• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Menulis Surat Perjanjian Jual Beli dalam Bidang Studi Bahasa Indonesia dengan Implementasi Teknik Simulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Menulis Surat Perjanjian Jual Beli dalam Bidang Studi Bahasa Indonesia dengan Implementasi Teknik Simulasi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

580

Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Menulis Surat Perjanjian Jual Beli dalam Bidang Studi Bahasa Indonesia dengan Implementasi Teknik Simulasi

Jahrona Sinaga, S.Pd. SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

Absract

Implementation of simulation teaching technique in improving students learning result in writing skill on buying and sell letter of appoinment teaching material at the XI IPA-3 grades at SMA 4 Padangsidimpuan. This research is classroom action research. This research was adopt from Kemmis and Taggart. The result of this research is found that the implementation of simulation teaching technique was effective in improving srudents learning result in Indonesia languge learning at the XI IPA-3 grades student in SMA 4 Padangsidimpuan.

Keywords: Teaching and learning, Simulation, Writing skill, and The purchase letter.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran dengan materi penulisan atau membuat surat perrjanjiaan jual beli adalah bagian dari pembelajaran pendidikan Bahasa Indonesai, dan mata pelajaran ini adalah salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari bagi siswa SMA dan SMK sederajat menurut kurikulum 2006, seterusnya menulis adalah bagian dari skill pembelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan pengamatan pada pelaksaan pre-test, dan juga pengalaman penulis sebagai guru Bahasa Indonesia, peserta didik mengalami berbagai kendala dan masalah untuk memahami dan mengetahui tentang menulis perjanjian surat jual beli, yang berdampak pada pencapaian nilai dalam ujian formatif, nilai siswa slalu rendah dan lebih banyak dibawah nilai KKM. Nilai KKM yang ditetapkan oleh MGMP Bahasa Indonesia SMA negeri 4 adalah 75, sedangkan siswa kelas XI IPA-3 hanya 25 % yang berhasil mencapai skor KKM, dan 75 % di bawah nilai 75, dengan demikian dapat dikatakan 75 % siswa tidak tuntas, hal ini tentu menjadi masalah yang harus diperhatikan atau diatasi oleh guru.

Dari hasil test dapat diketahui bahwa skor pemerolehan peserta didik sebelum pelaksanaan penelitian adalah 5,3. Yakni jauh dibawah nilai KKM yaitu 80. Berdasar Data diatas dapat diartikan bahwa skor pemerolehan siswa masih jauh dari KKM: hanya 8 orang yang berhasil memperoleh nilai diatas 6,5, berarti hanya 25% dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas, dan ada 75% siswa yang tidak tuntas.

Dari hasil pengamatan penulis, di kelas XI IPA-3 SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, permasalahan ini disebabkan proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas, tidak terlaksana sebagaimana diharapkan , dan masalah ini ditimbulkan oleh dua faktor, yaitu faktor external dan faktor internal pembelajaran,

Faktor internal meliputi faktor -faktor pendukung peroses pembelajaran yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, misalnya siswa kurang berminat atau tidak termotivasi untuk mempelajari atau mengetahui tentang meenulis surat perjanjian jual beli, latar belakang pengetahuan siswa tentang bahan atau materi ajar hanya sedikit, dan bersifat teoritis, dan sebagainya.

(2)

581

Seterusnya faktor external adalah faktor–faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran berasal dari luar diri siswa misalnya teknik belajar yang digunakan, situasi yang kondusif, fasilitas yang cukup, kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran, dan sebagainya.

Lebih lanjut, pada saat proses pembelajaran guru dan siswa berkesulitan menghadirkan bahan ajar yang tepat untuk materi dimaksud, dan teknik yang digunakan tiak sesuai dengan materi ajar, dan media belajar kurang, hampir tidak ada mengakibatkan proses pembelajaran tidak optimal sesuai yang dibutuhkan untuk mencapai tujan pembelajaran.

Sehubungan dangan permasalahan ini penulis bermaksud menerapkan teknik Simulasi dalam membelajarkan siswa, sebab dengan teknik Simulasi ini, pelaksanaan pembelajaran melibatkan siswa sepenuhnya, dan teknik ini adalah merupakan pembelajaran langsung, sehingga siswa tertarik, tertantang, dan termotivasi untuk belajar tentang menulis surat perjanjian jual beli II. PERMASALAHAN

Apakah implementasi teknik pembelajaran Simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menulis surast perjanjian jual beli pada mata pelajaran Bhasa Indonesia di kelas XI IPA-3 SMA negeri 4 Padangsidimpuan tahun ajaran 2015/2016?

III. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya proses belajar mengajar telah berlangsung secara berkesinambungan. Melalui belajar manusia dapat mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Aktualisasi dari potensi tersebut sangat bermanfaat bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri dengan pemenuhan kebutuhannya. Keunggulan seseorang terletak pada semangat, kemauan dan keuletannya dalam belajar.

Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang belajar. Menurut Fontana dalam Suherman (2003:8) belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Selanjutnya menurut W.S. Winkel dalam Max Darsono (2000:4) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap.

Selain pendapat di atas Yamin (2003: 99) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Selanjutnya Sukardi (1983: 15) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang intraktif atau kontemporer. Kemudian Hamalik (1982:28) mengatakan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses yang berlangsung pada diri seseorang sehingga terjadinya perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penalaran, kecapakan sikap dan kebiasaan.

Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar,. Darsono (2000:30-31) menyatakan beberapa ciri-ciri belajar :1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan, 2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, 3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.

a. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar

Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan hasil atau akibat dari usaha atau latihan yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dan memiliki tujuan yang jelas. Suryabrata (1998:233-237)

(3)

582

menyatakan bahwa tingkah laku yang terjadi merupakan hasil dari proses belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar individu siswa

2) Faktor-faktor non sosial. Faktor-faktor non sosial meliputi keadaan lingkungan, sarana dan prasarana dalam belajar.

3) Faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial meliputi faktor manusia dalam proses belajar mengajar, misalnya : kehadiran orang yang membuat gaduh pada waktu seseorang sedang belajar akan mengganggu konsentrasi dalam belajar.

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu siswa 1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah keadaan fisik siswa, dalam keadaan sehat siswa dapat belajar dengan baik, sebaliknya bila dalam keadaan sakit atau cacat siswa tidak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan sempurna sehingga proses belajar terganggu yang pada akhirnya prestasi belajarpun kurang optimal.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah intelegensia (kecerdasan), bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif. Pembelajaran dapat diidentikkan dengan kata mengajar yang berasal dari kata dasar ajar. Mengajar adalah kemampuan mengkondisikan situasi yang dapat dijadikan proses belajar bagi siswa. Zainal Aqib (2013:67-68) mengatakan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah bagian dari belajar, tetapi mengajar lebih pada upaya untuk menyediakan berbagai fasilitas baik yang bersifat software (perangkat lunak) maupun hardware (perangkat keras).

Selanjutnya Eveline Siregar (2011:12) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna, maksudnya untuk menghasilkan belajar situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2008:12) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalamna belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

Selanjutnya Sugandi (2004:9) mengatakan pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merupakan stimulus dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Selain itu Suyitno (2004:2) memberikan definisi lain dari pembelajaran yaitu upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran itu adalah proses interaksi antara siswa dengan guru yang dilakukansedemikan agar tercapai kondisi belajar yang optimal sehingga memberikan hasil belajar yang optimal.

(4)

583

Pengertian Hasil Belajar

Kata hasil belajar dapat diidentifikasikan dengan kata prestasi belajar, yakni hasil yang diperoleh setelah belajar. Sebagai gambaran, berikut ini adalah beberapa pendapat tentang hasil belajar.

