iii Universitas Kristen Maranatha Abstrak
Penelitian ini berdasarkan pada teori sikap dari Krech, Crutchfield, dan Ballachey, (1986). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai sikap
mahasiswa Universitas “X” mengenai peraturan kampus tanpa rokok. Pemilihan sampel menggunakan metode Accidental Sampling. Sampel penelitian berjumlah 365 orang. Seluruh
responden memiliki kriteria mahasiswa aktif Universitas “X” dari berbagai jurusan dan
fakultas. Seluruh responden merupakan angkatan 2009 sampai angkatan 2016, baik mahasiswa perokok maupun bukan perokok.
Penelitian ini menggunakan kuesioner sikap yang disusun oleh peneliti. Berdasarkan uji validitas yang bersifat construct validity dengan menggunakan metode uji korelasi Spearman dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach, diperoleh 23 item valid dan hasil reliabilitas sebesar 0,954. Data hasil penelitian ini diolah menggunakan deskriptif analitis. Berdasarkan hasil pengolahan data, 74% mahasiswa Universitas “X” yang menjadi responden menunjukkan sikap positif terhadap peraturan kampus tanpa rokok.
iv Universitas Kristen Maranatha Abstract
This research was based on attitude theory by Krech, Crutchfield, dan Ballachey, (1986). The purpose of this study was to obtain a clearer picture of attitude and describe attitude further based on its component in “X” University undergraduates. Sample was selected using Accidental Sampling method. The number of total participants was 365 people. All
participants were active undergraduates from various departments and faculties in “X”
University, whose enrollment dates range from 2009 to 2016.
This research utilized attitude questionnaire constructed by researcher. Based on validity test using Spearman Correlation Coefficient method and reliability test using Alpha Cronbach method, 23 items were considered valid, and reliability score was 0, 954. Research data is processed using analytical description method. Based on the data analysis, 74% of
“X” University undergraduates had positive attitude.
Based on the result of this study, the researcher encourages further and deeper research regarding a similar topic to investigate the correlation between other variables and attitude, and for the research to be based on attitude’s component, the formation of attitude.
Researcher also suggest “X” University to do preventive and curative effort based on attitude
vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Maksud Penelitian ... 6
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 6
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7
1.5 Kerangka Pikir ... 7
viii Universitas Kristen Maranatha
2.1.5 Karakteristik-karakteristik Komponen Sikap ... 16
2.1.6 Ciri-ciri Sikap ... 17
2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 17
2.2 Adolescence to Adulthood ... 19
2.2.1 Emerging Adulthood ... 19
2.2.1.1 Karakteristik Emerging Adulthood ... 20
2.3 Merokok ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 24
3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 24
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24
ix Universitas Kristen Maranatha
3.4.4 Data Pribadi ... 28
3.4.5 Data Penunjang ... 28
3.4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 28
3.4.6.1 Validitas Alat Ukur Sikap ... 28
3.4.6.2 Reliabilitas Alat Ukur Sikap ... 29
3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 30
3.5.1 Populasi Sasaran ... 27
3.5.2 Karakteristik Sampel ... 30
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 30
3.6 Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 32
4.2 Hasil Penelitian ... 34
4.2.1 Hasil Pengukuran Sikap ... 34
4.2.2 Tabulasi Silang Sikap dengan Komponen Sikap ... 35
4.2.2.1 Tabulasi Silang Sikap dengan Kognitif ... 35
4.2.2.2 Tabulasi Silang Sikap dengan Afektif ... 33
4.2.2.3 Tabulasi Silang Sikap dengan Konatif ... 36
4.2.3 Profil Sikap ... 37
4.2.3.1 Profil Sikap ... 37
4.2.3.2 Profil Sikap Perokok ... 38
4.2.3.3 Profil Sikap Non-Perokok ... 40
x Universitas Kristen Maranatha BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 45
5.2 Saran ... 45
5.2.1 Saran Teoritis ... 45
