BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup didalamnya.
Sumber belajar yang utama dapat digunakan dalam pembelajaran ini dapat berbentuk teks tertulis, seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, lingkungan social sehari-hari. Sehingga aktifitas peserta didik dalam penguasaan dapat nilai tambah (Trianto, 2009).
1. Definisi Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis ataupun bahan tidak tertulis, dengan bahan ajar yang memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif dapat menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (Majid, 2011).
Menurut National Centre for Competency Based Training (2007) dalam Prastowo (2015) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis.
Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.
Dari sumber lain dalam website dikmenjur. net, diperoleh pengertian yang lebih aplikatif bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa pandangan mengenai pongertian bahan ajar tersebut, dapat kita pahami bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menapilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya (Prastowo, 2015).
2. Jenis Bahan Ajar
Bahan ajar berdasarkan bentuknya dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
1. Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, dll.
2. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, compact disk
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film 4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) antara lain compact disk
interactive (Majid, 2006).
Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar cetak ditampilkan dalam berbagai bentuk jika bahan ajara cetak tersususn secara baik maka bahan ajar mendatangkan beberapa keuntungan yaitu:
1. Bahan ajar tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjukan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.
2. Biaya untuk pengadaan relative sedikit
3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah- pindahkan.
4. Menawarkan kemudahan secara luas dan kreatifitas bagi individu 5. Bahan ajar tertulis relative lebih ringan dan mudah dibaca dimana saja 6. Bahan ajar yang baik dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktifitas seperti menandai, membuat sketsa.
7. Bahanajar tertulis dapat dinikmati sebagai dokumen yang bernilai besar 8. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri (Majid, 2006).
B. Buku Teks
Menurut Surahman (2010) dalam Prastowo (2015) buku diartikan sebagai salah satu sumber bacaan yang berfungsi sebagai sumber bahan ajar dalam bentuk materi cetak (printed material).
Buku adalah kumpulan kertas berisi informasi tercetak, disusun secara sistematis, dijilid serta bagian luarnya diberi pelindung yang terbuat dari kertas tebal, karton atau bahan lain (Sitepu, 2012). Definisi mengenai buku berbeda-beda, tetapi terdapat hal-hal yang sama, seperti mengandung informasi, tercetak, dijilid dan diterbitkan. Buku mengandung berbagai jenis informasi yang berbeda sehingga berbeda juga pemanfaatannya.
1. Pengertian Buku Teks
Menurut Hall Quest (1915) dalam dalam Tarigan (2009) mengatakan bahwa “Buku teks adalah buku rekaman pikiran rasional yang di susun untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional” sedangkan menurut Lange (1940) mengatakan bahwa “Bukuteks adalah buku standar/buku setiap cabang khusus studi dan dapat terdiri dari dua tipe yaitu buku poko/utama dan suplemen/tambahan. Menurut Buckingharn (1958) mengatakan bahwa “Buku teks adalah buku sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi untuk menunjang suatu proses pengajaran” dalam pengertian modern dan mudah dipahami (Tarigan, 2009).
Buku teks pelajaran merupakan buku pelajaran pada bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang ilmu itu dibuat dengan tujuan instruksional tertentu sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilengkapi dengan srana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh penggunanya disekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran (Tarigan, 2009).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang membuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Pusat perbukuan (2006) dalam Lutfia, Lia (2014) menyimpulkan bahwa buku teks adalah buku yang dijadikan pegangan pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional), berkaitan dengan bidang studi tertentu.
Buku teks merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, bisa dilengkapi sarana pembelajaran (seperti pita rekaman), dan digunakan sebagai penunjang program pembelajaran.
2. Pentingnya buku teks bagi kegiatan pembelajaran
Buku teks pelajaran sampai saat ini masih memegang peranan penting sebagai bahan ajar utama yang diperlukan dalam proses belajar dan mengajar, hal ini terbukti dari berbgai lembaga pendidikan dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi pada prinsipnya masih menggunakan buku teks pelajaran sebagai bahan ajar utama. Dengan demikian keberadaan buku teks masih merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran yang berlangsung dalam berbagai lembaga pendidikan, (Prastowo, 2011).
