• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kosakata - ANGGORO AGUNG NUGROHO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kosakata - ANGGORO AGUNG NUGROHO BAB II"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kosakata

Kosakata adalah perbendaharaan kata (Depdikbud. 1985: 524) Kosakata atau perbendaharan kata dapat diartikan sebagai berikut ;

a. semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

b. kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau yang dipergunakan oleh sekelompok orang dari suatu lingkungan yang sama.

c. kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. d. seluruh morfem yang ada dalam suatu bahasa (pengertian lingustik).

e. sejumlah kata dan frasa dari suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai batasan dan keterangannya (Adiwimarta dkk 1978: 2)

Soedjito dalam Djago Tarigan (1994: 477) mengatakan kosakata sebagai berikut :

a. semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

b. kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang pembicara atau penulis. c. kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.

d. daftar kata yang disusun seperti kalimat disertai penjelasan singkat dan praktis.

Lain halnya menurut Sarwadi (1992: 18 ) istilah kosakata itu mengandung arti:

(2)

b. jumlah kata yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dalam lingkungan yang sama.

c. jumlah kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. d. semua kata asal yang terdapat dalam suatu bahasa.

e. daftar sejumlah kata dan sekelompok kata yang disusun secara alfabetis dan disertai

batasan keterangan dari suatu bahasa.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa kosakata adalah semua kata dalam suatu bahasa yang digunakan oleh pembicara atau penulis untuk menyatakan suatu maksud dalam bentuk kalimat atau kata.

B. Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku adalah ragam bahasa yang ejaannya, tata bahasanya, dan kosakatanya diakui beserta diterima oleh kalangan masyarakat luas dan dijadikan norma pemakaian yang benar (Kamus Bahasa Indonesia).

(3)

maupun bahasa yang terisolasi mengalami perubahan. Sejumlah kata-kata atau leksikon hilang dari pemakaian dan diganti oleh kata-kata yang baru, baik sebagai hasil bentukan baru maupun sebagai hasil pinjaman atau serapan dari suatu bahasa yang lain. Bahasa dan bunyi-bunyi bahasa dapat berubah karena pengaruh bahasa lain ataupun karena menginginkan sesuatu yang baru yang dianggap lebih baik dan sesuai dengan perkembangan (Adul, 1981 : 12).

(4)

Pengertian bahasa baku, bahasa baku memiliki kaidah atau aturan yang tetap, atau memiliki kemantapan dinamis. Tetapi dalam kemantapan ini tergantung sifat terbuka untuk meneria perubahan yang bersistem di bidang kosakata dan peristilahan dan untuk perkembangan berbagai jenis ragam dan gaya di bidang kalimat dan makna (Moeliono dalam Amran Halim ed. 1976: 29). Dalam mencapai kemantapan sebagaimana tersebut di atas, haruslah ada usaha kodifikasi bahasa dan kodifikasi ini harus pula menyangkut dua aspek yang penting (1) bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaiannya, (2) bahasa menurut struktur sebagai suatu sistem komunikasi. Selain dari ciri kemampuan yang dinamis dan mempunyai sifat terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahasa baku yang modern harus juga mempunyai ciri kecendekian. Dengan demikian bahasa baku yang harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai bidang ilmu dan hubungan antar manusia tanpa menghilangkan kodrat dan kepribadiannya (Adul, 1981: 14).

Pengertian bahasa baku sebagaimana telah dijelaskan dengan istilah kodifikasi bahasa, haruslah bahasa itu mempunyai sistem ortografi yang antara lain berupa ejaan yang baku guna menjelaskan ujaran yang terdapat dalam bahasa tersebut. Kemudian sebagai bahasa baku itu menjelaskan fungsinya yang meliputi:

a. fungsi pemersatu

(5)

c. fungsi penambah wibawa d. fungsi sebagai kerangka acuan (Moeliono dalam Halim ed, 1976: 30).

Uraian di atas dapat dikemukakan batasan bahwa bahasa baku adalah bahasa yang mempunyai kemantapan kaidah atau aturan yang merupakan kerangka acuan yang bersifat dinamis dan terbuka yang dapat menerima unsur-unsur baru guna memperbaiki dirinya dengan tetap mempertahankan kodrat dan kepribadiannya, yang berperan dalam berbagai bidang ilmu dan antar hubungan manusia serta didukung dengan setia oleh pemakainya.

