51
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA PADA SISWA KELAS VIIIG SEMESTER 1
SMP NEGERI 2 TUNTANG TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Veronika Kunthi Hartati SMP Negeri 2 Tuntang
ABSTRAK
Berdasarkan pengalaman mengajar materi “Sistem Pencernaan Manusia” di SMP Negeri 2 Tuntang selama 3 tahun terakhir, dari 30 siswa hanya 14 siswa yang mendapat nilai 64 keatas atau prosentase ketuntasan hanya 46,66%. Peneliti merasa perlu untuk menerapkan model pembelajaran Discovery Learning yang diyakini dapat meningkatkan hasil belajar IPA Biologi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada materi sistem pencernaan manusia. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII G semester 1 SMP Negeri 2 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada 30 siswa selama 2 kali siklus. Pada perbaikan siklus I siswa yang tuntas 19 siswa (63,33%) dan pada perbaikan siklus II menjadi 29 siswa (96,66%), maka dapat dikatakan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning di kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi
“Sistem Pencernaan Manusia” adalah berhasil karena sudah mengalami peningkatan ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang dengan materi “Sistem Pencernaan manusia”.
Kata Kunci: model pembelajaran Discovery Learning, hasil belajar meningkat
Pendahuluan
Berdasarkan pengalaman mengajar materi “Sistem Pencernaan Manusia” di SMP Negeri 2 Tuntang selama 3 tahun terakhir, hasil belajar siswa belum seperti yang diharapkan. Rata-rata nilai yang diperoleh 58 dan itu masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu 64, dari 30 siswa hanya 14 siswa yang mendapat nilai 64 keatas atau prosentase ketuntasan hanya 46,66%. Karena itulah dirasa perlu untuk meneliti materi “Sistem Pencernaan Manusia”.
Pada saat mengajar materi sistem pencernaan manusia ini guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan kelihatanya masih belum berhasil maksimal. Peneliti merasa perlu untuk menerapkan model pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPA Biologi. Model pembelajaran yang dipilih adalah model Discovery Learning.
Apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA Biologi pada materi sistem pencernaan manusia di kelas VIII G?
52
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada pokok bahasan sistem pencernaan manusia.
Djamarah (2002:142) menyatakan bahwa: “Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu: (1) faktor lingkungan: lingkungan alami dan lingkungan budaya; (2) faktor instrumental: kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru;
(3) kondisi fisiologis: kondisi fisiologis, kondisi panca indra; (4) kondisi psikologis: minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif.
Keberhasilan dalam belajar perlu dinilai, hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana dan Visana (2001: 7) yang menyatakan bahwa: “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.
Arikunto (1997:282) ia menyatakan bahwa: “Bagi seorang siswa nilai merupakan cermin dari keberhasilan belajar. Namun bukan hanya siswa sendiri yang memerlukan cermin keberhasilan belajar, guru dan orang lainpun memerlukannya”.
Dari uraian di atas, belajar mempunyai beberapa pengertian yaitu yang pertama bahwa belajar merupakan perubahan-perubahan dari proses bekerjanya urat syaraf. Kedua belajar mepunyai arti kemampuan menyusun dan mengatur lingkungan dengan sebaik–
baiknya dan yang ketiga belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh pengertian dan pengembangan sikap. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai (dilaksanakan, dikerjakan), sedang pengertian hasil belajar dalam pembahasan ini yang peneliti maksud adalah hasil diperoleh dari proses belajar dengan nilai tinggi maupun rendah, baik dalam bentuk nilai kualitatif maupun kuantitatif.
Pendapat Bruner menyatakan bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas dijadikan dasar ide Bruner. Bruner memakai strategi yang disebutnya Discovery Learning, dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41).
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43).
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan.
Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Sund dalam Malik, 2001:219).
Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru.
Menurut pandangan konstruktifisme dalam proses pembelajaran IPA seyogyanya disediakan serangkaian pegalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti oleh siswa dan memungkinkan terjadinya interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses pembelajaran berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan
53
nyata. Dan satu alternatifnya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran IPA.
