• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERGANTIAN MANAJEMEN, FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT DAN AUDIT TENURE TERHADAP AUDITOR SWITCHING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERGANTIAN MANAJEMEN, FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT DAN AUDIT TENURE TERHADAP AUDITOR SWITCHING"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERGANTIAN MANAJEMEN, FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT DAN AUDIT TENURE

TERHADAP AUDITOR SWITCHING

OLEH

ANGGUN NISA RANGKUTI 150503135

PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

l " RSITA S MATERA lITARA F KI[LTAS EKONOMI DA BISNI

\lEDA

AMA 1M

PROGRAM TUDI JLDUL KRIPSI

Tanggal

ANGGli NI A RA GKUTI 150503135

I AKl 'TAN

P£NGARlJH UK RAN PERUSAHAAN, PERGANTIA MANAJEMEN, FI jj CIAL DISTRESS, OPt I AUDIT DAN AUDIT TE URETERHADAP A DITORSWITClIING.

.,u . .,."SE., M.Si)

--=::::::::::~;;!!I"I 628 200604 1005

(3)

UNIVER lTAS UMATERA UTARA FAKULTA EKONOMI DAN BISM MEDAN

NAMA NIM

PROGRAM STUDl JUDUL SKRIPSI

PENANGGUNG JA WAB SKRJPSI ANGGUN NISA RANGKUTI 150503135

SI AKUNTANSI

PENGARUB UKURAN PERUSAHAAN, PERGANTIAN MANAJEMEN, FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT DAN AUDIT TENURE TERBADAP AUDITOR SWITCIflNG.

Medan,

S

Ju~i 2021 Menyutujoj

Pembimbing

mrs. Hasan Sakti Siregar, M.Si.,Ak) NIP. 19600302 1986011 001

(4)

" IVE~ ITAS S M TERA TARA I'AK LrA EKONOMI DAN BISNIS MEDA

Telah diuji pada

Tanggal 12 September 2019

TIM PENGUJI SKRlPSI Ketua Penguji

Penguji Pembanding

: Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, CA : Drs. Arifin Lubis , MM, Ak

: Dr. Keulana Erwin, SE., M.Si, Ak

(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan ini menyatakan hllhWII ~I .... rin~i ~ VlInl' herincilll " J V J Pl'nP'arll0 h 11kllnln Pl'rlluhaan.

Pergantian Manajemen, Fil/al/cial Distress, Opini Audit Dan Allflit Tel/ure Terbadap Auditor Switcflil/g " adaJah bellar hasiJ k8i)'a tulis saya

"I!I1ciiri van!! cii<;JI<;J1Il <;e\)IIPlli <;lIlah <;lIhl wlIrnt nnhlk memneroleh pelllr

-

.... ... ..

.

...

Uhlldivi~.

Bagian atau data tertentll yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil k8i)'a orang lain telah mendapat izin. dan/atau dituliskan sumbemya secara jelas sesuai dengan norma.

Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan. 12. September 2019

ANGGUN NISA RA GKUTI NTM : 150503135

(6)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen, Financial Distress, Opini Audit dan Audit Tenure Terhadap Auditor Switching' adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utaca.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan saya kutip dari hasil karya orang lain telah saya tulis surnbemya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara..

Medan, 12 September 2019 Yang membuat yataan,

Anggun Nisa Rangkuti 150503135

(7)

ABSTRAK

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERGANTlAN MANAJEMEN, FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT DAN AUDIT TENURE

TERHADAP AUDITOR SWITCHING

Penelitian ini bertujuan untuk memenunjukkan pengaruh ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial dis/ress, opini audit dan audit /enure terhadap pelaksanaan audi/or swi/ching pada perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2013 hingga 2017. Populasi penelitian ini sebanyak 120 perusahaan perdagangan, jasa dan investasi, dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesi yaitu www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan.

Metode pengambilan sam pel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 32 perusahaan sampel untuk 5 tahun pengamatan (2013-2017) dengan 160 unit analisis. Metode anal isis data yang digunakan

adalah metode regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersamaan ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial distress, opini audit dan audit tenure berpengaruh secara signifikan terhadap audi/or switching. Sedangkan secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap audi/or slVitching, sedangkan ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial distress dan opini audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audi/or switching.

Kata Kuoci : Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen, Financial Distress, Opini Audit, Audit Tenure, dan Auditor Swilching

ii

(8)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF COMPANY SIZES, CIIANGE OF MANAGEMENT, FINANCIAL DISTRESS, AUDIT OPINION AND AUDIT TENURE ON

AUDITOR SWITCHING

This study aims to show the influence of company size, change of management, financial distress. audit opinion and audit tenure on the implementation of auditor switching in trading. service and irrvestmelll companies /isted on the Indonesia Stock Exchange between 2013 and 2017. The population of this stlldy is 120 trading companies, sen'ices mId illI'estments, using secondary data obtainedjromthe Indonesia Stoek Exchange website II'ww.itix.co.id and the

lI'ebsites of each company.

The sampling method used was purposive sampling method, so that 32 sample companies were obtainedfor 5 years of observation (2013-2017) with 160 units of anal)' is. The data analysis method used is the logistic regression method The results of this stlldy indicate that simullaneously company size, change of management, financial di.~tress, audit opinion and audit tel/ure have a significant effect on auditor switching. While partially, the results of the study show that audit tenure has a significant effect on auditor swilching, but company sce, change of management, financial distress and audit opinion have no significant effect on auditor SWitching.

