BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat menarik dan tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya.
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku belajar-mengajar yang positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Untuk memperoleh pembelajaran yang berhasil maka guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran harus selalu proaktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang dijumpai dalam proses belajar- mengajar. Oleh karena itu guru sebagai elemen penting dalam proses belajar mengajar harus berperan aktif dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan refleksi terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, sehingga siswa merasa tidak bosan dan bahkan selalu termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses belajar-mengajar.
Pada umumnya, kemampuan siswa sangat erat kaitannya dengan perolehan hasil belajar. Bila berhadapan dengan sejumlah siswa yang tidak dipilih secara khusus berdasarkan kecerdasannya, maka di antara mereka terdapat siswa yang pandai, sedang, dan lemah. Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti
kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan (Poerwadarminta, 2005: 707). Sedangkan menurut Uno (2008), kemampuan adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.”
Kemampuan bernalar sangat dibutuhkan bagi siswa dalam memahami suatu materi atau konsep khususnya kimia. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang sulit memahami materi atau konsep kimia terutama jika mereka memiliki daya kemampuan bernalar matematika rendah, karena kemampuan bernalar matematika merupakan konsep dasar dan penerapannya bagi semua bidang studi pembelajaran termasuk mata pelajaran kimia sehingga siswa kurang maksimal dalam belajar kimia khususnya dalam menyelesaikan soal-soal hitungan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang memperhatikan bagaimana kemampuan penalaran matematika siswanya.
Penyelesaian soal hitungan tidak hanya memperhatikan jawaban akhir perhitungan, tetapi proses penyelesaiannya juga harus diperhatikan. Siswa diharapkan menyelesaikan soal hitungan melalui suatu tahap demi tahap sehingga terlihat alur berpikirnya. Selain itu dapat terlihat pula pemahaman siswa terhadap konsep yang digunakan dalam soal tersebut. Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal hitungan menurut Soedjadi (dalam Muncarno, 2008) adalah membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat, memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan pengerjaan hitung apa yang diperlukan dalam soal, membuat model matematika dari soal, menyelesaikan model menurut
aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari soal tersebut, mengembalikan jawaban model ke jawaban soal asal.
Menurut Winarti (2011: 2), kemampuan memecahkan masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dan siswa atau antar siswa yang merangsang terciptanya partisipasi. Akan tetapi, realita yang sering terjadi di lapangan siswa sulit menyelesaikan soal hitungan melalui tahap demi tahap dimulai dari mengidentifikasi soal minimal diketahui, kemudian menulis formula atau rumusnya, kemudian mampu menghitung sesuai formula dan angka yang diketahui dalam soal. Ini merupakan faktor penyebab dari guru dalam memberikan contoh bagaimana memecahkan suatu masalah, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya, sehingga siswa menjadi kurang kreatif, Sehingga akibatnya siswa hanya mampu memecahkan masalah bila telah diberikan caranya oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin menggambarkan bagaimana respon (jawaban) siswa dalam menyelesaikan perhitungan /memecahkan masalah laju reaksi dengan memperhatikan karakteristik ketiga level kemampuannya. Dengan formulasi judul yang diajukan oleh penulis adalah “Kajian Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman Dalam Menyelesaikan Soal Hitungan Pokok Bahasan Laju Reaksi Kimia”. Suatu penelitian pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti dapat mengeidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi soal minimal diketahui.
2. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis formula.
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menghitung sesuai formula dan angka yang diketahui dalam soal.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman Dalam Menyelesaikan Soal Hitungan Pokok Bahasan Laju Reaksi Kimia”?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Bagaimanakah Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman Dalam Menyelesaikan Soal Hitungan Pokok Bahasan Laju Reaksi Kimia”.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Guru
Memberikan informasi kepada guru mengenai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal hitungan.
2. Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dan juga menjadi acuan mengajar peneliti dimasa yang akan datang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kemampuan
Kemampuan sama dengan kata kesanggupan atau kecakapan. Dengan bahasa yang lebih terperinci, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Menurut Spencer dan Spencer (dalam Andri F. dan Mega Teguh, 2012 : 3) bahwa kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dana atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Definisi yang hampir sama juga diungkapkan R. M. Guion (dalam Uno, 2008 : 8) bahwa kemampuan adalah karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berfikir dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Menurut Vroom (dalam As’ad, 1987 : 9) bahwa kemampuan adalah atribut non motivasional yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan tugas, atau merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu.
Kemampuan ditentukan oleh tiga hal, yaitu : (a) kondisi sensoris dan kognitif, (b) pengetahuan tentang cara merespon yang benar, (c) kemampuan untuk melaksanakan respon tersebut. Pendapat ini menyimpulkan bahwa kemampuan merupakan proses respon, dari menerima respon, memilah, dan menilai, serta melakukan tindakan yang sudah dipilih sebagai alternatif untuk merespon sesuatu.
Bila seseorang memahami kondisi kerjanya kurang mendukung bagi terlaksananya tugas, maka ia akan membuat beberapa pilihan tindakan yang ditujukan untuk
mengatasi masalah tersebut, selanjutnya melaksanakan apa yang sudah menjadi pilihannya. Seperti yang dikemukakan oleh Samanrova (dalam Pouji, 2009 : 6) bahwa kekuatan mental dibutuhkan saat menghadapi persoalan-persoalan yang sulit dan menantang, saat menghadapi persoalan baru dan memerlukan perhatian.
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kecakapan, kesanggupan, serta kapasitas seseorang dalam menyelesaikan suatu pertanyaan serta kemahiran secara teknis atau manajerial.
2.2 Laju Reaksi
Laju menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan waktu.
Dalam reaksi kimia, salah satu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi. Konsentrasi pereaksi semakin lama semakin berkurang dan hasil reaksi semakin lama semakin bertambah. Laju reaksi dapat dinyatakan dengan berbagai cara, seperti perubahan volum, perubahan massa, atau perubahan warna. Untuk sistem homogen, cara yang umum digunakan untuk menentukan laju reaksi adalah laju pengurangan konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk dalam satu satuan waktu.
Reaksi: mR nP, maka persamaan pengurangan dan pertambahan
konsentrasi molar sama dengan
t v R
[ ]
atau
t v P
[ ]
. Contoh reaksi:
2N2O5(g) + 4NO2(g) O2(g), maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar N2O5 atau laju pertambahan konsentrasi molar NO2
atau laju pertambahan konsentrasi molar O2. sesuai dengan koefisien reaksinya, laju
pembentukan O2 adalah setengah dari laju peruaraian N2O5 atau seperempat dari laju pembentukan NO2. oleh karena itu laju reaksi dinyatakan sebagai 1/koefisien dari laju masing-masing komponen.