Kata baku adalah kata yang cara pengucapan atau cara penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, atau kamus umum.

C. Ciri-ciri Bahasa Baku

a. Tidak dipengaruhi bahasa daerah

Baku Tidak Baku

asam kecut

anak bocah

anda koe

b. Tidak dipengaruhi bahasa asing

Baku Tidak Baku

(6)

aluminium almunium c. Bukan merupakan bahasa percakapan

Baku Tidak Baku

bagaimana gimana

dengan sama

membeli beli

tidak enggak

tetapi tapi

d. Pemakaian imbuhan secara eksplisit

Baku Tidak Baku

Mengesampingkan mengenyampingkan menukarkan mentukarkan

menyikapinya mensikapinya

e. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat

Baku Tidak Baku

suka akan suka dengan disebabkan oleh disebabkan kerena lebih besar daripada lebih besar dari lebih kecil daripada lebih kecil dari f. Tidak Terkontaminasi, tidak rancu

Baku Tidak Baku

(7)

terus terang terang-terangan g. Tidak mengandung arti pleonasme

Baku Tidak Baku

Artinya artinya adalah

pada zaman dahulu pada zaman dahulu kala

maju maju ke depan

para kyai para kyai-kyai h. Tidak mengandung hiperkorek

Baku Tidak Baku

akhir insyaf

anggota anggauta

bangkrut bangkerut

batrai batre

buah buwah

cuma cuman

Contoh kata baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia

Baku Tidak Baku

abjad abjat

adegan adehan

administrasi administerasi

aerob aerobe

aerodinamika aerodinamik

(8)

bazar basar

biodata bio data

cek check

dialog dialoh

efek epek

eksklusif esklusif

ekstra extra

fase pase

fisik pisik

hemoglobin haemoglobin hidraulik hidrolik instruksi intruksi

jadwal jadual

karier karir

konstruksi kontruksi

Kristal krystal

Masyarakat masarakat

Metode metoda

Nasihat nasehat

Objek obyek

Pasien pasen

Personal personil

(9)

Sakarin saharin

Sistem sistim

Skripsi sekripsi

Taksi taxsi

Tim team

Transportasi tranportasi

Vakum vakem

Xenon senon

Zigot zygote

Zodiak jodiak

(Depdikbud, 2005 : 93)

D. Jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia

Menurut (Depdikbud. 2005 : 116) jenis kata dapat dibedakan atas : a. Kata kerja (verba)

(10)

a. KataKerja

Kata kerja (verbal) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, atau keadaan.

Jenis-jenis kata kerja

a. Berdasarkan bentuknya 1) Kata kerja bentuk dasar

Contoh : Makan Minum Pergi Lari Singgah

2) Kata kerja bentuk turunan Contoh : lari-lari

Makan-makan Berputar-putar Termangu-mangu Kejar-kejran

3) Kata kerja bentuk pemajemukan Contoh : Bertanggung jawab

(11)

Membalas budi Menganakemaskan Berinduk semang Memperjualbelikan Memukul mundur 4) Kata kerja bentuk pengimbuhan

Contoh : Membaca

Mempermainkan Bernyanyi Bersemburan Terguling Padamkan Dihadiri Diperbolehkan b. Kata Benda

Kata benda (atau) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.

Jenis-jenis kata benda

1. Kata benda konkret dan abstrak.

(12)

Kata benda konkret terbagi dalam beberapa macam :

Nama diri : Hasan, Bandung, Musi, Galunggung. Nama jenis : binatang, meja, ayam, harimau, buku, pulpen.

Nama himpunan : ASEAN, KONI, Perserikatan Bangsa Bangsa.

Nama zat : emas, perak, minyak, air, uap, kayu.

c) Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap dengan panca indra.

Contoh : kebahagiaan, pembelian, penghijauan. 2. Kata benda bentuk dasar dan kata benda turunan. a) Kata benda bentuk dasar

Contoh : gambar, pisau, bawang, ikan, laut, bumi, mobil, kucing, langit.

b) Kata benda bentuk turunan

Pengimbuhan Perulangan pemajemukan

Kendaraan mobil-mobilan kutu buku Perumahan rumah-rumah darah daging Kesehatan gunung-gunung lomba lari Pertambangan pepohonan unjuk rasa Keindahan biji-bijian doa restu

(13)

c. Kata Ganti

Kata ganti (pronomina) adalah kata yang menggantikan kata benda atau kata yang dibendakan. Kata ganti dibedakan atas berikut ini. 1. Kata ganti orang,

Persona Makna

Tunggal Jamak

Pertama Saya, aku, daku, ku Kami, kita Kedua Engkau, kamu, anda,

dikau, kau-, -mu

Kalian, kamu sekalian, anda sekalian.