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: “Penerapan model pembelajaran Discovery learning berbantuan alat peraga untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi sistem pencernaan manusia pada siswa kelas VIII G semester 1 SMP Negeri 2 Tuntang tahun pelajaran 2019/2020”. Berdasarkan rumusan ini peneliti berharap hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan manusia dapat meningkat.
Metode
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tiga bulan meliputi pengembangan instrument, pelaksanaan dan pelaporan yaitu mulai tanggal 12 Agustus sampai dengan 26 Oktober 2019. Mata pelajaran yang di teliti adalah IPA Biologi pada materi Sistem Pencernaan Manusia. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang berjumlah 30 orang siswa, yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.
Pelaksanaan penelitian ini melalui dua siklus, masing-masing siklus dua pertemuan dan terdiri dari empat tahap, yaitu: Perencanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting) (Arikunto, 2006).
Setiap siklus terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) perencanaan, (2) menyusun jadwal mengajar, (3) membuat perangkat pembelajaran, (4) menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan, (5) mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran berupa gambar pada buku paket siswa, (6) mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
Pada siklus I langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: Fase-1, Stimulation (pemberian rangsangan) (1) guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdo’a (2) guru memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin (3) guru memberi apersepsi dengan mengingatkan kembali materi tentang ciri makhluk hidup yaitu memerlukan nutrisi (4) guru memotivasi siswa dengan cara menunjukkan bermacam- macam kemasan produk makanan ringan (5) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (6) guru menyampaikan langkah pembelajaran dengan discovery learning (7) siswa diarahkan untuk duduk berkelompok. Fase 2, Problem statement (Pertanyaan/
Identifikasi masalah) (1) siswa diminta mengamati beberapa kemasan produk makanan ringan yang disukai (ada dalam LK “Ayo kita lakukan” buku paket halaman 157). Bagaimna caranya agar kamu dapat memenuhi kebutuhan gizi harian kamu? (2) meminta siswa mengajukan pertanyaan bagaimana mengidentifikasi bahan makanan pada produk kemasan.
Fase 3, Data collection (Pengumpulan data) (1) guru membimbing siswa dalam kelompok untuk mendiskusikan masalah berikut: (1) dengan membaca buku paket/referensi lainnya siswa mengerjakan setiap kegiatan yang ada dalam LK “Ayo kita lakukan” buku paket halaman 157, untuk menemukan cara mengidentifikasi bahan makanan pada produk kemasan. (2) siswa menentukan kandungan zat makanan yang ada pada tiap bahan penyususn produk tersebut dan menuliskannya pada tabel yang tersedia. Fase 4, Data processing (pengolahan data) (1) siswa mendiskusikan tentang bagaimana cara mengidentifikasi bahan makanan pada produk kemasan di halaman 157 dan menyimpulkan berdasarkan manfaatnya. (2) guru bersama teman sejawat mengamati proses kegiatan
54
diskusi kelompok yang sedang berlangsung dan guru memberikan bimbingan pada siswa;
Fase 5, Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi) (1) siswa menuliskan generalisasi/kesimpulan tentang cara mengidentifikasi bahan makanan pada produk kemasan (2) setiap kelompok menulis hasil kerja kelompoknya pada kertas dan menempelkan pada papan pajangan (3) beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, kelompok lain menanggapi, dan guru memberi komentar terhadap hasil presentasi (4) guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi (5) guru memberikan tes tertulis secara individu di akhir siklus (6) siswa yang mendapat nilai 64 keatas kurang dari 80% maka dilakukan perbaikan.
Dalam pengamatan penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru (teman sejawat) yaitu seorang guru dari SMP Negeri 2 Tuntang Kecamatan Tuntang, yang bertugas mengamati selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan ini dituangkan dalam catatan lapangan yang telah dipersiapkan. Lembar Pengamatan 1 adalah data skunder (data yang berasal dari selain subjek) yang digunakan untuk menilai kinerja guru dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Lembar pengamatan 2 adalah data skunder (data yang berasal dari selain subjek) yang digunakan untuk menilai kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Lembar Pengamatan 3 adalah data primer yang digunakan untuk menilai aktivitas belajar siswa pada setiap siklus.
