• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan pengaruh metode edukasi antara film dan ceramah-demo deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan pengaruh metode edukasi antara film dan ceramah-demo deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGARUH METODE EDUKASI ANTARA FILM DAN CERAMAH-DEMO DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWI FAKULTAS FARMASI USD

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Gina Vinrensia NIM : 088114062

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERBEDAAN PENGARUH METODE EDUKASI ANTARA FILM DAN CERAMAH-DEMO DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWI FAKULTAS FARMASI USD

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Gina Vinrensia NIM : 088114062

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

So do not fear, for I am with you;

do not be dismayed, for I am your God.

I will strengthen you and help you;

I will uphold you with my righteous right hand.

(Isaiah 41: 10)

Kupersembahkan karya ini untuk:

My Lord Jesus Christ, sumber segala berkat dan kekuatanku

My Lovely Fam, Papah , Mamah yang selalu mengasihiku, mendukung

dan mendoakanku…..

Adik-adikku yang membuat aku selalu bertahan…..

Sahabat-sahabatku terkasih…..

Orang terkasihku yang selalu membuatku bersemangat

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia dan berkat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Perbedaan Pengaruh Metode Edukasi

Antara Film dan Ceramah-Demo Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta” yang

merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Bapak

Ipang Djunarko,

M.Sc., Apt. yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Fakultas Farmasi USD Yogyakarta

2. Kepala Program Studi Ibu Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, M.Pharm.,

Apt., yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian pada mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta

(9)

viii

4. Staf Fakultas Farmasi USD Yogyakarta yang telah memperlancar pengambilan data mahasiswi

5. Ibu Dra. I.M. Sunarsih Sutaryo, SU, Apt yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing yang telah memberikan semangat, masukan selama proses pembimbingan skripsi ini dan terimakasih atas bantuan narasumber untuk ceramah-demo dan bidan sebagai peraga SADARI dalam seminar yang telah diadakan

6. Ibu Maria Wisnu Donowati M.Si., Apt. sebagai dosen pembimbing kedua atas bantuan, masukan, dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dan berhasil

7. Ibu dr. Milana dan bidan Petronella selaku narasumber dalam seminar deteksi dini kanker payudara dengan SADARI, yang membantu pelaksanaan penelitian

8. Ibu dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK selaku dosen penguji skripsi yang memberikan

kritik dan saran yang sangat membangun bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini

9. Ibu Phebe Hendra S.Si., Apt., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan kritik dan saran yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini

(10)

ix

11. Bapak Abet Nego dan Ibu Susiati, orang tua penulis yang selalu mendoakan dan memberi saran selama masa penyusunan skripsi, serta selalu mengasihi dan memberi dorongan kepada penulis untuk terus maju

12. Adik penulis, Mona yang menjadi teman dalam susah dan senang dan

menjadi penghibur dikala sedih

13. Edward Yonathan Ych seorang terkasih yang menjadi penyemangat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini

14. Prisma A. M., Wenny D, Ida, Nisa, Rini, Rosi, Bapak dan Ibu Gatot dan seluruh penghuni kos PELANGI yang selalu memicu penulis untuk terus berusaha, terimakasih teman-teman.

15. Keluarga besar FKK A 2008 yang selalu menjadi pendukung selama perkuliahan dan masa penyusunan skripsi

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran tentang skripsi ini sehingga dapat menjadi manfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi para pembaca.

Yogyakarta, Februari 2012

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

(12)

xi

E. Bahan Penelitian ... 32

1. Populasi penelitian... 32

2. Sampel (responden/subyek), besar sampel dan teknik sampling .... 32

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Tata Cara Penelitian... 38

1. Perijinan... 38

2. Penelusuran data populasi ... 38

3. Pembuatan kuesioner ... 38

4. Pelaksanaan intervensi... 42

5. Posttest 1 bulan setelah intervensi ... 42

6. Pengolahan data ... 43

H. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Karakteristik Responden... 48

1. Umur... 48

2. Bidang pekerjaan orang tua ... 50

3. Uang saku per bulan ... 51

4. Latar belakang informasi tentang kanker payudara dan SADARI .. 52

B. Pengukuran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Sebelum Pemberian Edukasi Tentang Kanker Payudara dan SADARI . 54 C. Perbedaan Perubahan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta setelah Pemberian Edukasi dengan Metode Film dan Ceramah-demo tentang Deteksi Dini Kanker Payudara ... 56

1. Pengaruh metode film dan ceramah-demo tentang deteksi dini kanker payudara terhadap perubahan pengetahuan dan sikap mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta ... 56

2. Profil perubahan pengetahuan dan sikap berdasarkan karakteristik responden setelah intervensi dengan metode film dan ceramah-demo ... 62

D. Metode Yang Lebih Efektif Antara Metode Film Dan Ceramah-Demo Dalam Memberikan Edukasi Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi ... 74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 83

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Jumlah Sampel yang Hadir Pada Saat Intervensi di Tiap

Kelompok ... 35

Tabel II. Profil pertanyaan dalam kuesioner untuk mengukur

pengetahuan mengacu pada Henderson (2009) …..……….. 37

Tabel III. Profil pernyataan dalam kuesioner untuk mengukur sikap

mengacu pada Henderson ( 2009) tentang kanker

Payu-dara.……… 37

Tabel IV. Jenis Pertanyaan dan Pengelompokan Pertanyaan

Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner………. 39

Tabel V. Hasil Uji Normalitas data Pengetahuan dan Sikap Sebelum

Intervensi ……….. 55

Tabel VI. Hasil Analisis Statistik Uji Beda Pengetahuan dan Sikap

Sebelum Intervensi antara Kelompok Kontrol, Intervensi

Metode Film, dan Intervensi Metode

Ceramah-demo……….……….. 55

Tabel VII. Hasil Uji Normalitas Data Nilai Pengetahuan dan Sikap

Setelah Intervensi ……… 57

Tabel VIII. Hasil Analisis Statistik Pengaruh metode Film dan

Cera-mah tentang Kanker Payudara dan SADARI Terhadap

Perubahan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi …………... 58

Tabel IX. Perbandingan Nilai Rerata Selisih Perubahan Pengetahuan

dan Sikap antara Kontrol, Film, dan

Ceramah-Demo……… 60

Tabel X. Hasil Perhitungan Rata-Rata Selisih Nilai Pretest dan Post

test antara Metode Film dan Ceramah-demo Tentang

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Payudara dan jaringan penyusunnya ………. 7

Gambar 2. Langkah pemeriksaan payudara (1) ……….. 16

Gambar 3. Langkah pemeriksaan payudara (2) ……….. 16

Gambar 4. Langkah pemeriksaan payudara (3) ……….. 17

Gambar 5. Langkah pemeriksaan payudara (4) ……….. 17

Gambar 6. Langkah-langkah pemeriksaan payudara (5) ………. 17

Gambar 7. Kerangka Konsep Penelitian ……… 27

Gambar 8. Karakteristik Umur Kelompok Kontrol, Metode Film dan Metode Ceramah-Demo……… 48