Dimana secara umum persamaan reaksi: pA + qB mC + nD. Untuk megetahui laju reaksinya maka digunakan persamaan V = k [A]x[B]y. Dengan (V) menyatakan laju Reaksi, (k) tetapan laju reaksi, ([ ]) konsentrasi zat, (X) orde atau tingkat reaksi terhadap A, (Y) orde atau tingkat reaksi terhadap B. dan (x + y) adalah orde atau tingkat reaksi keseluruhan.
Laju reaksi ditentukan malalui percobaan, yaitu dengan mengukur banyaknya pereaksi yang dihabiskan atau banyaknya produk yang dihasilkan pada selang waktu tertentu. Contoh: laju reaksi antara Magnesium dengan larutan HCl dapat ditentukan dengan mengukur jumlah salah satu produknya, yaitu gas hidrogen. Reaksinya sebagai berikut: Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g), sepotong pita magnesium ditempatkan pada satu sisi dari labu bersekat, sedangkan sisi lainnya diisi dengan larutan HCl. setelah siring terpasang, labu dimiringkan sehingga kedua zat pereaksi bercampur. Bersamaan dengan itu stopwacth dihidupkan. Gas hidrogen terbentuk akan mengisi siring. Volumnya dapat dicatat tiap interval waktu tertentu, misalnya selang 1 menit.
Tidak ada aturan khusus mengenai interval waktu untuk mencatat data laju reaksi, tetapi hal itu bergantung pada cepat lambatnya reaksi. untuk reaksi yang berlangsung lambat dapat digunakan interval waktu yang lebih panjang. sebagai
aturan sederhana interval waktu yang dipilih sebaiknya tidak menghabiskan lebih dari 5% pereaksi.
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: Luas permukaan sentuhan/Ukuran partikel, Konsentrasi, Suhu serta Katalis. Pengaruh dari beberapa faktor tesebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Luas permukaan sentuhan/ Ukuran partikel
Luas permukaan sentuhan antara zat-zat yang bereaksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi bagi campuran pereaksi yang heterogen, misalnya zat padat dengan larutan. Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul- molekul, atom-atom, atau ion-ion dari zat-zat pereaksi terlebih dahulu bertumbukan.
Hal ini terjadi jika antara zat-zat yang akan bereaksi terjadi kontak. Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat. Pada sistem heterogen, laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi.
Untuk pereaksi yang berwujud padat makin diperkecil ukuran partikel, makin besar jumlah luas permukaan sentuhannya makin cepa reaksi berlangsung. Dalam kehidupan sehari-hari pengaruh luas permukaan sentuhan pereaksi dapat ditunjukkan bahwa kayu yang dipotong-potong kecil lebih cepat rusak dari pada kayu balokan.
(b) Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat ditetapkan dari persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan. Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi patokan adalah laju perubahan konsentrasi reaktan.
(c) Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan.
Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakn banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Hubungan Kuntitatif perubahan suhu terhadap laju reaksi dapat ditetapkan dari suatu percobaan, misalnya diperoleh data pada tabel berikut:
Tabel 1: Data Percobaan
Suhu (C) Laju reaksi (M/detik)
10 20
0,3 0,6
30 40 T
1,2 2,4 Vt
Dari data diperoleh hubungan bahwa setiap kenaikan suhu 10 C, maka laju mengalami kenaikan 2 kali semula, maka secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
………. (4)
Dimana (Vt) merupakan laju reaksi pada suhu akhir (t) sedangkan Vo menyatakan laju reaksi pada suhu awal (t0).
(d) Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi yang mempunyai tujuan memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap- tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
10 0
0
2 .
t t
t
V
V
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
2.2.2 Orde Reaksi
Pangkat perubahan konsentrasi terhadap perubahan laju disebut orde reaksi.
Ada tiga orde reaksi yaitu reaksi berorde 0, dimana tidak terjadi perubahan laju reaksi berapapun perubahan konsentrasi pereaksi. Reaksi berorde 1, dimana perubahan konsentrasi pereaksi 2 kali menyebabkan laju reaksi lebih cepat 2 kali.
Serta reaksi berorde 2, dimana laju perubahan konsentrasi pereaksi 2 kali menyebabkan laju reaksi lebih cepat 4 kali.
Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi dapat dilihat pada Gambar berikut:
Laju reaksi
Gambar 1. Reaksi Orde 0
Konsentrasi
Laju reaksi
Konsentrasi Gambar 2. Reaksi Orde 1
Laju reaksi
Konsentrasi Gambar 3. Reaksi Orde 2
Secara umum persamaan reaksinya: A + B C dapat dirumuskan dengan persamaan laju reaksi sebagai berikut: V = k [A]m [B]n. Dengan (k) merupakan tetapan laju reaksi, (m) orde reaksi untuk A, (n) orde reaksi untuk B. Sehingga Orde reaksi total sama dengan m + n.
2.2.3 Teori Tumbukan
Tumbukan yang menghasilkan zat baru adalah tumbukan efektif. Tumbukan efektif dapat dicapai apabila terpenuhi hal-hal sebagai berikut: (a) Molekul-molekul memiliki energi yang cukup agar dapat mulai bereaksi dengan memutuskan ikatan kimia lawan, dan molekul itu sendiri ikatan kimianya akan putus karena tumbukan
dari molekul lain lawan. Energi yang diperlukan ini dinamakan energi aktivasi (Ea), yaitu sejumlah energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk memulai reaksi.
(b) Posisi tumbukan harus tepat mengenai sasaran, sehingga ikatan kimia lawan dan molekul itu sendiri dapat putus. Jadi putusnya ikatan kimia memerlukan 2 hal penting, yaitu tumbukan dengan Ea dan posisi yang tepat. Walaupun energi cukup, namun jika posisinya tidak tepat, tidak semua energi mengenai ikatan, sehingga terjadi pemborosan energi. Sebaliknya walaupun posisinya tepat mengenai sasaran, namun jika energi molekul belum mencapai Ea, tumbukannya akan pelan, sehingga gaya tarik pada ikatan kimia tidak dapat diputus.
Tidaklah setiap tumbukan menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukan antar partikel yang memiliki energi cukup serta arah tumbukan yang tepat. Jadi laju reaksi akan bergantung pada tiga hal berikut: (a) frekuensi tumbukan, (b) frekuensi tumbukan yang melibatkan partikel dengan energi cukup, (c) frekuensi partikel dengan energi cukup yang bertumbukan dengan arah yang tepat.
