• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PELATIHAN CYBER MARKETING UNTUK MEMBERDAYAKAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEMERINTAH DAERAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMPROMOSIKAN ASET DAN PRODUK DAERAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PELATIHAN CYBER MARKETING UNTUK MEMBERDAYAKAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEMERINTAH DAERAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMPROMOSIKAN ASET DAN PRODUK DAERAH."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

xv

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..…………... i

LEMBAR PENGESAHAN………..………. ii

PERNYATAAN ………..……….. iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ………... iv

ABSTRAK ………. v

ABSTRACT……… vii

KATA PENGANTAR ………... viii

UCAPAN TERIMA KASIH dan PENGHARGAAN .……… x

DAFTAR ISI ……….. xv

DAFTAR TABEL……… xix

DAFTAR GAMBAR …..……… xx

DAFTAR GRAFIK ………. xxi

DAFTAR LAMPIRAN..……….. xxii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Definisi Operasional ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 21

E. Tujuan Penelitian ... 23

(2)

xvi

A. Pelatihan untuk Pengembangan SDM ………. 27

1. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Pelatihan... 27

2. Perancangan dan Perencanaan Pelatihan ... 30

3. Metode dan Pola Dasar Pelatihan ... 33

4. Sistem Pembelajaran dalam Pelatihan ... 37

5. Pelatihan untuk Meningkatkan Produktivitas …………. 39

6. Pelatihan di bidang Teknologi Informasi ………. 41

B. Teknologi Informasi ... 46

1. Internet ……….. 48

2. e-Government ... 51

3. Tantangan PLS pada abad Teknologi Informasi ... 54

C. Pemasaran melalui Internet (Cyber Marketing) ……..……… 57

1. Promosi menggunakan Internet ...…... 57

2. Prospek Pemasaran melalui internet …... 60

D. Pengembangan Sumber Daya Manusia ...… 62

1. Peranan PLS dalam pengembangan SDM ... 69

2. PLS sebagai fungsi Pemberdayaan SDM ... 74

E. Aset dan Produk Daerah .……….. 76

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 81

B. Metode Penelitian... 82

C. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 91

D. Populasi dan Sampel ... 91

E. Teknik Pengumpulan Data ... 93

F. Instrumen Penelitian... 97

(3)

xvii

A. Deskripsi Wilayah Penelitian ……... 104

1. Deskripsi Kota Semarang ... 104

2. Deskripsi Pembangunan Kota Semarang ... 105

3. Visi dan Misi Kota Semarang ... 106

4. Deskripsi Perekonomian Kota Semarang ... 108

5. Deskripsi Kompetensi Aparatur Pemkot Semarang ... 113

B. Deskripsi Hasil Studi Eksplorasi ………... 116

1. Pengembangan SIMDA pada Pemkot Semarang ... 120

a. Arah Kebijakan ... 121

b. Sasaran ... 122

c. Maksud dan Tujuan ... 123

d. Situs Internet Kota Semarang ... 124

e. Model e-Government Pemkot Semarang ... 128

2. Kajian Penggunaan Internet pada Pemkot Semarang ... 130

a. Peluang ……….. 131

c. Pemberdayaan SDM Aparatur melalui pelatihan ……… 148

d. Pemasaran melalui internet ……… 152

e. Pelatihan Cyber Marketing ………. 154

C. Kajian Aplikasi Model Pelatihan Cyber Marketing... 160

1. Model Konseptual ... 165

a. Perencanaan Pelatihan …... 176

1) Penyiapan tenaga pengajar ... 177

2) Penyiapan kurikulum pelatihan ... 180

3) Penyusunan jadwal dan materi ...… 182

4) Fasilitas proses belajar mengajar ...… 186

b. Rancangan Model Konseptual Pelatihan …... 186

2. Implementasi Model Konseptual …... 191

a. Tahap Persiapan ………... 191

b. Tahap Pelaksanaan ……….. 201

c. Tahap Evaluasi ………... 209

(4)

xviii

A. Analisis Hasil Penelitian ... 219

1. Analisa SWOT ... 219

a. Kekuatan ... 220

b. Kelemahan ... 222

c. Kesempatan ... 222

d. Ancaman ... 223

2. Analisis Uji Statistik ... 224

a. Analisis Uji Tanda (Sign) ... 226

b. Analisis Uji Mc. Nemar... 228

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 229

1. Penempatan Kembali Pegawai setelah pelatihan ... 233

2. Peranan PLS sebagai alternatif pemberdayaan SDM ... 236

3. Peningkatan Kualitas SDM ... 239

4. Upaya membangun kompetensi SDM bidang Promosi ... 241

C. Temuan penelitian ………... 243

D. Implikasi Hasil Penelitian ... 245

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 250

B. Rekomendasi ... 253

DAFTAR PUSTAKA ... 256

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 264

(5)

xix

Tabel Halaman

2.1. Pola Ketrampilan Berdasarkan Kelompok / Golongan ... 35

2.2. Tujuan, Metode, Tempat , Materi Pelatihan dan Faktor yang Relevan ……… 46

3.1. Disain Eksperimen pre-test dan post-test ………. 93

4.1. Distribusi Pegawai berdasarkan Golongan ...………… 114

4.2. Distribusi Pegawai berdasarkan Pendidikan ... 115

(6)

xx

Gambar Halaman

1.1. Desentralisasi penggunaan komputer dan

pembagian Informasi ……… 4

1.2. Peningkatan kualitas SDM melalui Pelatihan Cyber Marketing ... 13

1.3. Kerangka Berpikir ... 26

2.1. Kebutuhan Ketrampilan Bagi Tiga Level Manajemen ... 36

2.2. Pola Dasar Pendidikan dan Pelatihan ... 36

2.3. Kinerja Organisasi ……….. 68

3.1. Arus Studi penelitian dan pengembangan ... 90

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 93

4.1. Peta Kota Semarang ... 105

4.2. Proses Pemberdayaan SDM melalui Pelatihan Cyber Marketing ... 164

4.3. Model Konseptual Pelatihan Cyber Marketing ……..…. 168

4.4. Skema Aplikasi Cyber Marketing bidang Pariwisata ….. 170

4.5. Skema Aplikasi Cyber Marketing bidang Pendidikan….. 171

4.6. Skema Aplikasi Cyber Marketing bidang Investasi…….. 172

4.7. Bagan Alur Pelatihan Cyber Marketing ………. 175

4.8. Model Pengembangan Pelatihan Cyber Marketing …… 207

(7)

xxi

Grafik Halaman

4.1. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Tahun dengan Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2001 s/d 2003 ... 109 4.2. Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993

Tahun 2000 s/d 2003 ... 110 4.3. Pendapatan Perkapita Kota Semarang

Tahun 1998 – 2003 ... 111 4.4. Laju Inflasi Kota Semarang, Jawa Tengah

dan Nasional Tahun 2000 s/d 2003 ……… 111 4.5. Kontribusi Bidang Usaha Terhadap Inflasi

(8)

xxii

Lampiran Halaman

1. Ijin Penelitian ………... 264

2. Kuesioner Studi Eksplorasi ………... 266

3. Kuesioner Peserta Pelatihan ………... 278

4. Kuesioner (Pre-test dan Post-test) ……….. 280

5. Alamat e-mail Instansi Pemkot Semarang ... 281

6. Surat Kerjasama Pelatihan dengan UNAKI ………. 284

7. Daftar Peserta Pelatihan ………. 286

8. Surat Kerjasama dengan RisTI Telkom Bandung ……….. 288

9. Surat Studi Banding Tentang e-Gov ………. 289

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang substansinya dari sentralisasi ke desentralisasi, maka terjadi otonomi seluas-luasnya dalam arti semua kewenangan pemerintah itu melekat pada daerah. Oleh karena itu kedua undang-undang tersebut membawa perubahan-perubahan yang sangat subtantif yang menyangkut beberapa hal tentang pemerintahan di daerah.