Krywords: company sce, change of management, financial distress, audit opinion, audit tenure and auditor switching

iii

(9)

KATA PE GANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah

swr.

karena berkat rahmat dan J,.arunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dcngan judul "Pcngaruh UJ,.uran Perusahaan, Pergantian Manajemen, Financial Dis/ress, Opini Audit dan Audit Tenure Terhadap Audi/or SlIIi/chini'. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang tua penulis yang sangat bersabar menunggu kelulusan penulis dan terus mendukung selama proses perku Iiahan.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerja sarna semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:

I. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumalera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting ugihcn, MAFIS, Ak, CPA selaku Kclua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Iv

(10)

3. Sapak Drs. Hasan akti iregar, M. i, Ak., sclaku Do en Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan arahan, bimbingan.

motivasi, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sapak Drs. Arilin Lubis, MM, Ak., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

5. Sapak Dr. Keulana Erwin, E., M. i, Ak., elaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

6. Yang paling istimewa, Orang Tua penulis IIham Rangkuti dan Sri Ningsih yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi kepada penulis dan yang pal ing tersayang, kak Ayu, Pangeran dan semua ternan-ternan penulis yang menemani serta mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempumaan skripsi ini. Akhir kala penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membaca.

Anggun Nisa Rangkuti 150503135

019

v

(11)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Teori Agensi ... 12

2.1.2 Teori Sinyal ... 14

2.1.3 Peraturan Jasa Akuntan Publik... 15

2.1.4 Auditor Switching ... 16

2.1.5 Ukuran Perusahaan... 19

2.1.6 Pergantian Manajemen ... 20

2.1.7 Financial Distress ... 20

2.1.8 Opini Audit ... 21

2.1.6 Audit Tenure ... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Auditor Switching Secara Voluntary ... 29

2.3.2 Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Auditor Switching secara Voluntary ... 30

2.3.3 Pengaruh Financial Distress terhadap Auditor Switching secara Voluntary ... 31

2.3.4 Pengaruh Opini Audit terhadap Auditor Switching secara Voluntary ... 31

2.3.5 Pengaruh Audit Tenure terhadap Auditor Switching secara Voluntary ... 32

2.4 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 33

3.2.1 Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 34

3.2.2 Variabel Bebas (Independent Variable) ... 34

(12)

vii

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.3.1 Populasi Penelitian ... 38

3.3.2 Sampel Penelitian ... 39

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.6. Teknik Analisis Data ... 41

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 41

3.6.2. Analisis Regresi Logistik ... 42

3.6.2.1 Menguji Kelayakan Model Regresi ... 43

3.6.2.2 Menguji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) 44 3.6.2.3 Koefisien Determinasi(Nagelkerke’s R Square) 45 3.6.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 45

3.6.3.1 Pengujian Simultan (Uji F) ... 45

3.6.3.2 Pengujian Parsial (Uji t) ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Penelitian... 47

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 47

4.3 Analisis Regresi Logistik ... 51

4.3.1 Menilai kelayakan Model Regresi ... 51

4.3.2 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 52

4.3.3 Pengujian Koefisien Determinasi ( ) ... 54

4.4 Model Regresi Logistik yang Terbentuk... 54

4.5 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 56

4.5.1 Hasil Uji Simultan (Uji Omnibus) ... 56

4.5.2 Hasil Uji Parsial (Uji Wald) ... 58

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

4.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Auditor Switching ... 59

4.6.2 Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Auditor Switching ... 60

4.6.3 Pengaruh Financial Distress Terhadap Auditor Switching ... 61

4.6.4 Pengaruh Opini Audit Terhadap Auditor Switching .... 62

4.6.5 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Auditor Switching .. 62

4.6.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen, financial Distress, Opini Audit dan Audit Tenure Terhadap Auditor Switching ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Keterbatasan ... 66

5.3 Saran….. ... 66

DAFTAR PUSTAKA………. ... 68

LAMPIRAN………. ... 72

(13)

viii DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Research Gap ... 9

2.1 Ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Auditor Switching ... 24

3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian 37 3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 40

4.1 Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan, Financial Distress, Audit Tenure ... ... 48

4.2 Pergantian Manajemen ... 49

4.3 Opini Audit ... 50

4.4 Auditor Switching ... 50

4.5 Hosmer and Lemeshow Test ... 51

4.6 Nilai -2 Log likehood (-2 LL Awal) ... 52

4.7 Nilai -2 Log likehood (-2 LL Akhir) ... 53

4.8 Nagelkerke R Square ... 54

4.9 Model Regresi Logistik yang Terbentuk... 55

4.10 Uji Signifikansi Model secara Simultan ... 57

(14)

ix DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 1.1 Grafik Fenomena Auditor Switching ... 7 2.1 Kerangka Konseptual ... 29

(15)

x DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 72 2 Daftar Perusahaan yang Melakukan Auditor Switching

pada 2013-2017 ... 75 3 Data Variabel Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen,

Financial Distress, Opini Audit dan Audit Tenure Tahun

2013 ... 77 4 Data Variabel Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen,

Financial Distress, Opini Audit dan Audit Tenure Tahun

2014 ... 78 5 Data Variabel Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen,

Financial Distress, Opini Audit dan Audit Tenure Tahun

2015 ... 79 6 Data Variabel Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen,

Financial Distress, Opini Audit dan Audit Tenure Tahun

2016 ... 80 7 Data Variabel Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen,

Financial Distress, Opini Audit dan Audit Tenure Tahun

2017 ... 81

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menginformasikan mengenai keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Informasi ini dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan seperti investor, kreditor, pemasok, dan pemerintah.

Laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen sendiri berpotensi dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan pribadi. Oleh sebab itu, laporan keuangan harus disajikan secara wajar dan andal, sehingga dibutuhkan profesi akuntan publik sebagai profesi yang menjamin kualitas dari laporan tersebut.

Akuntan publik adalah seorang akuntan yang mendapatkan izin dari Menteri Keuangan guna memberikan layanan jasa akuntan publik di Indonesia. Seorang akuntan harus menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai asosiasi profesi akuntan publik yang telah diakui oleh pemerintah agar bisa mengaudit laporan keuangan. Akuntan publik bertanggung jawab untuk memberikan penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk opini. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan yaitu “Opini wajar tanpa pengecualian atau unqualified opinion, opini wajar tanpa pengecualian dengan

(17)

2 paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan atau unqualified opinion with explanatory language, opini wajar dengan pengecualian atau qualified opinion, opini tidak wajar atau adverse opinion, dan tidak memberikan opini atau disclaimer opinion”.