Mursell dalam Simanjutak (1975:82) berpendapat bahwa “Hasil belajar merupakan penguasaan bahan pelajaran yang ditimbulkan oleh pemahaman atau pengertian, atau oleh respon yang masuk akal”. Selanjutnya Sujana (1989:5) berpendapat bahwa “Perubahan sebagai hasil dari proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, dan perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.

Selanjutnya Daryanto (1998;456) mengatakan bahwa :”Prestasi adalah hasil karya yang dicapai”. Sejalan dengan definisi di atas, Sastromiharjo (1980:15) mengatakan bahwa :”Prestasi belajar adalah perubahan yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berifat aktual dan potensial dan berlaku dalam waktu yang cukup lama”.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil belajar individu secara maksimal yang bertujuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dari mata pelajaran yang bersifat aktual dan potensial.

Howard Kingsley dalam Sudjana (2001:22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu:1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah

Menulis dan Pembelajaran Menulis

Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan yang harus dicapai dalam mempelajari penguasaan bahasa, sebagai alat komunikasi. Dengan keterampilan menulis yang baik, seseorang dapat mengekpressikan ide-idenya, buah pikiran atau pendapat, perasaan dan hal-hal linnya untuk disampaikan pada orang lain memlalui media, khususnya kertas. Oleh kare itu untuk menjadi penulis yang baik dan benar, sesorang harus memiliki kemampuan dalam pemilihan kata, penyusunan kalimat, serta pengorganisasian kalimat dalam paragraph, dalam hal ini dapat dicapai melalui belajar dan berlatih scara berkesnambungan, dengan kata lain menulis adalah keterampilan yang harus dipelajari dan diajarkan melaui program pendidikan.

Sehubungan dengan hal diatas, banyak para pakar memberikan pendapat atau penjelasan tentang keterampilan menulis ini, misalnya Gillespie (1986:14) menyatakan” Writing is learned behavior that takes long time tomaster by student” menurut pendapat ini menulis adalah suatu belajar pembiasaan, sehngga menjadi berupa tingkah laku , yang membutuhkan waktu yang lama bagi pembelajar untuk menguasai keterampilan menulis ini, menurut pendapat ini keterampilan menulis akan diperoleh melalui program belajar.

Raimes (983:3) menyatakan “writing is the reinforcement grammatical structure, idioms and vocabulary mastery that the students have learnt, and when the students write they have chance to be adventurous with language”. Menurut pernyataan ini menulis adalah proses reinformen pengetahuan structur kata, parase, kalimat, dan paragraph, yang telah dipelajarinya sebelumnya. Dengan adanya reinforsmen ini maka structur tersebut dapat tertuang secara utuh dalam membentuk suatu teks yang ditulis. Pakar ini juga menyatakan ketika peserta didik sedang melakukan aktifitas menulis berarti dia juga sedang berpetualang dalam penggunaan bahasa, harus memiliki tehnik, dan trampil dalam pemilihan kata, penyusunan kalimat dan paragraph serta paham dalam penggunaan tanda-tanda baca agar karya tulisnya biak dan benar sesuai dengan tujuan penulisan teks tersebut.

Penny Ur (1991: 163) menyatakan“the purpose o writing is the expression of ideas, the conveying of massage to the reader, so the ideas hemselves should be seen as the most important aspect of the writing”. Pakar ini berpendapat bahwa tujuan menulis adalah untuk mengekspressikan

(5)

584

ide-ide, pesan-pesan kepada sipembaca, sehingga ide itu sendiri menjadi aspect terpenting dalam menulis. Dalam hal ini guru sebagai pengajar dalam menulis harus mampu memberikan peluang kepada pesrta didik agar ide-ide itu tumbuh subur dan muncul pada karya tulis yang mereka lakukan, berupa pokok pikiran yang dituangkan dalam karya tulis tersebut, misalnya Narasi.

Harris (1997:38) berpendapat bahwa “ the students can use writing to express their ideas, opinions, reality, and point of view”. Berdasarkan pendapat ini pesrta didik dapat mengekpressikan buah pikiran, pendapat atau pandangan mereka terhadap sesuatu melalui sebuah karya tulis.

Anima (200:22) menjelaskan bahwa” writing is an important part of language learning which is essentially a reflective activity that requires enough time about specific topic, to analyze and to classify any background knowledge” menurut pendapat ini ketika peserta didik menulis, mereka memerlukan waktu dan arahan dari guru, guru seharusnya berperan sebagai pemberi aturan dan menjadi pembimbing serta mngaktifkan schemata mereka sekaligus membantu melakukan reinforment pada topic yang telah diberikan sebelum proses menulis dimulai.

White dan Amd in Hammer(2001: 258) menjelaskan “ process of writingis an interrelatd set of recursive stages that include:drafting, structuring(ordering information, experimenting with arrangements), reviewing, ( cheking context, connection,assessing impact, editing), focusing (tha is making sure that the message across as the need to be across, generating ideas and evaluation(assessing draft). Menurut pendapat ini menulis adalah suatu proses yang panjang, membutuhkan langkah- langkah berupa aturan yang harus dilakukan agar hasil tulisan benar- benar dapat menyampaikan ide-ide, pesan - pesan sesuai dengan apa yang menjadi penulisan teks dimaksud. Adapun aturan dimaksud adalah: drafting, penyusunan informasi yang akan disampaikan, editing, pengembangan secara spesipik ide, serta evaluasi. Pakar ini juga menegaskan bahwa menulis dan pmbelajaran menulis sangat berkontribusi satu sama lain.

Lebih lanjut para pakar bahasa menyepakati bahwa component dalam pembelajaran menulis ada lima (5) yakni: 1) Komponen pembentukan dan penyusunan kalimat (Language use), 2)Penguasaan atau kemampuan dalam penggunaan tanda-tanda baca/ punctuasi (mechanical skill), 3) Pengembangan pokok pikiran yang akan disampaikan ( treatment of content), 4) Kemampuan untuk pemilihan kata, pengorgasisasion kata atau kalimat, serta paragraph, penggunaan bahasa yang efektif (sesuai dengan tujuan, sasaran atau kepada siapa tulisan itu ditujuakan), harus sesuai dengan usia, status pendidikan, status sosial.(Style skill) dsb.

Berdasarkan pendapat dan penjelasan para pakar bahasa dalam bidang menulis diatas, maka peneliti mengambil indicator keterampilan menulis adalah: penentuan atau pemilihan ide(tema), pemilihan kata, pengembngan ide(tema), penyusunan kalimat, pengorganisasian kalimat dan paragraph, punktuasi, koheren dan kohesip, dalam hal ini sesuai dengan pendapat para pakar diatas. Evaluasi karya Tulis

Sebagai mana penjelasan penjelasan diatas untuk mengetahui nilai atau berbobot tidaknya hasil karya tulis tentu harus dilakukan evaluasi, dengan kata lain evaluasi dilaksanakan dalam rangka untuk mengategorikan karya tulis tersebut.

Sehubungan dengan ini para pakar juga memberikan pendapat ataupun penjelasan tentang aspek-aspek atau indicator yang menjadi patokan dalam pelaksanaan evaluasi sebuah karya tulis, antara lain:

Brown (1994:342) menyatakan ada 6 kategori yang menjadi patokan dalam mengevalasi karya tulis serta skor penilaiannya, yakni:

a. Isi (content), skornya: 0-24; meliputi thesiss statement, keterkaitan ide, pengembangan ide-ide, apakah berupa pengalaman, illustrasi, kisah nyata, atau opini, keterfokusan penjelasan, atau kohesip pemaparan. kornyas

(6)

585

b. Pengorganisasian (0rganization), skornya 0-20; meliputi: keefektifan panjang pendeknya pemaparan ide, penggunaan bahasa, logical atau tidaknya susunan ide yang disampaikan, ketercapaian koheren text yang ditulis, bagaimana kesimpulan pemaparan teks, dsb.

c. Wacana yang disampaikan (discourse), skornya 0-20; smeliputi: topic sentence, ketuhan paragraph, pengeklasifisian teks (gendre) penggunaan kata sambung (transisi), kohesif, variasi kata, dsb.

d. Tatabahasa (grammar), skornya 0- 12; meliputi: pemilihan kata, penempatan kata, susunan kalimat, paragraph.

e. Penguasaan kata (vocabulary), skornya 0-12; meliputi proses pembentukan kata, misalnya dari kata kerja menjadi kata benda, kata sifat menjadi kata keterangan, ketepatan pemilihan kata,parase.

f. Penguasaan penulisan kata dan tanda baca (mechanic) skornya 0-12; meliputi ketepatan penggunaan tanda baca, yang digunakan, rujukan atau referensi yang dipakai dalam sumber teori, atau sumber imformasi, dsb.