Undang-undang tersebut juga dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Sehingga otonomi daerah telah menjadi ketetapan dan kesepakatan nasional, yang telah dilaksanakan mulai bulan Januari 2001. Dalam pelaksanaannya undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut membawa implikasi berubahnya subtantif beberapa bidang program-program pada pemerintah daerah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka mendukung Otonomi daerah adalah :

(10)

2. Memfasilitasi aktifitas yang berkaitan dengan potensi daerah.

3. Membentuk lembaga-lembaga jasa konsultasi peningkatan potensi daerah.

4. Menciptakan suasana kondusif didaerah, dengan mengurangi konflik-konflik intern yang dapat menghambat pengembangan usaha didaerah.

Dari hal-hal tersebut diatas bahwa otonomi daerah akan memacu dan meningkatkan motivasi mengoptimalkan potensi daerah dengan berbagai upaya yang maksimal, baik potensi alam maupun sumber daya manusia dalam menyongsong era persaingan global. Potensi tersebut harus dikampanyekan, disosialisasikan secara luas, baik melalui program

marketing public relation, marketing communication dan marketing internet

agar informasi tersebut sampai kepada target pasar yang diinginkan. Untuk itu dalam era teknologi informasi sekarang ini keberadaan SDM Aparatur Pemerintah dituntut untuk lebih profesional dalam menyelenggarakan tugas-tugas marketing. Kemajuan dibidang teknologi informasi membutuhkan aparatur yang benar-benar mempunyai semangat, kemauan serta kesanggupan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kemajuan jaman. Disamping itu juga harus dapat secara cepat dan tepat mengantisipasi segala kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sekaligus dalam upaya peningkatan pelayanan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.

(11)

saing penerobosan serta perluasan pasar baik regional, nasional maupun internasional. Kegiatan ini didukung oleh penyempurnaan pemantapan sarana dan prasarana; meliputi jaringan informasi pasar, peningkatan promosi serta peningkatan akses ke pasar.

Untuk dapat bersaing di era pasar nasional dan global dalam rangka menyongsong AFTA dan perdagangan bebas dunia, teknologi informasi merupakan bagian terpenting yang mutlak harus dimiliki. Perkembangan perkonomian di era bisnis global membuat perubahan mendasar dalam dunia usaha secara keseluruhan. Salah satu perubahan tercepat adalah perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi.

Pada jaman milenium dan globalisasi ini ditandai dengan semakin jelasnya dunia memasuki era informasi, mengganti era industrialisasi. Pada era tersebut kita telah berada dalam dunia yang terbuka dan tanpa batas atau sering disebut World Without Borden. Pada era ini peran IPTEK sangat dominan. Pelaksanaan berbagai kegiatan dalam era informasi akan berhasil optimal jika memiliki informasi dan pengetahuan yang memadai perihal kebutuhan yang ditawarkan, dan sesuai kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukannya. Peran IPTEK tersebut tak terkecuali dapat digunakan pada pelayanan di era otonomi daerah.

(12)

dalam administrasi (pembukuan), pelayanan (informasi) maupun dalam produksi (penggunaan mesin berbasis komputer). Namun demikian teknologi informasi ini oleh pemerintah daerah kurang atau belum dimanfaatkan untuk marketing (lihat gambar 1.1.). Perlu diketahui bahwa Teknologi informasi memegang peran sangat penting dalam infrastruktur dunia usaha. Peran tersebut dapat dilihat pada :

1. Peningkatan pangsa pasar 2. Peningkatan image

3. Efesiensi biaya operasional 4. Efisiensi waktu, dan lain-lain.

Asisten Deputi Urusan Pengembangan e-Government Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi Djoko Agung Harjadi pada acara “The 8th Asia Pacific Conference on Communications 2002” di Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan bahwa :

Gambar 1.1. Desentralisasi penggunaan komputer dan pembagian Informasi (Haag, dkk., 2004 : 20)

(13)

Kemajuan serta aplikasi teknologi informasi diyakini mampu berperan sebagai sarana untuk mempercepat pemulihan ekonomi

(economy recovery). Pengalaman menunjukkan bahwa selama multi-krisis sejak beberapa tahun lalu usaha-usaha yang memanfaatan teknologi informasi merupakan salah satu cara penguatan untuk membidik pasar global. (Haryadi, 2002 : 2)

Oleh sebab itu Pemerintah Daerah perlu diperkuat dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan intensitas promosi dalam rangka memasarkan aset dan produk daerah, sehingga lingkup pasar tidak hanya lokal tetapi juga nasional dan global. Dalam hal ini pemasaran dilakukan secara pro aktif (jemput bola), jadi tidak hanya menunggu pihak lain / investor datang baru ditawarkan atau adanya keinginan dari pihak luar tanpa adanya penawaran terlebih dahulu.

Dalam hal ini jelas diperlukan perubahan cara berpikir dan cara bertindak yang biasa dikenal dengan perubahan paradigma (paradigm shift). Pelatihan dan pengenalan teknologi informasi perlu diselenggarakan dimaksudkan untuk memperkaya wawasan Pegawai Pemerintah Daerah, sehingga paradigmanya berubah lebih sesuai dengan tuntutan bisnis global. Banyak aset dan produk yang layak jual di pasar nasional dan global, namun karena tidak diproses dan dipromosikan sebagaimana layaknya bisnis global akhirnya tidak memberikan manfaat seperti yang diharapkan.

(14)

maupun teknologi informasi. Secara signifikan, dibutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang seimbang dengan peningkatan sarana, prasarana dan fasilitas berbasis teknologi informasi tersebut.

Seperti dinyatakan oleh UNESCO yang disadur Napitupulu (2001; 3 - 4) bahwa di dalam masyarakat informasi nanti, jalur pendidikan luar sekolah akan memainkan peranan yang sangat menentukan di dalam proses pembaharuan dan pembangunan bangsa. Lebih lanjut dikatakan jalur pendidikan luar sekolah merupakan jalur yang mampu meningkatkan sumber daya manusia dalam waktu yang relatif sangat singkat.

(15)

Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah suatu sarana pendidikan luar sekolah yang memadukan pendidikan dengan unsur hiburan untuk memperkenalkan iptek kepada masyarakat segala usia secara mudah, menarik dan berkesan melalui kegiatan peragaan interaktif yang dapat disentuh dan dimainkan.

Pemberdayaan SDM pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pegawai pemerintah daerah, agar semakin mampu memberikan yang terbaik dan mewujudkan tujuan organisasi. Adapun tujuan utama pemberdayaan SDM adalah untuk memperbaiki efektivitas pegawai dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektivitas kerja dapat dilakukan dengan memperbaiki pengetahuan pegawainya, ketrampilan pegawai, maupun sikap pegawai itu sendiri terhadap tugas-tugasnya, serta untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan pegawai dengan kecanggihan peralatan.

Pentingnya faktor manusia telah terbukti diberbagai negara maju, bahwa keberhasilan organisasi bersumber dari sumber daya manusia yang berkualitas. Langkah-langkah pengembangan SDM dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang semuanya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya manusia. Seperti diungkapkan oleh French (1993 : 3) bahwa :

Manajemen sumber daya manusia sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi. Pengertian ini menggabungkan fungsi-fungsi operatif di bidang sumber daya manusia.

(16)

canggihnya yang dapat menggantikan tenaga manusia, tetapi faktor manusia masih tetap memegang peranan penting bagi suksesnya suatu kegiatan / usaha. Dengan pengembangan sumber daya manusia, maka setiap sumber daya manusia memperoleh kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kerjanya.

Pada sumber daya manusia terdapat perbedaan yang prinsipil antara individu yang satu dengan yang lain, yaitu dalam kecerdasan, jasmaniah dan rohaniah. Perbedaan tersebut menjadikan kemampuan dan kepribadian seseorang berbeda, seperti antara lain :

1. Keturunan, berpengaruh pada pembawaan. 2. Lingkungan, berpengaruh pada sifat.

3. Pengalaman, berpengaruh pada kemampuan. Flippo (1989 : 5) menyatakan bahwa :

Manajemen sumber daya manusia adalah : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan- kegiatan pengadaan, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

Oleh sebab itu pemanfaatan sumber daya manusia tidak lepas dari ketrampilan dan motivasi. Supaya mereka dapat mencurahkan tenaganya seefektif mungkin, maka manusia yang bersangkutan harus mempunyai motivasi yang tinggi dan mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang pekerjaannya.

