KAJIAN LITERATUR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
OLEH:
NS. INDAH MEI RAHAJENG, SKEP MSC
NIP: 198303152010122003
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala Tuhan YME karena Rahmat dan KaruniaNya tulisan ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan” dapat tersusun.
Dalam penyusunannya, penulis berhadapan dengan berbagai macam tantangan yang akan tetapi dapat terlampaui dengan baik. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dan mendukung perwujudan tulisan ilmiah ini. Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya, utamanya kepada penulis buku dan artikel yang memperkaya bahan tulisan serta rekan dosen sejawat atas dukungan dan inspirasinya. Semoga kontribusinya mendapat balasan dari Tuhan YME.
Penyusun sadar bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan baik segi penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya selanjutnya.
Akhir kata, harapan kami tulisan ini bisa memberikan manfaat untuk pembaca dan kita sekalian.
Denpasar, 26 November 2018
Penyusun
Daftar Isi
I. INFEKSI TRACTUS URINARIUS (UTI) ... 1
A. EPIDEMIOLOGI ... 1
B. FAKTOR RESIKO:1 ... 1
C. KLASIFIKASI 2... 1
D. TANDA DAN GEJALA:1,2 ... 2
E. ASUHAN KEPERAWATAN ... 3
II. GLOMERULONEFRITIS AKUT ... 14
A. DEFINISI ... 14
B. PENYEBAB ... 14
C. PATOFISIOLOGI / PATOBIOLOGI... 14
D. MANIFESTASI KLINIS ... 15
E. EVALUASI DIAGNOSTIK ... 15
F. PENATALAKSANAAN... 16
G. KOMPLIKASI ... 16
III. GLOMERULONEFRITIS KRONIK ... 17
A. PATOFISIOLOGI: ... 17
B. MANIFESTASI KLINIS: ... 17
IV. SINDROMA NEFROTIK ... 17
A. CIRI – CIRI SINDROMA NEFROTIK (SN):... 17
B. PENYEBAB: ... 17
C. PATOFISIOLOGI: ... 17
D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLOMERULONEFRITIS DAN SINDROMA NEFROTIK ... 18
V. RETENSI URIN ... 21
A. PENYEBAB: ... 21
B. TANDA GEJALA ... 21
C. TUJUAN PENATALAKSANAAN ... 21
D. PENATALAKSANAAN: ... 21
E. INTERVENSI KEPERAWATAN... 22
F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN ... 22
VI. BATU GINJAL ... 23
A. TANDA GEJALA ... 23
B. INTERVENSI ... 23
VII. HEMATURIA ... 24
A. PENKAJIAN... 24
B. INTERVENSI ... 24
VIII. OLIGURIA/ANURIA... 24
A. PENYEBAB ... 24
B. TANDA GEJALA ... 25
C. INTERVENSI: ... 25
1
I. INFEKSI TRACTUS URINARIUS (UTI)
A. EPIDEMIOLOGI
Berkisar 6 – 7 juta kunjungan klinik per tahun mayoritas didominasi wanita.
Wanita lebih beresiko karena uretra yang lebih pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina dan retum.1
B. FAKTOR RESIKO:1
1. Ketidakmampuan kandung kemih mengosongkan isinya (stasis urin) 2. Penurunan mekanisme pertahanan alamiah
3. Peralatan yang terpasang pada tractus uranius
4. Refluk uretrovesikal (kembalinya aliran urin dari urethra ke kandung kemih, bakeri pada bagian anterior urethra masuk ke dalamkandung kemih,melekat dan berkembang biak) 5. Kontaminasi fekal
6. obstruksi pada saluran urin (kongenital,batu, kontraktur leher kandung kemih, tumor)
Organisme yang sering menyebabkan UTI: 1
Escheresia coli,stafilokokus saprofitikus, dan streptokokus aecalis, proteus mirabillis,klebsia, enterobakter.