Hugges (1999: 91) member pendapat tentang pelaksanaan evaluasi karya tulis sbb:

a. Tatabahasa (grammar), skornya 1-6, b. Penguasaan kata (vocabulary), skornya 1-6, c. Penguasaan penulisan kata dan tanda baca (mechanic) ,skornya 1-6, d. Gaya menulis (style), skornya 1-6, e. Bentuk tulisan (formor organization). Dalam penelitian ini penulis memberikan penilaian karya tulis peserta didik berdasarkan pendapat yang dinyatakan oleh Brown (1994: 342) sebagaimana tersebut diatas.

Surat Perjanjian jual Beli

Surat pada dasarnya adalah alat komunikasi jarak jauh, dan surat terdiri dari beberapa jenis, dimana masing-masing jenis memiliki cirri-ciri tertentu sesuai dengan funsi dan kegunaanya. Begitu juga dengan cara penulisan serta isinya harus disesuaikan dengan jenis surat dimaksud.

Namun karena perkembangan zaman, kehidupan semakin modern, kegiatan niaga tidak lagi hanya didasari dengan prinsip saling percaya. Sehubngan dengan hal ini, untuk menjaga saling percaya diantara yang melakukan perniagaan, maka surat perniagaan diperlukan yaitu berupa surat perjanjian jual beli, sewa menyewa, surat pesanan, surat penawaran, dan sebagainya.

Adapun salah satu jenis surat yang memiliki aturan khusus atau tersendiri adalah surat surat niaga. Seterusnya surat niaga ini terbagi lagi menjadi: surat perjanjian jual beli, surat penawaran, surat perjanjian sewa menyewa.

Dalam Surat Perjanjian Jual Beli harus memuat bagian-bagian berikut, yaitu:1) judul surat perjanjian, 2) identitas pihak yang melakukan perjanjian, yaitu pihak pertama, pihak kedua serta pekerjaan masing-masing, 3) barang atau tanah yang diperjual belikan, 4) kesepakatan kedua belah pihak, 5) tempat, hari, dan tanggal pembuatan kesepakatan, 6) saksi.

Simulasi

a. Pengertian dan Eksistensi Teknik Simulasi.

Teknik Simulasi adalah salah satu model pembelajaran yang menerapkan Sibernetik yang merupakan bagian psikhologi. Implementasi Simulasi di kelas dirancang untuk mencapai keunggulan tertentu dalam pendidikan. Dengan implementasi Simulasi, guru berperan sebagai kontroler ( ornag yang mengontrol) partisipasi siswa dalam scenario permainan dalam mengoptimalkan keunggulan dan keistimewaan mmodel ini.

(7)

586

b. Langkah-Langkah Teknik Simulasi

Langkah atau step Simulasi dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Tahap Orientasi

a) Menyajikan berbagai topic simulasi dan konsep- konsep yang akan diintegrasikan dalam simulasi

b) Mnjelaskan prinsip-prinsipSimulasi dan permainan

c) Memberikan gambaran teknins tentang pelaksanaan Simulasi 2) Tahap latihan peserta

a) Merancang scenario (berisi aturan, peranan masing-masing pemeran, prosedur, system pencatatan, bentuk-bentuk keputusan yang harus dibuat, dan merumuskan tujuan yang akan dicapai

b) Melakukanpercobaan singkat atau pendek 3) Tahap proses Simulasi

a) Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan

b) Memperoleh balikan dan evaluasi terhadap performa dan hasil pengamatan. c) Melakukan klarifikasi terhadap kekeliruan konsep

d) Melakukan Simulasi 4) Tahap pemantapan

a) Membuat ringkasan tentang peristwa yang diamati dan persepsi-persepsi yang berkembang selama simulasi.

b) Membuat ringkasan tentang kesulitan /kendala-kendala yang dihadapi selama simulasi c) Mengnalisa proses simulasi

d) Membandingkan aktivitas simulasi dengan kenyataan yang ada atau sesungguhnya e) Menghubungkan simulasi dengan materi pelajaran

f) Menilai dan merancang kembali simulasi ang mengacu kepada catatan –cantatan ringkas dan analisis selama proses yang telah dilakukan.

c. Keistemewaan Teknik Simulasi

Model pembelajaran simulasi memiliki keistimewaan untuk diimplementasikan ke proses pembelajaran adalah sebagai berkut:

1) Teknik Simulasi memadukan penelitian akademik, integrasi sosial melalui proses belajar dapat digunakan untuk semua subyek dan usia.

2) Teknik simulasi melibat siswa sepenuhnya kedalam proses pembelajaran. 3) Teknik Simulasi memberikan tanggung jawab kepada siswa perindividu dan

perkelompok.

4) Teknik pembeljaran Simulasi memberikan peroses pembeljaran yang mnentang, menarik bagi siswa, sehingga terhindar dari rasa bosan atu jenuh.

(8)

587

IV. METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sebagai mana yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu, penelitian ini akan rmempelajari peningkatan hasil belajar siswa pada materi menulis perjanjian jual beli dalam bidang studi Bahasa Indonesia di kelas XI IPA-3 SMA negeri 4 Padangsidimpuan. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang diadopsi dari Kennis and Mc. Taggart (1998:6) menyatakan penelitian tindakan adalah”action research is as attempt to try out ideas in practice as a means of improvement and as means of increasing knowledge about curriculum, teaching and learning. it is done if only if it is collaboratively since the action research involves groups of participants such as teachers, principals, parents and other community members”. Berdasarkan penjelasan ini maka penelitian tindakan adalah yang sebenaarnya penelitian, dan dilakukan hanya untuk peningkatan pengetahuan dan pengembangan kurikulum, dalam melaksanakannya dengan bekerja sama antara guru, kepala sekolah, orang tua peserta didik beserta anggota msyarakat pendidik lainnya.

Wallace (1998: 41) menjelaskan “ by having collaborators in action research, the whole data collection and analysis can be made more motivation and save time by the allocation of different task” lebih lanjut pakar ini menyatakan bahwa penelitian tindakan yang dilakukan dengan collaborator akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan dengan penelitian tindakan yang dilkukan perseorangan(individual).

Mills (2000:6 ) menjelaskan penelitian tindakan kelass adalah “a systematic inquiry conducted by teachers or other individual in teaching or learning environment to gather information about and thae particular school operate , how they teach, and how well the students learn” . Penjelasan pakar ini mengimformasikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan penemuan system pembelajaran oleh seorang guru secara individual atau berkelompok dalam meningkatkan atmosper atau suasana pembelajaran, pelaksaaan pembelajaran dan hasil pembelajaran, dan bagai mana memotivasi peserta didik untuk meningkat hasil belajar. Sehubungan dengan pemaparan diatas, penelitian ini dilakukan secara collaborative, dan berkolaborasi dengan kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya.

Selanjutnya pelaksanaan penelitian akan lakukan dalam da (2) siklus penelitian, sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Kemmis and Mc. Taggart(1998:11) bahwa penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui beberapa siklus, dan tiap siklus terdiri empat tahapan(stage) yakni: plan, Action, Observation, and reflection, selanjutnya tiap siklus pada pelaksaan penelitian ini terdir dari 2 kali pertemuan, yaitu 2x 45 menit, dan tiap tahapan syklus dilakukan tindakan yang berbeda berdasarkan hasil refleksi guru atau peneliti.

