• Tidak ada hasil yang ditemukan

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN UPC KARTINI, KISARAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN UPC KARTINI, KISARAN JURNAL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN UPC KARTINI, KISARAN

JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh : ULFA HALISA NIM: 130200209

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

ABSTRAK Ulfa Halisa* Syamsul Rizal**

Yefrizawati***

PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran dalam menyalurkan pinjaman uang kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai dengan jaminan barang bergerak seringkali dihadapkan pada nasabah yang wanprestasi.

Berdasarkan hal itu penulisan mencoba merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu apa sebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran, bagaimana bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran, apa upaya-upaya hukum yang ditempuh oleh pihak Pegadaian UPC Kartini, Kisaran jika terjadi wanprestasi.

Penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris, yaitu pendekatan yang di dasarkan pada peraturan perundang-undangan dan norma hukum yang berlaku, kemudian di hubungkan dengan fakta yang penulis temui di lapangan , teknik pengumpulan data dengan wawancara dari studi kepustakaan, analisis data yang di gunakan adalah analisips kualitatif dengan sifat penelitian deskritif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebab terjadi wanprestasi dalam

perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran adalah:

a) Nasabah dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak. b) Nasabah mengalami keadaan ekonomi dengan tingkat kesulitan yang tinggi. c) Nasabah menderita kerugian dalam usahanya. d) Nasabah lupa akan tanggal jatuh tempo. e) Nasabah merasa waktu pelunasan pinjaman sangat singkat. f) Nasabah sengaja melakukan wanprestasi. Bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran adalah: a) Nasabah tidak membayar uang pinjaman sama sekali. b) Nasabah hanya membayar sebagian uang pinjaman. c) Nasabah terlambat membayar uang pinjaman. Upaya-upaya hukum yang ditempuh pihak pegadaian UPC Kartini, Kisaran jika terjadi wanprestasi adalah dengan melakukan perpanjangan gadai dengan cara gadai ulang atau mencicil pembayaran, dikirim surat peringatan dan atau pemberitahuan kepada nasabah bahwa benda jaminan akan dilelang, dan upaya hukum terakhir dilaksanakan eksekusi (lelang) terhadap benda jaminan untuk mengambil pelunasan terhadap utang nasabah.

Kata Kunci : Pegadaian, Perjanjian, Wanprestasi

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRACT

Ulfa Halisa* Syamsul Rizal**

Yefrizawati***

PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Range in distributing money loan to the community based on the law of pawn with the guarantee of moving goods is often confronted with customers who default. Based on it writing trying to formulate the problem in this research is what is the cause of the occurrence of wanprestasi pawn agreement on PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Range, how the forms of default in pawn agreements at PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran, what legal efforts taken by the Pawn UPC Kartini, Range if there is wanprestasi.

This research uses empirical juridical method, that approach is based on the legislation and applicable legal norms, then in connection with facts that the authors meet in the field, data collection techniques with interviews from literature studies, analysis of data used is analisis qualitative with the descriptive nature of research.

The results showed that the cause of wanprestasi in pawn agreement on PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Range is: a) Customer faced with urgent need. b) The Customer experiences an economic situation with a high degree of difficulty. c) The Customer suffers losses in his business. d) The Customer forgets

the due date. e) The Customer feels that the loan repayment time is very short.

f) The Customer deliberately undertakes default. Forms of wanprestasi that occurred in pawn agreement at PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Range is:

a) Customer does not pay any loan at all. b) The Customer pays only part of the loan money. c) The customer is late paying the loan. Legal efforts taken by the UPC Kartini pawnshop, Range in case of default is by extending the mortgage by way of repayment or repayment of payment, sent warning letter and or notification to the customer that the guarantee object will be auctioned, and the last legal action executed (auction) to the guarantee item to take out the repayment of the customer's debt.

Keywords: Pawnshop, Agreement, Default

* Student of Faculty of Law University of North Sumatra

** Supervisor I Faculty of Law University of North Sumatra

*** Supervisor II Faculty of Law University of North Sumatra

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan. Untuk benda jaminan yang berupa benda bergerak, maka hak kebendaan tersebut adalah gadai dan fidusia, sedangkan benda jaminan yang berupa benda tidak bergerak maka hak kebendaan tersebut adalah hak tanggungan.

