• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMASARAN JAMUR TIRAM DI KOTA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POLA PEMASARAN JAMUR TIRAM DI KOTA DENPASAR"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

i

HASIL PENELITIAN

POLA PEMASARAN JAMUR TIRAM DI KOTA DENPASAR

OLEH

IR. NI WAYAN PUTU ARTINI, MP NIP: 19591231 198601 2002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena berkat rahmat dan karunia-NYA laporan penelitian   “   Pola   Pemasaran   Jamur   Tiram   di   Kota   Denpasar”   dapat   diselesaikan   dengan baik`

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnya dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua responden mulai dari pemasok baglog, petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, serta pihak super market, dan konsumen akhir yang telah membantu peneliti dalam memberikan data dan informasi yang terkait dengan pemasaran Jamur Tiram di Kota Denpasar.

Penulis menyadari sebelumnya bahwa penelitian ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para pembaca Penulis mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Desember 2016 Penulis

(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN  SAMPUL        ………. i

KATA  PENGANTAR……….. ii

DAFTAR  ISI    ……….. iii

BAB  I.    PENDAHULUAN        ………. 1

1.1    Latar  Belakang        ………. 1

1.2    Tujuan  Penelitian      ……… 5

1.3    Manfaat  Penelitian        ……….. 5

BAB    II.    TINJAUAN  PUSTAKA      ………. 6

2.1    Jamur  Tiram      ……… 6

2.2  Pentingnya  Pemasaran        ………. 6

2.3.    Menejemen  Pemasaran    ……… 9

2.4.    Analisis  Pemasaran  dan  Analisis  Rantai  Nilai    ……… 10

BAB  III.    METODE  PENELITIAN        ……….. 14

3.1.    Lokasi  Penelitian      ……… 14

3.2.  Jenis  dan  Sumber  Data      ……… 14

3.3.    Populasi  dan  Sanpel        ……… 15

3.4.  Metode  Pengumpulan  Data      ……… 16

3.5.  Analisis  Data        ……….……… 16

BAB IV. HASIL  PENELITIAN  DAN  PEMBAHASAN      …… 18

4.1.    Saluran  Pemasaran      ……… 18

4.2.    Lembaga  yang  Terlibat  Dalam  Pemasaran  Jamur        ……. 19

BAB  V.    KESIMPULAN  DAN  DARAN      ………. 25

5.1.    Kesimpulan      ………. 25

5.2. Saran      ……… 26

DAPTAR  PUSTAKA      ……….. 27

(4)

1 BAB I.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jamur belakangan banyak diminati masyarakat dan menjadi trend gaya hidup yang banyak dipilih bagi orang yang mengurangi makan daging Banyak alasan yang mendasari seseorang untuk mengurangi mengkonsumsi daging antara lain alasan kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Hal ini didorong oleh suatu kondisi semakin banyaknya jenis penyakit yang muncul akibat pola makan yang tidak baik. Oleh karena itu mereka mulai berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan. Jamur merupakan salah satu bahan makanan yang mudah dibudidayakan, harganya terjangkau, dan disukai banyak orang.

Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan dan pengetahuan masyarakat akan makanan bergizi. Salah satu jenis produk hortikultura yang berkembang dalam minat masyarakat adalah mengkonsumsi jamur tiram. Komoditas ini cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat karena dapat dikonsumsi baik dalam keadaan mentah dan segar maupun dalam bentuk olahan. Tekstur jamur tiram putih digemari masyarakat karena tekstur dagingnya yang lembut dan rasanya

hampir menyerupai daging ayam serta memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berbagai macam asam amino essensial, protein, lemak, mineral, dan vitamin

(Martawijaya dan Nurjayadi 2010).

(5)

2

Sebagai tanaman sayuran, jamur tiram berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki harga yang stabil dan mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Harga jamur dapat dikatakan lebih stabil bila dibandingkan dengan sayuran lainnya, karena jamur merupakan komoditas spesifik yang penyediaannya dapat diatur sepanjang tahun (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia, 2008).

Pengembangan usaha jamur tiram dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi di Bali karena usaha ini dapat dijalankan dengan modal yang relatif kecil dan dapat dikerjakan dengan melibatkan tenaga kerja keluarga. Menurut Martawijaya dan Nurjayadi (2010), permintaan jamur tiram bukan saja datang dari pasar domestik, namun juga dari pasar luar negeri atau ekspor. Kesempatan inilah yang membuka peluang bisnis budidaya jamur tiram dan olahan yang berbahan baku jamur tiram.

Potensi pemasaran jamur tiram di Provinsi Bali cukup tinggi karena adanya kegiatan pariwisata untuk memenuhi kebutuhan hotel, restoran, swalayan dan juga dapat dipasarkan ke pasar tradisional. Oleh karena itu, jamur tiram dapat diperhitungkan sebagai komoditas andalan pada sektor agribisnis, baik penjualan dalam bentuk segar maupun olahan.

Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura memanfaatkan peluang bisnis jamur tiram dengan mengembangkan kawasan komoditas jamur tiram di wilayah Kecamatan Denpasar Utara (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar, 2011). Hal ini didasarkan pada semakin berkembangnya permintaan jamur segar dan jamur olahan dengan adanya usaha pengolahan jamur dan rumah makan yang

(6)

3

menyediakan jamur olahan. Selain itu, Pemerintah Kota Denpasar melihat peluang ini dalam memanfaatkan lahan sempit di daerah perkotaan. Dinas Pertanian Kota Denpasar melalui program hibah telah memberikan pembinaan kepada kelompok pemuda dan para petani secara kelompok. sejak tahun 2011. Tujuan program ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui usaha kreatif untuk menambah pendapatan masyarakat. Namun demikian, peluang pengembangan jamur tiram belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena kurangnya pengetahuan dan teknik budidaya jamur serta ketidakpahaman dalam pemasaran produk (Bali Post, 2011).

Pemasaran jamur tiram penting untuk diperhatikan karena menyangkut pemenuhan permintaan konsumen terhadap jamur tiram. Produsen dan pemangku kepentingan lainnya dituntut bekerjasama dalam membentuk suatu rantai pemasaran yang dimulai dari penyediaan bahan baku (baglog), hingga produk akhir sampai ke tangan konsumen akhir. Aliran produk dan informasi akan tercapai dengan baik dalam suatu rantai pemasaran yaitu aliran produk dari produsen ke konsumen (Kaplinsky 2000; Kaplinsky dan Morris 2001). Di sisi lain, bila ditinjau dari permintaan konsumen, pendekatan yang dilakukan adalah memahami rantai nilai (value chain) yaitu mengacu pada serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menghadirkan suatu produk yang diinginkan konsumen dimulai dari tahap konseptual, dilanjutkan dengan beberapa tahap produksi, hingga pengiriman ke konsumen akhir Rantai nilai terbentuk ketika semua pelaku dalam rantai tersebut bekerja sedemikian rupa sehingga memaksimalkan terbentuknya nilai sepanjang rantai tersebut (Vermeulen et al., 2008).

Pembinaan dan pengembangan jamur tiram di Kota Denpasar sudah berjalan cukup lama dan belum ada evaluasi terhadap pengembangan kegiatan

(7)

4

tersebut secara menyeluruh. Bagaimanakah pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar? Siapa saja pemangku kepentingan dalam pemasaran tersebut? Kendala- kendala apa yang dihadapi oleh pemangku kepentingan dalam pemasaran jamur tiram tersebut?

Pemasaran jamur tiram penting untuk diperhatikan karena menyangkut pemenuhan permintaan konsumen terhadap jamur tiram. Memahami produk yang diinginkan konsumen dan dipadukan dengan kemampuan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu pemasaran produk, akan memberikan gambaran keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh lembaga pemasaran dalam pemasaran jamur tiram.

Keunggulan kompetitif dalam usaha budidaya jamur tiram ini dapat dicapai apabila pemasaran yang dimulai dari penyediaan bahan baku (baglog), hingga produk akhir sampai ke tangan konsumen akhir terkelola dengan baik. Hal tersebut juga akan terlihat dari pemenuhan permintaan konsumen

Analisis pemasaran merupakan pendekatan yang tepat untuk menjaga kualitas dan kuantitas jamur tiram sesuai dengan permintaan konsumen. Adanya pengelolaan distribusi, logistik, dan pengelolaan pemasaran yang baik akan membantu mengurangi resiko kegagalan produk. Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai pemasaran jamur tiram yang ada di Kota Denpasar.

Permintaan konsumen terhadap jamur tiram segar dan olahan yang semakin meningkat akan membuka peluang kesempatan berusahatani dan berbisnis untuk menyediakan bahan baku, perluasan distribusi dan kegiatan pengolahan produk.. . Bagaimanakah pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar? Siapa saja lembaga yang terlibat dalam pemasaran tersebut? Kendala-kendala apa yang dihadapi oleh

(8)

5

pemangku kepentingan dalam pemasaran jamur tiram tersebut?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui mekanisme pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar;

2. Mengetahui lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran jamur tiram di Kota denpasar

3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh lembaga pemasaran dalam memasarkan jamur tiram di Kota Denpasar.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi pembudidaya jamur tiram untuk lebih mendalami proses pembudidayaan jamur tiram agar hasilnya optimum dan mampu meningkatkan pendapatannya.

2. Bagi kalangan akademis, sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini.

3. Bagi pengambil kebijakan, seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar, dalam melakukan pembinaan dan pendampingan usaha budidaya dan pemasaran jamur tiram bagi generasi muda untuk tertarik mengembangkan pertanian di daerah perkotaan.

(9)

6

(10)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur Tiram

Jamur tiram adalah jamur pangan dengan tudung mirip cakung tiram, dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga berwarna krem.

Permukaan tudung jamur tiram licin, agak berminyak saat lembab, dan tepinya bergelombang. Diameter jamur tiram dapat mencapai 3-20 cm.

