• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS GERAKAN LITERASI SEKOLAH TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS IV DI SDN 2 BANGSRI SELAMA PTM TERBATAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS GERAKAN LITERASI SEKOLAH TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS IV DI SDN 2 BANGSRI SELAMA PTM TERBATAS"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

1

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS GERAKAN LITERASI SEKOLAH TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS IV DI SDN 2 BANGSRI SELAMA PTM TERBATAS

OLEH

ANA MUFLIKHAH NIM 201833032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(2)

ii

ANALISIS GERAKAN LITERASI SEKOLAH TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS IV DI SDN 2 BANGSRI SELAMA PTM TERBATAS

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muria Kudus untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

ANA MUFLIKHAH NIM. 201833032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(3)

iii ABSTRAK

Muflikhah, Ana. 2021. Analisis Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca Siswa Kelass IV Di SDN 2 Bangsri Selama PTM Terbatas. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) F Shoufika Hilyana, S.Si., M.Pd.

(2) Ika oktavianti, M.Pd.

Kata Kunci: Gerakan Literasi Sekolah, Minat Baca Siswa

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1) pelaksanaan GLS selama PTM terbatas kelas IV di SDN 2 Bangsri, 2) faktor yang mempengaruhi keberhasilan GLS kelas IV di SDN 2 Bangsri, 3) faktor yang mempengaruhi miat baca siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri.

Minat baca pada warga negara Indonesia tergolong rendah. Rendahnya minat baca juga terjadi pada siswa sekolah dasar. Melihat kondisi tersebut maka Kemendikbud mengeluarkan gerakan membaca yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Tetapi saat ini kita sedang mengalami pandemi global yaitu Covid-19 yang mengubah pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh. Seiring dengan berjalannya waktu kasus Covid-19 di Indonesia setiap hari makin menurun sehingga pemerintah memutuskan untuk melakukan PTM terbatas. Dengan keterbatasan waktu dalam satu perjemuan 2 jam tersebut GLS belum bisa berjalan dengan lancar sebab guru lebih mengutamakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan melalui empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data diperkuat dengan triangulasi data.

(4)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II ... 6

KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Deskripsi Konseptual ... 6

2.1.1 Pengertian Gerakan Literasi Sekolah ... 6

2.1.2 Tujuan Gerakan Literasi Sekolah ... 7

2.1.3 Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ... 8

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah ... 10

2.1.5 Pengertian Membaca... 12

2.1.6 Tujuan Membaca ... 13

2.1.7 Pengertian Minat ... 14

2.1.8 Faktor Yang Mempengauhi Minat Baca ... 14

2.1.9 Indikator Minat Baca ... 16

2.2 Kajian Penelitian Relevan ... 18

2.3 Kerangka Berpikir ... 22

BAB III... 24

METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

(5)

v

3.1.1 Tempat Penelitian ... 24

3.1.2 Waktu Penelitian ... 24

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian... 24

3.3 Peranan Peneliti ... 26

3.4 Data dan Sumber Data ... 26

3.4.1 Data ... 26

3.4.2 Sumber Data ... 26

3.5 Pengumpulan Data ... 27

3.5.1 Observasi ... 27

3.5.2 Wawancara... 28

3.5.3 Dokumentasi ... 28

3.5.4 Pencatatan ... 29

3.6 Keabsahan Data ... 29

3.7 Analisis Data ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(6)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1……….34

Lampran 2………..36

Lampiran 3……….…37

Lampiran 4……….…39

Lampiran 5……….41

Lampiran 6……….42

Lampiran 7……….44

Lampiran 8……….45

Lampiran 9……….47

Lampiran 10………...48

Lampiran 11………...50

Lampiran 12………...52

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Seorang siswa harus mempunyai kemampuan dalam membaca sebab membaca tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan, baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dan kegiatan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dari kegiatan membaca siswa dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan yang luas. Selain itu dari kegiatan membaca siswa dapat mengetahui materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Billy Antoro (2017:13) yang berpendapat bahwa “membaca salah satu aktivitas dalam kegiatan berliterasi merupakan kunci bagi kemajuan pendidikan, keberhasilan suatu pendidikan tidak diukur dari banyaknya anak yang mendapat nilai tinggi melainkan banyak anak yang gemar membaca didalam kelas”.

Kegiatan membaca memiliki banyak manfaat, seperti dalam sebuah pepatah

“Buku adalah jendela dunia”. Jadi membaca sebagai kunci untuk mengetahui segala ilmu pengetahuan dan informasi. Muhsin (2014) berpendapat bahwa “pepatah open book ope mind tentunya akan menjadi bagian penting dari kebutuhan hidup manusia.

Open book disini tidak hanya diartikan membaca buku saja, melainkan membaca apapun yang bisa menjadikan pengetahuan dan wawasan kita menjadi lebih luas”. Oleh karena itu, minat baca siswa harus ditanamkan sejak usia dini. Masa anak-anak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan, dan anak yang mempunyai kebiasaan membaca akan terbawa hingga mereka dewesa.

Di era globalisasi ini minat baca di Indonesia sangat memprihatinkan. Minat baca pada warga negara Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain. Meliyawati (2016) “minat baca yang sangat rendah membuat sumber daya manusia yang rendah sehingga membuat negara ini semakin terpuruk. Berdasarkan

(8)

2

indeks nasional, tingkat minat baca masyarakat hanya 0,01. Sedangkan rata-rata data indeks membaca di negara-negara maju berkisar 0,45 hingga o,62”.

Rendahnya minat baca juga terjadi pada siswa sekolah dasar. Siswa menganggap bahwa kegiatan membaca merupakan hal yang membosankan. Siswa lebih tertarik dengan kegiatan yang instan. Seperti ketika mendapat tugas dari guru, siswa mencontek temannya yang sudah menemukan jawaban tanpa membaca buku terlebih dahulu. Selain itu juga siswa mencari jawaban di internet tidak perlu membaca buku langsung mendapatkan jawaban. Menumbuhkan minat baca pada siswa sekolah tidaklah mudah. Hal ini membutuhkan kerjasama antara siswa dengan guru. Guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang di dalamnya dapat mempengaruhi minat baca siswa. Dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk mencari informasi sendiri dengan membaca buku. Sehingga siswa akan lebih aktif untuk mencari informasi lebih banyak.

Melihat kondisi rendahnya minat baca di Indonesia, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan sebuah gerakan membaca dalam wadah Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Pemerintah menetapkan Gerakan Literasi Sekolah sejak tahun 2016. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah suatu upaya dalam membentuk warga literat secara menyeluruh dengan menjadikan sekolah sebagai wadah pembelajaran serta melibatkan kerja sama antar pihak (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016). Salah satu kegiatan GLS adalah 15 menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. Buku yang dibaca bisa berupa buku materi ataupun non materi.

Guru merupakan penggerak dalam terlaksananya program GLS. Guru dapat membiasakan siswa untuk membaca 15 menit sebelum pembelajaran setiap hari. Tanpa disadari hal tersebut akan menumbuhkan minat baca pada siswa.