5.2.2 Saran Praktis ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 12
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Alat Ukur ... 26
Tabel 3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 27
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 32
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Angkatan ... 33
Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Fakultas ... 33
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Sikap ... 34
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Sikap dengan Komponen Kognitif ... 35
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Sikap dengan Komponen Afektif ... 35
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Sikap dengan Komponen Konatif ... 36
Tabel 4.9 Profil Sikap Mahasiswa ... 37
Tabel 4.10 Profil Sikap Mahasiswa Perokok ... 38
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A Persentase Hasil Pengukuran Sikap ... L-1
Lampiran B Tabulasi Silang Komponen dengan Sikap ... L-2
Lampiran C Tabulasi Silang Data Demografis Dengan Sikap ... L-3 Lampiran D Tabulasi Silang Data Penunjang Dengan Sikap ... L-6
Lampiran E Validitas Alat Ukur ... L-10 Lampiran F Reliabilitas Alat Ukur ... L-11 Lampiran G Korelasi Sikap dengan Komponen ... L-12
Lampiran H Kisi-Kisi Alat Ukur ... L-13 Lampiran I Alat Ukur ... L-15
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan sehari-hari, baik diri sendiri yang merokok atau melihat orang lain merokok. Sekitar 80% perokok di
Indonesia memulai kebiasaan merokok sebelum berumur 19 tahun. Riset ini dilakukan di 33 provinsi oleh Setyoadi tahun 2011 dan diperkuat oleh Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang menyebutkan bahwa rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun. Dalam
riset ini juga dijelaskan bahwa kebanyakan perokok yang memulai merokok pada usia 15-19 banyak ditemukan pada individu dengan pendidikan tinggi. (lib.ui.ac.id)
Kebiasaan merokok sendiri memiliki dampak yang sangat buruk dilihat dari sisi psikologis dan kesehatan fisik. Efek merokok dapat memengaruhi kondisi psikologis seseorang secara bervariasi, misalnya nikotin yang dapat memicu peningkatan hormon
dopamin pada otak disertai penurunan enzim monoamineoxidase yang pada akhirnya mengubah cara seseorang berpikir dan berperilaku (hellosehat.com). Semakin banyak nikotin
yang masuk ke tubuh seseorang, semakin kuat efek ketergantungan dan perubahan psikologis yang dialami seseorang. Begitupula penyakit fisik yang dapat disebabkan dari perilaku
merokok diantaranya kanker paru, kanker saluran pernafasan bagian atas, penyakit jantung,
stroke, impotensi, gangguan kehamilan, bronkhitis, dan lain-lain. Namun, efek rokok dalam
menurunkan kesehatan baru akan terasa beberapa tahun sejak mulai rutin merokok. Seringkali
ketika efek merugikan ini mulai dirasakan, seorang perokok sudah terlanjur kecanduan nikotin. Hasilnya, para perokok sendiri sudah sulit berhenti merokok meski sudah merasakan
2
Universitas Kristen Maranatha Informasi mengenai bahaya merokok mudah sekali didapatkan darimana saja tetapi
sampai sekarang masyarakat Indonesia masih banyak yang merokok. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan melakukan penelitian yang mengatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data Kemenkes
menunjukkan bahwa prevalensi perokok pemula usia muda (remaja usia 16-19 tahun) meningkat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2007, dan 36,3% di tahun
2013. Dengan bertambahnya jumlah perokok aktif, maka jumlah perokok pasif pun bertambah (depkes.go.id). Bahaya penyakit yang ditimbulkan dari perilaku merokok tersebut ternyata bukan hanya mengancam para perokok sendiri tetapi juga orang-orang yang berada di sekitar
orang yang merokok (perokok pasif). Bahkan sebagian penelitian menunjukkan bahwa berbagai kandungan zat dalam rokok yang memberikan dampak negatif bagi tubuh
penghisapnya memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi bagi perokok pasif. Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan bahwa tidak ada batas aman terhadap asap rokok perokok aktif sehingga sangat penting untuk
menerapkan 100% kawasan tanpa asap rokok untuk menyelamatkan kehidupan.
