ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PENGETAHUAN TENTANG PENGUNGKAPAN ASET SUKARELA TARIF PAJAK FINAL DENGAN KESADARAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN HARTA
(Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan di Kota Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Bertilla Intan Brinita NIM: 152114090
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2019
i
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PENGETAHUAN TENTANG PENGUNGKAPAN ASET SUKARELA TARIF PAJAK FINAL DENGAN KESADARAN WAJIB PAJAK BADANDALAM MELAPORKAN HARTA
(Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan di Kota Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Bertilla Intan Brinita NIM: 152114090
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2019
ii
iii
iv MOTTO
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatanmu. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan
membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu (1 Korintus 10: 13A-B)
Berdoa tanpa belajar akan jadi doa yang kosong, Belajar tanpa berdoa akan jadi usaha yang buta
(Karl Barth)
Kupersembahkan untuk:
Bapakku Henu Prakosa dan Ibuku Regina Sri M Kakakku Dita dan Adikku Inez
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mengatakan bahwa Skripsi dengan judul:
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PENGETAHUAN TENTANG PENGUNGKAPAN ASET SUKARELA TARIF PAJAK FINAL DENGAN KESADARAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN HARTA
(Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan di Kota Semarang)
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 13 Juni 2019 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2019 Yang membuat pernyataan,
Bertilla Intan Brinita
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Bertilla Intan Brinita Nomor Mahasiswa : 152114090
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PENGETAHUAN TENTANG PENGUNGKAPAN ASET SUKARELA TARIF PAJAK FINAL DENGAN KESADARAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN HARTA
(Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan di Kota Semarang)
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 31 Juli 2019 Yang menyatakan
Bertilla Intan Brinita
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc. Phd selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.
2. Dra. YFM Gien Agustinawansari, MM., Ak., CA selaku pembimbing yang telah banyak membantu serta dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bapak/Ibu/Saudara/i selaku Pemilik/Manajer Umum/Staf Keuangan/Staf Akuntansi sebagai perwakilan dari perusahaan-perusahaan di Kota Semarang yang telah bersedia menjadi responden penelitian dan telah bersedia memberikan data yang diperlukan.
4. Bapak Henu Prakosa, Ibu Sri Maryanti, adikku Inez, dan kakakku Dita yang selalu membantu, memotivasi, mendukung dan mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat selesai.
viii
5. Sahabat saya, Saras, yang selalu memberikan semangat dan memberikan solusi demi kelancaran penulisan skripsi ini.
6. Ello, yang sudah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ulrich, yang selalu memberikan semangat dan selalu mendoakan demi kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan mulai dari teman-teman Kelas C angkatan 2015 dan kelas MPAT yang mendoakan kelancaran penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Bertilla Intan Brinita
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pengertian Pajak ... 8
B. Pengetahuan ... 8
C. Pengungkapan Aset Sukarela Tarif Pajak Final (PAS-Final) ... 9
D. Kesadaran Wajib Pajak ... 21
E. Persepsi ... 23
F. Penelitian Terdahulu ... 24
G. Kerangka Berpikir ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 27
D. Proses Penelitian ... 28
E. Data Penelitian ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data ... 28
G. Populasi dan Sampel ... 32
H. Definisi Operasional Variabel ... 33
I. Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Deskripsi Data ... 38
B. Deskripsi Responden ... 38
C. Pengujian Instrumen Penelitian... 40
x
D. Uji Hubungan (Korelasi Rank Spearman) ... 44
D. Pembahasan ... 45
BAB V PENUTUP ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Keterbatasan Penelitian ... 54
C. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN ... 66
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan ... 18
Tabel 3.1 Kisi-kisi Variabel Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Penentuan Besarnya Sampel Menurut Yount ... 33
Tabel 3.3 Kriteria Penafsiran Korelasi ... 37
Tabel 4.1 Rincian Kuesioner ... 38
Tabel 4.2 Usia Responden... 39
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden ... 39
Tabel 4.4 Jabatan Responden ... 39
Tabel 4.5 Bidang Usaha Responden ... 39
Tabel 4.6 Kepemilikan NPWP Responden ... 40
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Persepsi Pengetahuan ... 40
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kesadaran Wajib Pajak Badan ... 41
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Pengetahuan ... 42
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak Badan ... 42
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas ... 43
Tabel 4.12 Rekapitulasi Uji Normalitas ... 43
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Persepsi Pengetahuan dengan Kesadaran Wajib Pajak Badan ... 44
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Model Penelitian ... 26
xiii ABSTRAK
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PENGETAHUAN TENTANG PENGUNGKAPAN ASET SUKARELA TARIF PAJAK FINAL DENGAN
KESADARAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN HARTA
Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan di Kota Semarang Bertilla Intan Brinita
NIM: 152114090 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat hubungan persepsi pengetahuan tentang pengungkapan aset sukarela tarif pajak final (PAS-Final) dengan kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya Wajib Pajak yang belum mengetahui PAS-Final dengan baik, yang dimana hal tersebut berhubungan dengan tingkat kesadaran dalam melaporkan harta. Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan perilaku berupa pandangan yang melibatkan pengetahuan.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada perusahaan-perusahaan Kota Semarang.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni Uji Korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi pengetahuan tentang Pengungkapan Aset Sukarela Tarif Pajak Final (PAS-Final) memiliki hubungan yang kuat dengan variabel kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta. Selain itu, kedua variabel memiliki hubungan yang positif. Hubungan antara variabel pengetahuan tentang PAS-Final dan kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta signifikan.