C. KLASIFIKASI 2
1. UTI Bagian atas (pyelonephritis)
Inflamasi pada ginjal (tubulus, glomeruli, pelvis renalis) 2. UTI Bagian bawah (cystitis)
2 Infeksi pada bladder ( migrasi bakteri pada uretra refluk ke bladder). Lebih sering pada wanita2
D. TANDA DAN GEJALA:1,2 1. UTI bagian atas (pielonefritis):
Nyeri panggul dan punggung
Demam
Menggigil
Nausea, vomiting
Urinary urgency dan peningkatan frekuensi urine
Disuria, nocturia
Pyuria, hematuri, bacteriurea
2. UTI Bagian Bawah (cystitis):
Urinary urgency dan peningkatan frekuensi urine, nocturia
Suhu tubuh dalam batas normal atau sedikit meningkat
Nyeri suprapubic
Hematuria
Piuria
Prostat tenderness
3
Kadang disertai spasme kandung kemih (retensi urine khususnya pada pria )
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN: 1 SUBYEKTIF
a. Pengumpulan data dasar
Data demogrfi (Nama, usia, jenis kelamin, waktu masuk rumah sakit, waktu pengkajian
Keluhan utama :
Perubahan output, perubahan pola miksi, perubahan warna urin, nyeri
Riwayat penyakit sekarang (perjalanan penyakit dari pertama timbugejala sampai dibawa ke pelayanan kesehatan)
Contoh : nyeri (lokasi, tipe, durasi, factor pencetus, dan yeng meredakan nyeri)
Riwayat kesehatan masa lalu (riwayat penyakit ginjal, penyakit sistemik)
Riwayat kesehatan keluarga (penyakit sistemik yang diturunkan, keluarga yang menderita penyakit ginjal atau infeksi lainnya)
Pola kehidupan sehari hari a. Pola eliminasi
Pola berkemih dikaji untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya UTI.
Frekuensi berkemih, urgency, disuria, rasa terbakar saat berkemih, b. Pola makan (mual muntah, nafsu makan menurun)
c. Pola kebersihan diri
Higiene personal, kehamilan, pola hubungan seksual, pemakaian kontrasepsi.
Pengetahuan pasien tentang resep medikasi antimikrobal dan tindakan pencegahan
OBYEKTIF
a. Review of sistem
Integumen : akral, turgor, gatal , pucat, edema,kering, bersisik Cardiovaskuler : Tekanan Darah, Jugular Venous Pressure, nadi
Respiratory : frekuensi nafas (RR), kesemetrisan ekspansi dada, auskultasi (rales, ronkhi)
Gastrointestinal : mulut bau amoniak, anoreksia, nausea, vomiting, timbang berat badan Musculoskeletal : lemas, edema ekstremitas
4 Neurology : penurunan kesadaran, kejang
Genitourinary : inspeksi : Urine dikaji volume, warna, konsentrasi dan baunya Palpasi : Kandung kemih, ginjal, apakah ada nyeri tekan Perkusi : kandung kemih , ginjal
Psikologis : perubahan tingkah laku,
b. Pemeriksaan penunjang:1,2
Urinalysis
Hitung koloni
UTI didiagnosis oleh adanya bakteri dalam urin.hitung koloni permililiter urin dari urin tampung aliran tengah, spesimen dari kateter atau aspirasi jarum supra pubis dianggap sebagai kriteria utama adanya infeksi.
Kultur urin
Pemeriksaan darah lengkap (leukocytosis)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Berdasarakan pada data pengkajian,diagnosis keperawatan dapat mencakup yang berikut:
1. Nyeri akut3 berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih sekunder terhadap infeksi 3
3. Gangguan keseimbangan cairan
4. Kurang pengetahuan tentang faktor predisposisi infeksi dan kekambuhan deteksi dan pencegahan kekambuhan, dan terapi farmakologis.3
5. infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih4
Masalah kolaboratif
Komplikasi potensial (berdasakan data pengkajian) 1. Gagal ginjal berkaitan kerusakan ginjal yang luas 2. sepsis
INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosis 1:
Mandiri2
5 1. Catat lokasi dan karakteristik (sifat, intensitas, lokasi, lamanya dan faktor pencetus serta
penurun nyeri). Perhatikan tanda nonverbal peningkatan TD dan nadi, gelisah merintih.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan perubahan karakteristik nyeri 3. Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung
4. Bantu dalam manajemen nyeri (relaksasi dan distraksi) 5. Berikan kompres hangat pada area nyeri
6. Motivasi klien untuk mengkonsumsi cairan yang adekuat (minum 3-4 liter perhari dalambatas kemampuan jantung) dan hindari minuman iritatif pada kandung kemih.
7. Kaji respon terhadap tindakan penurun nyeri.
8. Pendidikan pasien. Pada klien yang mengalami kekambuhan infeksi traktus urinarius harus diberikan rincian intruksi sebagai berikut:
o Mengurangi konsentrasi patogen pada orifisium vagina melalui tindakan higien.
o Berkemih setiap 2 sampai 3 jam dalam sehari dan kosongkan kandung kemih dengan sempurna.
Kolaborasi1
9. Berikan analgesik pada penurunan rasa nyeri yang optimal.
10. Memberikan terapi antimikrobal
Diagnosis 2:
Mandiri4
1. Ukur dan catat haluaran urine setiap kali berkemih 2. Anjurkan klien berkemih setiap 2 sampai 3 jam
3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi 4. Bantu pasien ke kamar kecil, memakai pispot atau urinal.
5. Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman untuk berkemih
6. Anjurkan pasien menghindari minum 2 sampai 3 jam sebelum tidur dan anjurkan untuk berkemih sebelum tidur sehingga dapat tidur secara maksimal.
