• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEWARNAAN TEKSTIL DENGAN BAHAN WARNA ALAMI DAN TEPUNG KANJI CAIR PADA KAIN KATUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNIK PEWARNAAN TEKSTIL DENGAN BAHAN WARNA ALAMI DAN TEPUNG KANJI CAIR PADA KAIN KATUN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEWARNAAN TEKSTIL DENGAN BAHAN WARNA ALAMI DAN TEPUNG KANJI CAIR PADA KAIN KATUN

Aulia Irhami, Mukhirah, Fikriah Noer

Program Studi Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, Indonesia Email: irhami.a@yahoo.com

ABSTRAK

Warna sangat mempengaruhi kehidupan manusia, tidak hanya panca indra manusia dan kejiwaan manusia tapi, merubah, menambah/ menciptakan sesuatu menjadi lebih indah. Hal tersebut juga mempengaruhi manusia mengenai tekstil dalam hal mengapresiasikan warna sebagai bentuk seni pada bahan kain, teknik pewarnaan tekstil pada kain umumnya dikenal dan dilakukan dengan metode pencelupan berupa jumputan, batik , dan teknik sprayer yang berarti penyemprotan. Ada banyak teknik pewarnaan lain pada kain sesuai kretifitas masa kini dengan tujuan menambah nilai seni atau bahan produksi lainnya. Salah satunya yang menjadi percobaan adalah dengan menggunakan perantara tepung kanji untuk merintangi corak sebagai inspirasi dari seni lukis pada kertas yang juga memanfaatkan pewarna alami sebagai tantangan pewarnaan pada jenis kain katun yang umumnya digunakan prakstis untuk diwarnai. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui efek yang dihasilkan dari teknik pewarnaan tekstil menggunakan bahan alami dan tepung kanji cair, 2) Untuk mengetahui corak yang ditimbulkan dengan perbandingan dari masing-masing hasil dengan teknik pewarnaan, dan 3) Untuk mengetahui hasil warna menggunakan keenam sampel ekstraksi setelah fiksasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan objek penelitian pada kain katun jenis Toyobo, katun Ima, dan Aikon dengan ukuran 15cmx15cm sebagai hasil pertama.

Pengambilan data diperoleh dari eksperimen, dan dokumentasi yang dilakukan oleh penulis.

Teknik pewarnaan kain menggunakan bahan alami dan tepung kanji cair pada katun melalui tetesan zat warna menggunakan pipet tetes atau pipet filler yang menghasilkan efek yang dilihat dari kondisi kain menjadi kaku, warna yang memudar, selain itu corak yang ditimbulkan menghasilkan bentuk akar yang menjalar seperti lumut, sedikit berubah disebabkan daya serap zat warna alam yang dipadu dengan kain katun yang umumnya menjadi salah satu kain yang mampu menyerap warna alam, dan sebagai hasil penelitian ini penulis menerapkan dalam bentuk kerajinan lukisan desain ilustrasi yang menggambarkan hasil corak pada bagian bawah gaun dengan ukuran 30cmx40cm .

Kata Kunci : Teknik, Pewarnaan, Bahan Alami, Tepung Kanji, Kain

ABSTRACT

Color greatly affects human life, not only the human senses and human psyche but, changing, adding/creating something becomes more beautiful. It also affects humans about textiles in terms of appreciating color as an art form on fabric, textile dyeing techniques on fabrics generally known and performed by dyeing methods such as tye dye, batik, and sprayer techniques which means spraying. There are many other staining techniques on the fabric according to the present day cretifra- cy with the aim of adding value to art or other production

(2)

materials. One of the experiments is to use a starch flour to interfere with the style as an inspiration from painting on paper which also utilizes natural dyes as a coloring challenge on the type of cotton cloth commonly used for coloring. This research aims to 1) To know the effect of textile dyeing technique using natural ingredients and liquid starch flour, 2) To know the pattern caused by the comparison of each result with the coloring technique, and 3) To know the result of the color using the sixth sample extraction after fixation. The method used in this research is experimental method, with the object of research on cotton cloth type Toyobo, cotton Ima, and Aikon with size 15cmx15cm as the first result. Data retrieval was obtained from experiments, and documentation performed by the author. Fabric dyeing technique using natural ingredients and liquid starch flour in cotton through dye droplets using a dropper or dropper pipette that produces the effect seen from the condition of the fabric becomes stiff, the color fades, in addition to the pattern generated resulting in the form of roots that spread like moss, slightly changed due to the absorption of natural dyestuff combined with cotton cloth that is generally one of the fabrics that is able to absorb the natural color, and as the result of this research the writer apply in the form of illustration design painting illustration depicting the pattern on the bottom of the dress with size 30cmx40cm.