Seorang akuntan publik sebagai penilai terhadap kewajaran suatu laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan harus bersifat independen.

Independen ini bermakna bahwa auditor tidak mudah dipengaruhi, sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya selama proses pelaksanaan audit. Menurut Arens et al (2008) menyatakan bahwa independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu independence in fact dan independence in appearance. Independence in fact berarti kemampuan auditor untuk mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan jasa profesional, sedangkan independence in appearance berarti kemampuan auditor untuk mempertahankan sudut pandang yang tidak bias dimata orang lain.

Independensi seorang auditor juga dibutuhkan untuk menghindari

“hubungan yang lebih” antara auditor dengan klien (perusahaan yang diaudit).

Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut memiliki hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen (Rahayu dan Suhayati, 2009). Kecurigaan semakin bertambah disaat selama ini kantor akuntan publik juga diberikan kebebasan untuk memberikan jasa non-audit kepada klien yang mereka audit. Pemberian jasa ini

(18)

3 yang membuat kantor akuntan publik semakin memiliki ketergantungan secara financial terhadap kliennya (Wijayanti, 2010).

Beberapa bukti kasus yang berawal dari skandal Enron pada tahun 2001 di Amerika Serikat yang diaudit oleh KAP Arthur Andersen yang tidak dapat mempertahankan sikap independensinya dimana Board of director membiarkan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa diakses oleh pihak internal perusahaan, termasuk dalam praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik. Laba dalam laporan keuangan Enron dicatat overstated oleh staf akuntan Enron yang merupakan mantan auditor di KAP Arthur Andersen sementara KAP Arthur Andersen menjadi auditor eksternal atas laporan keuangan tersebut. Enron diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen selama 16 tahun sejak 1985. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan kerja yang panjang antara KAP dan klien yang memungkinkan terciptanya suatu resiko berlebihan keakraban (excessive familiarity) yang mempengaruhi independensi KAP.

Kasus yang sama juga terjadi di Indonesia, PT Aqua Golden Mississippi.

Perusahaan ini diaudit oleh KAP Utomo dan KAP Prasetio Utomo yang mana kedua KAP ini adalah KAP yang sama sejak tahun 1989-2001. Tahun 2002 mereka pindah ke KAP Prasetio Utomo yang bubar dan menggabungkan diri ke KAP Sarwoko dan Sanjaya, sebagian orang berpendapat bahwa KAP yang baru ini (yang berafiliasi ke Ernst & Young) adalah kelanjutan dari KAP yang pertama

(19)

4 (Arthur Andersen), sehingga bisa dikatakan bahwa selama 14 tahun PT Aqua Golden Mississippi diaudit oleh satu KAP.

Hal yang sama terjadi juga pada PT BAT Indonesia yang hanya memiliki satu auditor yaitu kantor akuntan yang sama dengan berafiliasi ke PWC (Price Waterhouse Coopers) sekarang ini, walaupun KAP tersebut berganti nama beberapa kali sejak tahun 1979 hingga 2004, artinya selama 25 tahun mereka tidak pernah mengganti auditor.

Isu independensi sering digunakan sebagai alasan untuk melakukan pergantian auditor (Auditor Switching). Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK06/2003 menyatakan bahwa perusahaan diharuskan melakukan pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sudah mendapatkan penugasan audit selama lima tahun berturut-turut. Ketentuan mengenai akuntan publik ini telah diperbarui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK01/2008 mengenai “Jasa Akuntan Publik”.

Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik maksimal enam tahun buku berturut-turut dan oleh seseorang Akuntan Publik maksimal tiga tahun buku berturut-turut, namun pada tanggal 6 April 2015 pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik (PP20/2015). Peraturan ini menjelaskan bahwa tidak ada lagi batasan bagi KAP untuk memberikan jasa audit, untuk Akuntan Publik diperbolehkan memberikan jasa audit selama lima tahun buku berturut-turut.

(20)

5 Ruroh dan Rahmawati (2016) menanggapi peraturan mengenai auditor switching guna menjaga independensi Auditor, terdapat beberapa pihak yang berpendapat bahwa adanya auditor switching secara wajib akan mengeluarkan kerugian yang cenderung lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh. Para pihak tersebut berpendapat bahwa kualitas audit cenderung menurun karena auditor tidak familiar dengan industri klien. Nasser et al (2006) mengungkapkan bahwa auditor switching akan mengakibatkan meningkatnya biaya audit.

Peningkatan biaya audit tersebut terjadi karena besarnya biaya start-up audit untuk memahami ligkungan bisnis klien, di sisi lain auditor switching juga menyebabkan ketidaknyamanan karyawan karena auditor akan menanyakan berbagai hal untuk memahami lingkungan bisnis klien.

Auditor Switching dapat terjadi secara wajib sesuai dengan regulasi (mandatory) dan faktor lain atau sukarela (voluntary). Dikatakan mandatory apabila perusahaan mengganti akuntan publik yang telah mengaudit selama lima tahun dan hal itu tidak akan menimbulkan pertanyaan karena sesuai dengan peraturan yang berlaku atau masa yang telah berakhir, sedangkan pergantian akuntan publik secara voluntary menjadi masalah karena dilakukan walaupun perusahaan belum melewati batas audit tenure yang di tentukan. Perusahaan yang melakukan pergantian Akuntan Publik secara voluntary terkadang disebabkan karena Akuntan Publik yang tidak sejalan dengan kepentingan manajemen perusahaan. Terjadinya pergantian Akuntan Publik mempengaruhi pihak eksternal perusahaan termasuk investor sehingga perlu diketahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pergantian Akuntan Publik.

(21)

6 Auditor memegang peranan penting dalam mengurangi risiko informasi sebagai alasan utama dalam hal ekonomi di balik permintaan jasa audit. Auditor dapat dikatakan sebagai peran utama dalam konflik yang besar ketika menjalankan tugasnya karena mereka mencoba untuk menjaga norma-norma profesional dan harus mempertimbangkan keinginan manajer di waktu yang sama (Chi MK dan Ho SS, 1999). Oleh karena itu, jika auditor memiliki pendapat yang berbeda dengan manajer, hal itu akan menyebabkan konflik kepentingan di antara mereka. Sebagai hasilnya, manajer akan memutuskan untuk menghapus auditor yang sedang ditugaskan dan menggantinya dengan auditor yang baru (Ismail, 2008).