2.3 Kajian Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penenlitian ini. Menurut Muhammad Nazar (2009 : 1) mengemukakan bahwa dari hasil penelitian diperoleh persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada setiap konsep. Salah satunya miskonsepsi yang dialami siswa untuk konsep pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi adalah
sebesar 13,16%. siswa mengira bahwa bahan yang berbentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih kecil sehingga reaksi lebih cepat berlangsung.
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa siswa sering salah dalam memahami pengaruh katalis dan suhu terhadap laju reaksi terutama mereka sering tertukar dalam memahami antara energi kinetik reaktan dan energi aktivasi reaktan.
Data di atas senada dengan temuan Sinaga (dalam Muhammad Nazar, 2009 : 3) dimana hampir setengah dari jumlah siswa mengalami miskonsepsi pada konsep pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Dalam hal pengaruh penambahan katalis terhadap laju reaksi, sebagian besar siswa memahami bahwa penambahan katalis dapat menaikkan energi aktivasi reaktan sehingga reaksi lebih cepat berlangsung.
Pada penelitian ini, peneliti menemukan bahwa kemampuan rat-rata siswa dalam menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan laju reaksi sangat rendah yaitu sebanyak 32,12%. Berdasarkan data-data pendukung diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa kurang memahami konsep laju reaksi dengan baik dan benar, sehingga pemahaman konsep dan aplikatifnya pun terdapat banyak kekeliruan dan kesalahpahaman.
2.4 Kerangka Berpikir
Kimia merupakan cabang ilmu yang paling penting dan dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk siswa oleh guru kimia, peneliti, dan pendidik pada umumnya. Banyak konsep-konsep dari kimia itu sendiri yang sangat bertentangan dengan apa yang diperoleh oleh siswa tersebut. Contohnya, pada materi Laju Reaksi
yaitu cabang kimia yang membahas tentang perubahan suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dengan persamaan reaksi.
Di dalam laju reaksi sebagian besar peserta didik sulit memahami bagaimana suatu reaksi dikatakan dapat berlangsung dengan cepat, dan kemudian mengetahui kondisi yang bagaimana suatu reaksi dapat dipercepat agar hasil yang dapat diperoleh sebanyak-banyaknya. Laju Reaksi banyak berisi tentang konsep-konsep yang bersifat abstrak sehingga sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang kajian kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan laju reaksi kimia untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Paguyaman dalam menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan laju reaksi kimia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi/tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo. Penelitian dilaksanakan kurang lebih 2 bulan dari april sampai juni pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi.
3.2 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan fenomenologis, maksudnya suatu pendekatan dimana peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Maleong, 2004:9).
Dalam penelitian ini hal yang akan diamati adalah keseluruhan dari kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal hitungan pada pokok bahasan laju reaksi kimia.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut kerlinger dan kidder (dalam sugiyono 2011:61) bahwa variabel adalah konstrak atau sifat yang yang akan dipelajari dan merupakan suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal hitungan.
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2011:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karakteristik yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal hitungan pada pembelajaran kimia yaitu seluruh siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah anggota populasi sebanyak 64 siswa yang tersebar pada tiga kelas. Yang diidstribusikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2: Jumlah siswa kelas XI IPA
Kelas Jumlah siswa
XI IPA-a 21
XI IPA-b 22
XI IPA-c 21
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2011:118). Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA-a dan kelas XI IPA-b dengan jumlah keseluruhan 43 orang.
Sampel penelitian diambil dari populasi, dengan menggunakan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel kelas yang dijadikan objek penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengambilan data kemampuan siswa menyelesaikn soal- soal kimia dilakukaan dengan menggunakan tes. untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaian soal hitungan pada materi laju reaksi kimia. Soal tes tersebut terdiri dari 12 soal objektif dan 4 soal essay yang telah dirancang oleh peneliti dan telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing serta telah divalidasi oleh tiga validator yaitu tiga dosen kimia.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman dalam menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan Laju Reaksi Kimia. Jumlah butir soal adalah 16 butir terdiri dari 12 soal objektif dan 4 soal essay. Dalam penyusunan butir soal terlebih dahulu membuat kisi-kisi yang berisi variabel yang diteliti, indicator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator
Sebelum tes digunakan untuk menyaring data, terlebih dahulu diadakan uji coba yang terdiri dari analisis tes meliputi validitas tes dan relibilitas tes.
3.5.1 Validitas Tes
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validasi yang dilakukan adalah validasi isi yang ditetapkan berdasarkan
penilaian dan pertimbangan dari 2 validator. Kedua validator tersebut terdiri dari dua orang dosen kimia Universitas Negeri Gorontalo. Kepada masing-masing penilai diberikan lembar soal dan lembar validasi. Setiap anggota team diminta memberikan penilaian terhadap butir soal yang dititik beratkan dalam dua hal, yaitu kalimat yang digunakan sudah komunikatif atau belum dan penilaian terhadap kandungan konsep yang diteliti. Soal diberikan skor 2 jika kalimat sudah komunikatif dan sudah mengandung konsep yang diteliti atau sebaliknya, soal diberikan skor 0 jika kalimat belum komunikatif dan belum mengandung konsep yang diteliti. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh persentase sebesar 98.30%. Jadi instrument yang digunakan sudah valid, sehingga dapat dikatakan dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi materi atau isi pelajaran yang diberikan.
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas tes adalah korelasi product moment seperti berikut:
P =jumlah soal yang mendapat skor 2
jumlah seluruh soal × 100%
Tabel 3: Hasil validasi instrumen tes
Validator
Persentase skor penilaian
Nol Satu Dua
Penilai A 0% 0% 100%
Penilai B 0% 3,4% 96,6%
Rata-rata 0% 1,13% 98,3%
Kedua penilai tersebut adalah:
Penilai A: La Alio S.Pd, M.Si
Penilai B: Drs. Mangara Sihaloho, S.Pd, M.Pd 3.5.2 Relibilitas Tes
Relibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Reliabelitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
(Sugiyono, 2011)
Pemerolehan indeks reliabilitas digunakan rumus korelasi product moment yang kemudian mencari reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
r =
. .
.
(Arikunto, 2005 : 93)
Keterangan:
r11 = koefisien relibilitas yang sudah disesuaikan
r1/21
/2 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
sebagai tolak ukur interprestasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
1) Kriteria 0,81 - 1,00 = sangat tinggi
2) Kriteria 0,61 – 0,80 = tinggi 3) Kriteria 0,41 – 0,60 = sedang 4) Kriteria 0,21 – 0,40 = rendah 5) Kriteria 0,00 – 0,20 = sangat rendah
Dari hasil perhitungan untuk mengetahui reliabilitas tes dilakukan uji coba instrument kepada 21 orang siswa kelas XI IPA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo pada tanggal 27 mei 2013. Reliabilitas tes yang diperoleh adalah 0,99.
