• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA SMK KELAS X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA SMK KELAS X"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA SMK KELAS X

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Robert

NIM: 051334079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012

(2)
(3)
(4)

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu menopangku saat aku jatuh, terima kasih Yesus, Bunda, yang setia mendengarkan keluh kesahku, menjadi sahabat baikku dan selalu memberikan apa yang aku butuhkan, pertolonganMu tepat pada waktunya.

2. Mamaku tercinta, ibuku yang sangat aku cintai, terima kasih atas kasih sayang yang kamu berikan, doa yang setiap engkau ucapkan, adalah kekuatan bagiku, I Love U Mom.

3. Adikku, yang selalu membuat ortu bangga dan juga aku, terima kasih atas pengertian yang kamu berikan.

4. Misel Delini , orang yang selalu memberikan dorangan semangat dan kamu menjadi orang yang terbaik dalam hidupku.

5. Teman PAK 2005, terimakasih atas kebersamaan kita di jogja yang penuh dengan kegilaan.

6. Semua dosen PAK dan Mbak Aris, terima kasih atas semua waktu dan bantuan yang kalian berikan. Saya bangga mempunyai dosen seperti kalian.

(5)

Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keikhlasan

Berjuang dalam menghadapi cobaan

(6)
(7)
(8)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK BAHASAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KELAS X SMK

Tugas akhir ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd.,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

6. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

(9)

8. Seluruh mahasiswa angkatan 2005 yang juga telah memberi kritik dan saran masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama yang baik selama ini.

9. Ibuku yang terkasih, terima kasih atas semua doa dan kasih sayang yang engkau berikan selama ini.

10. Misel Delini, terima kasih atas semangat dan motivasi yang kamu berikan selama ini.

Yogyakarta, 28 September 2012 Penulis

Robert

(10)

RANCANGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN

SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK BAHASAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KELAS X SMK

Robert

Universitas Sanata Dharma 2012

Tugas akhir ini bertujuan untuk menguraikan rancangan implementasi pembelajaran kooperatif model Team Game Tournament untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Akuntansi pokok bahasan persamaan dasar akuntansi pada siswa kelas X SMK. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif dan deskriptif kualitatif. Rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini disusun dalam 1 siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Rancangan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi siswa di kelas, instrumen observasi guru di kelas, instrumen observasi kelas dan instrumen refleksi.

(11)

THE IMPLEMENT DESIGN OF COOPERATIVE STUDY WITH TEAM GAME TOURNAMENT MODEL TO INCREASE STUDENTS’ ACTIVITIES IN STUDYING ACCOUNTING OF THE TEN DEGREE OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS,

WITH THE TOPIC ACCOUNTING EQUATION

Robert

Sanata Dharma University 2012

The purpose of this research is to describe how the implement design of cooperative learning with team games tournament model to increase students’ activities in studying acounting of the eleventh grade of school students, with the topic:

accounting equation. This classroom action research design is a descriptive qualitative method. This research is explorative and qualitative descriptive classroom action research, which was done in one cycle that consists of four steps, namely planning, action, observation, and reflection. The techniques of collecting data were: observation for teacher’s instrument, observation for student’s instrument, observation for class instrument and reflection instrument.

(12)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penulisan Makalah ... 9

D. Manfaat Penulisan ……….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teoritis ... 10

1. Pembelajaran Kooperatif ... 15

2. Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 13

3. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ... 18

4. Keaktifan ... 21

5. Akuntansi ... 27

B. Kerangka Teoritis ... 28

BAB III PEMBAHASAN ... 32

A. Implementasi pembelajaran ... 32

1. Perencanaan... 33

2. Tindakan... 38

(13)

B. Evaluasi kegiatan pembelajaran... 45

BAB IV PENUTUP ... 46

A. Kesimpulan ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... .... 48 LAMPIRAN...

(14)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1a lembar Observasi prapenelitian siswa 2. Lampiran 1b lembar Observasi pra penelitia Guru 3. Lampiran 1c lembar Observasi pra penelitia Kelas 4. Lampiran 2a lembar obserfasi guru

5. Lampiran 2b Instrumen observasi kegiatan guru 6. Lampiran 3a lembar observasi kelas

7. Lampiran 3b Instrumen observasi kelas 8. Lampiran 4a Lembar obserfasi siswa

9. Lampiran 4b Instrumen obserfasi keaktifan siswa

10. Lampiran 4c Instrumen obserfasi keaktifan siswa dalam kelompok 11. Lampiran 5 Rencana pelaksanaan pengajaran (RPP)

12. Lampiran 6a Soal kelompok diskusi 13. Lampiran 6b Kunci soal kelompok diskusi 14. Lampiran 6c Lembar jawab kelompok diskusi 15. Lampiran 7 Soal untuk game

16. Lampiran 8a Soal turnamen 17. Lampiran 8b Kunci soal turnamen

18. Lampiran 8c Lembar jawab soal turnamen 19. Lampiran 8d Lembar sekor turnamen 20. Lampiran 9 Skenario game dan turnamen

21. Lampiran 10 Lembar penilaian afektif dan psikomotorik 22. Lampiran 11 Penilaian evaluasi pembelajaran

23. Lampiran 12 Lembar refleksi siswa 24. Lampiran 13 Lembar refleksi guru 25. Lampiran 12 hand out

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jabatan guru dikenal sebagai jabatan yang profesional, artinya jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru. Seorang guru harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya. Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang profesional.