Dalam upaya mencegah bertambahnya perokok baru, pemerintah membuat beberapa
peraturan seperti: memperbarui kata-kata peringatan menjadi “Merokok membunuhmu”, membuat peraturan yang mengharuskan produsen rokok menambahkan gambar-gambar
mengerikan yang merupakan efek buruk dari merokok pada bungkus rokok, hingga wacana peraturan baru mengenai kenaikan harga rokok (Kongres Indonesian Health Economics Association/InaHEA). Meski demikian, penanganan pemberantasan rokok tidak pernah tuntas
dibahas. Indonesia merupakan salah satu negara dengan industri rokok terbesar di dunia. Industri rokok di Indonesia merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar negara karena
3
Universitas Kristen Maranatha bahan baku utama rokok dan dengan meningkatnya produksi tembakau maka akan
meningkatkan kesejahteraan petani dan menyerap tenaga kerja untuk menanam tembakau. Keberadaan industri rokok di Indonesia memang dilematis karena rokok membawa dampak yang sangat buruk bagi kehidupan manusia namun memiliki keuntungan ekonomis bagi
negara (m.kompasiana.com).
Kondisi dilematis inilah yang memengaruhi terciptanya aturan tentang larangan
merokok di tempat umum yakni dengan dibuatnya Kawasan Tanpa Rokok. Sesuai dengan
UUD Pasal 115 ayat 1, mengatur mengenai “Kawasan Tanpa Rokok, antara lain fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar-mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat lain yang ditetapkan.” dan pada
Pasal 115 ayat 2, mengatakan bahwa “Pemerintah Daerah wajib menetapkan kawasan tanpa
rokok di wilayahnya.” Pada UUD 1945 tentang kesehatan diatur dalam Pasal 34 ayat (3) yaitu
Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak serta pasal 28H ayat (1) yaitu setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memeroleh pelayanan kesehatan.
Pemberlakuan kawasan dilarang merokok hanyalah salah satu instrumen dalam mengupayakan hak atas derajat kesehatan agar dapat dirasakan secara optimal oleh setiap orang. Perokok memiliki hak untuk merokok namun disisi lain masyarakat yang tidak
merokok juga tidak boleh terlanggar haknya untuk mendapatkan kesehatan yang dijamin oleh undang-undang. Selain peraturan yang harus senantiasa ditinjau pelaksanaannya oleh setiap
pihak terkait, hal yang tidak kalah penting adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman akan dampak merokok yang sesungguhnya. Hal ini bertujuan agar setiap orang dapat
4
Universitas Kristen Maranatha Berbicara mengenai Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses belajar-mengajar,
Universitas “X” Bandung adalah salah satu Universitas yang menjalankan Kawasan Tanpa
Rokok. Universitas “X” Bandung bekerjasama dengan Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14 November 2013 untuk melaksanakan kegiatan
pemberdayaan lembaga pendidikan. Dalam acara tersebut, Pembantu Rektor Bidang
Kemahasiswaan Universitas “X” Bandung menyampaikan bahwa Universitas “X” Bandung
mulai menerapkan kebijakan “Kampus Tanpa Rokok” meliputi student center, ruang kuliah, ruang tata usaha, lorong-lorong, semua area di lingkungan Universitas “X” bahkan lingkungan pembangunan (kala itu) pun dijadikan Kawasan Tanpa Rokok. Salah satu bentuk
upaya sosialisasi dari peraturan baru ini adalah dengan memasang spanduk-spanduk mengenai kawasan tanpa rokok yang tersebar di berbagai titik seperti dari mulai halaman depan kampus,
lapangan parkir, hingga taman belakang Universitas. Rektor Universitas “X” Bandung mengemukakan kendala yang mungkin akan dialaminya selama menjalankan peraturan Kampus Tanpa Rokok adalah sulitnya mengubah perilaku seseorang karena itu merupakan
hak pribadi (pikiran-rakyat.com). Rektor Universitas “X” Bandung juga mengatakan bahwa warga Universitas “X” banyak yang merokok, tidak hanya mahasiswa dan dosen tetapi juga
karyawan dan tamu-tamu. Untuk itu, Rektor mengeluarkan SK 013/SK/Universitas“X”/II/2013 mengenai sanksi jika merokok di lingkungan Universitas “X” bagi mahasiswa, dosen, dan karyawan. Sanksi ini mulai dari teguran lisan, tertulis, hingga