Berdasarkan tolak ukur diatas, instrument ini termasuk pada kategori tinggi.
Perhitungan instrument secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
3.6 Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu teknik yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan siswa kelas XI IPA Negeri 1 Paguyaman menyelesaikan soal hitungan kimia materi Laju Reaksi Kimia.
Sebelum mengolah data penelitian terlebih dahulu datanya dianalisis. Selanjutnya untuk menghitung persentase digunakan rumus pesamaan sebagai berikut:
P =JS 100%
Dimana:
P = persentase siswa yang menjawab benar pada soal tertentu X = jumlah siswa yang menjawab benar pada soal tertentu
J = jumlah siswa keseluruhan
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa diklasifikasikan yaitu :
1) Bila persentase 90 – 100% kategori sangat baik 2) Bila persentase 75 – 89% kategori baik
3) Bila persentase 60 – 74% kategori cukup 4) Bila persentase 40 – 59% kategori kurang 5) Bila persentase 0 – 39% kategori sangat kurang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data, persentase siswa SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo yang memberikan jawaban untuk tiap item tes yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4: Persentase siswa Kelas XI IPA Yang Memberikan Jawaban Item Tes Tentang Laju Reaksi
Aspek yang diteliti Nomor Soal
Persentase siswa yang Kriteria kemampuan
Siswa Menjawab
Benar
Menjawab Salah A. Konsep Konsentrasi
(kemolaran larutan).
1. Menghitung konsentrasi larutan
1 3
39,53 18,60 29,07
60,47 81,4 70,94
Sangat kurang Sangat kurang B. Konsep laju reaksi
berdasarkan
perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
1. Konsep perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
2. Menghitung laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
2 5 13
16,27 9,30
100 41,85
83,73 90,7
0 58,14
Sangat kurang Sangat kurang Sangat baik C. Menganalisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan, suhu,
6 7 15
34,88 34,88 100
65,12 65,12
0
Kurang Kurang Sangat baik
dan katalis) melalui percobaan.
1. Menganalisis faktor- faktor yang
mempengaruhi laju reaksi (luas
permukaan)
56,58 43,41
D. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
1. Menafsirkan grafik laju
reaksi 4 11,62 88,38
Sangat kurang E. Menjelaskan pengaruh
konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
1. Konsep faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan
8 16
18,6 46,51 32,55
81,4 53,49 67,45
Sangat kurang Sangat kurang
F. Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis dan yang tidak menggunakan katalis.
1. Konsep Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan
menggunakan katalis 9 18,6 81,4
Sangat kurang
dan yang tidak menggunakan katalis.
G. Menjelaskan
pengertian, peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram 1. Konsep peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan
diagram 10 32,55 67,45
Sangat kurang H. Menentukan orde
reaksi
1. Menentukan orde reaksi
11 14
13,95 100 56,98
86,05 0 43,03
Sangat kurang Baik I. Menjelaskan peranan
katalis dalam mahluk hidup dan industri 1. Menjelaskan peranan
katalis pada industri 12 9,30 90,7
Sangat kurang
Rata-rata Total 32,12 67,87
Catatan : Angka yang dicetak miring adalah harga rata-rata, dan angka yang dicetak merah adalah soal hitungan yang di identifikasi
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Data pada Tabel 4 diperoleh persentase rata-rata total siswa yang mampu menjawab soal kimia materi Laju Reaksi sebesar 32,12%. Pembahasan lebih rinci untuk masing-masing aspek adalah sebagai berikut:
4.2.1 Konsep Konsentrasi (Kemolaran Larutan).
Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata 29,07% siswa yang mampu menghitung kemolaran dan konsentrasi larutan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang.
Pemahaman siswa terhadap konsep kemolaran larutan dengan tepat dilihat dari jawaban yang diberikan. Fakta ini disebabkan siswa kurang memahami konsep kemolaran dengan baik terutama dalam menghitung konsentrasi larutan.
Pada Tabel 4 sebanyak 39,53% siswa yang menjawab benar pada soal nomor 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat menghitung volume campuran setelah penambahan Air pada larutan NaOH. Sedangkan siswa yang menjawab salah sebanyak 60,47%. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh siswa sebanyak 13,9% obsen D, 4,4% obsen A, 34,9% obsen B yang merupakan jawaban benar, dan 44,2% obsen C. Ketidakmampuan siswa dalam hal ini bisa disebabkan karena siswa cenderung kurang memahami konsep kemolaran dengan baik terutama dalam menghitung volume campuran atau molaritas campuran. Berdasarkan jawaban yag diberikan bisa juga disebabkan karena pembelajaran yang diberikan oleh guru kurang menitikberatkan pada materi yang dianggap sulit oleh siswa.
Pada Tabel 4 soal nomor 3 diperoleh sebanyak 18,60% siswa yang menjawab benar karena mereka memahami konsep kemolaran dengan tepat sehingga meskipun konsep dalam soal diubah, namun mereka masih mampu untuk menyelesaikannya.
Sedangkan sebanyak 81,4% siswa yang menjawab salah. Kenyataan ini menandakan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang.
Penyebab kesalahan ini yaitu siswa belum memahami konsep kemolaran dengan tepat. Dari fakta diatas dapat dijelaskan penyebab utama ketidakmampuan siswa terletak pada pemahaman siswa yang sangat kurang terhadap konsep kemolaran pada materi laju reaksi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil persentase jawaban siswa tiap obsen yaitu sebanyak 23,26% memilih obsen A (jawaban benar), 39,5%
obsen B, 23,26% obsen C serta D 9,3%.
4.2.2 Konsep Laju Reaksi Berdasarkan Perubahan Konsentrasi Pereaksi Atau Produk.
Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata 41,85% siswa mampu memahami konsep laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. konsep laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk ditinjau dari laju bertambahnya konsentrasi produk dalam satu satuan waktu ketika penambahan pada reaktan kemudian menghitung laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. Hal ini termasuk dalam kategori sangat kurang.
Penyebabnya adalah siswa kurang memahami masing-masing konsep yang terkandung dalam indikator.