Setiap guru yang baik harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisasinya. Penguasaan pengetahuan merupakan syarat yang penting di samping keterampilan lainnya. Seorang guru berkewajiban menyampaikan pengetahuan, pengertian, keterampilan, dan lain-lain kepada siswa-siswinya. Sebagai pribadi, guru harus memiliki sikap-sikap yang disenangi oleh para siswa, oleh orang tua dan oleh masyarakat. Sifat-sifat ini sangat diperlukan agar guru dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.

Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komprehensif. Pemahaman ini memudahkan guru untuk menilai kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan dan prosedur belajar mengajar dengan tepat. Untuk menyelenggarakan pembelajaran yang

(16)

berkualitas, sangatlah penting seorang guru mengenal siswa didiknya baik secara individu maupun dalam kelas klasikal.

Siswa adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Dapat dikatakan bahwa siswa adalah komponen terpenting di antara komponen lainnya. Siswa merupakan unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya siswa tidak akan terjadi proses pengajaran. Karena siswa yang membutuhkan pengajaran, maka guru adalah fasilitator siswa dalam memenuhi kebutuhannya. Siswa adalah komponen terpenting dalam hubungan proses belajar mengajar ini.

Kelas merupakan sarana dari bentuk sekolah yang sebenarnya. Proses transfer ilmu pengetahuan sebagai kegiatan utama dalam pengajaran dilakukan di kelas. Interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran lebih banyak terjadi di kelas. Sebagian besar aktivitas siswa di sekolah berlangsung di kelas. Keadaan kelas yang kondusif dalam proses pembelajaran menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu sekolah menyelenggarakan pendidikan.

Seorang guru dituntut mencermati dan memecahkan masalah yang dijumpai dalam proses pembelajaran, karena hal ini sangat mempengarui keberhasilan pembelajaran di kelas. Guru bertanggung jawab untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di kelas, agar tercipta keadaan yang kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana

(17)

pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kondisi siswa yang sangat beragam diantaranya jenis kelamin, tingkat ekonomi, kemampuan akademik dan karakter siswa dalam satu kelas memunculkan karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan metode mengajar yang menarik dan efektif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berhasil bagi siswa. Lingkungan belajar yang menarik dapat dibentuk melalui interaksi yang baik antara siswa, guru dan bidang yang dipelajari.

Dengan sendirinya proses pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna.

Interaksi antara siswa dan bidang studi yang dipelajari oleh siswa akan banyak dirangsang dan dibantu oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh model pembelajaran yang ditampilkan oleh seorang guru. Oleh sebab itu pengetahuan tentang model mengajar dan variasi gaya mengajar bisa menjadi senjata ampuh untuk keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas. Seorang guru harus memiliki berbagai pengetahuan tentang model mengajar supaya mampu memberikan pembelajaran yang tepat untuk disajikan di kelas.

(18)

Dalam suatu pembelajaran selain berpegang pada prinsip-prinsip umum juga harus merumuskan petunjuk khusus sesuai dengan kekhususan mata pelajaran (Pasaribu dan Simanjuntak, 1983:13). Guru dituntut untuk menerapkan model belajar yang sesuai pada kelas yang dihadapi agar tercipta pembelajaran yang diinginkan. Ketika telah melakukan pemantapan dan memotivasi siswa, ternyata belum cukup ampuh untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran akutansi, guru perlu untuk memilih model mengajar yang dilakukan. Model mengajar yang dilakukan seorang guru melalui ceramah monoton menjadikan siswa bosan dan kurang antusias. Pembelajaran yang terpusat pada guru cenderung mendorong siswa mencapai tujuan belajar secara individu. Karena tidak terlibat secara aktif, tidak jarang daya konsentrasi siswa menurun selama mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran demikian cenderung membentuk individu kurang menghargai kebersamaan dengan orang lain, dimana kita tahu konsep dasar manusia tidak dapat hidup dengan orang lain.

Berdasarkan pengalaman saya selama menjadi Guru praktikan saat menempuh mata kuliah program pengalaman lapangan (PPL) II, masih ada kendala-kendala untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat sasaran dan efektif. Secara umum, para siswa belum menunjukan kerja yang optimal dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran akuntansi. Hal ini dapat ditunjukan aktifitas mereka selama mengikuti pembelajaran belum sungguh-sungguh. Respon yang masih kurang, terlihat dari tidak adanya siswa

(19)

yang mengangkat jari saat guru mengajukan pertanyaan. Siswa menjawab setelah ditunjuk oleh guru, sehingga jawaban yang diutarakan merupakan jawaban yang dipaksa karena tuntutan guru. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran akuntansi juga masih kurang, ada satu siswa yang sedang melamun saat pembelajaran akuntansi berlangsung. Ketika Guru menerangkan didepan, saya mendapati beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Fakta juga menunjukan bahwa ada sekitar 10 siswa dari 40 yang sedang asik berbicara sendiri disaat pembelajaran akuntansi. Saya mencatat sampai akir pembelajaran hanya ada sekitas 3 orang yang bertanya kepada Guru, dimana pertanyaaan yang di sampaikan hanya sifatnya meminta penegasan, biasanya mengenai kata yang kurang jelas di papan tulis.

Gaya mengajar Guru yang cendrung statis dengan ceramah dan latihan soal,seperti kurang berkenan dihati siswa. Dapat dipahami pula bahwa tingkat kedewasaan mereka saat ini memberikan tututan diri untuk mencari porsi kesenangan lebih. Mereka merasa bosan dan suntuk dengan metode yang diberikan. Selama pembelajaran berlangsung, saya mengamati ada sekitar 3 sampai 5 anak yang meminta izin keluar kelas untuk kekamar kecil yang intensitas waktunya lama. Saya juga mengamati beberapa siswa bercakap dengan teman sebangku ketika Guru menerangkan materi di papan tulis.

