Prefiks ma- dalam Bahasa Bali Made Sri Satyawati
[email protected] Ketut Widya Purnawati [email protected]
ABSTRAK
Bahasa Bali yang termasuk ke dalam tipe bahasa agglutinatif memiliki beberapa afiks yang berfungsi untuk membentuk verba. Salah satu afiks yang produktif adalah prefiks ma-. Tulisan ini bertujuan untuk membahas fungsi dan makna prefiks ma- berdasarkan diatesis verba yang dibentuknya. Prefiks ini dapat membentuk verba aktif, pasif, dan medial. Selain bergantung pada makna bentuk dasar, maknanya prefiks ma- pada setiap verba hasil bentukannya juga bergantung pada konteks kalimatnya masing-masing.
Kata Kunci: prefiks ma-, proses morfologis, diatesis, fungsi sintaksis
Pendahuluan
Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa yang termasuk ke dalam rumpun bahasa-bahasa Austronesia. Sebagai bahasa agglutinatif, bahasa Bali memiliki afiks yang sangat banyak. Afiks tersebut melekat pada bentuk dasar dengan menambahkan makna gramatikal pada bentuk dasar untuk membentuk kata baru, baik melalui proses derivasional maupun leksikal.
Perilaku morfologis verba dalam bahasa Bali berkaitan erat dengan perilaku sintaksisnya, sebab proses morfologis yang membentuk verba memengaruhi diatesis dan ketransitivan verba yang bersangkutan.
Dalam bahasa Bali, pembentukan verba dapat dilakukan dengan penambahan prefiks ma–, N–, ka–, dan sufiks –ang, –a, –in. Proses derivasi dalam pembentukan verba BB melibatkan bentuk dasar yang berupa akar prekategorial atau bentuk dasar yang berasal dari berbagai kelas kata, seperti nomina, adjektiva, dan adverbia. Proses infleksi verba BB melibatkan bentuk dasar yang berupa verba untuk membentuk
verba lainnya yang memiliki diatesis atau ketransitivan yang berbeda dengan bentuk dasarnya.
Dalam tulisan ini, afiks yang dibahas adalah prefiks ma- dengan berfokus pada diatesis verba yang terbentuk melalui proses morfologis yang berpa afiksasi prefiks ma-.
Pembahasan
Dari beberapa afiks pembentuk verba yang terdapat dalam bahasa Bali, prefiks ma- merupakan salah satu afiks yang sangat produktif dan memiliki banyak makna.
Pembentukan verba ma- dilakukan dengan menambahkan prefiks ma- pada bentuk dasar. Prefiks tersebut tidak mengalami perubahan apabila dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan atau semivokal. Namun vokal a pada prefiks ma- akan luluh dan mengalami proses asimilasi apabila dilekatkan pada bentuk dasar
yang diawali oleh vokal. Khusus untuk bentuk asal ajah ‘ajar’, bila mendapat awalan ma- akan menjadi bentuk malajah.
Proses morfologis pembentukan verba dengan penambahan prefiks ma- dapat dilihat pada tabel berikut.
ma- + bentuk dasar verba m(a)- arti ma- + jalan majalan ‘berjalan’
ma- + tajen matejen ‘menyabung ayam’
ma- + sugi masugi ‘cuci muka’
ma- + yasa mayasa ‘beramal’
ma- + warna mawarna ‘berwarna’
ma- + ikut mikut ‘berekor’
ma- + balih mabalih ‘menonton’
ma- + ajah malajah ‘belajar’
Prefiks m(a)- yang dibubuhkan pada verba bentuk dasar dapat membentuk verba aktif dan verba pasif (Kersten, 1984: 48). Selain itu, verba m(a)- juga dapat menunjukkan makna perbuatan yang mengenai diri sendiri atau disebut juga verba
medial (Granoka, 1996: 136). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa verba berprefiks ma- dapat memiliki diatesis aktif, pasif, dan medial.
Dalam klausa yang predikatnya berupa verba berprefisk ma-, subjeknya berperan sebagai pelaku (Artawa, 2013: 7—8).
Verba Aktif
Perbedaan diatesis yang dimiliki pada tiap-tiap verba bergantung pada makna yang terbentuk dari penggabungan bentuk dasar dan prefiks ma-.
(1) Tiang lakar ma-jalan mulih padidi.
1TG akan AKT-jalan pulang sendiri
‘Saya akan berjalan pulang sendiri.’
(Belog: Mulih, 2014:23)
(2) Makejang lantas ma-pamit.
semua lalu AKT-pamit
‘Lalu semuanya memohon diri.’
(Belog: Mulih, 2014:24) (3) I raga konyangan masi lakar sing dadi ma-celep.
ART 1TG semua juga akan tidak boleh AKT-masuk
‘Kita semua juga tidak akan boleh masuk.’
(Bungklang Bungkling: Pemulung Calep Calung, 2008:86) (4) Jam-jaman ia negak j-umah ma-balih sinétron.
Berjam-jam 3TG N-duduk LOK-rumah AKT-tonton sinetron
‘Berjam-jam dia duduk di rumah menonton sinetron.’
(Bungklang Bungkling: DPRD Sing Matapel, 2008:32)
Verba majalan ‘berjalan’, mapamit ‘memohon diri’, macelep ‘masuk’, dan mabalih pada klausa (1) – (4) merupakan verba aktif. Verba majalan dan mapamit
masing-masing terbentuk dari verba bentuk dasar jalan ‘jalan’ dan pamit ‘mohon diri’, sedangkan verba macelep ‘masuk’ dan mabalih ‘menonton’ terbentuk dari bentuk dasar yang berupa akar prekategorial celep dan balih.