Pada soal nomor 2 mengenai laju bertambahnya konsentrasi produk dalam satu satuan waktu berdasarkan reaksi 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g) maka laju NO akan bertambah. Berdasarkan hal tersebut persentase dari siswa menjawab benar sebanyak 16,27%. Sedangkan siswa yang menjawab salah sebesar 83,73%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat
dikategorikan sangat kurang. Penyebab kesalahan siswa dalam soal tersebut karena kurang memahami konsep laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi produk, dimana mereka menganggap bahwa laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu satuan waktu (pilihan jawaban B) berdasarkan persamaan reaksi diatas. Persentase jawaban siswa tiap obsen yaitu: sebanyak 32,6% A, 11,6% B, 26,7% C, serta D hanya sebesar 13,9% jawaban benar yang dipilih oleh siswa
Soal berikutnya yang ditunjukan oleh soal nomor 5 yakni menghitung laju reaksi perubahan konsentrasi pereaksi atau produk berdasarkan persamaan reaksi 2A + B → A2B. Persentase siswa yang menjawab benar sebanyak 9,30%, sedangkan
siswa yang menjawab salah sebesar 90,7%. Fakta ini menunjukan bahwa pemahaman siswa pada aspek ini termasuk dalam kategori sangat kurang sehingga kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal hitungan khususnya menghitung laju reaksi belum tepat. Menentukan laju reaksi setelah 25% A bereaksi maka hal yang paling utama dicari adalah 25% zat A yang bereaksi setelah diketahui mol zat A mula-mula, untuk memperoleh sisa zat setelah bereaksi maka mol zat A mula-mula dikurangi mol zat a setelah bereaksi. Kemudian masukan formula rumus v = k[A][B] maka akan diketahui hasilnya. Namun hanya 6,9% yang menjawab benar yaitu obsen B, 34,9%
obsen A, 27,9% C, dan D 20,9%.
Soal nomor 13 Berdasarkan data pada Tabel 4 merupakan soal essay yang membutuhkan cara penyelesaian siswa dari minimal diketahui sampai benar menulis
formula rumusnya. Dalam penyelesaian soal ini 100% siswa mampu menjawab benar. Selain pemahaman mereka mengenai penentuan konsentrasi campuran.
Kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal khususnya hitungan dari penulisan minimal diketahui sampai benar menulis formula rumus pun hampir semua tepat.
Fakta ini menunjukan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Jawaban yang diberikan mulai dari diketahui V1, V2, M1, M2 dan ditanya konsentrasi campuran hingga penyelesaian menggunakan formula rumus ditulis dengan tepat.
4.2.3 Menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi (Konsentrasi, Luas Permukaan, Suhu, Dan Katalis) Melalui Percobaan.
Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata siswa yang menjawab benar 56,58%. Fakta ini menunjukan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tersebut termasuk dalam kategori cukup baik. Sementara rata-rata siswa yang belum mampu menjawab dengan benar atau salah sebesar 43,41%. Dari 56,58% siswa yang menjawab benar, sebanyak 34,88% siswa menjawab benar pada soal nomor 6, sedangkan sebesar 65,12% menjawab salah. Soal berikutnya yang ditunjukan oleh soal nomor tujuh yakni menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan persamaan reaksi CaCO3(s) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
yang disediakan dalam bentuk tabel namun persentase siswa yang menjawab benar sama dengan persentase siswa menjawab benar pada soal nomor 6 yaitu hanya sekitar 34,88%. Dan persentase siswa yang menjawab salah pun lebih besar dari persentase jawaban benar yaitu sebanyak 65,12%. Persentase tiap-tiap obsen sebanyak 25,58%
A, 2,33% B, 32,56% B (pilihan jawaban benar), dan 25,58% untuk obsen D. Hal ini menunjukan bahwa masih kurangnya pemahaman siswa dalam menentukan faktor- faktor yang memepengaruhi laju reaksi. Sehingga aspek ini dikategorikan sangat kurang. Kenyataan ini dikarenakan siswa mendapatkan kesulitan pada saat menentukan gambar wadah yang laju reaksinya dipengaruhi oleh faktor luas permukaan.
Berdasarkan data pada Tabel 4 Soal nomor 15 merupakan soal essay yang membutuhkan analisis yang cermat oleh siswa. Persentase siswa dalam menyelesaikan soal ini sebanyak 100% siswa menjawab benar. Fakta ini menunjukan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tersebut termasuk dalam kategori sangat baik.. Hal ini disebabkan karena dalam menentukan pengaruh laju rekasi berdasarkan gambar yang telah di sajikan maka ke-2 tabung hanya dipengaruhi oleh luas permukaan bidang sentuh yaitu antara kepingan dan serbuk MgCO3 serta suhu air yang berbeda yaitu 25C dan 35C karena pelarut yang digunakan sama. Hampir semua mereka menjawab yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan gambar tersebut adalah luas permukaan dan bidang sentuh yang berbeda.
4.2.4 Menafsirkan Grafik Dari Data Percobaan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata 11,62% siswa yang menjawab benar untuk soal nomor 4. Sedangkan sebanyak 88,38% siswa yang menjawab salah pada soal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Penyebab kesalahan
siswa dalam soal tersebut karena kurang memahami konsep penentuan grafik orde reaksi berdasarkan persmaan reaksi yang merupakan grafik reaksi orde dua. Ketidakmampuan siswa dalam hal ini disebabkan karena siswa cenderung kurang memahami konsep penentuan orde reaksi. Mereka berpikir bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi orde satu sehingga sebanyak 51,16% memilih obsen D, 25,58% obsen C, 9,3% obsen B, dan hanya sedikit siswa yang menjawab benar yaitu 11,6% menjawab obsen A.
4.2.5 Menjelaskan Pengaruh Konsentrasi, Luas Permukaan Bidang Sentuh Dan Suhu Terhadap Laju Reaksi Berdasarkan Teori Tumbukan.
Berdasarkan data pada Tabel 4 soal nomor 8 sebanyak 18,6% siswa yang mampu menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. Makin besar frekunsi tumbukan maka makin besar konsentrasi, makin luas permukaan, serta makin tinggi suhu sehingga semakin cepat rekasi dan banyak molekul yang mencapai energi pengaktifan. Namun hanya 23,36% menjawab benar (pilihan jawaban C), 26,7%
memilih B, 41,86% D dan tdak ada satu pun yang memilih obsen A. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Pemahaman siswa terhadap konsep faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dengan tepat dilihat dari jawaban yang diberikan.
Fakta ini disebabkan siswa kurang memahami konsep laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dengan baik sehingga siswa mengalami kesulitan saat menentukan faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tummbukan.
g NO g N O g
NO2 3 2 5
Soal berikutnya yang ditunjukan oleh soal nomor 16 yakni menentukan laju pembentukan senyawa. Soal ini merupakan soal essay yang membutuhkan cara penyelesaian siswa dari minimal diketahui sampai benar menulis formula rumusnya.