Ketiga Ia, dia, beliau,-nya Mereka

2. Kata ganti penunjuk

a. Penunjuk umum : ini, itu

b. Penunjuk tempat : sini, sana, situ c. Penunjuk ikhwal : begini, begitu d. Penunjuk tak tentu : sesuatu, seseorang 3. Kata ganti tanya.

Kata tanya Yang Ditanyakan

siapa orang

apa barang

mana pilihan

(14)

di mana, ke mana, dari mana tempat

bagaimana cara

berapa, ke berapa jumlah, urutan

d. Kata Bilangan

Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud (orang, binatang, benda) dan konsep. Kata bilangan dapat dibedakan atas :

1. Kata bilangan pokok

Contoh : nol, satu, dua, tiga. 2. Kata bilangan tingkat

Contoh : kesatu, kesepuluh, ketujuh belas, keseratus, kelima ratus. 3. Kata bilangan pecahan

Contoh : seperdua, setengah, sepersepuluh, separuh e. Kata Sifat

Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan, orang, binatang, atau benda.

Jenis-jenis kata sifat

1. Kata sifat bentuk dasar

Contoh : Asin Cerah Kecil Malang

Anggun Ceria Kurus Murah

Besar Mewah Lama Ramai

(15)

2. Kata sifat bentuk turunan

Contoh : pengimbuhan perulangan pemajemukan

Alami kekanak-kanakan berat lidah Insani cantik-cantik aman tentram Jasmaniah murah-murah padat karya

f. Kata Keterangan

Kata keterangan (adverbial) adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Kata keterangan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Berdasarkan bentuknya

a) Kata keterangan bentuk dasar Contoh : sangat, lebih, terlalu b) Kata keterangan bentuk turunan

Contoh : diam-diam, habis-habisan, sesungguhnya 2. Berdasarkan letaknya

a) Medahului kata yang diterangkan Contoh : lebih tinggi, sangat indah b) Mengikuti kata yang diterangkan

Contoh : tampan nian, Duduk saja

(16)

g. Kata Sandang

Kata sandang adalah kata yang fungsinya sebagai penentu bagi kata benda. Kata sandang terbagi dalam beberapa jenis berikut.

1. Mengacu pada makna tunggal Contoh : sang, hang, sri, dang. 2. Mengacu pada makna kelompok

Contoh : para 3. Bermakna netral

Contoh : si

h. Kata Depan

Kata depan adalah kata yang bertugas membentuk frase preposional. Fungsinya adalah

1. Menandai peruntukan

Contoh : bagi, untuk, buat, guna.

2. Menandai hubungan asal, arah, atau milik Contoh : dari

3. Menandai hubungan cara Contoh : dengan

4. Menandai hubungan tempat berada Contoh : di

(17)

6. Menandai arah suatu tempat Contoh : ke

7. Menandai hubungan pelaku Contoh : Oleh

8. Menandai hubungan tempat atau waktu Contoh : pada

9. Menandai hubungan peristiwa Contoh : tentang

i. Kata Penghubung

Kata penghubung (konjungsi) adalah kata yang fungsinya menghubungkan bagian-bagian kalimat.

Fungsi kata penghubung :

1. menandai hubungan penambahan, contohnya : dan, serta 2. menandai hubungan pemilihan, contohnya : atau

3. menandai hubungan perlawanan, contohnya : tetapi, melainkan. 4. menandai hubungan waktu, contohnya : sesudah, sebelum, ketika 5. menandai hubungan syarat, contohnya : jika, bila

6. menandai hubungan pengandaian, contohnya : andaikan, umpamanya

7. menandai hubungan tujuan, contohnya : agar, supaya

(18)

9. menandai hubungan sebab, contohnya : sebab, karena 10. menandai hubungan akibat, contohnya : maka, sehingga 11. menandai hubungan cara, contohnya : dengan

j. Kata Seru

Kata seru (interjeksi) adalah kata yang mengungkapkan cetusan perasaan atau lupan emosi. Kata seru ini digunakan untuk memperkuat rasa kagum, sedih, heran, jengkel. Untuk menyatakan rasa kagum, misalnya orang tidak merasa cukup dengan menyatakan, “indah sekali pemandangan itu!” tetapi biasa mengawalinya dengan kt wow, amboi. Dengan demikian, kalimat “amboi, indah sekali pemandangan itu” tidak hanya menyatakan fakta, tetapi juga ungkpn rasa hati pembicaranya. Kata seru mengacu pada pada nada atau sikap berikut:

1. bernada negative, yakni cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan. Contoh : - Cih, tidak tahu malu mengemis kepad orang lain

- Cis, muak aku melihat rupamu lagi - Bah, pergi kau dari sini

2. bernada positif, yakni aduhai, amboi, asyik, Alhamdulillah, subhanallah, hore.

Contoh : - Asyik, saya mendapat nilai sepuluh

(19)

3. bernda keheranan, yakni ai, lho, astaghfirullah, masyaallah Contoh : - Ai, mengapa kamu menjadi kurus begini?

- Lho, kamu kan masih saudr saya?

- Masyaallah, dia berani melawan ibunya?

Pemakian kata-kata seru umumnya digunakan dalam bahasa lisan ataupun tulisan yang berbentuk percakapan. Dalam percakapan yang bersifat informal atau dalam situasi santai, kat-kata seru banyak dijumpai. Sebaliknya pada situasi resmi, kata seru ini semakin jarang digunakan.

E. Fungsi dan Kriteria Bahasa Baku

a. Fungsi Bahasa Baku.

Bahasa baku mempunyai empat fungsi yang mendukung, tuga diantaranya bersifat pelambang atau simbolis sedangkan satu lagi bersifat objektif: (1) fungsi pemersatu, (2) Fungsi pemberi kekhasan, (3) Fungsi pembawa kewibawaan (4) Fungsi sebagai kerangka acuan (Moeliono, dkk, 1998: 15)

1. Fungsi pemersatu

(20)

2. Fungsi Penanda kepribadian

Bahasa Indonesia yang telah baku dan teratur, akan terlihat di dalam pergaulan dengan bahasa lain. Yang dinyatakan dengan identitas dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kalau fungsi ini sudah dilaksanakan secara luas, maka bahasa Indonesia dapat dianggap telah melaksanakan peranan yang penting sebagai bahasa Pndonesia yang baku.

3. Fungsi Penambah Kewibawaan

Berdasarkan dari unsur tersebut menduduki tempat tinggi pada skala tata nilai dalam masyarakat bahasa, gengsi yang melekat pada bahasa Indonesia baku, karena dipakai oleh kalangan masyarakat yang berpengaruh seperti: pejabat tinggi pemerintah, guru, alim ulama, penyiar radio, rohaniwan. Mereka akan lebih berwibawa bila telah mahir berbahasa. Kewibawaan yang tinggi dapat pula terlaksana kalau bahasa Indonesia dapat dipautkan dengan teknologi serta unsur kebudayaan baru.

4. Fungsi Sebagai Kerangka Acuan

Yaitu dijadikan ukuran untuk tepat tidaknya pemakaian bahasa dalam situasi tertentu.

b. Kriteria Kosakata Ragam Baku.

(21)

dalam bidang kosakata karena bidang inilah yang terpeka terhadap perubahan budaya dalam kehidupan masyarakat. Akibatnya, ada kata-kata yang muncul dalam pemakaian dan ada yang tengelam dari pemakaian kemunculannya akan dapatmenambah atau memperkaya kosakata yang telah ada (Sabariyanto. 1993 : 217)

F. Ragam Bahasa

Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam ragam penuturannya, mau takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak terelakan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana. Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata dan tata makna umumnya sama. Itulah sebabnya kita masil bisa memahami orang lain yang berbahasa Indonesia walaupun di samping itu kita dapat mengenali beberapa perbedaan dalam perwujudan bahasa Indonesianya (Moeliono, dkk. 1988: 3)

Pertama-tama ragam menurut golongan penutur bahasa dan ragam menurut jenis pemakaian bahasa, kita akan melihat bahwa ragam-ragam itu saling bertautan. Ragam yang ditinjau ari sudut pandang penulis dapat diterima menurut patokan daerah, pendidikan, dan sekup penutur.

(22)

dipahami secara timbal balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur dialek yang daerahnya berdampingan.