Auditor Switching secara voluntary disebabkan oleh dua hal yaitu auditor di pecat oleh kliennya atau auditor mengundurkan diri (Febrianto, 2009). PT Bakrie

& Brothers Tbk, salah satu anak usaha tertua dari Bakrie Group yang bergerak di bidang usaha invetasi dan atau divestasi pada perusahaan-perusahaan lain, telah mengukir berbagai prestasi dan mengantarkan perusahaan menjadi salah satu perusahaan investasi terkemuka di Indonesia. PT Bakrie & Brothers Tbk, dalam kurun waktu 5 tahun telah melakukan pergantian KAP sebanyak 4 kali. Pada tahun 2013, PT Bakrie & Brothers Tbk menggunakan KAP Tjiendradjaja &

Handoko Tomo. Kemudian pada tahun 2014, PT Bakrie & Brothers Tbk berpindah ke KAP Handoko Tomo Samuel Gunawan & Rekan. Pada tahun 2015, PT Bakrie & Brothers Tbk kembali menggunakan KAP Tjiendradjaja & Handoko Tomo. Pada tahun 2016, PT Bakrie & Brothers Tbk berpindah lagi ke KAP Tomo

(22)

7 Samuel Gunawan & Rekan dan pada tahun 2017, PT Bakrie & Brothers Tbk berpindah ke KAP Y. Santosa & Rekan.

PT Tempo Inti Media Tbk juga melakukan pergantian KAP yaitu 4 kali selama 7 tahun. Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari www.idx.co.id, PT Tempo Inti Media Tbk menggunakan KAP Drs. Bambang Sudaryono & Rekan pada tahun 2011 dan menggantinya dengan KAP Hendrawinata Eddy Siddharta &

Tanzil untuk periode 2012-2014. Kemudian pada tahun 2015, PT Tempo Inti Media Tbk melakukan pergantian ke KAP Herman Dody Tanumihardja & Rekan.

Pada tahun 2016, PT Tempo Inti Media Tbk kembali menggunakan KAP Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil dan pada tahun 2017, PT Tempo Inti Media Tbk melakukan perpindahan lagi ke KAP Kanaka Puradiredja, Suhartono.

Selain itu, terdapat fenomena Auditor Switching yang dilakukan perusahaan- perusahaan perdagangan, jasa dan investasi pada tahun 2013-2017 :

Gambar 1.1

Grafik Fenomena Auditor Switching

Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2013-2014 sebesar 13,3% perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang melakukan auditor

13,3%

10,0%

12,5%

14,2%

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

12,0%

14,0%

16,0%

2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017

Persentase rata-rata perusahaan

perdagangan, jasa dan investasi yang

melakukan Auditor Switching secara voluntary

(23)

8 switching secara voluntary, artinya ada 16 perusahaan dari 120 perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang melakukan auditor switching secara voluntary, pada tahun 2014-2015 sebesar 10% yang artinya ada 12 perusahaan yang melakukan auditor switching secara voluntary, pada tahun 2015-2016 sebesar 12,5% yang artinya ada 15 perusahaan yang melakukan auditor switching secara voluntary dan pada tahun 2016-2017 sebesar 14,2% yang artinya ada 17 perusahaan yang melakukan auditor switching secara voluntary. Fenomena auditor switching secara voluntary memberikan pemahaman kepada peneliti bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching.

Dalam penelitian terdahulu seperti yang pernah dilakukan oleh peneliti lainnya seperti Hudaib dan Cooke (2005), Nasser, dkk. (2006), Sinarwati (2010), Chadegani, dkk. (2011), Pratini dan Astika (2013), Olivia (2014), Luthfiyati (2016), Ruroh dan Rahmawati (2016), Fakhri, dkk. (2018) dan Sari, dkk. (2018), terdapat berbagai faktor penyebab suatu perusahaan memilih untuk melakukan auditor switching yaitu, pergantian manajemen, financial distress, opini audit, ukuran KAP, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit fee, ukuran perusahaan, reputasi auditor, audit tenure dan audit delay.

Adanya perbedaan pendapat mengenai faktor apa yang sebenarnya mempengaruhi pergantian auditor (KAP) pada perusahaan di Indonesia menarik untuk diteliti. Selain itu, terdapat research gap dari beberapa penelitian yang dilakukan. Research gap merupakan kesenjangan atau perbedaan-perbedaan yang

(24)

9 terjadi pada hasil penelitian. Adapun peneliti merangkum research gap berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya akan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1.1

Research Gap Auditor Switching

Variabel Dependen

Variabel Independen

Pengaruh Peneliti Sebelumnya

Auditor Switching

Ukuran Perusahaan

Berpengaruh (+) Luthfiyati (2016) Tidak Berpengaruh Fakhri, dkk. (2018)

Pergantian Manajemen

Berpengaruh (+) Ruroh dan Rahawati (2016) Pratini dan Astika (2013) Berpengaruh (-) Luthfiyati (2016) Tidak Berpengaruh Sari, dkk. (2018)

Financial Distress

Berpengaruh (+) Pratini dan Astika (2013) Berpengaruh (-) Ruroh dan Rahawati (2016) Tidak Berpengaruh Sari, dkk. (2018)

Opini Audit

Berpengaruh (+) Sari, dkk. (2018) Luthfiyati (2016) Berpengaruh (-) Fakhri, dkk. (2018) Tidak Berpengaruh Pratini dan Astika (2013)

Audit Tenure Berpengaruh (+) Luthfiyati (2016) Tidak Berpengaruh Olivia (2014)

Ketidakkonsistenan hasil penelitian yang berbeda-beda tersebut juga memotivasi peneliti untuk meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Luthfiyati (2016) yang menggunakan hampir seluruh variabel penelitian tersebut. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial distress, opini audit dan audit tenure. Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017.