pemberhentian kerja bagi karyawan. Untuk dapat melancarkan sanksi bagi yang melanggar peraturan ini, Rektor Universitas “X” membentuk satuan tugas yang terdiri dari petugas
keamanan dosen, karyawan, dan mahasiswa sesuai dengan SK Rektor dan Senat dan diharapkan untuk kedepannya satuan petugas tidak diperlukan lagi karena sudah tumbuh
5
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan observasi peneliti yang dimulai dari pertengahan tahun 2010 hingga
tahun 2013, setiap hari dari pagi hingga sore ditemukan banyak mahasiswa dan karyawan (bila dijumlahkan dapat mencapai kurang lebih 100-200 orang) yang merokok secara tersebar di kawasan kampus. Sedangkan sejak diberlakukan peraturan Kampus Tanpa Rokok
(November 2013) jumlah mahasiswa dan karyawan yang merokok di lingkungan kampus sudah jauh berkurang. Meski demikian, setiap hari masih saja terdapat beberapa mahasiswa
(lebih dari 50 orang) yang merokok di beberapa titik kawasan kampus misalnya di taman belakang, lapangan parkir motor, dan lapangan parkir mobil (depan gedung FSRD dan
basement). Hal ini membuktikan bahwa kecenderungan berperilaku mahasiswa terhadap
peraturan Kampus Tanpa Rokok dapat berbeda-beda. Kecenderungan berperilaku (sikap) sendiri merupakan suatu sistem yang relatif menetap yang mencakup hasil evaluasi yang
positif atau negatif, perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan bertindak untuk mendukung atau menentang suatu objek sosial (Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1986). Artinya, sikap individu tidak menentukan perilakunya. Mahasiswa perokok dan/atau yang
merokok di kawasan kampus belum tentu menunjukkan sikap negatif terhadap peraturan kampus tanpa rokok, begitupula sebaliknya. Sikap mengandung 3 komponen yaitu komponen
kognitif, afektif, dan konatif. Peneliti tertarik untuk melakukan survey awal dengan metode wawancara kepada 20 orang mahasiswa termasuk perokok dan bukan perokok, 12 orang (60%) mengatakan bahwa mereka mengetahui bahwa peraturan kampus tanpa rokok dibuat
demi kesehatan warga kampus. Kemudian dari wawancara didapatkan 9 orang (45%) merasa senang dengan kawasan kampus yang bebas asap rokok sehingga mereka menyukai peraturan
tersebut. Didapatkan juga 9 orang (45%) diantara mereka mencoba menaati peraturan kampus tanpa rokok. Maka, berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
6
Universitas Kristen Maranatha 1.1.Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui sikap mahasiswa Universitas “X” Bandung terhadap peraturan kampus tanpa rokok di Universitas “X” Bandung.
1.2.Maksud dan Tujuan Penelitian
1.2.1. Maksud Penelitian
Penelitian ini memiliki maksud untuk memperoleh data mengenai sikap mahasiswa
Universitas “X” Bandung Terhadap peraturan kampus tanpa rokok di Universitas “X”
Bandung.
1.2.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki maksud untuk memperoleh gambaran mengenai kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa Universitas “X” Bandung terhadap peraturan kampus tanpa rokok di Universitas “X” Bandung.
1.3. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoretis
1. Memberikan informasi mengenai gambaran sikap dan komponennya pada mahasiswa
dalam bidang ilmu Psikologi Sosial.
2. Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai sikap mahasiswa Universitas “X” terhadap peraturan kampus tanpa
7
Universitas Kristen Maranatha 1.4.2. Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada institusi pendidikan Universitas “X” mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap pada mahasiswa. Informasi ini dapat digunakan institusi untuk menjadi bahan evaluasi dan upaya preventif pada mahasiswa baru. Selain itu, dapat
memberikan informasi kepada institusi pendidikan Universitas “X” mengenai gambaran sikap mahasiswa terhadap peraturan kampus tanpa rokok. Informasi ini dapat digunakan
institusi untuk menjadi bahan evaluasi dan acuan upaya perwujudan sikap positif kedalam tingkah laku.