Perumusan pengertian hukum gadai diatur dalam Pasal 1150 KUHPerdata yakni: 1

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berputang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.

Dalam ketentuan Pasal 1150 KUHPerdata dapat dilihat bahwa para pihak yang terlibat dalam perjanjian gadai, ada 2 (dua), yaitu pihak berutang (pemberi gadai/debitur).

Gadai merupakan suatu badan atau organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa peminjaman uang dengan menggadaikan suatu barang sebagai jaminannya. Nasabah yang ingin mendapatkan uang pinjaman harus

menggadaikan barang sebagai jaminan. Sedangkan hak tanggungan merupakan jaminan dengan tanpa menguasai bendanya. Jaminan dengan menguasai bendanya bagi kreditur akan lebih aman, karena mengingat pada benda bergerak mudah untuk dipindahtangankan dalam arti dijual lelang jika debitur wanprestasi walaupun mudah untuk berubah nilainya.2

1Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 2.

2Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan, FH UNDIP, Semarang, 2000, hal 12.

(5)

Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula kebutuhan yang semakin bertambah dan membawa persoalan dalam pemenuhannya. Dalam rangka meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, pemerintah melakukan berbagai usaha untuk mencapai stabilitas ekonomi yang merata dan memenuhi segala macam kebutuhan masyarakat. Untuk mewujudkan kehidupan adil dan merata maka hal yang terpenting yang mesti diperhatikan adalah peningkatan ekonomi masyarakat golongan bawah

Permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat golongan bawah dalam meningkatkan taraf kehidupan ekonominya adalah modal. Pemerintah telah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan memberikan berbagai bentuk kredit, salah satuya bentuk kredit yang dikenal masyarakat adalah kredit yang didasarkan atas Hukum Gadai (pand).

Perkembangan praktek kegiatan pegadaian dalam masyarakat sudah cukup luas dan dapat dilihat dari lembaga gadai yang ada. Lembaga gadai ini ada yang secara resmi diadakan oleh pemerintah dan ada juga lembaga gadai yang tidak diakui keberadaannya. Salah satu lembaga gadai yang tidak resmi yaitu dilakukan oleh rentenir atau lintah darat dengan bunga gadai yang sangat besar, selain penetapan bunga gadai secara sepihak kegiatan gadai yang tidak resmi ini juga tidak menjamin hak-hak sipenggadai.

Lembaga gadai yang ada di Indonesia adalah Pegadaian, yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memberikan kredit kepada masyarakat. Pegadaian sebagai lembaga (perusahaan) yang memberikan pinjaman uang dengan jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia,

(6)

yaitu sejak masa VOC (± tahun 1746). Bank Van Leening (nama lembaga gadai pada masa itu), selain memberikan pinjaman gadai, juga bertindak sebagai wesel bank.3

Adapun misi utama pegadaian adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) adalah:

“Untuk melakukan usaha di bidang gadai dan fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas.”

Sehubungan dengan tujuan tersebut maka PT. Pegadaian (Persero) dalam menyalurkan pinjaman tidak terbatas untuk membiayai sektor produktif saja, tetapi juga memberikan pinjaman kepada masyarakat berpenghasilan rendah, guna memenuhi kebutuhannya yang mendesak.

Instansi PT. Pegadaian (Persero) kota Kisaran khususnya PT Pegadaian

UPC Kartini sebagai salah satu PT. Pegadaian (Persero) di Sumatera Utara, di dalam menjalankan pekerjaannya sangat banyak dihadapkan pada masalah.

Dari banyaknya masyarakat yang menggadaikan barangnya pada PT. Pegadaian (Persero) ini menunjukan bahwa lembaga gadai memang sangat diperlukan oleh masyarakat luas guna meningkatkan taraf hidupnya.