Dalam penyelesaian soal ini kebanyakan siswa hanya mampu menulis dari minimal diketahu dalam soal sampai apa yang ditanyakan dalam soal. Persentase siswa dalam menyelesaikan soal ini sebanyak 46,51% siswa menjawab benar. Sedangkan sebanyak 53,49% siswa yang menjawab salah pada soal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Ketidakmampuan siswa dalam hal ini disebabkan karena siswa cenderung kurang memahami konsep laju pembentukan senyawa.
Dari uraian diatas diperoleh rata-rata total siswa yang menjawab benar untuk konsep laju reaksi berdasarkan teori tumbukan sebanyak 32,55% dan siswa yang mengalami kesulitan atau menjawab salah sebesar 67,45%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat dikategorikan sangat kurang.
4.2.6 Membedakan Diagram Energi Potensial Dari Reaksi Kimia Dengan Menggunakan Katalis Dan Yang Tidak Menggunakan Katalis.
Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata 18,6% siswa yang menjawab benar untuk soal nomor 9. Sedangkan sebanyak 81,4% siswa yang menjawab salah pada soal tersebut. Hanya sedikit siswa yang mampu membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis dan yang
tidak menggunakan katalis. Karena katalis berfungsi menurunkan energi pengaktifan yaitu mempercepat laju reaksi dan menurunkan energi aktivasi namun tidak ikut bereaksi. Sebagian besar siswa memilih reaksi tanpa katalis yaitu sebanyak 51,26%
obsen C, 6,9% D, 25,58% A, dan hanya sedikit yang memilih jawaban benar yaitu B sebanyak 13,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Ketidakmampuan siswa dalam hal ini disebabkan karena siswa cenderung kurang memahami energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis dan tanpa menggunakan katalis.
4.2.7 Menjelaskan Pengertian, Peranan Katalis Dan Energi Pengaktifan Dengan Menggunakan Diagram.
Berdasarkan data pada Tabel 4 untuk soal nomor 10 diperoleh rata-rata 32,55% siswa yang mampu menentukan menentukan peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram. Sementara itu sebanyak 67,45% siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram. Karena pengaruh katalis adalah menurunkan energi aktivasi tapi hasil reaksi tetap, hal ini tidak dipahami oleh siswa. Mereka hanya mampu menentukan defenisi katalis namun konsepnya belum dipahami dengan baik sehingga hanya 34,9% menjawab benar yaitu obsen B, sementara itu sebanyak 32,56% menjawab D, 2,33% C, 20,9% A. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang.
4.2.8 Menentukan Orde Reaksi
Berdasarkan data pada Tabel 4 soal nomor 11 sekitar 13,95% siswa yang mampu menentukan orde reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Pemahaman siswa terhadap konsep penentuan orde reaksi dengan tepat dilihat dari jawaban yang diberikan.
Sebanyak 44,2% menjawab B, 27,9% menjawab D yaitu reaksi orde dua, 6,9%
memilih A, dan hanya 13,9% yang menjawab benar obsen C yaitu reaksi orde satu.
Fakta ini disebabkan siswa kurang memahami konsep penentuan orde reaksi dengan baik sehingga siswa mengalami kesulitan saat menentukan orde reaksi yang untuk reaksi X Y P Q. Sedangkan sebesar 86,05% menjawab salah atau siswa mengalami kesulitan saat menentukan orde reaksi.
Soal berikutnya yang ditunjukan oleh soal nomor 14 yakni menentukan orde reaksi. Soal ini merupakan soal essay yang membutuhkan cara penyelesaian siswa dari minimal diketahui sampai benar menulis formula rumusnya. Persentase siswa dalam menyelesaikan soal ini sebanyak 100% siswa menjawab benar. Fakta ini menunjukan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Selain hal tersebut, cara penyelesaian soal siswa juga mendukung artinya mereka mampu menulis dari minimal soal itu diketahui sampai benar menulis formula rumusnya. Meskipun hasil akhir jawaban tersebut kurang tepat namun siswa sudah mampu dalam mengidentifikasi soal.
Dari uraian diatas diperoleh rata-rata total siswa yang menjawab benar untuk konsep penentuan orde reaksi sebanyak 56,98% dan siswa yang mengalami kesulitan atau menjawab salah sebesar 43,03%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat dikategorikan cukup baik.
4.2.9 Menjelaskan Peranan Katalis Dalam Mahluk Hidup Dan Industri
Berdasarkan data pada Tabel 4 soal nomor 12 diperoleh rata-rata 9,30% siswa yang mampu menentukan peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri.
Sementara itu sebanyak 90,7% siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri. Pemahaman siswa terhadap konsep peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri dengan tepat dilihat dari jawaban yang diberikan yaitu sebanyak 53,5% memilih obsen B, mereka tidak berpikir bahwa penggunakan vanadium pentaoksida dalam pembuatan SO3 adalah sebagai katalis yaitu menurunkan energi aktivasi sehingga hanya 9,5% yang menjawab benar obsen C, sementara 6,12% memilih A, 9,5% memilih obsen D. Fakta ini disebabkan siswa kurang memahami peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa gambaran kemampuan siswa SMA 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan Laju Reaksi berdasarkan pada Sembilan indikator sebagai berikut :
1. Konsep Kemolaran sebanyak 29,07%
2. Konsep Laju Reaksi Berdasarkan Perubahan Konsentrasi Pereaksi Atau Produk Sebesar 41,85%
3. Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi (Konsentrasi, Luas Permukaan, Suhu, Dan Katalis) Melalui Percobaan sebanyak 56,58%.
4. Konsep Grafik Dari Data Percobaan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi sebanyak 11,62%.
5. Konsep Pengaruh Konsentrasi, Luas Permukaan Bidang Sentuh Dan Suhu Terhadap Laju Reaksi Berdasarkan Teori Tumbukan sebanyak 32,55%.
6. Konsep Diagram Energi Potensial Dari Reaksi Kimia Dengan Menggunakan Katalis Dan Yang Tidak Menggunakan Katalis sebanyak 18,6%.
7. Konsep Peranan Katalis Dan Energi Pengaktifan Dengan Menggunakan Diagram sebanyak 32,55%
8. Konsep Menentukan Orde Reaksi sebanyak 56,98%
9. Konsep Peranan Katalis Dalam Mahluk Hidup Dan Industri 9,30% .
Secara keseluruhan diperoleh bahwa semakin tinggi tingkat kesukaran soal tersebut maka semakin rendah kemampuan siswa menyelesaikannya.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dengan melihat rendahnya kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, kepada guru pengajar hendaknya lebih menekankan dan menitikberatkan materi pada letak-letak kesulitan yang dialami siswa.