Warna jamur tiram ada bermacam-macam, ada warna putih, abu-abu, cokelat, dan merah. Jenis yang banyak ditemui di Indonesia dan banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Satu jamur tiram putih dewasa mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang banyak jumlahnya. Di dalam bilah- bilah tersebut terdapat bagian yang disebut basidia. Diujung basidia terdapat kantong yang berisi banyak spora atau disebut juga basidio spora. Spora berfungsi untuk berkembang biak (Wiardani, 2010).

Jamur tiram dapat dibudidayaakan pada ketinggian 200 meter sampai dengan 800 meter diatas permukaan laut dengan suhu optimalnya 20-300C pada kelembaban udara dalam ruangn berkisar antara 75-85%. Derajat keasaman atau PH media jamur tiram yang idil antara 5,5-7,0 (Warisno,D, 2010).

2.2 Pentingnya Pemasaran

Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

(11)

8

ingin dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian pasar dalam arti sempit adalah lokasi fisik sebagai tempat terjadinya transaksi, sehingga pasar dapat dikatakan sebagai tempat pertemuan pembeli dan penjual untuk menukarkan barang atau jasa (Sunarto, 2004). Pengerian pasar dalam arti luas atau pengertian menurut ilmu ekonomi pertemuan antara permintaan dan penawaran atau perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran.

Pemasaran merupakan salah satu subsisten penting dalam agribisnis.

Kegiatan pemasaran merupakan rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsiguna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen. Konsep ini menunjukkan bahwa peranan pemasaran sangat penting dalam meningkatkan nilai guna bentuk, nilai guna waktu, nilai guna tempat, dan nilai guna hak milik dari suatu barang dan jasa secara umum dan juga pada komoditas pertanian.

Ngadiman (2008) menyatakan, bahwa pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Dinyatakan pula bahwa secara formal, pasar adalah duatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitas jual-beli barang dan jasa. Pada pasar tersebut produsen dan konsumen bertemu dan berkomunikasi. Melalui mekanisme pasar produsen mengajukan penawaran atas produknya, dan melalui mekanisme pasar pula konsumen mengajukan permintaan. Pengertian pasar dapat diperluas lagi menjadi pasar kongkrit dan

(12)

9

pasar abstrak. Pasar kongkrit adalah suatu tempat tertentu di mana penjual dan pembeli bertemu untuk bernegosiasi. Pasar abstrak adalah terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual walaupun mereka tidak saling bertemu. Bagi perusahaan, memahami perusahaan sangat penting karena tanpa adanya pasar produk tidak akan sampai ketangan konsumen.

Pemasaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan aliran produk secara fisik dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen (Downey dan Ericson, 1987). Pengertian pasar yang paling sederhana adalah pemenuhan kebutuhan pelanggan demi suatu keuntungan, sehingga dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan (Soenarto, 2004).

Dari definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari pada pemasaran adalahagar barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen sampai ke konsumen. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen disebut sebagai fungsi pemasaran. Adapun fungsi-fungsi pemasaran tersebut meliputi: (1) fungsi pertukaran yang meliputi pembelian dan penjualan (2) fungsi fisik yang meliputi pengumpulan, pengangkutan, pengolahan (3) fungsi fasilitas yang meliputi standarisasi dan grading, penanggungan resiko pembiayaan, dan informasi harga. Fungsi-fungsi pemasaran ini dilakukan oleh lembaga pemasaran sebagai upaya pemindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen (Soetrisni, dkk; 2006). Sedangan menurut Soekartawi (2001) pemasaran adalan sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberikan

(13)

10

kepuasan kepada orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu sebagai imbalannya.

2.3 Menejemen Pemasaran

Berbagai literatur menyebutkan bahwa, rantai pemasaran merupakan sistem organisasi orang, teknologi, aktifitas, informasi, dan sumber daya yang terlibat di dalam proses penyampaian produk/jasa dari pemasok ke konsumen.

Aktifitas-aktifitas dalam pemasaran mengubah sumber daya alam, bahan baku, dan komponen-komponen dasar menjadi produk-produk jadi yang akan disalurkan ke konsumen akhir (Chopra dan Meindl, 2004; Pujawan, 2005). Dengan demikian pemasaran melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung maupun tidak langsung, pemangku kepentingan untuk memenuhi permintaan konsumen. Pemasaran tidak hanya berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan dari pemasaran adalah memaksimalkan keseluruhan manfaat. Keseluruhan mafaat pemasaran adalah perbedaan diantara nilai dari produk akhir terhadap pelanggan dan upaya rantai pasokan dalam memenuhi permintaan pelanggan.

Menurut Pujawan (2005), pemasaran merupakan jaringan perusahaan- perusahaan yang bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai. Perusahaan-perusahaan tersebut meliputi pemasok, pabrik, distributor, toko, ritel, dan perusahaan pendukung seperti jasa logistik. Fungsi pemasaran adalah langkah-langkah yang dilakukan perusahaan

(14)

11

dalam transformasi bahan baku menjadi produk jadi yang kemudian dibeli oleh pelanggan.

Siagian (2005) menyatakan bahwa pemasaran berkaitan langsung dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan distribusi, kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar.

Manajemen pemasaran adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen pemarasan juga diartikan sebagai seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen. Manajemen pemasaran merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen pemasaran merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas, dan aliran informasi (Anatan dan Ellitan, 2008).