Keywords: Technique Coloring, Natural Materials, Tapioca Liquid Flour, Fabrics PENDAHULUAN

Terinspirasi dari pewarnaan diatas kertas dalam pelajaran kesenian anak kelas 3-4 sekolah dasar, pewarnaan tersebut menggunakan media perantara tepung kanji yang dicairkan namun menghasilkan corak menjalar seperti lumut atau akar. Jika diterapkan dalam sebuah media maka bentuk itu bisa menggambarkan sebuah motif. Menurut Chodijah (2001:22): motif adalah corak yang terdapat pada bahan misalnya corak bentuk bunga, binatang, bola-bola, bergaris-garis atau kotak. Selain itu Bentuk tersebut memiliki nilai seni yang menarik untuk sebuah hasil pewarnaan dan hasil pewarnaan tersebut bisa dijadikan sebagai sebuah pajangan lukisan. Pewarnaan menggunakan tepung kanji yang dimaksudkan adalah pewarnaan diatas kertas dilumuri tepung kanji yang

telah dilarutkan dalam air panas hingga menjadi cairan kental, kemudian diwarnai dengan teknik membubuhi titik-titik tetesan warna pada kertas tersebut baik menggunakan jari-jari tangan, lidi dan alat lainnya, lalu jadilah titik-titik tetesan warna tersebut membentuk motif menjalar seperti akar sehingga terdapat corak-corak yang tidak beraturan namun mempunyai nilai seni tersendiri.

Purnamawati S (2010:11) menyatakan: Tepung kanji merupakan tepung/bahan yang terbuat dari singkong/cassava. Bedasarkan hubungannya dengan pembuatan lem/perekat, kanji juga dapat diolah menjadi cairan yang sedikit lebih cair dari lem.Hasil dari olahan itulah yang digunakan sebagai media pewarnaan pada kertas dan bisa menciptakan corak seperti

(3)

akar dipermukaan kertas dengan berbagai warna seolah menjadi lukisan.

Warna yang digunakan dapat dikombinasikan dengan menggunakan warna yang lain baik dua maupun tiga warna. Warna yang dimaksudkan dalam teknik pewarnaan diatas, dapat dimanfaatkan dari pewarna buatan maupun alami seperti dari ekstrak kunyit, cabai, kopi dan lain-lain. Teknik pewarnaan diatas kanji tersebut sebelumnya pernah dipelajari oleh penulis pada mata pelajaran desain busana kelas II, Sekolah Menengah Kejuruan. Setelah menghasilkan corak yang bagus untuk ukuran sebuah lukisan, karya tersebut dapat dipajang sebagai hiasan dinding dalam bentuk desain ilustrasi atau lukisan abstrak.

Penulis memilih teknik pewarnaan tersebut karena jenis teknik pewarnaan tersebut belum pernah diterapkan pada media kain sebelumnya dengan memanfaatkan larutan kanji cair. Selain itu pemilihan kain dengan jenis katun karena kain katun tersebut memiliki serat alami yang dapat menyerap warna dengan baik.

Menurut Poespo (2005:69) : Kain katun adalah bahan yang paling ekonomis dari segala bahan alami, sehingga kebanyakan tipe katun pada kenyataannya 100%

memiliki serat katun salah satunya yaitu dari serat kapas. Kain katun punya karakteristik sebagai bahan yang selalu berubah-ubah atau tidak tetap, sehingga

sifat dan penampilannnya pun susah diketahui, tetapi katun tenunan punya sifat sebagai bahan yang kaku, bertekstur kusam, dan kuat.

Namun dikarenakan penggunaan kanji sebagai cairan untuk mendapatkan corak, maka kain tersebut tidak mengalami proses fiksasi. Fiksasi yang biasanya dilakukan pada kain yang diwarnai dengan warna alami merupakan sebuah metode untuk penguncian warna agar warna alami tersebut dapat bertahan, biasanya menggunakan campuran bahan kimia berupa, tawas, kapur dan tunjung. Noor Fitrihana (2007:5) mengatakan: proses fiksasi (fixer) yaitu proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar warna memiliki ketahanan luntur yang baik.

Bahan–bahan kimia tersebut dapat juga digunakan dalam beberapa proses pewarnaan alami salah satunya saat mengambil ekstraksi atau pada saat teknik pewarnaan dengan cara meneteskan zat warna pada kain.