2. Penelitian ini masih bersifat terbatas pada materi Laju Reaksi, untuk itu kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian untuk materi lain pada mata pelajaran kimia.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, Moh. 1987. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberti
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Dewi, Shinta Rosalia. 2011. Inovasi Tanpa Batas Guru Kimia. Yogyakarta: Kendi
Mas Media
Febryani Putri, Luvia dan Janet Trineke Manoy. Identifikasi Kemampuan Matematika Siswa Dalam Memecahkan Masalah Aljabar Di Kelas Viii Berdasarkan Taksonomi Solo.
(http://www.google.com/url?q=http://ejournal.unesa.ac.id/article/2368/30/artic le.pdf, diakses 20 maret 2013)
Ilman Nafi’an, Muhammad. Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar.
(http://www.google.com/eprints.uny.ac.id/7413/1/p 53.pdf, diakses 20 maret 2013)
Maleong, Lexi J. 2004, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mirna. 2012. Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas X MAN Model Gorontalo Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Kimia Materi Reaksi Redoks. Skripsi. Gorontalo:
UNG
Nazar, Muhammad. 2009. Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Pada Konsep Faktor- faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi. Jurnal kimia, (online).
(http://www.unsiyah.ac.id, diakses 28 juli 2013)
Nur Fitria, Titis. 2012. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berbahasa Inggris Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.
(http://www.google.com/url?q=http://ejournal.unesa.ac.id/article/2799/30/artic le.pdf, diakses 20 maret 2013).
Pouji, Haidar.2009.Deskripsi Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Fisika Unit Gerak Melingkar Beraturan. Skripsi. Gorontalo: UNG
Purba, Michael. 2007, Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). CV. Alfabeta.
Bandung.
Uno, Hamzah. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajran. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarti, Jaskun. 2011. Kajian Pragmatik Kemampuan Siswa dalam Menyelesaian Soal Matematika Berbasis Cerita di SMP N 6 Cilacap Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011.
(http://www.google.com/url?q=http://www.kopertis6.or.id/journal/index.php/e ks/article/download/82/76%2520%2520%255B27, diakses 20 maret 2013)
CURICULLUM VITAE
Jainab Soleman, NIM: 441409029. Lahir di Topo, 05 Mei 1991.
Anak ke-4 dari empat bersaudara, dari pasangan Soleman Taha dan Rabo Ismail. Menjadi mahasiswa strata satu (S1) di Universitas Negeri Gorontalo pada Fakultas Matematika dan IPA (F. MIPA) jurusan pendidikan kimia angkatan 2008/2009. Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya pada:
1. Sekolah dasar SD Negeri 2 Topo, lulus tahun 2004 2. SMP Negeri 1 Kota Tidore Kepulauan , lulus tahun 2006 3. SMA Muhammadiyah 3 Soadara, lulus tahun 2009
4. Tingkat sarjana pendidikan pada Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan IPA Jurusan Pendidikan Kimia Tahun 2013
Selama studi di UNG, penulis mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus, antara lain:
1. Peserta Masa Integrasi Mahasiswa Baru (MIMBAR) tahun 2009
2. Peserta penerimaan mahasiswa jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Kimia (HIMKA) Universitas Negeri Gorontalo tahun 2009
3. Pengurus Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) Universitas Negeri Gorontalo Periode 2010/2011
4. Peserta Kuliah Kerja Sibermas (KKS) Tematik Posdaya periode Juli-Agustus 2012 di desa Inobonto Kecamatan Bolaang Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011/2012
5. Peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL-2) di SMA Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo periode November 2012 sampai Februari 2013.
6. Peserta penerimaan Orientasi Kehidupan Asrama (ORKAM ) di asrama putri UNG periode 2009
7. Pengurus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Universitas Negeri Gorontalo periode 2010/2011
Lampiran 1
KISI-KISI TES Mata Pelajaran : Kimia
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi dasar
Indikator Tingkat kesukaran
C1 C2 C3 C4 C5 C6 Item soal
Juml ah soal
3.1
Mendeskrip -sikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor- faktor yang mempengar uhi laju reaksi
Menghitung konsentrasi larutan (kemolaran larutan.
Mudah √ 11
Sedang √ 1 2
Sukar
Menghitung laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
Mudah √ 12
3
Sedang √ 2
Sukar √ 3
Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaru hi laju reaksi (konsentrasi, luas
permukaan, suhu, dan katalis) melalui percobaan.
Mudah
2
Sedang √ 4 &
14
Sukar
Menafsirkan grafikdari data percobaan
Mudah
1
Sedang √ 5
tentang faktor-faktor yang
mempengaru hi laju reaksi
Sukar
3.2
Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaska n faktor- faktor penentu laju dan orde reaksi, dan
terapannya dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas
permukaan bidang sentuh dan suhu
terhadap laju reaksi berdasarkan teori
tumbukan.
Mudah
2
√
6 &
15 Sedang
Sukar
Membedakan diagram energi
potensial dari reaksi kimia dengan mengghunak an katalis dan yang tidak menggunaka n katalis.
Mudah
1
Sedang √ 7
Sukar
Menjelaskan pengertian, peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunaka n diagram.
Mudah √ 8
Sedang 1 Sukar
Menentukan orde reaksi.
Mudah Sedang 2
Sukar √ 9 &
13
Menjelaskan peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri
Mudah √ 10
1 Sedang
Sukar
Jumlah 15
Berdasarkan data diatas maka diperoleh:
1. Soal mudah 100 30% 16
5 x
2. Soal sedang 100 50% 16
8 x
3. Soal sukar 100 20% 16
3 x
Lampiran 2
SOAL
MATERI LAJU REAKSI Petunjuk :
Isilah biodata dengan lengkap dilembaran yang telah disediakan.
Soal ini terdiri dari 16 soal, 12 soal Pilihan Ganda dan 4 soal Essay
Waktu yang disediakan 90 menit
1. Berapa mL air harus dicampur dengan 100 mL larutan NaOH 0,5 M sehingga menjadi 0,2 M….
a. 200 mL b. 150 mL c. 100 mL d. 145 mL
2. Laju reaksi 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g) dapat dinyatakan sebagai….
a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 dalam satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 dalam satu satuan waktu d. Laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu
3. Massa kristal NaOH yang dibutuhkan untuk membuat 250 mL larutan 0.1 M adalah…..gr (Dik : Ar Na = 23, O = 16, H = 1)
a. 1,0 b. 0.1 c. 10 d. 100
4. Nitrogen dioksida NO2, bereaksi dengan nitrogen trioksida membentuk dinitrogen pentaoksida, N2O5 dan menurut persamaan:
Berdasarkan persamaan di atas, grafik hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi N2O5 adalah….
a. B. c.
g NO g N O g
NO2 3 2 5
d.