Dharma (2019: 75) dalam penelitiannya menyatakan bahwa impementasi Gerakan Literasi Sekolah dapat menumbuhkan minat baca siswa:

Dari program Gerakan Literasi Sekolah dapat menumbuhkan minat baca siswa sekolah dasar. Bentuk-pentuk implementasi Gerakan Literasi Sekolah meliputi menambah koleksi buku yang menarik bagi siswa, melaksanakan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran, membuat jurnal membaca, menyediakan pojok baca dan membuat lingkungan yang kaya akan bahan

(9)

3

bacaan, membuat perpustakaan yang nyaman dan menarik perhatian siswa.

Selain itu juga guru dapat melaksanakan atau mengikuti berbagai perlombaan yang mendukung kegiatan literasi.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SDN 2 Bangsri telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah sejak tahun 2016. Sebelum pembelajaran dimulai selama 15 menit siswa diarahkan untuk membaca buku. Adapun buku yang dibaca berupa buku pelajaran maupun non pelajaran. Melalui kegiatan GLS siswa nantinya akan terbiasa membaca dan timbul kesadaran akan pentingnya membaca.

Tetapi saat ini kita sedang mengalami pandemi global yaitu pandemi Covid-19 yang mengubah proses pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh (daring).

Proses pembelajaran berubah drastis yang biasanya siswa datang ke sekolah melaksanakan pembelajaran tatap muka sekarang siswa belajar dari rumah masing- masing. Dengan pelaksanan pembelajaran jarak jauh tentu saja menghambat proses pembelajaran dan beberapa program sekolah salah satunya adalah GLS. Selama pembelajaran jarak jauh GLS tidak dapat berjalan.

Bupati Jepara Dian Kristiandi memutuskan akan memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas pada Senin, 23 Agustus 2021. Pelaksanaan PTM mulai dari jenjang sekolah dasar (SD), hingga sekolah menengah atas (SMA/SMK). Dari kebijakan tersebut SDN 2 Bangsri melaksanakan PTM terbatas dengan cara dalam 1 hari pembelajaran dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok pagi masuk pukul 07:00 – 09:00 dan kelompok siang masuk pukul 09:00 – 11:00. Dalam pelaksanaan PTM terbatas guru dapat membimbing siswa yang mengalami ketertinggalan pelajaran.

Selain itu juga siswa bisa lebih fokus pada pembelajaran. Namun dengan terbatasnya waktu dalam satu pertemuan hanya 2 jam program-program sekolah seperti GLS belum berjalan dengan lancar. Tidak setiap hari ada kegiatan GLS karena guru lebih mengutamakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik ingin melakukan sebuah penelitian terkait dengan “Analisis Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca Siwa Kelas IV Di SDN 2 Bangsri Selama PTM Terbatas”.

(10)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar bekang tersebut, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah kelas IV di SDN 2 Bangsri?

2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi minat baca siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri?

3. Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah kelas IV di SDN 2 Bangsri.

2. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi minat baca siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri.

3. Untuk menganalisis pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu manfaat teoritis dan praktis:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait dengan pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca siswa. Serta dapat digunakan sebagai bahan literatur dalam pelaksanaan dimasa yang akan datang agar lebih maksimal.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

(11)

5

Hasil penelitian ini bertujuan agar kemampuan minat baca siswa agar lebih baik kedepannya.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai alat evaluasi dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah serta kedepannya bisa menjalankan kegiatan tersebut lebih maksimal.

c. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk lebih baik kedepannya dan terus memperbaiki pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah dalam menumbuhkan minat baca siswa.

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberika riview tentang pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca siswa. Selaian itu dapat memberikan pertimbangan untuk mengembangkan dan mengevaluasi Gerakan Literasi Sekolah agar lebih maksimal.

(12)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Konseptual

Dalam deskripsi konseptual ini, peneliti akan menguraikan mengenai, (1) Gerakan Literasi Sekolah, (2) Minat membaca (3) Faktor yang mempengaruhi minat membaca

2.1.1 Pengertian Gerakan Literasi Sekolah

Menurut Kemendikbud (2016) Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Menurut Teguh (2017: 21):

Berpendapat bahwa Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Farid Ahmadi dkk (2018: 14) berpendapat bahwa Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kaloboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya yaitu berupa pembiasaan peserta didik. Pembiasaan ini berupa pembiasaan membaca peserta didik. Ketika pembiasaan itu terbentuk selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran.

Teguh (2017: 21) Gerakan Literasi Sekolah lebih dari sekedar membaca dan menulis namun mencakup keterampilan berpikir sesuai dengan tahapan dan komponen literasi

Menurut Kemendikbud (2016: 5) menyatakan ada tiga tahap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah:

(13)

7

Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah melalui tiga tahapan yaitu, tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Pada tahap pembiasaan bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca. Kemudian tahap pengembangan bertujuan untuk mempertahankan minat terhadap bacaan dan kegiatan membaca, serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca siswa. Tahap yang terakhir adalah tahap pembelajaran yang bertujuan untuk mempertahankan minat siswa terhadap bacaan dan kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi siswa melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran.

Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan yang melibatkan peserta didik, dan pendidik untuk mewujudkan pembiasaan membaca siswa. Gerakan Literasi Sekolah melalui tiga tahap yaitu, tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan tahap pembelajaran.

Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Adapun buku yang dibaca dapat berupa buku pelajaran maupun non pelajaran yang di dalamnya terdapat nilai sosial, historis, moral, sejarah, maupun kebudayaan.

2.1.2 Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Laela Safitri dkk (2019: 154) Tujuan dari program gerakan literasi adalah untuk meningkatkan minat membaca pada anak-anak, membangun motivasi intrinsik sehingga para siswa yang senang membaca tidak perlu lagi di dorong untuk membaca.

Utami dkk (dalam Susanti dkk: 2019) berpendapat bahwa:

Gerakan Literasi Sekolah memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari Gerakan Literasi Sekolah yaitu untuk menumbuhkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat, sedangkan tujuan khusus Gerakan Literasi Sekolah adalah menumbuhkembangkan suatu budaya literasi disekolah, meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, dan menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan bergaman buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

(14)

8 Agus widayoko (2018: 81) berpendapat bahwa:

Tujuan adanya Gerakan Literasi Sekolah adalah: (1) menumbuh kembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah, (2) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat, (3) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, (4) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Purwo (2017: 86) berpendapat bahwa:

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bertujuan menumbuhkan budaya membaca, menulis, menyimak, berbicara pada warga sekolah, baik kepala sekolah, peserta didik, dan guru yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga bertujuan menciptakan lingkungan sekolah menjadi lingkungan pembelajar sepanjang hayat dengan membudayakan aktivitas membaca, menyimak, menulis, dan berbicara yang baik. Ketarampilan-keterampilan tersebut sangat diperlukan dalam menciptakan pembelajaran yang kreatif-produktif.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Gerakan Literasi Sekolah adalah mewujudkan sebuah pembiasaan membaca dan menulis pada siswa disekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dari kegiatan membaca diharapkan siswa dapat menggali berbagai ilmu pegetahuan dari buku yang mereka baca, menambah kosa kata dalam berbahasa, menambah wawasan dan informasi, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dan merangkai kata-kata sehingga menumbuhkan kreativitas siswa dalam berpikir.