3. Fungsi Buku Teks Pelajaran
a. Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik b. Sebagai bahan evaluasi
c. Sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum
d. Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik dan
e. Sebagai sarana untuk peningkatan karier dan jabatan 4. Tujuan Buku Teks Pelajaran
a. Memudahkan pendidik dalam penyampaian materi pembelajaran
b. Member kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau member pelajaran baru, dan
c. Menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik 5. Kegunaan Buku Teks Pelajaran
a. Membatu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku
b. Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran
c. Member kesempatan bagi pserta didik untuk mengulangu pelajaran atau mempelajari pelajaran baru
d. Memberikan pengetahuan baru bagi peserta didik maupun pendidik
e. Menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah kenaikan pangkat dan golonga, serta
f. Menjadi sumber penghasil, jika diterbitkan (Prastowo, 2015).
6. Unsur-Unsur Buku Teks Sebagai Bahan Ajar
Sebagai bahan tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi (cover) yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya dengan komponen-komponen tertentu dan susunan komponen-komponen ini juga disebut sebagai struktur buku teks, (Prastowo, 2011). Dilihat dari strukturnya, bahan ajar berupa buku teks lebih kompleks susunannya dari pada modul ataupun LKS (Lembar Kerja Siswa).
Dengan ketetntuan standar penyususnan bahan ajar berupa buku teks minimal mengacu pada sasaran yang akan dicapai peserta didik, dalam hal ini adalah standar kompetensi (SK dan KD).
Dengan kata lain, sebuah buku teks pelajaran harus memperhatikan komponen buku teks tersebut apakah kelayakan isinya memang berkualitas sehingga tujuan pemeblajaran yang ditetapkan dalam kurikulum dapat tercapai, (Sitepu, 2012). Sedangkan dari sudut pandang ilmu bahasa buku teks berisi informasi, pesan, dan pengetahuan yang dituangkan dalam bentuk tertulis yang dapat dikomunikasikan kepada pembaca(khususnya guru dan peserta didik) secara logis, mudah diterima sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif pembaca. Untuk itu bahasa yang digunakan harus mengacu pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya, sebuah buku teks pelajaran harus memperhatikan komponen kebahasaannya.
Berdasarkan segi konten/isi secara teknis buku teks memuat konsep- konsep yang disajikan sedemikian rupa dengan harapan dapat menarik minat dan motivasi belajar peserta didik, interaktif dan mampu mendorong terjadinya proses berfikir kritis, kreatif, inovatif dan kedalaman berfikir, serta metakognisi dan evaluasi diri. Dengan demikian sebuah buku teks pelajaran harus memperhatikan komponen penyajian yang berisi teknik penyajian, pendukung penyajian materi, penyejiannya mendukung pemeblajaran. Informasi atau materi yang termuat dalam buku teks pelajaran haruslah dibuktikan kebenaran, kemutakhiran, dan ketepatan informasi dalam buku teks tersebut haruslah berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan.
7. Kelebihan Dan Kekurangan Buku Teks Pelajaran Biologi a. Kelebihan buku Teks
Menurut Ibrahim (2010) dalam Lutfiah, Lia (2014) Kelebihan dari bahan ajar cetak (buku teks) ini memiliki harga yang relative lebih terjangkau dan mudah dalam penggunaannya dalam artian tidak membutuhkan peralatan pendukung khusus serta mampu menyajikan materi secara lebih luwes dalam pengertian lebih mudah digunakan baik bagi guru maupun siswanya dengan memiliki segi kepraktisan tersendiri dengan mudah dibawa dan dipindahkan.
b. Kekurangan Buku Teks
Menurut Ibrahim (2010) dalam Lutfiah, Lia (2014) Kelemahan dan kekurangan dari bahan ajar cetak berupa buku teks jika dalam penyusunannya kurang dirancang dengan baik maka buku tersebut dapat dikatakan membosankan. Disamping itu, bahan ajar tulis ini pada prinsipnya kurang memberikan suasana yang “hidup” bagi murid- muridnya.
c. Keterbatasan Buku Teks
Selain memiliki kekurangan dan kelebihan, buku teks juga memiliki keterbatasan sebagai bahan ajar antara lain:
1) Buku teks itu senddiri tidaklah mengajar (walaupun beberapa kegiatan belajar dapat dicapai dengan membacanya) tetapi tetap saja buku teks bersifat sebagai sarana pengajaran.