Jika di dalam wilayah pemakaiannya orang tidak mudah berhubungan, misalnya karena tempat kediamannya dipisahkan oleh pegunungan, selat atau laut, maka logat itu dalam perkembangan akan banyak berubah sehingga akhirnya dianggap bahasa yag berbeda.

Logat daerah adalah yang paling ketara karena tata bunyinya yang mudah dikenali. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun-naiknya nada, dan panjang pendek bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda. Perbedaan kosakata dan variasi gramatikal tentu ada juga walaupun mungkin kurang tampak. Ragam dialek dengan sendirinya erat hubungannya dengan bahasa ibu si penutur (Moeliono, dkk. 1988: 4).

(23)

Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap pemakaian bahasa. Ragam ini, yang bisa disebut langgam atau gaya, pemeliharaannya tergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya. Sikapnya itu dipengaruhi antara lain oleh umur dan kedudukan orang yang disapa, tingkat keakraban antar penutur, pokok persoalan yang hendaknya disampaikan dan tujuan penyampaian informasinya. Dalam hal ragam bahasa menurut sikap penutur , kita berhadapan dengan pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu yang menggambarkan sikap kita yang kaku resmi, adab, dingin, hangat, akrab atau santai. Perbedaan berbagai gaya itu tercemin pada kosakata dan tata bahasa. Ragam bahasa: menurut jenis pemakaiannya dapat dirinci menjadi tiga macam, ragam dari sudut pandang bidang atau pokok persoalan; ragam menurut sasarannya dan ragam yang mengalami percampuran.

(24)

dan pengalamannya. Tiap penutur bahasa pada dasarnya dapat memanfaatkan kedua ragam lisan dan ulisan tersebut sesuai dengan keperluannya, apapun latar belakangnya. Meskipun demikan, kita tidak dapat berharap orang yang kurang mendalam proses belajarnya mampu menggunakan ragam tulisan dengan penampilan orang yang terpelajar. Pokok pengajaran bahasa di sekolah pada dasarnya berkisar pada peningkatan keterampilan dalam kedua ragam tersebut (Moeliono, dkk. 1988: 6)

Ragam bahasa menurut sasarannya lazim dibagi atas ragam lisan atau ujaran, dan ragam tulisan. Karena setiap masyarakat bahasa mempunyai ragam lisan, sedangkan ragam tulisan itu baru muncul kemudian maka soal yang perlu ditelaah adalah bagaimana orang menaungkan ujarannya ke dalam bentuk tulisan. Ragam lisan dan tulisan masih mengenal kendala atau hambatan lain. Artinya ada bidang atau pokok persoalan yang mudah dituangkan ke dalam ragam yang satu dari pada yang lain (Moeliono, dkk. 1988: 8)

G. Pengertian dan Definisi Proses Belajar Mengajar.

(25)

populer karena sejauh sebelumnya istilah itu sudah ada bahkan para pengajar pun sudah mengenal dan mempraktekannya. Apabila pada masa sebelum P3G konsep itu dijalani dengan kondisi yang belum mantap maka sesidah adanya P3G dan perubahan kurikulum LPTK konsep itu dilaksanakan dengan lebih mantap, lebih terarah dengan kesadaran akan pentingnya peranan dan fungsi PBM dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Pengertian PBM sering tidak sama bagi para pengajar. Pada saat ini, sekurang-kurangnya istilah PBM digunakan dalam tiga konteks yang berbeda, walaupun harus diakui bahwa ketiga-tiganya menyangkut bidang pendidikan. Penggunaan pertama dijumpai pada ”Model Program Pendidikan Tenaga Kependidikan”, 1978, Jakarta-Bandung: Lokakarya Pendidikan Guru P3G. konsep P3G ini dilaksanakan LPTK mulai tahun akademis 1979/1980.

Pada penggunaan pertama itu PBM mengacu kepada kelompok mata kuliah yang tergabung dalam salah satu komponen kurikulum.kita sudah mengetahui bahwa kurikulum LPTK memiliki empat komponen, yakni:

a. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU): antara lain: Pancasila. UUD ’45. Kewiraan. Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris. Dan lain-lain.

b. Mata Kuliah Dasar Keguruan (MKDK): antara lain, Ilmu Jiwa, Landasan Kependidikan, dan lain-lain.

(26)

d. Proses belajat Mengajar (PBM): antara lain, pengajaran Remedi, Metode pengajaran, Evaluasi, dan Lain-lain.

