• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.XVA Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.XVA Tahun 2018"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-115029.12/2013/PP/M.XVA Tahun 2018 Jenis Pajak : PPh Pasal 23

Tahun Pajak : 2013

Pokok Sengketa : Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 23 Masa Pajak April 2013 sebesar Rp159.698.695,00 yang tidak disetujui Pemohon Banding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Terbanding : bahwa yang menjadi sengketa dalam permohonan banding adalah Pemohon Banding menyatakan bahwa tidak ada kesesuaian terhadap SKPKB Pajak Penghasilan Pasal 23, sementara menurut Terbanding terdapat Objek PPh Pasal 23 yang belum dipotong dan dilaporkan oleh Pemohon Banding;

bahwa salah satu data yang diberikan oleh Pemohon Banding pada seat proses pemeriksaan adalah laporan Keuangan yang menjadi dasar dalam perhitungan Pajak terutang yang tercantum dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2013;

bahwa laporan keuangan yang disampaikan oleh Pemohon Banding kepada Terbanding ditandatangani sendiri oleh Sdr. QWE selaku Direktur dari Pemohon Pemohon Banding sehingga validitas dari Laporan Keuangan tersebut dapat diandalkan;

bahwa Terbanding melakukan ekualisasi data yang ada di Laporan Keuangan dan Buku Besar yang pinjamkan Pemohon Banding saat dilakukannya pemeriksaan dengan pelaporan dalam SPT Masa PPh Pasal 23 (tidak ada laporan);

bahwa dari hasil pemeriksaan diketahui Pemohon Banding tidak dapat menjelaskan dan memberikan perincian tentang unsur jasa angkutan yang terdapat yang terkandung dalam biaya beban angkutan pada Harga Pokok Penjualan, sehingga Terbanding menyimpulkan bahwa atas beban angkut tersebut terdapat objek PPh pasal 23 berupa Imbalan sehubungan dengan Jasa Lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21;

bahwa berdasarkan Berita Acara Pembahasan Dan Klarifikasi Atas Pengajuan Keberatan, Pemohon Banding menyatakan bahwa Pemohon Banding tidak memahami kewajiban perpajakannya sejak terdaftar sebagai Wajib Pajak, dan semua hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan ditangani oleh konsultan pajak dan Pemohon Banding juga menyatakan bahwa Konsultan Pajak yang menyiapkan Laporan Keuangan serta laporan-laporan lainnya untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, serta Pemohon Banding juga tidak mengetahui dasar dan kewajaran atas Laporan Keuangan yang dibuat oleh Konsultan Pajak tersebut;

bahwa sesuai ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang KUP, tanggung jawab pengisian SPT beserta lampirannya antara lain Laporan Keuangan terletak pada Pemohon Banding sendiri sehingga berdasarkan data-data yang ada, alasan Pemohon Banding yang menyatakan bahwa Kewajiban Perpajakan selama ini dijalankan oleh konsultan (pihak lain) tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya kuasa khusus yang dibuat oleh Pemohon Banding, serta dokumen-dokumen kewajiban yang ada menunjukkan bahwa penandatanganannya dilakukan oleh Pemohon Banding sendiri;

bahwa Terbanding berpendapat Laporan Keuangan yang berikan Pemohon Banding dalam proses pemeriksaan merupakan dokumen yang dapat dijadikan somber pengujian dan isi dari Laporan Keuangan tersebut merupakan tanggung jawab dari Pemohon Banding yang dibuktikan dengan tanda tangan Pemohon Banding pada Laporan Keuangan tersebut;

bahwa Terbanding berpendapat Beban Angkut yang menjadi komponen Harga Pokok Penjualan sejalan dengan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang menyatakan Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 2% (dua persen);

bahwa terkait dengan alasan Pemohon Banding bahwa Pemohon Banding tidak pernah dipakai dalam pengadaan atau proyek apapun tidak terbukti dengan fakta yang ada;