Nasabah dari PT. Pegadaian (Persero) secara umum adalah masyarakat yang selama ini tidak pernah mengetahui bagaimana aspek hukum perlindungan terhadap obyek jaminannya dari kemungkinan rusak atau hilang, kerusakan

3Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung 1994, hal 155, (selanjutnya disingkat Mariam Darus Badrulzaman 1)

(7)

terhadap obyek secara standar sangat sulit dibuktikan karena kondisi fisik obyek jaminan selain model benda jaminan tidak dibuatkan catatan dalam suatu surat bukti kredit atau tanda terima lainnya, hal ini sangat tidak mendukung komplain terhadap kerusakan fisik yang kemungkinan dapat saja terjadi pada saat benda berpindah tangan. Namun dalam prakteknya, tidak jarang pihak-pihak yang bersangkutan baik itu sengaja atau tidak sengaja melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan yang dikenal dengan nama ingkar janji (Wanprestasi) oleh nasabah.

Apabila siberhutang tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya maka dikatakan ia melakukan wanprestasi, ia alpa atau lalai atau ingkar janji atau ia juga melanggar perjanjian bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukan.4 Sehubung dengan adanya masalah ini, penulis tertarik untuk mengungkapkannya dalam suatu penelitian dengan judul : “WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN (Persero) UPC Kartini, KISARAN.

B. Permasalahan

Bertitik tolak dari uraian yang dikemukakan di atas maka penulis akan membahas mengenai :

1. Apakah sebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran?

2. Bagaimanakah bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Pesero) UPC Kartini, Kisaran?

3. Apakah upaya-upaya hukum yang ditempuh oleh PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran jika terjadi wanprestasi?

4R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa Jakarta, 1994, hal 45

(8)

C. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai deskripsi dalam menjelaskan masalah yang dihadapi.5

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum

yang timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum.6

Metode dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan yang menekankan pada aspek hukum, dalam praktek penerapannya di dalam masyarakat. Sedangkan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu tipe penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan tertentu yang berhubungan dengan perumusan masalah di atas.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini yaitu penelitian deskriptif analitis yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat.

3. Data Penelitian

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.7

5Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Fh, Unair, Surabaya, 2010, hal 35

6Ibid, hal 41

7Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 42.

(9)

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan baik dilakukan melalui wawancara dengan pihak nasabah dan pihak pegadaian.

Sedangkan data sekunder adalah data atau bahan-bahan yang diperoleh atau berasal dari bahan kepustakaan yang berhubungan dengan tulisan ini yang meliputi:

a. Bahan hukum primer, yaitu:

1. KUH Perdata.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

b. Bahan hukum sekunder, yaitu literatur yang berkaitan dengan tulisan ini serta memberikan penjelasan terhadap bagian hukum primer, misalnya hasil penelitian (hukum), hasil karya (ilmiah) dari kalangan hukum, dan sebagainya,

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan - bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukun primer dan sekunder, misalnya:

kamus (kamus hukum), ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya agar diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan permasalahannya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian penulisan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Data sekunder, yaitu data yang secara tidak langsung diperoleh dari sembernya dengan cara: Library Research (kepustakaan) dengan membaca buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan wanprestasi dalam perjanjian gadai.

(10)

2) Data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara field research (studi lapangan). Data dikumpulkan dengan melakukan

wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan tanya jawab antara Kepala PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran dan Nasabah PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran yang terdiri dari 3 nasabah.

5. Teknik pengolahan dan analisis data a. Pengolahan Data

Data yang diperoleh setelah penelitian diolah melalui proses editing.

Kegiatan ini dilakukan untuk menarik kembali dan mengoreksi atau melakukan pengecekan terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan sehingga tersusun dan akhirnya melahirkan suatu kesimpulan.

b. Analisis Data

Terhadap data yang telah ada selain dilakukan pengolahan data juga dilakukan analisis data. Metode analisa data sebagai cara untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul dipergunakan metode analisis normatif kualitatif yaitu uraian-uraian yang dilakukan terhadap data yang bukan berupa angka-angka tetapi berdasarkan perundang-undangan yang ada, pandangan para pakar dan pengalaman penulis sehingga data yang yang diperoleh nantinya berupa data yang bersifat deskriptif.