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis, memahami dan membuat kesimpulam berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi, serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Setelah peneliti memberikan pembelajaran pada siklus I mata pelajaran IPA materi sistem pencernaan manusia, peneliti mengalami permasalahan dari 30 siswa hanya 19 siswa yang memperoleh nilai 64 keatas (ketuntasan 63,33%) dengan rata-rata kelas 66,66.
Pada siklus I pembelajaran menggunakan metode discovery learning, kelas dibagi menjadi 8 kelompok masing-masing 4 siswa yang duduknya berdekatan, tiap kelompok melakukan pengamatan kemasan produk makanan ringan yang mereka bawa, kemudian menjawab pertanyan pada lembar diskusi. Pada saat kerja kelompok ada 3 kelompok dapat bekerja dengan baik dan semua anggotanya aktif sampai dapat membuat kesimpulan, ada 4 kelompok belum bisa bekerja sama masih mengerjakan sendiri-sendiri dan belum bisa menyimpulkan, ada 1 kelompok yang 2 anggotanya malah mencari kesibukan sendiri dan cenderung membuat gaduh.
Pembelajaran sudah berlangsung dua arah, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya ternyata ada beberapa siswa yang sudah berani bertanya tentang materi yang belum diketahui, tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru. Hal ini disebabkan guru kurang maksimal dalam menggunakan media pembelajaran, hanya menggunakan bungkus kemasan yang terbatas jumlah dan jenisnya sehingga pelajaran kurang menarik perhatian siswa, dan siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dari beberapa pernyataan tersebut, guru berusaha mencari jalan keluar untuk melakukan perbaikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah melakukan perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran IPA dengan materi “sistem pencernaan manusia” dan melakukan refleksi, guru masih belum puas dengan hasil belajar siswa (evaluasi). Pada
55
siklus I menggunakan gambar yang relatif kecil dan kurang jelas, sehingga pemahaman siswa pada materi klasifikasi kurang, maka pada siklus II digunakan torso, serta menggunakan benda sesungguhnya seperti beberapa jenis makanan, mortar dan alu, kertas HVS, Reagen, tabung reaksi, pembakar spirtus.
Pada siklus II, pelaksaannya berdasarkan refleksi dari siklus I dan pelaksanaannya pun sama, yaitu terdiri dari empat tahap pelaksanaan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Namun dalam proses kegiatan pembelajaran siklus II ini telah banyak dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan pada siklus I.
Jadi pada silkus ini merupakan siklus perbaikan.
Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.
Pada tahap identifikasi masalah dan perumusan masalah peneliti bekerja sama dengan teman sejawat dan pembimbing untuk mengungkap dan memperjelas permasalahan yang peneliti hadapi untuk dijadikan jalan pemecahan yang tepat. (1) Merancang pembelajaran dengan menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam pengamatan dan diskusi di kelas. (2) Memeriksa kembali lembar observasi sebagai panduan bagi observer dalam mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Lembar observasi ini difokuskan pada penggunaan media pengajaran pemahaman siswa dalam mengungkapkan kembali materi pembelajaran.
(3) Menyiapkan media pembelajaran seperti torso, serta menggunakan benda sesungguhnya seperti beberapa jenis makanan, mortar dan alu, kertas HVS, Reagen, tabung reaksi, pembakar spirtus.
Siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan, pertemuan pertama pada tanggal 24 September 2014, dan pertemuan kedua pada tanggal 26 September 2014. Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan, yang meliputi: Fase-1, Stimulation (pemberian rangsangan) (1) guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdo’a (2) guru memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin (3) guru memberi apersepsi dengan mengingatkan kembali materi tentang nutrisi (4) guru memotivasi siswa dengan cara menunjukkan gambar berbagai makanan (5) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (6) guru mengelompokkan siswa berdasarkan nilai ulangan siklus I secara heterogen dan merata. Fase 2, Problem statement (Pertanyaan/ Identifikasi masalah)(1) siswa diminta mengamati tabel 4.3 “Ayo, Kita selesaikan” pada buku paket halamanan 163.