2) Isi yang disajikan sebagai perangkat kegiatan-kegiatan belajar yang dipadu secara artifisial atau secara buatan saja bagi setiap kelas tertentu.
3) Pelatihan-pelatihan atau tugas-tugas praktis agaknya kurang memadai karena keterbatasan-keterbatasan dalam ukuran buku bteks dan dikarenakan begitu banyaknaya praktik-praktik, pelatihan yang perlu dilaksanakan secara perbuatan.
4) Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena keterbatasan-keterbatasan waktu, ruang, tempat atau wadah yang tersedia didalamnya.
5) Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan evaluasi hanyalah bersifat sugestif dan tidaklah mengevaluasi
keseluruhan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Tarigan, 2006).
8. Macam-macam Buku Teks Pelajaran
Secara umum jenis buku ini bisa bervariasi tergantung dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini pun berlaku pada buku teks yang digunakan di lembaga pendidikan. Terdapat asumsi yang terlanjur berkembang yang menyatakan bahwa buku teks pelajaran dalam artian luas yaitu semua jenis buku dipakai dalam proses belajar dan mengajar termasuk didalamnya lembar kerja siswa (LKS), modul dan buku pelengkap/pengayaan. Untuk menghindari kesimpangsiuran tentang kategorisasi buku yang dipakai dilembaga pendidikan, dari sudut pandang Departemen Pendidikan dan kebudayaan atau yang sekarang ini lebih dikenal dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengkategorikan jenis buku teks pelajaran ini menjadi 4 kelompok yaitu:
a) Buku Teks Pelajaran Pokok Sebagai Bahan Ajar Utama
Buku pelajaran pokok atau yang lebih dikenal dengan buku wajib merupakan buku acuan utama yang digunakan dilembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah yang difungsikan oleh guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan membelajarkan. Dan dijadiakn sebagai bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Sitepu, 2012).
b) Buku Teks Pelajaran Pelengkap Sebagai Pendukung Bahan Ajar Utama
Buku teks pelajaran pelengkap atau yang lebih dikenal dengan buku pengayaan yang didalamnya berisikan informasi yang melengkapi isi/content yang tersaji dalam buku teks pelajaran pokok. Pengayaan yang dimaksud disini adalah pemberian informasi tertentu yang ada dalam kurikulum secara lebih luas dan lebih mendalam. Adapun perbedaan dari buku teks pelengkap dan buku teks pokok terletak pada penyusunan yang tidak sepenuhnya berdasarkan kurikulum dari tujuan, materi pokok dan penyajiannya (Sitepu, 2012).
Perbedaan lainnya penggunaan buku teks pelajaran pelengkap ini sifatnya tidak sewajib penggunaan dari buku teks pelajaran pokok dalam proses pembelajaran tetapi memiliki segi positifnya yaitu dapat membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami pokok bahasan tertentu dalam isi buku teks pelajaran pokok.
c) Buku Teks Bacaan Sebagai Penambah Pengetahuan
Buku teks bacaan merupakan buku yang berisi informasi yang tidak berkaitan langsung dengan bahan yang dituntut dalam kurikulum, tetapi perannya tidak dapat diabaikan karena pada prinsipnya buku teks bacaan sama-sama memberikan manfaat bagi siswa dan guru sebagai penambah pengetahuan atau hiburan. Dan perbedaan dari buku teks bacaan ini dengan kedua buku sebelumnya adalah buku teks bacaan ini tidak menguraikan pokok bahasan tertentu dalam kurikulum atau buku pelajaran pokok dengan penyajian yang terkesan lebih simple dan tidak kaku serta dengan bahasa yang lebih mudah dipahami (Sitepu, 2012).
d) Buku Teks Sumber Sebagai Bahan Referensi
Buku sumber adalah buku yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang keberadaannya telah terjamin kebenarannya serta bersifat baku sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan resmi dalam belajar dan membelajarkan. Contohnya adalah kamus, ensiklopedia, atlas dan himpunan undang-undang atau peraturan. Buku ini hanya digunakan sewaktu-waktu ketika menemukan kesulitan dalam hal tertentu (Setipu, 2012).