(11)

BAB II PEMBAHASAN

A. Sebab Terjadinya Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran

Umumnya nasabah melakukan perjanjian gadai didorong oleh faktor ekonomi, meminjam uang secara gadai pada PT. Pegadaian (Persero) ini adalah merupakan langkah yang efektif dan efesien dalam masyarakat yang memerlukan uang dalam waktu yang singkat, di samping tanpa harus melewati proses prosedural yang panjang dan berbelit-belit, disebabkan oleh karena proses mendapatkan kredit yang cukup sederhana, mudah, cepat dan aman, serta dalam waktu kurang dari 15 (lima belas) menit uang pinjaman sudah dapat diterima.

Sebelum penulis mengemukakan sebab terjadinya wanprestasi, ada baiknya terlebih dahulu wanprestasi. Wanprestasi adalah pelaksanaan perjanjian yang tidak tepat waktunya atau tidak selayaknya.8 Adapun penyebab terjadinya wanprestasi yaitu:

1. Karena kesalahan debitur sendiri

Pengertian kesalahan (schuld) dalam lapangan hukum perdata bisa terdiri dari dua pengertian yaitu:9

a. Kesengajaan/opset, yaitu suatu perbuatan yang memang diketahui atau dikehendaki oleh debitur. Di sini sekalipun perbuatan itu diketahui dan dikehendaki, tidak perlu harus tertuju ke arah untuk merugikan orang lain.

Cukup asal orang itu mengetahui atau menginsafi bahwa perbuatan itu akan dapat merugikan orang lain.

8Yahya Harahap, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984, Hal 66. (selanjutnya disingkat Yahya Harahap 1).

9Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hal 79.

(12)

b. Kelalaian/verzium yaitu suatu perbuatan di mana seseorang tersebut tidak mengetahui bahwa akibat itu akan timbul, tetapi hanya mengetahui adanya kemungkinan akibat itu akan timbul.

2. Karena keadaan memaksa (overmacht)

Keadaan memaksa ialah keadaan tidak dipenuhinya prestasi oleh debitur, karena peristiwa yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi ketika membuat perikatan. Adapun unsur-unsur keadaan memaksa adalah sebagai berikut :

a. Tidak dipenuhinya prestasi karena terjadi peristiwa yang membinasakan/

memutuskan benda objek perikatan.

b. Tidak dipenuhinya prestasi karena terjadi peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi.

c. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan.10

Salah satu terjadinya wanprestasi ini disebabkan kondisi perekonomian yang tidak stabil sehingga berpengaruh terhadap harga suatu barang yang cenderung berubah-ubah. Justru itu diperlukan kecermatan, ketelitian dan kehati-hatian dalam menaksir suatu barang yang dijadikan jaminan gadai.11

Untuk lebih jelas mengenai sebab-sebab wanprestasi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran dapat diklasifikasikan dari jawaban hasil wawancara dengan pihak Pegadaian dapat digambarkan pada tabel berikut ini:

10Mariam Darus Badrulzaman 2, Op.Cit, hal 26

11Wawancara dengan Yustika Agustina, Kasir PT. Pegadaian (Persero) Upc Kartini, Kisaran, Tanggal 25 April 2017.

(13)

Tabel 3: Penyebab wanprestasi pada PT. Pegadaian (Persero) Kartini, Kisaran

No. Aspek Penyebab %

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Nasabah dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak.

Nasabah yang mengalami keadaan ekonomi dengan tingkat kesulitan yang tinggi.

Nasabah yang mengalami kerugian dalam usahanya.

Nasabah lupa akan tanggal jatuh temponya.

Nasabah yang merasa waktu pelunasan pinjaman sangat singkat.

Nasabah sengaja melakukan wanprestasi.

20 % 10 % 20 % 20 % 20 %

10 %

Jumlah 100 %

Sumber: PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran

Berdasarkan dari uraian yang telah dikemukakan di atas maka dapatlah diketahui faktor penyebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) Kartini, Kisaran secara umum disebabkan karena faktor pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Sumatera Utara khusus Kota Kisaran sehingga menimbulkan kesenjangan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berakibat bagi masyarakat yang berakibat bagi masyarakat yang taraf ekonominya rendah cenderung datang ke pegadaian untuk memperoleh pinjaman uang.