Penerapan teknik pewarnaan tersebut akan dilakukan melalui proses penelitian yang menggunakan pewarna alami dengan melakukan eksperimen yang sebelumnya belum pernah dilakukan dalam pewarnaan menggunakan objek kertas atau kain dengan warna sintetis. Penulis menggunakan teknik yang sama dengan

(4)

memanfaat warna yang berbeda dari eksperimen awal yaitu pewarna dari ekstrak bahan alami. Berdasarkan permasalahan yang peneliti telah kemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul berjudul “Teknik Pewarnaan Tekstil dengan Bahan Alami Menggunakan Kanji Cair pada Kain Katun”

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana teknik pewarnaan tekstil dengan bahan alami dan tepung kanji yang dicairkan pada kain katun.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1.1.1 Untuk mengetahui efek tekstur dan warna yang dihasilkan pada kain dari teknik pewarnaan kain dengan ekstraksi warna alami menggunakan perantara kanji cair

1.1.2 Untuk mengetahui corak yang ditimbulkan dari teknik tetes pada bahan kertas dan tekstil

1.1.3 Untuk mengetahui warna yang dihasilkan setelah fiksasi dari enam sampel warna alami yang diambil.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Adapun uji percobaan dalam penelitian ini adalah kain dengan teknik pewarnaan menggunakan kanji.

Noor Juliansyah (2011:111) menyatakan:

Metode eksperimen dapat didefenisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat.

Penelitian eksperiment merupakan metode inti dari model pendekatan kuantitatif .Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan sifat atau karakteristik dari suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat ini.Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah actual dan penelitia berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus.

Metode eksperimen yang merupakan metode dalam kondisi buatan penulis dengan mencari tujuan atas hasil dari percobaan peneliti itu sendiri. Desain penelitian pada metode eksperimen ini pada tahap awal bersifat pre-eksperiment.

Menurut Navel (2012): Desain pre- eksperiment merupakan jenis desain yang digunakan untuk melakukan studi pendahuluan sebelum dilakukan eksperimen sebenarnya.Percobaan dilakukan sesuai langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya.Dalam metode eksperimen ini peneliti hanya melakukan proses/teknik, menguraikan perbandingan dalam memperoleh hasil akhir yang diterapkan dalam tahap ekperimen.

(5)

Objek pada penelitian ini adalah sampel kain katun yang terdiri atas 3 jenis kain katun untuk mengetahui kuantitas warna melalui proses fiksasi dan penggunaan kanji sebagai perintang corak diatas kain. Ukuran masing-masing kain diperkirakan 15cmx15cm atau lebih.Jenis kain katun yang digunakan bermacam berdasarkan karakter kain untuk percobaan diantaranya katun Toyobo, Katun Ima dan Katun Aikon.

Kain katun Aikon merupakan jenis polycatoon produksi baru yang kita temui dipasaran memiliki karateristik lembut, tebal serat tidak terlalu terlihat, halus dan lembut, agak kaku dan tidak tipis. Katun Ima merupakan bagian jenis katun Jepang polos. Katun Ima memiliki cirri-ciri seratnya kasar secara horizontal, permukaan timbul dari arah serat tersebut, warna lebih putih terang, dan bahannya tipis. Jenis katun ini dapat menyerap warna dengan baik. Katun doyobo atau toyobo merupakan jenis katun yang baru-baru ini beredar dipasar tekstil. Jenis katun yang merupakan bagian dari katun Jepang ini memiliki karakteristik lebih tebal dan berbeda dari katun lainnya yang juga bersifat lembut dan mampu menyerap air.

Diihat dari penggunaannya, dalam sebuah artikel blog Susi (2016) menyebutkan : karakteristik kain toyobo bersifat adem, tidak mudah kusut, nyaman dan tebal.

Data dikumpulkan berdasarkan teknik observasi, dokumentasi dan eksperimen kemudian dianalisis dengan pemaparan secara naratif tentang hasil pengamatan uji eksperiment yang diteliti dalam bentuk uraian. Analisis mendeskripsikan teknik, efek dan corak yang menjadi hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dalam penelitian yaitu (1) Untuk mengetahui efek yang dihasilkan dari teknik pewarna tekstil alami menggunakan kanji cair (2) Untuk mengetahui corak yang ditimbulkan dengan perbandingan dari teknik tetes dan bahan lain dalam pewarnaan yang digunakan (3) Untuk mengetahui warna yang dihasilkan dari fiksasi keenam warna alami yang digunakan.

Efek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan melihat hasil warna pada kain dan tekstur kain setelah mengering. Adapun hasil efek yang ditimbulkan berdasarkan teknik pewarnaan yang terinspirasi dari finger painting menggunakan teknik pointless dengan metode statiska fluida (fluida statis/diam) yaitu dengan mengendapkan cairan pewarna dalam perantara pipet dibawah tekanan udara untuk diteteskan diatas kain yang telah dilumuri kanji sebagai perantara perintang corak atau motif. Definisi fluida statis menurut Bagus (2015) adalah zat alir

(6)

yang berada dalam kondisi diam dan tidak bergerak Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menyediakan semua bahan dan alat untuk teknik pewarnaan tekstil menggunakan pewarna alami dan tepung kanji pada kain katun

2. Lapisi papan atau meja dengan plastik bening. Kemudian lentangkan kain yang telah mengalami proses mordanting sebelum melumuji kanji yang dicairkan.