1. Siklus pertama(1) a. Perencanaan (plan).

Dalam tahapan ini peneliti melakukan tindakan atau persiapan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan benar, yakni:

1) Mempersiapkan instrument penelitian 2) Menyusun jadwal penelitian

3) Menentukan kelas yang akan diteliti

4) Memilih collahborator serta menjelaskan tujuan penelitian.

5) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi peserta didik dalam pembelajan menulis. 6) Mempersiapkan observation sheet

(9)

588

Tindakan adalah perlakuan sebagai tindak lanjut dari tahapan plan, yaitu dengan pengimplementasian Simulasi, yang dibagi pada kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir (Action). Tindakan sebagai kegiatan awal pembelajaran dimaksud adalah:

1) Guru memperkenalkan topic sesuai dengan syllabus

2) Guru bertanya kepada siswa dalam mengaktifkan schemata siswa yang berkaitan dengan topic.

Kegiatan Inti, meliputi pelaksanaan langkh-langkah atau step teknik Simulasi, yakni sebagai berikut:

Langkah atau step Simulasi dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Tahap Orientasi

- Menyajikan berbagai topic simulasi dan konsep- konsep yang akan diintegrasikan dalam simulasi

- Mnjelaskan prinsip-prinsipSimulasi dan permainan

- Memberikan gambaran teknins tentang pelaksanaan Simulasi 2) Tahap latihan peserta

- Merancang scenario (berisi aturan, perananmasing-masing pemeran, prosedur, system pencatatan, bentuk-bentuk keputusan yang harus dibuat, dan merumuskan tujuan yang akan dicapai

- Melakukanpercobaan singkat atau pendek 3) Tahap proses Simulasi

- melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan - Memperoleh balikan dan evaluasi terhadap performa dan hasil

pengamatan.

- melakukan klarifikasi terhadap kekeliruan konsep - melakukan Simulasi

4) Tahap pemantapan

- Membuat ringkasan tentang peristwa yang diamati dan persepsi-persepsi yang berkembang selama simulasi.

- Membuat ringkasan tentang kesulitan /kendala-kendala yang dihadapi selama simulasi

- Menganalisa proses simulasi

- Membandingkan aktivitas simulasi dengan kenyataan yang ada atau sesungguhnya

- Menghubungkan simulasi dengan materi pelajaran

- Menilai dan merancang kembali simulasi ang mengacu kepada catatan– cantatan ringkas dan analisis selama proses yang telah dilakukan. c. Observasi

Observasi dilakukan selama pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas,

collaborator mengobservasi guru dan interaksi peserta didik sesama mereka dan antara guru dan peserta didik, dapat digunakan dengan mengisi observation sheet.

d. Refleksi

Dalam tahapan ini guru atau peneliti merefleksi diri atas hasil penelitian, apakah kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan siklus pertama, dengan berdiskusi dengan collaborator. Selanjutnya kelemahan atau masalah yang ditemukan pada siklus pertama ini akan ditindak lanjuti pada siklus ke dua,

(10)

589

Pelaksanaan siklus kedua adalah sama dengan pelaksanaan siklus pertama, hanya saja pelaksanaan tindakan ditekankan pada hasil refeleksi siklus pertama seterus nya hasil refleksi siklus kedua akan ditindak lanjuti pada siklus ketiga, juga dengan tahapan yangsama. 3. Siklus 3.

Pelaksanaan siklus ketiga ini adalah sama dengan pelaksanaan siklus pertama dan kedua, pertama, hanya saja pada siklus ketiga ini adalah tindak lanjut revisi tindakan pada siklus kedua. Dan pelaksanaan penelitian akan berakhir pada siklus ketiga ini.

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai kunci instrument dalam penelitian ini, yaitu orang yang terlibat secara langsung dalam tiap siklus penelitian. Begitu juga dengan collaborator juga terlibat langsung sebagai observer guru dan observer peserta didik. Dan instrument yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu observasi, interview dan test. a. Observasi

Observasi digunakan untuk merekam dan mengumpul data yang authentic berupa informasi tentang proses pembelajaran selama pelaksanaan penelitian. Peneliti dan collaborator secara bersama – sama melengkapi atau mencheklist lembaran observasi yang telah dibuat

sebelumnya dalam melihat peningkatan proses pembelajaran. b. Interview

Interview atau wawancara dilakukan untuk menngetahui lebih mendalam, tentang aplikasi Simulasi dan untuk memperoleh informasi masalah apa saja yang dihadapi oleh peserta didik per individu menurut pendapat para peserta didik. Interview dilakukan setelah selesai pembelajaran dengan menggunakan tehnik Simulasi, dan interview ini untuk menindak lanjuti hasil observasi yang dilakukan ketika belajar.

c. Test

Test dilaksanakan untuk mengetahui keefektifan teknik Simulasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menulis perjanjian jual beli di kelas XI IPA-3 SMA negeri 4 Padangsidimpuan. Test yang diberikan adalah pre-test dan post-test; pre-test (1diberikan sebelum pelaksanaan penelitian dan post –test diberikan pada tiap akhir siklus, dan penskoran dibuat berdasarkan pendapat Huges (1999:91). Kedua instrument ini dibuat berdasarkan indicator dari masing-masing variable.

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian, tehnik pengumpulan data dalam hal ini, penulis menggunakan pendekatan qualitative dan pendekatan kuantitative, penggunaan test menulis adalah pendekatan quantitaive dan observasi adalah bagian dari pendekatan kualitative. Test menulis dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan penelitian. Hasil test ini akan ditunjukkan melalui table data. Oberservasi dilakukan untuk mengetahui lama perobahan apa yang terjadi diri peserta didik, atau situasi pembelajaran, atau kepada guru atau peneliti sendiri, selama pengimplementasian teknik Simulasi dalam kelas.

1. Teknik Anlisisi Data

Sebagaimana telah tersebut pada teknik pengumpulan data, maka dalam menganalisis data, juga dilakukan dengan dua cara; data yang diperoleh melalui pendekatan quantitative akan dianalisis dengan metode inferencial statistic, sebagaimana yang dinyatakan Sudjana dengan menggunakan rumus:

P=f/ Nx 100

P= presentasi keberhasilan peserta didik F= jumlah frekuensi yang sukses menulis

N= jumlah total keseluruhan dari peserta didik yang mampu mencapai skortertinggi. 2. Siklus 2.

(11)

590

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaaan pencapaian peserta didik sebelum dan sesudah pengimplementasian teknik Simulasi, penulis menganalis data pre-test dan post test dengan menggunakan t-test. Sedangkan Qualitative analysis dilakukan untuk data yang diperoleh melalui pendekatan qualitative akan dianalisis dengan menggunakan 6 langkah sebagaimana yang dinyatakan oleh Gay dan Airasian (2000:239).

a. Data managing; yaitu peneliti membuat data dalam mentuk observasi checklist, dan field not

b. Reading atau memoing; peneliti membaca data yang telah diperoleh dan sekaligus menggaris bawahi data yang terpenting sesuai dengan data yang dibutuhkan oelh peneliti sendri.

c. Description: data yang telah diperoleh selama pelaksanaan penelitian, kemudian

didescripsikan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Perolehan data ini bertujuan untuk menghasilkan gambaran setting, selama pelaksanaan penelitian.

d. Classifying; yaitu menngelompokkan dsata yang umum kepada yang lebih khusus, e. Interpreting; setelah data yang diperoleh diklassifing, maka data tersebut diiinterpretasi

menjadi sebuah kesimpulan secara umum.