Dari wawancara yang saya lakukan dengan Guru yang mengajar akuntansi menilai bahwa perbedaan kemampuan menangkap penjelasan materi menjadi kendala untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik lagi.

(20)

Beliau mengatakan bahwa karakteristik siswa yang beragam merupakan kenyataan yang harus dihadapi di kelas. Fakta yang saya temukan dikelas ada beberapa siswa yang memiliki sikap yang enggan diarahkan agar mendukung situasi pembelajaran yang optimal. Terkadang terjadi aktivitas yang dilakukan siswa didik menciptakan suasana menjadi kurang kondusif. Guru merasakan bahwa motivasi belajar akuntansi yang kurang, menyebabkan siswa didiknya melakukan tindakan yang kurang mendukung pembelajarn yang kondusif di kelas. Perbedaan daya tangkap terlihat jelas dari hasil ulangan yang memiliki perbedaan nilai yang signifikan diantara para siswa.

Kondisi siswa yang sangat beragam diantaranya jenis kelamin, tingkat ekonomi, kemampuan akademik dan karakter siswa dalam satu kelas memunculkan karakteristik yang berbeda-beda. ini menjadi tantangan bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan metode mengajar yang menarik dan efektif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermagna dan berhasil bagi siswa. Lingkungan belajar yang menarik dapat dibentuk melalui interaksi yang baik antara siswa, guru dan bidang yang dipelajari.

Dengan sendirinya proses pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermagna. Interaksi antara siswa dan bidang studi yang dipelajari oleh siswa akan banyak dirangsang dan dibantu oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh model pembelajaran yang ditampilkan oleh seorang guru. Oleh sebab itu pengetahuan tentang model mengajar dan variasi gaya mengajar bisa menjadi senjata ampuh untuk

(21)

keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas. Seorang guru harus memiliki berbagai pengetahuan tentang model mengajar, agar mampu memberikan pembelajaran yang tepat untuk disajikan di kelas.

Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara menyeluruh dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan keaktifan belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang membuat siswa aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif, dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan. Siswa dikehendaki atau didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, mereka mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya (Ibrahim,2000:21). Dengan pembelajaran kooperatif ini, siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat dan saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan.

Cooperative learning adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama dengan anggota lainya di dalam satu kelompok. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Team Game Turnament (TGT). TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

(22)

permainan yang menyenangkan (Slavin,1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi;

(3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik. Diharapkan dengan menggunakan metode TGT ini akan dapat meningkatkan keaktifan siswa karena pembelajaran dilakukan dalam kelompok. Siswa akan berdiskusi dengan teman-temannya dan penilaian hasil belajar menggunakan sistem permainan akademik sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Pembelajaran kooperatif model TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status dan melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab dan kerja sama.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang disampaikan, masalah yang akan dirumuskan adalah bagaimana perancangan implementasi pembelajaran kooperatif model team game tournament untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan Persamaan Dasar Akuntansi kelas XI SMK?

(23)

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk merancang model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar yang berlangsung di kelas.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan Rancangan pembelajaran kooperatif model team game tournament.

3.

Untuk mengetahui cara mengukur peningkatan keaktifan siswa yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif model team game tournament.

D. Manfaat Penulisan Makalah

1. Bagi siswa, meningkatkan minat belajar akuntansi dengan model pembelajaran Team Games Tournament

2. Bagi guru, sebagai masukan dalam pembelajaran akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran Team Games Tournament.

3. Bagi peneliti, sebagai masukan dalam pelaksanaan penelitian lanjutan sehingga hasil yang diharapkan lebih baik.

(24)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie (2002:12), pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur . Hal senada juga dikemukakan oleh Etin Sulihatin dan Raharjo (2007:4) bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota.

Sedangkan menurut pendapat Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil siswa untuk saling membantu dalam mempelajari materi pembelajaran. Nurhadi (2004:112) juga mengatakan pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran kooperatif juga merupakan suatu model pembelajaran yang

(25)

berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar para pelajar dalam suatu kelompok yang bersifat sosial dan masing-masing pelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani (Kagan,1994:8)

Unsur- unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Nur, 2000: 193) :

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab ata segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompok.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Selain dari unsur- unsur di atas, metode kooperatif juga memiliki beberapa ciri- ciri (Carin,1993:69), diantaranya adalah sebagai berikut :

(26)

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

c. Setiap kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar para siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

Dengan metode pembelajaran ini diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan, dan keterampilan dengan bekerja sama dengan siswa lainnya.

Lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu (Lie, 2002:32) :

1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

(27)

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini berkumpul dan bertukar informasi yang kemudian pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung sari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilakukan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan mudah dan jelas. Rekan-

(28)

rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota mempunyai perbedaan- perbedaan. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

4. Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomnikasi dalam

(29)

kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

2. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin1995:4-8):

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua

(30)

siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4 -5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa.

Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw

Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan

(31)

mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing- masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman- teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

d. Learning Together

Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.

e. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

(32)

3. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams games tournaments ( TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat dan kerja sama.

Lima komponen utama dalam TGT (Slavin, 1995:84-88) yaitu sebagai berikut:

a. Presentasi Kelas

Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui presentasi kelas. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Pada saat guru menyampaikan materi, siswa diharapkan memperhatikan materi tersebut. Hal ini dikarenakan akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal- soal pada kegiatan belajar kelompok.

b. Kelompok (team)

Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan

(33)

oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pembelajaran tersebut.