Kata Kunci: Persepsi pengetahuan, PAS-Final, kesadaran
xiv ABSTRACT
ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE PERCEPTION ABOUT THE DISCLOSURE OF THE VOLUNTARY ASSETS OF FINAL TAX RATES WITH TAX COMPLIANCE AWARENESS IN REPORTING
ASSETS
A Empirical Study on Companies in Semarang City
Bertilla Intan Brinita NIM : 152114090 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2019
This study aimed to determine the relationship characteristic of perceptions of knowledge about disclosure of voluntary assets final tax rates (PAS-Final) with the awareness of the Corporate Taxpayer in reporting assets.
This research was motivated by the existence of taxpayers who do not know the PAS-Final properly, which was related to the level awareness in reporting assets.
Taxpayer awareness in paying taxes was a behavior in the form of views involving knowledge.
This type of research is an empirical study. The sampling technique used was convenience sampling. Data collection was done by spreading a questionnaires to the Semarang City companies. The data analysis technique used in this study used the Spearman Rank Correlation Test.
The results of this study indicated that the perception of knowledge about Disclosure of Voluntary Assets Final Tax Rates (PAS-Final) has a strong relationship with the variables of the awareness of Corporate Taxpayers in reporting assets. In addition, both variables have a positife relationship. The relationship between knowledge variables about PAS-Final and awareness of Corporate Taxpayers in reposting assets was significant.
Keywords: Knowledge perception, PAS-Final, awareness
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara (Lubis, 2015). Laman finance detik menerbitkan artikel yang memaparkan bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan realisasi penerimaan perpajakan untuk 2017 telah mencapai 91,0% atau menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan realisasi pada dua tahun sebelumnya yang berada di kisaran 83%. Laman CNBC Indonesia menerbitkan artikel bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memaparkan kondisi keuangan pemerintah bahwa penerimaan pajak hingga bulan April 2018 tercatat sebesar Rp416,9 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 11,17%.
Pada Juli 2016 hingga Maret 2017, pemerintah mengeluarkan program Tax Amnesty. Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam undang-undang (Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2016). Sebuah laman Kompasiana menerbitkan artikel yang menyebutkan bahwa total penerimaan dari program Tax Amnesty yang masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per 31 Maret 2017 adalah sebesar Rp135 triliun, akan tetapi berdasarkan laman Kompas.com, Deputi Sekretaris Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi (Fitra) Misbah Hasan menilai, program Tax Amnesty pemerintah
saat ini belum berhasil menarik pendapatan dari pajak secara maksimal.
Laman Kompas.com menerbitkan sebuah artikel yang menyebutkan bahwa Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP Hestu Yoga Saksama, mencatat masih banyak Wajib Pajak termasuk yang mengikuti Tax Amnesty diindikasikan belum melaporkan hartanya, dimana dari total Rp3.500 triliun nilai aset Wajib Pajak di luar negeri, DJP baru menerima sekitar Rp1.000 triliun melalui program Tax Amnesty begitu pula dengan Wajib Pajak dalam negeri yang tingkat kesadarannya dalam pelaporan harta masih rendah.
Berdasarkan peraturan Tax Amnesty, Wajib Pajak yang telah mengikuti Tax Amnesty belum tentu terbebas dari kewajiban perpajakan yang berlaku, dimana kelalaian yang disengaja ataupun tidak disengaja dalam melaporkan harta tambahan akan berakibat penghasilan tambahan akan dikenakan pajak pada saat harta tersebut ditemukan otoritas pajak (Okfitasari et al., 2017).