Dalam hal penelitian kualitative, tahapan terakhir adalah penulisan laporan, tentang temuan dan pembahasan. Data terakir diperoleh dari test yang dianalisis untuk mengetahui hasil tiap siklus sebagai penjelasan hasil analysis.

Selanjutnya hasil analisis kedua data diinterpretasi dengan tujuan agar pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan baik. Berdasarkan data kualitative ditemukan dengan menggunakan “teknik Simulasi” pesrta didik semakin termotivasi dan lebih aktif dalam belajar, sehingga pengetahuan dan pemahaman mereka menngkat, dan dapat dilihat dari hasil test mereka, dimana hasil perbanding pre- test dan post test yang dilaksanakan menunjukkan hasil yang signifikan, hal ini menenunjukkan implementasi teknik Simulasi adalah efektip unutk meningkatkan hasi belajar siswa pada materi “Menulis Surat Jual Beli“di kelas XI IPA-3SMA negeri 4 Padangsidimpuan.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Temuan

Sebagaimana dijelaskan pada bab-bab terdahulu, penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus dan empat pertemuan. Tiap siklus terdiri dari empat pase sebagaimana yang dipelopori oleh Kemis & Taggart : Perencanaan( planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting). Alokasi waktu tiap pertemuan adalah 120 minit (3 X 40 minit). Penelitian ini bertujuan untuk menangani masalah dalam keterampilan menulis dengan penerapan teknik “Simulasi”.

Pada tiap akhir siklus, peneliti dan kolaborator melakukan test untuk peserta didik. Test dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peningkatan dan bagian mana dari ketrampilan menulis siswa tersebut yang masih bermasalah. Procedurr penelitian ini terdiridari: planning ( perencanaan), tindakan(action), observasi (observation), dan evaluasi (evaluation).

Sebelum melakusaakan tahapan penelitian ( siklus penelitian), peneliti melakukan persiapan- persiapan meliputi:

1) Persiapan RPP, draf Interview, draf observasi dan angket.

2) Mengurus izin persetujuan pelaksanaan penelitian dari kp.sek. dan Dinas pendidikan. 3) Mencari dan menetapkan kolaborator.

4) Menyiapkan media dan materi yang digunakan selama penelitian. Penerapan procedur dalam peneitian ini dapat di rinci sebagai berikut:

(12)

591

i. Apakah teknik Simulasidapat meningkatkan keterampilan menulis siswa? Siklus 1.

Penulis menerapkan empat fase dalam siklus 1 yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan evalasi. Selanjutnya hasil evaluasi direfleksi oleh peneliti. Siklus1. Dilaksanakan untuk empat pertemuan, tiap pertemuan memakan waktu 2x 40 menitt. Pertemuan pertama adalah hari pertengahan Januari 2015, dan pertemuan kedua adalah akhir Januari 2015, pertemuan ketiga pertengahan Pebruary dan petemuan keempat akhir Pebruary 2015.

Siklus pertama ini meliputi kegiatan penjelasan peneliti dan kolaborator kepada peserta didik tentang tujuan peneliti, dan membari pengarahan agar peserta didik dapat bekerjasama dengan peneliti. Sedangkan kegiatan lain yang dilakukan pada fase ini adalah:

1) Peneliti melakukan pre-test.

2) Peneliti melakukan wawancara dengan peserta didik tentang kesulitan mereka dalam belajar keterampilan menulis.

3) Memeriksa hasil pre test

4) Peneliti mengamati siswa selama melakukan pre test, begitu juga selama melakukan wawancara.

5) Data diperoleh dengan menggunakan observasi cheklis selanjutnya diolah dan dianalisis sedemikian rupa berdasarkan huberman tehnik sebagaimana telah disebutkan pada baba terdahulu. Sehingga pertayaan penelitian dapat dijawab dengan benar dan terukur.

B. Fase Perencanaan (Planning Phase)

Setelah melakukan pengamatan dan penemuan masalah, peneliti merencanakan beberapa tindakan sebagaimana yang tertuang dalam RPP, begitu juga dengan materi dan media nya. Dalam menyeleksi dan perencanaan materi, media peneliti memilih teks surat perjanjian jual beli, media belajar yang digunakan adalah media yang berhubungan dengan surat perjanjian jual beli.

Selama penerapan siklus satu, peneliti melakukan tindakan, materi, media, dan evaluasi sessuai dengan yang tertulis dalam RPP yang telah ditetapkan. Pelaksanaan silus ini dilakukan dua kali pertemuan dalam satu seminggu sesuai dengan jafwal yang telah ditetapkan sekolah. Pada pertemuan terakhir dari siklus 1.

Penulis melakukan test berdasarkan indicator keterampilan menulis sebagaimana yang tertera pada bab sebelumnya. Dari hasil test yang dilakukan dapat diketahui bahwa skor pemerolehan peserta didik sebelum pelaksanaan penelitian adalah 5,3. Yakni jauh dibawah nilai KKM yaitu 80. Berdasar Data diatas dapat diartikan bahwa skor pemerolehan siswa masih jauh dari KKM: hanya 8 orang yang berhasil memperoleh nilai diatas 6,5, berarti hanya 22% dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas, dan ada 78% siswa yang tidak tuntas.

Seterusnya hasil test menunjukkan skor pemerolehan peserta didik berdasarkan indikator keterampilan menulis pada teks cerita atau narative. Temuan ini menyatakan bahwa hampir seluruh peserta didik berkesulitan untuk tiap indicator menulis. . kesulitan menulis yang paling berat adalah pada indicator penyampaian pesan teks dalam pemilihan yakni pada :isi surat, suusnan isi surat, dan penyusunan kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyampaikan ide, isi surat juga rendah. Sehingga untuk menyelesaikan karya tulisnya pesrta didik menghadapi masalah, atau tidak terselesaikan.untuk mengatasi ini pada pertemuan berikut pada siklus yang sama peneliti melakukan tindakan dpengaplikasin Simulasi teknik padapembelajaran keterampilan menulis.

(13)

592

Pada pertemuan kedua siklus satu ini meliputi pengenalan teknik Simulasi dan mngaplikasikan tehnik tersebut dikelas secara nyata, sesuai dengan RPP yang telah dibuat, begitu juga dengan materi, media dan evaluasi yang digunakan. Pelaksanaan Simulasi sesuai dengan prosedur sebagai mana yang telah tertera pada bab II. Yaitu dengan pengenalan dan pembahasan topic tekssurat perjanjian jual beli yang ditulis. Pada pase ini guru mengajakpeserta didik untuk menemukan dan mencari tema jual beli barang yang mereka senangi, tema yang disampaikan siswa ditulis di papan tulis, guru juga boleh memberi ide dan mengarahkan apa tema atau judul yang akan di bahas, kebetulan yang terpilih adalah “ Perjanjian jual beli mobil milik mantan juara pembalap berkelas Internasonal” Pada kesempatan ini peneliti sengaja mengarahkan pada teme yang familiar agar pemahaman siswa pada teks tersebut lebih baik, sehingga konstruk teks teks betul- betul dipahami pesreta didik, misalnya: tentang tujuan penulisan surat, susunan teks, dan kesepakatan lainnya, barang yang diperjual belikan, nama si pembeli dan si penjual, danlain-lain. harus disampaikan dalam tekstersebut.

Pada pase ini guru berusaha agar seluruh siswa berpatisipasi aktif, dengan memberikan pertanyaan-pertanyan pada peserta didik sesuai denganhal diatas. Contohnya” apakah kamu pernah dengar atau membaca atau melihat surat jual beli?, menurut kamu ap fungsi surat jual beli? Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang teks yang akan dibahas, dan membantu kolaborator dalam mengamati sikap dan keaktifan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Semua jawaban siswa di tulis, kemdudian dilanjutkan prosedur kedua Simulasi yakni pelatihan simulasi.

