VARIASI BAHASA MINANGKABAU PADA LIRIK-LIRIK LAGU MINANG: SEBUAH GAMBARAN RETENSI DAN INOVASI BAHASA
TESIS
Diajukan Sebagai Syarat Mendapatkan Gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik
SILVIA DJONNAIDI 1121215008
Program Studi Magister Linguistik Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya
THE VARIATIONS OF MINANGKABAU LANGUAGE IN THE LYRICS OF MINANG’S SONGS: AN OVERVIEW OF LANGUANGE’S
RETENTION AND INOVATION Silvia Djonnaidi, 1121215008
(1stAdvisor: Prof. Dr. Nadra, M.S., 2ndAdvisor: Dr. M. Yusdi, M.Hum)
ABSTRACT
This thesis explores the variations of Minangkabau language in the lyrics of Minang’s Songs. The songs, which are analyzed, are the classic Minang’s songs in 1950-s and the contemporer Minang’s songs in 1990-s. The analysis focuses on variations related to the retention and inovation form. The scope of the analysis are the variations of Minangkabau languange in all aspects whether the variations in form (fonology, morphology, and lexical) or variations in meaning (semantic) in 1950-s, analysis of Minangkabau languange variations in 1990-s, and analysis of retention and innovation in both of the era.
The method in collecting the data is non participant observational method with the note-taking technique. The method in analyzing the data is referential method, especially an intralingual referential method. In order to find out languange retention and inovation, a top-down approach is also used in analyzing the data. The result of the analysis is presented in formal and informal ways. The formal presentation uses linguistics symbols and the informal presentation explores and describes the analysis by using words.
The result of the analysis shows that there are variations of phonology, morphology, lexical, and semantic in Minang’s songs during 1950-s and 1990-s. The differences in both of the era are seen from the aspect of phonology and diftong. From the aspect of consonant, both of the era do not have any differences. Another differences are found in variations of lexical and semantic. Minang’s songs in 1990-s have lots of lexical and semantic variations than the era of 1950-s. Based on the result of the analysis and the process of reconstruction on the aspects of phonology, morfology, and lexical, it is observed that Minang’s songs have some changes in the aspects of phonology, morphology, lexical and semantic in the lyrics of those songs. The songs in 1950-s tend to maintain the use of the words which have been heritaged from the relic form of Minangkabau language. On the other hand, the songs in 1990-s mostly have the innovation in internal and external aspects whether they are lexical or semantic innovation. Innovation tends to occur on cultural vocabularies, while the basic vocabularies tends to maintain their relic forms.
VARIASI BAHASA MINANGKABAU PADA LIRIK-LIRIK LAGU MINANG: SEBUAH GAMBARAN RETENSI DAN INOVASI BAHASA
Silvia Djonnaidi, 1121215008
(Pembimbing I: Prof. Dr. Nadra, M.S., Pembimbing II: Dr. M. Yusdi, M.Hum) ABSTRAK
Tesis ini mengungkapkan variasi bahasa Minangkabau yang ditemukan dalam lirik-lirik lagu Minang klasik di era 50-an dan lagu-lagu Minang kontemporer di era 90-an. Ruang lingkup pembahasan menyangkut analisis variasi bahasa Minangkabau yang mencakup semua aspek variasi, baik variasi bentuk (fonologis, morfologis, dan leksikal) maupun variasi makna (semantis) yang terjadi pada era 50-an, analisis variasi bahasa Minangkabau yang terjadi pada era 90-an, dan analisis leksikon yang mengalami retensi dan inovasi pada ke dua era tersebut.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak tidak libat cakap dan teknik catat. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan, khususnya metode padan intralingual dengan teknik dasar teknik hubung banding menyamakan (HBS), teknik hubung banding membedakan (HBB), dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP). Dalam analisis data juga digunakan pendekatan top-down untuk menentukan unsur-unsur yang mengalami retensi dan inovasi. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk penyajian formal dan informal.
Hasil analisis data menunjukkan adanya variasi fonologis, morfologis, leksikal dan semantis pada lagu-lagu Minang era 50-an dan 90-an. Perbedaan pada ke dua era ini terlihat pada unsur fonologis fonem vokal dan diftong. Untuk variasi fonologis dari aspek fonem konsonan tidak terdapat perbedaan di antara ke dua era tersebut. Perbedaan lainnya terlihat pada variasi leksikal dan semantis. Era 90-an memiliki variasi leksikal dan semantis lebih banyak dibandingkan era 50-an.