Pemerintah menerbitkan peraturan baru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.03/2017 sebagai hasil revisi dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.03/2016 mengenai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Program Pengampunan Pajak. Berdasarkan laman tribunjatim.com, peraturan PMK 165 ini mengatur mengenai pengungkapan aset secara sukarela dengan tarif final (PAS-Final).
Laman TribunJogja.com menyebutkan bahwa PAS-Final ini memberikan kesempatan bagi seluruh Wajib Pajak yang memiliki harta yang masih belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) 2015 maupun Surat Pernyataan Harta (SPH) untuk mengungkapkan aset dengan membayar pajak
penghasilan. DJP menghimbau kepada Wajib Pajak yang tidak mengikuti Tax Amnesty dan memiliki harta yang tidak pernah dibayar pajaknya atau belum terlapor dalam SPT, supaya melakukan pembetulan atas SPT sepanjang belum dilakukan pemeriksaan (Okfitasari et al., 2017). PAS-Final ini juga membantu para Wajib Pajak agar terhindar dari sanksi menurut Pasal 18 Undang-Undang Pengampunan Pajak, yakni sanksi administrasi sebesar 200%.
Persepsi pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh Wajib Pajak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh Wajib Pajak karena tanpa adanya pengetahuan tentang pajak, maka sulit bagi Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya (Nisa, 2016). Masyarakat akan mempunyai kesadaran untuk membayar pajak apabila sebelumnya telah memiliki pengetahuan tentang pajak (Qomaria, 2008). Pendidikan formal dan non-formal dapat meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak, karena pengetahuan perpajakan merupakan hal yang paling mendasar dimiliki Wajib Pajak, semakin banyak pengetahuan perpajakan yang didapat akan menimbulkan bertambahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak yang mengakibatkan Wajib Pajak akan membayar pajaknya dengan tepat waktu tanpa adanya paksaan (Ummah, 2015). Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi persepsi dan pola berpikir seseorang (Kuang dan Lee, 2017 dalam Okfitasari et al., 2017). Pengetahuan perpajakan yang benar menjadi salah satu aspek pengaruh kepatuhan Wajib Pajak secara sukarela (Inasius, 2015). Pengetahuan dan pemahaman yang kurang tentang pajak
mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak (Ilhamsyah et al., 2016). Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti kembali permasalahan tersebut, namun terdapat perbedaaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yakni meliputi objek penelitian dan variabel-variabel yang digunakan, oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Persepsi Pengetahuan tentang Pengungkapan Aset Sukarela Tarif Pajak Final dengan Kesadaran Wajib Pajak Badan dalam Melaporkan Harta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara persepsi pengetahuan tentang pengungkapan aset sukarela tarif pajak final dengan kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah, yaitu:
1. Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan yakni perusahaan-perusahaan di Kota Semarang yang diwakilkan oleh Pemilik/Manajer Umum/Staf Keuangan/Staf Akuntansi.
2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi pengetahuan tentang pengungkapan aset sukarela tarif pajak final. Variabel tersebut digunakan untuk menganalisis hubungan dengan variabel dependen yakni kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta.
Variabel independen lain seperti, variabel motivasi Wajib Pajak,
lingkungan Wajib Pajak, kualitas pelayanan pajak, penagihan pajak, sikap Wajib Pajak yang diduga berhubungan dengan variabel dependen tidak digunakan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara persepsi pengetahuan tentang pengungkapan aset sukarela tarif pajak final dengan kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta.
E. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi mengenai PAS-Final dan diharapkan perusahaan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi di bidang perpajakan mengenai PAS-Final dan hubungannya dengan kesadaran dalam melaporkan harta.
3. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis di bidang perpajakan mengenai PAS-Final dan hubungannya dengan kesadaran dalam melaporkan harta.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini dikelompokkan menjadi lima bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, analisis data dan pembahasan, serta penutup. Secara garis besar penulisan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian, penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan perumusan hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, proses penelitian, data penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sambel, definisi operasional variabel, dan teknik analisis data.
Bab IV Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi data, deskirpsi responden, analisis data dan pembahasan.
Bab V Penutup
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran bagi peneliti selanjutnya.
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Berdasarkan laman temukanpengertian, pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran, dan pengalaman yang terakumulasi sehingga bisa diaplikasikan ke dalam masalah atau proses bisnis tertentu.
2. Pengetahuan Perpajakan
Terkait dengan pengetahuan perpajakan menurut Susmiyatun dan Kusmuriyanto (2014: 380), pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan umum di bidang perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang, pencatatan pajak terutang, sampai dengan bagaimana pengisian pelaporan pajak.