Pada pase ini peneliti membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan, sekaligus pernyataan untuk menentukan hubungan masing-masing ide diantara idea tau jawaban tersebut. Contoh dalam (mobil mewah), “siapa pemilik mobil?, “apa saja kesepaksatan antara penjual dan pembeli?, dsb. peneliti mencatat dan mengelompokkan setaip jawaban dar peserta didik berdasarkan pertanyaan sesuai dengan generik struktur suurat perjanjian jual beli, dan selanjutnya jawaban ini menjadi kerangka out line penulisan teks tsb. Untuk urutan tiap paragraph masing-masing. Kerangka out line ini menjadi petunjuk untuk ide-ide selanjutnya dan dikembangkan oleh kalimat penjelas sehingga surat jual beli yang baik dan benar dapat dibentuk. Dengan katalain jawaban pertanyaan menjadi bahan untuk pemaparan berikutnya dalam teks yang ditulis.Untuk tindakan atau prosedur selanjutnya adalah “pemantapan simulasi”. Peneliti mendistribusikan contoh teks surat perjanjian jual beli, dengan contoh ini diharapkan peserta didik dapat mengetahui susunan struktur atau bentuk teks surat jual beli, dan memahami masing-masing bagian dari struktur tersebut. peneliti menyuruh siswa untuk membaca dan memahami teks tst, dalam 15 menit, dan tetap diawasi oleh peneliti dengan berbagai pendekan perindividu, kemudian siswa di minta untuk menulis teks surat jual beli yang lain dengan pilihan tema yang ditentukan oleh peneliti. Pelaksanaan tugas ini dikerjakan sebagaimana prosedur diatas, tetap membuat beberapa pertanyaan, di petakan jawaban, diklasifkasikan, tetapi semua kegiatan ini dikerjakan peserta didik perkelompok atau perindividu. Kolaborator mengamati bagaimana sikap dan antusias peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

D. Obervasi

Observasi meliputi kegiatan pengamatan pelaksanaan latihan siswa ketika pelaksanakan peruses pembelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru untuk mengetahui sejauh mana semantic kmapping dapat mempengaruhi keterampilan siswa dalam menulis. Kegiatan atau tindakan akhir dalam siklus satu ini adalah pelaksanaan tugas mandiri terstruktur oleh siswa. Guru memberi tugas bagi siswa per individu untuk meneyelesaikan sebuah teks surat jual beli. Setelah pelaksanaan tugas ini selesai, hasil kerja dibacakan oleh siswa kedepan kelas, kemudian dikumpulkan untuk penilaian. Penilaian dilakukan perindikator dan diberi skor.

Pada pase ini memang hanya beberapa siswa yang mau membacakan karya tulisnya, sebagian enggan, malu, tidak percaya didir, takut salah. Walaupun petunjuk sudah diberikan C. Tindakan (action phase)

(14)

593

namun namanya belajar, butuh pengulangan tindakan, pada siklus satu ini belum memperlihatkan hasil yang nyata yang memuaskan bagi peningkatan hasil keterampilan menulis siswa, dan pada pertemuan berikut kegiatan ini dilaksanakan kembali, sebagaimana tertulis pada RPP.

Jika pada pertemuan kedua teksnya adalah perjanjian „jual beli mobil mewah Bmw” dan pada pertemuan ketiga teksnya adalah” Sepeda gunung berkelas Internasional”. Untuk memulai pertemuan ketiga ini peneliti melakukan pengaktipan schemata siswa tentang teknik Simulasi, dan tentang teks surat perjanjian jual beli dan indikator hasil karya tulis yang baik. Selama pertemuan ketiga ini dapat dilihat sikap dan antusias siswa meningkat, dari hasil pengamatan hal ini disebabkan, pemahaman peserta didik dalam menggunakan teknik Simulasi ini semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tugas yang diberikan peneliti pada peserta didik lebih baik dari pertemuan sebelumnya.

E. Refleksi

Pertemuan ketiga telah menunjukkan hasil yang lebih nyata dari pada hasil pada pertemuan sebelumnya, pada akhir pertemuan ketiga ini peneliti memberikan evaluasi, untuk mengetahui apakah teknik Simulasi dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Sehubungan dengan hal ini peneliti memberikan test menulis non objective dengan tema dan ide carita bebas terbatas; terbatas “surat Perjanjian jual beli motor ninja Warior”,

Dari hasil test menunjukkan bahwa skore rata - rata keterampilan menulis siswa pada siklus satu ini adalah80,2.,dan jika disbanding pada hasil test sebelumnya adalah 71. Dari hasil test diatas, diketahui ada 16 siswa yang memperoleh skore diatas 75. Ini berarti hanya 50 % siswa dari 32 orang yang lulus KKM, dan lainnya gagal atau memperoleh nilai dibawah KKM.

Setelah melaksanakan tes keterampilan pada siklus 1. Penelitti melakukan analysis data yang dipeolehselama ujian; data hasil observasi oleh kolaborator, untuk mengetahui aktivitas dan sikap siwa selama peruses pembelajaran keterampilan menulis berlangsung dengan menggunakan teknik Simulasi. Kemudian seterusnya, dapat diketahui bahwa keadaan kegiatan siswa didalam kelas tidak begitu aktif, dan hasil keterampilan menulis belummenunjukkan peningkatan yang signifikan,masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dan latihan yang diberikan tidak dapat diselesaikannya. Kesulitan yang dialmi siswa berkisar pada penentuan ide dan kerangka outline, disebabkan karena kurangnya perbendaharaan kata yang dimiliki mereka, dan perhatian pada topic yang diberikan guru kurang, begitu juga teknik Simulasi baru bagi siswa. Para siswa kurang mampu mengaktifkan pengetahuan mereka sebelumnya, dan kurang mampu mengkaitkan pengetahuan tsb dengan topic yang diberikan, sehingga hanya sedikit siswa yang dapat melakukan pengelompokan ide-ide dalam membuat kerangka out line nya. Data ini didukung oleh hasil wawancara guru dengan siswa setelah melakukan ujian latihan, peneliti melakukan wawan cara dengan siswa sehubungan dengan kesulian yang dialami mereka( yang tidak mampu menyelesaikan latihan.

Dari hasil pengamatan juga diperoleh data Sembilan orang yang aktif ketika belajar dapat mencapai nilai KKM, dan siswa yang tidak dapat mencapai nilai KKM adalah siswa yang kurang aktif ketika belajar berlangsung.

Dari analisis hasil wawancara, dapat diketahui para siswa yang lebih aktif memperhatikan penjelasan guru, arahan guru, pokus pada pertanyaan guru, topic yang diberikan guru, dapat memperoleh nilai diatas KKM, dan tugas yang diberikan dapat diselesaikannya. Disamping itu pemilihan topic (familiar topic) dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalammenulis; jika lebih familiar topic atau tema yang diberikan kesulitan siswa dapat diperkecil, problem lain dapat bersumber dari informasi yang telah diketahui sebelumnya.

(15)

594

Namun berdasar refleksi guru (peneliti), peneliti yakin problem diatas apat diatasi jika guru lebih memperhatikannyanemukan ide-ide atau kerangka outline teks yang akan ditulis. Adapun hasil refleksi peneliti, masalah siswa yang ditemukan pada siklus ini secara rinci adalah sbb:

(1) Siswa berkesulitan dalam menemukan ide-ide yang akan ditulis yang relepan dengan tema yang diberikan.

(2) Minimnya kosa kata yang dimiliki siswa

(3) Kurangnya kemampuan siswa untuk mengekpressikan ide-idenya yang sesuai dengan tema yang diberikan guru.

(4) Kurangnya informasi dan kesempatan yang diberikan guru kepada siswa dalam hal menulis teks urat perjanjian jual belis.

(5) Tehnik Semantik Mapping masih baru bagi siswa.

Selanjutnya masalah siswa yang ditemukan pada siklus ini, akan ditangani pada siklus berikut, yakni siklus 2.