2.1.3 Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Sekolah berperan sangat penting dalam dalam memberikan keterampilan literasi informasi itu melalui tahapan dalam sebuah pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. Tahap-tahap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah menurut Kemendikbud (2016: 5) adalah sebagai berikut:

1. Pembiasaan

(15)

9

2. Penumbuha minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No. 23 tahun 2015).

3. Pengembangan

Meningkatkan kemampuan literasi dengan kegiatan menanggapi buku pengayaan.

4. Pembelajaran

Meningkatkan kemampuan literasi di seluruh mata pelajaran: menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di seluruh mata pelajaran.

Berdasarkan Desain Induk GLS (dalam Uswatun, 2020: 28) Tahapan Gerakan Literasi Sekolah adalah sebagai berikut:

1. Pembiasaan

Pada tahap pembiasaan bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap membaca dalam diri warga sekolah. Salah satu cara untuk menumbuhkan minat membaca adalah membiasakan seluruh warga sekolah untuk membaca selama 15 menit setiap hari, kegiatan tersebut dapat dilaksanakan pagi hari sebelum pembelajaran atau di waktu lain yang memungkinkan.

2. Pengembangan

Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengelola kemampuan berkomunikasi secara kreatif dengan melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan. Seperti: mencatat synopsis, berdiskusi mengenai buku yang telah dibaca, dan kunjungan wajib ke perpustakaan (jam literasi).

3. Pembelajaran

Pada tahap pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku pengayaan dan buku pelajaran. Dalam hal ini tagihan yang bersifat akademis dapat dilakukan dengan cara menggunakan stategi literasi dalam pembelajaran. Strategi tersebut di dukung dengan penggunaan pengatur grafis. Selain itu semua mata pelajaran menggunakan ragam teks yang tersedia dalam buku-buku pengayaan diluar buku pelajaran.

Imanugroho dkk (2019: 80) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah melalui tiga tahap:

(16)

10

Menumbuhkan miat baca siswa melalui program Gerakan Literasi Sekolah dilakukan melalui 3 tahap yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Tahap pembiasaan dilakukan dengan melaksanakan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Tahap pegembangan dilakukan dengan memberi tanggapan dari buku yang telah dibaca. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Jumat Bahasa. Pada tahap pembelajaran dilakukan dengan meningkatkan kemampuan literasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Ketiga tahap tersebut dapat menumbuhkan minat baca siswa sebab disetiap kegiatan yang dilakukan menanamkan pembiasaan membaca pada pagi hari, penyediaan sarana dan prasarana literasi, kegiatan literasi dan kegiatan pemanfaatan koleksi perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar.

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud (2017: 35) menyatakan aspek yang diukur dalam penilaian keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah:

Aspek yang diukur dalam penilaian keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah adalah sebagai berikut:

1. Input

Ketersediaan sumber daya pendukung kegiatan Gerakan Literasi Sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah seperti lingkungan fisik dan sosial sekolah, sarana prasarana, tenaga pendidik, dana, dan tata kelola Gerakan Literasi Sekolah.

2. Proses

Kegiatan yang dapat mendukung kegiatan Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan di dalam kelas, di luar sekolah, dan pemanfaatan sumber- sumber belajar di masyarakat.

3. Output

Capaian Gerakan Literasi Siswa dalam bentuk skor pencapaian, hasil karya siswa, prestasi siswa dalam berbagai lomba, dan lain-lain.

Fanani (dalam Uswatun, 2020: 32-35) mengemukakan faktor-faktor yang diukur dalam penilaian Gerakan Literasi Sekolah:

Faktor-faktor yang diukur dalam penilaian implementasi Gerakan Literasi Sekolah adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan gerakan literasi yang berasal dari dalam sekolah, yaitu:

a. Peseta didik

(17)

11

Peserta didik merupakan subyek dalam Gerakan Literasi Sekolah yang ingin mengembangkan diri secara terus menerus guna untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.

b. Sarana prasarana

Dalam hal ini, sarana yang paling utama untuk keberhasilan pelaksanaaan Gerakan Literasi Sekolah adalah buku. Karena salah satu strategi untuk menciptakan lingkungan literasi, perlu adanya penempatan buku di sudut-sudut sekolah.

c. Ketersediaan dana

Dibutuhkan dana yang cukup guna untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa khususnya dalam menunjang pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.

d. Pemahaman tenaga pendidik dan kependidikan terhadap Gerakan Literasi Sekolah

Perlu adanya sosialisasi yang matang dan merata tentang adanya Gerakan Literasi Sekolah. Apabila sosialisasi dilaksanakan hanya karena formalitas tidak secara maksimal maka pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah tidak akan berjalan secara optimal.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yang berasal dari luar sekolah, yaitu:

a. Daya dukung masyarakat

Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan guna untuk menciptakan generasi yang berbudi pekerti melalui budaya membaca. Artinya setiap elemen dari pemerintah sampai masyarakat mempunyai peran penting dalam mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah.

b. Daya dukung keluarga

Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya pembiasaan literasi pada anak. Menularkan program Gerakan Literasi di sekolah dan memastikan keberlangsugan antara kegiatan literasi di sekolah dan di rumah. Contoh pelibatan partisipasi orang tua dalam program Gerakan Literasi Sekolah adalah melibatkan orang tua dalam mengembangkan sudut baca, area baca, serta perpustakaan, seperti orang tua apat menyumbangkan buku baru/bekas, majalah dan lain-lain untuk mengisi sudut baca dikelas maupun di perpustakaan.

c. Daya dukung pemerintah

Peran pemerintah sangat besar agar kebijakan yang telah dikeluarkan dapat terlaksana dengan optimal. Seperti halnya dalam program Gerakan Literasi Sekolah peran pemerintah sangat besar mulai dari sosialisasi, pemenuhan sarana prasarana, monitoring hingga evaluasi.

(18)

12

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari peserta didik, sarana prasarana, ketersediaan dana, serta pemahaman tenaga pendidik dan kependidikan terhadap Gerakan Literasi Sekolah. Faktor eksternal terdiri dari daya dukungan masyarakat, pemerintah dan keluarga.

2.1.5 Pengertian Membaca

Nurhadi (2016: 2) berpendapat bahwa ada beragam pengertian membaca.

Dalam pengertian sempit, membaca adalah kegiatan memahami makna yang terdapat dalam tulisan. Sedangkan dalam pengertian luas, membaca adalah proses pengelolaan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan tersebut.

Mulyadi (2019: 129) Membaca adalah suatu kegiatan mereaksi yang melibatkan berbagai aspek serta diproses melalui beberapa tahapan untuk memahami pesan yang disampaikan oleh penulis.

Dalam penjelasan Teguh (2017) menyatakan bahwa membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua dalam proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Dengan kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik.

Handayani & Koeswanti (2020: 397) berpendapat bahwa membaca merupakan alternatif model pembelajaran (learning program) yang paling efektif, yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran dari seseorang tidak tahu menjadi tahu.