7. Jelaskan seluruh prosedur diagnostik yang digunakan untuk mengevaluasi ISK lebih jauh
Diagnosis 5:4
1. Kaji suhu tubuh tiap 4 jam dan laporkan ika kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 oC 2. Perhatikan karakteristik urine dan laporkan jika keruh dan baunya menyimpang 3. Tampung urine arus tengah dan atau urine yang bersih untuk periksa kultur dan
sensitivitas jika urine yang keluar mencurigakan
6 4. Anjurkan untuk meningkatkan masukan cairan lebih dari 2500 ml/hari untuk mendorong
keluar bakteri kecuali ada kontraindikasi.
5. Pantau contoh urine ulang untuk kultur dan sensitivitas untuk penentuan respon terhadap terapi.
6. Intrusikan pasien menyediakan waktu untuk mengosongkan kandungkemih secara tuntas setiap kali berkemih.
7. Ajarkan pasien untuk mandi setiap hari dengan sabun antibakteri.
8. Ajarkan pasien wanita untuk menghindari mandi rendam
9. Berikan higiene perineal yang baik, jaga daerah perianal tetap kering dan bersih.
10. Ajarkan paien wanita untuk membersihkan / merawat perineal setelah berkemih dengan gerakan dari depan ke belakang.
Daftar Pustaka:
1. Smeltzer and bare.2000. Bruner & Suddarth’s. Textbook of Medical Surgical Nursing.8th edition. Lippincott: Philadelphia
2. Doenges, Marilynn E.1993. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC:Jakarta 3. Carpenito, Lynda Juall. 1995.Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis.
Edisi 6. EGC:Jakarta
4. Tucker, Susan martin; Connobio,Mary M;Paquette, Eleanor V,etal.1993. Standar Perawatan Pasien.vol.3. jakarta:EGC
CONTOH APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN INFEKSI TRAKTUS URINARIUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : senin,22 februari 2008 jam 10.00 wib Tanggal MRS : senin,23 februari 2008 jam 09.30 wib No Register : 61028
1. Identitas klien
Nama : Ny.S
Umur : 33 th
Alamat : Jl. Rjawali 66 Banyuwangi
7 Status pernikahan : sudah menikah
Agama : islam
Suku : jawa
Pendidikan : tidak tamat SD Pekerjaan : pedagang sayur Sumber informasi : klien dan suami klien Diagnosis Medis : infeksi traktus urinarius
2. keluhan utama
a. saat MRS : klien mengatakan punggungnya sakit
b. saat pengkajian : kien mengatakan punggungnya sakit dan panas dan mual
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sejak 6 hari yang lalu punggungnya terasa sakit, sakit dirasakan semakin parah sejak 2 hari yang lalu. Sakit yang dirasakan hilang timbul, sakit kadang hilang saat tidur, dan saat buang air kecil sakit meningkat kuat serasa seperti ditusuk tusuk dari punggung menjalar ke bawah saluran kencing. Tubuhnya terasa semakin lemah karena sejak 2 hari yang lalu demam dan nafsu makannya menurun karena mual dan muntah. Pada tanggal 22 Februari 2008 jam 10.00 wib klien datang ke UGD RSUD Blambangan. Di UGD klien diinfus dan dipindah ke ruangan penyakit dalam sampai sekarang.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah sakit sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan ayahnya punya penyakit darah tinggi
6. Data psikososial
Pola komunikasi : Klien menggunakan bahasa jawa dan bahasa indonesia.
Presepsi klien terhadap sakit : Klien menanyakan apakah sakit yang dirasakan dapat sembuh?
Pola spiritual : Klien mengatakan menjalankan sholat 5 waktu secara rutin.
7. pola aktifitas sehari hari a. nutrisi
8 SMRS : klien makan 3 kali sehari, komposisi nasi-sayur-lauk, dan kadang disertai buah.
Minum kurang lebih 2 liter air putih per hari dan tiap hari minum secangkir kopi sebelum berangkat kerja.
MRS : klien mengatakan semenjak masuk RS makan atau minum sedikit sekali karena masih terasa mual dan muntah.
b. Eliminasi
SMRS : klien mengatakan biasanya kencing kurang lebih dari 5 x/hari, sejak 6 hari yang lalu kencing lebih sering dari biasanya, tidak dapat ditahan dan setiap kencing terasa sakit dan air kencing yang keluar sedikit.
Klien BAB 2x/hari dengan konsistensi lunak.
MRS : klien kencing diatas tempat tidur dengan pispot, air kencing berwarna kuning
kecoklatan. Kencing sering dan setiap ingin kencing tidak dapat ditahan.setiap kencing terasa panas dan sakit.
Klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lunak.
c. pola istirahat tidur
SMRS : klien mengatakan tidur kurang lebih 7 jam sehari pada waktu malam.
MRS : klien mengatakan tidur tidak nyenyak, sering terbangun pada waktu malam untuk kencing.
d. Pola kebersihan diri
SMRS : Klien mengatakan mandi 2x/hari dengan sabun dan air bersih. Klien mengatakan sering kencing di WC umum saat bekerja jual sayur di pasar dan cebok dengan gayung umum.
MRS : klien mengatakan mandi seka sejak MRS dan cebok dengan diguyur air dalam botol karena kencing di pispot.
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : klien tampak lemah tidur di tempat tidur, terpasang selang infus di tangan kiri.
a. Kesadaran : compos mentis
b. TTV : N: 74 x/menit, TD:120/80 mmHg, RR:20 x/menit, S: 39oC c. Kepala dan Leher
Kepala : wajah pucat ,
mata : konjungtiva tidak anemis kanan dan kiri, sklera tidak icterus hidung : simetris, pernafasan cuping hidung tidak ada.
Telinga : bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
9 Mulut : mukosa bibir kering
Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan tidak ada peningkatan jugular venous pressure.
d. Thorak
e. Abdomen
inspeksi : perut flat/datar auskultasi : bising usus 8 x/menit
palpasi : nyeri tekan di kwadran kiri dan kanan bawah dan distensi kandung kemih perkusi : seluruh kwadran perut perkusi timpani. Bagian kandung kemih perkusi dullness
f. ekstremitas edema tidak ada
kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan kiri 5,ekstremitas bawah kanan dan kiri 5 g. genetalia
genetalia eksterna : tampat kemerahan dan sedikit kotor.
h. integumen
kulit terasa kering dan turgor kulit kurang elastis kembali lebih dari 1 menit.
10. Pemeriksaan Penunjang a. Urinalysis
leukosit dalam urin ++, eritrosit dalam urine + b. Darah lenkap
leukosit : 11.000/µl Hb : 10 gr/dl
Pemeriksaan PARU JANTUNG
Inspeksi Ekspansi dada simetris, tidak ada retraki intercoste
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Vocal fremitus simetris Ictus caordis teraba di ICS 5 Midclavicula line sinistra
Perkusi Batas jantung atas: ICS 3
Batas jantung bawah : ICS5
Batas kanan : linea sternalis sinistra Batas kiri : linea axilla anterior
sinistra
auskultasi BJ jantung tunggal reguler
resonan resonan
resonan resonan resonan redup
10
Ht : 35 %
Trombosit : 200.000 /µl
B.ANALISA DATA
Data Problem Etiologi
S: klien kencing diatas tempat tidur dengan pispot, air kencing berwarna kuning kecoklatan. Kencing sering dan setiap ingin kencing tidak dapat ditahan
O:
N: 74 x/menit, TD:120/80 mmHg, RR:20 x/menit, S: 39oC
Nyeri tekan abdomen kwadran bawah
genetalia eksterna : tampat kemerahan dan sedikit kotor
warna urin kuning kecoklatan a. Urinalysis
leukosit dalam urin ++, eritrosit dalam urine +
b. Darah lenkap
leukosit : 11.000/µl
Perubahan pola
eliminasi berhubungan dengan
penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih sekunder terhadap infeksi
S: Klien mengatakan sakit pada punggung dan meningkat kuat seperti ditusuk-tusuk saat kencing
O:
N: 74 x/menit, TD:120/80 mmHg, RR:20 x/menit, S: 39oC
Nyeri tekan abdomen kwadran bawah
genetalia eksterna : tampat kemerahan dan sedikit kotor
Nyeri akut inflamasi dan infeksi struktur traktus urinarius
11 Analisa dan tambahkan!!
S :...
O :...
Analisa dan tambahkan!
...
Analisa dan tambahkan!
...
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih sekunder terhadap infeksi
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi struktur traktus urinarius
C. RENCANA KEPERAWATAN Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam maka pola eliminasi normal Kriteria hasil
S: Klien melaporkan BAK lancar dan tuntas tidak sering, tidak menetes, dapat dikendalikan dan tidak sakit
O :
N: 60-80 x/menit, TD:110-120/70-80 mmHg, RR:16-24 x/menit, S: 36,5-37,5oC
Nyeri tekan abdomen kwadran bawah tidak ada
genetalia eksterna bersih, tidak kemerahan
warna urin kuning bening, jumlah setiap kencing ±150 cc
Urinalysis
leukosit dalam urin -, eritrosit dalam urine -
Darah lenkap
leukosit : 3000-10.000/µl
Diagnosis 1:
Mandiri
1. Ukur dan catat haluaran urine setiap kali berkemih 2. Anjurkan klien berkemih setiap 2 sampai 3 jam
3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi 4. Bantu pasien ke kamar kecil, memakai pispot atau urinal.
5. Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman untuk berkemih
6. Anjurkan pasien menghindari minum 2 sampai 3 jam sebelum tidur dan anjurkan untuk berkemih sebelum tidur sehingga dapat tidur secara maksimal.
12 7. Jelaskan seluruh prosedur diagnostik yang digunakan untuk mengevaluasi ISK lebih jauh Kolaborasi
8. Memberikan terapi antimikrobal
D. IMPLEMENTASI Diagnosis 1:
1. Mengukur dan mencatat haluaran urine setiap kali berkemih 2. Menganjurkan klien berkemih setiap 2 sampai 3 jam
3. Mempalpasi kandung kemih tiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi 4. Membantu pasien dalam BAK ke kamar kecil, memakai pispot atau urinal.
5. Membantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman untuk berkemih. Mengajarkan cara cebok yang bersih dan sehat dan mengintruksikan klien untuk senantiasa melakukannya tiap selesai BAK dan BAB.
6. Menganjurkan klien minum air putih lebih dari 2500 ml/hari.
7. Menganjurkan pasien menghindari minum 2 sampai 3 jam sebelum tidur dan anjurkan untuk berkemih sebelum tidur sehingga dapat tidur secara maksimal.
8. Menjelaskan seluruh prosedur diagnostik yang digunakan untuk mengevaluasi ISK lebih jauh
Kolaborasi
9. Membantu klien meminum obat antimikrobal dan memasukkan injeksi cefotaxime 500 mg IV
E.EVALUASI
S: Klien melaporkan BAK masih terasa sakit, dan sering tapi masih bisa ditahan setiap ingin kencing
O :
N: 70 x/menit, TD:110/80 mmHg, RR: 24 x/menit, S: 37,5oC
Nyeri tekan abdomen kwadran bawah
genetalia eksterna bersih, kemerahan
warna urin kuning sedikit kecoklatan , jumlah setiap kencing ± 50 cc
Urinalysis
leukosit dalam urin +, eritrosit dalam urine -
Darah lenkap leukosit : 10.000/µl
13 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi nomer 1-9
14
II. GLOMERULONEFRITIS AKUT
A. DEFINISI
Glomerulonefritis akut adalah inflamasi di glomelurus.
B. PENYEBAB 1. penyakit infeksi
Streptokokus grup A di tenggorokan yang merangsang reaksi antibody yang menghasilkan endapan kompleks(leukosit dan hasil fagositosis di glomerulus)
Infeksi virus akut (infeksi pernapasan atas, varicella, hepatitis B, HIV) 2. penyakit autoimun (lupus / SLE)
3. penyakit glomeruler primer:
C. PATOFISIOLOGI / PATOBIOLOGI
Proliferasi seluler (peningkatan produksi sel endotelial yang melapisi glomerulus), infiltrasi lekosit di glomerulus, dan penebalan membran filtrasi glomerulus, membentuk jaringan parut sehingga menyebabkan kehilangan permukaan penyaring.
Glomerulonefritis dapat menimbulkan SINDROMA NEFROTIK AKUT:
1.Hematuria (kebocoran glomerulus, eritrosit lolos dalam filtrasi)
2. proteinuria akut (kebocoran dinding glomerulus sehingga protein lolos) 3. azotemia (LFG [laju filtrasi glomerulus] menurun)
Kapiler glomerulus mengalami infiltrasi karena proses inflamasi sehingga menurunkan area filtrasi glomerulus.
15 4. retensi air dan garam dari ginjal.
Retensi disebabkan penurunan LFG , dan peningkatan reabsorbsi nefron bagian distal
D. MANIFESTASI KLINIS
Riwayat faringitis atau tonsilitis sebelumnya, disertai demam.
1. EDEMA
Muncul pertama di periorbital (di sekitar mata). Lalu asites dan efusi pleura.
Peningkatan curah jantung.
Peningkatan volume intravaskuler dan ektraseluler karena:
a. retensi garam dan air.
b. Penurunan tekanan onkotik membuat cairan keluar dari pembuluh darah, karenan hipoalbunemia berat akibat proteinuria.
2. Sakit kepala 3. Malaise
4. nyeri panggul dan Nyeri tekan di seluruh sudut kostovertebral Nyeri Timbul Karena Adanya Trombosis Vena Renalis 5. Hipertensi ringan sampai berat
Gambar Glomerulus
E. EVALUASI DIAGNOSTIK Gambaran primer:
1. Pemeriksaan urine (laboratorium)
Hematuria
Urin berwarna kecoklatan (karena sedimen sel darah merah dan protein)
16
Proteinuria (akibat peningkatan permeabilitas membran glomerulus) 2. Pemeriksaan darah
Kadar BUN dan kreatinin meningkat karena menurunnya haluaran urin.