Gambar 9. Karakteristik Bidang Pekerjaan Orang Tua Kelompok Kontrol, Metode Film, dan Metode Ceramah-demo………… 50

Gambar 10. Karakteristik Uang Saku per Bulan Kelompok Kontrol, Film, dan Ceramah-Demo……… 51

Gambar 11. Karakteristik Latar Belakang Informasi Tentang Kanker Payudara dan SADARI Kelompok Kontrol, Metode Film dan Ceramah-Demo………. 53

Gambar 12. Profil Perubahan Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Umur Setelah Pemberian Edukasi Dengan Metode Film Dan Ceramah-Demo………..………. 63

Gambar 13. ..Profil Perubahan Sikap Responden Berdasarkan Karakteristik Umur Setelah Pemberian Edukasi Dengan Metode Film Dan Ceramah-Demo ……….. 64

Gambar 14. Profil Perubahan Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Bidang Pekerjaan Orang tua Setelah Pemberian Edukasi Dengan Metode Film dan Ceramah-Demo ………..………. 66

Gambar 15. Profil Perubahan Sikap Responden Berdasarkan Karakteristik Bidang Pekerjaan Orang tua Setelah Pemberian Edukasi Dengan Metode Film dan Ceramah-Demo……… 67

Gambar 16. Profil Perubahan Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Uang Saku per Bulan Setelah Pemberian Edukasi Dengan Metode Film dan Ceramah-Demo………… 68

Gambar 17. Profil Perubahan Sikap Responden Berdasarkan Karakteristik Uang Saku per Bulan Setelah Pemberian Edukasi Dengan Metode Film dan Ceramah-Demo….……... 69

Gambar 18. Profil Perubahan Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Latar Belakang Informasi Setelah Pemberian Edukasi Dengan Metode Film dan Ceramah-Demo………...………….…… 71

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Perijinan ... 83 Lampiran 2. Kuesioner yang digunakan untuk penelitian ... 86 Lampiran 3. Hasil Uji Validitas danOutputReliabilitas Kuesioner ... 89 Lampiran 4. Data selisih jumlah nilai pengetahuan dan sikap tentang

kanker payudara dan SADARI... 90 Lampiran 5. Output Uji Kolmogorov Smirnov Karakteristik umur…. 96 Lampiran 6. Output Uji Kolmogorov Smirnov Karakteristik Latar

Belakang Informasi tentang Kanker Payudara dan SADARI... 96 Lampiran 7. Output uji Kolmogorov Smirnov untuk profil

karakteristik bidang pekerjaan orang tua ... 97 Lampiran 8 Output uji Kolmogorov Smirnov Karakteristik Uang

saku. ... 97 Lampiran 9. Profil Usia Responden Kontrol, Film, dan

Ceramah-demo... 98 Lampiran 10. Uji Normalitas Sebelum Intervensi ... 99 Lampiran 11. Uji One way Anova Skor Pengetahuan dan Sikap

sebelum Intervensi ... 99 Lampiran 12. Uji Normalitas Setelah Intervensi ... 101 Lampiran 13. Uji Hipotesis Independent T test (Pengaruh Metode

Film dan Ceramah-demo Terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan Sikap) ... 104 Lampiran 14. Uji Independent T test (Uji Beda Metode Film dan

Ceramah-demo terhadap peningkatan pengetahuan dan

sikap) ... 109 Lampiran 15. Analisis Statistik Selisih Pretes-posttest Pengetahuan

(16)

xv

INTISARI

Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita, menurut data WHO tahun 2008 hampir 460.000 wanita di dunia meninggal karena kanker payudara. Upaya untuk mencegah kanker ini salah satunya adalah dengan deteksi dini SADARI. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan sikap sebelum intervensi, ada tidaknya perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap, pengaruh karakteristik responden, serta metode yang lebih efektif antara edukasi melalui film dibandingkan dengan ceramah-demo deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi fakultas farmasi USD Yogyakarta.

Jenis penelitian ini eksperimental semu, dengan rancangan penelitian pretest-post test with control group. Teknik sampling dilakukan dengan simple stratified random sampling dikombinasikan dengan quota sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Pengukuran pengetahuan dan sikap dilakukan dengan pengisian kuesioner pretest dan posttest

langsung serta satu bulan setelah intervensi oleh responden. Hasil dianalisis menggunakan One Way Anova, Independent Samples T-test dan Uji Mann-Whitney.

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap yang tidak signifikan antara metode film, ceramah-demo dan kontrol sebelum intervensi. Setelah intervensi didapatkan perbedaan peningkatan pengetahuan yang signifikan antara metode film dan ceramah-demo dengan p= 0,00. Tidak ada yang lebih efektif antara metode film dan ceramah-demo dengan p=0,506.

(17)

xvi

ABSTRACT

Breast cancer is one of cancer that most commonly attack women, according to WHO data in 2008 nearly 460,000 women in the world died because of breast cancer. Efforts to prevent cancer, one of them is the early detection of BSE. The purpose of this study to determine knowledge and attitude before intervension, whether there is difference in improving knowledge and attitudes, influence the characteristic of respondents, as well as a more effective method of education through the movie as compared with a lecture about early detection of breast cancer on the faculty of pharmacy female student of USD Yogyakarta.

This type of research was a quasi-experimental with the study design with pretest-post test control group. Sampling technique with a simple stratified random sampling combined with quota sampling. Research instruments were questionnaires. Measurements of knowledge and attitude made by the pretest and posttest direct after intervension and one month after intervention questionnaires filling by the respondent. The results analyzed by One Way Anova, Independent Samples T-test and Mann-Whitney Test.

The results of statistical tests indicated there are differences in knowledge and attitude were not significant between film methods, lecture and controls before the intervention. After the intervention increased knowledge gained significant differences between the movie and lecture method with p = 0,00. There are no method which more effective by p= 0,506.

(18)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan kanker yang banyak menyerang wanita dan merupakan kanker penyebab kematian kedua bagi wanita di dunia setelah kanker leher rahim (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, Posey, 2008). Menurut data WHO pada tahun 2008 hampir 460.000 wanita di dunia meninggal karena kanker payudara. Di Indonesia kanker yang paling sering diderita oleh wanita adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan dan berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%) adalah kanker payudara (Pusat Komunikasi Publik, 2011).

Kewaspadaan terhadap kanker payudara dapat dilakukan dengan cara pendeteksian dini kanker payudara, sehingga dapat menahan atau menghancurkan kanker sebelum bermetastasis ke seluruh tubuh dan berkembang ke stadium yang lebih lanjut dan sulit diobati (Corwin, 2008). Metode untuk mendeteksi kanker payudara secara dini antara lain adalah SADARI, kegiatan ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya.

(19)

Penelitian yang dilakukan oleh Pronzato tahun 2010 menunjukkan bahwa pengaruh genetik juga menjadi salah satu faktor penyebab penting. Wanita di bawah umur 35 tahun memiliki resiko cukup tinggi bila dalam riwayat keluarganya ada yang pernah menderita kanker payudara (Pronzato, Mustacchi, De Matteis, Di Costanzo, Rulli, Floriani, Cazzaniga, 2010).