(17)

pegawai sebagai faktor yang sangat penting, seorang pegawai tidak hanya mengkonsumir produk yang dihasilkan oleh organisasi tersebut, tetapi mereka merupakan bagian yang utama dalam pemrosesan input menjadi output.

Titik berat pelaksanaan pengembangan SDM pada Pemerintah Daerah pada umumnya terkonsentrasi pada pendidikan (Education) dan pelatihan (Training). Dari banyak faktor yang turut berperan dalam mengembangkan SDM, faktor utama yang sangat menentukan adalah pendidikan dan pelatihan tersebut. Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM agar dalam proporsi tertentu sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut oleh sesuatu pekerjaan/jabatan. Seperti dikatakan oleh Sumantri (2000 : 8) bahwa :

Untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan jabatan dan perkembangan ilmu dan teknologi, setiap organisasi harus membekali setiap anggotanya, dimana salah satu upaya adalah mengadakan pelatihan bagi anggota organisasi.

(18)

hendaknya ditujukan pada memperbanyak pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan inilah yang akan memainkan peranan yang semakin penting dalam menyediakan sumber daya manusia yang mumpuni, trampil dan dapat menjabarkan kebijakan yang diterapkan.

Pengertian pendidikan dan pelatihan secara tegas tidak dapat dipisahkan. Kiranya arti pengembangan pegawai telah mencakup pengertian pelatihan sekaligus pendidikan yaitu usaha meningkatkan ketrampilan maupun pengetahuan umum bagi pegawai. Sehingga pada umumnya semakin tinggi suatu jabatan semakin penting faktor pendidikan dan pelatihan sebagai syarat menduduki jabatan tersebut.

Pendidikan dan pelatihan disebut bersifat karier jika bertujuan mempersiapkan pegawai yang bersangkutan untuk tugas-tugas yang akan datang. Dalam hubungannya dengan pengembangan sumber daya manusia dan untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan maupun individu pegawai, pendidikan dan pelatihan merupakan prakondisi yang disyaratkan. Untuk itu perlu dipersiapkan dan direncanakan program pendidikan dan pelatihan yang terpadu.

(19)

Dalam hal ini, penekanan khusus hendaknya ditujukan pada memperluas secepatnya diklat teknis dan fungsional. Jenis pendidikan dan pelatihan inilah yang akan memainkan peranan yang semakin penting dalam menyediakan sumber daya manusia yang trampil baik di tingkat bawah hingga tingkat menengah yang terampil.

Banyak kasus pelatihan didalam peningkatan sumber daya manusia yang hanya sekedar diadakan atau diprogramkan asal jalan dan tidak secara serius. Pelatihan seharusnya diarahkan pada terpeliharanya kondisi kemampuan pegawai sesuai tuntutan tugas organisasi / unit kerja dan program pengembangan bebasis tugas.

Karena kompleksnya masalah yang ditimbulkan oleh masalah sumber daya manusia dan agar langkah pengembangannya dapat lebih berhasil dengan mendatangkan hasil yang positif bagi semua pihak, terutama bagi sumber daya manusia itu sendiri, maka perlu dibuat perencanaan pelatihan yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Arah yang dituju dengan perencanaan pelatihan tersebut adalah mendorong dan menciptakan suatu situasi yang memungkinkan sumber daya manusia didalam organisasi memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya.

(20)

mau efektif, upaya-upaya pelatihan ini menurut pengalaman harus dilaksanakan secara inovatif. Kalau upaya-upaya pelatihan untuk keperluan ini dilaksanakan dengan cara-cara lama, hasilnya akan begitu-begitu saja.

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada Pemerintah Daerah tidak akan terlaksana, selama masalah pengembangan model program pelatihan yang berdimensi tiga ini : pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja tidak terselesaikan. Keputusan mengenai susunan pengetahuan dan ketrampilan yang relevan, yang sesuai dengan tuntutan perlu diambil berdasarkan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada Pemerintah Daerah. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah bahwa kenyataan yang terdapat di berbagai lapangan ini berubah dengan sangat cepatnya.

Konsekuensi dari situasi ini ialah bahwa program pelatihan atau kurikulum yang ada perlu terus-menerus diperbandingkan dengan hasil-hasil pemantauan situasi lapangan. Hanya dengan cara inilah akan dapat tersusun program-program dan kegiatan-kegiatan pelatihan yang terus-menerus relevan. Hanya dengan cara inilah dapat dicegah timbulnya program-program dan praktek-praktek pelatihan yang menjadi ketinggalan jaman tanpa kita sadari.

(21)

upaya pelatihan tersebut dibutuhkan kumpulan informasi yang lengkap dan relevan.

Gambar 1.2. Peningkatan kualitas SDM melalui Pelatihan Cyber Marketing

(22)

B. Perumusan Masalah

1. Umum :

Bagaimanakah model pelatihan Cyber Marketing yang efektif untuk memberdayakan sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah ?

2. Khusus :

a. Bagaimanakah Sistem Informasi Manajemen Daerah dikembangkan pada Pemerintah Kota Semarang ?

b. Bagaimana sistem promosi aset dan produk daerah yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Semarang ?

c. Apakah pelatihan Cyber Marketing diperlukan bagi Aparatur SDM Pemerintah Kota Semarang ?

d. Bagaimanakah model konseptual pelatihan Cyber Marketing pada Pemerintah Kota Semarang ?

e. Apakah pelatihan Cyber Marketing pada Pemerintah Kota Semarang efektif dalam memberdayakan SDM Aparaturnya meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah ?

C. Definisi Operasional

(23)

operasional tersebut akan dapat membatasi ruang lingkup pembahasan yang akan diuraikan dalam penelitian nantinya. Kata kunci – kata kunci dalam penelitian ini sesuai dengan judul penelitian yang diajukan, yaitu : model, pelatihan, cyber marketing, pemberdayaan, sumber daya manusia, peningkatan, kemampuan, promosi serta aset dan produk daerah. Definisi operasional dari istilah-istilah tersebut akan diuraikan satu per satu sebagai berikut :

1. Model

Model merupakan representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Model itu dapat membantu membedakan hal-hal vang esensial dan yang tidak esensial dari situasi masalah. Model juga merupakan alat artifisial untuk menyusun secara imajinatif dan menginterpretasikan pengalaman seseorang tentang situasi masalah.

Dunn (1999: 233) menegaskan bahwa setiap orang menggunakan model secara konstan. Setiap orang dalam kehidupan pribadi dari bisnisnva secara naluriah menggunakan model-model untuk membuat keputusan. Citra mental tentang dunia di sekeliling yang dibawa ke dalam pikiran adalah model. Semua keputusan kita diambil atas dasar model tersebut.

(24)

2. Pelatihan

Pelatihan adalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan pegawai dengan cara meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan operasional dalam menjalankan promosi dengan internet. Dapat diakatakan bahwa pelatihan merupakan suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan terhadap sekelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan mengutamakan pembinaan kejujuran dan ketrampilan operasional. (Soeprihanto, 1997; 85)

Tujuan utama dari pelatihan disini adalah memastikan bahwa secepat mungkin pegawai pemerintah daerah dapat mencapai tingkat kemampuan kerja dalam menggunakan teknologi informasi (internet) untuk mempromosikan aset dan produknya. Pelatihan akan membentuk dasar dengan menambah ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memasarkan atau mempromosikan aset dan produk daerah tersebut melalui internet.

3. Cyber Marketing

(25)

konstelasi data. Ruang tersebut dinamai Cyber (cyberspace), yang di dalamnya sangat mungkin dilakukan berbagai kegiatan, diantaranya adalah pemasaran (PT. Global Info Perkasa, 2001 : 1).

Cyber Marketing (pemasaran melalui internet) menggambarkan di dalamnya tergabung penghuni yang saling berkomunikasi. Mereka biasa berkomunikasi via e-mail, chating dan situs yang di dalamnya dapat disisipi berbagai pesan baik berupa tulisan, gambar, atau suara.

4. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah membantu seseorang untuk memahami dan mengontrol perkembangan pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka meningkatkan harkat keberadaanya di tengah pegawai pada suatu pemerintah daerah.

Proses pemberdayaan diatas tersebut dapat dilihat sebagai proses dan sebagai hasil. Pemberdayaan sebagai proses adalah suatu gerakan atau upaya yang dilakukan secara sadar, sistematis dan terarah dengan memanfaatkan potensi dari pegawai oleh pemerintah daerah dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan derajat dan harkat kehidupan mereka.