bahwa dari pengamatan Terbanding di lapangan, usaha Pemohon Banding berjalan dengan baik pada saat dilakukannya pemeriksaan, tempat usaha Pemohon Banding juga cukup strategis di pusat keramaian/dekat pasar;

bahwa dalam Surat Bandingnya, Pemohon Banding menyatakan sendiri bahwa pengiriman barang dagang yang sampai ke tokonya selalu memakai jasa ekspedisi, namun tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar 2 % atas biaya ekspedisi tersebut;

bahwa pernyataan Pemohon Banding tersebut di atas justru semakin memperkuat bahwa Pemohon Banding memang melakukan transaksi jual beli barang yang melibatkan pihak ekspedisi. Sesuai ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, maka pembayaran atas Penghasilan yang diberikan oleh Pemohon Banding kepada perusahaan ekspedisi termasuk ke dalam jenis jasa lain yang harus dipotong PPh Pasal 23;

bahwa berdasarkan uraian di atas Terbanding berpendapat bahwa koreksi yang dilakukan oleh sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

bahwa dalam persidangan, Terbanding menyampaikan penjelasan tertulis nomor S-3787/PJ.07/2018 tanggal 14 Mei 2018 yang pada pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

Pokok Sengketa

bahwa Pemohon Banding mengajukan banding atas Keputusan Terbanding Nomor : KEP-00078/KEB/

WPJ.27/2017 tanggal 23 Mei 2017 tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 Masa Pajak April 2013;

bahwa pokok sengketa banding adalah Pemohon Banding tidak setuju atas penetapan Pajak Penghasilan sebesar Rp4.727.081,00, yang merupakan koreksi positif Dasar Pegenaan Pajak Pasal 23 sebesar Rp159.698.695,00;

Tanggapan Terbanding Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 a. Pasal 28 ayat (1)

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan;

b. Pasal 28 ayat (3)

Pembukuan dan pencatatan tersbeut harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;

c. Pasal 28 ayat (7)

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang;

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

Pasal 4 ayat (1)

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atu untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan denga nama dan dalam bentuk apapun;

Pasal 23 ayat (1)

Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan:

a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:

1. Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g;

2. Bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f;

3. Royalti; dan

4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e;

b. Dihapus;

c. Sebesar 2% (duapersen) dari jumlah bruto atas:

1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenal Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan

2. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;

Data dan Fakta

bahwa berdasarkan dokumen, data dan keterangan yang disampaikan Pemohon Banding dalam Surat Banding Nomor 16 tanggal 31 Juli 2017 serta penjelasan lisan Pemohon Banding selama proses persidangan, dapat diketahui hal berikut:

bahwa Pemohon Banding pada saat pembahasn akhir hasil pemeriksaan menyatakan setuju atas koreksi PPh Pasal 21 dan Pemohon Banding telah melakukan pembayaran atas SKPKB PPh Pasal 21 yang diterbitkan Terbanding;

bahwa pada saat pembahasan akhir Pemohon Banding tidak berkeberatan atas koreksi PPh Badan namun ketika dilakukan penjelasan oleh Terbanding (Pemeriksa Pajak) atas koreksi DPP PPN, Pemohon Banding tidak menyetujui karena jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar merupakan jumlah yang besar menurut Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding tidak melakukan pembukuan, pencatatam hanya dilakukan di kalender tanpa adanya data pendukung yang valid;

bahwa Pemohon Banding tidak pernah menyimpan nota penjualan dan nota pembelian, apabila sudah dilunasi maka nota-nota tersbut dibuang/dirobek;

bahwa Pemohon Banding menyatakan nota-nota penjualan yang diperoleh tim pemeriksa pada saat pemeriksaan adalah benar merupakan bukti penjualan Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding menyampaikan laporan keuangan yang diterima Terbanding (Pemeriksa Pajak) pada saat pemeriksaan adalah laporan keuangan fiktif yang dibuat oleh konsultan dan tidak ada dokumen pendukungnya, namun Pemohon Banding juga tidak dapat menyampaikan bukti-bukti valid yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersbut fiktif dan Pemohon Banding juga tidak dapat menyampaikan bukti-bukti valid yang menunjukkan kegiatan usaha yang sebenarnya dari Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding mengakui tanda tangan dalam laporan keuangan yang dibuat konsultan adalah tanda tangan Pemohon Banding;