Verba aktif yang terbentuk dengan penambahan prefiks ma- dapat berupa verba aktif transitif atau intransitif. Verba pada data (1) – (3), yaitu majalan, mapamit,
dan macelep merupakan verba intransitif, sedangkan verba mabalih pada data (4) merupakan verba transitif. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa penambahan prefiks ma- tidak berkaitan dengan ketransitivan, sebab prefiks ma- dapat membentuk baik verba transitif maupun intransitif.
Verba Pasif
Selain membentuk verba aktif, prefiks ma- juga membentuk verba pasif.
Prefiks ma- pembentuk verba pasif menunjukkan makna resultatif (Artawa, 2013:
21—2). Verba pasif ma- dapat dilihat pada klausa berikut ini.
(5) Ia makutang pendo di kelas telu.
1TG PAS-buang dua kali di kelas tiga
‘Dia tinggal kelas dua kali di kelas tiga.’
(Belog, 2014: 2) (6) Yén ba ma-jalan petang tiban sinah lakar ma-kumpul
Kalau sudah AKT-jalan empat tahun pasti akan PAS-kumpul pis 25 yuta.
uang 25 juta
‘Kalau sudah berjalan empat tahun pastilah akan terkumpul uang 25 juta.’
(Bungklang Bungkling: Temah Pitra, 2008:106) (7) Ba maseduh kopinné.
Sudah PAS-seduh kopi-POS-DEF
‘Kopinya sudah diseduh.’
(Bungklang Bungkling: Palentin Dé, 2008:108)
(8) Ba majemuh pantinganné.
Sudah PAS-jemur cucian-DEF
‘Cuciannya sudah dijemur.’
(Bungklang Bungkling: Palentin Dé, 2008:108)
Verba pasif ma- pada data (5) – (8) secara berurutan adalah makutang
‘terbuang’, makumpul ‘terkumpul’, maseduh ‘diseduh’, dan majemuh ‘dijemur’.
Kedua verba ini terbentuk dari bentuk dasar yang berupa verba, yaitu kutang ‘buang’
dan kumpul ‘kumpul’.
Verba Medial
Verba medial merupakan verba yang mengenai diri sendiri. Berikut diberikan dua buah contoh dalam bahasa Bali.
(9) Sabilang wai I Made ma-jemuh di mukak umah-né.
Setiap hari ART Nama MED-jemur di depan rumah-POS
‘Setiap hari Made berjemur di depan rumahnya.’
(10) I dadong ma-pupur tebel gati.
ART nenek MED-bedak tebal sekali
‘Nenek memakai bedak sangat tebal.’
Verba majemuh terbentuk dari prefiks ma- dan verba jemuh ‘jemur’, sedangkan verba mapupur terbentuk dari prefiks ma- dan nomina pupur ‘bedak’. Baik verba majemuh ‘berjemur’ maupun mapupur ‘memakai bedak’ menunjukkan makna pekerjaan yang dilakukan oleh subjek mengenai dirinya sendiri.
Satu hal yang menarik terlihat pada verba majemuh yang menunjukkan makna pasif pada data (8) dan makna medial pada data (9). Konstruksi klausa yang berbeda menyebabkan makna yang dimiliki pun berbeda, meskipun verba yang terbentuk sama. Data (8), klausa ba majemuh pantinganné bentuknya dapat diubah menjadi pantinganné suba majemuh yang keduanya berarti ‘cuciannya sudah dijemur’. Klausa
ini menunjukkan makna pasif karena pantinganné ‘cuciannya’ yang berfungsi sebagai subjek tidak mungkin melakukan suatu pekerjaan, melainkan hanya bisa dikenai pekerjaan. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh data (9). I Made ‘Made’ sebagai subjek adalah manusia. Oleh karena itu ia bisa melakukan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan mengenai dirinya sendiri. Untuk memperjelas hal tersebut, kita dapat membandingkan klausa-klausa berikut.
(11) I Made majemuh
ART NAMA MED-jemur
‘I Made berjemur.’
(12) I Made nyemuh pantinganné ART NAMA N-jemur cucian-POS
‘I Made menjemur cuciannya.’
(13) Pantingan-né ma-jemuh.
Cucian-POS PAS-jemur
‘Cuciannya (sedang dalam keadaan) dijemur.’
Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa prefiks ma- dalam bahasa Bali dapat menunjukkan diatesis aktif, pasif, dan medial. Namun prefiks ma- tidak dapat digunakan untuk mengubah ketransitivan suatu verba. Verba yang terbentuk dari prefiks ma- dan bentuk dasar yang sama, belum tentu memiliki diatesis yang sama jika digunakan pada konstruksi klausa yang berbeda. Makna yang dimiliki bergantung pada konstituen pengisi fungsi subjek pada klausa yang bersangkutan. Hal ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, IGK dkk. 2009. Kamus Bali-Indonesia Beraksara Bali dan Latin. Denpasar:
Badan Pembina Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.
Artawa, Ketut. 2013. ‘The basic verb construction in Balinese’, in Alexander Adelaar (ed.),Voice Variation in Austronesian Languages of Indonesia. NUSA 54, 5-
27. Diakses dari
http://repository.tufs.ac.jp/bitstream/10108/71803/2/nusa5402.pdf pada 9 Januari 2016
Granoka, IWO dkk. 1996. Tata Bahasa Baku Bahasa Bali. Denpasar: Pemerintah Propinsi Tingkat I Bali.
Kersten, J., S.V.D. 1984. Bahasa Bali. Ende: Penerbit Nusa Indah.