(26)

5. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material / non finansial) di dalam organisasi, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Investasi yang paling penting bagi suatu instansi adalah sumber daya manusia (pegawai), dimana pegawai merupakan kunci keberhasilan instansi agar tetap survive dan berkembang dengan baik. Agar pegawai yang dimiliki dapat memberikan kontribusi yang maksimal, maka pegawai perlu dikembangkan.

Armstrong (1994 : 207) dalam bukunya "Manajemen Sumber Daya Manusia", memberikan pengertian program pengembangan sumber daya manusia membantu memastikan bahwa organisasi tersebut mempunyai orang-orang ahli dan berpengetahuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dengan melatih pegawai untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan..

6. Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang artinya lapis dari suatu yang tersusun. Peningkatan diartikan ada ketingkatan, ada kenaikan dengan derajatnya, taraf, mempertinggi, memperhebat untuk produksi atau pengangkatan diri, mengangkat diri (Poerwodarminto, 1985 : 887).

(27)

suatu usaha dari suatu keadaan yang belum ada menjadi ada atau dari yang belum baik menjadi baik. Dengan demikian bahwa kata peningkatan mengandung faktor-faktor sebagai berikut :

a. Adanya kegiatan atau usaha. b. Adanya rencana.

c. Adanya tujuan yang ingin dicapai. d. Adanya perubahan untuk perbaikan.

Dari uraian diatas dimaksud peningkatan kemampuan dalam penelitian ini adalah usaha yang mengarah pada kegiatan perbaikan potensi atau kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki dalam melaksanakan promosi.

7. Kemampuan

Kemampuan adalah menunjukkan potensi untuk melaksanakan tugas yang dapat dilaksanakan atau tidak. Hal ini berarti daya atau kekuatan yang terdapat pada seseorang. Dengan kata lain kemampuan digunakan untuk menunjukkan apa yang dapat dikerjakan oleh seorang pegawai, apakah seorang pegawai itu mengerjakan atau tidak.

(28)

ketangkasan, ketrampilan atau modal lain merupakan faktor dari seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

8. Promosi

Promosi disini adalah suatu publisitas aset dan produk daerah yang mempunyai arti komersial. Metode promosi dilakukan dengan menggunakan internet dapat mencapai pembeli yang potensial, karena cara penyampaiannya sedemikian rupa sehingga dapat diterima sebagai suatu berita yang baru. (Assauri, 1996: 258)

Dengan meningkatnya teknologi informasi dewasa ini merupakan indikator peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan promosi kepada masyarakat luas atau dalam era persaingan global. Dengan penggunaan teknologi informasi yang tepat dapat merupakan pendukung yang baik untuk menyakinkan masyarakat nasional maupun internasional mengenai aset dan produk daerah yang ditawarkan. Dengan mengikuti secara terus menerus perubahan teknologi informasi dengan jalan membuat variasi yang inovatif akan dapat menjadi indikator peluang untuk menarik perhatian masyarakat.

9. Aset dan Produk Daerah

(29)

Produk adalah merupakan suatu konsep yang rumit, yang harus dirumuskan dengan hati-hati dan merupakan segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai atau dikonsumsikan sehingga mungkin memuaskan keinginan atau kebutuhan. (Kotler, 1993)

Aset dan produk daerah mempunyai karakteristik tersendiri dan tidak dapat disamakan dengan jenis aset dan produk yang lain. Faktor yang berpengaruh terhadap aset dan produk daerah sangat komplek dan bervariasi. Dimana aset dan produk daerah ini akan berbeda antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Aset dan produk yang dimaksudkan disini adalah semua aset dan produk yang ada di wilayah suatu daerah tersebut, jadi tidak hanya asset dan produk yang milik pemerintah daerah saja. Tetapi seluruh aset dan produk yang ada di daerah tersebut, dalam hal ini aset dan produk milik swasta.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Dari segi teoritis :

(30)

2. Dari segi praktis :

Penelitian ini bagi SDM aparatur Pemerintah Daerah diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

a. Adanya kesadaran dan perubahan pola pikir pegawai Pemerintah Daerah untuk mau menggunakan teknologi informasi dalam memasarkan atau mempromosikan aset dan produk daerahnya sesuai dengan tuntutan globalisasi, sehingga mengembangkan kinerja Pemerintah Daerah di bidang pemasaran.

b. Meningkatnya pengetahuan pegawai Pemerintah Daerah bahwa dengan menggunakan Cyber Marketing efisiensi dan kinerja pemasarannya akan lebih efektif, baik dari segi manajemen, administrasi, terlebih lagi dalam hal akses informasi, termasuk akses promosi kedalam pasar nasional dan global.

c. Adanya motivasi yang tinggi dari Pejabat Pemerintah Daerah untuk memfasilitasi pengelola Badan Usaha dan Aset-aset daerah, Kantor Pengolah Data Elektronik, Kantor Informasi dan Komunikasi, Bagian Umum serta unit-unit kerja yang terkait dengan pemasaran aset dan produk dengan perangkat keras dan lunak teknologi informasi.

(31)

e. Pegawai pada Pemerintah Daerah mampu memanfaatkan situs daerah untuk perkembangan pemasarannya yaitu mempromosikan aset dan produk daerah, dengan selalu merubah atau mengganti informasi yang disajikan sesuai dengan kondisi yang ada atau terbaru.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menghasilkan suatu model pelatihan Cyber Marketing yang efektif untuk memberdayakan sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimanakah Sistem teknologi informasi yang dikembangkan pada Pemerintah Kota Semarang.

b. Untuk mengetahui sistem promosi aset dan produk daerah yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Semarang.

c. Untuk mengetahui apakah pelatihan Cyber Marketing diperlukan bagi Aparatur Pemerintah Kota Semarang.

d. Untuk mengetahui model konseptual pelatihan Cyber Marketing pada Pemerintah Kota Semarang.

(32)

F. Kerangka Berpikir

Dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan Undang-Undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, maka hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengembangkan daerahnya.

Untuk itu dalam pengembangan daerah pada era otonomi dan persaingan global ini Pemerintah Daerah perlu didukung teknologi informasi. Namun kenyataannya di Indonesia, teknologi informasi oleh Pemerintah Daerah hanya digunakan untuk produksi, administrasi dan pelayanan publik dan belum digunakan untuk promosi (pemasaran). Dalam hal ini apabila Pemerintah Daerah mau menggunakan teknologi informasi untuk pemasarannya, maka akan lebih mudah, lebih sederhana dan lebih baik.

Dalam penggunaan teknologi informasi untuk pemasaran / promosi tersebut Pemerintah Daerah harus menyiapkan infrastruktur, database dan sumber daya manusianya. Beberapa daerah saat ini telah memiliki infrastruktur dan database teknologi informasi (internet), namun untuk sumber daya manusia yang mampu menggunakan internet untuk pemasaran masih kurang atau bahkan belum ada. Sehubungan hal tersebut perlu pemberdayaan pegawai Pemerintah Daerah dalam hal pemasaran lewat internet melalui pelatihan Cyber marketing.

(33)

a. Mempunyai kemampuan berpromosi tinggi b. Dapat efektif & efisien dalam promosi

c. Mempunyai kesadaran / perubahan pola pikir mau menggunakan TI Sehingga dengan pelatihan Cyber marketing akan terjadi Peningkatan kinerja pada Pemerintah Daerah dalam bidang pemasaran.

Pada pelaksanaan pelatihan tentang Cyber Marketing ini, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah awal yang bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui kebutuhan dasar pegawai Pemerintah daerah terhadap Teknologi Informasi, misalnya dengan melakukan survei terhadap para pegawai pemerintah daerah. Kemudian setelah itu menetukan target peserta, untuk memilih pegawai yang ditunjuk menjadi peserta pelatihan. Setelah itu dilakukan observasi, wawancara dan melihat dokumen guna mencari dan menentukan metode serta bentuk pelatihan yang ideal untuk diterapkan kepada para peserta pelatihan tersebut, agar nantinya sasaran yang diinginkan dapat tercapai.