Mahasiswi dapat menjadi sasaran edukasi kanker payudara karena dari tahun ke tahun kejadian kanker payudara ditemukan pada usia yang semakin muda. Selain itu mahasiswi memiliki interaksi sosial dan tingkat pendidikan yang tinggi sehingga dapat menyampaikan informasi yang didapat kepada orang lain terutama teman-teman sebayanya dengan benar.

Metode edukasi yang dapat dilakukan ada beberapa macam antara lain dengan metode pidato, ceramah, penyuluhan lewat radio, demonstrasi/ percontohan, poster, gambar, leaflet, kunjungan rumah, diskusi, pemasangan koran dinding, dan pemutaran film (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Perlakuan metode edukasi yang berbeda bisa memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pengetahuan yang diperoleh (Sarwono, 1997). Metode edukasi kesehatan dengan ceramah merupakan metode yang baik untuk kelompok besar yang lebih dari lima belas orang, selain itu metode ini baik untuk sasaran berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2003).

(20)

anak-anak dan orang dewasa menghabiskan waktu mereka untuk menonton film dan video dengan proporsi sebanyak 11% dan hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan perilaku mereka (Roberts, Foehr, Rideout, Brodie, 1999).

Dengan adanya pendidikan kesehatan mengenai kanker payudara serta deteksi dini kanker payudara dengan SADARI diharapkan dapat mendorong peningkatan perilaku dalam melakukan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara, meningkatkan kesadaran mahasiswi mengenai bahaya kanker payudara serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat kanker payudara.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah yang diperoleh yaitu:

a. Bagaimana pengetahuan dan sikap mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta tentang deteksi dini kanker payudara sebelum pemberian edukasi tentang kanker payudara dan SADARI?

b. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswi

Fakultas Farmasi USD Yogyakarta setelah pemberian edukasi deteksi dini kanker payudara antara metode film dan ceramah?

c. Manakah antara metode film dan ceramah-demo yang lebih efektif dalam

(21)

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran pustaka yang diketahui peneliti bahwa sejauh ini penelitian yang sama dengan penelitian ini belum ada. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh:

a. Wardani (2009) dengan judul “Perbedaan Pengaruh Ceramah Dengan

Ceramah dan Testimoni Tentang Kanker Serviks dan Papsmear Terhadap

Pengetahuan Guru Wanita Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta” dengan jenis

penelitian kuasi eksperimental, dengan desain pre-posttest intervention with control group. Teknik sampling dengan multistages cluster random sampling.

b. Mayasari (2010) dengan judul “Perbedaan Pengaruh Ceramah Dan Pemberian

Leaflet Tentang Kanker Serviks Dan Test Papsmear Terhadap Perubahan Perilaku Ibu-Ibu PKK Kota Yogyakarta Dengan Latar Belakang Tingkat

Pendapatan Keluarga” dengan jenis penelitian quasi eksperimental, dengan

desain pre-posttest intervention with control group. Teknik sampling menggunakan purposive sampling.

c. Murti (2010) dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Wanita Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara di Desa Cijalingan Kabupaten Sukabumi Periode April-Juli Tahun 2010” dengan jenis penelitian quasi eksperimental dengan desain pre-posttest intervention. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling.

(22)

melalui metode film dengan edukasi melalui ceramah narasumber terhadap perubahan pengetahuan dan sikap tentang deteksi dini kanker payudara pada populasi mahasiswi fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2011.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat metodologis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran metode yang paling efektif untuk edukasi kesehatan dengan sasaran mahasiswi.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi farmasis dan pemerintah dalam memberikan edukasi kesehatan pada umumnya dan deteksi dini kanker payudara pada khususnya dengan sasaran mahasiswi.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap antara pemberian edukasi melalui metode film dibandingkan dengan metode ceramah mengenai deteksi dini kanker payudara terhadap mahasiswi fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

(23)

b. Membuktikan adanya perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta setelah pemberian edukasi deteksi dini kanker payudara antara metode film dan ceramah-demo.

c. Mengetahui metode yang lebih efektif antara metode film dan ceramah-demo

(24)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara 1. Pengertian

Kanker payudara adalah tumor malignan yang dimulai dari sel payudara. Tumor malignan ini merupakan sekelompok sel kanker yang dapat berkembang ke jaringan disekitarnya atau menyebar (metastasis) ke bagian tubuh yang lebih jauh (ACS, 2010).

Pada payudara wanita ada 15-20 bagian yang disebut dengan lobes. Pada gambar 1 ditunjukkan tiap lobe tersusun atas bagian yang lebih kecil lagi yang disebut lobules. Lobules memiliki sekelompok kelenjar kecil yang dapat menghasilkan susu. Setelah bayi lahir air susu ibu akan mengalir dari lobules melalui saluran tipis yang disebut ducts ke puting. Payudara juga tersusun atas

lymph vessels. Pembuluh ini terhubung dengan lymph nodes. Sekumpulan lymph nodes berada di dekat payudara di bawah lengan (axilla), di atas tulang selangka, dan di belakang tulang dada (National Cancer Institute, 2009).

(25)

Sel normal tumbuh dan membelah untuk membentuk sel baru yang diperlukan tubuh, ketika sel normal sudah tua dan rusak, sel tersebut akan mati dan digantikan oleh sel baru, kadang proses ini tidak berjalan dengan benar, sel baru terbentuk saat tubuh tidak memerlukannya, dan sel yang tua tidak mati, pertumbuhan sel extra ini seringkali membentuk massa jaringan yang disebut

lump atau tumor. Tumor pada payudara bisa berupa benign (bukan kanker) atau

malignant (kanker) (NCI, 2009).

Tumor benign biasanya jarang membahayakan, dapat dihilangkan dan biasanya tidak tumbuh kembali, tidak menginvasi jaringan di sekitarnya serta tidak menyebar ke area tubuh lainnya. Sedangkan tumor malignant dapat membahayakan hidup, seringkali bisa dihilangkan namun akan tumbuh kembali, dapat menginvasi dan merusak organ terdekat dan jaringan (seperti dinding dada) serta dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya (NCI, 2009).

