• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan wadah untuk mencari ilmu, dan dalam pendidikan perlu beberapa pendukung. Beberapa pendukung terlaksananya pendidikan diantaranya adalah Iklim belajar yang kondusif, guru, dan bahan pembelajaran. Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan (Mulyasa, 2006: 15).

Guru harus memiliki empat kemampuan, yaitu memiliki kemampuan pedagogik atau kemampuan mengajar, memiliki pribadi yang baik, mampu bersosial dengan baik, dan profesional dalam mengajar. Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber – sumber belajar yang ada di sekolah (apalagi hanya membaca buku ajar) (Mulyasa, 2006:159). Seorang guru juga harus mampu untuk mengembangkan bahan ajar karena bahan ajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran dan apabila bahan pembelajaran tersebut baik dapat menumbuhkan minat belajar siswa.

(2)

Bahan pembelajaran merupakan rangkuman materi yang diajarkan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk bahan tercetak atau dalam bentuk lain yang tersimpan dalam file elektronik baik verbal maupun tertulis (Gintings,2008:152). Bahan pembelajaran ini banyak sekali macamnya, diantaranya hand out, modul, lembar praktik, tape recorder, dan CD pembelajaran. Bahan pembelajaran yang menarik sangat dibutuhkan di dunia pendidikan dalam proses pembelajaran agar pembalajaran bisa lebih aktif.

IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisir secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan, akan tetapi pada kenyataannya pelajaran IPS kurang mendapat perhatian yang semestinya (Ahmadi,2011:6) karena pelajaran IPS berkaitan erat dengan kehidupan sosial, interaksi antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain, sejarah dll yang umumnya siswa merasa bosan dengan pelajaran tersebut, sedangkan materi tersebut tidak mudah, apabila siswa mempelajarai materi tersebut dengan baik, maka siswa bisa menghadapi masalah sosial dengan lebih bijaksana. Belajar materi IPS perlu adanya bantuan, dan melalui gambarlah anak mudah untuk mempelajarinya. Menurut Dale (dalam Arsyad,2009:10) Kurang lebih 75%

hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, 13% deperoleh melalui indera dengar, dan 12% diperoleh melalui indera lainnya.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilaksanakan pada dua SD yaitu SDN Karangrejo 01 dan SDN Karangrejo 02 diperoleh hasil bahwa : 1) mata pelajaran IPS kurang diminati siswa karena minimnya sumber belajar berupa bahan ajar yang dimiliki oleh siswa 2)Pada proses pembelajaran IPS di

(3)

sekolah hanya mengandalkan buku paket dan LKS, 3)guru sering memberikan metode ceramah dalam pembelajaran IPS, 4)bacaan pada materi IPS khususnya buku paket panjang- panjang menjadikan siswa bosan untuk belajar.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmawati (2008) dengan judul

“Pengembangan Modul Biologi dengan Pendekatan Konstektual Model REACT (Relating, Exprecing, Appliying, Cooperating, Transfering) Pada Materi Ekosistem“ membuktikan bahwa pengembangan modul tersebut sangat valid dengan hasil uji coba kategori sangat setuju total 26,87%, kategori setuju total 17,04%, kategori tidak setuju total 1,06%, dan kategori sangat tidak setuju total 0,12% dapat disimpulkan bahwa pengembangan modul ini bernilai positif terhadap respon siswa.

Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan, akhirnya peneliti memiliki ide untuk mengembangkan bahan ajar cetak yang berupa modul saku berbasis visual agar siswa senang dalam belajar IPS khususnya dan dengan modul yang didesain seukuran saku, maka siswa akan lebih mudah dan praktis dalam belajar. Peneliti mengambil judul penelitian berupa “ Pengembangan Modul Saku Berbasis Visual dalam Pembelajaran IPS SD Kelas IV”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dari penelitian adalah sebagai berikut :

Bagaimana pengembangan modul saku berbasis visual dalam pembelajaran IPS SD kelas IV

(4)

C. Tujuan Pengembangan

Sesuai rumusan masalah yang ditetapkan, maka yang menjadi tujuan pengembangan modul saku ini adalah :

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengembangan modul saku berbasis visual dalam pembelajaran IPS SD kelas IV.

D. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan berupa modul saku berbasis visual dalam pembelajaran IPS SD kelas IV semester satu. Modul yang dikembangkan, seperti halnya modul pada umumnya, akan tetapi modul ini memiliki ciri khusus yaitu seukuran saku agar mudah dipelajari dan dibawa, selain itu dalam modul ini juga lebih menekankan pada aspek visual atau gambar yang tujuannnya agar siswa senang dengan pelajaran IPS

E. Manfaat Pengembangan

Hasil dari pelaksanaan pengembangan modul saku berbasis visual ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan baik secara langsung dan tidak langsung.

Adapun manfaat penelitian pengembangan ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Secara umum, diharapkan hasil pengembangan ini dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan modul saku berbasis visual.

(5)

2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti

Memberikan pengalaman dalam pengembangan bahan ajar cetak khususnya dalam pembuatan bahan ajar cetak berupa modul saku berbasis visual.

b. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam pemilihan bahan ajar guna perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan.

c. Bagi Dinas / Instansi Terkait

Sebagai masukan bahwasannya bahan ajar itu sangat dibutuhkan bagi peserta didik dan nantinya modul saku berbasis visual ini bisa diterapkan di sekolah – sekolah sebagai inovasi pemilihan bahan ajar.

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Pengembangan

Asumsi yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan modul saku berbasis visual dalam pembelajaran IPS SD adalah :

a. Guru masih minim yang membuat / mengembangkan dan menggunakan bahan ajar modul khususnya modul saku, kebanyakan di sekolah masih banyak menggunakan buku paket dan LKS.

b. Modul saku berbasis visual mampu membantu dalam pembelajaran IPS SD kelas IV yaitu menterjemahkan ide abstrak menjadi lebih realistik (Asyhar,2012:54).

(6)

2. Keterbatasan Pengembangan

Keterbatasan pengembangan modul saku berbasis visual dalam pembelajaran IPS SD adalah :

a. Mengingat keterbatasan waktu, maka materi yang dikembangkan dalam modul saku berbasis visual dalam pembelajaran IPS ini hanya 2 KD pada pelajaran IPS kelas IV semester satu yaitu menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten, kota / provinsi) dan menjaga kelestariannya, serta meneladani kepahlawanan dan patriotisme tookoh – tokoh di lingkungannya.

b. Subjek validasi untuk pengembangan modul saku ini terdiri dari 3 validator yaitu dosen ahli bahan ajar , dosen ahli materi dan ahli pembelajaran SD.

c. Penelitian pengembangan ini dilakukan sampai tahap uji coba produk pada kalangan terbatas dengan jumlah subjek yang terbatas.

G. Definisi Operasional 1. Pengembangan

Menurut Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010:19) penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangakan dan memvalidasi produk pendidikan.

2. Modul Saku berbasis visual

Modul merupakan suatu unit program pembelajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar (Siddiq, 2009: 4-5).

(7)

Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan (Munadi,2012:81).

Modul saku berbasis visual merupakan bahan ajar cetak yang dibuat untuk membantu peserta didik dalam belajar secara mandiri yang berukuran kecil (seukuran saku) sehingga praktis dan mudah dibawa kemana – mana, serta memiliki karakteristik khusus yaitu menekankan pada aspek visual, karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya, sedangkan karakteristik maupun komponen yang terdapat pada modul saku berbasis visual ini sama seperti modul – modul pada umumnya hanya saja berukuran kecil.

3. Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep karena pembelajaran IPS mengadaptasi dari disiplin ilmu – ilmu sosial. (Solihatin,2011:14).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Barangsiapa yang menghidupkan lailatul qadar dengan amalan shalat, juga akan mendapatkan pengampunan dosa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Menindaklanjuti Surat Kepala Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Boyolali Nomor 050/001/38/2012 tanggal 12 Januari 2012 perihal Percepatan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

So, using the martingale property of M we see that N is a local martingale. The equivalence between i) and ii) in the above proposition corresponds to a well known

program yang pernah disiarkan. Acara tersebut bisa disiarkan karena berbagai pertimbangan berdasarkan efisiensi waktu, tenaga, maupun biaya. Sehingga produksinya

Dar i r umah pot ong hewan, sebanyak 44 sampel hat i dar i 44 ekor hewan sapi dan ker bau yang nampak sehat akan di uj i kadar kandungan t oksi nnya... Dal am eval uasi uj i ELI SA

adaptasi yang tinggi, tidak memiliki syarat tumbuh dan kriteria yang banyak dan pertumbuhan yang relatif cepat, cocok di lahan terbuka.. Salah satu tanaman yang cocok pada lahan

Berdasarkan hal tersebut subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua orang anak laki-laki yang teridentifikasi mengalami tunagrahita dan subyek tersebut