C. Konsep Dasar AAAS
Dalam mengevaluasi derajat efektivitas suatu proses pembelajaran diperlukan adanya upaya untuk dianalisa, review, atau evaluasi setiap buku teks pelajaran biologi yang digunakan disekolah, dalam hal ini telah dikembangkan dalam pengevaluasian kualitas dari isi buku teks pelajaran oleh Project 2061 dan disajikan dibawah ini. Dengan terpenuhinya kriteria diatur dalam tujuh kategori yang masing-masing terfokus pada aspek tertentu dari dukungan instruksional.
Setiap criteria ini kemudian diikuti dengan daftar inikator yang digunakan untuk menilai seberapa baik materi dalam memenuhi criteria kurikulum yang berlaku.
Upaya penilaian yang menggambarkan indikator-indikator mana saja yang harus dipenuhi untuk berbagai aspek penilaian baik itu penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Biasanya tingkatan atas penilaian tersebut hanya
ditentukan dengan kategori “sangat memuaskan”, “memuaskan”, “tidak memuaskan”, dan “sangat tidak memuaskan”.
1. Menunjukan Tujuan Pembelajaran Dengan Jelas
Indikator yang pertama untuk mengevaluasi kualitas dari isi buku teks pelajaran ini adalah menentukan apakah buku teks pelajaran yang digunakan memuat tujuan pembelajaran yang jelas dan memberikan pemahaman bagi siswa baik secara langsung memahaminya maupun dari tujuan pembelajaran yang disajikan dalam buku tek tersebut serta tidak lupa mendorong guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran untuk pemnyampaian tujuan pembelajaran tersebut. Urutan isi/konten yang disajikan dalam buku teks pelajaran itu memuat materi ajar dan seluruh kegiatan, baik itu kegiatan pembelajaran secara teori ataupun dalam bentuk kegiatan pengamatan langsung yang pada akhirnya akan direfleksikan dalam bentuk evaluasi kegiatan pembelajaran baik secara tertulis ataupun penilaian kemampuan afektif dan psikomotorik siswa ini menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Suatau pernyataan yang wajib untuk dipertanyakan apakah buku teks pelajaran yang digunakan saat ini telah berhasil menyampaikan tujuan pembelajaran secara keseluruhan yang diinginkan dengan indikator, dipahami, dan dimengertinya isi dari buku teks tersebut serta tidak lupa apakah buku teks tersebut memotivasi siswa untuk lebih tertarik pada konten buku teks yang mereka pelajari?
2. Memperhitungkan Gagasan Siswa
Mengkritisi atau menilai kualitas isi buku teks pelajaran tidak akan terlepas dari fungsi dan peran buku teks sebagai sumber belajar yaitu buku teks seyogyanya memiliki kemampuan dalam memperhitungkan gagasan-gagasan dari siswa dalam proses pembelajaran secara keseluruhan berkaitan dengan dengan konsep yang mereka pelajari sehingga siswa bukan hanya tahu melainkan memahami dan mempertanyakan dari konsep yang mereka pelajari , dengan kata lain buku teks ini mampu mengembangkan pola berfikir siswa dengan memahami isi dari buku teks dan memaparkannya merutut ide dan pemikiran mereka secara deskriptif.
3. Melibatkan Siswa dengan Fenomena Relevan dengan Materi Pelajaran Karakteristik ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah untuk menjelaskan fenomena dalam berbagai hal, baik itu peristiwa kecil maupun besar sehingga dalam proses pembelajaran siswa mampu mensinkronkan fenomena yang terjadi dialam dengan apa yang sudah mereka ketahui dari isi suatu buku teks pelajaran, terutama dalam dunia sains. Hal ini bertujuan untuk melatih siswa dalam mendeskripsikan pola pemikirannya dalam menginterprestasikan pengetahuan yang dimiliki dengan menghubungkannya dengan dengan fenomena yang terjadi secara lebih nyata.
Karakteristik inilah yang menjadi bahan kurikulum berkaitan dengan kebenaran suatu ilmu secara ilmiah penting untuk berbagi fenomena yang relevan yang disediakan baik pengalaman langsung dengan fenomena ataupun fenomena yang tidak disajikan secara langsung. Pengalaman yang tidak langsung (misalnya teks, gambar, video) diberikan kepada siswa sebagai perwakilan dari fenomena yang terjadi meskipun siswa tidak mengalami secara langsung. (Perlu diketahui bahwa jika materi hanya menyediakan pengalaman secara langsung, indikator ini tidak berlaku).
