Judul : PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP DINAMIKA BEBERAPA INDIKATOR PENDAPATAN BERDASARKAN PERSEPSI PETANI PENGURUS P3A DALAM KEGIATAN PSETK.
(Survai di Daerah Irigasi Citaal Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan) Oleh :
Dedi Sufyadi*) ABSTRAK
Penelitian ini melihat bagaimana peran kelembagaan dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi melalui kegiatan Profil Sosial Ekonomi Teknis Kelembagaan (PSETK). Utama nya tentang hubungan antara kelembagaan dengan dinamika beberapa indikator pendapatan berdasarkan persepsi petani pengurus P3A (Kelompok Petani Pemakai Air) di DI Citaal Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan.
Metode penelitian dilakukan melalui survai pada petani pengurus P3A yang tergabung pada kelompok GP3A Saluyu di DI Citaal Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan. Penentuan lokasi penelitian secara purposive dan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan multistage random sampling.
Kesimpulan sementara yang ingin di jawab yaitu, perihal semakin tinggi peran kelembagaan maka semakin rendah jenis usaha selain bertani, semakin rendah biaya produksi; semakin rendah tingkat pengeluaran rutin per hari; semakin tinggi penghasilan kotor per hari; dan pendapatan per hari berdasarkan persepsi petani pengurus P3A. Pengujian statistik digunakan metode korelasi rank sperman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ada nya peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK dapat menurunkan jenis usaha selain bertani, biaya produksi; dan pengeluaran rutin per hari. Sedangkan adanya peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK dapat meningkatkan penghasilan kotor per hari dan pedapatan per hari , walau pun peningkatannya belum diketahui secara pasti.
___________________
Kata Kunci : Kelembagaan, Indikator pendapatan; persepsi petani. *) Penulis, Tenaga Edukatif di Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi.
Title : The Involvement of the institution on the dynamics of revenue resources based on P3A farmers members opinion in PSETK activity
(A survey on Citaal Irrigation regency Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan) by :
Dedi Sufyadi*) ABSTRACT
This research shows the institution role and developing and cultivating the irrigation through Social Economy Institution Technique Profil (PSETK). It particularly determines the correlation between the member of P3A (The water dependent usage farmer) in Citaal Regency Ciwaru Kabupaten Kuningan.
The research method done in this research is by surveying the P3A farmers who joined GP3A Saluyu in Citaal regency Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan. The location is decided by purposive technique and the technique of taking the sample is done by using multistage random sampling.
The hyphotesis that will be answered is the more active of the role of the institution can make the work besides farmering lower, the lower of the production cost will influence the routine outcome lower per day; the higher of the revenue per day; and the revenue per day based on the P3A farmers member opinion. The statistic examination used in this research is the correlation rank sperman method.
The result of the research shows that the involvement of the institution in the activity of PSETK can reduce the work besides farmering, the cost of the production, and the routine outcome per day. In the contradictory, the involvement of the institution in the activity of PSETK can increase the income per day and revenue per day, although the increase has not been known yet in the real number.
___________________
Key words : Institution, revenue indicator; farmers’ opinion.
*) The Writer is a lecture in the Faculty of Agriculture of Siliwangi University. Campus adress : Jl. Siliwangi No. 24 Pos 164 Tasikmalaya Telp.(0265)330634.
PENDAHULUAN
Sejak tahun 2006 dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif (PPSIP) telah dilaksanakan program Participatory Irrigation Sector Project (PISP) di beberapa daerah di wilayah Provinsi Jawa Barat seperti di Garut, Cirebon dan Kuningan. PISP merupakan salah satu program strategis yang mampu memberikan dorongan berarti bagi pembangunan ekonomi dan pertanian di daerah.
Kabupaten Kuningan sebagai salah satu daerah yang terbagus sumberdaya air nya di wilayah Jabar dan dipercaya untuk melaksanakan program dimaksud sejak tahun 2006. Implementasi program PISP di Kabupaten Kuningan dilakukan secara multipihak dengan berfokus pada peningkatan kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan irigasi.