Penggunaan kedua, tentunya dengan arti yang berlainan pula, dijumpai dalam ruangan kelas sat guru melaksanakan program instruksional. Di sini PBM mengacu pada aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam suatu pelaksanaan program pengaharan dalam kelas. Bila dihubungkan dengan kutikulum ’75 nama yang lebih tepat di sini ialah kegiatan belajar mengajat (KBM).

Penggunaan ketiga, dengan pengertian yang jauh lebih luas dari pengertian pertama dan kedua, mengacu kepada tugas dan kewajiban setiap pengajar. PBM dalam situasi seperti ini dapat dirinci dan meliputi:

a. proses penyusuran program pengajaran: menetapkan tujuan, bahan, metode, dan media pengajaran.

b. proses pelaksanaan program pengajaran: mengajar di kelas, praktek di laboratorium atau di kebun percobaan, dan lain-lain.

c. proses pengevaluasian program: baik perencanaannya, pelaksanaannya serta prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pengertian ketiga, penulis sampai pada definisi PBM, yaitu: suatu proses kegiatan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasian program pengajaran. Di dalam PBM terlibat guru, siswa

(27)

Penafsiran makna, isi dan bobot komponen PBM tidak terlepas bahkan sangat diwarnai oleh pandangan para ahli pendidikan terhadap istilah belajar dan mengajar. Apabila penekanan diarahkan kepada kata menagajar, maka muncullah istilah proses mengajar belajar (PMB). Gaya

mengajar PMB tersirat dalam konsep ”Instructure CenteredInstruction”. Seandainya penekanan diletakan kepada kata belajar maka muncullah istilah proses belajar mengajar (PBM). Gaya mengajarnya tersirat dalam konsep ”Student Centered Indtruction”.

Agaknya, dunia pendidikan di Indonesia saat ini, setidak-tidaknya dunia pendidikan guru, cenderung kepada gaya mengajar yang tersirat dalam konsep ”Student Centered Indtruction”. Kecenderungan itu terlihat dengan jelas pada penerapan konsep CBSA dalam program pengajaran. Oleh katrena penulis merasa perlu membicarakan hakikat CBSA serta bagaimana hubungan antara PBM dan CBSA (Tarigan, 1984 : 3).

H. CBSA dan Hubungan dengan PBM

(28)

a. belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. b. siswa dipandang sebagai subjek dan bukan objek.

c. melalui partisipasi, mengalami, mencoba, dan melaksanakan atau mempraktekan diri apa yang dipelajari siswa akan menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap.

Jelas kelihatan bahwa konsep CBSA pun bukanlah barang baru. Bahkan di Indonesia pun konsep CBSA ditemui dalam konsep pendidikan Taman Siswa, Tut Wuri Handayani. Atau dalam pribahasa ”Pengalaman adalah guru terbaik’.

Mendidik suatu konsep Tut Wuri Handayani adalah mengikuti serta mengawasi anak yang sedang berkembang. Bila diperlukan guru dapat mempengaruhinya agar perkembangan anak selaras dengan bakat dan pembawaannya.

Peranan pendidik dalam konsep ”Tut Wuri Handayani” adalah sebagai pendorong anak, agar anak secara aktif mengembangkan bakat dan kemampuannya. Tugas guru akan lebih berhasil dilaksanakan apabila guru sudah mengenal bakat, pembawaan dan potensi setiap anak didiknya.

Apabila konsep CBSA dituangkan kepada proses belajar mengajar (PBM) maka implimentasinya adalah sebagai berikut:

a. Siswa:

1. ada kesempatan menyatakan permasalahan yang mereka temui atau hadapi.

(29)

3. ada kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyusunan program pengajaran.

4. ada kesempatan turut aktif dalam setiap proses pengajaran.

5. ada kesempatan untuk membuktikan rasa keingintahuan, mempraktekan sesuatu, atau membuktikan sesuatu.

b. Guru:

1. bersikap demokratis 2. patner aktif siswa.

3. bersifat mendorong, membimbing dan bola diperlukan dapat mengarahkan siswa.

4. di samping mempunyai pengetahuan yang mendalam dan luas, guru memiliki serta dapat menggunakan teknik-teknik mengajar yang bervariasi.

5. guru dapat memilih dan menggunakan media pengajaran ataupun teknologi pendidikan.

6. guru selalu berusaha mengaktifkan siswanya. c. Iklim Belajar:

1. terjadinya hubungan yang erat dan lancar antara guru dan siswa, di antara guru dan siswa, siswa dan siswa.