2. Etiologi

Beberapa peneltian epidemiologi telah menemukan banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko wanita terserang kanker payudara, dan yang paling sering menjadi faktor risiko adalah efek dari level dan lamanya paparan hormon esterogen, seperti total durasi lamanya menstruasi, early manarche

(26)

pada wanita. Peningkatan risiko pada wanita obesitas kemungkinan dikarenakan perubahan adipose androgen menjadi estrogen (Swart, 2011).

a. Peningkatan Usia

Usia merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk kanker payudara, insiden kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

b. Riwayat keluarga

Risiko terserang kanker payudara 4 kali lebih besar jika ibu atau saudara perempuan terkena kanker; risiko akan 5 kali lebih besar jika wanita tersebut memiliki 2 atau lebih keluarga yang mengidap kanker payudara. c. Faktor genetik

BRCA1 dan BRCA2 merupakan komponen yang paling bertanggung jawab untuk 3-8% dari semua kasus kanker payudara. Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13, merupakan dominan autosomal yang mewariskan kanker payudara.

d. Faktor risiko neoplastik dan benign

Kondisi neoplastik yang meningkatkan risiko kanker payudara meliputi kanker payudara yang diderita sebelumnya, kanker ovarium, kanker endometrium, Ductal Carcinoma in situ (DCIS), Lobular carcinoma in situ

(LCIS). Benign payudara yang meningkatkan risiko kanker payudara meliputi

Hyperplasia, Complex fibroadenoma, Luka radial, Papillomatosis, dan

(27)

e. Hormon Eksogen

Penggunaan hormon eksogen merupakan salah satu faktor risiko yang memicu kanker payudara, hormon eksogen yang biasa digunakan adalah dalam bentuk kontrasepsi oral dan hormone replacement therapy (HRT). Risiko ini secara langsung berhubungan dengan lamanya paparan, dengan risiko besar berkembangnya respon lobular secara hormonal, kanker ductal-lobular, dan kanker tubular.

f. Menstruasi dan riwayat obstetric

Faktor yang meningkatkan jumlah siklus menstruasi juga meningkatkan risiko kanker payudara, kemungkinan dikarenakan peningkatan paparan estrogen. Faktor tersebut meliputi: nulliparity, kehamilan pertama saat usia > 30 tahun, menarche pada usia < 13 tahun, menopause pada usia >50 tahun, dan tidak menyusui.

g. Faktor eksogen lainnya

Konsumsi alkohol, kemungkinan dapat meningkatkan level estrogen. Paparan dichlorodiphenyldichloroethylene (DDE), metabolit insektisida dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT) (Swart, 2011).

3. Patofisiologi

(28)

payudara non-carcinoma jarang terjadi dan berasal dari jaringan konektif pada payudara. Sel kanker dapat memasuki pembuluh limpa dan menyebar ke nodus limpa. Sel kanker juga dapat memasuki pembuluh darah dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (Cancer Detection Section, 2011).

Tipe kanker payudara dibagi menjadi dua sifat serangan:

a. Kanker payudara non-invasif

Ductal carcinoma in situ (DCIS) adalah jenis kanker payudara noninvasive yang paling umum terjadi. Kata in situ berarti “di tempat”, jadi ductal carcinoma in situ diartikan pertumbuhan sel tak terkontrol yang terbatas pada saluran payudara. Kanker invasif biasanya terjadi di dalam payudara yang sama, namun wanita dengan DCIS juga memiliki risiko yang tinggi mengalami perkembangan kanker pada payudara lainnya. DCIS biasanya tampak sebagai keluarnya cairan puting susu, dengan atau tanpa massa (Cancer Detection Section, 2011).

Lobular carcinoma in situ (LCIS) dikarakterisasi sebagai perubahan abnormal pada sel yang membatasi lobula penghasil susu, atau lobes pada payudara. LCIS lebih umum dan memberi risiko kanker payudara lebih kecil dibanding DCIS. LCIS dikenal juga sebagai lobular intraepithelial neoplasia. LCIS dipertimbangkan sebagai penanda seorang wanita mengalami peningkatan risiko kanker payudara invasif (Cancer Detection Section, 2011).

b. Kanker payudara invasif

(29)

ductal carcinoma. Sel kanker telah terpenetrasi pada dinding saluran payudara dan menginvasi disekitar jaringan payudara. Sel dapat bermetastasis ke bagian tubuh lain melalui aliran darah maupun sistem limfatik. IDC dapat muncul sebagai massa yang keras dan kuat atau sebagai abnormalitas mammografik. Tumor dapat menyebabkan kulit dan puting tertarik ke dalam (Cancer Detection Section, 2011).

Invasive lobular carcinoma (ILC) dimulai pada lobula penghasil susu dimana ia meluas ke jaringan adipose pada payudara. Relatif jarang dan terjadi hanya 10 % dari kanker payudara invasive, sama seperti IDC, ILC tampak sebagai massa yang jelas. Seringkali gejala klinis yang muncul adalah terjadinya penebalan. ILC dapat juga lebih sulit dideteksi dengan mammogram. Dibandingkan dengan IDC, pasien dengan invasive lobular carcinoma lebih cenderung ke penyakit bilateral (Cancer Detection Section, 2011).

Tipe lainnya antara lain tubular carcinoma, medullary carcinoma, mucinus carcinoma, meteplastic carcinoma, invasive cribriform carcinoma,

invasive papillary carcinoma, serta invasive micropapillary carcinoma (Cancer Detection Section, 2011).

4. Gejala dan tanda

Pada awalnya kanker payudara tidak menunjukkan gejala. Namun seiring dengan pertumbuhan tumor, terjadi perubahan payudara baik dalam hal penampilan maupun perasaan. Perubahan tersebut meliputi:

a. Terjadi bengkak atau penebalan pada payudara atau di sekitar payudara atau

(30)

b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara. c. Terjadi kerutan pada kulit payudara. d. Puting mengarah ke dalam payudara.

e. Keluarnya cairan dari puting, terutama jika cairan tersebut mengandung

darah.

f. Kulit payudara, puting, atau areola (area sekitar kulit pada bagian tengah payudara) terasa bersisik, merah dan membengkak (NCI, 2009).

5. Pencegahan dan deteksi dini

Pencegahan kanker payudara berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 796/MENKES/SK/VII/2010 adalah dengan penyampaian informasi tentang faktor risiko dan bagaimana menghindari faktor risiko tersebut, deteksi dini serta melakukan pengobatan segera. Ada tiga tingkatan pencegahan yaitu primer, sekunder, tersier yang penjelasannya sebagai berikut:

a. Pencegahan Primer

(31)

lain-lain), mempromosikan anti rokok termasuk menurunkan risiko terpajan asap rokok.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder meliputi Deteksi Dini dan Pengobatan Segera. Ada dua komponen deteksi dini yaitu penapisan (screening) dan edukasi tentang penemuan dini (early diagnosis). Penapisan atau skrining merupakan upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat, tujuannya untuk membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit di antara masyarakat yang sehat. Upaya ini dikatakan adekuat bila tes dapat mencakup seluruh atau hampir seluruh populasi sasaran, untuk itu dibutuhkan kajian jenis pemeriksaan yang mampu laksana pada kondisi sumber daya terbatas seperti di Indonesia salah satunya pemeriksaan klinis payudara merupakan pilihan untuk skrining kanker payudara (KEPMENKES, 2010).

(32)

aman, dan mampu laksana, serta mencakup 80 % populasi perempuan yang berisiko (KEPMENKES, 2010).

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tahap ini meliputi diagnosis dan terapi. Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan terapi adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup (KEPMENKES, 2010).

B. SADARI

Pada tindakan deteksi dini, dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih yang disebut dengan pemeriksaan payudara klinis (CBE= Clinical Breast Examination) yang diikuti dengan pengajaran melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan cara yang benar.

Program SADARI diperuntukan bagi semua perempuan yang dimulai sejak usia subur, karena 85% kelainan payudara pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan massal (KEPMENKES, 2010).