(25)

10 Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pergantian Manajemen, Financial Distress, Opini Audit dan Audit Tenure terhadap Auditor Switching”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini ingin menguji kembali faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di BEI melakukan auditor switching, sehingga perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial distress, opini audit dan audit tenure berpengaruh terhadap auditor switching baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial distress, opini audit dan audit tenure terhadap auditor switching baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

(26)

11 1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi profesi Akuntan Publik

Menjadi bahan informasi untuk profesi akuntan publik tentang auditor switching yang dilakukan perusahaan.

2. Bagi Regulator

Menjadi salah satu sumber bagi pembuat regulasi yang berkaitan dengan praktik auditor switching oleh perusahaan go public.

3. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai auditor switching.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai auditor switching.

(27)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pada bagian landasan teori ini akan diuraikan teori yang menjadi dasar dari penelitian ini dan penelitian terdahulu yang juga mendukung dalam perumusan hipotesis, dan nantinya akan membantu dalam menganalisis hasil yang didapat.

2.1.1 Teori Agensi

Dalam teori keagenan menyatakan bahwa agency relationship merupakan suatu hubungan kerja yang terdapat satu orang ataupun lebih sebagai pemegang saham (principal) yang selanjutnya akan menunjuk pihak lain atau manajemen (agent) untuk dapat memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan atas nama pemegang saham (Luthfiyati, 2016).

Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Konflik keagenan disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan dan informasi asimetri antara principal dan agent. Di satu pihak pemegang saham menginginkan pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka, dalam hal ini pendapatan dividen yang besar. Namun di lain pihak, manajemen menginginkan adanya tambahan kompensasi ataupun bonus untuk menambah kepuasan mereka.

Messier, et. al.(2006:7) menjelaskan bahwa hubungan keagenan mengakibatkan munculnya dua permasalahan yaitu :

(28)

13 1) Terjadinya informasi asimetris (Information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas daripada pemilik.

2) Terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.

Asimmetric Information (AI), yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent. Dalam hal ini prinsipal seharusnya memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat hasil yang diperoleh dari usaha agent, namun ternyata informasi tentang ukuran keberhasilan yang diperoleh oleh principal tidak seluruhnya disajikan oleh agent.

Akibatnya informasi yang diperoleh principal kurang lengkap sehingga tetap tidak dapat menjelaskan kinerja agent yang sesungguhnya dalam mengelola kekayaan principal yang dipercayakan kepada agent, Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat menimbulkan dua permasalahaan yang disebabkan adanya kesulitan principal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agent.

Masalah agensi tersebut dapat dikurangi dengan melakukan perikatan dengan auditor independen agar kepentingan investor dan manajer sejalan.

Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak pemegang saham (principal) dengan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan. Auditor sebagai pihak yang independen dibutuhkan untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen untuk memastikan apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham melalui laporan keuangan. Tugas auditor adalah memberikan opini

(29)

14 atas kewajaran laporan keuangan tersebut. Selain itu, auditor juga mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan dengan memberikan kualitas audit yang baik.

Teori agensi ini menunjukkan bahwa auditor switching merupakan berita yang tidak menguntungkan bagi investor dan perusahaan. Perusahaan memiliki insentif lebih untuk menghindari berita yang tidak menguntungkan bila biaya agensi tinggi. Hal ini menjelaskan mengapa beberapa perusahaan memilih untuk tidak melakukan auditor switching bahkan setelah mereka harus menyajikan laporan keuangan mereka.

2.1.2 Teori Sinyal

Teori sinyal atau signalling theory dikembangkan oleh Ross tahun 1977 yang menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar saham perusahaannya meningkat. Hal positif dari teori sinyal adalah perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan pada pasar keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan, yang kinerja masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney, 2001).

Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaan ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers. Sementara itu, pihak luar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat

(30)

15 memberi sinyal yang meyakinkan, maka publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas. Jadi, dapat disumpulkan karena adanya asimetri informasi, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting (Atmaja, 2008:

14).

Peneliti terdahulu difokuskan pada teori sinyal serta peran informasi pilihan auditor untuk menjelaskan mengapa klien melakukan auditor switching. “Teori sinyal menyatakan bahwa klien melakukan auditor switching ketika mereka ingin menyampaikan sinyal kepada publik mengenai kualitas dan keandalan laporan keuangan mereka dan hal ini juga berkaitan dengan jenis auditor yang terlibat” (Bagherpour, dkk. 2010) maka, apabila sinyal yang akan disampaikan adalah sinyal buruk (bad news), perusahaan cenderung akan mengganti auditornya dengan auditor yang dianggap dapat membantu perusahaan memberikan sinyal baik kepada calon investor (Priskila, 2018).

2.1.3 Peraturan Jasa Akuntan Publik

Indonesia adalah salah satu negara yang telah mengatur kewajiban rotasi auditor atau auditor switching dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002) peraturan ini menyatakan “bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama

(31)

16 untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut”. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” yaitu

“pemberian jasa audit umum menjadi 6 (enam) tahun berturut-turut oleh kantor akuntan dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1), akuntan publik (AP) dan kantor akuntan (KAP) dapat menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jassa audit kepada klien tersebut (pasal 3 ayat 2 dan 3)”.

Peraturan tersebut juga kembali mengalami revisi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2015 mengenai pembatasan jasa audit, dimana pemberian jasa audit terhadap suatu entitas oleh Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut (pasal 10 ayat 1), Akuntan Publik dapat memberikan kembali jasa audit kepada klien yang sama setelah 2 (dua) tahun buku berturut-turut tidak mendapat penugasan. Meskipun telah diterbitkan Peraturan Pemerintah terbaru, penelitian ini tetap menggunakan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 karena periode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode 2013-2017, sebelum dan sesudah Peraturan Menteri Keuangan yang baru diberlakukan.