B. Bentuk-bentuk Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai Pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran

Nasabah yang telah menerima pinjaman uang dengan benda jaminannya kepada pihak PT. Pegadaian (Persero) maka ia harus memenuhi kewajibannya untuk membayar uang pinjamannya tersebut apalagi Surat Bukti Kredit telah ditandatangani oleh nasabah, di mana Surat Bukti Kredit ini merupakan suatu tanda bukti adanya suatu perikatan untuk menyerahkan sesuatu.

(14)

Menurut isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh pihak Pegadaian, seorang nasabah harus mematuhi perjanjian tersebut, yaitu memenuhi kewajibannya sesuai dengan tanggal jatuh tempo, hal ini sesuai dengan isi Surat Bukti Kredit (SBK).

Adapun isi SBK memuat pokok-pokok sebagai berikut : a. Nama Kantor Cabang Perum Pegadaian

b. Identitas Nasabah

c. Keterangan mengenai barang jaminan d. Tanggal kredit dan tanggal jatuh tempo

e. Besarnya taksiran dan besarnya uang pinjaman f. Hal yang harus diperhatikan nasabah

g. Tanda tangan nasabah dan kreditur

Menurut hasil wawancara dengan pengelola unit PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran pada tanggal 25 April 2017 dapat diketahui jika dikalkulasi dan diklasifikasi nasabah yang wanprestasi pada tiap bulannya maka bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran adalah sebagai berikut :

1. Nasabah tidak membayar pinjamannya sama sekali

Nasabah yang tidak pernah membayar pinjaman sama sekali ini memang dari sejak awal menerima uang pinjaman dari pihak PT. Pegadaian sampai batas waktu jatuh tempo tidak pernah membayar sama sekali pinjamannya, walaupun telah di kirim surat panggilan/pemberitahuan kepada nasabah yang bersangkutan, tidak pula memperpanjang gadai dengan cara gadai ulang ataupun mencicil/mengangsur pembayaran. Bagi nasabah yang dalam kondisi ini barang jaminannya akan di eksekusi (di lelang) oleh pihak PT. Pegadaian (Persero).

(15)

2. Nasabah hanya membayar sebagian

Nasabah yang hanya membayar uang pinjaman sebagian ini sebenarnya diharapkan melunasi pinajmannya sebelum batas waktu jatuh tempo kepada PT. Pegadaian, namun pada kenyataannya tidak jarang ditemui hingga batas waktu pelunasan pinjaman sampai barang jaminannya hendak dilelang guna untuk menutupi sebagian lagi dari utang nasabah mereka tidak datang juga ke kantor PT. Pegadaian (Persero) untuk menebus barang jaminannya atau memperpanjang gadai dengan mencicil untuk waktu 4 (empat bulan) ke depan.

Dari tiga orang nasabah yang diwawancarai dalam penelitian ini terdapat dua orang nasabah yang tidak membayar pinjamannya sama sekali.

3. Nasabah terlambat membayar utang

Pihak Pegadaian memberikan tenggang waktu atau masih tetap menunggu nasabah untuk melunasi atau menebus barang yang dijadikan jaminan gadai walaupun tanggal jatuh tempo pembayaran sudah habis. Dengan syarat barang jaminan gadai itu belum sempat dilelang pada hari dan tanggal yang telah ditentukan, selama masa habis waktu jatuh tempo pembayaran hingga tanggal atau hari lelang diadakan nasabah mempunyai kesempatan untuk melunasi utangnya ditambah sewa modal tanpa dikenakkan biaya yang lain.

Nasabah yang terlambat membayar uang pinjaman ini menurut keterangan yang diberikan oleh pengelola unit PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran kadang kala disebabkan nasabah tidak ingat tanggal jatuh tempo pelunasan pinjaman atau nasabah sedang berada di luar kota sehingga belum punya kesempatan datang ke kantor PT. Pegadaian (Persero). Nasabah yang

(16)

membayar uang pinajman yang terlambat ini segera menebus barang jaminannya karena tidak menginginkan jika barang jaminannya yang merupakan benda yang memiliki arti penting baginya dilelang oleh pihak PT. Pegadaian (Persero).