(33)

Langkah-langkah “SADARI”: Periksa Payudara Sendiri, menurut Yayasan Kanker Indonesia (1995) adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Langkah pemeriksaan payudara (1) (YKI, 1995) 1. Perhatikan dengan teliti payudara Anda di depan cermin, tanpa berpakaian,

dengan kedua lengan lurus ke bawah.

2. Perhatikan dengan teliti, apakah ada benjolan dan/atau perubahan bentuk pada payudara Anda.

3. Kemudian dengan mengangkat kedua lengan lurus ke atas, telitilah apakah terlihat benjolan dan/atau kelainan pada payudara Anda.

Gambar 3. Langkah pemeriksaan payudara (2) (YKI, 1995) 4. Dengan kedua siku mengarah ke samping, tekanlah telapak tangan Anda yang

(34)

Gambar 4. Langkah pemeriksaan payudara (3) (YKI, 1995) 5. Lakukan gerakan berikut ini pada kedua payudara:

Pencetlah pelan-pelan daerah di sekitar puting dan amatilah apakah ada cairan yang tidak normal (tidak biasa) keluar dari putting.

Gambar 5. Langkah pemeriksaan payudara (4) (YKI, 1995) 6. Berbaringlah dengan tangan kiri di bawah kepala

7. Letakkan bantal kecil di bawah punggung kiri

8. Rabalah seluruh permukaan payudara kiri dengan menggunakan tiga ujung jari tangan kanan yang dirapatkan. Lakukanlah gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap, dimulai dari pinggir dengan mengikuti arah putaran jarum jam.

(35)

9. Lakukan hal yang sama seperti di atas dengan tangan kanan di bawah kepala, sedang ujung jari tangan kiri meraba payudara kanan.

10. Berilah perhatian khusus pada bagian atas payudara ke arah ketiak.

11. Jika pada saat melakukan SADARI ditemukan benjolan atau perubahan

bentuk payudara yang sebelumnya tidak ada, maka segera periksakan diri ke dokter, karena mungkin benjolan itu merupakan suatu tumor ganas.

C. Edukasi Kesehatan

Edukasi adalah suatu proses penyampaian bahan/materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan untuk mencapai perubahan tingkah laku yang merupakan tujuan dari proses tersebut. Edukasi kesehatan merupakan suatu upaya atau kegiatan yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan perilaku sehingga tercapai kesehatan yang optimal. Pendidik kesehatan yang dimaksud disini adalah seluruh petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha mempengaruhi individu atau masyarakat untuk meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 1993).

Terdapat 5 tingkat pencegahan yang dapat dilakukan dalam edukasi kesehatan dari Leavel dan Clark, yaitu:

1. Promosi kesehatan (Health promotion)

(36)

2. Perlindungan khusus (Specifik Protection)

Berkenaan dengan imunisasi sebagai tindak pencegahan, maka edukasi kesehatan sangat diperlukan karena kesadaran masyarakat tentang arti penting

imunisasi masih rendah.

3. Diagnosa Dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and Prompt treatment) Dilakukan karena kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit masih rendah yang mengakibatkan sulitnya mendeteksi penyakit yang terjadi dalam masyarakat selain itu kadang masyarakat sulit dan tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya sehingga pendidikan kesehatan dalam tahap ini sangat diperlukan (Notoatmodjo, 2003).

Metode pendidikan kesehatan dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan jumlah sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode yang sesuai untuk kelompok besar adalah seminar atau ceramah. Metode ceramah baik untuk sasaran berpendidikan tinggi maupun rendah. Keberhasilan ceramah akan tercapai apabila penceramah menguasai materi yang akan diceramahkan dan menguasai sasaran ceramah (Notoatmodjo, 1993).

Ceramah merupakan metode edukasi yang diberikan untuk kelompok besar, lebih dari 15 orang, metode ini sesuai untuk sasaran subyek yang berpendidikan tinggi / rendah (Notoatmodjo, 2003).

(37)

mengantarkan pesan yang terkandung di dalamnya secara unik (McQuail, 1987). Metode film merupakan kombinasi yang ampuh sekali karena bukan hanya sebagai hiburan dan cocok untuk digunakan sebagai metode pendidikan dalam rangka untuk membina generasi muda (Siahaan, 2000).

D. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).

Pengetahuan (knowledge) didefinisikan sebagai hasil pengindraan manusia terhadap suatu objek lewat panca indera yang dimiliki manusia tersebut (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu tahu (know), memahami (Comprehention), aplikasi (Application), analisis (Analysis), sintesis (Syntesis), dan evaluasi (Evaluation).

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

(38)

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

Memahami artinya adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu obyek yang dipelajari.

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

(39)

objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

Faktor –faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada bermacam-macam, antara lain pendidikan, pengalaman, keyakinan, fasilitas, sosial budaya, dan informasi, yang diuraikan sebagai berikut. Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

(40)

Pada faktor sosial budaya, manusia mempelajari kelakuan orang lain di lingkungan sosialnya. Hampir segala sesuatu dipikirkan, dirasakan bertalian dengan orang lain, bahasa, kebiasaan makan, pakaian dan sebagainya dipelajari dari lingkungan sosial budayanya (Nasution, 1998). Faktor yang terakhir adalah informasi, dengan pemberian informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan dalam diri individu/ kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan (Sarwono, 1997).

E. Sikap

Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus, objek atau issue tertentu yang didalamnya melibatkan pikiran, perasaan, dan perhatian yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Notoatmodjo, 2010).

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen kognitif merupakan representasi dari sesuatu yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial (Azwar, 1995).

(41)

dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu (Azwar, 1995).

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. (Azwar, 1995).

Menurut Notoatmodjo (1993) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible), yang diuraikan sebagai berikut.Menerima atau yang disebut juga receiving diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Seseorang dikatakan merespon (responding) jika memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan tersebut benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

(42)

mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu sedangkan sikap negatif terdapat kecederungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Faktor –faktor yang mempengaruhi sikap ada bermacam-macam antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional (Azwar, 1995).

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Pada faktor orang lain yang dianggap penting, umumnya individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut (Azwar, 1995).

Kebudayaan, tanpa disadari telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya (Azwar, 1995).

(43)

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. Faktor emosional dapat mempengaruhi sikap. Suatu bentuk sikap terkadang merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan (Azwar, 1995).

F. Landasan Teori

Kanker payudara adalah kanker kedua setelah kanker serviks yang berpotensi menyebabkan kematian pada wanita. Salah satu cara mengetahui secara dini ada tidaknya kanker payudara adalah dengan SADARI. SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) adalah tindakan pencegahan yang dapat dilakukan sendiri untuk dapat menemukan gejala dan tanda kanker payudara lebih awal. Jika gejala maupun tanda kanker payudara ditemukan lebih awal maka pengobatan yang dilakukan akan memiliki peluang berhasil yang lebih besar.

Peningkatan pengetahuan dan sikap dapat diupayakan dengan memberikan edukasi kesehatan. Metode edukasi kesehatan yang dapat dilakukan antara lain adalah metode film dan ceramah, kedua metode ini memiliki pengaruh terhadap perubahan perilaku dalam hal pengetahuan dan sikap.