Anemis (karena hematuri)
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan glomerulonefritis akut adalah untuk melindungi fungsi ginjal dan menangani komplikasi dengan tepat.
Penatalaksanaan:
1. Tirah baring selama fase akut sampai urin jernih dan karad BUN, kreatinin dan tekanan darah kembali normal.
Aktivitas berlebihan dapat meningkatkan proteinuria dan hematuri.
2. Diet protein dibatasi pada pasien azotemia
3. pada pasien dengan retensi cairan (edema, hipertensi, gagal jantung kongestif) maka dilakukan pembatasan Natrium dan deuretik.
4. Diberikan obat-obatan anti hipertensif dan deuretik untuk mengendalikan hipertensi.
5. Diet dengan Karbohidrat diberikan cukup untuk menyediakan energi dan mengurangi katabolisme protein.
6. Mengobservasi input dan output cairan.
7. Edema dan hipertensi berkurang tapi hematuri dan proteinuria kadang menetap sampai berbulan-bulan dan dapat menjadi glomerulonefritis kronis.
8. Antibotik untuk glomerulonefritis yang disebabkan karena infeksi bakteri.
Pasien dapat mengalami resolusi (kembali keadaan sebelum sakit) secara spontan.
Glomerulonefritis pasca streptococus akut pada orang dewasa mempunyai prognosa yang lebih buruk dibandingkan pada anak.
G. KOMPLIKASI
Hipertensi ensefalopati, gagal jantung kongestif, dan edema pulmonar.
Kematian dapat terjadi karena gagal ginjal yang merupakan komplikasi penyakit ini.
PENDIDIKAN KESEHATAN
Urinalisis untuk memantau kadar protein, BUN dan kreatinin untuk menentukan perkembangan penyakit.
Jika ada hal yang berhubungan dengan perkembangan penyakit dan pengeobatan dikonsultasikan dengan perawatat kesehatan komunitas.
17
III. GLOMERULONEFRITIS KRONIK
A. PATOFISIOLOGI:
Reaksi antigen antibodi yang lebih ringan, sehingga kadang terabaikan.
Infeksi berulang menyebabkan ukuran ginjal berkurang sampai seperlima ukuran normal.
Jaringan fibrosa yang luas dan ukuran korteks mengecil
Glomerulus dan tubulus membentuk jaringan parut sehingga sampai menjadi penyakit ginjal tahap akhir.
B. MANIFESTASI KLINIS:
1. Hipertensi
2. Peningkatan BUN dan kreatinin serum 3. Perdarahan retina
4. Indikasi pertama: perdarahan hidung, stroke, kejang yang mendadak.
5. Kehilangan berta badan, edema , peningkatan iritabilitas, nokturia, 6. Sakit kepala, pusing dan gangguan pencernaan.
7. Tanda dan gejala insufisiensi renal dan gagal ginjal kronik dapat terjadi.
8. Pasien tampak kurus
9. Pigmen kulit kuning keabu-abuan 10. Edema perifer
IV. SINDROMA NEFROTIK
A. CIRI – CIRI SINDROMA NEFROTIK (SN):
Albuminuria, hipoalbunemia, hiperlipidemia, dan edema.
B. PENYEBAB:
Kebocoran glomerulus.
C. PATOFISIOLOGI:
Penurunan kadar protein (protein yang banyak terbuang melalui urin) menyebabkan penurunan kadar protein dalam darah sehingga tekanan onkotik darah menurun, plasma berpindah dari intravaskuler menuju ke interstisial.
18 Penurunan volume darah akan menyebabkan aktifnya sistem renin-angiotensin- aldosteron menyebabkan retensi air dan natrium karena peningkatan reabsorbsi pada nefron distal.
D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLOMERULONEFRITIS DAN SINDROMA NEFROTIK
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus dan retensi natrium dan air.
2. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan turgor kulit buruk (edema) 3. intoleransi aktifitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi (inflamasi)
anemia.
PENJABARAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN Definisi:
Kondisi peningkatan retensi cairan isotonik pada seorang individu.
Batasan karakteristik:
Subyektif
Ansietas
Dispnea , napas dangkal Objektif
Ronkhi
Perubahan elektrolit
Edema anasarka
Azotemia
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola napas
Penurunan hemoglobin dan hematokrit
Edema
Peningkatan tekanan vena sentral
Input melebihi output
Oliguria
Ortopnea
Efusi pleura
19 Kriteria Hasil:
Keseimbangan cairan yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:
(nilai 1 – 5 : ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan):
Keseimbangan input dan output dalam 24 jam 1. Tidak ada bunyi napas tmabahan
2. Berat badan stabil 3. Tidak ada asites
4. Berat jenis urine dalam batas normal
INTERVENSI diagnosis 1:
a. Pengkajian:
1. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, periorbital pada skala 1+ samapai 4+