Sebelum kegiatan belajar kelompok dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap yang harus diperhatikan siswa agar kerjasama dalam kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama- sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru kelompok meminta guru untuk membantu menjelaskan.

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

c. Permainan

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji

(34)

pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game dapat berfariasi sesuai kreatifitas Guru, namun game tidak bisa lepas dari tujuan dasar di buatnya game itu sendiri yaitu untuk menguatkan pemahaman siswa terhadap materi.

d.Turnamen (Tournament)

Turnamen disini merupakan suatu pertandingan antar kelompok yang berbeda. Pelaksanaan turnamen biasanya dilakukan setelah guru menjelaskan materi dan setelah siswa melakukan belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada meja turnamen sesuai dengan kelompok cooperatif yang dibentuk di awal pembelajaran. Kemenangan kelompok ditentukan oleh kemampuan setiap anggotanya dalam mengerjakan soal. Pada tahap inilah kemampuan masing-masing siswa dalam menguasai materi dengan sungguh-sungguh pada saat belajar dalam kelompok cooperatif akan diuji. Seluruh siswa berkompetisi dengan sehat dengan cara mengerjakan soal-soal yang sudah disediakan Guru. Setiap satu soal hanya boleh dikerjakan satu orang siswa, jadi tidak diperbolehkan para siswa bekerja sama dalam mengerjakan soal.

e. Penghargaan Kelompok

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing- masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor

(35)

memenuhi kriteria yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya.

4. Keaktifan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:17) aktivitas diartikan sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono,1998:13).

Aktivitas peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar adalah salah satu kunci keberhasilan pencapaian peranan pendidikan. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan.

Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Ahmad Rohani, 2004:6).

Herman Handoyo (Rias, 1988:121-123) mengklasifikasikan aktivitas belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa, seperti pada uraian di bawah :

a) Menguji.

(36)

Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan.

Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen.

b) Mengungkapkan.

Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksi model-model dari situasi masalah yang dihadapi.

c) Membuktikan.

Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argumen atau alasan yang terstruktur.

d) Mengaplikasikan masalah.

Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan ke situasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.

e) Menyelesaikan masalah.

(37)

Dari suatu masalah komplek yang dihadapai namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dengan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.

f) Mengkomunikasikan.

Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing – masing dengan menggunakan simbol yang sama. Para siswa harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan – gagasan yang nyatakan siswa lain.

Klasifikasi aktivitas belajar dari Herman Hudoyo di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup beragam dan bervariasi.

Aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.

Dalam belajar sangat diperlukan adanya suatu aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi kegiatan. Tidak akan ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Siswa diharapkan mampu untuk aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap waktu tanpa ada harus menunggu disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh guru. Siswa harus rajin

(38)

mencoba mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk meningkatkan prestasi.

Menurut Paul D. Dierich (Oemar Hamalik 2001: 172)keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan

pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan.

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

(39)

f. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa factor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Gagne dan Briggs dalam (Martinis,2007:84) faktor-faktor yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu:

a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

(40)

d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

g. Memberi umpan balik (feed back)

h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Setelah siswa mampu melibatkan kemampuanya dengan maksimal, diharapkan pengetahuan yang diperoleh siswa lebih melimpah dan bermakna bagi siswa.

(41)

5. Akuntansi

Definisi akuntansi (Jusup2001:4) dapat dirumuskan dari dua sudut pandang yaitu dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari sudut pandang proses kegiatanya. Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai: suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Informasi yang dihasilkan akuntansi diperlukan untuk membuat perencanaan yang efektif dan pengambilan keputusan oleh manajemen. Akuntansi juga berfungsi sebagai bentuk pertanggung jawaban organisasi kepada para insfestor, kreditur dan pemerintah.

Apabila ditinjau dari proses kegiatanya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai: proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Kegiatan akuntansi merupakan kegiatan yang komplek karena menyangkut bermacam-macam kegiatan. Aktifitas yang ada dalam akuntansi adalah :

a. Mengidentifikasi data yang relevan dengan keputusan yang akan diambil.

b. Memproses dan menganalisis data yang relevan.

c. Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan.

(42)

Informasi akuntansi digunakan untuk pengambilan keputusan interen organisasi dan juga pengambilan keputusan oleh pihak eksteren organisasi.

Informasi yang dihasilkan akuntansi adalah data perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang. Sasaran atau obyek akuntansi adalah transaksi yang bersifat finansial (keuangan).

B. Kerangka Teoritis

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani/fisik atau rohani/psikis. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktifitas siswa ini ada dua macam yaitu aktivitas fisik dan aktifitas psikis. Aktivitas fisik disini adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif.

Sedangkan aktivitas psikisnya adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya berfungsi dalam rangka pengajaran. Siswa harus aktif berkegiatan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

(43)

Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi yang tinggi antar siswa itu sendiri, yang mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif. Dalam proses belajar mengajar ini, siswa membangun pengetahuannya sendiri. Proses pembelajaran yang baik hendaknya menempatkan siswa sebagai pencari ilmu sehingga perlu dibiasakan memecahkan dan merumuskan sendiri hasilnya (Johar, 2002:2). Intervensi dari orang lain diberikan dalam rangka memotivasi mereka. Perumusan atau konseptualisasi juga dilakukan oleh siswa sendiri. Posisi guru dalam proses pembelajaran bukan sebagai informator dan penyuplai ilmu pengetahuan akan tetapi sebagai organisator program pembelajaran dan fasilitator pembelajaran serta sebagai evaluator keberhasilan pembelajaran siswa.