Penjelasan Terbanding

bahwa tanggapan Terbanding atas pendapat Pemohon Banding dalam surat banding nomor 16 tanggal 31 Juli 2017 serta penjelasan lisan Pemohon Banding selama proses persidangan adalah sebagai berikut:

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Terbanding (Pemeriksa Pajak) diketahui untuk pengangkutan barang dagangan, Pemohon Banding menggunakan truk/kendaraan lain untuk melakukan pengangkutannya;

bahwa Pemohon Banding berdasarkan hasil pemeriksaan Terbanding (Pemeriksa Pajak) dalam daftar aktiva yang disampaikan oleh Pemohon Banding tidak mempunyai kendaraan sehingga beban transportasi merupakan pengeluaran untuk pengankutan barang dagangan yang digunakan oleh Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan Pemohon Banding kepada Terbanding (Pemeriksa Pajak) terdapat biaya beban angkutan pada komponen Harga Pokok Penjualan, sehingga Terbanding (Pemeriksa Pajak) melakukan koreksi positif atas Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 23;

bahwa dala surat bandingnya Pemohon Banding menyatakan bahwa pengiriman barang dagang yang sampai ke toko selalu menggunakan jasa angkutan namun tidak pernah memotong PPh Pasal 23 atas biaya angkutan tersebut;

bahwa pada persidangan tanggal 12 April 2018 Pemohon Banding menyatakan bahwa Beban Angkut Barang hanya sebesar Rp10.000.000 per bulan namun Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan pencatatan dan bukti pendukungnya sehingga pernyataan Pemohon Banding tidak dapat dipastikan validitas kebenarannya;

bahwa Pemohon Banding pada saat persidangan menyampaikan bukti nota atau kuitansi pembayaran ekspedisi. Bahwa atas bukti tersebut Terbanding belum diberikan atau ditunjukkan asli maupun fotokoi bukti pendukung tersebut. Bahwa menurut pendapat Terbanding bukti yang disampaikan tidak meliputi seluruh transaksi yang ada, hanya sebagian kecil saja. Pun demikian atas transaksi berupa pengangkutan tersebut, Pemohon Banding telah menggunakan atau memanfaatkan alat angkutan untuk menganngkut barang dagangan Pemohon Banding, dan juga Pemohon Banding telah melakukan pembayaran atas penggunaan atau pemanfaatan alat angkutan tersebut. Sehingga Terbanding berpendapat bahwa atas penggunaan atau pemanfaatan alat angkut merupakan obyek PPh Pasal 23;

Simpulan

bahwa terdapat obyek PPh Pasal 23 berupa penggunaan harta berupa truk/kendaraan lain oleh Pemohon Banding untuk mengangkut barang dagangannya yang belum dipenuhi kewajiban perpajakannya oleh Pemohon Banding;

bahwa Terbanding (Pemeriksa Pajak) melakukan penetapan secara jabatan berdasarkan data yang ada;

bahwa koreksi Terbanding telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-115029.12/2013/PP/M.XVA Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Pemohon Banding

: bahwa menurut Pemohon Banding memang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya karena Sdr.