(34)

Peluang

(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian yang berkaitan dengan pelatihan ini, peneliti menggunakan metode atau cara tertentu. Sehingga dengan penggunaan metode tersebut peneliti dapat melakukan penelitian secara berencana, sistematis dan mengikuti konsep ilmiah. Dimana dalam metode penelitian tentang pelatihan ini, peneliti mengumpulkan data dan fakta yang berkaitan dengan kemampuan yang diharapkan dan kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah; dalam rangka peneliti menghasilkan atau mengembangkan materi / bahan pembelajaran program pelatihan Cyber Marketing. Dengan pelatihan Cyber Marketing tersebut diharapkan tujuan pemberdayaan sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah dapat tercapai secara efektif dan sesuai tuntutan kebutuhan.

A. Pendekatan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan peneliti adalah menggunakan pendekatan kualitatif dan diperkuat dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif berpijak pada asumsi bahwa dunia, realitas, situasi dan peristiwa yang terjadi sebagai obyek suatu studi tentang perilaku manusia dan fenomena sosial, seharusnya dipandang dengan cara yang bermacam-macam dan oleh orang yang berbeda-beda, serta dipahami melalui pendekatan humanistik (Nasution, 1988 : 12).

(36)

tertentu atau frekuensi terjadinya aspek fenomena sosial tertentu. Yang kedua adalah untuk mendiskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Penelitian seperti ini biasanya dilakukan tanpa hipotesa yang telah dirumuskan secara ketat. Adakalanya menggunakan hipotesa tetapi bukan untuk diuji secara statistik. (Singarimbun dan Effendi, 1987 : 4)

Sedangkan secara analitik, penelitian ini dianalisa dengan menggunakan suatu metode untuk diuji secara statistik dan hasilnya untuk memperkuat jawaban secara deskriptif (kualitatif) dari permasalahan yang diajukan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui perbedaan antara peserta pelatihan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(37)

lama untuk meningkatkan kinerja pelatihan. Dengan hasil R & D tersebut proses pelatihan menjadi lebih efektif dan atau lebih efisien, atau lebih sesuai dengan tuntutan kebutuhan.

Dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Tahap I : Studi Pendahuluan

Metode penelitian eksplorasi dengan desain penelitian deskriptif analitik, penulis mengumpulkan data deskriptif sebanyak-banyaknya dan menuangkannya dalam bentuk laporan dan uraian. Dalam penelitian ini aktivitas analitik dilakukan sepanjang proses penelitian.

Pada penelitian eksplorasi ini melalui tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

b. Tahap Survei Pendalaman

c. Tahap Analisis Kebutuhan.

(38)

data riil di lapangan dan lebih jauh lagi bersifat menerangkan atau menjelaskan bagaimana kegiatan pemasaran produk dan aset daerah dilakukan pada Pemerintah Kota Semarang pada masa sekarang. Sehingga dari survey pendalaman ini dapat dianalisis kebutuhan pelatihan yang cocok bagi aparatur Pemerintah Kota Semarang yang bersifat praktis dan aplikatif. Oleh karena itu survey pendalaman dalam penelitian bidang pelatihan ini berguna untuk mengetahui kompetensi apa yang dibutuhkan oleh aparatur Pemerintah Kota Semarang, dengan jalan merencanakan penyusunan program pelatihan secara “intentional survey” yaitu suatu survey untuk mengetahui kesenjangan antara kompetensi yang seharusnya dikuasai dalam melaksanakan tugas di unit kerjanyanya masing-masing dalam pemasaran aset dan produk daerah. Dari sini akan diketahui sejauh mana sumber daya manusia aparatur Pemerintah Kota Semarang dalam melakukan pemasaran aset dan produk daerah.

2. Tahap II : Penyusunan Model Konseptual

Metode penelitian dan pengembangan (R & D) dengan desain 11 Tahap Sistem Pembelajaran. Dengan desain tersebut bahwa untuk menghasilkan model program pendidikan luar sekolah dalam hal pelatihan, maka peneliti secara empirik menghasilkan model program.

(39)

komponen berikut :

a. Menentukan tujuan pelatihan.

b. Penentuan mata pelajaran - mata pelajaran dan analisis terhadap tujuan pelatihan.

c. Menentukan kelompok calon peserta dengan mengindentifikasi kemampuan awal dari calon peserta pelatihan yang akan menerima pelajaran.

d. Merumuskan tujuan atau tingkat hasil belajar yang ingin dicapai dengan menentukan kawasan belajar tertentu dari setiap mata pelajaran.

e. Menentukan tes dari setiap mata pelajaran dengan mendasarkan pada tingkat hasil belajar yang telah ditentukan untuk setiap mata pelajaran.

f. Pengembangan materi pelajaran untuk setiap mata pelajaran. g. Pengembangan strategi pembelajaran.

h. Pengembangan evaluasi formatif untuk setiap mata pelajaran.

i. Evaluasi sumatif untuk mengetahui manfaat mengikuti pelatihan dalam mendukung pelaksanaan tugas.

j. Evaluasi instansional untuk mengetahui manfaat mengikuti pelatihan bagi lembaga / instansi pengirim peserta pelatihan.

k. Pengembangan alat revisi program.

(40)

pegawai Pemerintah Kota Semarang ke arah yang telah ditentukan sebelumnya yang diinginkan ?

b. Dalil-dalil apakah yang dapat dirumuskan yang dapat diterapkan terhadap kondisi pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan ?

c. Bagaimanakah efektifitas model pendidikan dan pelatihan yang akan dilakukan ?

Moekijat (1994 : 56) mengatakan untuk menjawab perilaku manusia telah berubah atau belum adalah bahwa seseorang dihubungkan dengan kriteria. Untuk itu dalam pnelitian ini akan diketahui apakah perilaku pegawai pemerintah daerah telah berubah atau belum setelah mendapatkan pelatihan.

Dalam tahapan penelitian dan pengembangan (R&D) pelatihan ini akan memodifikasi arahan dari Borg dan Gall (1979 : 626), namun tetap menjamin validitas proses dan temuannya. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

a. Meneliti dan mengumpulkan informasi, tentang kebutuhan pengembangan.

b. Merencanakan prototipe komponen yang akan dikembangkan, termasuk mendefinisikan ketrampilan yang akan dikembangkan, merumuskan tujuan, menentukan urutan kegiatan dan membuat skala pengukuran khusus.

c. Mengembangkan prototipe awal.

(41)

dilakukan revisi terhadap model awal. f. Melakukan ujicoba lapangan.

g. Melakukan revisi produk, berdasarkan hasil lapangan dan analisis data.

h. Melakukan uji coba lapangan secara operasional.

i. Dilakukan revisi akhir terhadap model. Langkah ini dilakukan bila peneliti dan pihak terkait menilai proses dan produk yang dihasilkan model teiaii memuaskan.

j. Melakukan diseminasi dan penyebaran kepada berbagai pihak.

3. Tahap III : Implementasi Model

(42)

subyek yang sama.

Subyek Pre-test Post-test

K O 1 X O 2

Desain eksperimen pre-test dan post-test dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik kelompok tunggal. Teknik ini mensyaratkan bahwa individu-individu yang sama digunakan dalam percobaan pada semua tahap penelitian (Moekijat, 1994 : 60). Kelompok tunggal tersebut diamati sebelum diberi pelatihan dan dan sesudah diberi pelatihan diamati kembali. Dari pengamatan tersebut adakah akibat dari adanya perlakuan pelatihan yang telah diberikan.

Dengan cara melakukan pre-test sebelum diberi pelatihan dan post-tes setelah diberi pelatihan (one group pretest-posttest design) untuk melihat perbedaan antara responden (peserta pelatihan) sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Pengamatan sesudah pelatihan dimaksudkan untuk melihat akibat dari perlakuan pelatihan yang telah diberikan.

(43)

diolah untuk diketahui hasilnya berdasarkan hasil tiap-tiap individu dan hasil kelompok peserta tersebut. Setelah dilakukan pre-test, maka perlakuan pelatihan Cyber Marketing dilaksanakan terhadap kelompok belajar dengan implementasi pengembangan pelatihan dilakukan selama proses penelitian berlangsung.