Sundari (2021: 26) Membaca merupakan sarana hiburan dan sarana menambah wawasan dan pengetahuan. Dengan membaca, seseorang dapat

(19)

13

merangsang otaknya untuk berpikir kreatif dan sistematis, memperluas dan memperkaya wawasan, serta dapat membentuk kepribadian yang unggul dan kompetitif.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh, mencari, menganalisis pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media tulisan.

Dengan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas wawasan.

2.1.6 Tujuan Membaca

Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh suatu informasi, isi dan makna pada bacaan. Beberapa tujuan membaca menurut Tarigan (dalam Mulyadi, 2019: 129) adalah sebagai berikut:

a. Membaca untuk menemukan atau megetahui penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut juga membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta.

b. Membaca untuk menemukan ide utama pada bacaan. Membaca seperti ini bertujuan untuk mengetahui mengapa hal tersebut merupakan topik yang baik dan menarik.

c. Membaca untuk mengetahui hal apa yang terjadi. Membaca seperti ini bertujuan untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.

d. Membaca untuk mengetahui perasaan pengarang. Membaca tersebut bertujuan untuk menyimpulkan.

e. Membaca untuk mengelompokkan. Membaca seperti ini bertujuan untuk mengelompokkan.

f. Membaca untuk menilai atau mengevaluasi. Membata seperti ini bertujuan untuk menilai.

g. Membaca untuk mempertimbangkan. Membaca tersebut bertujuan untuk membandingkan.

Masih tentang tujuan membaca, Ratnaningsih (dalam Winda dkk, 2016: 156) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah untuk kebutuhan memnuhi tuntutan intelektual, spriritual, dan perkembangan pribadi. Selain itu juga bermanfaat untuk mengetahui hal-hal aktual disekelilignya dan mengisi waktu luang.

(20)

14 2.1.7 Pengertian Minat

Pengertian minat secara Bahasa (Etimologi) adalah suatu usaha dan kemauan untuk mempelajarai (learning) dan mencari sesuatu, sedangkan secara (Terminologi) nimat adalah suatu keinginan atau kemauan terhadap suatu hal.

Menurut Simbolon (2018: 16) mengatakan minat merupakan kecenderungan seseorang untuk mencapai sesuatu yang dibutuhkan sehingga terdorong untuk melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya.

Handayani & Koeswanti (2020: 397) berpendapat bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang meyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu.

Magdalena (2020: 2) minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu atau bisa dikatakan apa yang disukai dan diinginkan oleh seseorang untuk dilakukan.

Minat merupakan keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu. Minat terhadap sesuatu yang dipengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi keinginan, kemauan dan dorongan-dorongan.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan rasa suka yang tinggi dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat bersifat pribadi (individual) artinya setiap manusia memiliki tingkat minat yang berbeda-beda. Minat merupakan hal dasar yang paling penting dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran. Kegiatan membaca erat hubungannya dengan minat membaca, tanpa adanya minat yang tumbuh dalam diri siswa maka tidak akan tertarik untuk membaca. Jadi minat merupakan faktor yang penting yang ada dalam diri setiap manusia.

2.1.8 Faktor Yang Mempengauhi Minat Baca

Soetimah (dalam Liza, 2016: 191-192) Menyebutkan faktor yang mempegaruhi minat baca:

(21)

15

Faktor yang mempengaruhi minat baca adalah:

1. Pembawaan

Pembawaan atau bakat seseorang merupakan faktor genetik oleh orang tua yang diturunkan kepada anaknya.

2. Jenis kelamin

Minat membaca juga dipengaruhi oleh perbedaan kelamin. Hal tersebut kemungkinan sebab sifat kodrati pria dan wanita, sehingga memiliki tingkat minat dan selera yang berbeda.

3. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang yang tinggi memiliki minat membaca yang tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi menganggap bahwa membaca merupakan suatu kebutuhan yang penting 4. Keadaan kesehatan

Minat membaca seseorang dipengaruhi oleh keadaan kesehatannya. Sebab seseorang yang sedang membaca dalam keadaan sehat akan terasa lebih bersemangat.

5. Keadaan jiwa

Keadaan jiwa juga mempengaruhi minat membaca seseorang. Jika ketika membaca dalam keadaan jiwa yang senang, gembira maka kegiatan membaca akan terasa semangat.

6. Kebiasaan

Seseorang yang memiliki kebiasaan membaca tentu memiliki minat terhadap suatu bacaan. Seseorang yang memiliki kegemaran membaca dalam satu hari meluangkan waktu membaca lebih lama dari pada anak yang tidak suka membaca.

Hapsari dkk (2019: 374-375) Banyak faktor yang mempengaruhi minat membaca siswa diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ekternal meliputi lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga

a. Faktor internal

Faktor internal yang timbul dari diri siswa sendiri diantaranya adalah kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi, ketekunan, sikap, kebiasaan membaca, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal

(22)

16

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa dianyataranya adalah kondisi perpustakaan, ketersediaan bahan bacaan, motivasi dari guru dan orang tua, fasilitas, serta perhatian orang tua terhadap minat membaca anak.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi minat membaca adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor iternal merupakan faktor yang bersal dari dalam diri sendiri misalnya pembawaan atau kebiasaan pada diri seseorang, minat dan motivasi yang dimiliki, kecerdasan serta kondisi kesehatan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa seperti dukungan dari guru dan orang tua, motivasi dari masyarakat sekitar serta fasilitas yang ada disekolah maupun yang diberikan oleh orang tua.

2.1.9 Indikator Minat Baca

Minat baca adalah suatu keinginan yang kuat dalam diri siswa terhadap aktifitas membaca. Siswa yang memiliki minat membaca yang tinggi akan menganggap bahwa kegiatan membaca merupakan suatu kebutuhan dan kebiasaan.

Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca, dan kesadaran akan manfaat membaca.

Damiwati (dalam Liza, 2016: 191) Indikator-indikator adanya minat membaca pada seseorang adalah:

a) Kebutuhan terhadap bacaan b) Tindakan untuk mencari bacaan c) Rasa senang terhadap bacaan d) Ketidaktertarikan terhadap bacaan e) Keinginan untuk selalu membaca

f) Tindak lanjut (menindaklanjuti dari apa yang dibaca)

(23)

17

Utami dkk (2018: 185) Indikator-indikator minat baca pada siswa meliputi:

1) Perasaan senang membaca buku 2) Kebutuhan terhadap buku bacaan 3) Ketertarikan terhadap buku 4) Keinginan membaca buku

5) Keinginan mencari bahan bacaan buku

Safari (dalam Maharani dkk, 2017: 321) indikator minat baca dibagi menjadi empat aspek yakni:

1) Kesukaan yang indikatornya gairah dan inisiatif

2) Ketertarikan yang indikatornya responsive dan kesegaran 3) Perhatian yang indikatornya konsentrasi dan ketelitian 4) Keterlibatan yang indikatornya kemauan dan keuletan

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa indikator minat baca meliputi perasaan senang atau suka dari dalam diri, kebutuhan terhadap buku bacaan, ketertarikan terhadap buku bacaan, dan keinginan untuk selalu membaca atau mencari bahan bacaan buku.