QWE (Direktur Pemohon Banding) adalah pedagang biasa seperti pedagang lainnya tapi pedagang lainnya tidak dikenakan pajak sebesar Pemohon Banding (Rp978.030.681,00), bahkan ada yang sampai sekarang tidak membayar pajak karena mempunyai modal sehingga tidak perlu meminjam ke Bank dan membuat NPWP;

bahwa Pemohon Banding tidak digunakan untuk kegiatan usaha baik untuk pengadaan dan/atau untuk proyek apapun;

bahwa toko D merupakan tempat kegiatan Sdr. QWE sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi, dan Terbanding (Pemeriksa/AR KPP Muara Bungo) sudah mengetahui hal tersebut tetapi tetap mempertahankan koreksi tersebut;

bahwa Pemohon Banding tidak mengetahui angka-angka yang tercantum dalam Laporan keuangan Pemohon Banding karena yang membuat Laporan Keuangan tersebut adalah konsultan yang bernama Sdr. RTY yang bernaung di kantor konsultan yang berizin dan sudah biasa mengurus perpajakan, sehingga Pemohon Banding tidak ada rasa curiga dan menandatangani Laporan Keuangan tersebut karena Pemohon Banding tidak mengerti terkait masalah perpajakan;

bahwa Sdr. QWE (Direktur Pemohon Banding) tidak memiliki catatan buku besar karena Sdr. QWE (Direktur Pemohon Banding) tidak mengerti masalah perpajakan dan hanya pedagang eceran tradisonal biasa yang tidak pernah mencatat penjualan ataupun pembelian;

bahwa Pemohon Banding juga tidak punya kemampuan untuk membayar pajak yang ditetapkan sebesar Rp978.030.681,00;

bahwa Pemohon Banding bersedia diperiksa BPK apabila Pemohon Banding mempunyai kewajiban pajak sebesar Rp978.030.681,00;

bahwa Pemohon Banding keberatan atas SKPKB PPh Pasal 23 karena Pemohon Banding tidak pernah memungut pajak terhadap jasa ekspedisi yang mengantar barang ke toko Pemohon Banding;

bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding menyampaikan Pembahasan Hasil Akhir/Kesimpulan dari Sidang di Pengadilan Pajak Nomor 0106 tanggal 14 Mei 2018 sebagai berikut:

bahwa atas permohonan banding Pemohon Banding dengan nomor sengketa 115029.12/2013 tanggal 31 Juli 2017 keputusan yang dibanding nomor KEP-00078/KEB/WPJ.27/2017 tanggal 23 Mei 2017.

Dari hasil pembahasan di Pengadilan Pajak sudah Pemohon Banding jelaskan bahwa Pemohon Banding tidak pernah melakukan kegiatan apapun Pemohon Banding hanya Toko Bangunan biasa yang hanya mengambil keuntungan dari pembelian, lagi pula di Pengadilan Pajak sudah terungkap bahwa :

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding berpendapat sebagai berikut :

bahwa Pajak yang dikenakan kepada Pemohon Banding bukan dari hasil pelaporan SPT Tahunan Badan 2013 tapi dari hasil perhitungan Laporan keuangan yang dibuat fiktif oleh Konsultan Pajak;

bahwa Laporan Keuangan yang dibuat atas nama CV ASD sudah diakui oleh Terbanding (Pemeriksa pajak) dibuat oleh Konsutan Pajak dan Konsultan Pajak juga sudah mengakui kalau mereka yang membuat Laporan keuangan, dengan Pemohon Banding sertakan surat pernyataan yang ditanda tangani oleh Konsultan Pajak tersebut dan Disc yang sudah Pemohon Banding kirimkan ke majelis hakim;

bahwa Laporan Keuangan Itu juga tidak ditanda tangani sendiri oleh Pemohon Banding selaku Pengurus Pemohon Banding melainkan ditanda tangani oleh isteri pengurus Pemohon Banding yang mana isteri pengurus Pemohon Banding tidak termasuk dalam kepengurusan Pemohon Banding tersebut, sehingga Laporan keuangan tersebut tidak sah demi hukum;

bahwa Pemohon Banding tidak melakukan pengelapan PPN;

bahwa penghasilan Sdr. QWE (Pengurus Pemohon Banding) hanya dari toko bangunan semata dan sudah dibuat perhitungan laporan keuangan seperti yang minta oleh Majelis Hakim, sebagai berikut : PENDAPATAN