2. adanya sifat keterbukaan di antara guru dan siswa, di antara siswa dan siswa.

(30)

d. Program:

1. dipersiapkan, direncanakan dengan teliti. 2. dilaksanakan dengan penuh keyakinan 3. dinilai dari saat ke saat.

4. terbuka untuk perbaikan bila perlu dirombak.

Melalui penjelasan –penjelasan yang tertera dalam bagian ketiga ini dapatlah disimpulkan bahwa hubungan antara PBM dan CBSA sangat erat. Bila PBM sebagai buah mangga dalam pengertian materinya, maka pemberi rasa dan warna adalah CBSA. Dua-duanya bersatu padu sehingga menimbulkan mangga yang manis dan enak untuk dimakan. Begitu pula PBM yang diwarnai CBSA akan menghasilkan mumusan yang berkualitas tinggi serta relevan dengan tuntutan lapangan tugasnya (Tarigan, 1984 : 5).

I. Komponen PBM

Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan guru (dalam hal-hal tertentu juga siswa) mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program pengajaran. Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah komponen, yang kita namai komponen PBM. Isi komponen PBM ternyata tidak selalu sama di antara para ahli. Salah satu sumber yang memuat komponen PBM secara lengkap penulis temui pada waktu ”Komponen Proses Belajar Mengajar” yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1969, halaman 5, yang isinya sebagai berikut:

(31)

c. mahasiswa d. dosen e. teknologi f. sarana g. administrasi

Dengan beberapa perubahan, penambahan dan pengurangan terhadap komponen tersebut di atas penulis mencoba menyusun kembali komponen PBM yang lebih cocok dengan tulisan ini. komponen kuliah sebaiknya diganti dengan nama metode, dosen dan mahasiswa penulis ganti dengan guru dan siswa sedang teknologi penulis ganti dengan media pengajaran dengan pengertian alat bantu pengajaran. Sarana dan administrasi dihilangkan, dan yang terpenting bahan pelajaran penulis tambahkan sebagai komponen PBM (Tarigan, 1984 : 7).

Hasil modifikasi tersebut, menghilangkan komponen PBM menurut versi penulis, yang terdiri dari:

a. siswa

(32)

a. Siswa

Siswa merupakan komponen utama dalam setiap PBM karena siswa adalah subjek dan bukan objek dari pengajaran. Pengajaran tanpa siswa tidak mungkin sama sekali. Hal-hal mengenai siswa yang perlu mendapat perhatian para pengajar dalam PBM, antara lain:

1. Minatnya 2. Bakatnya

3. Kesulitan-kesulitan yang dihadapinya b. Guru

Peranan guru dalam PBM yang dijiwai oleh CBSA tetap besar bahkan mungkin semakin berat dari biasanya. Di samping guru harus berkualifikasi tinggi

, ia juga harus dapat menyusun, menyelenggarakan dan menilai program pengajaran. Guru juga dituntut menjadi contoh yang baik, mengenal siswa-siswanya. Peranan guru antara lain sebagai berikut:

a. Informator : sumber informasi, penyampai informasi berupa

ilmu, dan

pengetahuan umum.

b. Organisator : pengelola kegiatan belajar mengajar.

c. Konduktor : menjaga dan mengatur keserasian kegiatan proses

belajar

mengajar kesasaran yang telah ditetapkan. d. Katalisator : pengantar kegiatan ke arah tujuan.

e. Pengarah : mengarahkan semua kegiatan proses belajar

mengajar ke

(33)

f. Inisiator : pengambil inisiatif pertama sehingga muncul gairah kerja.

g. Moderator : pengarah siswa ke arah masalah.

h. Tranmitter : penyebar ide, ilmu, peraturan, kebijakan pimpinan dan lain-

lain.

i. Fasilitator : pemberi kemudahan belajar bagi siswa.

j. Evaluator : penilai kegiatan proses belajar mengajar

teristimewa prestasi

belajar siswa. c. Tujuan

Kegiatan belajar mengajar dalam kelas sebagian besar didasakan kepada pencapaian tujuan pengajaran. Tujuan menyatakan apa yang harus dikuasi, diketahui atau dapat dilakukan oleh anak didik setelah mereka selesai melakukan kegiatan belajar mengajar. Biasanya tujuan dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tujuan pengajaran sangat menentukan bahan yang harus diajarkan, cara penyampaian bahan dan juga menentukan media yang digunakan. d. Bahan atau Materi