(44)

Pemilihan metode edukasi yang tepat akan memberikan hasil peningkatan pengetahuan dan sikap yang optimal. Penentuan metode yang lebih efektif dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata selisih pretest-post test dan metode yang memberikan nilai rata-rata selisih pretest-posttest lebih tinggi sebagai metode yang lebih efektif. Kegiatan edukasi kesehatan terhadap mahasiswi mengenai kanker payudara dan SADARI dengan metode yang paling baik diharapkan dapat membantu mencegah kanker payudara.

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini yaitu adanya edukasi kesehatan berupa ceramah dan film yang memberi informasi tentang kanker payudara dan SADARI dapat menghasilkan perubahan perilaku, meliputi pengetahuan dan sikap mahasiswi universitas Sanata Dharma tentang kanker payudara dan SADARI.

Gambar 7. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan, sikap

tentang kanker payudara dan SADARI

Pemutaran film dan ceramah tentang kanker payudara dan SADARI

(45)

H. Hipotesis

Terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap yang signifikan setelah pemberian edukasi baik dengan metode film maupun ceramah. Metode film lebih baik dibanding ceramah untuk menjadi metode pemberi informasi kepada mahasiswi.

(46)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental semu (Quasi Experimental research) dan dengan rancangan penelitian eksperimental ulang yang juga disebut pretest-post test control group design serta deskriptif evaluatif. Penelitian dengan rancangan pretest-post test control group design dilakukan dengan melakukan pengukuran atau observasi awal sebelum perlakuan diberikan yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata. Terdapat perlakuan pada kelompok sampel yaitu pemberian edukasi baik dengan metode film maupun ceramah-demo, namun tidak memungkinkan untuk mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi kesulitan teknis dan etik untuk dapat melakukan randomisasi subjek (Pratiknya, 2001). Penelitian dilakukan secara eksperimental semu untuk melihat efek edukasi berupa metode film dan metode ceramah-demo terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah perlakuan

(intervensi) yang berupa edukasi tentang kanker payudara dan SADARI dengan 2 metode yaitu metode film dan ceramah-demo.

2. Variabel tergantung (dependent) dari penelitian adalah pengetahuan dan sikap

(47)

a. Variabel pengacau terkendali: materi edukasi yang diberikan kepada responden.

b. Variabel pengacau tidak terkendali : informasi dari yang didapat selama 1 bulan setelah posttest 1, waktu pelaksanaan intervensi, keadaan emosional responden dan interaksi antar responden pada saat mengikuti intervensi dan pengisian kuisioner

C. Definisi Operasional

1. Kanker payudara merupakan tumor malignan yang dimulai dari sel-sel payudara. Tumor malignan adalah sel kanker yang dapat menginvasi jaringan sekitarnya atau menyebar pada area lain dari tubuh

2. Deteksi dini yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). SADARI adalah singkatan dari pemeriksaan payudara sendiri yang merupakan salah satu upaya deteksi dini kanker payudara, cara melakukannya diberikan kepada responden melalui metode ceramah-demo maupun metode film, yang sumber informasi kedua metode tersebut berasal dari Yayasan Kanker Indonesia.

3. Responden dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi fakultas farmasi

USD Yogyakarta angkatan 2009-2011 yang masih aktif, dalam hal ini para mahasiswi akan mengisi dan mengembalikan kuesioner serta menghadiri acara pemberian edukasi dengan film dan ceramah-demo yang diadakan oleh peneliti, serta telah memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

(48)

adegan. Film yang diputar adalah film penyuluhan tentang SADARI yang dibuat oleh Yayasan Kanker Indonesia tahun 2007.

5. Ceramah-demo dalam penelitian ini adalah metode edukasi berupa pemaparan materi mengenai kanker payudara dan SADARI dengan narasumber yang berasal dari Yayasan Kanker Indonesia, pada metode ini dr. Milana menyampaikan materi tentang deteksi dini kanker payudara selama 1 jam dan diikuti demonstrasi cara SADARI oleh bidan Petronella selama 30 menit kepada responden secara dua arah (ada interaksi antara narasumber dan responden).

6. Pengetahuan (knowledge) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman responden tentang kanker payudara dan SADARI yang diukur dengan kuesioner sebelum maupun setelah pemberian edukasi melalui metode film maupun ceramah-demo tentang kanker payudara dan SADARI 7. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk

melakukan tindakan pencegahan terhadap kanker payudara dengan melakukan SADARI yang didasari oleh pengetahuan yang hasilnya diukur dengan kuesioner.

8. Efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan metode dalam memberikan peningkatan pengetahuan dan sikap yang dilihat dari rata- rata selisih nilai prestest-post test langsung setelah perlakuan.

D. Tempat Penelitian

(49)

farmasi USD Yogyakarta, rumah kos salah satu responden, serta Hall Selatan Gedung Utama Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sedangkan intervensi berupa ceramah-demo dilakukan sebanyak satu kali bertempat di Meeting Room lantai 2 Gedung Utama Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kelompok perlakuan pengisian

pretest dilakukan sebelum responden diberi intervensi dengan metode film maupun ceramah-demo kemudian post test dilakukan setelah responden diberikan perlakuan. Sebulan kemudian post test kedua diberikan kepada responden mahasiswi fakultas farmasi USD Yogyakarta di kelas masing-masing.

E. Bahan Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(50)

Penentuan besar sampel menurut Saryono (2010) untuk penelitian survey dengan pertimbangan biaya, bila populasi beberapa ratus maka sampel yang diambil sebanyak 25% sehingga didapatkan 25% dari 346 adalah 86 responden.

a. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah simple stratified non-random sampling yang dikombinasikan dengan quota sampling, yaitu untuk memenuhi jumlah sampel dari tiap angkatan sesuai dengan jumlah sampel yang telah diperhitungkan.

Teknik sampling yang dilakukan mengacu pada Basuki (2006) dengan cara sebagai berikut :

1) Populasi dibagi menjadi beberapa strata, pada penelitian ini mahasiswi Fakultas Farmasi dibagi menjadi angkatan 2009, angkatan 2010, dan angkatan 2011.

2) Mengambil contoh (sampel) dengan metode strata sederhana yaitu setiap strata

diambil proporsi yang sama dengan strata lain berdasarkan perhitungan besar sampel.

3) Untuk mendapatkan jumlah sampel menurut stratum digunakan rumus

berikut (Riduwan, 2010):

Keterangan: ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum

(51)

2009  (85:346) x 25 = 6,14 = 6 orang 2010  (141: 346) x 25 = 10,18 = 10 orang

2011  (120: 346) x 25 = 8,67 = 9 orang

Keterangan:

25 = jumlah sampel seluruhnya

85, 141, 120 = jumlah populasi menurut stratum 346 = jumlah populasi seluruhnya

Dengan demikian tiap kelompok, baik kontrol, perlakuan dengan metode ceramah-demo, dan metode film akan terdiri dari 6 orang dari angkatan 2009, 10 orang angkatan 2010, dan 9 orang angkatan 2011, sehingga jumlah subyek tiap kelompok adalah 25 orang. Untuk memenuhi jumlah sampling di tiap angkatan digunakan quota sampling, yaitu responden yang bersedia dan memenuhi kriteria inklusi diundang untuk mengikuti ceramah-demo dan pemutaran film.