Siklus dua (2) a. Perencanaan

Berdasarkan hasil dan permasalahan yang ditemukan pada siklus pada siklus 1, pada siklus 2 ini peneliti melakukan revisis dan peningkatan tindakan, agar permasalahan tersebut dapat diatasi. Adapun tindakan dimaksud direncanakan sbb:

(1) Menggunakan media yang lebih menarik dalam memerkenalkan atau memberikan topic yang dibahas.

(2) Memberikan waktu yang cukup (lebih banyak) bagi siswa untuk mengaktifkan pengetahuan sebelumnya, melalui tindakan brainstorming yang lebih lama, dan focus.

(3) Memberikan pertanyaan yang lebih focus dan lebih menarik dalah mengarahkan dan mengembangkan ide-ide siswa, dalam penyelesaian categozies ide.

(4) Pengelompokan siswa yang lebih kecil ketika penerapan prosedur personalizing ide, agar siswa yang berkesulitan dalam menemukan ide lebih terbantu.

(5) Menggambarkan ide-ide yang akan dituliska melalui pemetaan yang lebih menarik, misalnya dengan pemberian warna peta yang lebih cerah dan unik.

(6) Menambah dan memperbanyak contoh, sehubungan dengan generic struktur teks. (7) Memotivasi siswa dan lebih memperhatikan yang berkesulitan.

(8) Motivasi siswa dengan memberikan rewards, tepuk tangan, atau acungan jempolbagi yang menyelesaikan tugas lebih dulu dan benar.

b. Tindakan (action)

Tindakan atau pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 ini tidak jauh beda dengan apa yang pada siklus satu. Pertemuan pertama pada siklus 2 ini dimulai dengan pengumuman hasil tes yang telah dilakukan pada akhir pertemuan pada siklus 1, penyampaian topic baru dan penyampaian harapan agar pada pelaksanaan berkut agar lebih konsentrasi atau lebih focus sehingga hasil yang diperolrh nantinya lebih baik.

Pada pertemuan ini topik yang dibahas adalah “ surat jual beli mobil mewah BMW”. Pemberian topic diikuti dengan menunjukkankan gambar atau klise kisah-kisah tetang mobil mewah. Pada pertemuan ini guru memberikan waktu yang lebih longgar dari waktu yang digunakan pada pertemuan sebelumnya. Ini dimaksudkan agar masalah waktu sebagaimana diatas dapat ditangani dan perhatian siswa pada topic lebih focus dengan dibarengi gambar yang menark dan relepan.kemudian guru melakukan brainstorming yang

(16)

595

lebih baik, durasinya lebih baik, sehingga siswa memperoleh kesempatan yang cukup dalam mengekpresikan ide-ide, pembentukan kerangka out line, dan kesempatan berinteraktif dengan guru dan sesame temannya.

c. Observasi

Berdasar hasil observasi pada peetemuan ini jumlah siswa yang aktif dalam belajar semakin banyak, dan keaktifan tersebut semakin focus dan makin konsentrasi. Apalagi topic yang diberikan agak familiar, maka keantusiasan siswa tercermin pada situasi pembelajaran. Interaktif antar guru dan siswa semakin bagus, antusias siswa dalam menjawab pertanyaan juga semakin meningkat. Dan pada prosedur personalizing, siswa Nampak antusian mengerjakan tugas yang diberikan guru, tiap individu kelihatan asyik dan aktif menulis dan dalam pada itu kelas sempat hening seketika, karena masing-masing individu asyik menulis menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Pada pertemuan kedua diberikan topic yang baru yakni “mobil sport berkelas Internasional”, dan tindakan yang sama pada pertemuan pertama pada siklus 2 ini. Dari hasil observasi situasi yang nampak adalah semakin meningkatnya minat belajar siswa dan partisi serta interaktif yang makin baik. Khususnya pada proses brains torming dan personalizing map, peserta didik semakin antusias, dan peningkatannya mereka melakkan dengan keadaan senang dan gembira berlomba siapa duluan siap, agar dapat memperoleh reward, yaitu dapat duluanan istirahati pemenang pertama menyelesaikan tugas

Pertemuan ketiga menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga ini dapat dilihat kesadaran siswa akan perhatian yangbaik pada topic berpengaruh pada kemampuan untuk pengembangan ide-ide selanjutnya untuk pembentukan kerangka outline.

d. Refleksi

Pada akhir pertemuan pada siklus 2 ini, kemampuan siswa untuk melakukan dan meneyelesaikan tugas makin jelas kelihatan serta jumalah siswanya semakin meningkat. Pada akhir pertemuan ketiga ini guru memberikan evaluasi yaitu dengan memberkan latihan tugas mandiri, menulis teks surat perjanjian bertema barang yang mereka senangi.dari hasil evaluasi yang dilakukan dapat diketahui beberapa masalah yang ada pada siklus dua hasil refleksi siklus 1, telah tertangani.

Berdasar hasil test dapat digambarkan hasil pemerolehan rerata skor siswa dalam keterampilan menulis adalah 7,1, dan mengalami peningkatan sekitar 10 poin Dari hasil tes pada siklus 2 ini, ada 26 orang siswa yang dapat skor diatas KKM, yakni sekitar 77,77%, dan 6 orang yang gagal (16,6%).

Hasil diatas mendukung hasil obsrvasi tentang sikap para peserta didik, dan aktipitas mereka ketika sedang belajar; dimana hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan menuju perbaikan yang signifikan.

Dari hasil test dapat dilihat bahwa aktipitas siswa ketika belajar keterampilan menulis dengan menerapkan tehnik Simulasi telah meningkat, dan hampir seluruh siswa memperhatikan topik dengan baik, dan mampu mengaktifkan bacjground knowledgenya serta mampu mengungkapkannya pada tahap klasifikasi ide dan personalizing map (pemetaan ide per individu); Hampir seluruh siswa aktif dan berfartisipasi selama belajar, dan pada saat brainstorming kosakata mereka berkembang dan respon mereka untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru baik dan antusias.

Berdasarkan data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa hasil dan proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 2 ini peningkatannya signifikan, dan seluruh

(17)

596

siswa sudah berhasil mencapai nilai KKM, sehingga penulis bermaksud untuk tidak melanjutkan pada siklus tiga lagi, dengan kata lain melaksanakan penelitian ini hanya pada siklus 2 ini saja. Hasil tes tentang peningkatan yang diperoleh siswa dapat dilihat pada grafik berikut:

Dari hasil table diatas menunjukkan peningkatan skor keterampilan menulis sebelum pelaksanaan siklus 1(5,3), 1, (6,1) dan siklus 2(7,1), dimana Nampak signifikan perbedaannya. Selanjutnya peningkatan itu juga berdasarkan peningkatan perindicator, antara lain:

a) Isi (content), skornya: 0-24; meliputi thesiss statement, keterkaitan ide, pengembangan ide-ide, apakah berupa pengalaman, illustrasi, kisah nyata, atau opini, keterfokusan penjelasan, atau kohesip pemaparan. kornyas

b) Pengorganisasian (0rganization), skornya 0-20; meliputi: keefektifan panjang pendeknya pemaparan ide, penggunaan bahasa, logical atau tidaknya susunan ide yang disampaikan, ketercapaian koheren text yang ditulis, bagaimana kesimpulan pemaparan teks, dsb.

c) Wacana yang disampaikan (discourse), skornya 0-20; smeliputi: topic sentence, ketuhan paragraph, pengeklasifisian teks (gendre) penggunaan kata sambung (transisi), kohesif, variasi kata, dsb.

d) Tatabahasa (grammar), skornya 0- 12; meliputi: pemilihan kata, penempatan kata, susunan kalimat, paragraph.

e) Penguasaan kata (vocabulary), skornya 0-12; meliputi proses pembentukan kata, misalnya dari kata kerja menjadi kata benda, kata sifat menjadi kata keterangan, ketepatan pemilihan kata,parase.

f) Penguasaan penulisan kata dan tanda baca (mechanic) skornya 0-12; meliputi ketepatan penggunaan tanda baca, yang digunakan, rujukan atau referensi yang dipakai dalam sumber teori, atau sumber imformasi, dsb.