4. Mengembangkan dan Menerapkan Konsep Pembelajaran Secara Ilmiah Dalam dunia pendidikan terutama dalam proses belajar dan pembelajaran diperlukan adanya studi literasi sains yang dimana mengharuskan siswa memahami korelasi antara gagasan-gagasan ilmiah dengan fenomena yang berkaitan sehingga mereka mampu memaparkannya secara sistematik. Adapun runtutan dari proses pengintegrasian antara ide dan konsep ilmiah yang berkaitan dengan fenomena yang mereka jumpai melatih mereka untuk melihan manfaat dari gagasan-gagasan ilmiah yang mereka pelajari dan mampu menerapkannya secara terampil. Kriteria ini digunakan untuk menentukan apakah materi kurikulum mampu mengeksplor dan mengembangkan gagasan- gagasan utama dengan cara yang lebih mudah diakses dan lebih mudah dipahami oleh siswa. Pertanyaannya apakah materi dalam buku teks ini mampu memperkenalkan istilah-istilah ilmiah bermakna yang dapat menghubungkan pengalaman dengan ide ataukah hanya diperlukan hanya untuk memfasilitasi.
5. Mendorong Siswa Untuk Mengembangkan Kemampuannya Berfikir Tentang Fenomena, Pengalaman dan Pengetahuan Yang Saling Berkaitan Antara Ketiganya
Buku teks yang dikatan berkualitas adalah buku teks yang bagaimana memaksimalkan potensi siswa dalam proses pengembangan pola berfikir mereka tentang bagaimana memahami isi dari buku teks tersebut secara tersirat atau tersurat. Hal ini ditunjukan dengan bagaimana peserta didik mampu menghubungkan pengetahuan yang mereka peroleh dari lembaga pendidikan, dari tenaga kependidikan, lingkungan dan fenomena yang mereka rasakan dalam kehidupan yang lebih bersifat nyata.
6. Penilaian Terhadap Perkembangan Siswa dalam Proses Pembelajaran Proses pembelajaran tidak akan terlepas dari kegiatan evaluasi dengan keberagaman perangkat penilaian hasil belajar siswa baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Buku teks yang baik pun perlu dilakukannya evaluasi berkaitan dengan rangkaian materi pelajaran yang disajikan dengan perangkat penilaian hasil belajar siswadengan ketiga aspek tersebut memiliki keselarasan dengan materi yang disajikan serta apakah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin tercapai. Suatu kebutuhan yang penting sebagai penerapan berdasarkan materi yang disajikan untuk meminimalisir kemungkinan siswa tidak melakukan aktifitas diluar proses pembelajaran yang berlangsung dengan berbagai macam perangkat assessment yang ada pada buku teks tersebut baik berupa tes secara tertulis, lisan ataupun berupa kegiatan pengamatan langsung.
7. Meningkatkan lingkungan belajar sains
Dalam indikator ini mengevaluasi fitur apa saja yang tersedia pada buku teks sains yang dijadikan sebagai sumber ajar dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas penggunaan dan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan materi yang disajikan pada isi buku teks pelajaran seluruh siswa dan apakah sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan. Mampu mendukung materi pelajaran yang diajarakan guru pada siswanya. Hal ini akan meninjau lebih lanjut peran dan fungsi guru dalam meningkatkan pemahaman siswa akan materi pelajaran yang disampaikan tentang ilmu sains, matematika dan teknologi seperti yang diperlukan untuk mengajar materi. Menyediakan jawaban cukup rinci atas pertanyaan dalam buku siswa bagi guru untuk
memahami dan menafsirkan berbagai tanggapan siswa. Merekomendasiakan sumber daya untuk menigkatkan pemahaman guru tentang ide-ide kunci.
Mendorong rasa ingin tahu dan mempertanyakan. Apakah materi membantu guru untuk menciptakan lingkungan kelas yang mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa, menghargai setiap kreatifitas siswa yang muncul, mendorong semangat siswa untuk berkompetisi secara sehat dan menghindari dogmatisme. Termasuk saran untuk bagaimana mendorong pertanyaan dan memandu merekan mencari jawaban, menghormati dan menghargai gagasan-gagasan siswa. Apakah materi membantu guru untuk menciptakan sebuah komunikasi kelas yang mendorong harapan yang tinggi untuk semua siswa, yang memungkinkan semua siswa mengalami keberhasilan, dan yang menyediakan semua jenis siswa dengan rasa memiliki ilmu pengetahuan dikelas.