2.1.4 Auditor Switching

Auditor switching merupakan perpindahan atau pergantian auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Pergantian auditor dibedakan menjadi dua macam yaitu wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Hal ini dibedakan berdasarkan pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu

(32)

17 tersebut. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, maka perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009).

Ketika klien mengganti auditornya pada saat tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan (voluntary), maka kemungkinan yang terjadi adalah auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien.

Apapun yang akan terjadi, perhatian utama adalah alasan apa saja yang mendasari terjadinya auditor switching tersebut dan kemana klien tersebut akan berpindah auditor. Jika alasan pergantian tersebut karena adanya ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.

Sebaliknya, ketika pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi tenure, seperti di Indonesia, maka perhatian pada sisi auditor.

Pada pergantian wajib, yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan.

Ketika klien mencari auditor yang baru, maka pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar dibandingkan dengan informasi yang dimiliki auditor yang kemungkinan besar akan lebih mudah untuk sepakat tentang praktik akuntansi mereka. Sementara itu, auditor bisa jadi tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika kemudian auditor bersedia menerima klien baru, maka hal ini bisa terjadi karena auditor telah memiliki informasi yang cukup tentang klien baru itu atau auditor melakukannya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial.

Willenborg (1999) dalam Johari berpendapat bahwa audit independen harus melayani dua peran dalam proses pelaporan keuangan perusahaan;

(33)

18 penyedia jaminan dan perantara informasi. Seorang auditor berkualitas tinggi harus memiliki independensi (hubungan), keahlian yang cukup (teknik), dan integritas yang baik (kejujuran dan keterusterangan). Dalam arti luas, independensi auditor meliputi keahlian dan integritas. Biasanya, kualitas audit dianggap sepadan dengan ukuran perusahaan audit, misalnya KAP yang besar harus memiliki independensi yang lebih tinggi dan memiliki keahlian industrial dan sumber daya yang lebih sehingga mereka dapat memberikan kualitas yang lebih baik dalam jasa audit.

Meskipun demikian, banyak peneliti setuju bahwa investor dan pelaku pasar lainnya biasanya akan merasakan pergantian auditor sebagai sinyal negatif karena mereka percaya bahwa perusahaan dengan pergantian auditor dapat menjadi lebih agresif dalam pelaporan keuangan yang harus menjadi lebih “noise” dalam angka akuntansi yang dilaporkan, hal ini dapat mengurangi kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. Akibatnya, pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pergantian auditor, seperti menekan harga saham perusahaan atau meningkatkan biaya modal perusahaan. Dengan demikian, terdapat biaya yang tinggi untuk sebuah perusahaan yang terdaftar untuk pergantian auditor tersebut. Sebagai contoh, perusahaan harus mengeluarkan biaya negoisasi auditor baru perlu waktu untuk membiasakan diri dengan operasi dan pengendalian internal pada perusahaan dan investor akan merespon negatif pergantian auditor tersebut (Johari, 2015).

Secara teori, pergantian auditor dapat mengambil bentuk berbeda, yaitu pergantian ke KAP yang lebih kecil atau beralih ke KAP yang lebih

(34)

19 besar. Banyak penelitian menegaskan bahwa beralih ke KAP yang mempunyai kualitas lebih kecil atau lebih rendah akan menghasilkan respon negatif dari investor dan pelaku pasar lainnya. Namun di lain pihak dalam bentuk pergantian auditor, karena KAP lebih besar daripada KAP sebelumnya, kualitas audit harus mengalami peningkatan sedangkan kemugkinan manajemen laba atas perilaku tunneling harus dikurangi.

Mardiyah (2002:8) menyatakan bahwa “terdapat dua faktor yang menyebabkan perusahaan berpindah KAP, yaitu faktor klien (Client-related Factors), seperti : kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO), dan faktor auditor (Auditor-related factors), yaitu : audit fee dan kualitas audit”.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan (SIZE) klien merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar, menurut Saiful dan Erlina (2010) dalam Wijayani (2011).

Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak pula perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat. Laporan keuangan suatau perusahaan juga akan selaras dengan besar kecilnya ukuran perusahaan tersebut. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001) yang dikutip oleh Wijayani (2011) menjelaskan bahwa, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran mengenai semua hal yang

(35)

20 material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Penerapan auditor switching di Indonesia umumnya memiliki hubungan searah antara klien dan KAP nya. Dalam artian, ukuran klien yang kecil atau klien yang memiliki total aset yang kecil, cenderung menggunakan KAP yang kecil pula, sedangkan klien yang besar atau klien yang memiliki total aset yang besar akan menggunakan KAP yang besar atau KAP The Big four (Pratitis, 2012).

2.1.6 Pergantian Manajemen

Pergantian auditor dapat juga disebabkan adanya pergantian manajemen yang baru. Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau direksi berhenti karena kemauan sendiri.

Wibowo (2012:109) menyatakan bahwa masuknya orang baru, CEO atau manajer, dapat dipakai sebagai tanda bahwa cara lama perlu berubah yang diikuti dengan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan serta dalam hal pemilihan KAP. Perusahaan akan selalu memilih auditor yang mampu memberikan hasil audit terbaik yang dapat menguntungkan bagi pihak perusahaan dan juga bagi para pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan.

2.1.7 Financial Distress

Financial Distress (FININD) atau kesulitan keuangan merupakan suatu keadaan dimana perusahaan mengalami kondisi yang tidak sehat ataupun kesulitan keuangan terutama dalam memenuhi kewajibannya

(36)

21 sehingga dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan. Pada situasi tertentu perusahaan mungkin akan mengalami kesulitan keuangan yang ringan seperti mengalami kesulitan likuiditas. Jika tidak diselesaikan dengan benar, kesulitan kecil tersebut bisa berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar dan bisa sampai mengalami kebangkrutan. Menurut Candrawati (2008:11) bahwa, perusahaan yang mengalami financial distress ditandai dengan adanya pemberhentian tenaga kerja atau hilangnya pembayaran dividen dan arus kas yang lebih kecil daripada hutang jangka panjang.