No Aspek Indikator

1 Kesukaan 1. Siswa senang membaca buku dimana saja 2. Siswa selalu bersemangat dalam membaca buku 2 Kebutuhan 1. Sebagai siswa SD harus membaca buku

2. Siswa harus membaca buku, karena dengan membaca membuat siswa pintar

3 Ketertarikan 1. Siswa tertarik dengan buku pengetahuan

2. Buku komik lebih menarik dari buku pegetahuan 3. Siswa tertarik dengan buku yang ada di perpustakaan

(24)

18

4 Keterlibatan 1. Setiap hari selalu menyempatkan membaca buku walaupun hanya beberapa menit saja

2. Pada hari libur siswa tetap membaca buku 3. Saya membaca buku ketika akan ujian saja 2.2 Kajian Penelitian Relevan

Penelitian relevan berisi tentang hasil penelitian yang sudah ada. Beberapa penelitian yang relevan dengan topik pembahasan yang diabahas oleh peneliti kaitannya dengan analisis gerakan literasi sekolah terhadap minat membaca siswa yaitu sebagai berikut:

Nurul Ilmi (2021) yang melakukan penelitian mengkaji tentang Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca Siswa. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian dilaksanakan di SDN 3 Nagri Kaler dan subyek penelitiannya adalah kepala sekolah, pengelola perpus dan guru. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SDN 3 Nagri Kaler masih pada tahap pembiasaan. Uapaya yang dilakukan pihak sekolah yaitu dengan kegiatan membaca 15 menit membaca dalam hati maupun membaca nyaring. Faktor pendukung pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah adalah adanya peran aktif warga sekolah, pengawasan yang diberikan oleh guru, dan lingkungan yang kaya akan literasi. Sedangkan faktor pengahambatnya adalah kurangnya dukungan dari orang tua siswa, belum adanya hari khusus untuk mengalokasikan waktu 15 menit, kurangnya minat siswa tehadap membaca. Upaya yang dilakukan sekolah yaitu dengan melakukan sosialisasi dan rapat kerja dengan orang tua siswa, serta mengadakan pembaharuan buku agar siswa tertarik untuk membaca.

Lisa Wijiastuti (2018) yang melakukan penelitian mengkaji tentang Implementasi Program gerakan Literasi Sekolah Untuk Menunumbuhkan Minat Membaca Di SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini

(25)

19

menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi non partisipan, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, pengelola perpustakaan, wali kelas dan siswa kelas IV dan V. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa implementasi gerakan Literasi Sekolah untuk menumbuhkan minat membaca siswa dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu perencanaan program, pelaksanaan program, dan monitoring program. Faktor pendukung dalam implementasi program Gerakan Literasi Sekolah yaitu: (1) Fasilitas-fasilitas yang disediakan, (2) Kebijakan Kepala Sekolah, (3) belum adanya tenaga pendidik yang mampu mengemas karya peserta didik. Sedangkan faktor penghambatnya adalah (1) Minat baca, (2) Belum semua siswa mempunyai kartu perpustakaan, (3) Peserta didik belum rapi dalam menata buku setelah membaca.

Niwati (2020) yang melakukan penelitian mengkaji tentang Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis di MI Nurul Huda Bondowoso Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi dan analisis data dengan data condensation, data display, dan verivication. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kesiswaan, waka kuriulum, guru dan pengelola perpustakaan. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan Geralan Literasi Sekolah dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis di MI Nurul Huda Bondowoso melalui tiga tahap yaitu, tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Evaluasi dari implementasi gerakan literasi sekolah yang perlu dilakukan adalah 1) melengkapi fasilitas yang dinilai masih kurang lengkap seperti bahan bacaan, 2) mengadakan rapat seminggu sekali sebagai tolak ukur dan perbaikan berhasil atau tidaknya dalam pengimplementasian gerakan literasi sekolah, 3) mengadakan pojok baca untuk setiap masing-masing kelas untuk menunjang kemampuan membaca dan menulis siswa.

Aini Salam (2019) yang melakukan penelitian mengkaji tentang Analisis Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca Siswa. Penelitian ini menggunakan

(26)

20

pendekatan kualitatif. Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, angket serta dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan seluruh siswa kelas III dan kelas V. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SDN Tlogosari Kulon 03 sudah pada tahap pembiasaan dengan kategori baik. Sarana dan prasarana yang ada sudah memadai, seperti adanya perpustakaan sekolah, persediaan buku bacaan disetiap kelas, dan sudah ada kunjungan perpustakaan keliling setiap dua minggu sekali. Berdasarkan perhitungan angket yang telah didapatkan bahwa minat baca siswa kelas III sebesar 83,37% dan kelas V sebesar 78,01% tergolong dalam kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adaya gerakan Literasi Sekolah membawa dampak positif yaitu dapat menumbuhkan minat baca siswa.

No Judul Penelitian Nama

Peneliti Persamaan Perbedaan Orisinalitas 1 Gerakan

Literasi Sekolah dalam

Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar

Nurul Ilmi Penelitian ini sama- sama membahas tentang Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca siswa

Pada penelitian ini peneliti menganalisis proses Gerakan Literasi Sekolah tidak

mengaitkan dengan minat baca siswa dalam

pembahasannya

Penelitian ini akan

memfokuskan penelitian pada analisis Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca siswa

2 Implementasi Program

gerakan Literasi Sekolah Untuk

Lisa Wiji Astusi

Penelitian sama-sama membahas tentang

Dalam

penelitian ini lebih

menekankan

Penelitian ini akan

memfokuskan penelitian

(27)

21 Menumbuhkan

Minat Membaca

di SD

Muhammadiyah Condongcatur Sleman Yogyakarta

Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat membaca siswa

pada proses pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah serta faktor

pendukung dan penghambat pelaksanaan GLS

pada analisis Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat membaca siswa

3 Implementasi Gerakan

Literasi Sekolah dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Di MI Nurul Huda Bondowoso Tahun Pelajaran 2019/2018

Niwati Penelitian ini sama- sama membahas tentang Gerakan Literasi Sekolah

Dalam

penelitian ini pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk meningkatkan kemampuan membaca serta menulis siswa.

Penelitian ini akan

memfokuskan penelitian pada analisis gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca siswa.

4 Analisis Gerakan

Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca Siswa Sekolah Dasar

Aini Salma Penelitian ini sama- sama membahas tentang Gerakan

Peda penelitian ini peneliti membahas tentag Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca namun

Penelitian ini akan

memfokuskan penelitian pada analisis Gerakan Literasi

(28)

22 Literasi Sekolah

dengan

membandingkan 2 kelas yang berbeda

Sekolah terhadap minat baca siswa

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini akan membahas tentang pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat membaca siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri. Sampai akhir tahun 2021 Indonesia masih mengalami pandemi global yaitu pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 memberikan dampak dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan. Walaupun situasi di Indonesia secara umum kasus terus menurun, Indonesia tetap waspadai situasi pandemi Covid-19. Dalam bidang pendidikan sudah terlaksanakan petemuan tatap muka namun secara terbatas. Dalam satu kelas terbagi mejadi 2 sesi dengan durasi waktu lebih singkat dibanding dengan waktu pembelajaran pada kondisi normal. Dengan keterbatasan waktu pertemuan tatap muka selama masih adanya pandemi Covid-19 pelaksaaan Gerakan Literasi Sekolah tidak bisa berjalan secara maksimal. Sebab guru lebih memprioritaskan mengejar materi yang akan dicapai. Selain itu juga kegiatan tatap muka dilaksanakan di dalam kelas saja, tidak boleh diluar kelas sehingga sintuk melakukan kunjungan ke perpustkaan.