C. Upaya-upaya Hukum Yang Ditempuh Oleh Pihak PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran Jika Terjadi Wanprestasi

Perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi :

“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”.

Pengertian mengenai perjanjian seperti tersebut di atas dilihat secara mendalam, akan terlihat bahwa pengertian tersebut ternyata mempunyai arti yang luas dan umum sekali sifatnya, selain itu juga tanpa menyebutkan untuk tujuan perjanjian menurut konsepsi Pasal 1313 KUHPerdata, hanya menyebutkan tentang pihak yang satu atau lebih mengikatkan dirinya pada pihak lainnya dan sama sekali tidak menentukan untuk tujuan apa suatu perjanjian tersebut dibuat, serta kesepakatan kehendak antara para pihak untuk melaksanakan sesuatu hal tertentu.

Dalam suatu perjanjian, apabila para pihak itu saling melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak lawannya, maka tidak akan menimbulkan suatu permasalahan. Laih halnya jika salah satu pihak atau keduanya tidak melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak lawannya, maka tidak akan menimbulkan suatu permasalahan.

Pada umumnya yang melakukan wanprestasi itu adalah pihak debitur, dalam bentuk tidak mengembalikan pinjaman ssuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak kreditur atau PT. Pegadaian dapat dikatakan kecil kemungkinannya.

(17)

PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran apabila menemukan nasabahnya wanprestasi maka akan melaksanakan lelang terhadap barang yang di jadikan jaminan dari perjanjian gadai itu sendiri, hal ini dilandasi oleh ketentuan dalam Pasal 1115 KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut :

“Bila oleh pihak-pihak yang berjanji tidak disepakati lain, maka jika debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, setelah lampaunya jangka waktu yang ditentukan, atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan perjanjian dalam hal tidak ada ketentuan tentang jangka waktu yang pasti, kreditur berhak untuk menjual barang gadainya di hadapan umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat dan dengan persyaratan yang lazim berlaku, dengan tujuan agar jumlah utang itu dengan bunga dan biaya dapat dilunasi dengan hasil penjualan itu”

Namun dalam kenyataannya pihak PT. Pegadaian (Persero) tidak langsung melakukan lelang terhadap barang jaminan gadai bagi nasabah yang yang melakukan wanprestasi. Untuk itu pihak PT. Pegadaia (Persero) menempuh upaya-upaya lain dengan tujuan untuk menolong nasabah dari kerugian yang dapat timbul sebagai akibat dari dilakukan pelelangan terhadap barang jaminan gadai milik nasabah tersebut.

Menurut keterangan yang diberikan Pengelola Unit PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran menjelaskan bahwa sebelum tanggal jatuh tempo perjanjian gadai atau setelah mendekati masa jatuh tempo kira-kira 15 (lima belas) hari terakhir pihak Pegadaian mengirim surat kepada nasabah memberitahukan bahwa waktu jatuh temponya sudah akan berakhir dan diharapkan segera datang ke Kantor Pegadaian dan melunasi pinjamannya.

Bagi nasabah yang datang ke Kantor Pegadaian setelah tanggal jatuh tempo pelunasan, diberikan kesempatan untuk menebus barang jaminan gadainya oleh pihak pegadaian sebelum barangnya benar-benar telah dilelang. Bahkan jika pelunasannya itu terjadi pada tanggal atau hari lelang yang telah ditentukan, tetap masih bisa barang jaminannya ditebus dengan membayar pinjaman pokoknya di tambah sewa modal (bunga) tanpa ada denda atau pembiayaan yang lain.

(18)

Di samping hal yang demikian bagi nasabah yang datang ke kantor PT. Pegadaian (Persero) di mana pinjamannya tidak dapat dilunasi setelah batas

waktu yang telah diperjanjiakan namun barangnya belum sempat dilelang maka pihak PT. Pegadaian (Persero) menawarkan kepada nasabah untuk melakukan perpanjangan gadai dengan cara-cara sebagai berikut :12

1. Gadai Ulang

Pada gadai ulang ini nasabah tidak perlu menyediakan jaminan baru, namun cukup datang ke kasir dengan membawa Surat Bukti Kredit (SBK) dan kemudian meminta untuk dilakukan perpanjangan gadai, untuk itu nasabah hanya diharuskan membayar sewa modal (bunga) untuk jangka waktu 4 (empat) bulan yang telah lewat, kemudian kasir akan memberikan Surat Bukti Kredit (SBK) yang baru tersebut disalin isi dari SBK yang lama dan pada kolom barang jaminan diisikan nomor seri Surat Bukti Kredit (SBK) yang lama.