2.4Analisis Pemasaran dan Analisis Rantai Nilai

Istilah rantai nilai mengacu pada serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menghadirkan suatu produk (atau jasa) dimulai dari tahap konseptual, dilanjutkan dengan beberapa tahap produksi, hingga pengiriman ke konsumen akhir dan pemusnahan setelah penggunaannya (Kaplinsky 2000; Kaplinsky dan Morris 2001). Rantai nilai terbentuk ketika semua pelaku dalam rantai tersebut

(15)

12

bekerja sedemikian rupa sehingga memaksimalkan terbentuknya nilai sepanjang rantai tersebut.

Konsep rantai nilai berbeda dengan saluran pemasaran. Pengertian saluran pemasaran adalah saluran yang menghantarkan produk mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen. Pada saluran pemasaran memang terdapat aktor-aktor yang berperan di dalam saluran tersebut, namun tidak memiliki kesamaan koordinasi sepanjang saluran tersebut. Konsep nilai tidak terdapat dalam saluran pemasaran karena hanya terjadi proses jual beli mulai dari produsen sampai ke konsumen.

Konsep rantai nilai pada awalnya mengacu pada konsep Porter (1985) tentang keunggulan kompetitif. Porter menggunakan kerangka rantai nilai untuk mengkaji bagaimana suatu perusahaan seharusnya memposisikan dirinya di pasar serta di dalam hubungan mereka dengan para pemasok, pembeli, dan pesaing. Ide keunggulan kompetitif suatu kegiatan usaha dapat dirangkum sebagai berikut:

bagaimana suatu kegiatan usaha dapat memberi konsumen suatu produk atau layanan yang nilainya setara dengan produk atau layanan yang dihasilkan oleh pesaing mereka, namun dengan biaya yang lebih rendah (strategi pengurangan biaya). Alternatif lainnya, bagaimana suatu kegiatan usaha menghasilkan produk atau layanan yang, meskipun harganya lebih mahal, tetap diminati konsumen yang bersedia membayar lebih (strategi diferensiasi).

Tujuan utama dari manajemen rantai nilai adalah untuk memaksimalkan jumlah penerimaan (gross revenue). Analisis rantai nilai senantiasa terus mengacu kepada berapa harga dan berapa lama menyiapkan atau menyajikan barang untuk dijual. Tetapi semuanya harus menyadari bahwa untuk membangun rantai nilai yang baik hendaknya terkondisi rantai suplai (supply chain) yang baik.

(16)

13

Vermeulen et al. (2008) menyatakan terdapat enam aktivitas yang perlu dilakukan secara bersama-sama untuk bisa memahami bagaimana kondisi kebijakan dan kelembagaan yang berbeda mampu membuka atau menutup peluang bagi produsen skala kecil dalam seluruh rantai nilai. Perubahan tersebut mungkin berhubungan dengan kebijakan pemerintah dan program yang mendukung organisasi petani tentang bagaimana petani mengorganisasikan dirinya, atau kondisi kontrak dan pembayaran kepada produsen dari ritel supermarket. Inti metodologi yang menyertakan aktivitas dalam rantai nilai mencakup:

1. Memetakan rantai nilai dan mengidentifikasi siapa saja aktor dalam rantai tersebut dan melihat arus produk, uang dan informasi. Sangat penting untuk memahami pada mana rantai nilai itu yang banyak menciptakan nilai dan bagaimana keuntungan itu diperoleh oleh masing-masing aktor.

2. Memetakan kebijakan-kebijakan dan kelembagaan kunci yang mempengaruhi rantai nilai termasuk kemungkinan penyertaan atau tidaknya produsen skala kecil dalam rantai nilai tersebut.

3. Menetapkan faktor pendorong utama, tren dan isu yang mempengaruhi rantai nilai dan aktor. Faktor-faktor pendorong merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perubahan, sedangkan tren mengarah pada kecenderungan perubahan dalam rantai seperti halnya tipe produsen, harga atau saluran pemasaran. Di sisi lain isu menyangkut hal implikasi positif atau negatif yang diakibatkan dari tren berbagai aktor dalam rantai.

4. Menggali skenario ke depan dalam kaitannya dengan ketidakpastian tentang faktor pendorong utama dan tren serta memahami implikasi di

(17)

14

masa mendatang terhadap rantai nilai, aktor dan penyertaan produsen skala kecil.

5. Mengidentifikasi opsi yang lebih besar bagi penyertaan produsen skala kecil.

6. Mengembangkan strategi untuk mendukung perubahan kebijakan, institusi baik dalam sektor publik, swasta maupun masyarakat.

(18)

15 BAB III.

METODE PENELITIAN 3.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar dengan mengunjungi lokasi dan mewawancarai komponen/lembaga terkait pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan lokasi penelitian secara sengaja dengan pertimbangan Kota Denpasar merupakan salah satu sentra pengembangan komoditas jamur tiram di perkotaan yang ada di Provinsi Bali yang telah dikembangkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka yang memiliki satuan hitung dan dapat dihitung atau diukur seperti jumlah produksi, harga beli dan harga jual, biaya pemasaran, dan sebagainya. Sedangkan data kualitatif meliputi data yang tidak berbentuk angka, tetapi berupa keterangan atau informasi yang terkait dengan rantai pemasaran jamur tiram seperti kegiatan pengumpulan dan distribusi serta cara mendapatkan bahan baku.