Berdasarkan hasil analisis data dan rekonstruksi terhadap unsur fonologis, morfologis, dan leksikal dari variasi-variasi tersebut diketahui bahwa lagu-lagu Minang mengalami perubahan pada unsur-unsur tersebut. Lagu-lagu era 50-an cenderung lebih mempertahankan pemakaian leksikon yang merupakan warisan dari bentuk protobahasa Minangkabau. Sebaliknya, lagu-lagu era 90-an sebagian besar mengalami proses inovasi, baik internal maupun eksternal, yang bersifat leksikal dan semantis. Unsur fonologis, morfologis, leksikal dan semantis yang mengalami inovasi diantaranya adalah unsur terkait dengan kosakata budaya, sedangkan unsur-unsur yang tergolong dalam kosakata dasar cenderung tidak mengalami perubahan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat
dilihat dari perbedaan dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat
Minangkabau di berbagai wilayah. Wilayah Sumatera Barat adalah wilayah tutur
bahasa Minangkabau yang utama dibandingkan dengan wilayah lainnya di
Indonesia. Sampai saat ini tercatat bahwa bahasa Minangkabau digunakan oleh
masyarakat pada 19 kabupaten/kota yang berada di wilayah Provinsi Sumatera
Barat.
Luasnya sebaran tersebut menyebabkan bervariasinya bahasa
Minangkabau yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh penuturnya.
Penelitian Nadra (1997) menunjukkan setidaknya terdapat tujuh dialek bahasa
Minangkabau di daerah Sumatera Barat, yakni: dialek Rao Mapat Tunggul, dialek
Muaro Sungai Lolo, dialek Payakumbuh, dialek Pangkalan-Lubuk Alai, dialek
Agam-Tanah Datar, dialek Pancungsoal, dialek Kotobaru. Pada dasarnya variasi
bahasa yang ditemukan pada masyarakat Minang dapat berupa variasi fonologis,
morfologis, leksikal, ataupun semantis. Meskipun demikian, banyaknya variasi
bahasa dalam bahasa Minangkabau bukanlah suatu rintangan bagi masyarakat
Minangkabau, akan tetapi tetap merupakan suatu ciri khas yang unik dari
Bagi masyarakat Minangkabau, bahasa Minangkabau adalah salah satu
media yang digunakan untuk memperkenalkan kebudayaan lokal daerah
Minangkabau kepada masyarakat luas. Bahasa Minangkabau dan kebudayaan
masyarakatnya ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Tumbuh
kembangnya bahasa Minangkabau terbentuk karena adanya konteks budaya,
sementara kebudayaan Minangkabau membutuhkan bahasa untuk menjaga
kelestariannya. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Bonvillain (1997)
bahwa bahasa tidaklah bersifat otonom dan hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi saja. Bahasa Minangkabau, dalam hal ini memposisikan diri sebagai
alat untuk mengekspresikan dan menampilkan makna-makna budaya yang
dimiliki oleh masyarakat Minangkabau.
Produk kebudayaan masyarakat Minangkabau tersaji dalam dua bentuk,
yakni budaya lisan dan budaya tulisan. Danandjaya (2007) memaparkan budaya
lisan sebagai sebuah bentuk bahasa yang hanya digunakan di daerah tertentu dan
bersifat regional. Peranan bahasa dalam budaya lisan dapat dilihat lewat tuturan
langsung dari penutur bahasa itu ataupun lewat folklor lisan yang berkembang
dalam masyarakat. Folklor lisan adalah forklor yang bentuknya murni lisan.
Folklor yang termasuk dalam bentuk ini adalah cerita rakyat, teka-teki, puisi
rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat.
Masyarakat Minangkabau memiliki unsur budaya yang sangat kental
terkait dengan folklor lisan. Salah satu bentuk folklor lisan Minangkabau yang
adalah nyanyian-nyanyian atau lagu-lagu berbahasa Minangkabau. Lagu-lagu
Minang dapat mencerminkan dan memberikan gambaran tentang masyarakat
Akan tetapi, lagu-lagu Minang sebagai salah satu produk kesenian lokal
Minangkabau dipandang rentan mengalami interferensi akibat perubahan dan
kemajuan zaman.
Seiring dengan kemajuan zaman, maka lagu-lagu Minang yang hadir di
tengah masyarakat Minangkabau akan mengalami perubahan dalam hal bentuk
dan penyajian di tengah masyarakat. Perubahan tersebut bertujuan untuk membuat
lagu-lagu tersebut berterima bagi masyarakat moderen. Di satu sisi, ini dapat
menjadi salah satu cara untuk lebih memperkenalkan budaya lokal, tidak hanya
pada kelompok yang berada dalam ruang lingkup budaya tersebut, namun juga
pada kelompok lainnya. Akan tetapi, di sisi lain modifikasi dan interfensi dari
media penyaji budaya populer dapat mengaburkan beberapa komponen penting
dari produk budaya lisan tersebut, salah satunya adalah kosakata bahasa daerah
yang digunakan dalam lirik-lirik lagu tersebut.