Maka dari perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel tiap angkatan yang proporsional untuk tiap kelompok baik perlakuan dengan ceramah-demo, film dan kelompok kontrol. Sehingga dalam satu kelompok terdapat mahasiswi angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang sudah dicuplik secara proporsional dan sampel yang didapat untuk tiap kelompok berjumlah sama.

(52)

2009  (85:346) x 30 = 7,36 = 7 orang

2010  (141: 346) x 30 = 12,22 = 12 orang

2011  (120: 346) x 30 = 10,40 = 11 orang

Maka dikumpulkan mahasiswi dengan jumlah di atas sebagai antisipasi kekurangan responden. Jumlah sampel yang hadir pada masing-masing perlakuan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel I. Jumlah Sampel yang Hadir Pada Saat Intervensi di Tiap Kelompok

Perlakuan Jumlah Sampel

Kontrol 29

Film 29

Ceramah-demo 28

TOTAL 86

Setelah melalui perhitungan didapatkan besar sampel yang diinginkan, mahasiswi dipilih dari tabel data mahasiswi yang sudah diseleksi, kemudian dihubungi untuk memastikan kesediaannya mengikuti penelitian, jika mahasiswi tersebut tidak berkenan, maka dilakukan pemilihan nama mahasiswi dari tabel data kembali sampai memenuhi jumlah sampel yang sudah diperhitungkan dengan rumus di atas.

F. Instrumen Penelitian

(53)

kuantitatif pada kuesioner ini digunakan skala Likert dimana skala ini digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang (Hasan, 2002).

Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik demografi responden meliputi nama, umur, alamat rumah, nama universitas, status pernikahan, bidang pekerjaan orang tua, uang saku per bulan, dan keterangan apakah telah menerima informasi tentang kanker payudara dan SADARI sebelumnya. Bagian kedua mengukur pengetahuan dan sikap responden mengenai kanker payudara dan SADARI meliputi pemahaman tentang hal-hal pada tabel I.

Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup. Untuk memudahkan responden menjawab, diberikan 4 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan jawaban selalu benar atau selalu salah, maka pernyataan negatif (unfavorable)dan pernyataan positif (favorable)harus seimbang. Variasi pernyataan membuat responden lebih hati-hati menjawab, sehingga stereotipe dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2005).

Dalam pemberian skor, setiap respon positif (S dan SS) terhadap item

(54)

Kuesioner telah diuji sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji yang dilakukan meliputi uji validitas serta uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach yang dijelaskan pada subbab selanjutnya.

Tabel II. Profil pertanyaan dalam kuesioner untuk mengukur pengetahuan mengacu pada Henderson (2009)

Tabel III. Profil pernyataan dalam kuesioner untuk mengukur sikap mengacu pada Henderson ( 2009) tentang kanker payudara

Pernyataan

a. Pendapat tentang ancaman kanker payudara pada penurunan kualitas hidup

b. Upaya pencegahan kanker payudara

c. Pendapat tentang deteksi dini kanker payudara dengan SADARI

d. Pendapat tentang hal yang mendukung (keuntungan ) deteksi dini dengan SADARI

e. Pendapat tentang tempet melakukan SADARI f. Pendapat tentang biaya deteksi dini dengan SADARI

Materi edukasi tentang kanker payudara dan SADARI diperoleh dari yayasan Kanker Indonesia yang telah standar untuk setiap edukasi (ceramah-demo) yang diberikan (terlampir). Sedangkan untuk metode film diberikan film yang dibuat oleh YKI.

Pernyataan a. Definisi kanker payudara

b. Tanda dan gejala kanker payudara c. Upaya pencegahan kanker payudara d. Definisi SADARI

e. Proses SADARI

(55)

G. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Tahap perijinan dilakukan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian pada populasi penelitian yaitu mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal penelitian kepada Kepala Program studi Fakultas farmasi dengan tembusan Dekan Fakultas Farmasi USD.

2. Penelusuran Data Populasi

Penelusuran data populasi dilakukan melalui sekretariat Fakultas Farmasi. Melalui bagian ini ditelusuri data populasi penelitian yang meliputi daftar dan jumlah mahasiswi fakultas farmasi USD angkatan 2008-2011 .

3. Pembuatan kuesioner

Proses pembuatan kuesioner terdiri dari 3 tahap :

a. Pembuatan pertanyaan dalam kuesioner

(56)

variable-variabel penelitian yang ingin diketahui yaitu pengetahuan dan sikap dari Henderson (2009).

Pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini disusun dengan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2010). Dalam hal ini peneliti menggunakan skala likert dengan modifikasi dari 5 pilihan menjadi 4 pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Modifikasi skala likert ini dilakukan dengan menghilangkan

pernyataan “Netral” atau “Ragu-Ragu”.

Menurut Hadi (2000) hal ini dilakukan karena kategori jawaban di tengah memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban. Jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya, setuju atau tidak setuju. Pernyataan yang disusun bersifat favorable dan unfavorable .

Tabel IV. Jenis Pertanyaan dan Pengelompokan Pertanyaan Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner

Aspek Favourable Unfavourable

Pengetahuan 1, 3, 8, 9, 11 2, 4, 5, 6, 7, 10, 12

Sikap 14, 15, 17, 22, 23, 26 13, 16, 18, 19, 20, 21,

(57)

b. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan kuesioner. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi (content validity) (Kurniawan, 2011).

Uji validitas untuk setiap butir pertanyaan pada kuesioner diukur dengan menggunakan program komputer dengan analisis Pearson Product Momen pada tingkat kepercayaan 95 %. Pada analisis ini akan ditunjukkan validitas hubungan antar setiap butir pertanyaan (Azwar, 2006). Item pertanyaan dinyatakan valid apabila memiliki dukungan kuat terhadap skor total.

Uji validitas dilakukan kepada mahasiswi fakultas farmasi Sanata Dharma Yogyakarta di luar sampel penelitian sebanyak 20 orang. Item pernyataan dalam kuisioner dapat dikatakan valid jika hasil pengujian validitas menggunakan uji Pearson Product Momen menunjukkan pearson correlation yang signifikan

pada tingkat kepercayaan 95%, hal ini terjadi jika nilai r hitung > r tabel (pada sig 0,05, n=20, df= 18) yaitu sebesar 0,444. Setelah diuji validitasnya didapatkan 23 pernyataan valid dari 40 pernyataan yang diuji, dari 23 butir pernyataan tersebut ada 14 butir pernyataan untuk mengukur sikap dan 9 pernyataan untuk mengukur pengetahuan.

(58)

diukur sehingga didapatkan kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap dengan pernyataan sebanyak 26 butir

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, cit.,Kurniawan., 2011). Setiap alat pengukur seharusnya memuliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relative konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0-1, semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas/ mendekati 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya semakin rendah nilai koefisien reliabilitas/ menjauhi angka 1 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2006).