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dalam hal ini diperoleh dari sumber utamanya, baik data kualitatif dan kuantitatif. Data ini dikumpulkan dengan metode wawancara (interview) secara langsung, mendalam dan terstruktur kepada petani jamur tiram serta pihak-pihak terkait dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner yang telah

(19)

16

dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber publikasi dari instansi terkait yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan masalah yang diteliti, serta hasil-hasil penelitian sebelumnya.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terkait dengan aliran produk mulai dari produsen sampai ke konsumen yang tidak tercatat secara resmi dalam publikasi. Untuk mencapai tujuan penelitian maka diambil sampel penelitian yaitu mereka yang terkait langsung dengan pemasaran jamur tiram seperti pembudidaya, pedagang, pengolah jamur, pengecer di pasar tradisional, konsumen lembaga (supermarket). Sampel ini sekaligus dijadikan responden dalam penelitian ini. Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dengan memanfaatkan informasi awal yang didapat dari beberapa narasumber seperti konsumen lembaga (supermarket), pedagang pengecer di pasar tradisional, petani jamur tiram di Kota Denpasar. Penentuan lembaga pemasaran sebagai responden dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball sampling), yaitu dengan cara mengikuti alur pemasaran jamur tiram berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani responden dan kemudian berlanjut menuju lembaga pemasaran yang dirujuk oleh responden sebelumnya.

Responden yang terpilih terdiri atas: pemasok baglog (2 responden), petani jamur tiram (24 responden) dan 16 responden lembaga pemasaran, yang terdiri dari 2 orang pedagang pengumpul kecamatan, 4 orang pedagang olahan jamur crispy, dan 8 orang pedagang pengecer jamur segar yang terlibat dalam proses pendistribusian jamur tiram dari petani hingga mencapai konsumen akhir serta 2 perwakilan supermarket. Penentuan semua responden mulai dari pemasok baglog dan petani dilakukan secara sengaja (purposive) dengan memanfaatkan informasi

(20)

17

awal yang didapat dari beberapa narasumber yang merupakan petani jamur tiram di Kota Denpasar. Penentuan lembaga pemasaran sebagai responden dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling, yaitu dengan cara mengikuti alur pemasaran jamur tiram berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani responden dan kemudian berlanjut menuju lembaga pemasaran yang dirujuk oleh petani responden.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Wawancara.

Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur dengan pihak yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu pemasok baglog, petani jamur tiram, pedagang (lembaga pemasaran), dan konsumen lembaga (supermarket).

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh responden dalam memesarkan jamur tiram. Observasi juga dilakukan untuk lebih memahami dan melengkapi informasi yang diperoleh pada saat wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara merekam gambar aktivitas penyaluran jamur tiram dari produsen ssampai ke tangan konsumen.

4.5 Analisis Data

(21)

18

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama yaitu untuk mengetahui mekanisme pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar. Metode analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan obyektif mengenai pemasaran amur tiram. Analisis deskriptif kualitatif ini juga akan digunakan untuk menjelaskan tentang para pihak yang terlibat di dalam pemasaran dan peran dari setiap pihak yang terlibat.. Analisis deskriptif kualitatif ini juga menjawab tujuan penelitian ketiga yaitu mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh pemangku kepentingan dalam pemasaran jamur tiram.

(22)

19 BAB 4.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Saluran Pemasaran

Jamur di Kota Denpasar kebanyakan dipasarkan lewat pedagang perantara.

Munculnya pedagang perantara di Kota Denpasar disebabkan oleh beberapa hal antara lain: lokasi usahatani jamur tiram terpencar-pencar, jamur termasuk bahan pangan yang mudah rusak (perishable), oleh beberapa petani transportasi merupakan kendala, dan juga adanya sikap petani yang enggan untuk membangun jaringan bisnis langsung kepada konsumen akhir.

. Pemasaran jamur tiram terbentuk dari adanya permintaan produk berupa jamur tiram segar dan jamur olahan, yang dikenal dengan istilah demand pull.

Adanya permintaan produk ini diakomodasi oleh berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemasok baglog selaku penyedia input hingga konsumen akhir.

Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pendistribusian jamur tiram segar di Kota Denpasar terdiri atas pemasok baglog, petani jamur tiram, pedagang pengumpul kecamatan yang juga merupakan petani jamur tiram, pedagang pengecer, supermarket (konsumen lembaga) dan konsumen akhir.