Melapisi papan dengan plastik bening dan meletakkan kain sebelum melumuri kanji

3. Lumuri kanji yang telah dicairkan keatas permukaan kain dengan menggunakan sendok sebanyak 2-3 sendok makan.

Kemudian diratakan sebaiknya dengan rol. Boleh juga menggunakan tangan agar mudah mengetahui permukaan kain yang dilumuri kanji merata atau tidak.

hal ini dapat mempengaruhi merintangnya corak dari cairan warna yang diteteskan. Hasil kanji cairpun tidak boleh terlalu kental juga tidak boleh terlalu cair.

Melumuri kanji diatas kain dan meratakan kanji

4. Mengambil ekstraksi zat warna untuk meneteskan warna alami tersebut keatas kain dengan melakukan proses statiska fluida, menahan cairan warna yang akan diteteskan tersebut sampai keatas permukaan

Mengambil pewarna alami dan meneteskan zat warna keatas kain

5. Cairan yang telah diteteskan menimbulkan corak yang mirip seperti lumut atau akar. Menahan cairan warna dalam pipet kemudian melepas jari-jari yang semula menutupi bagian atas pipet dan dilakukan secara berulang

Meneteskan zat warna tersebut keatas kain dengan menahan zat warna dalam pipet

Berdasarkan pengambilan warna tersebut, maka hasil corak yang muncul menjadi bentuk yang memiliki nilai tersendiri.Zat warna yang telah diambil dikeluarkan diatas kain, namun tidak boleh melepaskan pipet tersebut terlebih

(7)

dahulu.Ini dilakukan agar diantara bentuk corak yang telah muncul terdapat lingkaran ditengahnya membuat corak tersebut menjadi jelas.

Hasil pewarnaan dalam keadaan basah

Hasil pewarnaan dalam keadaan kering Perubahan warna yang terjadi pada bahan penelitian ini dikarenakan kurangnya kekuatan warna oleh ekstrak alami, sehingga warna tersebut ketika mengering mengalami perubahan lain, hal ini dapat dilihat pada uraian sebelumnya. Objek beserta warna dan corakmenjadi berbeda baik dalam keadaan basah maupun kering yang terdapat pada kain tersebut. Selain itu pewarna alami memang memiliki beberapa kelemahan, seperti yang dinyatakan Noor Fitrihana, (2007:2): Salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan

proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil. Oleh karena itu zat warna alam sering dianggap kurang praktis penggunaannya.Meskipun zat warna telah didukung oleh penggunakan bahan-bahan yang telah dilarutkan seperti tawas dan kapur, namun penggunaan bahan tersebut pada akhirnya hanya bisa digunakan sebagai variasi warna yang mengalami perubahan dari warna asli tanpa campuran dari bahan-bahan tersebut.

Hasil teknik pewarnaan diatas menggunakan ekstraksi kayu secang dengan penambahan bahan sintetis kapur dan kunyit dengan penambahan tawas yang dikombinasikan.Selain untuk mengetahui tingkat kecerahan warna, beberapa pada tujuan ini juga perlu melihat perbandingan yang dihasilkan sebelumnya yang diterapkan pada kertas, yang menggunakan pewarna tekstil atau alami.Terdapat perbedaan efek dari warna yang digunakan.

(a) (b)

a) Perbandingan pewarnaan pada kertas menggunakan kanji cair dan cat lukis b) Pewarnaan pada kerta menggunakan kanji cair dan pewarna alami dari kayu

(8)

Gambar diatas menunjukkan beberapa perbedaan dengan beberapa penerapan pewarnaan pada bahan-bahan sebelumnya yang digunakan, diantaranya hasil pewarnaan pada bahan kertas menggunakan pewarna cat lukis, pewarnaan pada kertas menggunakan pewarna alami, mengingat sebelumnya pewarna alami juga digunakan dalam teknik melukis. Seperti yang disebutkan Ega Shintia (2017:1-2) :Proses penggunaan zat pewarna alami dalam teknik melukis sudah dilakukan oleh nenek moyang secara turun menurun. Zat pewarna alami tersebut akan diproses dengan dilarutkan pada minyak zaitun dan air dengan teknik melukis.

Kemudian dilanjutkan dengan percobaan pewarnaan pada kain menggunakan pewarna alami juga. Pada hasil penelitian, warna yang muncul diatas kain dalam keadaan basah maupun kering memiliki perbedaan.Warna yang dari memanfaatkan ekstraksi bahan alami sebelumnya memiliki pigmen yang jelas, namun setelah mengering dan melalui tahap-tahap lain, warna dalam bentuk corak yang ditimbulkan menjadi pudar atau berbeda dari sebelumnya. Sedangkan tekstur kain berdasarkan pengamatan setelah mengering menjadi lebih kaku disebabkan penggunaan kanji cair yang bersifat kental.