2. Kaji komplikasi paru-paru atau jantung (distres pernapasan, meningkatnya RR, TD meningkat, bunyi napas tambahan)
3. Kaji edema ekstremitas atau bagian tubuh terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit.
4. Kaji efek pengobatan (misalnya, steroid, diuretik) pada edema.
5. Pantau secara teratur lingkar abdomen dan tungkai bawah.
6. Untuk memantau pengelolaan cairan:
Pantau berat badan kontinu (tiap hari)
Pantau hasil laboratorium (BUN, kadar protein dalam darah)
Pantau indikasi kelebihan/retensi cairan (misal, ronkhi, peningkatan CVP, edema, distensi vena jugularis)
b. Pendidikan kesehatan untuk pasien/ keluarga
Memperhatikan penyebab dan mengatasi edema, pembatasan diet, penggunaan , dosis dan efek obat.
c. Kolaboratif
Obat2an : deuretik sesuai keperluan d. Aktivitas Lain/ mandiri perawat
1. Ubah posisi setiap 2 jam
2. Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan alir balik vena 3. Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan untuk pasien.
20 2. RESIKO KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
Definisi:
Suatu kondisi individu beresiko mengalami perubahan dermis dan atau epidermis
Batasan Karakteristik:
Kulit edema
Faktor yang berhubungan :
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor kulit
Intervensi:
1. Mengatur posisi dan merubah posisi klien dengan kontinu. Tiap 2 jam
2. Memberikan tahanan dari bantal kecil atau gulungan handuk pada area yang tertekan.
3. Kaji kontinu adanya kerusakan integritas kulit ( kemerahan, lecet, pruritus dll) 4. Jaga agar kulit tidak basah
Daftar pustaka:
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosis Keperawatan; Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 6.Alih Bahasa: Monica Ester. EGC.Jakarta
Isselbacher,Kurt,MD,.etal.2000. Harrison Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3.
Alih Bahasa: prof.Dr.Ahmad H. Adie, Sp.PD-KE. EGC:Jakarta
Wilkinson, Judith, Phd,ARNP, RNC. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Alih Bahasa: Widyawati, S.Kep.M.Kes.dkk.
EGC: Jakarta
21
V. RETENSI URIN
Retensi urine merupakan ketidakmampuan melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan hal tersebut. Retensi akut atau kronis
A. PENYEBAB:
1. Striktur uretra
2. Pembesaran prostat (BPH) 3. Obstruksi karena bekuan darah 4. Batu
5. Neurogenic bladder 6. Multiple sclerosis 7. Stenosis congenital 8. Pasca partum
9. Pasca operasi (khususnya pasca operasi daerah perineum/anal)
10. Efek samping obat-obatan yang mengandung agen parasympatholytic 11. Anastesi yang mengurangi inervasi kandung kemih.
Retensi uri dapat menimbulkan infeksi yang disebabkan distensi kandung kemih yang berlebihan, gangguan suplai darah pada dinding kandung kemih dan proloferasi bakteri.
B. TANDA GEJALA
1. Nyeri perut bagian bawah
2. Distensi kandung kemih (teraba massa pada palpasi di atas symphysis pubis) 3. Pemeriksaan USG : tampak retensi urin
C. TUJUAN PENATALAKSANAAN
1. Penanganan cepat dengan drainage bladder untuk mencegah injury karena peregangan bladder berlebihan.
2. Mengatasi infeksi atau obstruksi
D. PENATALAKSANAAN:
1. Pemasangan kateter
2. Mengidentifikasi penyebab retensi urin dan menangani penyebab masalah 3. Konsultasi dengan ahli urologic
22 E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Meningkatkan Eliminasi Urin
Beri privasi klien untuk ke kamar mandi dan miksi
Kompres hangat di area suprapubik atau berendam air hangat
Jika nyeri pos operasi mengganggu eliminasi maka beri analgesik
2. Meredakan rasa nyeri
Berkurangnya retensi urin umumnya akan meredakan distensi abdomen, rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman. Penanganan penyebab mengurangi rasa takut dan kekhawatiran pasien
3. Menangani Komplikasi
Pasien dapat mengalami retensi urin dan overvlow menunjukkan perlu kateterisasi.
Penjelasan kepada pasien mengapa tidak bisa BAK secara normal
Setelah mengeluarkan urin lalu latihan ulang kandung kemih
F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
PK(potensial komplikasi): RETENSI URINARIUS AKUT INTERVENSI:
1. Pantau klien pasca operasi terhadap adanya retensi urin 2. Observasi terhadap adanya distensi kandung kemih
3. anjurkan klien untuk memberitahukan apabila ada kesulitan berkemih dan ketidaknyamanan pada kandung kemih.