Hugges (1999: 91) memberi pendapat tentang pelaksanaan evaluasi karya tulis sbb: g) Tatabahasa (grammar), skornya 1-6, b. Penguasaan kata (vocabulary), skornya 1-6,

c. Penguasaan penulisan kata dan tanda baca (mechanic) ,skornya 1-6, d. Gaya menulis (style), skornya 1-6, e. Bentuk tulisan (formor organization).

Selanjutnya penulis menempatkan isi dan format surat sebagai imformasi umum dan sebagai indikator utama yang harus dicapai dalam penulisan yang baik, dan penulis yang baik, harus mampu menyampaikan imformasi yang jelas, kepada sipembaca melalui isi surat yang dibuat. Penulis juga harus mampu menentukan dan menyampaikan sepesipik imformasi yang disampaikannya. Berikut ini adalah gambaran kemampuan peserta didik dalam menentukan ide utama yang ditulis. Hasil test yang telah dilaksanakan diperoleh data yakni 16,38 % pada siklus 1, dan siklus 2 mengalami peningkatan, yakni 18,88%. Selanjutnya kemampuan peserta didik untuk menentukan spesipik informasi, diperoleh data yaitu: 13,61% pada siklus 1, dan pada siklus 2 meningkat menjadi 17%. Dan hasil ini menunjukkan perbedaan yang signifikan. Informasi khusus ini dirangkum dalam tujuan penulisan, dalam format surat, bagian surat dan hal-hal yang disepakati yang tertuang dalam surat jual beli tersebut. Hasil dari penelitian diperoleh kemampuan peserta didik dalam penguasaan tujuan penulisan suratt jual beli, adalah: 18,06% pada siklus 1, dan siklus 2 meningkat menjadi 21,94%. Dan susunan isi surat i: 13,88% pada siklus 1 dan siklus 2 meningkat mencapai 22, .2%.dan pada penyanpaian unsure-unsur dalam surat: 11,39%. Pada siklus 1, dan pada siklus 2 juga meningkat menjadi 13,56%. Sedangkan pada penyampaian isi surat adalah 10,28%, pada siklus 1 dan pada siklus 2 mencapai 15% .

(18)

597

Berdasarkan data tersebut diatas dapat diketahui bahwa dengan penerapan teknik “Simulasi” dalam pengajaran keterampilan menulis adalah efektif dan dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Penerapan teknik “Simulasi” menjadi efektif digunakan dalam pengajaran menulis jika meliputi beberapa factor antara lain: 1) Jika teks yang digunakan adalah baru dan menarik., 2) Menggunakan media yang menarik, 3) Guru memiliki kreatifitas yang baik, 4) Didukung oleh pasilitas yang memadai, 5) Dilaksanakan oleh guru yang berdedikasi tinggi.

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaprkan diatas, serta dengan berdasarkan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menemukan bahwa penerapan tehnik “ Simulasi” untuk pengajaran menulis adalah effektif, dan dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, dimana peningkatan tersebut mencakup indikator menulis yang baik sesuai dengan teori yang disampaikan oleh para pakar yang dirujuk pada pelaksanaan penelitian ini, dan tercantum pada bab II.

Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan penelitian” apakah teknik Simulasi dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa?” adalah melalui hasil perhitungan mean score dari tiap test yang dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2.

Untuk menjawab pertanyaan ke dua yakni “ factor- factor apa yang membuat teknik Simulasi meningkatkan keterampilan menulis siswa? “ adalah dari analisis data yang diperoleh melalui pengamatan atau obervasi dan interview yang dilakukan kolaborator selama penelitian berlangsung. Dari hasil tersebut dapat diketahui faktor utama adalah faktor kreatifitas guru dalam mengimplementasikan atau menerapkan tiap langkah- langkah teknik Simulasi, dengan dukungan factor lain sebagaimana tersebut terdahulu, yakni : pemilihan materi, media yang digunakan serta fasilitas yang memadai.

VI. KESIMPULAN

Berdasar hasil temuan pada bab IV,dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan teknik Simulasi dapat meningkatkan hasil keterampilan menulis pada tmateri surat perjanjian Jual Beli pada kelas XI IA-1 di SMA negeri 4 Padangsidimpuan.

2. Faktor –faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan tersebut adalah: materi dan media yang digunakan, dan kemampuan guru dalam penerapan teknik Simulasi itu sendiri. 3. Sehubungan dengan point di atas, pembelajaran keterampilan menulis dapat dilaksanakan

dengan penerapan tehnik Simulasi, dan pengggunaan media dan materi yang menarik serta kretifitas guru ketika mengajar dapat berpengaruh pada hasil dan proses pembelajaran yang dilakukan.

4. Untuk mencapai tunjuanpembelajaran yang optimal guru yang mengajar Bahasa Inggris khususnya keterampilan menulis, harus lebih meningkatkan kreatifitasnya dalam memilih teknik, materi dan media yang digunakan, dan salah satu teknik tersebut adalah Simulasi.

DAFTAR PUSTAKA

Burns, Anne 2007. Collaborative Action Research for English language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press.

Gay, L.R and Airaisan, Peter. 2000. Education Research: Competencies for Analysis and Application. New York: Merril Publishing Compeny

Gay, LR and Airisian. 2000. Educational Research: Competence for Analysis and Application (6th ed). New York: Prentice Hall.

(19)

598

Kemmis, Stephen and Robin Mc.Taggard.1998. The Action Research Planner (3rd Ed). Victoria: Deaking UniversitySurakarta

Mujiyanto, Yant. 2007. Panduan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Media utama. Prijambada, Sasmidi, Buku Materi Pokok Writing, Jakarta, Karunika : 2003 Siahaan, Sanggam, Generic Text Structure, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008 Snider, Writing by Design, New York: Houghton Mifflin Company, 2000

Sudijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Syamsuddin A.R. Kometensi Berbahasa dan Satra Indonesia. 2007 . PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri .Solo.

Tarigan Henri Guntur, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbicara, Bandung : Angkasa, 1986. Widdowson, Language Teaching Text, London: Oxford University Press, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, untuk mengetahui muatan arus dan integral kuadrat arus pada arrester yang terjadi akibat sambaran dengan impuls petir 10 MV, maka durasi waktu gelombang (Tf)

Balanced Scorecard adalah metode alternatif yang digunakan perusahaan untuk mengatur kinerja perusahaan secara lebih komprehensif, tidak hanya terbatas pada kinerja

Menghadapi realitas seperti demikian, umat Islam Indonesia dihadapkan pada dua pilihan; antara menggunakan syari’ah yang ada secara fundamental, dengan konsekuensi umat

Penulisan skripsi ini dilakukan melalui pendekatan yuridis yaitu pendekatan yang menjadikan peratutan perundang-undangan sebagai rujukan dan pendekatan empiris yaitu

Tulisan ini menyajikan kondisi kedalaman dan ketebalan lapisan tanah yang berpotensi likuifaksi dan penurunan akibat gempabumi di daerah Patalan, Bantul yang

Karena itu dalam penelitian ini setiap gejala yang terkait dengan pemasaran promosi pada perusahaan konveksi di Tulungagung akan dikaji secara menyeluruh dan mendalam

Terkait dengan pembinaan batas wilayah, pada tahun 2017 dilaksanakan Kegiatan Inventarisasi Permasalahan Batas Daerah, dengan realisasi terlaksananya inventarisasi yang

(1) menjadikan institusi mampu mengikuti perkembangan era globalisasi dan kemajuan dunia pendidikan sehingga semakin terarah baik dalam pengembangan organisasi maupun