Pokok bahasan persamaan dasar akuntansi penting untuk dikuasai oleh siswa karena pengetahuan ini menjadi dasar atau fondasi yang menentukan kaberhasilan pembelajaran akuntansi dalam pokok-pokok bahasan yang selanjutnya. Dalam pembelajaran persamaan dasar akuntansi, siswa di tuntut untuk mampu menguasai kemampuan memasukkan transaksi kedalam persamaan dasar akuntansi dengan baik dan benar. Kemampuan ini merupakan roh dasar bagi siswa untuk mempelajari akuntansi. Dengan menguasai bahkan mahir dalam persamaan dasar akuntansi, siswa akan

(44)

lebih mudah untuk mempelajari pokok bahasan yang lain (mekanisme debet kredit, jurnal umum, posting, dst).

Fenomena ketidak obtimalan proses belajar yang terjadi di kelas harus diminimalisir dan dihilangkan, agar siswa mampu menguasai materi pembelajaran Akuntansi Pokok bahasan persamaan dasar akuntansi.

Ketidak obtimalan pembelajaran yang terjadi dikelas dapat dipecahkan dengan menciptakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk meminimalisir ketidak obtimalan proses pembelajaran di kelas, diperlukan model pembelajaran yang merangsang antusias siswa agar terlibat aktif dan bersemangat dalam belajar dan menikmati pembelajaran yang berlangsung. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Setelah siswa mampu melibatkan kemampuanya dengan maksimal, diharapkan pengetahuan yang diperoleh siswa lebih melimpah dan bermakna bagi siswa.

Model pembelajaran team game tournament diharapkan mampu untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran akuntansi pokok bahasan Persamaan Dasar Akuntansi. Dengan model pembelajaran TGT akan mengajak siswa aktif dalam diskusi dan aktif bermain dalam permainan dan turnamen. Dengan adanya permainan membuat siswa lebih antusias untuk mengerjakan tugas dan bekerja sama dengan baik sehingga

(45)

siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT ini membuat siswa menjadi lebih memahami materi yang diajarkan, menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran serta siswa tidak merasa bosan untuk mengikuti pelajaran. Dan yang terpenting, karena pengetahuan diperoleh dengan cara mereka sendiri terlepas dari interfensi orang lain, maka pengetahuan yang diperoleh akan abadi sepanjang hayat melekat dalam ingatan para siswa.

(46)

32

BAB III PEMBAHASAN

A. Implementasi pembelajaran kooperatif model team game tournament (TGT) Sebelum mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model team game tournament (TGT), peneliti terlebih dahulu mengawali dengan kegiatan pra- penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan metode TGT. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru (lampiran 1b), observasi kelas (lampiran 1c), dan observasi terhadap siswa (lampiran 1a). Selain dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah menggunakan metode TGT.

Implementasi pembelajaran ini direncanakan berlangsung dalam bentuk siklus. Siklus pembelajaran ini terdiri dari empat langkah.

1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa.

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa.

3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.

(47)

4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

Pengukuran hasil belajar siwa diharapkan dicapai melalui penerapan model Team Games Tournament. Untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran, penulis menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebagai target hasil belajar yang bisa dicapai siswa

Secara operasional, implementasi pembelajaran TGT untuk meningkatkan keaktifan siswa diuraikan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berikut ini disajikan langkah-langkah perencanaan yang diterapkan atau dilakukan .

a. Guru menggali data awal tentang karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Pemetaan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk membagi siswa dalam kelompok- kelompok yang heterogen. Siswa dengan prestasi atau nilai akademik tinggi akan ditempatkan pada rangking tinggi, siswa dengan prestasi sedang akan ditempatkan pada rangking sedang, dan siswa dengan prestasi rendah ditempatkan pada pada rangking bawah. Dari hasil pembagian kelompok tersebut terbentuk empat kelompok dengan

(48)

kemampuan akademik yang beragam. Cara membentuk kelompok dapat mengacu pada contoh sebagai berikut.

Tabel pengelompokan data nilai awal setelah

diurutkan Di buat kelompok

nama nilai nama nilai nama nilai

Robert 7 Bayu 9 Bayu 9 kelompok

Dian 8 Dian 8 Angel 6 SATU

Bayu 9 Ricky 8 Adi 4

Andre 4 Miiesel 7 Dian 8

Ricky 8 Robert 7 Miiesel 7 kelompok

Miiesel 7 Roy 7 Roy 7 DUA

Adi 4 Angel 6 Andre 4

Roy 7 Rudi 5 Ricky 8 kelompok

Angel 6 Adi 4 Robert 7 TIGA

Rudi 5 Andre 4 Rudi 5

Warna merah siswa dengan kemampuan tinggi

Warna hijau siswa dengan kemampuan sedang

Warna kuning siswa dengan kemampuan rendah

b. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan.

Perangkat pembelajaran mencakup segala hal yang diperlukan agar pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapakan.

Berikut ini disajikan uraian masing-masing perangkat pembelajaran.

1) Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP)

RPP dibuat untuk dua kali pertemuan. Dalam RPP tersebut berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber dan media

(49)

pembelajaran, dan skenario pembelajaran, yang seluruhnya telah dibuat secara rinci dan sistematis (lampiran 5).