Post-test atau tes akhir diberikan pada kelompok belajar dengan waktu yang diberikan dan jenis kuesioner sama dengan yang diberikan pada pre-test. Dimana pelaksanaan post-test dilakukan pada hari akhir pelatihan Cyber Marketing. Dari data post-test yang terkumpul dibandingkan dengan data pre-test, kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi riil yang terjadi dengan adanya pelatihan.

(44)

Penyusunan Model

(konseptual)

Gambar 3.1. Arus study penelitian dan pengembangan model pelatihan

STUDI KEPUSTAKAAN

EMPIRIK

Studi Pendahuluan

- Persiapan

- Survey

- Analisis Kebutuhan

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Evaluasi Design 11 Tahap Sistem Pembelajaran

VALIDASI MODEL

UJI COBA MODEL

REVISI MODEL

EVALUASI MODEL MODEL YANG

DIREKOMENDASIKAN

(45)

Lokasi penelitian adalah di Pemerintah Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan bahwa Kota Semarang dari penilaian Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) bekerjasama dengan The Asia Foundation pada tahun 2003 merupakan kota yang menduduki urutan 10 (sepuluh) di Indonesia sebagai kota daya tarik investasi. Hal ini sangat mengejutkan karena pada tahun sebelumnya (2002), Kota Semarang menduduki tempat pertama dari kota-kota besar yang ada di Indonesia.

Berdasar kenyataan tersebut diatas, salah satu cara yang akan ditempuh ialah aset dan produk Kota Semarang perlu dipromosikan ke berbagai pihak; baik regional, nasional maupun internasional agar investor mau datang atau tertarik untuk menanamkan investasinya di Kota Semarang. Untuk itu sumber daya manusia yang ada pada Pemerintah Kota Semarang perlu diberdayakan untuk meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerahnya. Pemberdayaan SDM aparatur disini adalah melalui pelatihan Cyber Marketing.

C. Populasi dan Sampel

(46)

digeneralisasikan, karena populasi dan sampel erat kaitannya dengan sumber data (Depdagri, 2002 : 6).

Penentuan populasi dalam penelitian ini didasarkan pada kebutuhan pelatihan yang akan dilakukan. Dimana populasi ini merupakan subyek penelitian di bidang pelatihan Cyber Marketing. Untuk itu populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SDM aparatur Pemerintah Kota Semarang yang dapat menggunakan internet.

(47)

Sampel diteliti

Gambar 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

D. Teknik pengumpulan data

Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa dalam penelitian ini menggunakan tiga desain penelitian secara reguler, maka untuk pengumpulan data yang dibutuhkan digunakan teknik dan instrumen penggali data yang bervariasi sesuai dengan desain penelitian yang dilakukan.

Secara umum teknik pengumpulan data analisis kebutuhan pelatihan dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu : teknik tes dan teknik non-tes (bukan tes). Kedua teknik pengumpulan data tersebut digunakan dalam penelitian ini. Untuk teknik pengumpulan data dengan tes dengan cara mengajukan serentetan pernyataan atau pelatihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dimiliki seseorang / aparatur yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian.

Sedangkan pengumpulan data pelatihan adalah dengan teknik non-tes dan dilakukan melalui kuesioner. Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Sebuah kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus

POPULASI

SAMPEL

Disimpulkan

(48)

tentang keadaan / data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, ketrampilan atau pendapatnya (Depdagri, 2002 : 19).

Untuk mengoptimalkan pengumpulan data dalam penelitian ini dengan penggunaan kuesioner, maka dalam penyusunannya ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

a. mengidentifikasi permasalahan, kendala dan hambatan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

b. Melakukan analisis visi, misi dan fungsi berdasarkan tugas pokok yang ada pada daerah.

c. Melakukan analisis misi, fungsi dan tugas berdasarkan realita di lapangan. Dalam hal ini perlu diadakan survey awal atau pendahuluan.

d. Menyusun kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas, baik berdasarkan tupoksi maupun realita di lapangan.

e. Menyusun butir pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk tertutup maupun terbuka.

f. Melakukan uji coba instrumen untuk memperoleh instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas.

1. Penelitian eksplorasi

(49)

- Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur (unstructured interview) yang terdiri dari dua teknik, yaitu teknik wawancara terarah (directed interview) dan wawancara tidak terarah (nondirected interview) terhadap para pejabat Pemerintah Kota Semarang baik pada pejabat unit kerja pelaksana meliputi : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal Pemberdayaan BUMD dan Aset Daerah, Kepala Badan Kepegawaian Daerah, Kepala Kantor Pengolah Data Elektronik (PDE) dan Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi ataupun pejabat pengambil kebijakan yaitu Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang.

b. Pengamatan peranserta dan tidak berperan serta (participant and nonparticipant observation)

- Dengan teknik ini, dalam peran pengamatan sebaiknya kehadiran peneliti tidak mengganggu komunitas subyek yang diteliti, sehingga mereka tidak akan memanipulasi perilakunya. Dimana pengamatan dilakukan pada pegawai Pemerintah Kota Semarang maupun institusi yang berkaitan dengan penanganan aset dan produk daerah.

c. Studi Dokumentasi

(50)

berkaitan dengan model pelatihan Cyber Marketing untuk pemberdayaan SDM pegawai Pemerintah Kota Semarang. Selain itu data dokumentasi ini juga kita dapatkan dari hasil studi banding ke beberapa daerah kaitannya dengan infrastruktur yang digunakan untuk Cyber Marketing.

2. Penelitian dan Pengembangan (R & D)

Pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah : a. Teknik pencatatan kejadian (anecdotal record)

- Pencatatan kejadian dilakukan terhadap proses pelatihan dengan rencana tindak lanjutnya. Pencatatan kejadian dilakukan secara kronologis maupun yang bersifat tematik.

b. Dokumentasi.

- Dokumentasi dilakukan terutama terhadap dokumen-dokumen tertulis yang dihasilkan dari pelatihan. Dokumen yang dikumpulkan itu antara lain berupa dokumentasi administrasi dari catatan masukan tertulis atau yang ditulis oleh peneliti, saran-saran, dan pertanyaan dari para peserta pelatihan cyber marketing.

(51)

maka penggalian dan pengukuran data dilakukan secara kualitatif.

3. Penelitian Eksperimental

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan dua cara sebagai berikut :

a. Wawancara.

- pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab ditujukan kepada sumber narasi yang terpilih (indepth interview), baik pengajar maupun peserta pelatihan.

b. Angket

- pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan (kuesioner) yang diberikan kepada peserta pelatihan. Angket adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada subyek penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi subyek yang hendak diselidiki. Daftar pertanyaan yang digunakan hanya meminta responden untuk memilih salah satu jawaban dari sekian jawaban (alternatif). Dari kuesioner itulah, penulis dapatkan data primer untuk dianalisa.

E. Instrumen Penelitian

(52)

adalah dengan penggunaan beberapa instrumen penelitian, sehingga data dan informasi yang dikumpulkan lebih lengkap dan komprehensif. Namun pada umumnya untuk kebutuhan dalam analisis kebutuhan pelatihan aparatur di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah digunakan bentuk Kuesioner (tertutup dan terbuka).

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Jenis validitas yang dipakai oleh peneliti adalah validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal, sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai dengan isi, dikatakan sudah memiliki validitas isi, sedangkan instrumen yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah ketepatan dari suatu alat ukur untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti umumnya menggunakan teknik paralel (paralel form) atau teknik test. ulang (test re-test ).

a. Teknik Paralel.

(53)

harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen yang kedua. Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Dengan demikian maka peneliti mengeteskan dua buah tes sebanyak dua kali. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka hasil kedua instrumen tersebut dilihat korelasinya.

b. Teknik Test Ulang.

Dengan menggunakan teknik pertama dengan sendirinya peneliti harus menyusun dua perangkat instrument. Peneliti pada umumnya berkeberatan melakukan hal seperti ini. Hal ini dapat dipahami menyusun seperangkat instrumen saja sulit, apalagi dua perangkat. Untuk menghindari pekerjaan doubel ini peneliti dapat menggunakan cara kedua yang disebut teknik test-retest atau bentuk test ulang. Hasil atau skor atau nilai pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Penelitian Eksplorasi

Pada penelitian ini sulit dipisahkan antara kegiatan pengolahan data dan analisa data, karena keduanya berjalan simultan sampai didapatkan bentukan data yang diterima oleh semua pihak sebagai sebuah kebenaran obyektif.