4. jika tidak beekemih setelah 10 jam , pasang kateter 5. pantau retensi urin pasca partum
6. motivasi klien buang air kecil antara 6-8 jam setelah melahirkan 7. motivasi klien untuk miksi tiap 6 -8 jam pasca partum
8. jika pasien berkemih diantara 8- 10 jam pascaoperasi atau klien mengeluh merasa tidak nyaman pada daerah kandung kemih, lakukan:
a). pispot hangat
b). jika memungkinkan, motivasi klien berkemih di kamar mandi c). jalankan air kran sebagai perangsang klien untuk berkemih d). kompres daerah perineum klien dengan air hangat
23 9. setelah berkemih pasca operasi/pasca partum, lanjutkan pemantauan dan najurkan klien
berkemih satu jam kemudian atau bila terasa ingin berkemih.
VI. BATU GINJAL
Adanya batu pada ginjal menimbulkan kolik renal.
Batu pada ginjal menyebabkan sakit terus menerus di area kostovertebral. Munsul hematuria dan piuria. Nyeri pada area ginjal menyebar anterior pada wanita ke bawah mendekati kandung kemih, pada laki-laki mendekati testis.
Kolik Renal adalah nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral, dan muncul mual muntah. Nyeri dimulai dari panggul menyebar sampai paha dan kaki.
A. TANDA GEJALA 1. Lemah
2. Nyeri berat, mulai dari pinggul menyebar dan dengan durasi yang cepat 3. Urinary urgency, dysuria
4. Nausea, vomiting 5. Diaphoresis
6. Suhu tubuh sedikit meningkat 7. Hematuria
8. Riwayat adanya batu di saluran kemih.
B. INTERVENSI
1. Pasang infus dengan cairan crystalloid isotonic 1 liter/30 – 60 menit dan kurangi secara bertahap 200-500 ml/hari.Dengan tujuan untuk membantu pengeluaran batu
2. ANALGESIC: ketorolac salah satu pilihan obat untuk pasien dengan colic renal.
Bisa juga di berikan morphine atau meperidin untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang berat
3. Antiemetic: ondansetron atau promethazine
4. Untuk perawatan lanjutan: rawat inap di RS, terapi untuk batu ginjal,
5. Jika kolik renal disebabkan oleh batu, operasi pengangkatan batu diperlukan
24
VII. HEMATURIA
Hematuria merupakan tanda penyakit ginjal.
Hematuria dapat disebabkan:
Trauma, batu saluran kemih, terapi anticoagulant, ruptur blader, tumor pada ginjal/bladder, dll.
Macam-macam hematuria:
1. perdarahan pada permulaan miksi menunjukkan cidera pada bagian anterior uretra 2. perdarahan diakhir miksi menujukkan cidera pada regio posterior uretra
3. perdarahan selama miksi menunjukkan cidera pada bladder atau saluran kemih bagian atas dan atau ginjal.
A. PENKAJIAN
1. Mengkaji riwayat kesehatan pasien dengan teliti
2. Mengumpulkan specimen urine dengan hati-hati. Untuk wanita yang menstruasi pengambilan specimen urine sebaiknya menggunakan kateter.
3. Jika perdarahan significant merupakantanda infeksi. Lengkapt pemeriksaan hitung darah lengkap.
B. INTERVENSI
Intervensi tergantung penyebab hemturia.
VIII. OLIGURIA/ANURIA
Oliguria adalah keskresi urine kurang dari 500 ml/hari.
Anuria adalah produksi urine tidak ada.
A. PENYEBAB
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit 2. Obstruksi salran kemih
3. Necrosis tubular acut 4. Tumor
5. Trauma
6. Laserasi uretra bedah
25 B. TANDA GEJALA
1. Pasien mengeluhkan output urine menurun 2. Kelemahan
3. Tanda dehidrasi atau overload cairan
C. INTERVENSI:
1. Identifikasi penyebab 2. Terapi sesuai penyebab
3. Konsultasi ahli urology jika diperlukan
26 Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosis Keperawatan; Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 6.Alih Bahasa: Monica Ester. EGC.Jakarta
Doenges, Marilynn E.1993. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC:Jakarta
Isselbacher,Kurt,MD,.etal.2000. Harrison Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3.
Alih Bahasa: prof.Dr.Ahmad H. Adie, Sp.PD-KE. EGC:Jakarta
Smeltzer and bare.2000. Bruner & Suddarth’s. Textbook of Medical Surgical Nursing.8th edition. Lippincott: Philadelphia
Tucker, Susan martin; Connobio,Mary M;Paquette, Eleanor V,etal.1993. Standar Perawatan Pasien.vol.3. jakarta:EGC
Wilkinson, Judith, Phd,ARNP, RNC. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Alih Bahasa: Widyawati, S.Kep.M.Kes.dkk.
EGC: Jakarta