Untuk mendapatkan corak penulis menggunakan teknik pewarnaan menggunakan kanji dengan berbagai kombinasi variasi warna-warna alam dari ekstraksi bahan alami pada kain katun.

beberapa hasil corak yang dengan memanfaatkan beberapa warna alami dan variasinya berdasarkan penambahan bahan campuran sintetis yang diterapkan pada 3 jenis katun untuk mengetahui perbedaannya diantaranya pada 1) katun Aikon yaitu campuran warna ekstraksi daun Ketapang (tunjung berwarna hitam )+daun suji (penambahan kapur siri berwarna hijau tua), ekstraksi Kunyit (penambahan tawas berwarna kuning kecoklatan)+warna ekstraksi kayu Secang (penambahan tunjung menjadi hitam), 2) katun Ima dengan warna ekstraksi dari Kunyit (penambahan kapur menjadi kuning kemerahan)+ekstrak daun Ketapang (penambahan tawas menjadi hijau kekuningan), ekstrak kayu Secang (penambahan tawas menjadi merah tua)+ekstrak kulit Manggis (penambahan tunjung menjadi hitam), ekstrak Kunyit (penambahan tunjung menjadi coklat)+daun Suji (penambahan tawas menjadi hijau tua), 3) Katun Toyobo dengan paduan warna ekstrak daun Suji (penambahan tawas menjadi hijau tua) + ekstraksi kulit manggis (penambahan tunjung menjadi hitam), ekstraksi daun Ketapang (penambahan kapur siri menjadi

(9)

hijau kekuningan)+ekstraksi kayu Secang (penambahan tunjung menjadi hitam).

Jika pada kertas yang tekstur justru mengendapkan warna tapi menimbukan corak persis seperti lumut maka, pada kain yang justru menyerap warna menimbulkan corak yang berbeda. Hal ini disebabkan pemilihan objek adalah berbagai macam jenis kain katun yang meiliki zat warna alami dan menggunakan pewarna alami sebagai zat warna .

Corak hasil eksperimen pada kain menggunakan pewarna alami yang ditimbulkan menjadi samar dan tidak membentuk lumut sepenuhnya yang disebabkan karakter warna alami sangat menyerap pada kain yang terbuat dari serat alami juga yaitu katun.

Gambar: 29 Gambar: 30

Pada gambar 29, hasil corak pewarnaan menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami dari daun Ketapang penambahan bahan sintetis tunjung (hitam) dan ekstraksi daun Suji penambahan bahan sintetis kapur siri (hijau tua) pada katun Aikon. Bila diperhatikan corak yang muncul justru berasal dari ekstraksi ketapang, sedangkan corak dari daun Suji justru samar. Hal ini disebabkan ekstraksi zat warna daun suji tidak halus sempurna

meskipun ada penambahan tawas, tunjung atau kapur.

Selanjutnya pada gambar 30, hasil corak pewarnaan menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami dari kunyit penambahan bahan sintetis/fiksasi tawas (kuning kecoklatan) dengan ekstraksi kayu Secang penambahan tunjung (hitam) pada katun Aikon.Pada hasil tersebut zat warna ekstraksi dari kunyit dapat membentuk corak sedangkan zat warna dari kayu Secang hanya menyerapi, tidak mengikuti corak dari kunyit tersebut.

Gambar: 31 Gambar 32

Selain itu pada gambar 31 hasil corak pewarnaan menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami dari kunyit penambahan kapur (kuning kemerahan) ekstraksi daun Ketapang dengan penambahan tawas (hijau kekuningan) pada katun Ima. Pada hasil tersebut zat warna dari ekstraksi kunyit dapat membentuk corak sedangkan daun ketapang menjadi samar. Kemudian pada gambar 32, hasil corak pewarnaan manggis sedikit membentuk corak, sedangkan corak zat warna dari ekstraksi kayu secang hanya menyerap kedalam kain tanpa mengikuti corak dari warna ekstraksi kulit manggis tersebut.

(10)

Gambar: 33 Gambar: 34

Pada gambar 33 hasil corak pewarnaan menggunakan kanji cair pada katun Ima menjelaskan bahwa kedua zat warna dapat membentuk corak namun menimbulkan warna diluar corak.Hal ini sebabkan oleh daya serap warna kunyit yang kuat.

Pada gambar 34 hasil corak pewarnaan menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami dari kulit Manggis penambahan tunjung (hitam) dengan ekstraksi daun suji penambahan bahan sintetis tawas (tanpa perubahan/hijau tua) pada katun toyobo menjelaskan bahwa kedua corak tidak membentuk dengan baik yang disebabkan oleh larutan ekstraksi yang tidak sempurna.