Misalnya: seorang nasabah bernama Andi meminjam uang pada PT. Pegadaian dengan jaminan sebuah tape recorder, setelah barang jaminannya ditaksir oleh juru taksir ia diberi pinjaman uang sebesar Rp. 150.000,- pada tanggal 1 April 2017 dengan batas waktu tempo pelunasan pinjaman pada tanggal 30 Juli 2017.

Jadi : Uang pinjaman Rp. 150.000,-

Sewa modal 9 % x Rp. 150.000,- = Rp. 13.500

Total Rp. 163.000,-

Maka jika Budi melakukan perpanjangan kredit dengan cara gadai ulang maka ia hanya diwajibkan atau cukup membayar sewa modalnya saja yaitu sebesar Rp.13.500,-

12Wawancara dengan Yustika Agustina, Kasir PT. Pegadaian (Persero) Upc Kartini, Kisaran, Tanggal 25 April 2017.

(19)

2. Mengansur/Mencicil Pembayaran

Dalam melakukan pembayaran uang pinjaman kepada pihak pegadaian nasabah dapat melakukannya dengan cara mencicil. Cicilan ini dapat dilakukan kapan saja oleh nasabah, begitu juga dengan besarnya cicilan juga tidak ditetapkan, tergantung pada kemampuan nasabah.

Apabila nasabah mencicil pinjamannya, maka jangka waktu kreditnya di perpanjang 120 (seratus dua puluh) hari atau 4 (empat) bulan di hitung sejak ia melakukan pencicilan. Sewa modal yang harus dibayar untuk masa selanjutnya adalah dihitung dari sisa uang pinjaman yang belum dilunasi.

Untuk pencicilan ini nasabah juga akan mendapat Surat Bukti Kredit (SBK) baru. Pada kolom uang pinjaman dari Surat Bukti Kredit (SBK) baru tersebut dicantumka sisa uang pinjaman setelah dikurangi pada waktu pertama menggadai, dan pada kolom barang jaminannya dituliskan nomor seri dari Surat Bukti Kredit (SBK) yang lama.

Misalnya: Seorang nasabah bernama Linda meminjam uang pada PT. Pegadaian dengan jaminan sebuah televisi, setelah barang jaminannya di taksir, diberikan uang pinjaman sebesar Rp. 300.000,-

Linda telah membayar/mencicil uang pinjamannya sebesar Rp. 150.000,- Untuk itu uang yang harus dibayar/dilunasi oleh Linda kepada pihak PT. Pegadaian adalah:

Uang pinjaman Rp. 300.000,-

Sewa modal 13 % Rp. 45.000,-

Total Rp. 345. 000,-

Uang cicilan Rp. 150.000,-

Sewa modal Rp. 45. 000,-

Total Rp. 195.000,-

(20)

Jadi uang yang harus dibayar Linda untuk jangka waktu 120 hari atau 4 bulan berikutnya adalah :

Sisa uang Pinjaman Rp. 150.000,-

Sewa modal 9% Rp. 13.500,-

Total Rp. 135.500,-

Pada bulan April 2017 nasabah yang melakukan perpanjangan gadai berjumlah 702 orang, di mana nasabah tersebut terhitung melakukan perjanjian gadai pada bulan Desember 2016 yang jumlah seluruhnya sebanyak 1.216 orang nasabah. Data contoh tersebut diambil dari sumber PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran.

3. Mengirim surat peringatan dan pemberitahuan bahwa benda jaminan akan dilelang

Surat pemberitahuan atau surat panggilan kepada nasabah yang wanprestasi ini menerangkan bahwa tanggal jatuh tempoh pelunasan telah lewat dan menerangkan bahwa benda jaminannya akan dilelang pada tanggal yang telah ditentukan dan nasabah masih tetap diminta untuk menebus benda jaminannya agar tidak berpindah kepada orang lain.