Apabila dilihat perkembangan lagu Minang klasik sampai dengan lagu
Minang kontemporer, terdapat perbedaan yang cukup signifikan, tidak hanya
dalam bentuk aransemen musik, tetapi juga pemilihan kosakatanya. Lagu-lagu
Minang klasik yang muncul pada era tahun 50-an cenderung menonjolkan lebih
banyak ciri khas musik tradisional Minangkabau dan pemilihan kosakata khas
bahasa Minangkabau. Apabila dibandingkan dengan lagu-lagu Minang
kontemporer yang muncul pada beberapa era sesudahnya terlihat bahwa terjadi
beberapa perubahan, terutama dalam hal pemilihan kosakata bahasa
Minangkabau. Akibatnya, timbul berbagai variasi bahasa Minangkabau yang
Variasi-variasi yang muncul dalam pemilihan kosakata merupakan
refleksi dari berbagai macam kosakata dari dialek tertentu di wilayah Sumatera
Barat. Mahsun (1995) menyatakan bahwa setiap variasi bahasa yang hadir di
lingkungan masyarakat memiliki variasi-variasi dalam unsur kebahasaan yang
membangunnya. Dalam kajian dialektologi, variasi tersebut muncul dalam tataran
fonologis, morfologis, leksikal, dan semantis. Perbedaan fonologis yang hadir
dalam tuturan sebuah dialek biasanya tidak disadari oleh si penutur dialek.
Perbedaan morfologis dibatasi oleh adanya sistem tata bahasa yang bersangkutan,
oleh frekuensi morfem yang berbeda, oleh wujud fonetis, dan sejumlah faktor
lainnya. Perbedaan morfologis di antaranya menyangkut aspek afiksasi,
reduplikasi, komposisi, dan morfofonemik, sementara perbedaan leksikon
berkaitan dengan leksem-leksem yang digunakan untuk merealisasikan suatu
makna yang sama. Dengan demikian, variasi bahasa yang terdapat pada lirik-lirik
lagu berbahasa Minangkabau berkemungkinan mengalami perubahan terkait
dengan kosakata yang digunakan. Kata-kata yang dipakai berkemungkinan
mengalami proses retensi atau sebaliknya sudah menjadi sebuah bentuk inovasi.
Bertitik tolak dari fenomena di atas, maka tesis ini lebih lanjut
menganalisis variasi bahasa Minangkabau yang terdapat di dalam lirik-lirik lagu
Minang. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang akan memaparkan dan
menganalisis perkembangan bahasa Minangkabau yang dipakai pada lirik-lirik
lagu berbahasa Minangkabau yang beredar di kalangan masyarakat pada tahun
50-an d50-an 90-50-an. Pemilih50-an lagu Min50-ang sebagai objek studi didasari oleh
pengamatan dimana lagu sebagai produk sastra lisan Minangkabau memiliki
digunakan pada lirik lagunya. Hal tersebut disebabkan karena lagu merupakan
produk folklor lisan masyarakat Minangkabau yang senantiasa mengikuti arah
perkembangan zaman.
Disamping itu, pemilihan lagu sebagai objek studi untuk menganalisis
variasi bahasa dianggap unik karena penelitian tentang variasi bahasa
Minangkabau pada umumnya difokuskan pada penelitian dialektologi pada suatu
daerah dengan beberapa titik pengamatan, sedangkan analisis pada tesis ini
memakai konsep dialektologi untuk melihat variasi yang muncul pada lirik-lirik
lagu Minang. Keunikan lainnya adalah penelitian tentang lagu-lagu Minang
selama ini hanya terfokus pada penelitian di bidang sastra, sementara penelitian
ini menganalisis lagu Minang dari aspek linguistik terkait variasi bahasa yang
digunakan dalam lirik lagu tersebut.
Adapun pemilihan era 50-an dan 90-an didasarkan pada sejarah
perkembangan industri lagu Minangkabau itu sendiri yang mengalami periode
keemasan pada ke dua era tersebut. Analisis nantinya difokuskan pada variasi
bahasa yang digunakan di dalam lirik lagu, khususnya terkait dengan variasi
bahasa yang merupakan warisan dari bentuk purba (retensi) dan variasi bahasa
yang mengalami proses inovasi. Untuk melihat retensi dan inovasi baik pada era
50-an maupun era 90-an dirujuk pada bentuk protobahasa Minangkabau yang
berasal dari bentuk protobahasa Melayik.
1.2 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
Salah satu bentuk budaya lisan Minangkabau adalah lagu-lagu daerah
Minangkabau. Kosakata bahasa daerah dalam lirik lagu muncul dengan berbagai
macam variasi bentuk yang merupakan cerminan dari berbagai dialek yang ada
dalam bahasa Minangkabau. Variasi bahasa yang tercermin dalam lirik-lirik lagu
tersebut dapat berupa variasi fonologis, morfologis, leksikal, dan semantis.