Gambar: 35

Gambar 35 hasil corak pewarnaan menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami dari daun Ketapang dengan penambahan kapur siri (hijau kekuningan) dengan ekstraksi kayu Secang dengan penambahan tunjung (hitam) pada katun Toyobo.Kedua ekstraksi dengan penambahan bahan

campuran kimia dapat menhasilkan warna yang kuat namun saat diteteskan tidak menimbulkan corak yang baik.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa warna yang kuat menimbulkan corak pada penggunaan kanji diperoleh dari zat warna kunyit, ketapang dan suji.Pada pembuatan hasil penulis tetap menggunakan ketiga jenis kain yaitu toyobo, ima dan aikon.

Selanjutnya pada tujuan untuk mengetahui warna yang dihasilkanAda enam sample yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya memanfaatkan ekstraksi daun ketapang, daun suji, kayu secang, kulit manggis, kunyit dan pinang.

Ke enam ekstrak tersebut menjadi bahan warna alami dengan menguji hasil warna pada kain katun melalui fiksasi menggunakan bahan tunjung, tawas dan kapur siri.Berikut hasil warna pada sampel kain melalui metode pencelupan kedalam ekstraksi warna alam yang telah dicampurkan bahan fiksasi seperti tunjung, Tawas dan kapur sirih.

(11)

Table : warna yang dihasilkan setelah fiksasi 6 sample warna pada kain

Ekstraksi warna yang digunakan yaitu, ekstraksi daun Ketapang, ekstraksi daun Suji, ekstraksi kulit Manggis, ekstraksi kayu Secang, ekstraksi rimpang Kunyit dan ekstraksi Pinang.

Berdasarkan hasil penelitian untuk beberapa tujuan diantaranya: mengetahui efek, corak dan hasil warna, kain yang mengalami pewarnaan menggunakan kanji cair tersebut belum bisa digunakan sebagai produksi bahan kain, tetapi sebagai wujud dari penggunaan berbagai warna alami yang menimbulkan corak yang unik, maka jenis pewarnaan pada kain menggunakan kanji cair dan memanfaatkan warna alam tersebut dapat diterapkan dalam bentuk pajangan dinding.

Sebelumnya penulis telah memerhatikan dan juga memilih ekstraksi yang menimbulkan corak terbaik pada kain diantaranya ekstraksi daun Ketapang dengan penambahan tunjung (hitam), ekstrak kunyit dengan penambahan kapur siri (kuning kemerahan ), kunyit dengan penambahan tunjung tidak terlalu banyak (coklat), daun Ketapang dengan penambahan tawas (hijau kekuningan), dan daun suji tanpa penambahan bahan campuran atau penggunaan tawas (hijau tua).

Secara keseluruhan ekstraksi yang tidak digunakan adalah ekstraksi pinang disebabkan oleh kurangnya pigmen meskipun telah menggunakan bahan fiksasi. Kurangnya pigmen pinangpun diketahui dari ekstraksi asli pinang tanpa penambahan bahan fiksasi dengan warna asli coklat pudar atau bening. jadi untuk menghasilkan sebuah karya penulis menggunakan ekstraksi dengan pigmen yang kuat dalam pewarnaan. Penulis mengaplikasikan lukisan tersebut dalam bentuk desain ilustrasi dengan melihat hasil warna yang dihasilkan pada bentuk jatuhnya busana desain, melihat bentuk corak dan warnanya.

Table sebelumnya menunjukan hasil warna pada sample kain katun melakukan pencelupan menggunakan bahan fiksasi dan warna alami diantaranya, ekstraksi daun Ketapang dengan penambahan tawas menghasilkan warna kuning kehijauan, ektraksi daun Suji tidak menghasilkan warna dengan penggunaan semua bahan fiksasi. Daun suji memang sulit menghasilkan warna pada kain, karena pada umumnya penggunaan ekstraksi daun Suji hanya dipakai pada pengolahan makanan.

Ekstraksi Kayu secang fiksasi menggunakan tunjung menhasikan warna ungu, fiksasi menggunakan tawas menjadi merah muda, dan fiksasi menggunakan kapur siri tidak memaparkan warna yang

(12)

jelas dalam arti tidak menghasilkan warna.

Kemudian ekstraksi kulit manggis setelah fiksasi tidak menghasilkan warna, ekstraksi pinang fiksasi kapur siri menhasilkan warna coklat namun agak pudar, ekstraksi kunyit fiksasi dengan kapur siri menghasilkan warna coklat kuning kecoklatan.

Dapat disimpulkan bahwa beberapa ekstraksi menghasilkan warna, dan beberapa ekstraksi tidak menghasilkan warna yang jelas setelah fiksasi diantaranya adalah daun suji, pinang dan manggis.