D. Pencemaran Lingkungan
1. Macam-macam pencemaran lingkungan
Berdasarkan lingkungan yang mengalami pencemaran, secara garis besar pencemaran lingkungan dikelompokkan menjadi pencemaran air, udara, tanah dan suara.
a. Pencemaran Air
Menurut Achmad (2000) dalam Duniati, Nina (2014) Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
b. Pencemaran Tanah
Menurut Campbell (2004) dalam Duniati, Nina (2014) Manusia telah mengganggu siklus nutrient samapai suatu derajat tertentu sehingga tidak mungkin lagi memahami setiap siklus tanpa harus memasukkan pengaruh manusia di dalamnya. Pertanian mempunyai suatu dampak yang sangat besar terhadap siklus nitrogen. Pengolahan, penghancuran dan pencampuran tanah meningkatkan laju penguraian bahan organik, yang membebaskan nitrogen yang dapat digunakan yang kemudian dikeluar kan dari ekosistem tersebut ketika tanaman tersebut dipanen.
c. Pencemaran Udara
Menurut Odum (1998) dalam Duniati, Nina (2014) Polusi udara memberikan tanda umpan balik negative yang mungkin dapat menyelamatkan masyarakat industri. Polusi udara juga memberikan contoh yang baik untuk sinergisme, dalam kombinasi itu bahan pencemar bereaksi bila ada sinar matahari dan menghasilkan tambahan polusi yang amat memberat masalah secara keseluruhan. Sinergisme lain yang berbahaya dihasilkan SO2, yang dalam keadaan normal tersapu dan teroksidasi di atmosfer, menyerap partikel pencemar (debu, abu yang beterbangan, dll) bersinggungan dengan jaringan yang basah (seperti bagian dalam dari paru- paru manusia) atau titik-titik air, dan berubah menjadi asam sulfat. Polusi asam seperti ini tidak hanya merugikan kesehatan, tetapi juga menyebabkan logam dan batu kapur berkarat. Ada pula sinergisme lain antara asap rokok dan polusi udara. Polusi udara dapat menyebabkan darah orang yang bukan perokok keracunan oleh CO pada tingkat yang sama dengan perokok yang menghabiskan sebungkus rokok sehari.
Udara dikatakan tercemar jika udara mengandung unsur-unsur yang mengotori udara. Bentuk pencemaran udara bermacam-macam, ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat.
1) Pencemaran Udara Berbentuk Gas
Beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi lingkungan, dan masuk ke lingkungan udara dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup. Pencemaran udara yang berbentuk gas adalah karbon monoksida, senyawa blerang (SO2 dan H2S), senyawa nitrogen (NO2), dan cloroflourocarbon (CFC).
Kadar CO2 yang terlampau tinggi di udara dapat menyebabkan suhu di udara dipermukaan bumi meningkat dan dapat menggangu sistem pernafasan. Kadar gas CO lebih dari 100 pp didalam darah dapat merusak sistem saraf dan dapat menimbulkan kematian. Gas SO2 dan H2S dapat bergabung dengan partikel air dan menyebabkan hujan asam.
Keracunan NO2 dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan, kelumpuhan, dan kematian. Sementara itu, CFC dapat menyebabkan rusaknya lapisan ozon di atmosfer.
2) Pencemaran udara berbentuk partikel cair atau padat
Partikel yang mencemari udara terdapat adalam bentuk cair atau padat. Partikel dalam bentuk cair berupa titik air atau kabut. Kabut dapat menyebabkan sesak napas jika terhisap kedalam paru-paru.
Partikel dalam bentuk pada dapat berupa debu atau abu vulkanik.
Selain itu, dapat juga berasal dari makhluk hidup, misalnya bakteri, spora, virus, sebuk sari, atau serangga-serangga yang telah mati. Partikel- partikel tersebut merupaka sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
d. Pencemaran Suara
Menurut Odum (1998) dalam Duniati, Nina (2014) Polusi suara bunyi yang tidak dikehaendaki “yang dibuang” kedalam atmosfer tanpa menghiraukan pengaruh balik yang mungkin terjadi. Dalam arti paling luas, polusi suara adalah serangan balik yang tidak di duga dalam penggunaan tenaga yang terkonsentrasi. Unit pengukuran bunyi adalah decibel (db).