Daerah Irigasi terbesar di Kabupaten Kuningan dan di bawah kontrol langsung Provinsi Jabar yaitu, DI Citaal. Areal persawahan terluas di wilayah layanan DI Citaal berada di Desa Ciwaru Kecamatan Ciwaru. Jumlah petani 995 orang yang tergabung dalam enam P3A dan satu GP3A. Nama nya GP3A Saluyu. Petani pengurus yang menangani kelembagaan berjumlah 65 orang. Banyak aspek masalah yang mengemuka di GP3A Saluyu. Mulai dari aspek sosial ekonomi, aspek teknik irigasi; aspek potensi sumberdaya lokal; aspek kelembagaan; hingga aspek usahatani.
Dalam konteks kegiatan PSETK itu lah, ingin diketahui apakah ada hubungan antara peran kelembagaan dengan dinamika beberapa indikator pendapatan berdasarkan persepsi petani pengurus P3A. Untuk keperluan tersebut penelitian dilakukan pada petani pengurus P3A yang tergabung dalam GP3A Saluyu di DI Citaal Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut, bagaimana peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK berikut dinamika dari beberapa indikator pendapatan berdasarkan persepsi petani pengurus P3A dan apakah ada hubungan antara peran kelembagaan dengan dinamika beberapa indikator pendapatan berdasarkan persepsi petani pengurus P3A.
Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK berikut dinamika beberapa indikator pendapatan berdasarkan persepsi petani pengurus P3A dan untuk mengetahui hubungan antara peran kelembagaan
dengan dinamika beberapa indikator pendapatan berdasarkan persepsi petani pengurus P3A.
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan profesi dan keilmuan, terutama ilmu Pembangunan pertanian; dan sebagai ikhtiar mencari justifikasi bagi kebijakan pengembangan dan pengelolaan irigasi partisipatif, terutama dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat tani.
Perlu diketahui bahwa, PSETK dimaksudkan untuk menyediakan data atau informasi mengenai kondisi sosial ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang dibutuhkan dalam program peningkatan kinerja pengelolaan irigasi partisipatif pada suatu daerah tertentu. Tujuan PSETK adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang tepat serta aktual sebagai masukan dalam proses perencanaan program teknis, kelembagaan usahatani, dan usaha ekonomi lainnya pada suatu daerah irigasi berdasarkan potensi sumberdaya lokal melalui kegiatan penyusunan profil dan lainnya (Depdagri, 2009).
Menurut Soehardjo dan Dahlan Patong (1973), biaya produksi terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Mubyarto (1989), mengemukakan bahwa biaya tetap merupakan jenis biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi pada besar kecilnya produksi dan biaya variabel merupakan jenis biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi.
Tentu nya biaya berkaitan erat dengan pendapatan petani. Begitu halnya adanya irigasi teknis disinyalir dapat meningkatkan pendapatan petani. Itu semua dapat disebut sebagai indikator pendapatan petani (www. Litbang.go.id). Indikator lainnya seperti jenis usaha selain bertani dapat dijabarkan kepada mengelola jasa pariwisata, membuka warung; membuat pupuk organik; memelihara ikan dan beternak; mengembangkan kearifan lokal (www.e-dukasi.net). Tentang berusaha di kota dalam penelitian ini tentunya tidak termasuk pada jenis usaha selain bertani.
Menurut Agus Purwono (2004), pendapatan rata-rata per hari nelayan kelompok Rp.76 000,- dan nelayan bukan kelompok Rp. 54 000,-. Hal ini sejalan dengan pernyataan www.pdf chaser.com bahwa, penguatan kelembagaan kelompok tani kunci kesejahteraan petani.
Menurut Pakpahan,A, (1991) bahwa, bentuk kelembagaan berdampak terhadap kinerja produksi, penggunaan input, kesempatan kerja, perolehan hasil dan kelestarian lingkungan. Seberapa jauh kelembagaan yang direkayasa diterima masyarakat bergantung pada struktur wewenang, kepentingan individu, keadaan masyarakat, adat dan kebudayaan.