(29)

23

Identifikasi Masalah

1. Terbatasnya waktu saat PTM selama pandemi Covid-19

2. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah selama pandemi Covid-19 3. Pembelajaran dilaksanakan didalam kelas saja selama PTM terbatas

Keberhasilan GLS Minat Baca

Faktor Internal Faktor Eksternal Faktor Internal Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari dalam sekolah yaitu peserta didik, sarana prasarana, ketersediaan dana, dan peahaman teaga pendidik terhadap GLS.

Faktor yang bersal dari luar sekolah yaitu

daya dukung

masyarakat, keluarga dan pemerintah.

Faktor internal yang timbul dari diri siswa adalah kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi, ketekunan, sikap, kebiasaan membaca.

Faktor eksternal yang berasal dari luar siswa adalah kondisi perpustakaa,

ketersediaan bahan bacaan, motivasi dari guru dan orang tua.

Penelitian kualitatif

Analisis Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca Pelaksanaan program GLS

(30)

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 2 Bangsri yang berada di Desa Bangsri, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah. Penelitian ini memperdalam analisis Gerakan Literasi Sekolah terhadap minan baca siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah lamanya proses pelaksanaan penelitian hingga berhasil. Dalam penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Dalam penelitian ini melaksanakan tahap perencanaan dimulai pada bulan November 2021, kemudian pelaksaan penelitian pada bulan Februari 2022. Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat selesai tepat waktu sehingga peneliti dalam memperoleh hasil penelitian sesuai dengan waktu yang telah direncaakan.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara dokumentasi serta data pendukung lainnya. Sugiyono (2013:9) berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, tenik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Saryono (dalam Harahap, 2020: 123) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan

(31)

25

menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendektan kuantitaif.

Metode penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Yusanto (2019: 2) menyatakan “Studi kasus merupakan metode kualitatif yang bagi penulis dirasa dapat menjadi metode yang dapat menguraikan permasalahan”. Harahap (2020: 128) berpendapat bahwa “dalam penelitian studi kasus dapat diungkapkan gambaran yang mendalam dan mendetail tentang situasi atau objek”.

Menurut patton (dalam Yusanto, 2019:2) proses penyusunan studi kasus melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data tempat kejadian yang menjadi dasar penelitian studi kasus. Langkah kedua adalah menyusun data yang telah diperoleh, meringkas data, mengklasifikasi dan mengedit dan memasukannya dalam satu file yang dapat diatur, dan dapat dijangkau. Langkah ketiga adalah menyusun laporan akhir dalam bentuk narasi. Laporan tersebut haruslah mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca.

Pada penelitian ini, peneliti lebih cenderung melakukan observasi secara langsung ke lapangan apa yang terjadi, kemudian mendata, mengolah serta menganalisis data yang diperoleh. Adapun rencana penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Peneliti melakukan observasi dengan melihat kondisi lapangan secara langsung di SDN 2 Bangsri.

2. Mengumpulkan studi literature dari berbagai sumber dengan melihat kondisi lapangan kemudian mengaitkan dengan teori-teori para ahli.

3. Peneliti menentukan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk mengetahui informasi yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

4. Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan analisis data. Data akan diidentifikasi, dianalisis kemudian disajikan sebagai hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN 2 Bangsri.

5. Hasil dari penelitian kemudian dievalusai agar dapat ditindak lanjuti terhadap permasalahan penelitian.

(32)

26 3.3 Peranan Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti sangat berperan penting dalam mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Peneliti memiliki peran mulai dari observasi terhadap masalah yang ditemukan hingga menyimpulkan hasil penelitian. Peran peneliti dalam penelitian ini meliputi perencanaan penelitian, pengumpul data, penganalisis data yang telah didapatkan, dan menyimpulkan data dari penelitian. Oleh karena itu peneliti mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan penelitian. Peneliti juga berperan sebagai pendamping objek yang akan diteliti.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Data informasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif, data tersebut lebih banyak dijabarkan dalam bentu kata-kata. Data dalam penelitian ini diperoleh dalam bentuk lisan dan tulisan. Data lisan diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu kepala sekolah, guru dan siswa. Sedangkan data tulisan diperoleh dari teori para ahli yang mendukung tentang variabel yang telah diteliti yaitu Gerakan Literasi Sekolah dan minat baca siswa.

3.4.2 Sumber Data

Sugiyono (2013: 223) Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara. Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari subjek. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dari subjek, seperti melalui data dokumen lewat pihak atau orang lain.

Datar primer dalam penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru dan siswa SDN 2 Bangsri. Adapun penjelasan tujuan data yang diperoleh adalah:

a. Kepala sekolah

Dari subjek penelitian tersebut data yang akan diperoleh adalah penjelasan mengenai sejauh mana proses pelaksanaan progam Gerakan Liteasi Sekolah.

(33)

27 b. Guru

Dari subjek penelitian tersebut peneliti akan menyesuaikan informasi yang diperoleh dari pihak kepala sekolah, serta untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam mendampingi proses Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat baca siswa.

c. Siswa

Dari subjek tersebut peneliti akan menggali tentang bagaimana proses Gerakan Literasi Sekolah, minat baca siswa serta faktor yang mempengeruhi minat baca siswa

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari hasil dokumentasi, catatan penelitian, dan data pendukung lainnya. Data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi dari hasil wawancara dengan narasumber.

3.5 Pengumpulan Data

Sugiyono (2013: 224) Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.5.1 Observasi

Harahap (2020: 56) Observasi dalam penelitian dapat dikaitkan dengan suatu upaya untuk merumuskan masalah, membandingkan masalah, serta pemahaman secara detil permasalahan guna untuk menyusun kuesioner dan menemukan startegi pengambilan data.

Sanafiah (dalam Sugiyono, 2020: 226) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi partisipasi (participant observation), observasi secara terang-terangan dan

(34)

28

tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi tak terstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipan. Dimana peneliti terlibat dalam kegiatan subyek atau sumber data peneliti, sehingga peneliti akan mendapatkan informasi atau data lebih detail. Peneliti melakukan observasi tentang pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah. Observasi juga dilakukan untuk mencari informasi mengenai minat baca siswa kelas IV di SDN 2 Bangsri 3.5.2 Wawancara

Harahap (2020: 60) Wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi secara lisan. Teknik wawancara dibedakan menjadi tiga macam yaitu wawancara tersetruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tersetruktur. Peneliti telah mempersiapkan wawanacara kepada narasumber terlebih dahulu. Wawancara merupakan dasar utama dari penelitian kualitatif sebab dipercayai data yang diperoleh bersifat valid.