Ketiga warna tersebut belum cukup efektif dalam penerapan pewarnaan, salah satunya teknik jumputan, sedangkan ketiga warna lainnya yakni secang, kunyit dan ketapang menimbulkan warna yang jelas tergantung proses pengolahan. Namun beberapa dari ekstraksi tersebut dapat digunakan dalam hasil dari teknik pewarnaan yang lain salah satunya pembuatan desain ilustrasi.

Sebagai salah satu alternatif dalam menghasilkan karya dengan teknik pewarnaan menggunakan kanji dengan cara meneteskan zat warna, penulis mengaplikasikan pewarnaan ini dalam bentuk pajangan desain ilustrasi.

Salah satu kerajinan yang bisa diterapkan oleh penulis dalam memanfaat bahan, alat dan teknik dalam penelitian ini adalah sebuah lukisan dengan tampilan desain ilustrasi yang terletak pada bentuk samar dari desain yang digambarkan.

Soekarno dan Basuki Lanawati (2004:3) menguraikan desain ilustrasi busana adalah : Desain busana yang tidak menampilkan detail busana dengan jelas, tetapi lebih menekankan kepada jatuhnya pakaian tubuh, siluet, keindahan dan keluwesan desain.

Hal ini menjelaskan bahwa dari hasil berdasarkan pewarnaan tersebut dapat mengkreasikan pewarnaan dengan cairan kanji pada titik-titik tertentu yang menjadi focus dalam sebuah desain termasuk bentuk lengan dan jatuhnya pakaian. Selain itu bentuk corak juga menjadi daya tarik tersendiri sebagai hiasan pada desain yang menjadi pendukung dalam sebuah ilustrasi busana. Berikut hasil kerajinan berupa pajangan dinding dari teknik pewarnaan tekstil menggunakan bahan alami dan janji cair, dengan mengaplikasikan pewarnaan tersebut dalam bentuk desain ilustrasi.

(13)

Hasil pewarnaan yang di aplikasikan pada desain ilustrasi menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami dari daun suji kapur (hijau tua /tanpa perubahan) dan daun ketapang penambahan tunjung (hitam) pada katun toyobo

Hasil pewarnaan yang di aplikasikan pada desain ilustrasi menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami dari kunyit penambahan kapur (kuning kemerahan) dan daun ketapang penambahan tunjung (hitam) pada Katun ima

(14)

Hasil pewarnaan yang di aplikasikan pada desain ilustrasi menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami dari kunyit penambahan tawas (kuning terang) dan kunyit penambahan tunjung(coklat) pada katun aikon

Penggunaan warna yang digoreskan dengan teknik tertentu bisa memanfaatkan salah satunya warna alam atau penggunaan media lain untuk menciptakan kreasi dalam menimbulkan corak atau hiasan pada desain yang dikerjakan. Pada desain diatas dapat dijelaskan bahwa penggunaan warna tersebut diperoleh dengan meneteskan dan memadukan ekstraksi suji dan kunyit, selain itu terciptanya corak dihasilkan dari penggunaan kanji cair yang telah diratakan dipermukaan kain.

Hasil eksperimen pewarnaan menggunakan warna alami dan tepung kanji cair pada kain katun

Hasil penelitian dalam bentuk pajangan desain ilustrasi diperoleh sebagai wujud eksperimen akhir menggunakan teknik pewarnaan tersebut yang

sebelumnya belum pernah

dilakukan.Secara keseluruhan hasil

(15)

pewarnaan belum bisa diciptakan dalam bentuk bahan kain karena hasil percobaan ini tidak bisa bertahan dalam penguncian warna, selain itu kendala kualitas kain berbeda-beda kadang sulit menemukan jenis katun yang sama dipasaran, warna ekstraksi yang terbatas, dan hasil corak tidak sama (abstrak).

Hal ini mengalihkan penulis untuk menciptakan sebuah karya lain dalam yang masih berkaitan dalam pewarnaan, yaitu dalam bentuk pajangan desain ilustrasi busana. Ketiga objek hasil pewarnaan diberi penambahan hiasan paet kemudian dibingkai untuk hasil berupa pajangan dinding desain ilustrasi busana yang memanfaatkan warna alami dan tepung kanji.

KESIMPULAN

1. Berbagai macam teknik pewarnaan untuk bahan tekstil yang umumnya digunakan melalui metode pencelupan untuk bahan dasar, atau jumputan, spray, dan batik untuk mendapatkan warna sebagai hiasan pada kain. dalam teknik pewarnaan secara umum ada banyak teknik salah salah satunya dengan teknik penetesan zat warna dengan mengendapkan zat warna dalam perantara pipet yaitu metode fluida stasis ke permukaan kain yang telah dilumuri kanji yang dicairkan. Efek yang dihasilkan pada kain diantaranya

kualitas kain pada bagian yang dilumuri kanji menjadi kaku, cairan warna saat mengering mengalami perubahan menjadi sedikit pudar, dan mengalami kelunturan zat warna disebabkan penggunaan kanji yang menghalangi pewarnaan kain menggunakan ekstraksi zat warna alam.