Menurut Chrisman Silitongga (1995), kelembagaan merupakan faktor penting yang menentukan kesuksesan suatu bidang agribisnis. Begitu hal nya Tuhpawana, PS (1995) berpendapat bahwa, pengembangan kelompok pemasaran merupakan salah satu strategi untuk mendidik petani pandai menjual dan bukan hanya pandai berproduksi.
WWW. Abdulmutholib.co.id berpendapat bahwa, penguatan kelembagaan petani telah dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pengelolaan irigasi guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Berdasarkan uraian di atas, identifikasi masalah yang pertama tidak diturunkan hipotesis karena akan dianalisis secara deskriptif. Identifikasi masalah yang ke dua dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut, semakin tinggi peran kelembagaan petani pengurus P3A, maka semakin rendah tingkat jenis usaha selain bertani nya. Semakin tinggi peran kelembagaan petani pengurus P3A, maka semakin rendah tingkat biaya produksi nya. Semakin tinggi peran kelembagaan petani pengurus P3A, maka semakin rendah tingkat pengeluaran rutin per hari nya. Semakin tinggi peran kelembagaan petani pengurus P3A, maka semakin tinggi penghasilan kotor per hari nya. Semakin tinggi peran kelembagaan P3A, maka semakin tinggi pendapatan per hari nya.
METODOLOGI PENELITIAN.
Penelitian ini dilaksanakan di GP3A Saluyu DI Citaal Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan dengan menggunakan metode survei. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara multistage random sampling. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Variabel penelitian meliputi peran Kelembagaan yaitu, kelengkapan dan fungsi lembaga pemerintahan (Bappeda, Diperta, Dinas PSDA), masyarakat (KPI, Komir, GP3A); petani (P3A, Kelompok Tani) yang terlibat dalam kegiatan PSETK. Meminjam pendapat Rusidi (1992) bahwa, kelembagaan masyarakat potensinya bukan saja banyaknya jenis atau macam kelembagaan, akan tetapi juga tentang berfungsi tidaknya kelembagaan tersebut dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu untuk mengukur peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK dapat disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel-2.1 : Skoring Peran Kelembagaan Dalam Kegiatan PSETK.
Jenis Kelembagaan Kelengkapan Fungsionalisasi Kelembagaan Berfungsi Transisi Tak fungsi
Pemerintah Lengkap Tak Lengkap 6 3 5 2 4 1 Masyarakat Lengkap Tak Lengkap 6 2 5 2 4 1 Petani Lengkap Tak Lengkap 6 3 5 2 4 1
Selanjutnya pengukuran indikator-indikator variabel kelembagaan (Harun Al Rasyid, 1995) dengan kategori sebagai berikut :
Klassifikasi = 𝑠𝑘𝑜𝑟 max − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 , sehingga peran kelembagaan dapat diklassifikasikan : Tinggi = 13 – 18
Sedang = 8 – 12 Rendah = 3 – 7
Dinamika Jenis usaha selain bertani yaitu naik-turun jenis usaha selain bertani petani
pengurus P3A yang dibatasi pada jenis usaha yang memiliki pencurahan tenaga kerja setelah ada kegiatan PSETK, dengan klassifikasi :
Tinggi = setelah ada kegiatan PSETK naik, scoring : 3 Sedang = setelah ada kegiatan PSETK sama saja, scoring : 2. Rendah = setelah ada kegiatan PSETK turun, scoring : 1
Dinamika biaya produksi yaitu naik-turun biaya usahatani petani pengurus P3A dalam satu musim tanam setelah ada kegiatan PSETK dengan klassifikasi :
Tinggi = setelah ada kegiatan PSETK naik, scoring : 3. Sedang= setelah ada kegiatan PSETK sama saja, scoring : 2. Rendah= setelah ada kegiatan PSETK turun, scoring : 1.