Peneliti akan melakukan wawancara untuk medapatkan informasi mengenai pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah, faktor keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah, serta faktor yang mempengaruhi minat baca siswa. Dalam proses wawancara tersebut yang berperan sebagai interviewers adala peneliti, sedangkan yang menjadi narasumber adalah kepala sekolah, guru dan siswa.

3.5.3 Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, teknik pengumpulan data juga dapat diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini dapat dipakai untuk memperoleh informasi yang telah terjadi di masa silam.

Dokumentasi adalah suatu proses pengambilan gambar menggunakan kamera pada saat penelitian berlangsung. Segala proses penelitian yang penting perlu

(35)

29

didokumentasikan mulai dari kegiatan observasi, wawancara, dan lain-lain. Hasil dokumentasi tersebut menjadi sumber data pendukung dari data yang terkumpul dan menjadi bukti nyata dari proses penelitian.

3.5.4 Pencatatan

Pencatatan adalah proses penulisan segala hal-hal yang penting serta mendukung proses pengumpulan data yang dibutuhkan. Peneliti dapat mencatat menggunakan buku catatan sederhana dan lembar pedoman observasi yang sudah dibuat.

3.6 Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data menurut Liclon dan Guna (dalam Harahap, 2020: 68) standart atau kriteria guna menjamin keabsahan data kualitatif anatara lain, adalah:

1. Kreadibilitas

Untuk memperoleh hasil penelitian yang memiliki kepercayaan tinggi sesuai dengan fakta yang ada dilapangan perlu dilakuka seperti observasi secara terus menerus, peneliti dapat mendalami fenomena yang sedang terjadi, melakukan triagulasi (metode, isi dan proses) dan juga melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis.

2. Transferabilitas

Suatu hasil laporan penelitian dianggap memiliki transferabilitas tinggi apabila pembaca laporan penelitian dapat memahami dengan jelas tentang isi penelitian tersebut.

3. Dependabilitas

Adanya pengecekan atau penilaian ketetapan peneliti di dalam mengkonseptualisasikan data secara ajeg. Konsistensi peneliti dalam keseluruhan proses penelitian menyebabkan pendidik dianggap memiliki dependabilitas tinggi.

4. Konfirmabilitas

Pemeriksaan dan pengecekan kualitas hasil laporan penelitian, apakah benar hasil penelitian yang didapat dari lapangan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi data dalam menguji keabsahan data. Sugiyono (2013: 273) “triangulasi diartikan sebagai

(36)

30

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Dengan demikia terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu”. Berdasarkan teknik tersebut maka peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek kembali data yang diperoleh melalui beberapa sumber, sumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, teknik yang dilakukan dalam penelitia ini adalah observasi wawancara dan dokumentasi.

3.7 Analisis Data

Menurut Harahap (2020: 126) Penelitian kualitatif dalam menganalisis data tidak menggunakan analisis data statistik, akan tetapi banyak secara naratif. Mulai dari awal proposal dirumuskan, data yang dikumpulka hendaklah data kualitatif dan disajikan secara naratif.

Sugiyono (2013: 244) analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisaikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Pada penelitian ini peneliti menganalisis data dengan teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman.

Penyajian Data

Kesimpulan Pengumpulan

Data

Reduksi Data

(37)

31 a. Data reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari data yang dibutuhkan. Jadi reduksi data memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam mereduksi data peneliti akan dipandu dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, sehingga dapat mereduksi data- data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan b. Data Display (Penyajian data)

Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singat atau naratif, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan dalam menyajikan data penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion Drawing/verification (kesimpulan)

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Akan tetapi jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Sehingga kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan jawaban dari rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.

(38)

32

DAFTAR PUSTAKA

Agus Widayoko, S. M. (2018). Analisis Program Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Dengan Pendekatan Goal-Based Evaluation. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, 81.

Dharma, K. B. (2019). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Dalam Menumbuhkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Edukasi Nonformal, 75.

Elendiana, M. (2020). Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 2-3.

Farid Ahmadi, M.Kom., Ph.D. (n.d.).

Farid Ahmadi, M.kom., Ph.D, & Hamidulloh Ibda, M.Pd. (2018). Media Literasi Sekolah (Teori dan Praktik). Semarang: CV. Pilar Nusantara.

Handayani, P., & Koeswanti, H. D. (2020). Pengembangan Media Komik Untuk Meningkatkan Minat Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 397.

Hapsari, Y. I., Puramasari, I., & Puramasari, V. (2019). Minat Baca Siswa Kelas V SD Negeri Harjowinangun 02 Batang. Indonesian Journal Of Educational Reseach an Review, 374-375.

Harahap, N. (2020). Penelitian Kualitatif. Sumatera Utara: Wal ashari Publishing.

Hasanah, U., & Silitonga, M. (2020). Implementasi Gerakan Literasi Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan

Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Imanugroho, Satrio; Isyawati P.G, Roro;. (2019). Program Gerakan Literasi Dalam Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik SDN Kuripan Lor 1 Kota

Pekalongan. Ilmu Perpustakaan, 80.

Insani Rahayu, L. T. (2016). Hubungan Minat Membaca dan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Materi Menulis Karangan Pada Warga Belajar Kejar Paket C di PKBM AL-Firdaus Kabupaten Serang. Jurnal Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah, 191.

Kebudayaan, K. P. (2016). Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Dasar. In Tahapan Gerakan Literasi Sekolah di SD (p. 5). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

Maharani, O. D., Laksono, K., & Sukartiningsih, W. (2017). Minat Baca Anak-Anak Di Kampoeng Baca Kabupaten Jember. Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian, 321.

(39)

33

Mulyadi. (2019). Meningkatkan Minat Membaca Melalui Implementasi Prosedur Membaca Terbimbing (Guided Reading Procedure). Jurnal Ilmiah Pendidikan SD/MI, 129.

Nurhadi. (2016). Teknik Membaca. In Pengertian Membaca (p. 2). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Purwo, S. (2017). Peran Gerakan Literasi Sekolah Dalam Pembelajaran Kreatif- Produktif Di Sekolah Dasar. Karya Ilmiah Dosen, 86-87.

Rahayu, W., Winoto, Y., & Rohman, A. S. (2016). Kebiasaan Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Uin Alauddin, 156.

Safitri, L., Muslim, A. H., & Hawanti, S. (2019). Pengaruh Membaca 15 Menit Terhadap Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, 154.

Simbolon, N. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Peserta Didik. 16.

Simbolon, N. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Peserta Didik. 15-16.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Sundari, I. (2021). Pengaruh Minat Membaca Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas III MIN 3 Purworejo. Jurnal Kajian Kritis Pendidikan Islam, 26.

Susanti, D. I., Aminuyati, & Achmadi. (2019). Implementasi Gerakan Literasi

Sekolah Untuk Meningkatkan Budaya Membaca Di SMK Negeri 8 Pontianak.

2.

Teguh, M. (2017, Maret 15). Gerakan Literasi Sekolah Dasar. Aktualisasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Melalui Gerakan Literasi Sekolah Untuk Menyiakan Generasi Unggul dan Berbudi Pekerti , p. 19.