Penyedia baglog memiliki aktivitas sebagai penyedia input sebagai bahan baku utama dalam kegiatan produksi jamur tiram. Kegiatan produksi dilakukan oleh petani jamur tiram. Selanjutnya terdapat aktivitas pengumpulan (assembly) yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yang umumnya berlokasi di kecamatan. Kegiatan distribusi dilakukan oleh pengecer, baik yang berada di pasar tradisional maupun di supermarket. Fungsi yang dilakukan oleh pedagang di pasar tradisional dan supermarket pada pinsipnya sama yaitu pelayanan kepada

(23)

20

konsumen akhir. Pembedanya terletak pada kemasan produk yang disajikan kepada konsumen. Kemasan produk yang disajikan pada supermarket dalam bentuk stereoform yang ditutupi plastik transparan dengan berat 100 gram atau 200 gram, namun tidak demikian halnya pada kemasan produk yang dijual di pasar tradisional. Perbedaan kemasan ini tentu akan membawa perbedaan harga jual produk.

Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pemasaran jamur tiram olahan di Kota Denpasar terdiri dari petani jamur dan peran pedagang pengumpul yang menyalurkan jamur tiram segar ke pengolah jamur. Pengolahan jamur diolah menjadi jamur crispy yang memang banyak digemari oleh konsumen sebagai makanan ringan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat enam rantai pemasaran jamur tiram segar di Kota Denpasar. Adapaun saluran pemasaran jamur tiram yang terbentuk sebagai berikut.

a. Saluran I: pemasok baglog – petani jamur – pedagang pengumpul – pedagang pengecer di pasar tradisional – konsumen akhir

b. Saluran II: pemasok baglog – petani jamur – pedagang pengumpul – pedagang olahan jamur

c. Saluran III: pemasok baglog – petani jamur – pedagang pengecer – konsumen akhir

4.2 Lembaga Yang Terlibat Dalam Pemasaran Jamur

Pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar melibatkan beberapa lembaga pemasaran untuk menyampaikan produksi jamur tiram sampai ke tangan

(24)

21

konsumen. Masing-masing lembaga pemasaran melaksanakan aktivitas atau fungsi pemasaran untuk menunjang kelancaran pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar. Adapun lembaga-lembaga yang terlibat dalam memasarkan jamur tiram di Kota Denpasar yaitu sebagai berikut.

a. Pemasok baglog

Pemasok baglog merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama berupa baglog, di mana rantai penyaluran barang akan dimulai. Baglog merupakan media tumbuh utama bagi jamur tiram. Kualitas media, pengetahuan dan pengalaman petani jamur sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya jamur tiram.

Penjualan baglog ditujukan kepada para petani jamur tiram di Kota Denpasar, b. Petani jamur tiram

Petani jamur tiram memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan prinsip 3K dalam pemasaran produk yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas dari jamur tiram segar yang akan dipasarkan ke pedagang atau langsung ke konsumen akhir. Lokasi pengembangan kumbung untuk budidaya jamur tiram pada umumnya dilakukan dekat dengan domisili mereka, karena sebagaian besar petani memanfaatkan lahan pekarangan rumah dalam menyiasati pemanfaatan lahan sempit di Kota Denpasar.

Kegiatan transaksi penjualan yang dilakukan oleh petani jamur tiram di Kota Denpasar ada yang dilakukan di tempat petani (jamur dijemput oleh pedagang/pembeli) dan ada yang dilakukan di tempat pembeli (jamur diantarkan oleh petani ke tempat pembeli). Hal ini tergantung dari kesepakatan antara petani dan pedagang/pembeli. Seluruh petani responden telah memiliki pembeli tetap

(25)

22

yang setiap harinya menampung hasil panen dari petani. Kegiatan penjualan ini dilakukan setiap hari setelah proses pemanenan dan pengemasan selesai.

Dalam kegiatan penjualan yang dilakukan oleh petani jamur tiram,pada umumnya tidak ada perjanjian tertulis yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Kegiatan penjualan berlangsung tergantung dari pasokan yang ada pada petani jamur ke pedagang pengumpul. Hal ini dapat dilihat sebagai suatu kelemahan dalam pemasaran jamur tiram segar apabila petani ingin mengembangkan usahanya di satu sisi dan lembaga pemasaran ingin memenuhi peningkatan permintaan konsumen. Hasil penelitian Wibawa (2015) mengulas adanya kelemahan dari tidak adanya kesepakatakan kontraktual tertulis akan mengakibatkan kesulitan dalam hal memprediksi jumlah jamur yang harus di pasok kepada lembaga pemasaran.

Kegiatan kontraktual dijumpai hanya pada pemasaran ke supermarket. Hal ini berbeda dibandingkan dengan pasokan lainnya karena supermarket menginginkan kepastian produk dalam kuantitas, kualitas dan kontinutitas yang disepakati oleh kedua belah pihak.

c. Pedagang pengumpul

Pedagang pengumpul melakukan kegiatan pengumpulan jamur segar dari berbagai lokasi di Kota Denpasar. Dalam penelitian ini dijumpai dua (2) orang pedagang pengumpul yang berdomisili di Kecamatan Denpasar Utara. Mereka sebenarnya bermula menggeluti sebagai petani jamur dan kemudian mengembangkan usahanya menjadi pedagang pengumpul kecamatan (PPK).