Dinamika pengeluaran rutin / hari yaitu naik-turun belanja rutin yang dianggap sebagai biaya sehari-hari petani pengurus P3A setelah ada kegiatan PSETK dengan klassifikasi :
Tinggi = setelah ada kegiatan PSETK naik, scoring : 3. Sedang= setelah ada kegiatan PSETK sama saja scoring : 2. Rendah= setelah ada kegiatan PSETK turun, scoring : 1.
Dinamika penghasilan kotor / hari yaitu naik-turun penerimaan total / hari petani pengurus P3A setelah ada kegiatan PSETK dengan klassifikasi :
Tinggi = setelah ada kegiatan PSETK naik, scoring : 3. Sedang= setelah ada kegiatan PSETK sama saja, scoring : 2. Rendah= setelah ada kegiatan PSETK turun, scoring : 1.
Dinamika pendapatan / hari yaitu naik-turn penerimaan bersih / hari petani pengurus P3A yang bersumber dari usahataninya dan di luar usahatani yang halal dibatasi oleh
penerimaan bersih yang memerlukan pencurahan tenaga kerja setelah ada kegiatan PSETK dengan klassifikasi :
Tinggi = setelah ada kegiatan PSETK naik, scoring : 3 Sedang= setelah ada kegiatan PSETK sama saja : 2. Rendah= setelah ada kegiatan PSETK turun scoring : 1.
Peran kelembagaan dan dinamika beberapa indikator pendapatan berdasarkan persepsi petani pengurus P3A, di analisis dengan menggunakan analisis Nilai Tertimbang (NT), menggunakan rumus sebagai berikut :
NT = x100% ideal skor dicapai yang Skor
Skor ideal merupakan skor tertinggi dari variabel dan indikator, berdasarkan item jumlah pertanyaan dalam kuesioner, sedangkan skor yang di capai berasal dari skor variabel dan indikator-indikator nya yang di dapat dari jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (Djoni, 1998).
Hipotesis penelitian yang diajukan, di uji oleh uji korelasi rank sperman. Untuk sampel besar jika N > 10, penentuan signifikasi rs diuji dengan :
thit = rs N2/1(rs)2 Keterangan:
rs = Korelasi Rank Spearman
N = jumlah sampel thit = alat uji
Untuk hipotesis yang diajukan dengan di uji melalui rumus di atas , selanjut nya dibandingkan dengan ttab, db = N – 2.
Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
Ho : 0 : Tidak terdapat hubungan antara peran (kelengkapan dan fungsi)
kelembagaan dalam kegiatan PSETK dengan dinamika beberapa indikator pendapatan petani ( jenis usaha selain bertani, biaya produksi, pengeluaran rutin / hari, penghasilan kotor / hari, pendapatan / hari ).
H1 : 0 : Terdapat hubungan antara peran (kelengkapan dan fungsi)
kelembagaan dalam kegiatan PSETK dengan dinamika beberapa indicator pendapatan petani ( jenis usaha selain bertani, biaya produksi, pengeluaran rutin / hari, penghasilan kotor / hari pendapatan / hari ).
Kriteria uji yang digunakan untuk menetapkan keputusan hipotesis tersebut adalah:Terima Ho atau tolak H1, jika thit < ttab
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.
Keadaan umur responden dalam penelitian ini rata-rata tergolong pada usia kerja, hal ini sejalan dengan pendapat Said Rusli (1984) yang menyatakan bahwa penduduk usia produktif adalah penduduk yang berusia 15 sampai 64 tahun. Pada usia tersebut responden masih memungkinkan untuk dapat merespon inovasi baru yang akan berpengaruh positif terhadap kemajuan usaha yang dijalankannya.
Persepsi petani pengurus P3A terhadap peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK termasuk kategori baik, dengan NT sebesar 85 persen. Hal ini berarti baik kelengkapan maupun fungsi kelembagaan dalam kegiatan PSETK di DI Citaal sudah berjalan baik. Kelengkapan baik memiliki arti eksistensi lembaga yang terlibat dalam kegiatan PSETK cukup banyak seperti Dinas PSDA, Distan, Komir, KPI dan P3A, tentu nya di bawah koordinasi Bappeda. Fungsi kelembagaan yang baik tentunya dapat diartikan sebagai lembaga yang eksis itu telah melaksanakan tujuan organisasinya.