Masalah kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan bisa menjadi berita buruk bagi para stakeholder yang akan mempertanyakan tentang kelangsungan hidup perusahaan. Sebagian besar perusahaan yang sedang dalam kesulitan keuangan mengalami kerugian selama beberapa tahun dan mempunyai leverage yang sangat tinggi dan akan mendapatkan opini qualified dan hal ini akan berpengaruh terhadap pergantian auditor (Sari, dkk. 2018).

2.1.8 Opini Audit

Opini audit didefinisikan sebagai pendapat yang dikeluarkan oleh auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Opini audit bagi pengguna laporan keuangan eksternal seperti investor sangat bermanfaat dan dapat dijadikan dasar didalam pngambilan keputusan untuk berinvestasi.

Guy, dkk. (2002:11) menyatakan bahwa “akhir dari audit laporan keuangan adalah pada saat auditor mengkomunikasikan hasil temuannya kepada pengguna melalui laporan audit yang menyatakan pendapat auditor atas

(37)

22 laporan keuangan klien”. Laporan audit ini menguraikan secara umum apa yang telah dilakukan auditor dan apa yang ditemukan oleh auditor.

Menurut Standar Audit dalam IAPI (2013) terdapat 2 jenis opini dalam audit yang diterbitkan oleh auditor yaitu :

1. Laporan audit yang berisi opini tanpa modifikasian (SA 700) Opini wajar tanpa pengecualian

Opini ini dikeluarkan jika berdasarkan hasil audit laporan keuangan telah disajikan secara wajar serta dalam semua hal yang material telah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.

2. Laporan audit yang berisi opini dengan modifikasian (SA 705) a. Opini wajar dengan pengecualian

Opini ini diberikan apabila auditor meyakini atas dasar auditnya bahwa laporan keuangan terdapat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan yang bersifat material namun tidak pervasif selain itu juga dapat diberikan apabila auditor dapat menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia juga harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke arah paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat.

b. Opini tidak wajar

Opini ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor laporan keuangan secara keseluruhan disajikan tidak secara wajar dan terdapat kesalahan yang material serta pervasif.

(38)

23 c. Pernyataan tidak memberikan pendapat

Auditor tidak mampu untuk memperoleh bukti yang cukup sebagai dasar untuk opini audit.

Menurut sembiring (2015) opini audit yang dikeluarkan oleh auditor biasanya mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan apakah perusaaan akan tetap memakai jasa kantor akuntan publik tersebut atau mengantinya.

Hal ini disebabkan karena perusahaan mengharapkan opini yang dikeluarkan oleh auditor ialah opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Jika perusahaan mendapatkan opini audit diluar opini wajar tanpa pengecualian dari auditor, maka perusahaan cenderung akan melakukan auditor switching.

2.1.9 Audit Tenure

Audit tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Lamanya perikatan audit dengan klien, Shockley (1981) dalam Luthfiyati (2016), menyatakan bahwa seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi auditor. Karena semakin lama hubungan auditor dengan kliennya akan menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat dan jika hal ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak independen.

(39)

24 Panjang masa perikatan audit secara positif dipengaruhi oleh jenis perusahaan audit. Dengan kata lain bahwa perusahaan-perusahaan audit yang besar seperti Big 4 akan memiliki masa perikatan audit yang panjang dibandingkan perusahaan audit yang kecil seperti non Big 4. Perbedaan panjang masa perikatan ini dapat mengganggu independensi auditor.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Auditor Switching sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti di beberapa negara dengan variabel penelitian dan kurun waktu yang berbeda.

Tabel 2.1

Ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Auditor Switching (Y)

No Peneliti/

Tahun

Variabel Independen (X)

Hasil Penelitian Terhadap Auditor Switching

1. Hudaib dan Cooke (2005)

Pergantian Manajemen Pergantian manajemen, financial distress dan opini audit berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Financial Distress

Opini Audit

2. Nasser, dkk.

(2006)

Ukuran Klien Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Ukuran klien, ukuran KAP dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Ukuran KAP

Pertumbuhan Perusahaan

Financial Distress

3. Sinarwati

(2010) Opini Going Concern Opini Going Concern dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Pergantian manajemen dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Pergantian Manajemen

Reputasi Auditor

Financial Distress

4. Chadegani, dkk.

(2011)

Audit Quality Variabel audit quality berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Variabel lainnya tidak berpengaruh auditor switching.

Pergantian Manajemen

Ukuran Klien

Qualified Audit Opinion

Audit fee

Financial Distress

(40)

25 Sumber: Review dari berbagai penelitian.

Hudaib dan Cooke (2005) meneliti perusahaan yang tercatat tahun 1986 dan 1995 di UK, digunakan variabel kontrol pergantian manajemen, financial distress dan opini audit. Semua variabel yang digunakan dalam penelitiannya didapati

No Peneliti/

Tahun

Variabel Independen (X)

Hasil Penelitian Terhadap Auditor Switching

5. Pratini dan Astika (2013)

Pergantian Manajemen Variabel pergantian manajemen dan financial distress berpengaruh positif dan signifikan pada terjadnya pergantian auditor. Variabel opini auditor dan ukuran KAP tidak mendukung pada terjadinya pergantian auditor.

Financial Distress

Opini Audit

Ukuran KAP

6. Olivia (2014) Reputasi Auditor Reputasi auditor, pergantian manajemen berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Opini going concern, financial distress, audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Pergantian Manajemen

Opini Going Concern

Financial Distress

Audit Tenure

7. Luthfiyati (2016)

Ukuran Perusahaan Variabel ukuran perusahaan, opini audit, ukuran KAP dan audit tenure berpengaruh positif yang signifikan terhadap auditor switching. Sedangkan untuk pergantian manajemen berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

Opini Audit

Pergantian Manajemen

Ukuran KAP

Audit Tenure

8. Ruroh dan Rahmawati (2016)

Pergantian Manajemen Variabel pergantian manajemen dan audit delay berpengaruh positif dan signifikan terhadap auditor switching. Sedangkan variabel financial distress dan ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap auditor switching.