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa Universitas “X” mengenai sikap mahasiswa
Universitas “X” terhadap peraturan kampus tanpa rokok sehingga dapat dimanfaatkan
oleh mahasiswa dalam rangka menjalankan peraturan kampus tanpa rokok.
1.4. Kerangka Pikir
Tahun 2013 Universitas “X” Bandung memberlakukan peraturan Kampus Tanpa
Rokok. Peraturan tersebut harus diikuti oleh setiap warga Universitas “X” Bandung yang
salah satunya adalah mahasiswa dan dalam upaya perwujudan peraturan tersebut diberlakukan
pula sanksi bagi yang melanggar. Hal ini memunculkan dampak yang dirasakan oleh mahasiswa sehingga mahasiswa Universitas “X” Bandung menunjukkan sikap tertentu.
Sikap adalah suatu sistem yang relatif menetap yang mencakup hasil evaluasi yang positif atau negatif, perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan bertindak untuk mendukung atau menentang suatu objek sosial (Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1986).
Berdasarkan arahnya sikap dibagi menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. Dibutuhkan sikap positif dari mahasiswa untuk dapat mendukung dan menjalankan peraturan
8
Universitas Kristen Maranatha tanpa rokok akan cenderung menolak, mengabaikan, dan tidak menaati peraturan kampus
tanpa rokok.
Sikap merupakan hasil belajar, tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan individu dalam hubungannya dengan objek. Oleh karena
itu, meskipun sikap memiliki sistem yang relatif menetap, namun sikap juga bersifat dinamis,
dapat berubah, dan berkembang. Sikap mahasiswa Universitas “X” Bandung dipengaruhi oleh
tiga faktor antara lain: (1) sikap berkembang dalam proses pemuasan kebutuhan, (2) sikap individu dibentuk oleh informasi yang diperolehnya, (3) keanggotaan dalam kelompok turut menentukan pembentukan sikap individu. (Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1986). Faktor
yang pertama adalah sikap berkembang dalam proses pemuasan kebutuhan. Untuk menanggulangi berbagai macam masalah dalam usaha memuaskan kebutuhan-kebutuhannya,
individu mengembangkan sikapnya. Mahasiswa Universitas “X” Bandung yang sudah
kecanduan merokok akan mengembangkan sikap yang negatif terhadap peraturan Kampus
Tanpa Rokok. Sebaliknya, Mahasiswa Universitas “X” Bandung yang membutuhkan udara
bersih bebas asap rokok akan mengembangkan sikap yang positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok.
Faktor yang kedua yaitu informasi yang diperolehnya. (Krech, Crutchfield, dan
Ballachey, 1986) Sebagai contoh, mahasiswa Universitas “X” Bandung yang memiliki
informasi dari teman atau dosen bahwa bila melanggar peraturan kampus tanpa rokok dapat
dikenakan sanksi bisa jadi menunjukkan sikap yang positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok. Berbeda jika mahasiswa mendengar cerita dari teman bahwa peraturan kampus tanpa
rokok kurang digalakkan maka mahasiswa dapat menunjukkan sikap negatif terhadap peraturan kampus tanpa rokok.
9
Universitas Kristen Maranatha Kelompok di mana individu merasa menjadi bagiannya (reference group) dapat memengaruhi
sikap individu. (Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1986) Reference group mahasiswa
Universitas “X” Bandung bisa jadi anggota keluarga di rumah, teman-teman terdekatnya, atau
seseorang yang dijadikan idola/acuan baginya. Mahasiswa Universitas “X” Bandung akan
cenderung menunjukkan sikap positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok jika reference
group mereka menunjukkan sikap positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok, begitu
pula sebaliknya. Sebagai contoh, mahasiwa Universitas “X” Bandung yang memiliki teman dekat secara umum bukanlah perokok dapat cenderung menunjukkan sikap positif terhadap peraturan kampus tanpa rokok, begitupula sebaliknya.
Faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan penghayatan yang berbeda-beda. Penghayatan yang berbeda-beda inilah yang akan membentuk sikap Mahasiswa Universitas
“X” Bandung terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok. Krech, Crutchfield, dan Ballachey,
1986 menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen yang terdiri atas komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif terdiri atas pemahaman, pengetahuan, dan konsep
yang dimiliki individu mengenai objek sikap (Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1986).
Dalam hal ini diharapkan Mahasiswa Universitas “X” Bandung memiliki pemahaman yang
memadai mengenai peraturan Kampus Tanpa Rokok. Komponen kognitif adalah hasil evaluatif tentang peraturan Kampus Tanpa Rokok yang meliputi kualitas favourable atau
unfavourable, diinginkan atau tidak diinginkan, “baik” atau “buruk” (Krech, Crutchfield, dan
Ballachey, 1986). Mahasiswa yang memiliki komponen kognitif positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok akan memahami alasan dan tujuan dilarangnya merokok di kawasan
kampus yaitu demi kesehatan setiap warga kampus, sedangkan mahasiswa yang memiliki komponen kognitif yang negatif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok cenderung
10
Universitas Kristen Maranatha Komponen afektif mengacu pada penghayatan emosi yang dikaitkan dengan objek
sikap (Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1986). Mahasiswa Universitas “X” Bandung
menghayati peraturan Kampus Tanpa Rokok sebagai sesuatu yang disukai atau tidak disukai dan memberi karakter yang mendorong, mendesak, dan memotivasi sikap (Krech,
Crutchfield, dan Ballachey, 1986). Mahasiswa yang memiliki komponen afektif positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok akan merasa senang dengan kondisi kampus bebas
asap rokok, sedangkan mahasiswa yang memiliki komponen afektif negatif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok akan cenderung membenci peraturan tersebut.
Komponen konatif atau komponen kecenderungan untuk bertindak meliputi semua
kesiagaan individu untuk berperilaku terhadap objek sikap (Krech, Crutchfield, dan
Ballachey, 1986). Mahasiswa Universitas “X” Bandung cenderung menampilkan perilaku
yang menerima dan mendukung peraturan Kampus Tanpa Rokok jika menunjukkan sikap yang positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok. Jika mahasiswa Universitas “X” Bandung menunjukkan sikap yang negatif, mahasiswa akan cenderung menolak peraturan
Kampus Tanpa Rokok. Mahasiswa yang memiliki komponen konatif positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok akan mengikuti aturan kampus dengan tidak merokok di area
kampus dan/atau tidak enggan menegur orang lain yang merokok di kawasan kampus, sedangkan mahasiswa yang memiliki komponen konatif negatif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok akan cenderung tetap merokok di kawasan kampus.
Suatu sikap dapat memiliki komponen kognitif, afektif, dan konatif yang bervariasi positif atau negatifnya (Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1986). Mahasiswa Universitas
“X” Bandung bisa saja memahami bahwa peraturan Kampus Tanpa Rokok memang
dibutuhkan namun tidak menyukainya sehingga tidak mendukung peraturan Kampus Tanpa
11
Universitas Kristen Maranatha kampus bisa saja memiliki komponen afektif yang negatif yaitu tidak menyukai peraturan
Kampus Tanpa Rokok karena sudah terlanjur memiliki kecanduan terhadap rokok. Mahasiswa
Universitas “X” Bandung yang memiliki komponen afektif yang negatif terhadap peraturan
Kampus Tanpa Rokok yaitu mahasiswa yang sudah kecanduan merokok dan ingin sekali
merokok di kawasan kampus bisa saja memiliki komponen konatif yang positif terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok sehingga tetap tidak merokok di kawasan kampus.
Ketiga komponen tersebut akan membentuk sikap terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok. Sikap yang positif memungkinkan Mahasiswa Universitas “X” Bandung untuk menerima dan mendukung jalannya peraturan Kampus Tanpa Rokok. Sedangkan sikap
Mahasiswa Universitas “X” Bandung yang negatif berpotensi menghambat jalannya peraturan
Kampus Tanpa Rokok karena ada kecenderungan untuk menolak dan menentang.