Ruang lingkup pembahasan pada tesis ini menyangkut analisis variasi
bahasa Minangkabau yang mencakup semua aspek variasi, baik variasi bentuk
(fonologis, morfologis, dan leksikal) maupun variasi makna (semantis). Akan
tetapi, analisis difokuskan pada variasi bahasa Minangkabau yang ditemukan pada
lirik lagu berbahasa Minangkabau yang muncul sekitar tahun 50-an dan tahun
90-an. Alasan pemilihan dua tahun ini adalah karena pada dua era inilah lagu-lagu
Minang disebut-disebut mengalami masa kejayaannya. Tahun 1950-an adalah era
kebangkitan pertama lagu Minangkabau klasik dengan lahirnya orkes Gumarang,
sedangkan era tahun 90-an adalah era kebangkitan kedua lagu-lagu Minang
dengan mulai bermunculannya lagu-lagu Minang kontemporer.
Pemilihan lagu dari dua era tersebut dipilih secara acak, dimana lagu-lagu
yang dijadikan sampel dibatasi pada lagu-lagu yang di dalamnya terdapat variasi
penggunaan bahasa Minangkabau. Dalam hal ini diambil sampel sebanyak 50
buah lagu Minang versi asli dari masing-masing era (Lampiran A dan Lampiran
B). Lagu-lagu yang dijadikan sampel analisis juga dipilih berdasarkan kategori
lagu-lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi yang merupakan orang Minangkabau
asli. Hal tersebut dilakukan untuk melihat keaslian bunyi dari setiap leksikon yang
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan ruang lingkup dan pembatasan masalah diatas, maka pokok
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Apa saja bentuk variasi bahasa Minangkabau yang muncul pada lirik
lagu berbahasa Minangkabau tahun 50-an?
2. Apa saja bentuk variasi bahasa Minangkabau yang muncul pada lirik
lagu berbahasa Minangkabau tahun 90-an?
3. Apa saja bentuk variasi bahasa Minangkabau yang mengalami retensi
dan inovasi pada tahun 50-an dan 90-an?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan bentuk variasi Bahasa Minangkabau yang muncul pada
lirik lagu berbahasa Minangkabau pada tahun 50-an.
2. Menjelaskan bentuk variasi Bahasa Minangkabau yang muncul pada
lirik lagu berbahasa Minangkabau pada tahun 90-an.
3. Menjelaskan bentuk variasi bahasa Minangkabau yang mengalami
retensi dan inovasi pada tahun 50-an dan 90-an.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi
contoh terkait penelitian dialektologi diakronis untuk menentukan sejarah sebuah
kata sehingga dapat diketahui apakah bahasa yang muncul dan dipakai oleh
masyarakat pada saat sekarang merupakan warisan dari bentuk purbanya atau
sudah merupakan bentuk baru yang diciptakan masyarakat. Lebih jauh lagi
penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para peneliti lainnya yang
hendak melakukan penelitian yang berhubungan dengan variasi bahasa.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menerapkan
konsep dan teori yang telah didapatkan selama menempuh studi di Pascasarjana
Universitas Andalas Padang. Disamping itu, penelitian ini bermanfaat bagi
peneliti sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar
Magister Humaniora dari Pascasarjana Universitas Andalas Padang.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi
lembaga dan instansi yang memiliki relevansi dengan hasil penelitian ini. Bagi
Universitas Andalas sendiri, khususnya bagi mahasiswa sarjana dan pascasarjana
program studi Linguistik, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya bahan
rujukan di perpustakaan terkait penelitian bahasa. Selanjutnya, penelitian tentang
variasi bahasa Minangkabau ini juga dapat bermanfaat untuk memberikan
masukan kepada unit Balai Bahasa Sumbar tentang kondisi perkembangan
kosakata bahasa Minangkabau yang berkembang di masyarakat. Penjelasan terkait
perbedaan antara kosakata-kosakata yang mengalami retensi dan inovasi akan
atau sudah merupakan bentuk inovasi akibat dari pengaruh teknologi dan
perkembangan zaman.
Penelitian ini juga dapat memberikan masukan bagi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Sumbar untuk tetap dapat menjaga warisan lokal berupa bahasa
daerah Minangkabau. Manfaat praktis lainnya adalah untuk memberikan masukan
bagi para pencipta lagu tentang leksikon-leksikon yang masih merupakan bentuk
warisan asli bahasa Minangkabau sehingga diharapkan nantinya lirik-lirik lagu
yang beredar di masyarakat, ke depannya dapat mencerminkan leksikon-leksikon
yang masih asli bahasa Minangkabau. Semua ini bermanfaat cukup signifikan