2) Materi pembelajaran

Materi ajar pada proses pembelajaran ini adalah prosedur persamaan Akuntansi. Guru membuat hand out dengan pokok bahasan Persamaan Akuntansi. Hand out akan dibagikan kepada masing-masing kelompok. Isi hand out mencakup materi tentang Aktiva, Kewajiban, Ekuitas, persamaan akuntansi dan pencatatan transaksi ke dalam persamaan akuntansi (lampiran 12).

3) Soal untuk game (lampiran 7).

Berisi soal transaksi keuangan untuk dimasukan kedalam persamaan dasar akuntansi.

4) Soal untuk diskusi kelompok kooperatif (lampiran 6a)

Berisi soal pengayakaan transaksi yang harus dimasukkan dalam persamaan dasar akuntansi.

5) Soal dan kunci jawaban untuk tournament (lampiran 8a)

Berisi soal-soal yang mencakup muatan seluruh materi pembelajaran.

6) Lembar sekor untuk menilai hasil turnamen (lampiran 8d) 7) Sekenario game dan turnamen (lampiran 9)

(50)

8) Meja turnamen

Meja turnamen menggunakan meja yang ada sikelas, sehingga tidak mengubah komposisi dan tata letak meja dan kursi yang ada. Yang berubah adalah posisi duduk siswa, yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi turnamen.

9) Hadiah

Hadiah merupakan penghargaan bagi kelompok terbaik, yang bertujuan agar masing-masing siswa termotifasi untuk melakukan pembelajaran semaksimal mungkin.

10) Lembar refleksi guru (lampiran 13)

Digunakan oleh guru untuk merefleksikan kembali proses pengajaran yang sudah berlangsung.

11) Lembar refleksi siswa (lampiran 12)

Berisi pertanyaan dan lembar jawab yang mengacu pada kesan dan pesan yang dirasakan siswa setelah pembelajaran berlangsung.

c. Guru menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data.

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada Bergerman, 1992 dan Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

1) Instrumen untuk mengobservasi guru :

(51)

a) Lembar observasi guru (catatan anekdotal), lembar ini digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung (lampiran 2a).

b) Instrumen obserfasi kegiatan guru. Cakupan isi lembar instrumen kegiatan guru antara lain: keterampilan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe TGT (lampiran 2b).

2) Instrumen untuk mengobservasi kelas :

a) Lembar observasi kelas (catatan anekdotal), lembar ini digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung (lampiran 3a).

b) Instrumen observasi kelas yang mencakup : sarana dan prasarana belajar, kerjasama antar siswa, situasi kelas, interaksi siswa (lampiran 3b).

3) Instrumen untuk mengobservasi prilaku siswa:

a) Lembar observasi siswa (catatan anekdotal), digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa pada saat mengikuti pembelajaran (lampiran 4a).

b) Instrumen observasi keaktifan siswa. Isi lembar instrumen keaktifan siswa di kelas adalah frekuensi kegiatan keaktifan siswa dalam pembelajaran (lampiran 4b).

(52)

c) Instrumen 0bservasi keaktifan siswa dalam kelompok (lampiran 4c). Untuk menilai keaktifan siswa dalam kelompok diskusi cooperatife.

2. Tindakan

Pada tahap tindakan guru mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan. Tindakan penelitian ini dilakukan 2 kali pertemuan (4 x 45 menit). Langkah-langkah pada tahap ini sebagai berikut.

a. Presentasi kelas dan pembagian kelompok

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan salam pembuka dan tujuan pembelajaran tentang persamaan dasar akuntansi. Guru melakukan presentasi di kelas hanya menyampaikan tujuan pembelajaran secara general saja yang bertujuan agar pembelajaran berjalan kearah yang diinginkan. Setelah pengantar oleh guru di rasa cukup, kemudian guru membagi siswa kedalam kelompok.

Pembentukan kelompok sudah dilakukan guru pada tahap awal perencanaan pembelajaran. Jumlah kelompok yang dibentuk adalah 4 kelompok siswa dengan anggota 6 orang. Pada tahap ini guru hanya menyebutkan kembali nama-nama kelompok berikut anggota- anggotanya.

b. Diskusi kelompok

(53)

Kemudian guru mempersilahkan masing-masing siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya dan segera menempati meja yang sudah di tentukan oleh kelompok. Guru membagikan hand out pada masing masing kelompok untuk dipelajari. Untuk membantu proses belajar siswa dalam berdiskusi, guru membagikan soal diskusi untuk dikerjakan dalam kelompok diskusi. Guru memantau dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan dalam penguasaan materi.

c. Permainan (games)

Permainan (games) pada siklus pertama ini diberi nama andai aku menjadi. Permainan ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang persamaan dasar akuntansi. Siswa diminta untuk berkumpul dalam kelompok yang sudah di bentuk di awal pembelajaran.

Guru membacakan soal untuk salah satu kelompok yang berkaitan dengan materi memasukan transaksi kedalam persamaan dasar akuntansi. Kelompok yang di tunjuk harus mengilustrasikan jawaban di depan kelas dengan bantuan media pembelajaran yang telah di buat oleh Guru. Setiap anggota kelompok harus mengambil peran dalam ilustrasi didepan kelas, sebagai akun-akun aktiva, akun kwajiban dan ekuitas.

