secara terus-menerus merencanakan atau mengadakan pembinaan, penyegaran, dan pelatihan kepada guru-guru mata pelajaran sehubungan dengan metode dan inovasi pembelajaran diwilayah tugasnya.

4. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)

LPTK berfungsi mencetak dan mempersiapkan guru, perlu membekali para mahasiswa dengan kemampuan tersebut secara seimbang. Oleh karena itu mahasiswa disamping dibekali dengan berbagai pengetahuan tentang pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan proses pendidikan secara maksimal, diantaranya mengembangkan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan perlu dilatih untuk mempraktikkan dilapangan (sekolah), sebagai lembaga formal yang perlu mendapatkan perhatian dari para pelaksana pendidikan, atau merupakan masukan bagi institusi untuk melatih calon-calon pendidik untuk dikembangkan lebih lanjut.

(61)

5. Untuk Peneliti Selanjutnya

Pertama; bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih luas lagi, model pembelajaran ini tidak hanya cocok dalam pelajaran matematika saja tetapi bisa juga digunakan pada pelajaran IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan pelajaran lainnya.

Kedua; Peneliti menyadari dengan segala keterbatasannya dalam melakukan penelitian ini hasilnya kurang memuaskan hal ini berkaitan dengan subjek, waktu dan biaya. Untuk itu model pembelajaran kooperatif tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemahaman konsep kiranya perlu diadakan penelitian lebih luas lagi.

Ketiga; Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan sebagai acuan bagi pengembangan peneliti selanjutnya.

C. Penutup

Gambar

Gambar 3.1.
tabel 3.1. berikut :
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PPL adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam semester- semester

1) Persiapan RPP, draf Interview, draf observasi dan angket. 2) Mengurus izin persetujuan pelaksanaan penelitian dari kp.sek. dan Dinas pendidikan. 3) Mencari dan

Hasil karakterisasi Struktur mikro komposit bioplastic menunjukkan adanya ikatan yang baik antara matriks dan serat.Namun, terjadi kerusakan ikatan setelah

Permasalahan dalam penulisan skripsi ini ditekankan pada kajian yang berkait dengan penggunaan unsur budaya lokal yang ditampilkan pada iklan susu kental manis/PT. Frisian

Sasaran dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan kemampuan berpikir matematis. Untuk berpikir secara matematis siswa harus memiliki kemampuan

Pemberdayaan merupakan upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 8 Tahun