Pendapatan dari Kegiatan Usaha Tahun Rp 3.462.141.900

HPP :

Persediaaan Awal Rp 329.727.800 Pembelian Barang Rp 3.297.278.000 (+)

Persediaan Akhir Rp 824.319.500 (-) Rp 2.802.686.300

Rp 2.802.686.300 Penghasilan Kotor Rp 659.455.600 BIAYA OPERASIONAL & ADMINISTRASI :

Blaya Gaji & Tunjangan Karyawan

Rp 87.539.000 Beban Angkut Barang Rp 230.809.460 Biaya Listrik Rp 2.400.000 Biaya Telepon Rp 1.200.000 Biaya Bongkar Muat

Barang

Rp 32.972.780

Rp 354.921.240 Penghasilan Bersih Rp 304.534.360 Penghasilan Bersih Fiskal/ Penghasilan Yang Kena Pajak Diseribukan PPh

Terutang

Rp 304.534.360

Tarif 31 E Rp 38.066.795

Rp 3.172.233 bahwa oleh karena itu Pemohon Banding sebagai wajib pajak mengajukan permohonan kepada Pengadilan Pajak agar membatalkan keputusan yang dibanding nomor KEP-00078/KEB/WPJ.27/2017 tanggal 23 Mei 2017 karena disana telah terjadi maladministrasi perpajakan karena Pemohon Banding tidak pernah dipergunakan sama sekali tetapi penghasilan Pemohon Banding hanya dari toko bangunan semata yang sudah Pemohon Banding buat perhitungan laporan keuangan seperti yang minta oleh Majelis Hakim;;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-115029.12/2013/PP/M.XVA Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Menurut Majelis : bahwa Majelis berpendapat sengketa Koreksi Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp159.698.695,00 terjadi karena Terbanding berpendapat atas biaya angkut sebesar Rp159.698.695,00 merupakan transaksi yang memenuhi kriteria sebagai sewa atau penggunaan harta;

Menimbang, bahwa atas sengketa a quo dalam persidangan Terbanding berpendapat sebagai berikut : bahwa koreksi berdasarkan data biaya angkut pada Laporan Keuangan yang berikan Pemohon Banding dalam proses pemeriksaan dan Laporan Keuangan tersebut ditandatangani oleh Pemohon Banding;

bahwa Terbanding berpendapat Beban Angkut yang menjadi komponen Harga Pokok Penjualan sejalan dengan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang menyatakan Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 2% (dua persen);

bahwa dalam Surat Bandingnya, Pemohon Banding menyatakan sendiri bahwa pengiriman barang dagang yang sampai ke tokonya selalu memakai jasa ekspedisi, namun tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar 2 % atas biaya ekspedisi tersebut;

bahwa sesuai ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, maka pembayaran atas Penghasilan yang diberikan oleh Pemohon Banding kepada perusahaan ekspedisi termasuk ke dalam jenis jasa lain yang harus dipotong PPh Pasal 23;

Menimbang, bahwa berdasarkan sengketa a quo Pemohon Banding berpendapat sebagai berikut : bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp159.698.695,00 dengan alasan keputusan Terbanding tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya karena selama Tahun Pajak 2013, Pemohon Banding tidak melakukan kegiatan usaha;

bahwa kegiatan usaha yang dilakukan di tempat Toko “FGH” adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh Wajib Orang Pribadi atas nama QWE (Direktur Pemohon Banding) dan menurut Pemohon Banding, Terbanding sudah mengetahui tetapi tetap mempertahankan koreksinya;