2. Dampak Pencemaran Bagi Manusia Secara Global
Pembakaran bahan bakar minyak dan batubara pada kendaraan bermotor dan industri menyebabkan naiknya kadar CO2 diudara. Gas ini juga dihasilkan dari kebakaran hutan, gas CO2 ini akan berkumpul di atmosfer bumi. Jika jumlahnya sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke bumi. Akibatnya, suhu di bumi menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah kaca (green house effect). Selain gas CO2 lain yang menimbulkan efek rumah kaca adalah CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan berasal dari pembusukan kotoran hewan.
Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik secara global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik, sebagai akibat mencairnya es dikutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi tenggelam. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia. Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah, danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan
mikroorganisme yang hidup didalamnya terganggu dan mati. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia.
3. Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui penyuluhan dan penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, diantaranya sebagai berikut:
a. Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah ke sungai dan keselokan akan menyebabkan aliran airnyaterhambat. Akibatnya, sampah akan menumpuk dan membusuk. sampah yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, bisa menyebabkan banjir pada musim hujan.
b. Penanggulangan limbah industri
Limbah dan industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia, sebelum dibuang harus diolah terlabuh dahulu. Hal tersebut akan mengurangi bahan pencemar di perairan. Dengan demikian, bahan dari limbah pencemar yang mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem.
E. Kerangka Berfikir
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memeperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Sementara itu, menurut Wina Sanjaya, belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik (Sanjaya, 2008). Jadi, proses pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat di lihat (Prastowo, 2013).
Analisis buku teks merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan menganalisis kualitas isi buku teks sehingga bahan ajar yang digunakan sebagai acuan pembelajaran dikelas sesuai dengan standar kurikulum 2013 yang telah di tetapkan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui relevansi indicator dengan AAAS Project 2061 (High School Textbooks Evaluation). Hal-hal tersebut perlu dianalisis sehingga bahan ajar yang digunakan sebagai acuan pembelajaran dapat menunjang proses pembelajaran tersebut.
Analisis buku teks pelajaran ini meliputi: penerapan proses sains pada buku teks pelajaran berdasarkan AAAS Project 2061 (High School Textbooks Evaluation). Dengan adanya analisis kualitas isi buku teks pelajaran ini, diharapkan buku teks pelajaran yang digunakan oleh guru biologi adalah buku teks pelajaran yang berkualitas sesuai dengan standar yang berlaku. Untuk lebih jelasnya, perhatikan bagan dibawah ini.
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Pembelajaran di Kelas
Pemilihan Buku Teks Acuan Belajar
Analisis Kualitas Isi Buku Teks
Penerapan Process Science Berdasarkan AAAS Project
2061 Evaluation Textbooks Buku Teks Biologi Berkualitas Sesuai Dengan
AAAS Project 2061 Evaluation
Bagan diatas menunjukan bahwa buku teks pelajaran merupakan sumber belajar bagi siswa yang keberadaanya sangat penting dalam proses pembelajaran.
Untuk itu harus dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap kualitas isis buku teks pelajaran, baik analisis ketepatan konsepnya, relevansi indicator dengan kurikulum, serta penerapan proses sains. Analisis tersebut dilakukan agar diperoleh buku teks pelajaran yang berkualitas maka akan tercipta pula output, dalam hal ini peserta didik yang baik.
F. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini ada penelitian yang serupa mengenai analisis buku teks yaitu:
Penelitian Lia Lutfiah (2014) dengan judul “Analisis Isi Buku Teks Biologi SMA Kelas X Pada Konsep Tumbuhan (Plantae) Di SMAN 1 Palimanan”.
Kesimpulan dari penelitian Lia Lutfiah ini adalah ada buku teks yang berkualitas baik sebagai bahan ajar utama dalam proses pembelajaran, dengan dilakukannya penyempurnaan kualitas isi buku teks dalam bidang sains yang mampu mengembangkan dua komponen utama sains yaitu produk sains dan proses sains di dalamnya.