Pedagang pengumpul melakukan kegiatan pengumpulan hasil panen petani jamur tiram yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. PPK memasok jamur tiram

(26)

23

ke pedagang pengecer di pasar tradisional dan ke pedagang pengolah crispy. Rata- rata volume pembelian jamur tiram dari petani jamur sebanyak 10 kg dalam satu kali transaksi.

d. Pedagang pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir dengan tujuan konsumsi. Pedagang pengecer yang memasarkan jamur tiram dalam kondisi segar biasanya dipasarkan di pasar tradisional atau warung-warung sayur yang ada d isekitar lingkungan konsumen rumah tangga.

Pedagang pengecer melakukan pembelian jamur tiram langsung dari petani dengan volume rata-rata pembelian sebanyak 43 kg per hari. Pedagang pengecer di pasar-pasar tradisional dan warung-warung sayur membeli jamur tiram segar dari petani dengan harga rata-rata Rp 19.286 per kg dan menjual kembali kepada konsumen akhir dengan harga rata-rata Rp 25.143 per kg. Namun ada salah seorang pedagang pengecer yang membeli jamur tiram dari pedagang pengumpul kecamatan (PPK). Pedagang pengecer tersebut harus membayar jamur tiram segar seharga Rp 20.000 per kg dan menjual kembali seharga Rp 28.000 per kg, dengan volume pembelian jamur tiram per harinya sebanyak 17,5 kg.

e. Pedagang olahan

Pedagang olahan juga merupakan lembaga pemasaran terakhir dalam proses pemasaran jamur tiram segar. Namun terdapat perbedaan antara pedagang pengecer dan pedagang olahan di mana jika pedagang pengecer memasarkan jamur tiram dalam kondisi segar, pedagang olahan memasarkan jamur tiram dalam bentuk produk olahan (jamur crispy). Pedagang olahan juga melakukan pembelian jamur tiram langsung dari petani jamur tiram di Kota Denpasar dengan

(27)

24

volume rata-rata pembelian sebanyak 13 kg dengan harga berkisar antara Rp 17.000 - Rp18.000 per kg.

f. Supermarket

Supermarket juga merupakan lembaga pemasaran terakhir dalam proses pemasaran jamur tiram. Namun terdapat perbedaan antara pedagang pengecer dan supermarket di mana jika pedagang pengecer memasarkan jamur tiram ke pasar tradisional tidak memerlukan kemasan seperti memasok produk ke supermarket.

Volume rata-rata pembelian sebanyak 5 kg.

g. Konsumen akhir

Konsumen akhir yang dimaksud adalah masyarakat secara umum yang membeli atau mengkonsumsi jamur tiram untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

4.3 Kendala-Kendala Dalam Pemasaran Jamur Tiram

Pada aliran produk, kendala yang paling umum dihadapi dalam pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar adalah kemampuan menghasilkan baglog dan adalah serangan hama dan penyakit pada baglog yang akan dikembangkan. Pembuatan baglog memerlukan keterampilan khusus agar media tumbuh tidak terserang hama penyakit. Dalam penelitian terdapat hanya 4 responden sebagai pemasok baglog di Kota Denpasar.

Kendala lainnya dalam aliran produk adalah kemampuan petani jamur dalam membudidayakan jamur. Hal ini tidak saja berdasarkan pengetahuan tentang budidaya jamur, namun juga berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu, petani jamur tiram memiliki luas kumbung dan jumlah baglog yang beragam dalam membudidayakan jamur tiram ini. Kumbung adalah istilah yang dipakai

(28)

25

dalam tempat/ruang untuk membudidayakan jamur sedangkan baglog adalah bibit jamur yang siap dibudidayakan. Luas kumbung dan jumlah baglog menentukan volume produksi dan keuntungan yang diperoleh petani. Hasil survey menunjukkan bahwa kepemilikan baglog berkisar antara 1000 – 15.000 baglog.

Frekuensi kepemilikan baglog pada 1000 – 2000 unit menunjukkan jumlah terbanyak (39% responden). Jumlah responden yang memiliki baglog lebih dari 5000 unit sebanyak 17%.

Selain dari jumlah baglog yang dimiliki, petani jamur juga menghadapi kendala serangan hama dan penyakit jamur. Hama yang paling sering merusak jamur adalah Lycoriella sp berupa larva yang menyerang jamur. Jenis Nematoda (cacing) juga dapat menyerang jamur. Penyakit lainnya adalah serangan dari Trichoderma yang berupa jamur yang menyerang jamur tiram. Penyakit ini dapat berasal dari udara atau pekerja. Serangan virus juga dapat mengubah warna jamur sehingga produk bisa tidak laku dijual karena tidak memenuhi selera konsumen.

Kendala lainnya yang dihadapi oleh petani jamur adalah faktor cuaca. Suhu udara yang tinggi dapat merusak baglog dan jamur yang telah berkembang.

Kendala atau risiko harga sangat jarang dihadapi oleh petani jamur tiram karena berapapun volume produksi pasti akan terserap pasar. Dalam hal ini petani jamur memiliki posisi tawar yang memadai karena dapat menentukan harga jual.

(29)

26 BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Terdapat enam rantai pemasaran jamur tiram segar di Kota Denpasar.