3. Indikator Pengetahuan Perpajakan a. Pengetahuan mengenai unsur pajak
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah (Istanto, 2010 dalam Utami, 2018).
b. Pengetahuan mengenai peran pajak
Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
Peran pajak ini digunakan sebagai penunjang pembangunan nasional di Indonesia (Istanto, 2010 dalam Utami, 2018).
c. Pengetahuan Manfaat Pajak
Tinggi rendahnya pengetahuan manfaat pajak terhadap kesediaan membayar pajak dapat diketahui dari pengukuran sebagai berikut (Anggraeni, 2011 dalam Utami, 2018):
1) Pengetahuan manfaat pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin.
2) Pengetahuan manfaat pajak sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.
3) Pengetahuan manfaat pajak merupakan sumber utama APBN.
C. Pengungkapan Aset Sukarela Tarif Final (PAS-Final) 1. Pengungkapan
a. Pengertian Pengungkapan
Terkait dengan pengertian dari pengungkapan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengungkapan berarti proses, cara, perbuatan mengungkapkan. Pengertian pengungkapan menurut Suwardjono (2005: 134), pengungkapan berkaitan dengan penjelasan hal-hal informatif (penyampaian informasi) yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statement keuangan.
b. Pengungkapan dalam Perpajakan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan menjadi Undang-Undang pasal 2 ayat (2), lembaga jasa keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak:
1) laporan yang berisi informasi keuangan sesuai standar pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian internasional di bidang perpajakan untuk setiap rekening keuangan yang diidentifikasikan sebagai rekening keuangan yang wajib dilaporkan
2) laporan yang berisi informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan
c. Media Pengungkapan (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan menjadi Undang-Undang)
Kewajiban penyampaian laporan dilakukan dengan:
1) mekanisme elektronik melalui Otoritas Jasa Keuangan bagi lembaga jasa keuangan mengenai informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan dari lembaga jasa keuangan yang melaksanakan kegiatan
di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain yang dikategorikan sebagai lembaga keuangan sesuai standar pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian internasional di bidang perpajakan dan untuk laporan yang berisi informasi keuangan sesuai standar pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian internasional di bidang perpajakan untuk setiap rekening keuangan yang diidentifikasikan sebagai rekening keuangan yang wajib dilaporkan.
2) mekanisme non-elektronik sepanjang mekanisme elektronik belum tersedia, kepada Direktur Jenderal Pajak, bagi lembaga jasa keuangan lainnya dan entitas lain mengenai informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan dari lembaga jasa keuangan yang melaksanakan kegiatan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain yang dikategorikan sebagai lembaga keuangan sesuai standar pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian internasional di bidang perpajakan dan untuk laporan yang berisi informasi keuangan sesuai standar pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian internasional di bidang perpajakan untuk setiap rekening keuangan yang diidentifikasikan sebagai rekening keuangan yang wajib.
3) mekanisme non-elektronik sepanjang mekanisme elektronik belum tersedia, kepada Direktur Jenderal Pajak, untuk laporan yang berisi
informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan, yang dikelola oleh lembaga jasa keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain dimaksud selama satu tahun kalender.
2. Aset
a. Pengertian Aset
Terkait dengan pengertian aset, berdasarkan laman artikelsiana, menurut Hidayat, aset adalah barang atau benda yang bergerak dan juga tidak bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), dimana keseluruhan hal tersebut mencakup aset atau harta aset dari suatu organisasi, instansi, badan usaha, ataupun perorangan.
b. Pengertian Aset dalam Akuntansi
Terkait dengan pengertian aset, Financial Accounting Standards Board (FASB) mendefinisikan aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu (Suwardjono, 2005: 252).
c. Pengertian Aset dalam Perpajakan
Terkait dengan pengertian aset dalam perpajakan, menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2017 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Tertentu Berupa Harta Bersih yang Diperlakukan atau Dianggap sebagai Penghasilan, aset (harta) adalah akumulasi tambahan kemampuan ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik berwujud
maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha maupun bukan untuk usaha, yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Aset Berwujud (Tangible Assets)
Terkait dengan pengertian aset berwujud, berdasarkan laman patriotsoftware.com, aset berwujud adalah barang fisik yang dapat menambah nilai bagi suatu bisnis. Contoh dari aset berwujud yaitu: kas, tanah, peralatan, kendaraan, dan persediaan. Aset berwujud dibagi menjadi dua kategori yakni:
1) Aset Lancar (Current Assets)
Aset lancar merupakan aset yang mudah dikonversikan menjadi uang tunai dalam satu tahun. Contoh dari aset lancar adalah uang tunai, persediaan, dan piutang.