Berapa jumlah asupan energi yang diperlukan sehari-hari dan menu yang sebaiknya dikonsumsi? (2) meminta siswa mengajukan pertanyaan berkaitan dengan kebutuhan nutrisi. Fase 3, Data collection (Pengumpulan data) Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk mendiskusikan masalah berikut: (1) dengan membaca buku paket/referensi lainnya siswa mengerjakan setiap kegiatan yang ada dalam LK “Ayo kita lakukan” buku paket halaman 167, untuk mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung lemak. (2) siswa mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung lemak dan menuliskan kesimpulannya. Fase 4, Data processing (pengolahan data)(1) siswa mendiskusikan tentang bagaimana cara mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung lemak. (2) guru bersama teman sejawat mengamati proses kegiatan diskusi kelompok yang sedang berlangsung dan guru memberikan bimbingan pada siswa. Fase 5, Generalization (menarik kesimpulan /generalisasi)(1) siswa menuliskan generalisasi/kesimpulan tentang cara mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung lemak. (2) setiap kelompok menulis hasil kerja kelompoknya pada kertas dan menempelkan pada papan pajangan (3) beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, kelompok lain menanggapi, dan guru
56
memberi komentar terhadap hasil presentasi (4) guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi (5) guru memberikan tes tertulis secara individu di akhir siklus.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Data yang diperoleh dikumpulkan melalui: (1) observer mengamati jalannya pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan guru yaitu:
persiapan, membuka pelajaran, memotivasi siswa, penguasaan materi, penyajian sesuai urutan materi, metode, percobaan, bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, pelaksanaan evaluasi, pelaksanaan sesuai alokasi waktu, penguasaan alat peraga, dan mengakhiri pembelajaran. (2) obsevasi mencatat semua temuan pada proses pembelajaran.
Peneliti dan pengamat berdiskusi tentang temuan pada proses pembelajaran dan mengambil kesimpulan sebagai hasil refleksi. Dari hasil pengamatan terhadap guru yang mengajar ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) dalam menyampaikan materi guru sudah menggunakan media pembelajaran dan metode yang sesuai (2) dalam menjelaskan materi pembelajaran guru memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan.
Dari hasil pengamatan siswa diperoleh temuan yaitu: perhatian siswa pada materi, keberanian siswa dalam bertanya, semangat siswa dalam mengikuti pelajaran, kemampuan siswa serta kesungguhan pada aturan, dan penyajian sesuai urutan materi.
Setelah peneliti memberikan pembelajaran siklus II mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi ” Sistem Pencernaan Manusia “, peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan nilai ulangan siklus I, siswa dikelompokkan berdasar nilai secara heterogen dan merata, serta menggunakan media pembelajaran berupa torso, serta menggunakan benda sesungguhnya seperti beberapa jenis makanan, mortar dan alu, kertas HVS, Reagen, tabung reaksi, pembakar spirtus serta metode yang bervariasi, serta memotivasi siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa yang mencapai tuntas menjadi 29 dari 30 siswa atau 96,66%
dengan rata-rata kelas 74,83.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila rata-rata kelas mencapai sekurang-kurangnya 70 atau siswa yang mendapat nilai 64 keatas sekurang-kurangnya 80%.
Penelitian dan Pembahasan
Berikut disajikan data dari setiap siklus dan pembahasannya.
Siklus I
Hasil belajar siklus I secara ringkas disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Ringkasan Hasil Belajar Siklus I
Banyak soal
Jumlah siswa
Banyak siswa yang menjawab
benar sedikitnya 70% dari soal yang diberikan
Persentase banyaknya siswa
yang menjawab benar sedikitnya 70% dari soal yang
diberikan
Kriteria indikator keberhasilan
Kesimpulan
10 30 19 63,33% siswa yang mendapat
nilai 64 keatas sekurang-kurangnya
80%.
Belum berhasil
57
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus I maka berdasarkan Tabel.1. diatas dapat dilihat hasil ulangan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Sistem Pencernaan Manusia“, kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Dari 30 siswa nilai rata-rata kelas 66,66, siswa yang mendapat nilai 64 keatas ada 19 siswa jadi ketuntasan mencapai 63,33%.