Penelitian Noviana (2014) dengan judul: “Analisis Kualitas Isi Buku Teks Biologi Tingkat SMA Kelas X Semester 1 Pada Konsep Fungi”. Kesimpulan dari penelitian Noviana ini adalah hasil penelitian menunjukkan bahwa Buku teks Biologi BSE memiliki kesesuaian atau relevansi dengan kurikulum sebesar 50%, Non BSE sebesar 66,66%, Kurikulum 2013 sebesar 57,14% . Ketepatan konsep isi buku teks BSE sebesar 44.44% , Non BSE dan Kurikulum 2013 sebesar 53.84%.
Buku teks biologi BSE memiliki prosentase proses sains yang lebih rendah dibandingkan dengan prosentase buku teks Biologi Non BSE dan buku teks Biologi Kurikulum 2013.
Penelitian Sudirman (2015) dengan judul: “Analisis Buku Mata Pelajaran Biologi Sma Kelas X Semester 1 Di Kota Cirebon Berdasarkan Ketepatan Konsep, Kesalahan Ejaan, Tingkat Keterbacaan Dan Literasi Sains”. Kesimpulan dari penelitian Sudirman ini adalah Tingkat literasi sains dari buku paket Biologi prosentase dalam indikator sains sebagai batang tubu pengetahuan (a body of knowledge) yang paling tinggi adalah 78% untuk buku paket terbitan X dan Y.
Pada indikator sains sebagai cara untuk menyelidiki (way of investigating)
prosentasenya mencapai 8%, dari 250 penyataan yang dianalisis. Buku paket terbitan X, dan pada buku paket terbitan Y prosentasenya mencapai 17,74%, prosentase ini mendseskripsikan bahwa keduanya kurang menekankan pada cara siswa untuk melakukan praktikum, data identifikasi, bisa juga penyelidikan tentang materi yang disajikan dalam buku. Tingkat literasi sains pada buku paket Biologi terbtan X indikator sains sebagai cara berfikir (way of thinking) prosentasenya mencapai 7%. Pada buku paket terbitan Y hanya mencapai 3,76% atau jika dibulatkan menjadi 4%. Prosentase ini kurang mencerminkan sikap seorang ilmuwan atau cara pikir seorang ilmuwan. Bab ini hanya menekankan yang bersifat hafalan, dan pemahaman saja. 4. Tingkat literasi sains pada indikator interaksi sains teknologi dengan masyarakat (Interaction of science, technology, and society) juga merefleksikan hasil terendah dibandingkan dengan sains sebagai batang tubuh pengetahuan(a body of knowledge). pada buku paket terbitan X prosentase tingkat kemunculannya hanya mencapai 7% dan pada buku paket terbitan Y mencapai 11%
Tingkat literasi sains dengan empat indikator pada buku paket terbitan X ini tidak seimbang. Tingkat ketapatan konsep pada buku paket Biologi terbitan X, dari jumlah keselurahan bab yang dianalisis menunjukan bahwasannya konsep yang memadai prosentasenya lebih besar daripada konsep yang kurang atribut atau miskonsepsi. Kesalahan penggunaan ejaan yang paling menonjol dan paling banyak ditemui adalah kesalahan penggunaan ketikan. kesalahan-kesalahan tersebut tidak baik bagi siswa. Konsentrasi dan gairah membaca siswa akan terpengaruh dengan adanya kesalahan-kesalahan mendasar tersebut.
Penelitian Udeani (2013) dengan judul “Quantitative Analysis Of Secondary School Biology Textbooks For Scientific Literacy Themes”.
Kesimpulan dari penelitian Dr. Uchenna Udeani adalah: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan sebagai pengetahuan dasar adalah tema yang dominan yang berkisar dari rata-rata 50%
menjadi 66,7%. Materi ditujukan untuk ilmu pengetahuan sebagai cara menyelidiki berkisar dari rata-rata 24,4% menjadi 42,9%. Materi ditujukan untuk ilmu pengetahuan sebagai cara berpikir berkisar dari berarti dari 4,6% menjadi 13%.
Materi yang dikhususkan untuk STS yang berkaitan dengan literacy ilmiah berkisar dari rata-rata 2,6% menjadi 2,9%. Hal ini dapat di ketahui bahwa Sebagian besar biologi buku teks yang dianalisis dalam penelitian ini menekankan ilmu sebagai pengetahuan dasar.