(34)

e. Metode

Metode , cara atau teknik pengajaran merupakan komponen PBM yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekan berbagai cara penyampaian bahan yang sesuai dengan situasi. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh pilihan bahan dan pemakaian metode yang tepat. Pembicaraan yang mendalam tentang metode dalam rangka PBM, akan membawa kita ke daerah atau bidang strategi belajar mengajar.

f. Media

Media mengajarkan dalam perkembangannya sudah sampai kepada teknologi pendidikan. Fungsinya untuk memperjelas materi yang disampaikan kepada siswa. Pilihan dan penggunaan media pengajaran yang tepat menciptakan situasi belajar mengarang yang ”favourable”. Jenis atau macam media beraneka ragam mulai dari benda aslinya, gambarnya atau duplikatnya. Dapat pula dalam dalam bentuk sederhana seperti papan planel, berupa kertas, karton dapat pula dalam bentuk mewah seperti radio, TV, Film, dan lain-lain.

g. Evaluasi

(35)

keberhasilan penyusunan dan pelaksanaan program pengajaran, lebih-lebih evaluasi terhadap prestasi belajar siswa merupakan dasar perbaikan terhadap penyusunan tujuan instruksional, bahan, metode, dan pilihan media. Melalui evaluasi juga dapat diketahui aktivitas siswa apakah sudah memenuhi konsep CBSA atau belum.

Konsep CBSA sebagai pemberi sifat, karakter atau watak terhadap PBM, harus terlihat, terasa dalam aktivitas siswa dalam belajar. Dalam komponen PBM lainnya CBS seharusnya juga sudah terbayang. Komponen PBM yang paling mudah menggambarkan CBSA-an ialah siswa, metode,. Ini tidak dapat membayangkan ke-CBSA-an, hanya sukar memberikan contoh-contohnya.

Komponen PBM dan CBSA dapat dikelompok-kelompokan berdasarkan fungsi. Ada komponen berfungsi sebagai pelaku misalnya siswa dan guru. Ada komponen yang berfungsi sebagai penilai, pemberi karakter, sebagai sarana penunjang petunjuk arah kegiatan dan penjaring umpan balik. Secara sistematis hal tersebut dapat disusun sebagai berikut:

1. Siswa dan guru merupakan komponen pelaku dalam setiap PBM 2. Bahan, metode dan media berfungsi sebagai sarana penunjang PBM 3. Tujuan berfungsi penunjuk arah setiap kegiatan dalam PBM

(36)

5. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan program dan penjaring umpan balik

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori di atas, penelitian mempunyai anggapan bahwa jika penggunaan kosakata yang diterapkan oleh guru hanya mengacu pada proses belajar mengajar di kelas. Sehingga tidak menjamin hasil belajar mengajar yang efektif.

Kosakata Bahasa Indonesia merupakan keseluruhan kata dalam suatu bahasa yang digunakan oleh para pembicara atau penulis untuk menyatakan maksud yang ingin disampaikan dalam bentuk kalimat atau kata. Berbicara mengenai kosakata tidak akan lepas dari kata, karena kata merupakan realitas dari kosakata. Kosakata dapat diartikan sebagai pembendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang. Kosakata merupakan salah satu dasar utama untuk untuk menyampaikan ide gagasan, pikiran, dan amanat melalui perangkaian kata.

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Karena hasil dari data rekaman alat tersebut masih berupa data analog, maka penulis merancang suatu alat pengukur intensitas matahari tersebut menggunakan sensor suhu

Makna konotatif merupakan hasil perkembangan suatu kosakata. Turun atau naiknya suatu kosakata amat tergantung pada masyarakat pemakai bahasa itu. Konotasi yang dulu bernilai

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Faktor berikut yang tidak mempengaruhi terjadinya interaksi adalah ..... adanya suatu

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kehidupan ekonomi dan sosial budaya serta strategi adaptasi dalam kehidupan ekonomi dan sosial budaya penduduk di daerah

Uji beda rata-rata ini dilakukan untuk menyelidiki apakah ada pengaruh dalam pemberian latihan ballhandling terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan

Judul Skripsi : Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan Pada KAP di Surabaya.. Menyatakan bahwa

Penerapan ekonomi Mengkaji materi melalui ceramah dan tanya jawab serta pemberian contoh Menyelesaikan latihan soal Ceramah Tanya jawab Latihan Penugasan Media : LCD