(54)

atau topik yang mencakup data.

b. Mencatat kata-kata, ungkapan dan rangkaian peristiwa guna menampilkan pola, tema dan topik tersebut.

c. Merekonstruksi pola, tema atau topik menjadi deskripsi konsep, alur ataupun teori utuh.

2. Penelitian dan Pengembangan (R & D)

Pengolahan data penelitian ini dilakukan melalui pendekatan reflektif inkuiri. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kebenaran data melalui pengkajian secara berulang-ulang dengan menambah, mengurangi, melengkapi atau memadukan komponen dan antar komponen, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengolahan dan validasi menyatakan persetujuannya terhadap kesatuan atas unit data yang di analisis. Untuk penelitian kualitatif ini analisa data juga dengan teknik taksonomi dan domain, serta dilakukan secara cyclical. Pada penelitian tahap ini analisis dilakukan sepanjang penelitian, yang bertujuan untuk mendapatkan model yang dinilai paling tepat dengan kondisi dan situasi atau sesuai kebutuhan yang diharapkan oleh Pemerintah Kota Semarang.

(55)

- atau disebut koleksi data dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk semua ini peneliti membuat catatan yang lengkap dan terperinci agar memudahkan peneliti dalam menganalisa data tersebut.

b. Data reduction

- reduksi data adalah mencatat kembali dalam bentuk laporan yang terperinci sambil mengoreksi kembali kelengkapan data tersebut.

c. Data display

- data display adalah usaha melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari data penelitian.

d. Conclusion / drawing verification

- konklusi data atau verifikasi yaitu usaha mencari pengertian dari data yang telah dikumpulkan untuk kegunaan analisis lebih lanjut.

3. Penelitian Eksperimental

Pada tahapan analisis penelitian Eksperimental dilakukan dengan cara melaksanakan pengumpulan, pemilahan dan pengolahan serta penganalisaan berbagai data baik yang bersifat kualitatif (non numerik)

maupun kuantitatif (numerik).

(56)

kuesioner (angket) serta dari pencatatan kejadian yang diperlukan dianalisa secara deskriptif analitik, yaitu menganalisa masalah dalam penelitian yang diujudkan dalam kualitas. Dimana analisa dilakukan selama pelatihan dan sepanjang penelitian.

b. Analisa kuantitatif; pada analisa ini data yang dihasilkan dari jawaban kuesioner pre-test dan post-test yang masih berupa data kualitatif, untuk selanjutnya ditranformasikan menjadi data kuantitatif.

Untuk melakukan analisis kuantitatif dilakukan dengan cara analisis inferensial, yaitu untuk mengetahui dampak dari pelatihan dan perbedaan antara dua variabel. Perubahan dan perbedaan tersebut baik responden sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan analisis Uji Tanda (Sign Test) dan Uji Mc. Nemar.

Pada penelitian pra-eksperimental ini bersifat korelasional, dimana analisis dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu : 1) Uji Tanda (Sign Test).

(57)

Uji ini adalah untuk mengetahui apakah pelatihan yang diberikan telah mampu mengubah persepsi / sikap peserta terhadap promosi melalui cyber marketing. Uji ini adalah untuk membandingkan atau melihat perbedaan responden sebelum mengikuti pelatihan dengan responden sesudah mengikuti pelatihan. Responden sebelum mengikuti pelatihan dan sesudah mengikuti pelatihan diberi kuesioner yang sama, sehingga jawaban dari masing-masing kelompok dianalisis hasilnya untuk membandingkan apakah kelompok yang sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan terdapat perbedaan.

Dalam melakukan kedua analisis tersebut digunakan analisis uji dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package for Social Science), yaitu untuk melakukan pengujian terhadap data yang dikumpulkan. Hasil pengujian itu kemudian disimpulkan untuk keperluan generalisasi pada populasi.

Alat ukur data primer yang biasanya bersifat kualitatif, dengan skala likert ditransformasikan menjadi kuantitatif :

- Untuk untuk uji Tanda (Sign Test) akan diukur dengan 4 (empat) gradasi, berdasarkan nilai / skor dari angket digradasikan nilai rata-rata 0 sampai dengan 3.

(58)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Penelitian

Dari penelitian dan pengembangan (R&D) dengan pendekatan desain 11 tahap sistem pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam pelatihan Cyber Marketing ini. Berdasarkan pelaksanaan pelatihan tersebut, untuk mengetahui hasilnya peneliti melakukan analisa apakah aparatur SDM pada Pemerintah Kota Semarang setelah mengikuti pelatihan sudah sesuai dengan keinginan yang diharapkan yaitu dapat meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah.

Sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan diperkuat dengan uji statistik. Dimana secara deskriptif akan dianalisis dengan menggunakan Analisa SWOT, sedangkan untuk uji statistik digunakan analisis Uji Tanda (Sign) dan Uji Mc. Nemar. Berikut adalah analisis SWOT dan uji statistik tersebut.

1. Analisa SWOT

Dalam hal ini analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity

(59)

The factor are most importanceto the corporation’s future are refered to as strategic factors and summarized with the acronym S.W.O.T, standing for Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threats.”

Analisis SWOT mengembangkan strength (kekuatan),

weaknesses (kelemahan), opportunities (kesempatan) dan threats

(ancaman). Pendekatan ini berusaha mengembangkan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan internal organisasi (Looking In) dengan memperhatikan kesempatan-kesempatan dan ancaman-ancaman yang ada dari lingkungan eksternal (Looking Out). Komponen SWOT tersebut akan dibahas berikut ini satu per satu.

a. Kekuatan

Berdasarkan hasil penelitian, ditemui ada yang sangat menarik dalam persepsi peserta setelah mengikuti pelatihan sudah banyak menunjukkan perubahan yang berarti. Faktor yang menjadi kekuatan dalam pembinaan SDM pegawai Pemerintah Kota Semarang setelah pelaksanaan pelatihan Cyber Marketing adalah :

1) Perilaku pegawai setelah mengikuti pelatihan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan organisasi.

2) Seleksi masuk sebagai kebijakan mengikuti pelatihan Cyber Marketing telah memenuhi harapan.

(60)

4) Metode yang dipergunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam persepsi peserta telah dapat membangkitkan keakraban emosional dan memberikan kepercayaan intelektual, dan prosesnya telah diupayakan disesuaikan dengan kondisi riil pada Pemerintah Kota Semarang .

5) Substansi kurikulum menyentuh seluruh kebutuhan organisasi di bidang promosi aset dan produk daerah.

Sedangkan menurut persepsi peserta terhadap tenaga pengajar, yang menarik dalam pelatihan diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Tenaga pengajar yang dapat memunculkan masalah dari peserta; 2) Menghargai pendapat peserta;

3) Memberi kesempatan diskusi; 4) Menggunakan metode andragogi; 5) Menyajikan materi secara sistematis; 6) Materi sesuai dengan waktu yang tersedia;

7) Menyampaikan materi sesuai dengan masalah di lapangan; 8) Menampilkan humor sebagai selingan supaya tidak mengantuk; 9) Dasar keilmuannya luas dan dalam.

(61)

b. Kelemahan

Dalam pemberdayaan dan pembinaan Aparatur Pemerintah Kota Semarang masih ditemui sistem manajemen yang belum efisien dan efektif. Diantaranya kelemahan atau kendala yang dihadapi adalah :

1) Pengkajian kualitas kinerja pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Semarang, baru sampai pada taraf melakukan inventarisasi pelatihan kedinasan yang telah diikuti pegawai dan memberikan rekomendasi untuk mengikuti seleksi pendidikan dan pelatihan berikutnya.

2) Masih terdapat alumni pelatihan yang memegang jabatan yang tidak sesuai dengan pelatihan yang diikutinya.

3) Pertimbangan dan penempatan pegawai belum berdasarkan pada kemampuan / belum berbasis kompetensi.

4) Pembinaan pegawai seringkali hanya ditujukan kepada pegawai yang menunjukkan keinginan untuk tumbuh dan berkembang.