Guru menjelaskan pengaruh transaksi terhadap persaman dasar akuntansi mengacu pada ilustrasi di depan kelas. Guru membacakan soal transaksi keuangan sampai semua kelompok mendapat giliran.

d. Turnamen

Turnamen pada pembelajaran ini diberi nama BERPACU DALAM SOAL. Guru menyiapkan media yang berfungsi untuk mencapai

(54)

tingkatan yang harus dilalui kelompok ( meja dan kursi di kelas). Setiap tingkatan di sediakan soal yang berbeda kesukarannya pada masing- masing tingkatan. Setiap kelompok harus duduk membentuk satu barisan kebelakang. Siswa yang duduk paling depan mengerjakan soal pada meja yang sudah disediakan. Siswa yang telah selesai mengerjakan duduk paling belakang, sehingga siswa yang duduk no 2 menjadi paling depan, diikuti siswa yang di belakangnya,dst.

Dalam waktu yang sudah ditentukan, masing masing kelompok bertugas melampui tingkatan yang sudah disediakan dengan cara menyelesaikan soal-soal. Siswa yang benar menjawab diberi poin 10, salah poin nol.

Setelah satu paket soal selesai, berpindah ke tingkatan di atasnya.

Apabila sudah sampai pada puncak tingkatan dan waktu masih tersisa, siswa masih diberi kesempatan untuk mengerjakan soal.

e. Penghargaan kelompok

Kelompok yang mengumpulkan poin paling banyak menjadi pemenangnya. Penghargaan kepada kelompok dalam bentuk hadiah yang disediakan guru.

3. Observasi

Observasi dilakukan dilaksanakan selama proses pembelajaran TGT berlangsung. Obserfasi ini dilakukan dengan tujuan mengamati peningkatan keaktifan siswa dan kegiatan mengajar guru apakah sudah sesuai dengan

(55)

pembelajaran TGT yang diinginkan. Kegiatan obserfasi dilakukan pada tiga komponen utama proses pembelajaran, yaitu guru, siswa dan kelas.

Obserfasi dilakukan dengan lembar kegiatan obserfasi (instrumen), baik catatan anekdoktal dan lembar-lembar instrumen keaktifan siswa serta lembar instrumen kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Penjelasan dari setiap kegiatan obserfasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan terhadap guru

Pengamatan terhadap guru ini dilakukan bersamaan dengan dilaksanakanya proses pembelajaran TGT. Aktivitas guru selama proses pembelajaran diamati dengan lembar obserfasi guru (lampiran 2a) dan instrumen observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran (lapiran 2b). Pengamatan bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran koperatif tipe TGT dengan baik. Dalam proses pembelajaran TGT dapat kita lihat apakah guru mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe TGT; guru dapat berperan serta dalam pembentukan kelompok, guru melakukan presentasi kelas dengan baik, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok, guru memotivasi siwa untuk belajar mandiri serta terlibat aktif dalam kelompok, guru dapat berinteraksi dengan baik dengan seluruh siswa, guru mendorong siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah, guru melakukan evaluasi proses pembelajaran melalui games dan turnamen yang menjadi bagian

(56)

dari pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru memotivasi siwa untuk aktif dalam games maupun turnamen, guru mengamati setiap kelompok dalam mengerjakan soal dan membantu siswa ketika siswa mengalami kesulitan.

b. Pengamatan terhadap siswa

Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam dua kegiatan yaitu keaktifan siswa dalam kelompok diskusi dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap siswa dilakukan dengan menggunakan lembar obserfasi siswa (lampiran 4a), Instrumen observasi keaktifan siswa (lampiran 4b) dan instrumen observasi keaktifan siswa dalam kelompok (lampiran 4c). Pengamatan terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran TGT. Untuk menilai keberhasilan peningkatan keaktifan siswa dilakukan dengan membandingkan indikator target keberhasilan dengan indikator yang terjadi saat proses pembelajaran di kelas. Indikator untuk menilai keaktifan siswa adalah sebagai berikut.

1) Siswa membaca hand out yang disiapkan oleh guru.

2) Siswa aktif berdiskusi dengan teman dalam kelompok mengenai materi pembelajaran.

3) Siswa mendengarkan penjelasan dari siswa lain.

4) Siswa menulis jawaban, dari soal yang diberikan oleh guru.

5) Siswa membuat tabel persamaan dasar akuntansi.

(57)

6) Siswa menggunakan media pembelajaran yang disiapkan.

7) Siswa mampu memasukan transaksi keuangan kedalam persamaan dasar akuntansi.

Siswa dikatakan mengalami peningkatan apabila mencapai atau melebihi Target yang di tentukan/dirumuskan oleh guru dan tim peneliti.

Penilaian peningkatan keaktifan siswa disajikan dalam bentuk frekwensi dan prosentase yang mengacu pada jumplah siswa yang melakukan kegiatan yang menunjukkan keaktifan siswa.

Untuk mendukung penilaian keaktifan siswa. Pengamatan juga dilakukan saat siswa melakukan diskusi dalam kelompok kooperatif.

Pengamatan siswa dalam kelompok cooperatif ini menggunakan lembar instrumen keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

c. Pengamatan terhadap kelas

Pengamatan terhadap kelas dilakuan untuk mengamati apakah suasana kelas cukup kondusif dalam proses pembelajaran. Pengamatan terhadap kelas menggunakan lembar obserfasi kelas (lampiran 3a) dan Instrumen observasi kelas (lapiran 3a). Pengamatan terhadap kelas dapat dilihat dari tiga aspek yaitu : hubungan kerja sama antar siswa, lingkungan kelas, dan tata tertib kelas. Dalam aspek hubungan kerja sama antar siswa di harapkan tampak hubungan kerja sama antar siswa dalam hal pembauran, demokrasi, kekompakan, persaingan, dan motivasi tinggi.