Siklus II
Hasil belajar siklus II secara ringkas disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Ringkasan Hasil Belajar Siklus II
Banyak
soal Jumlah
siswa Banyak siswa yang menjawab benar sedikitnya 70% dari soal yang diberikan
Persentase banyaknya siswa yang menjawab benar sedikitnya 70% dari soal yang diberikan
Kriteria indikator
keberhasilan Kesimpulan
10 30 29 96,66% siswa yang mendapat
nilai 64 keatas sekurang-kurangnya 80%.
Sudah berhasil
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus II hasil ulangan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi
“Sistem Pencernaan Manusia “, kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning. Dari 30 siswa nilai rata-rata kelas 74,83, siswa yang mendapat nilai 64 keatas ada 29 siswa jadi ketuntasan mencapai 96,66%.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus II hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Sistem Pencernaan Manusia “, kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan media pembelajaran yang lebih baik seperti torso, serta menggunakan benda sesungguhnya seperti beberapa jenis makanan, mortar dan alu, kertas HVS, Reagen, tabung reaksi, pembakar spirtus terjadi peningkatan. Dari 30 siswa nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 66,66 pada siklus II menjadi 74,83, pada siklus I siswa yang mendapat nilai 64 keatas ada 19 siswa jadi ketuntasan mencapai 63,33% sedang pada siklus II siswa yang mendapat nilai 64 keatas ada 29 siswa jadi ketuntasan mencapai 96,66%.
Berdasarkan hasil perolehan data mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Sistem Pencernaan Manusia” kelas VIII G di SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning, bahwa siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapat nilai 64 keatas. Dalam kegiatan sebelum diadakan perbaikan dari 30 siswa hanya 14 siswa yang mendapat nilai 64 keatas atau prosentase ketuntasan hanya 46,66%. Pada perbaikan siklus I meningkat menjadi 19 siswa (63,33%) dan pada perbaikan siklus II menjadi 29 siswa (96,66%). Apabila peningkatan ketuntasan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten semarang dengan materi “Sistem Pencernaan Manusia” menggunakan model pembelajaran Discovery Learning tersebut disajikan dalam tabel, maka akan terlihat seperti Tabel 3.
58
Tabel 3. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar
No Ketuntasan Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 19 63,33 29 96,66
2. Belum tuntas 11 36,67 1 3,34
Dengan melihat Tabel 3 di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pada siklus I siswa yang tuntas 19 siswa dari 30 siswa (63,33%) b. Pada siklus II siswa yang tuntas 29 siswa dari 30 siswa (96,66%)
Siswa yang belum tuntas sebagai berikut:
a. Pada siklus I siswa yang belum tuntas 11 siswa dari 30 siswa (36,67%) b. Pada siklus II siswa yang belum tuntas 1 siswa dari 30 siswa (3,34%) Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penyebab tidak dikuasainya materi ‘' Sistem Pencernaan Manusia “ adalah: (1) siswa tidak berani bertanya tentang materi yang belum diketahui setelah guru menjelaskan materi (2) guru dalam menyampaikan materi kurang dipahami oleh siswa (3) masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.
Berdasarkan hal tersebut diatas guru berusaha mengatasi permasalahan tersebut, agar pembelajaran berlangsung menarik, siswa berani bertanya dan mau mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Cara mengatasi (1) guru harus menguasai materi pembelajaran (2) guru dalam menyampaikan materi hendaknya menggunakan model Discovery Learning (3) guru membuat perencanaan pembelajaran yang benar (4) guru memotivasi siswa untuk memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh sungguh serta mendorong siswa agar berani bertanya tentang materi yang belum dimengerti (5) guru memberikan bimbingan terhadap siswa yang lambat / kurang dalam memahami pembelajaran (6) guru menggunakan media yang lebih menarik dan lebih jelas seperti torso, serta menggunakan benda sesungguhnya seperti beberapa jenis makanan, mortar dan alu, kertas HVS, Reagen, tabung reaksi, pembakar spirtus.