bahwa Pemohon Banding tidak mengetahui darimana angka koreksi Terbanding muncul, karena sesungguhnya Pemohon Banding tidak memiliki catatan buku besar hal ini disebabkan Pemohon Banding tidak melakukan kegiatan usaha, sedangkan kegiatan usaha yang ada adalah atas nama Wajib Pajak Pribadi yaitu QWE;

bahwa Laporan Keuangan Tahun 2013 Pemohon Banding dibuat oleh konsultan yang bernama Sdr. RTY karena menurut Pemohon Banding, Sdr. RTY sudah terbiasa mengurus pajak sebab bernaung di konsultan yang berizin;

bahwa Sdr. RTY juga sudah mengakui yang membuat Laporan keuangan tersebut (bukti surat pernyataan yang ditanda tangani oleh Sdr. RTY dan rekaman dalam Disc);

Menimbang, bahwa Majelis berpendapat dasar hukum yang berkaitan dengan penghasilan sewa yang menjadi objek pajak adalah sebagai berikut :

bahwa Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan :

Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan:

a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:

1. piden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g;

2. bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f;

3. royalti; dan

4. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e;

b. dihapus;

c. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:

1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan

2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

bahwa Pasal 23 ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan :

Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan atas:

a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;

b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;

c. piden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan piden yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c);

d. dihapus;

e. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i;

f. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;

g. dihapus; dan

h. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

bahwa Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan:

Sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu. Orang dapat menyewakan pelbagai jenis barang, baik yang tetap maupun yang bergerak;

bahwa Pasal 453 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menyatakan:

Yang diartikan dengan mencarterkan (vervrachten) dan mencarter (bevrachten) ialah pencarteran menurut waktu (carter waktu) dan pencarteran menurut perjalanan (carter perjalanan);

Percarteran menurut waktu ialah perjanjian di mana pihak yang satu (yang mencarterkan) mengikatkan diri untuk menyediakan penggunaan sebuah kapal yang ditunjuk bagi pihak lainnya (pencarter), agar digunakan untuk keperluannya guna pelayaran di laut, dengan membayar suatu harga yang dihitung menurut Iamanya waktu. (KUHD 460 dst., 517z, 518 dst., 518f, 533n dst.) Pencarteran menurut perjalanan adalah perjanjian di mana pihak yang satu (yang mencarterkan) mengikatkan diri untuk menyediakan penggunaan sebuah kapal yang ditunjuk untuk seluruhnya atau untuk sebagian bagi pihak lainnya (pencarter), agar baginya dapat diangkut orang atau barang melalui laut dengan satu perjalanan atau lebih dengan membayar harga tertentu untuk pengangkutan ini. (KUHD 618h dst., 521, 533q dst.;

S.1933-47.)

bahwa Majelis berpendapat jenis sewa yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 ada 2 (dua) yaitu:

1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khusus kendaraan angkutan darat untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis;

2. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, selain kendaraan angkutan darat, untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan dan bukti-bukti dalam persidangan diketahui hal-hal sebagai berikut :

bahwa berdasarkan penelitian Majelis atas tanda terima barang/ekpedisi (bukti P-3 dan P-20) diketahui hal-hal sebagai berikut :

bahwa dalam bukti a quo tidak terdapat penunjukkan atau persyaratan alat/moda angkut baik secara jenis maupun kepemilikan dari alat/moda angkut tersebut;

bahwa tarif/biaya yang dikenakan sesuai jasa ekspedisi pada umumnya yaitu berdasarkan berat barang (kuantum/volume) dan bukan berdasarkan waktu yang dibutuhkan maupun jenis alat/moda angkut;

bahwa bukti a quo menyebutkan nilai pembayaran;

bahwa bukti a quo menyebutkan tempat pengangkutan barang dari dan tujuannya;

bahwa bukti a quo menyebutkan berat (kuantum) barang;