Pada penelitian ini uji reliabilitas dilakukan pada kuesioner secara keseluruhan yang mencakup aspek pengetahuan dan sikap. Koefisien reliabilitas untuk instrumen penelitian diukur dengan uji statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Cronbach’s alpha. Butir-butir pernyataan dikatakan

reliable jika nilai korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,80 (Sarwono, 2006). Setelah diuji dengan menggunakan program komputer didapatkan nilai

koefisien cronbach’s alpha sebesar 0,876, yang berarti pernyataan – pernyataan

(59)

4. Pelaksanaan intervensi a. Publikasi kegiatan

Publikasi dilakukan dengan cara mengirim undangan kepada mahasiswi yang bersangkutan.

b. Pelaksanaan kegiatan ( ceramah-demo dan pemutaran film)

Intervensi dilakukan kepada kelompok film dan ceramah-demo secara tersendiri. Pelaksanaan dimulai dengan pembagian pretest, dilanjutkan dengan intervensi yaitu pemberian ceramah selama 30 menit oleh dr. Milana kemudian 30 menit sesi tanya jawab dan dilanjutkan 30 menit demo SADARI oleh bidan Petronella yang merupakan tim dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI), kemudian responden diberikan kuesioner untuk posttest. Pemberian intervensi dengan metode film dilakukan dengan cara serupa yaitu dengan membagikan kuesioner penelitian sebelum intervensi, lalu responden dipersilakan menonton film tentang kanker payudara dan SADARI, dan diakhiri dengan posttest setelah intervensi, pelaksanaan dengan metode ini berlangsung selama 1 jam. Kelompok kontrol dalam penelitiam ini tidak diberi intervensi, dan hanya diberikan pretest dan

posttest setelah 1 bulan.

5. Posttest 1 bulan Setelah Intervensi

(60)

ini diukur setelah 1 bulan intervensi. Digunakan 1 bulan setelah intervensi karena keterbatasan waktu penelitian dan 1 bulan merupakan waktu yang cukup realistis untuk pengadaan posttest kedua. Dalam penelitian ini seluruh kelompok mendapat

posttest 1 bulan, baik kontrol, film maupun ceramah-demo. Posttest 1 bulan dilakukan dengan mendatangi responden ke kelas masing-masing lalu membagikan kuesioner yang sama dengan pretest.

6. Pengolahan Data a. Manajemen data

Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan proses manajemen data, yaitu:

1) Editing

Melakukan pemeriksaan kuesioner hasil penelitian apakah sudah isi jawaban sudah lengkap. Juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya..

2) Processing

(61)

3) Cleaning

Data yang telah dimasukkan ke program komputer, diperiksa kembali kebenarannya dan diatur sehingga pencarian kembali menjadi lebih mudah.

b. Analisis data 1) Uji normalitas data

Digunakan program statistik Shapiro Wilk. Uji ini dilakukan pada data sebelum dan sesudah intervensi. Data sebelum intervensi dilakukan dengan memasukan jumlah nilai pretest sedangkan uji setelah intervensi dilakukan dengan memasukkan data selisih jumlah nilai kuesioner antara pretest-posttest dan

pretest-posttest 1 bulan untuk variabel pengetahuan dan sikap secara terpisah. Dari hasil output uji Shapiro Wilk akan didapatkan nilai signifikansi. Nilai signifikansi yang didapatkan untuk data sebelum intervensi adalah p > 0,005 sehingga data dikatakan berdistribusi normal sedangkan setelah intervensi semua data menunjukkan nilai p > 0,05 sehingga data dinyatakan berdistribusi normal kecuali untuk data selisih pretest-posttest pada metode film dan selisih pretest-posttest 1 bulan pada metode ceramah-demo yang menunjukkan nilai p < 0,05 sehingga data tersebut dinyatakan tidak normal.

Berdasarkan normalitas data tersebut pada penelitian ini digunakan analisis Independent Samples T-test untuk data yang berdistribusi normal dan

(62)

2) Analisis Mann-Whitney U test

Merupakan suatu prosedur untuk suatu variabel independen yang

mempunyai 2 level diskrit dan suatu variable dependent continous. Parameter normalitas dan homogenitas variansi tidak dipertimbangkan (De Muth, 1999).

3) Independent Samples T-test

Independent sample T-test atau uji T sampel independen adalah penafsiran data dengan dua kasus berbeda, dengan cara membandingkan selisih nilai pretest-posttest antara kelompok kontrol dengan perlakuan, maupun antar perlakuan. Syarat penggunaannya adalah data harus berupa variabel kuantitatif dalam dua kelompok yang berbeda dan sampel yang digunakan acak terdistribusi normal (Agung, 2010).

4) One way ANOVA

(63)

5) Uji Chi-Square

Uji ini digunakan untuk mengetahui keselarasan, ketergantugan, dan

homogenitas dua prosedur, yang meliputi perbandingan frekuensi yang teramati dan frekuensi yang diharapkan (Pidekso, 2009). Dalam penelitian ini uji Chi-square digunakan untuk mengetahui homogenitas dari kelompok kontrol dan perlakuan meliputi karakteristik umur, bidang pekerjaan orang tua, uang saku per bulan, dan keterangan sudah atau belum pernah mendapat informasi tentang kanker payudara dan SADARI.

6) Metode statistik deskriptif evaluatif

Digunakan untuk melihat perubahan pengetahuan dan sikap responden berdasarkan umur, bidang pekerjaan orang tua, jumlah uang saku dan latar belakang informasi tentang kanker payudara dan SADARI, untuk mengetahui pengaruh yang terjadi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta.

Analisis dilakukan dengan menghitung selisih antara nilai pretest dan

posttest dan juga selisih pretest dan posttest 1 bulan yang selanjutnya dicari rata-ratanya (mean).

H. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan Penelitian

Gambar

gambar 1 ditunjukkan tiap lobe tersusun atas bagian yang lebih kecil lagi yang
Gambar 3. Langkah pemeriksaan payudara (2) (YKI, 1995)
Gambar 5. Langkah pemeriksaan payudara (4) (YKI, 1995)
Gambar 7. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Penerapan Sistem Manajemen Informasi

Wilayah ini berada pada kedalaman di atas 1800 meter. Dengan kedalaman tersebut, tumbuhan tidak mampu lagi bertahan karena tidak ada sinar matahari. Karena itu jumlah

Hasil ini sama dengan pemberian minyak kedelai dalam pakan ikan kerapu bebek yang memberikan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan sumber lemak nabati lainnya

(a).. Filter yang dipasang ini mampu memperbaiki bentuk gelombang arus masukan lebih baik dari pada cara sebelumnya seperti pada gambar 2 dan 3 serta nilai arus

Nilai pertumbuhan bobot yang tinggi diduga disebabkan karena kondisi media pemeliharaan yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuh udang, sehingga proses osmoregulasi

The high differences of birth, weaning and yearling weight may be caused by genetic factors where Boerawa goat is a result of female Etawah grade and male Boer crossbreeding,

Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Bekasi. Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu Parkir sebagai

Hasil analisis mengenai pengaruh jaminan sosial tenanga kerja, pelatihan kerja, dan pengembangan karir terhadap kinerja karyawan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa (1)