Berdasarkan hasil perolehan data bahwa siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapat nilai 64 keatas. Dalam kegiatan sebelum diadakan perbaikan dari 30 siswa hanya 14 siswa yang mendapat nilai 64 keatas atau prosentase ketuntasan hanya 46,66%. Pada perbaikan siklus I meningkat menjadi 19 siswa (63,33%) dan pada perbaikan siklus II menjadi 29 (96,66%), maka dapat dikatakan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning di kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Sistem Pencernaan Manusia” adalah berhasil karena sudah mengalami peningkatan ketuntasan belajar siswa.
Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran, yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih strategi, metode, dan media yang digunakan dalam pembelajaran.
59 SIKLUS I
Pembelajaran pada siklus I masih banyak hal-hal yang belum dilaksanakan oleh guru secara optimal seperti penggunaan alat peraga sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi kurang maksimal.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan kemasan produk makanan masih kurang menarik minat siswa. Hal ini disebabkan kurang jelasnya tulisan yang terlalu kecil ukurannya dan hanya dua dimensi.
Kelompok yang dibentuk berdasarkan tempat duduk ternyata kurang efektif karena ada kelompok yang terdiri dari anak-anak yang lemah sehingga pada saat kerja kelompok kurang berjalan dengan baik, dan juga ada kelompok yang tidak serius atau bahkan mencari kesibukan sendiri, sehingga kurang memahami materi pelajaran yang diterimanya.
Hasil analisis penilaian menunjukkan masih kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dari 30 siswa, yang mendapat nilai tuntas hanya 19 siswa (63,33%).
Sehingga peneliti merencanakan perbaikan siklus II.
SIKLUS II
Pada pembelajaran siklus II peneliti merancang dengan persiapan yang lebih matang. Alat peraga yang digunakan berupa media nyata yang dipersiapkan untuk tiap 8 kelompok kerja siswa.
Analisis penilaian hasil yang lebih baik daripada siklus I, keberhasilan pembelajaran ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru menggunakan alat peraga secara efektif disertai penjelasan metode Discovery Learning dan media nyata maka semua siswa akan aktif belajar. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok akan meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran.
Pembentukan kelompok berdasarkan perolehan nilai pada siklius I, dimana tiap kelompoknya terdiri dari siswa-siswa dengan nilai yang merata, ada yang tinggi dan ada yang rendah, guru membentuk kelompok secara heterogen. Guru juga menggunakan media yang lebih baik, torso, serta menggunakan benda sesungguhnya seperti beberapa jenis makanan, mortar dan alu, kertas HVS, Reagen, tabung reaksi, pembakar spirtus
Seperti yang dikemukakan pada kajian teori bahwa pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna bila dalam proses guru terampil memilih dan menentukan model dan media pembelajaran sesuai materi ajar.
Sebagai bukti bahwa pembelajaran itu berhasil adalah adanya hasil ulangan yang mencapai nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 64. Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sistem Pencernaan Manusia ini dinyatakan tuntas dengan nilai rata-rata mencapai 74,83 dan ketuntasan belajar 96,66%. Hal ini terbukti dari perolehan ulangan yang dilaksanakan guru setelah proses pembelajaran siklus II selesai.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII G SMP Negeri 2 Tuntang dengan materi “Sistem Pencernaan manusia”.
60
Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan Penelitian, peneliti kemukakan saran dan tindak lanjut sebagai berikut: (1) guru seyogyanya memberdayakan model pembelajaran Discovery Learning, agar tercapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan kreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan minat belajar siswa (2) guru melakukan bimbingan pada siswa secara intensif (3) guru hendaknya menciptakan situasi yang PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan) sehingga hasil belajar siswa akan optimal (4) guru hendaknya meningkatkan kompetensi mengajar dan kemampuan professional, agar dapat mengelola pembelajaran secara efektif dan efisien.
Daftar Rujukan
Arikunto. Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta
Djamarah, dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta
Muhibbin, Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Romaja Rosdakarya.
Peraturan Mendiknas RI No. 22 Tahun 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Tim FKIP.2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka
Wahono dkk.2013. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII Semester 1.
Politeknik Negeri Media Kreatif. Jakarta.
Wahono dkk.2014. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII Semester 1. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Balitbang. Kemdikbud.
Joyce, Trianto.2007;37. Pembelajaran Kooperatif Type.Bandung