Financial Distress

Ukuran KAP

Audit Delay

9. Fakhri, dkk.

(2018)

Opini Audit Variabel opini audit berpengaruh negatif terhadap auditor switching, sementara itu ukuran kantor akuntan publik dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap auditor switching.

Ukuran KAP

Ukuran Perusahaan

10. Sari, dkk.

(2018)

Opini Audit Variabel opini audit secara signifikan dengan arah positif berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan variabel audit delay, financial distress dan pergantian manajemen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching.

Audit Delay

Financial Distress

Pergantian Manajemen

Sambungan tabel 2.1

(41)

26 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan auditor switching.

Nasser, dkk (2006) melakukan penelitian di Kuala Lumpur Exchange Stock mengenai Auditor-Client Relationships: The Case of Audit Tenure and Auditor Switching in Malaysia dengan menggunakan variabel ukuran klien, ukuran KAP, pertumbuhan perusahaan dan financial distress. Hasil penelitian mendapati bahwa hanya pertumbuhan perusahaan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan auditor switching. Variabel ukuran klien, ukuran KAP dan financial distress mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan auditor switching secara signifikan.

Sinarwati (2010) dalam penelitiannya menggunakan empat variabel sebagai fokus penelitian pada perusahaan Manufaktur yang mana hanya pergantian manajemen dan financial distress yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan auditor switching dalam perusahaan. Untuk variabel opini going concern dan reputasi auditor tidak mempengaruhi perusahaan untuk melakukan auditor switching.

Chadegani, dkk. (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya auditor switching pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange, Irak. Penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel kualitas audit yang memiliki pengaruh terhadap terjadinya pergantian kantor akuntan publik.

Sedangkan pergantian manajemen, opini audit, ukuran klien, financial distress dan fee audit tidak berpengaruh signifikan.

Pratini dan Astika (2013) meneliti fenomena pergantian auditor di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pergantian

(42)

27 manajemen dan financial distress berpengaruh positif dan signifikan pada terjadinya pergantian auditor. Variabel opini auditor dan ukuran KAP tidak mendukung pada terjadinya pergantian auditor.

Olivia (2014) menguji secara empiris opini going concern, reputasi KAP, financial distress, audit tenure dan pergantian manajemen terhadap auditor switching. Reputasi auditor dan pergantian manajemen berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan opini going concern, financial distress dan audit tenure tidak berpengaruh terhadap auditor switching.

Luthfiyati (2016) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur menggunakan lima variabel. Berdasarkan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, opini audit, ukuran KAP dan audit tenure berpengaruh positif yang signifikan terhadap auditor switching, sedangkan untuk pergantian manajemen berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

Ruroh dan Rahmawati (2016) dalam penelitiannya menggunakan variabel pergantian manajemen, kesulitan keuangan, ukuran KAP dan audit delay, dari keempat variabel tersebut didapati bahwa variabel pergantian manajemen dan audit delay berpengaruh positif dan signifikan terhadap auditor switching.

Sedangkan variabel kesulitan keuangan dan ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap auditor switching.

Fachri, dkk. (2018) melakukan penelitian pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel opini audit berpengaruh negatif terhadap auditor switching, sementara itu ukuran kantor akuntan publik dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap auditor switching.

(43)

28 Sari, dkk. (2018) dalam penelitiannya menggunakan variabel opini audit, audit delay, financial distress dan pergantian manajemen. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa opini audit secara signifikan dengan arah positif berpengaruh terhadap voluntary auditor switching, sedangkan variabel audit delay, financial distress dan pergantian manajemen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap voluntary auditor switching.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan urutan teoritis dan tinjauan peneliti terdahulu, maka variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial distress, opini audit dan audit tenure serta variabel dependennya yaitu auditor switching. Hubungan antara ukuran perusahaan, pergantian manajemen, financial distress, opini audit dan audit tenure dapat digambarkan dalam kerangka pada gambar 2.1.

(44)

29 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Auditor Switching secara Voluntary

Ukuran Perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat diukur dengan total aset, nilai penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain. Umumnya, perusahaan dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan total aset, yaitu : perusahaan besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil (Buchari dan Marita, 2014).

Ukuran perusahaan audit harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien dan jenis layanan yang dibutuhkan agar sesuai. Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan

Auditor Switching

( Y ) Ukuran Perusahaan

( )

Pergantian Manajemen ( )

Financial Distress ( )

Opini Audit ( ) Audit Tenure

( )

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar

Tabel 4.4  Auditor Switching
Tabel 4.8  Nagelkerke R Square

Referensi

Dokumen terkait

dipaparkan oleh narasumber (tim pelaksana PKM) dipaparkan secara berurutan dan berpe- doman pada tujuan pelatihan yaitu merancang media pembelajaran audio visual berbasis IT

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul

3. Masih terdapat fanatisme ke- agamaan pada beberapa warga masyarakat Bulu, sehingga mereka tidak mau ikut serta dalam kegiatan pendidikan Is-.. lam yang diselenggarakan

14 KEPUTUSAN KAPOLRI NO.POL.KEP/491/VIII/2012 PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG POLRI KEPADA ASSARPRAS KAPOLRI DAN PARA KAPOLDA UNTUK DAN ATAS NAMA KAPOLRI MENGUSULKAN DAN

Bagi calon karyawan yang telah memenuhi persyaratan akan dihubungi oleh pincap toko supaya datang ketoko pada hari berikutnya untuk tes wawancara, karyawan yang

Dalam kaitannya dengan perancangan, tata hijau atau planting design merupakan satu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar. Penataan dan

Pola kemitraan inti-plasma, yaitu pengusaha besar industri pengolahan hasil dan pedagang besar cabai bertindak sebagai perusahaan mitra/inti yang melakukan kemitraan dengan

Salah satu hak asasi yang dimiliki setiap orang sebagaimana yang disebutkan dalam berbagai instrumen hukum nasional dan internasional mengenai hak asasi manusia