(58)

Lingkungan kelas yang mendukung kegiatan pembelajaran ditunjukkan dengan adanya pembauran yang sangat baik melalui terbentuknya kelompok-kelompok yang heterogen untuk menghindari adanya pengelompokan-pengelompokan siswa dalam kelas. Diharapkan setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan saran atau pendapatnya (demokrasi). Dimungkinkan semua siswa dalam kelompok bekerja sama dengan sangat baik dalam pengerjaan tugas (kekompakan).

Pada aspek lingkungan kelas dapat diamati apakah perangkat pembelajaran telah tersedia dengan lengkap untuk mendukung proses pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi yang dilakukan merupakan refleksi segera setelah pertemuan berakhir. Refleksi dilakukan oleh siswa dan guru mitra. Instrumen refleksi guru disajikan dalam bentuk kolom berisi Uraian dan kesan guru mitra. Instrumen refleksi guru memperlihatkan kesan guru mitra terhadap perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, setelah melakukan serangkaian proses belajar mengajar dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

Siswa diajak melakukan refleksi setelah pembelajaran berakhir. Tujuan refleksi siswa adalah untuk mengetahui kesan pesan siswa terhadap model

(59)

pembelajaran yang sudah berlangsung (TGT). Untuk memudahkan siswa melakukan refleksi diberikan lembar refleksi siswa yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian siswa terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Instrumen yang diperlukan adalah lembar refleksi guru (lampiran 13) dan lembar refleksi siswa (lampiran 12).

B. Evaluasi pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT) Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan kesimpulan hasil observasi. Dari hasil observasi diperoleh data-data yang tersaji dalam instrumen penelitian. Kegiatan evaluasi pembelajaran kooperatif model TGT adalah menafsirkan data-data yang diperoleh selama melakukan pengamatan. Dengan melihat data obserfasi, dapat dilihat apakah pembelajaran sudah sesuai seperti yang diharapkan. Evaluasi kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk melihat kembali kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil evaluasi pembelajaran digunakan untuk menyempurnakan pembelajaran pada pembelajaran berikutnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapi.

(60)

46

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) akan mampu meningkatkan keaktifan siswa, karena dengan model pembelajaran ini siswa diajak untuk giat aktif belajar dan bekerja dalam kelompok kooperatif. Dengan model pembelajaran TGT siswa di ajak untuk berdiskusi dalam kelompok agar menguasai materi. Penguasaan ilmu pengetahuan tentang persamaan dasar akuntansi akan diperdalam atau di mantabkan dengan game. Untuk mengukur penguasaan materi ajar dilakukan dengan turnamen edukatif yang menyenangkan namun berkualitas.

Implementasi pembelajaran kooperatif model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan persamaan dasar akuntansi dilakukan melalui empat tahap utama yaitu persiapan, tindakan, obserfasi dan refleksi. Setiap tahapan dalam implementasi pembelajaran kooperatif model TGT tidak dapat dipisahkan dan harus dilakukan dengan runtut.

Keberhasilan meningkatkan keaktifan siswa terletak pada tahap kedua yaitu tindakan. Pada tahap ini Guru mengaplikasikan pembelajaran TGT yang sudah direncanakan pada tahap sebelumnya yaitu tahap persiapan. Guru harus memperhatikan dengan seksama dan menguasai RPP yang telah disusun pada

(61)

tahap persiapan agar pembelajaran berlangsung seperti yang diharapkan sehingga tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan keaktifan siswa dapat tercapai.

Ketercapaian tujuan yaitu peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari evaluasi pembelajaran yang dilakukan. Proses evaluasi pembelajaran dilakukan dengan observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran TGT, digunakan 3 instrumen yaitu :

1. Lembar observasi kegiatan siswa: berupa catatan anekdotal yang berfungsi untuk mencatan segala aktifitas siswa yang berhubungan dengan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.

2. Lembar instrument keaktifan siswa di kelas: Berisi tentang frekwensi keaktifan dan keterlibatan siswa yang nampak dan dapat diamati ketika pembelajaran dengan model TGT berlangsung.

3. Lembar instrument keaktifan siswa dalam diskusi kelompok : Berisi tentang frekwensi keaktifan siswa yang berlangsung selama diskusi kelompok kooperatif.

Guru mengunakan instrumen pengamatan yang dibuat pada tahap perencanaan untuk menilai tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran yaitu peningkatan keaktifan siswa.

Gambar

Tabel pengelompokan data nilai awal setelah

Referensi

Dokumen terkait

terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Metode observasi yang dilakukan adalah observasi semi. partisipan, di mana peneliti melakukan observasi ketika

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

sampel dalam penelitian ini adalah metode times series design , yaitu desain penelitian yang bermaksud untuk mengetahui kestabilan dan. kejelasan suatu keadaan yang

Pada perbandingan parameter karakteristik kedua partikel magnetik, terlihat kedua partikel magnetik cukup sebanding, tetapi partikel magnetite dari Hungaria mempunyai beberapa

b) Destilasi dapat diartikan sebagai suatu metode operasi yang digunakan pada proses pemisahan suatu komponen dari campurannya berdasarkan titik didih masing-masing komponen

Visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2014 membutuhkan dukungan pemangku kepentingan terkait, termasuk Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana

Kelompok eksperimen terdiri dari 26 ibu hamil dengan intervensi pemberian Short Message Service dengan Gili- SMS® yang diberikan 3 kali yang berisi pengingat untuk

meganalisis harga saham.. peneliti menggunakan analisis fundamental. 392) dalam Alifa Widiastuti Nugroho (2016) mengungkapkan bahwa informasi yang dipublikasikan