12
Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap: Proses pemuasan kebutuhan
Informasi yang diperoleh Keanggotaan dalam kelompok
Mahasiswa
Universitas “X”
Bandung
Sikap Mahasiswa terhadap peraturan Kampus Tanpa Rokok
Komponen Sikap:
Kognitif Afektif Konatif
Positif
13
Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian
1. Terdapat 3 faktor yang dapat memengaruhi sikap mahasiswa Universitas “X” yaitu:
proses pemuasan kebutuhan, informasi yang diperoleh, serta keanggotaan dalam kelompok.
2. Sikap mahasiswa Universitas “X” Bandung terhadap peraturan kampus tanpa rokok
dapat diketahui melalui komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. 3. Sikap mahasiswa Universitas “X” Bandung terhadap peraturan kampus tanpa rokok
45 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data sikap mahasiswa Universitas “X” terhadap
peraturan kampus tanpa rokok serta pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sebagian besar mahasiswa Universitas “X” yang menjadi responden penelitian
menunjukkan sikap positif terhadap peraturan kampus tanpa rokok.
2. Sebagian besar mahasiswa Universitas “X” yang menjadi responden penelitian
menunjukkan komponen kognitif positif terhadap peraturan kampus tanpa rokok, komponen afektif negatif terhadap peraturan kampus tanpa rokok, dan memiliki
komponen konatif positif terhadap peraturan kampus tanpa rokok.
3. Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan faktor yang menunjukkan kecenderungan
keterkaitan dengan sikap, yaitu: proses pemuasan kebutuhan dan keanggotaan dalam
kelompok.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoretis
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, peneliti mengajukan beberapa saran
teoretis sebagai berikut:
1. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian korelasi antara faktor
yang mempengaruhi sikap dengan sikap, yaitu: informasi yang diperoleh, proses pemuasan kebutuhan, dan keanggotaan dalam kelompok.
2. Pertanyaan dalam survey awal perlu dipertajam dan mencakup seberapa sering
46
Universitas Kristen Maranatha asap rokok, apa dampak negatif yang dirasakan dari asap rokok yang dirasakan, dan jika
memungkinkan mencari data sekunder dari lingkungan responden.
5.2.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, peneliti mengajukan saran praktis
sebagai berikut kepada lembaga pendidikan dan mahasiswa Universitas “X”:
1. Disarankan bagi lembaga pendidikan Universitas “X” untuk membuat acuan upaya
preventif pada sikap negatif mahasiswa terhadap peraturan kampus tanpa rokok misalnya dengan sosialisasi peraturan kampus tanpa rokok berikut dengan sanksi bila
melanggar dan dapat mulai dari komponen afektif, misalnya melalui konseling. Selain itu, diperlukan upaya kuratif yaitu dengan perwujudan pemberlakuan sanksi yang
konsisten agar sikap positif terhadap peraturan kampus tanpa rokok yang sudah ada dapat terwujud dalam tingkah laku.
2. Disarankan bagi mahasiswa Universitas “X” untuk mempertahankan sikap positif
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS
“X”
KOTA BANDUNG TERHADAP PERATURAN KAMPUS TANPA
ROKOK
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Oleh:
SANTA ANGELICA LIDYA TIARMA
1030105
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti haturkan pada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat hikmat dan
anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas penelitian akhir di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Penelitian ini bangkit dari kepedulian peneliti terhadap bidang Psikologi Sosial. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap bidang
Psikologi Sosial, khususnya mengenai sikap pada mahasiswa.
Peneliti menyadari begitu banyak bantuan dan dukungan yang diterima dari berbagai
pihak dalam penulisan ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih pada: 1. Dra. Irene P. Edwina, M. Si., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Kristen Maranatha juga selaku dosen wali yang dengan sabar mendengarkan curahan hati dan memotivasi peneliti untuk segera menuntaskan mata kuliah ini.
2. Drs. Paulus Hidajat Prasetya, M.Si., Psikolog selaku pembimbing utama dan Ka Yan,
M.Psi., Psikolog selaku pembimbing pendamping yang telah membimbing peneliti dengan intens, meluangkan begitu banyak waktu, tenaga, serta pikiran dalam memberikan
feedback, mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi, serta memberikan dorongan
dan semangat untuk segera menyelesaikan penelitian ini secepat dan sebaik mungkin. 3. Badan Akademik dan Administrasi dan seluruh staff Tata Usaha fakultas-fakultas
Universitas “X” yang membantu proses penelitian.