Menimbang, bahwa berdasarkan dasar hukum yang berkaitan, keterangan dan bukti-bukti dalam persidangan, Majelis berpendapat sebagai berikut :

bahwa Majelis berpendapat bahwa transaksi Pemohon Banding atas biaya angkut sebesar Rp159.698.695,00 bukan merupakan sewa atas alat/moda angkut karena :

tidak menyebutkan/mensyaratkan alat/moda angkut yang digunakan;

tarif/biaya berdasarkan kuantum barang yang dikirim dan bukan berdasarkan waktu yang dipergunakan untuk pengiriman barang;

tidak terdapat persyaratan untuk menggunakan alat/moda angkut yang digunakan baik jenis maupun kepemilikannya;

bahwa Majelis berpendapat tidak terdapat bukti valid dan kompeten yang mendukung bahwa Pemohon Banding menguasai atas alat/moda angkut yang digunakan untuk melakukan pengiriman barang Pemohon Banding;

Menimbang, bahwa Pasal 78 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, menyatakan :

“Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim.”

bahwa Penjelasan Pasal 78 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, menyatakan :

“Keyakinan Hakim didasarkan pada penilaian pembuktian dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan.”

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum a quo dan fakta-fakta hukum dalam persidangan serta keyakinan Hakim, Majelis berkesimpulan biaya angkut sebesar Rp159.698.695,00 merupakan tansaksi atas jasa pengangkutan dan bukan merupakan transaksi sewa-menyewa sehingga koreksi Terbanding atas Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp159.698.695,00 tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-115029.12/2013/PP/M.XVA Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak;

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit Pajak;

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi;

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, peraturan yang berlaku dan keyakinan Hakim, Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding;

Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan perundangundangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini;

Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor : KEP- 00078/KEB/WPJ.27/2017 tanggal 23 Mei 2017, tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23, Masa Pajak April 2013 Nomor 00009/203/13/332/16 tanggal 12 Mei 2016, atas nama : CV. ASD, dan menetapkan perhitungan PPh Pasal 23 terutang Masa Pajak April 2013 menjadi sebagai berikut :

Penghasilan Kena Pajak/Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 23 yang terutang

Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Pajak yang tidak/kurang dibayar

Rp. 0,00 Rp. 0,00 Rp. 0,00 Rp. 0,00

Demikian diputus di Jakarta, berdasarkan musyawarah Majelis XVA Pengadilan Pajak setelah pemeriksaan dalam persidangan yang dicukupkan pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut:

Drs. ABC, Ak.

Dr. DEF, S.E., Ak., M.M., M.Hum.

GHI, S.E., MAFIS.

Dra. JKL, M.M.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis XVA, pada hari Senin tanggal 30 Juli 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri oleh Terbanding dan tidak dihadiri oleh Pemohon Banding.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

- berilah tanda pada kolom Tugas /Jabatan, sesuai tugas saat ini - berilah tanda status keaktifan sesuai kondisi saat ini.. - Isi Tempat Tugas & Mapel

Dimana hakim dalam menjatuhkan putusan pidana kepada terdakwa didasari oleh pertimbangan yuridis yang didasarkan pada Pasal 185 ayat (7) KUHAP, bahwa keterangan saksi yang

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 117 tahun 2008 tentang Nomor Kode Lokasi Satuan Kerja Perangkat Daerah Dan

Mengesahkan Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, including the Moon and Other Celestial Bodies, 1967 (Traktat

Menimbang, bahwa oleh karena suami pemohon telah meninggal dunia maka sesuai ketentuan pasal 345 KUHPerdata, pemohon cukup beralasan dijadikan sebagai wali dari anak

Ketepatan (akurasi) passing adalah kemampuan dalam menempatkan atau mengoper bola ke sasaran sesuai dengan tujuan (Soedjono 1983). Passing yang baik dan benar sangat

Program ini terbuka bagi dosen/peneliti perguruan tinggi yang telah memiliki naskah buku teks pembelajaran yang diturunkan dari pengalaman penelitiannya di Indonesia,

Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo, melalui model Round Teble .Penelitian