2. Corak yang dihasilkan mengalami perbedaan diantara keadaan kain setelah diwarnai basah dan ketika mengering.

Corak atau bentuk dari warna yang telah diteteskan menjadi samar dan sedikit diluar bentuk seperti akar menjalar yang diinginkan penulis. Namun dapat diatasi dengan pengulangan penetesan zat warna yang disesuaikan bentuk corak pertama serta kombinasi warna yang ditambahkan.

3. Beberapa ekstraksi menghasilkan warna setelah fiksasi diantaranya daun ketapang dengan fiksasi tawas berwarna kuning kehijauan, kayu secang fiksasi tunjung menghasilkan warna ungu, dan kunyit fiksasi menggunakan kapur siri mengahsilkan warna kuning kecoklatan.

Sedangkan ekstraksi lainnya belum menghasilkan warna dengan maksimal.Setelah melakukan ekperimen teknik pewarnaan tekstil dengan bahan alami dan tepung kanji cair pada kain katun, secara keseluruhan pewarnaan hampir memuaskan namun tidak dapat dijadikan bahan produksi kain,

(16)

disebabkan penggunaan tepung kanji yang notabennya menghalangi pewarnaan, warna alami yang tidak begitu kuat, pengulangan warna untuk menyesuaikan corak dan daya serap/

terima jenis kain katun yang berbeda juga memperngaruhi pewarnaan.

Pemilihan katun yang digunakan pada akhirnya adalah jenis katun Toyobo, Ima dan Aikon yang diwujudkan dalam hasil kerajinan berupa lukisan sederhana yang menggambarkan ilustrasi busana dengan warna-warna alami yang dikreasikan.

SARAN

1. Kepada mahasiswa konsentrasi tata busana jurusan PKK FKIP Unsyiah, tentunya mempelajari bagian-bagian dari ruang lingkup ilmu tentang busana, baik dari mengenal bahan tekstil, pewarnaannya, bahkan pembuatannya, selain itu ruanglingkup busana juga mempelajari tentang pembuatan busana yang dilatar belakangi sebuah model atau sketsa yang bisa diwujudkan dalam bentuk jadi busana melalui proses – proses tertentu. Pembuatan sketsa ilustrasi salah satunya menjadi daya tarik dalam sebuah karya yang bisa diterapkan dimana saja, memanfaatkan bahan apa saja, hingga menciptakan suatu pajangan yang memiliki nilai seni. Oleh karena itu untuk mahasiswa agar lebih dapat mengembangkan sebuah kreasi yang belum banyak

diminati atau diketahui sebagai inovasi –inovasi lain dalam menciptakan karya nyata salah satunya desain lukisan dengan memanfaatkan bahan sekitar seperti yang telah dilakukan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Aprianto Bagus. 2015. Pengertian dan Defenisi Fluida Statis. (online) http://bagusaprianto1010.blogspot.

com/2015/11/pengertian-dan definisi-fluida-statis.html. Diakses pada tanggal 28 des 2017

Chodijah dan Alim Zaman. 2001. Desain Mode Tingkat Dasar. Jakarta : Carina Indah Sarana

Ega Shintia GP. 2017. Eksplorasi Serbuk Pwarna Alami Sebagai Media dalam Melukis. Unesa: Surabaya

Poespo Goet. 2005. Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta. Kanisius Purnamawati.S. 2010. Kue-kue

Istimewa dari Singkong. Surabaya : SIC

Juliansyah Noor. 2011. Metodologi

Penelitian. Jakarta :Kencana Prenada Media Group

Soekarno dan Basuki Lanawati.2004.

Panduan Membuat Ilustrasi Busana. Jakarta : PT Kawan Pustaka

Susi. 2016. Gamis dari Kain Toyobo.

(online) http://www.rumah-jahit haifa.html/2016/12/diakses pada tanggal 8 Agustus 2017

(17)

Navel Mangale. 2012. Metode Penelitian Eksperimen. (online)http://

wordpress.com

/2012/02/27/diakses pada tanggal 15 Januari 2017

Noor Fitrihana. 2017. Jurnal. Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam dari Tanaman Disekitar

Kita untuk Pencelupan Bahan Tekstil. Fakultas Teknik PKK UNY Yogyakart

Gambar

Gambar  35  hasil  corak  pewarnaan  menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami  dari  daun  Ketapang  dengan  penambahan  kapur  siri  (hijau  kekuningan)  dengan  ekstraksi kayu Secang dengan penambahan  tunjung (hitam) pada katun Toyobo.Kedua  ekstraksi

Referensi

Dokumen terkait