Adapaun saluran pemasaran jamur tiram yang terbentuk sebagai berikut.

a. Saluran I: pemasok baglog – petani jamur – pedagang pengumpul – pedagang pengecer di pasar tradisional – konsumen akhir

b. Saluran II: pemasok baglog – petani jamur – pedagang pengumpul – pedagang olahan jamur

c. Saluran III: pemasok baglog – petani jamur – pedagang pengecer – konsumen akhir

d. Saluran IV: pemasok baglog – petani jamur – pedagang olahan e. Saluran V: pemasok baglog – petani jamur – konsumen akhir

f. Saluran VI: pemasok baglog – petani jamur - supermarket – konsumen akhir 2. Kendala-kendala dalam pemasaran jamur tiram pada umumnya terfokus pada aliran produk yaitu kegiatan penyediaan baglog dan proses produksi di tingkat petani jamur yang rentan akan serangan hama dan penyakit jamur.

3. Pemasaran jamur tiram di Kota Denpasar melibatkan pemasok baglog, petani jamur tiram, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang olahan, dan supermarket dan konsumen akhir.

(30)

27 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) diharapkan dapat memberikan pelatihan dalam budidaya jamur terutama dalam penanganan hama dan penyakit tanaman.

2. Dalam penelitian ini tidak banyak membahas kegiatan agroindustri pengolahan jamur segar menjadi produk olahan, sehingga membuka peluang untuk melakukan penelitian lanjutan untuk melihat nilai tambah dari kegiatan tersebut.

(31)

28

DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, IGAA. I D.A. Sri Yudhari, N.W.P. Artini 2015. Analisis Rantai Nilai Jamur Tiram Di Kota Denpasar, Seminar Sain dan Teknologi (Sanastek 2015)Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Udayana

Anatan, L. dan Ellitan. 2008. Supply Chain Management, Teori dan Aplikasi.

Bandung: Alfabeta.

Chopra, S dan P. Meindhl. 2004. Supply Chain Management, Strategy, Planing, and Operation. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar. 2011. Siasati Lahan Sempit dengan Budidaya Jamur Tiram dan Anggrek Potong.

(tersedia online) http://pertanian. diunduh denpasarkota.go.id/. diunduh 18 Agustus 2014.

Downey, W.D dan S.P Ericson. 1987. Menejemen Agribisnis Ed. Ke-2.

Penerjemah Ganda Rochdiyat, S dan Alfonsius Sirait, Jakarta>

Erlangga.

Kaplinsky R. 2000,  “Spreading  the  gains  from  globalisation:  What  can  be  learned   from value  chain  analysis?”,  Journal of Development Studies, Vol. 37, No. 2 Kaplinsky, R. and M. Morris. 2001. A Handbook for Value Chain Research.

IDRC.

Kotler,P. 2002. Manajemen Pemasaran, Diterjemahkan oleh Ancela A.H Jakarta Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia. 2008. Jamur Tiram. Penerbit Maji,

Bandung.

Martawijaya, E. I. Nurjayadi, M. Y. 2010. Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri.

IPB Press: Bogor.

Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya.

Siagian, Y. M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Usaha. Jakarta: Grasindo.

Soenarto, 2004. Prinsip-prinsip Pemasaran. Yogyakarta; Penerbit Amus

Umberger, W. 2014. Mapping the Value Chain. Capacity Building for Research Workshop. Bogor.

(32)

29

Vermeulen, S., Woodhill, J., Proctor, F. and Delnoye, R. 2008. Chain-wide learning for inclusive agrifood market development. IIED and Wageningen International, London.

Wibawa, M.S. 2015. Analisis Rantai Pasok jamur Tiram di Kota Denpasar.

[Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA, 29 – 30 Oktober 2015 Seminar Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA Nasional Sains Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA dan Teknologi

(SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA

(33)

30

(34)

31

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pusat Pelayanan Kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4) huruf b berada di sekitar Kelurahan Ramanuju Kecamatan Purwakarta dengan fungsi perumahan,

output tiap industri yang berada di suatu negara, termasuk yang dihasilkan perusahaan asing yang beroperasi di negara tersebutB. nilai tambah yang dihasilkan tiap

Pemberdayaan perempuan di Desa Girikerto dalam budidaya TOGA diharapkan dapat terwujud dengan baik dengan adanya pemberian beberapa contoh tanaman obat yang dapat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai September 2009 baik di laboratorium maupun lapang. Penelitian terdiri dari tiga seri, yaitu : 1) Simulasi

Dewa Apollo merepresentasikan gambaran Yunani klasik tentang keindahan sejati, yaitu Dewa yang menciptakan harmoni dan keindahan, kekuatan yang mampu membentuk karakter manusia

Hilangnya bon atau kwitansi penyewaan lapangan futsal yang merupakan bukti fisik dari transaksi atau proses yang sedang berlangsung. Dengan sistem ini insya Allah data

Selain menganalisa kandungan kadar fosfor dan FFA dalam minyak biji nyamplung hasil degumming, juga dilakukan analisa terhadap pengaruh waktu dan transmembrane

Faktor lainnya adalah tidak semua materi IPS mengandung wawasan keragaman, belum adanya teknik evaluasi sikap multikultural peserta didik, masih minim