Persepsi petani pengurus P3A terhadap dinamika dari beberapa indikator pendapatan seperti: jenis usaha selain bertani, biaya produksi; pengeluaran rutin/hari; penghasilan kotor/hari’ pendapatan/hari berkategori sedang; dengan NT masing-masing sebesar 64 persen; 50 persen; 50 persen; 50 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa setelah ada kegiatan PSETK baik jenis usaha selain bertani, biaya produksi; pengeluaran rutin/hari; penghasilan kotor/hari maupun pendapatan/hari itu tidak mengalami kenaikan dan atau tidak mengalami penurunan alias sama saja.
Berdasarkan hasil analisis rank spearman secara parsial, hubungan antara peran kelembagaan PSETK dengan dinamika dari beberapa indikator pendapatan seluruhnya memiliki hubungan sangat nyata (highly significant). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel-4.1. :
Tabel-4.1. Hubungan antar Variabel Penelitian.
No Variabel Ts Tingkat Signifikansi
1 Jenis Usaha Selain Bertani - 0,88 Sangat nyata, level 0,01
2 Biaya Produksi - 0,89 Sangat nyata, level 0,01
3 Pengeluaran Rutin / Hari - 0,89 Sangat nyata, level 0,01 4 Penghasilan Kotor / Hari 0,89 Sangat nyata, level 0,01 5 Pendapatan / Hari 0,89 Sangat nyata, level 0,01
Dari Tabel-4.1. terlihat bahwa variabel jenis usaha selain bertani, biaya produksi; pengeluaran rutin per hari; penghasilan kotor per hari; pendapatan per hari memiliki hubungan yang sangat nyata dengan variabel peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK pada level 0,01. Dalam hal ini ada dua bentuk hubungan yaitu, variabel jenis usaha selain bertani, biaya produksi; dan pengeluaran rutin per hari berkorelasi negatif dengan variabel peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK; sedangkan variabel penghasilan kotor per hari dan pendapatan per hari berkorelasi positif dengan variabel peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK. Dengan demikian dapat lah dikatakan bahwa, peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK dimungkinkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani. Menurut www,bappenas.go.id kelembagaan pertanian rakyat yang tangguh perlu dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Hal ini dibuktikan oleh kelembagaan pada pengembangan sapi perah dapat meningkatkan pendapatan petani peternak sapi perah (www.unhas.ac.id).
Variabel jenis usaha selain bertani pada dasarnya erat kaitannya dengan kegiatan off farm. Kegiatan dilakukan tiada lain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Dengan demikian, terlihat bahwa semakin tinggi peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK, maka semakin menurun kegiatan jenis usaha selain bertani. Memang, penguatan kelembagaan petani dapat meningkatkan posisi tawar pertanian (www.info.stppmedan.ac.id). Variabel biaya produksi pada dasarnya merupakan sisi
negatif dari variabel pendapatan. Artinya biaya produksi yang tinggi akan mengurangi pendapatan. Menurut biotani.bogspot.com bahwa, efisiensi biaya usahatani dapat meningkatkan pendapatan petani. Dalam hal ini semakin tinggi peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK ternyata biaya produksi semakin menurun. Variabel pengeluaran rutin per hari pada dasarnya sama dengan biaya produksi bersifat negatif terhadap pendapatan. Arti nya pengeluaran rutin per hari semakin tinggi akan mengurangi pendapatan. Dalam hal ini semakin tinggi peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK ternyata pengeluaran rutin per hari semakin menurun. Variabel penghasilan kotor per hari pada dasarnya sangat berkaitan dengan variabel pendapatan. Artinya penghasilan kotor per hari yang tinggi memungkinkan variabel pendapatan juga tinggi. Dalam hal ini semakin tinggi peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK, ternyata semakin tinggi pula penghasilan kotor per hari.. Variabel pendapatan per hari pada dasarnya sama dengan penghasilan kotor per hari yang memiliki keterkaitan erat dengan variabel pendapatan. Arti nya pendapatan per hari yang tinggi juga memungkinkan variabel pendapatan secara total tinggi. Dalam hal ini semakin tinggi peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK, ternyata semakin tinggi pula pendapatan per hari