Utami, R. D., Wibowo, D. C., & Susanti, Y. (2018). Analisis Minat Membaca Siswa Pada Kelas Tinggi Di Sekolah Dasar Negeri 01 Belitang. Jurnal Pendidian Dasar PerKhasa Volume 4, 185.

Yusanto, Y. (2019). Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif. Journal of Scientific Communication, 2-3.

(40)

34 Lampiran 1

(41)

35

(42)

36 Lampiran 2

(43)

37 Lampiran 3

PEDOMAN OBSERVASI KEBERHASILAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Berdasarkan kemendikbud (2017: 35) aspek yang diukur dalam penilaian keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah adalah input, proses dan output.

No Aspek Indikator Butir

1 Input Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan GLS

1

Terdapat perpustakaan, pojok baca setiap kelas, dan area yang nyaman untuk kegiatan literasi

2

Ketersediaan berbagai macam bahan bacaan 3 Terdapat buku koleksi non pelajaran untuk kegiatan literasi

4

Terdapat bahan bacaan yang terpampang disetiap kelas, dan area lain disekolah

5

Terdapat mading disetiap kelas 6

Pemahaman tenaga pendidik terhadap GLS 7 Terdapat Tim Literasi Sekolah (TLS) atau sejenisnya yang dibentuk oleh kepala sekolah

8

2 Proses Terdapat program pelaksanaan GLS 9

Semua warga sekolah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan GLS

10

Pelaksanaan kegiatan 15 menit membaca sebelum pelajaran

11

Siswa memiliki jurnal membaca harian (menuliskan judul dan halaman bacaan)

12

Siswa meresum hasil bacaan ke dalam jurnal 13

(44)

38

Siswa menceritakan di depan kelas bacaan yang telah di baca

14

Guru melaksanakan strategi literasi pada pembelajaran

15

Terdapat kegiatan akademik untuk mendukung GLS (seperti kujungan ke perpustakaan)

16

Terdapat kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan respon secara lisan maupun tulisan

17

3 Output Terdapat penghargaan terhadap pencapaian siswa dalam pelaksanaan GLS secara berkala

18

Sekolah melibatkan kerja sama publik (orang tua, alumni dan masyarakat) untuk mengembangkan program GLS

19

Penilaian indikator keberhasilan gerakan literasi sekolah yang terlihat:

Input Proses Output Kategori

7-8 7-9 2 Baik

4-6 4-6 1 Cukup

1-3 1-3 0 Kurang

(45)

39 Lampiran 4

INSTRUMEN OBSERVASI KEBERHASILAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Lokasi Observasi : Hari/Tanggal : Keterangan : T = Terlihat

TT = Tidak terlihat

No Indikator T TT Keterangan

1 Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan GLS

2 Terdapat perpustakaan, pojok baca setiap kelas, dan area yang nyaman untuk kegiatan literasi

3 Ketersediaan berbagai macam bahan bacaan

4 Terdapat buku koleksi non pelajaran untuk kegiatan literasi

5 Terdapat bahan bacaan yang terpampang disetiap kelas, dan area lain disekolah 6 Terdapat mading disetiap kelas

7 Pemahaman tenaga pendidik terhadap GLS

8 Terdapat Tim Literasi Sekolah (TLS) atau sejenisnya yang dibentuk oleh kepala sekolah

9 Terdapat program pelaksanaan GLS

(46)

40 10 Semua warga sekolah ikut berpartisipasi

dalam pelaksanaan GLS

11 Pelaksanaan kegiatan 15 menit membaca sebelum pelajaran

12 Siswa memiliki jurnal membaca harian (menuliskan judul dan halaman bacaan) 13 Siswa meresum hasil bacaan ke dalam

jurnal

14 Siswa menceritakan di depan kelas bacaan yang telah di baca

15 Guru melaksanakan strategi literasi pada pembelajaran

16 Terdapat kegiatan akademik untuk mendukung GLS (seperti kujungan ke perpustakaan)

17 Terdapat kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan respon secara lisan maupun tulisan

18 Terdapat penghargaan terhadap pencapaian siswa dalam pelaksanaan GLS secara berkala

19 Sekolah melibatkan kerja sama publik (orang tua, alumni dan masyarakat) untuk mengembangkan program GLS

(47)

41 Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH TERKAIT KEBERHASILAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Berdasarkan kemendikbud (2017: 35) aspek yang diukur dalam penilaian keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah adalah input, proses dan output.

No Aspek Indikator Butir

1 Input Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah 1,2,3 Ketersediaan sarana dan prasarana 4 Terdapat Tim Literasi Sekolah (TLS) 5 2 Proses Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah 6

Pengaruh GLS terhadap minat baca siswa 7,8

3 Output Skor pencapaian 9

Evaluasi 10

Kerja sama publik 11, 12

(48)

42 Lampiran 6

INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH TERKAIT KEBERHASILAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Nama :

Hari/Tanggal :

Tempat :

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah di SDN 2 Bangsri sudah melaksanakan GLS?

2 Sejak kapan SDN 2 Bangsri melaksanakan GLS?

3 Menurut Ibu, apakah penting untuk tiap sekolah melaksanakan GLS?

4 Sarana dan prasarana apa saja yang ada di SDN 2 Bangsri untuk mendukung pelaksanaan GLS di SDN 2 bangsri?

5 Adakah Tim Literasi Sekolah (TLS) atau sejenisnya yang dibentuk untuk mengurus pelaksanaan GLS di SDN 2 Bangsri?

6 Bagaimana proses pelaksanaan GLS selama PTM terbatas?

7 Dengan adanya GLS apakah terdapat pengaruh terhadap minat baca siswa?

8 Bagaimana perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pelaksanaan GLS?

Referensi

Dokumen terkait

Analisis hasil pretest dan posttest digunakan untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu tentang adanya pengaruh teknik story reading dalam gerakan literasi

2. Faktor internal penghambat gerakan literasi baca tulis siswa di MI Nurul Islam Kuta adalah berasal dari siswa dan guru, faktor siswa yaitu rendahnya minat membaca siswa

Adanya kesadaran bersama warga sekolah dalam menggerakkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di MI Muhammadiyah Pengkol. Karena literasi tidak hanya dipahami

Penelitian Andri Sulistyo tahun 2017 berjudul evaluasi program budaya membaca di Sekolah Dasar Negeri menyatakan bahwa gerakan literasi sekolah sendiri dilaksanakan

GLS bertujuan menumbuhkan budaya membaca, menulis, menyimak, berbicara literasi, dan memilah informasi pada warga sekolah, baik kepala sekolah, peserta didik, dan guru yang berujung

Implementasi Nilai Pendidikan Karakter Gemar Membaca Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah Tahap Pembiasaan pada Siswa Kelas 1 SDN 38 Mataram.. Skripsi Universitas Muhammadiyah

Program Gerakan Literasi Sekolah Dalam Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik Sdn Kuripan Lor 01 Kota Pekalongan.. Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.Jakarta:

Implementasi Program Gerakan Literasi tahap pembiasaan di MI Darussalam Brenggolo dalam hal ini, membentuk peserta didik agar berliterat dan terbiasa akan membaca maka sekolah melakukan