5) Peserta pelatihan memiliki latar belakang pendidikan yang beragam serta kemampuan peserta mengoperasikan komputer sangat bervariasi.

c. Kesempatan

Kesempatan-kesempatan yang dapat dipetik dari pelatihan Cyber Marketing yang telah dilakukan adalah :

1) Pegawai cepat mengakses berbagai informasi dunia yang up to date,

(62)

2) Mempunyai kesempatan untuk melakukan pendayagunaan dan pembaharuan secara konsisten dan berkesinambungan dalam peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dalam pelaksanaan pemasaran aset dan produk kota.

3) Adanya pelatihan Cyber Marketing memberikan peluang kepada pegawai untuk terus dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di bidang pemasaran. Kemampuan SDM kita dalam penguasaan iptek memberikan kesempatan untuk merebut pasar. 4) Pelatihan Cyber Marketing ini tidak hanya sampai pada pelatihan

dasar saja, tetapi diikuti dengan pelatihan lanjutan yaitu secara mendetail dilatih pembuatan modul interaktif dan web.

d. Ancaman

Ancaman yang utama dari luar adalah perkembangan iptek, sehingga pelatihan Cyber Marketing yang dilakukan harus mengikuti perubahan teknologi komunikasi. Jika tidak diantisipasi, maka Pemerintah Kota Semarang bukan hanya tidak mampu bersaing, tapi akan ketinggalan teknologi yang digunakan.

(63)

2. Analisis Uji Statistik (inferensial)

Untuk lebih memperkuat analisa deskriptif dalam pelatihan, maka peneliti melakukan analisis inferensial sebagai pendukung analisis deskriptif. Dimana analisis inferensial ini bertujuan untuk menguji lebih mendalam lagi kebenaran analisis deskriptif yang dilakukan, yaitu untuk mengetahui perubahan kemampuan peserta sebelum mendapatkan pelatihan dibandingkan dengan sesudah mendapatkan pelatihan. Apakah ada perbedaan dari peserta pelatihan sebelum dan sesudah pelatihan ?. Dari uji inferensial yang dilakukan dapat diketahui adanya perbedaan tersebut.

Kuesioner yang diberikan kepada peserta sebelum dan sesudah pelatihan Cyber Marketing terdiri dari 8 pertanyaan, dimana dua sampel tersebut yaitu peserta sebelum dan peserta sesudah pelatihan berhubungan satu sama lain (Two Related Samples). Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai berikut :

1) Anda dapat membuat address e-mail ?

2) Anda dapat melakukan scanner teks dan gambar ? 3) Anda dapat mengirim file melalui e-mail ?

4) Anda dapat melakukan komunikasi melalui chating ? 5) Anda mengetahui dasar mendisain web ?

6) Anda dapat mengelola image, table dan frame ? 7) Anda dapat mencari informasi di web ?

(64)

Dengan menggunakan data pre-test dan post-tes, maka berdasarkan 10 pegawai yang telah mengisi kuesioner tersebut dilakukan uji statistik non parametrik untuk dua sampel yang berhubungan (Two Related Samples Test) dengan menggunakan metode statistik analisa Uji Tanda (Sign Test), yaitu dengan bantuan nilai peserta pelatihan dari 8 pertanyaan, dengan skala likert skor dimulai dari 0, 1, 2 dan 3 (angka dari range nilai 0 sampai 24).

Sedangkan untuk Uji Mc. Nemar hanya pada satu pertanyaan nomor 8, yaitu pertanyaan Anda dapat melakukan Cyber Marketing ? dengan skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak (skala pengukuran data nominal atau kategori binari) dan disajikan dalam bentuk tabel kontingensi. Kemudian kedua uji tersebut akan dilolah dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 10.

Untuk uji statistik tersebut, pengolahan data-data hasil penelitian dilakukan dengan melalui 4 tahap yaitu :

1) Editing, yaitu proses yang dilakukan setelah data terkumpul, untuk melihat apakah jawaban pada daftar pertanyaan telah terisi dengan lengkap atau belum.

2) Koding, yaitu suatu usaha untuk mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya untuk dikelompokkan dalam kategori yang sama.

(65)

4) Tabulasi, yaitu pengelompokan atas jawaban dengan teliti dan teratur kemudian dihitung dan dijumlah sampai terwujud dalam bentuk tabel yang berguna (pada lampiran).

a. Uji Tanda (Sign Test)

Uji Tanda adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara nilai pre-test dan nilai post-test dari peserta pelatihan. Nilai tersebut didapat dari jawaban delapan pertanyaan dari kuesioner yang diberikan kepada peserta pelatihan. Jadi kedua sampel, yaitu peserta sebelum dan sesudah pelatihan mendapat kuesioner dan pengukuran yang sama dan datanya berdistribusi bebas. Dimana hasil nilai pre-test dan nilai pos-test dari kesepuluh peserta pelatihan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Responden Nilai pre-test Nilai post-test

1 9 17

2 13 20

3 8 18

4 10 15

5 12 17

6 16 22

7 9 16

8 15 19

9 12 17

(66)

Berdasarkan Uji Tanda (Sign Test) dapat dilihat pada analisa berikut .

SESUDAH - SEBELUM Negative Differences 0

Positive Differences 10

Pada analisa diatas, merupakan dua sampel yang berhubungan atau berpasangan satu dengan yang lain, yaitu sampel sebelum pelatihan dan sampel sesudah pelatihan dengan subyek yang sama. Dimana populasi diketahui berdistribusi bebas.

(67)

pelatihan terdapat 0 (nol) data dengan perbedaan negatif, 10 data dengan perbedaan positif dan 0 (nol) data perbedaan data sama nilainya (ties).

Output diatas hanya menyajikan nilai probabilitas, pada Exact. Sig. (2-tailed) untuk uji dua sisi sebesar 0,02. Berdasarkan perbandingan diketahui probabilitas hitung 0,02 lebih kecil dari 0,05 (sig. 5 %), sehingga peserta sebelum dan sesudah pelatihan terdapat perbedaan yang nyata. Atau dapat dikatakan berdasarkan probabilitas 0,02 < dari 0,05, maka dikatakan peserta sebelum dan sesudah pelatihan tidak sama, yang berarti bahwa pelatihan yang diberikan merubah peserta secara nyata.

b. Uji Mc. Nemar

Sedangkan analisa dengan Uji Mc. Nemar mensyaratkan adanya skala pengukuran data nominal atau kategori binari (Santoso, 2002 : 414). Dari 10 peserta pelatihan diberi pertanyaan apakah mereka dapat melakukan Cyber Marketing ?. Jawaban mereka dibagi dua, yaitu ya dan tidak. Jawaban dari peserta pelatihan dapat dilihat pada tabel tabulasi pada lampiran. Sedangkan hasil uji Mc. Nemar seperti berikut :

NPar Tests

McNemar Test

Crosstabs

SEBELUM & SESUDAH

SESUDAH

SEBELUM 0 1

0 0 9

Gambar

Tabel
Gambar Halaman
Grafik    Halaman
Gambar 1.1. Desentralisasi penggunaan komputer dan pembagian Informasi    (Haag, dkk., 2004 : 20)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Putus sekolah merupakan salah satu masalah bagi remaja. Balai resos memberikan solusi bagi remaja yang putus sekolah, salah satunya dengan pembinaan keterampilan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang berjudul Analisis Kepuasan Wisatawan Terhadap Kualitas Porduk Jasa Wisata Mangrove Di Desa Karangsong

Terjadinya gangguan sekresi insulin sel β pankreas menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa

Widodo (2011) meneliti tentang Analisis Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada PT. Jansen Indonesia ). Hasil

Penelitian lain yang dilakukan Adam Akbar (2012), tentang “Analisis Pengaruh Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Notebook Toshiba”

Praktik Observasi Lapangan dilaksanakan oleh mahasiswa dengan melaksanakan observasi atau pengamatan mengenai Mengetahui Kultur Sekolah Dasar, Pembiasaan Sikap

8111413087 Kebijakan Hukum Pemungutan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Berdasarkan Pasal 52 Peraturan Daerah

Parkir Timur Senayan dipilih karena berdasarkan beberapa alternatif lokasi yang ditemukan dan ditawarkan oleh Event Organizer (Visicita Communication), Parkir Timur