Perlu di kaji ulang, tak terlalu tinggi nya peningkatan pendapatan sebagai dampak dari ada nya peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK ini dimungkinkan oleh masih kurang ada nya koordinasi antar Institusi. Penyakit kurang koordinasi yang tumbuh di masyarakat kita akibat dari ada nya ego sektoral masing-masing instansi telah berdampak pada perilaku petani itu sendiri yang menjadi kurang partisipatif sebagai akibat pemanjaan yang berlebihan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa, semua responden mengikuti semua tahapan kegiatan PSETK seperti : pelatihan, penelusuran jaringan; penyusunan laporan. Begitu juga semua responden tahu tentang manfaat kegiatan PSETK. Namun demikian ternyata tidak sampai 17 persen responden yang peduli pada permasalahan dalam kegiatan PSETK. Persepsi petani pengurus P3A terhadap peran kelembagaan dalam kegiatan PSETK termasuk kategori baik, dengan NT sekitar 85 persen. Hal ini berarti baik kelengkapan maupun fungsi kelembagaan P3A terhadap dinamika dari beberapa indikator pendapatan seperti jenis usaha selain bertani, biaya produksi; pengeluaran rutin per hari; penghasilan kotor per dalam kegiatan PSETK di DI Citaal sudah berjalan baik. Namun persepsi petani pengurus P3A terhadap dinamika dari beberapa indikator pendapatan seperti jenis usaha selain bertani, biaya produksi; pengeluaran rutin per hari; penghasilan kotor per hari; pendapatan per hari berkategori sedang dengan NT masing-masing sebesar 64 persen, 50 persen; 50 persen; dan 50 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa, setelah ada kegiata PSETK beberapa indikator pendapatan di atas tidak mengalami kenaikan dan atau tidak mengalami penurunan alias cenderung stagnant.
Selanjutnya dapat disarankan bahwa, kegiatan PSETK walaupun masih banyak ditemukan kelemahan, perlu dilanjutkan yang tentunya melalui pelaksanaan yang lebih terkoordinasi. Patut juga direkomendasikan bahwa, perlu ada penelitian lanjutan yang menyangkut SWOT dari kegiatan PSETK itu sediri. Penelitian lanjutan perlu dilaksanakan pula langsung kepada petani anggota P3A sebagai sasaran pemberdayaan yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwono. 2004. Kajian Pengaruh Kelembagaan Terhadap Tingkat Pendapatan Nelayan (Kasus di Desa Tanjung Pakis. Kecamatan Pakis jaya. Kabupaten karawang.
Chrisman Silitongga. 1995. Peranan Kelembagaan dalam Pengembangan Agribisnis.Disampaikan pada acara Seminar PERHEPI-UNPAD.
Departemen Dalam Negeri.Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah. 2009. Panduan Profil Sosial Ekonomi Teknis Kelembagaan (PSETK) dalam rangka Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif ( PPSIP).
Harun Al Rasyid. 1991. Teknik Sampling dan Teknik Penyusunan Skala. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Kopertis Wilayah IV. Bandung.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bina Aksara. Jakarta.
Pakpahan, A. 1991. Kerangka Analitik untuk Penelitian rekayasa sosial. Perspektif Ekonomi, Institusi. Prosiding Evaluasi Kelembagaan Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Soehardjo dan Dahlan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Tuhpawana PS. 1995. Peranan Kelembagaan dalam pengembangan agribisnin. Disampaikan pada Seminar Perhepi – Unpad.
www.abdulmutholib. Co.id akses 18/12-2010. www.pdf chaser.com akses 18/12-2010.
www.litbang deptan.go.id akses 18/5-2011.