5. Dari reaksi: 2A + B → A2B, diketahui laju reaksi v = 0,8 [A] [B]. Ke dalam wadah 4 liter dimasukkan 4,8 mol zat A dan 3,2 mol zat B. Laju reaksi setelah 25% zat A bereaksi adalah….
a. 1,152 M/s b. 0,1152 M/s c. 0,01152 M/s d. 11,52 M/s
6. Berikut ini beberapa gambar reaksi CaCO3 dengan larutan HCl 2 M pada masing- masing wadah dengan massa CaCO3 yang sama.
Gambar yang laju reaksinya hanya dipengaruhi oleh luas permukaan adalah ….
a. 1 terhadap 2 b. 1 terhadap 3 c. 1 terhadap 4 d. 3 terhadap 4
7. Data percobaan dari reaksi:
s HCl aq CaCl aq H O l CO g
CaCO3 2 2 2 2
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah…..
a. Massa CaCO3 dan konsentrasi HCl b. Bentuk CaCO3 dan suhu
c. Bentuk CaCO3 dan konsentrasi HCl d. Suhu dan laju reaksi
8. Perhatikan beberapa pernyataan di bawah ini.
1) Makin besar konsentrasi, makin besar pula frekuensi tumbukan.
2) Makin tinggi suhu, makin banyak molekul yang mencapai energi pengaktifan.
3) Makin kecil luas permukaan, semakin besar suhu yang dibutuhkan untuk proses tumbukan.
4) Makin luas permukaan, makin banyak tumbukan, semakin cepat reaksi.
5) Makin besar suhu, makin kecil konsentrasi, semakin lambat frekuensi tumbukan.
Pernyataan yang benar tentang pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuhan dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan adalah…..
a. 1, 2 b. 1, 3, 5 c. 1, 2, 4 d. 1, 4
Untuk soal nomor 7 dan 8 perhatikan diagram di bawah ini!
9. Energi aktivasi berdasarkan diagram di atas ditunjukan oleh huruf…..
a. R → P b. R → S c. R → Q d. P → S
10. Bagaimana pengaruh katalis dalam reaksi tersebut terhadap nilai Ea dan ΔH……
a. Ea tidak berubah, ΔH menurun b. Ea menurun, ΔH tidak berubah c. Ea menurun, ΔH menurun d. Ea meningkat, ΔH menurun
11. Percobaan kinetika reaksi X Y P Q menghasilkan data sebagai berikut:
Orde reaksi terhadap X adalah…….
a. Nol b. Setengah c. Satu d. Dua
12. Dalam suatu pabrik, proses pembuatan SO3 menggunakan suatu katalis yaitu Vanadium Pentaoksida menurut persamaan reaksi:
g O g SO g
SO3 2 2 3
Fungsi katalis dalam reaksi tersebut adalah……..
a. Meningkatkan hasil reaksi
b. Meningkatkan jumlah tumbukan partikel-partikel pereaksi c. Menurunkan energi aktivasi
d. Meningkatkan energi kinetik pereaksi SOAL ESSAY
13. Hitunglah Konsentrasi campuran jika Sebanyak 500 mL larutan Ca(OH)2 0.1 M dicampur dengan larutan 250 mL Ca(OH)2 0.4 M!
14. Perhatikanlah data berikut!
Berdasarkan data dari persmaan reaksi 2A + B → C + D maka tentukan:
a. Orde reaksi [A]
b. Orde reaksi [B]
c. Orde total
d. Persamaan laju reaksi
15. Perhatikanlah gambar di bawah ini!
Jelaskanlah faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan kedua gambar di atas!
16. Diketahui laju reaksi zat C = 2.4 x 10-4 M/s. Jika persamaan reaksinya: A + 2C → AC2 maka tentukanlah laju pembentukan senyawa AC2!
Lampiran 3
KUNCI JAWABAN 1.
2. N2O5 mempunyai orde dua terhadap laju reaksi. Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap laju reaksi jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.
3.
150 2 , 0
30
2 , 0 20 50
2 , 0 . 100 100
. 5 , 0
. .
:
? ...
: tan
100 2 , 0
5 , 0 :
2 2 1
1 2 1 2
1
x x
x x V M V
M an penyelesai
V ya di
mL V
M M
M M
Diketahui
M/s 0.1152
4 6 , 1 4 0.8 3,6
[B]
[A]
0,8 v
mol 0.6 mol
1.6 mol
3.6 : Sisa
mol 0.6 mol
0.6 mol
1.2 : Bereaksi
- mol
3.2 mol
4.8 : mula - Mula
2A
: bereaksi A
25%
setelah reaksi
laju Menentukan
2 , 1
8 , 100 4 bereaksi 25
A zat 25%
mol 3.2 mula - mula A zat Mol
2 2
2
B A B
mol
mol x
4. Gambar yang laju reaksinya dipengaruhi oleh luas permukaan adalah Gambar 1 terhadap 4 dengan bentuk kepingan CaCO3 pada Gambar 1 menggunakan pengaduk serta bentuk halus CaCO3 pada Gambar 4 menggunakan pengaduk.
5. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi pada data tersebut adalah luas permukaan bidang sentuh atau bentuk CaCO3 dan konsentrasi HCl.
6. Pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuhan dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan sebagai berikut:
a. Makin besar konsentrasi, makin besar pula frekuensi tumbukan.
b. Makin tinggi suhu, makin banyak molekul yang mencapai energi pengaktifan.
c. Makin luas permukaan, makin banyak tumbukan, semakin cepat reaksi.
d. Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi
7. Energi aktivasi sama artinya dengan energi pengaktifan. Dari diagram perubahan energi suatu reaksi dalam soal diperoleh sebagai berikut. Karena katalis berfungsi menurunkan energi pengaktifan, maka katalis berfungsi sebagai katalisator yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dan menurunkan energi aktivasi. Reaksi dengan katalis ditunjukan oleh huruf R → S.
8. Katalis hanya mempercepat rekasi dengan cara menurunkan energi aktivasi (Ea) tanpa ikut bereaksi.
9.
1 2 1 2
1
01 , 0 8 , 0
01 , 0 4 , 0 4
75 / 1
8 152 / 1
, 1 :
2 1
:
2 1
m
k k
v t sehingga waktu
t dengan terbalik
berbanding v
Y X k
Y X k V dan V Data
berikut sebagai
adalah X
terhadap reaksi
Orde
m
n m
n m
n m
n m