Secara administratif surat pemberitahuan atau surat panggilan ini memang perlu diberikan kepada nasabah yang melakukan wanprestasi karena surat ini berfungsi sebagai peringatan pada nasabah agar mereka dapat memenuhi kewajibannya pada pihak PT. Pegadaian (Persero). Di samping itu surat pemberitahuan atau surat panggilan ini berguna untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab nasabah pada pihak pegadaian terhadap barang yang telah di gadaikan.13

13 Wawancara dengan Yustika Agustina, Kasir PT. Pegadaian (Persero) Upc Kartini, Kisaran, Tanggal 25 April 2017

(21)

Bagi pihak PT. Pegadaian (Persero) sendiri sangat mengharapkan nasabah dapat menebus barang jaminannya dari pada harus dilelang, karena selain menambah daftar pekerjaan juga bermaksud untuk membantu nasabah agar barangnya tetap berada di tangan nasabah itu sendiri dan tidak berpindah ke tangan orang lain dengan pertimbangan bahwa barang yang dijadikan jaminan gadai itu kadangkala merupakan barang kesayangan atau mempunyai arti yang sangat besar atau barang yang mempunyai arti yang sangat besar atau barang yang mempunyai kenangan tersendiri bagi nasabah.

Pada hakekatnya pihak PT. Pegadaian (Persero) lebih menginginkan semua barang jaminan gadai ditebus sendiri oleh semua nasabah tanpa ada pelelangan, dengan pertimbangan bahwa barang tersebut dapat dijadikan barang jaminan gadai kembali pada saat nasabah membutuhkan uang untuk keperluan perekonomiannya.

(22)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu mengenai Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bahwa sebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran di pengaruhi oleh beberapa

faktor di antaranya yaitu karena nasabah di hadapkan pada kebutuhan yang mendesak, keadaan ekonomi dengan tingkat kesulitan yang tinggi, kerugian dalam usahanya, nasabah lupa tanggal jatuh tempo, nasabah merasa waktu pelunasan pinjaman sangat singkat, dan ada unsur kesengajaan dari nasabah.

2. Bentuk-bentuk wanprestasi yang di lakukan oleh nasabah yang terjadi dalam perjanjian gadai pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran yaitu karena nasabah tidak membayar uang pinjamannya sama sekali, hanya membayar sebagian uang pinjaman, dan terlambat membayar uang pinjaman.

3. Upaya-upaya hukum yang di tempuh apabila terjadi wanprestasi pada PT. Pegadaian (Persero) UPC Kartini, Kisaran yaitu memperpanjang gadai dengan melakukan gadai ulang atau mencicil, mengirim surat peringatan/

pemberitahuan kepada nasabah tentang tanggal lelang, melaksanakan lelang terhadap benda jaminan nasabah.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian mengenai analisis pengaruh penggunaan atraktor cahaya warna merah dan perbedaan waktu pengoperasian alat tangkap bubu karang terhadap hasil tangkapan ikan

HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA SISWI KELAS 3,4 DAN 5 SEKOLAH DASAR NEGERI BRINGIN 03 KECAMATAN BRINGIN. Hasil Wawancara Dengan Beberapa

Deformabilitas (mudahnya diubah bentuknya) ion-ion diadsorbsi dan disosiasi elektrolit dari senyawaan yang diadsorbsi juga mempunyai pengaruh yang sangat

Ide Dani mengenai jazz yang terbuka saat jam session tandingan mendapatkan dukungan dari Djadug Ferianto dengan ide yang lebih ekstrem yaitu: terbuka tidak hanya

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar, menangkap, menendang, dan mendrible untuk anak tunagrahita dengan menggunakan metode

The number of people travelling to the region from Finland can also be considered exceptional in the sense that jihadist activism has been very modest in every measure in this

Penulis berharap dengan adanya kampanye sosial Isi Ulang Energimu ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para mahasiswa untuk selalu membawa

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru-guru SMP Muhammadiyah 2 Karanglewas dalam mengembangkan media pembelajaran