4. Seluruh mahasiswa Universitas “X” yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
5. Kedua orang tua, Johnson Siregar, S.H., M.H. dan Ruth T. Simanjuntak, S.Kom. yang
senantiasa mendoakan peneliti, selalu memberikan dukungan dan semangat bagi peneliti
vi
6. Daniel Harrie Jeffrico yang siap memberikan waktu, motivasi, semangat, bantuan serta
doa agar peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini sebaik mungkin.
7. Silvia Fitriani, S.Psi dan Monica Liany, S.Psi yang bersedia meluangkan banyak waktu
untuk memberikan masukkan, mendampingi peneliti selama proses penyusunan
penelitian, dan membuat peneliti percaya untuk dapat menyelesaikan penelitian ini tepat waktu.
8. Grace Sianti, S.Psi., Ilham Anggi Putra, S.Psi., Yerikho Teudas, S.Psi., Olivia Yuvina,
S.Psi., dan Nindya Putri, S.Psi. yang selalu bersedia memberikan masukkan, pengajaran, serta arahan khususnya dalam proses penyusunan penelitian ini.
9. Susanti Rahayu, Sabtio Januar, Bunga Febmisya, dan Rike Novitasari sebagai teman
seperjuangan yang saling mendukung dan mendoakan selama proses penyelesaian
penelitian ini.
10. Semua pihak lain yang telah membantu penyusunan penelitian ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga Tuhan YME membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu peneliti dan semoga penelitian ini berguna bagi semua pihak yang membaca, khususnya rekan-rekan di Fakultas Psikologi. Peneliti menyadari masih ada kekurangan
dalam penelitian ini, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang dapat disampaikan melalui email berikut: siregarsanta@gmail.com.
Bandung, Mei 2017
47 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Psikologi. (2015). Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi Juli 2015. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis And Use. Boston: Allyn & Bacon.
Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistic In Psychology And Education. 3rd Ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc
Krech, David, Crutchfield, Richard S., dan Ballachey, Egerton L. 1986. Individual In Society: New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company LTD.
Santrock, John W. (2012). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi 13 jilid 2, Jakarta: Erlangga
48 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Listiana, Saetia. (2013). Perilaku Merokok pada Mahasiswa. Diunduh dari <http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S45984-Saetia%20Listiana> (April, 2016) Dampak Psikologis Akibat Merokok. (2016). Kemal Al Fajar. Indonesia: Hello Sehat.
Diunduh dari https://hellosehat.com/dampak-psikologis-merokok/
Jurnal Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (tanpa tahun). Diunduh dari <http://ejournal.litbang.depkes.go.id/> (April, 2016)
Pelanggaran Merokok di Tempat Umum Menurut UUD. (2015) Sofyan. Diunduh dari <http://m.kompasiana.com/sofyan3/pelanggaran-merokok-di-tempat-umum-menurut-uud-pasal-115-ayat-1_566f7f1c37977386128f1fe0> (April, 2016)
Nuryoto, S. (2008). Remaja & Perilaku Merokok. Diunduh dari <http://psikologi.net/remaja-dan-perilaku-merokok/> (Juni, 2016)
Nurlailah Neneng. (2010). Merokok Terhadap Kesehatan. Diunduh dari
<http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/707/1/93537-Neneng%20Nurlailah-FPS.pdf> (Juni, 2016)
Maharani Dian. (2015) Jumlah Perokok di Indonesia. Diunduh dari <http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/06/bahaya-jumlah-perokok-di-indonesia-lebih-dari-10-kali-lipat-penduduk-singapura> (April, 2016)
Sanderson, Catherine. (2010) Social Psychology. Diunduh dari <https://books.google.co.id/books?id=e1mLpivtC3IC&printsec=frontcover&hl=id#v=o nepage&q&f=false> (April, 2016)
Martini, Santi dan Muji Sulistyowati. (2005). The Determinants of Smoking Behavior among