2) Aset Tetap (Fixed Assets)
Aset tetap adalah aset jangka panjang yang tidak dapat dikonversi menjadi uang tunai dalam satu tahun. Contoh aset tetap adalah bangunan, tanah, dan peralatan.
e. Aset Tak Berwujud (Intangible Assets)
Terkait dengan pengertian aset tak berwujud, berdasarkan laman Binus University, menurut Obaidulla Jan, CPA, aset tak berwujud adalah aset jangka panjang perusahaan yang teridentifikasi namun tidak hadir secara fisik. Contoh aset tak berwujud dalam bisnis atau perusahaan adalah hak cipta, individu atau perusahaan yang memiliki keinginan
membeli suatu aset dengan nilai yang lebih tinggi dari nilai buku (goodwill), merk dagang (hak suatu perusahaan dalam memasarkan produk yang diproduksi dan dijual).
f. Jenis-Jenis Aset 1) Aset Lancar
Aset lancar adalah kas dan aset lain yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas dan dijual serta digunakan selama satu tahun (Wild, 2004: 186 dalam KajianPustaka.com). Aset lancar dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Djarwanto, 2004: 25 dalam KajianPustaka.com):
a) Kas yaitu berupa uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.
b) Investasi jangka pendek, yaitu berupa obligasi pemerintah, obligasi perusahaan-perusahaan industri dan surat-surat hutang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek.
c) Wesel tagih, yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes.
d) Piutang dagang, meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseroan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.
e) Penghasilan yang masih akan diterima, yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah
memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
f) Persediaan barang, yaitu barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca.
g) Biaya yang dibayar di muka, yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan.
2) Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan selama periode (Wild, 2004: 257 dalam KajianPustaka.com). Aset lancar dibagi menjadi beberapa jenis yakni:
a) Investasi jangka panjang, dapat berupa saham dan obligasi, harta kekayaan yang tidak digunakan dalam operasi rutin perusahaan seperti gedung yang disewakan kepada pihak lain, dana yang diperuntukkan untuk tujuan khusus selain pembayaran utang jangka pendek dan pinjaman kepada anak perusahaan.
b) Aset tetap merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatif permanen, digunakan dalam operasi reguler lebih dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali (Djarwanto, 2004: 27 dalam KajianPustaka.com). Contoh aset tetap antara lain: tanah, bangunan atau gedung, mesin-mesin,
perabot dan peralatan kantor, perabot dan peralatan toko, alat pengangkutan, dan sumber-sumber alam.
c) Aset tidak berwujud, berupa hak-hak yang dimiliki perusahaan, misalnya hak cipta, leashold, franchises, hak patent, goodwill, trademark, biaya organisasi.
d) Beban biaya yang ditangguhkan, adalah pengeluaran- pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang dimana pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsung untuk beberapa tahun atau periode, misalnya biaya pemasaran, biaya penelitian.
3. Pengertian Sukarela a. Pengertian Sukarela
Terkait dengan pengertian sukarela, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, sukarela berarti dengan kemauan sendiri, dengan rela hati, atas kehendak sendiri (tidak karena diwajibkan).
b. Pengertian Sukarela menurut Pajak
Terkait dengan pengertian sukarela dalam perpajakan, berdasarkan laman nusahati.com, kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung dari self assessment system, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam membayar dan melaporkan pajak.
4. Pajak Final a. Pengertian
Pajak penghasilan bersifat final artinya pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir), sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada akhir tahun pajak (Resmi, 2014: 143).
b. Penghasilan yang dikenakan Pajak Final
Terkait dengan penghasilan yang dikenakan pajak final, berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, penghasilan yang dikenakan pajak final adalah:
1) Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan 2) Penghasilan dari bunga obligasi
3) Penghasilan dari hadiah undian
4) Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek 5) Penghasilan dari usaha jasa konstruksi
6) Penghasilan dari sewa tanah dan bangunan 7) Penghasilan dari perusahaan pelayaran Indonesia
8) Penghasilan dari Wajib Pajak luar negeri yang memiliki kantor perwakilan di Indonesia
9) Penghasilan neto fiskal
5. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 165/PMK.03/2017
Kementerian Keuangan Republik Indonesia melakukan revisi kedua pada PMK Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan Program Pengampunan Pajak menjadi PMK Nomor 165/PMK.03/2017 yang berdasarkan Siaran Pers yang dikeluarkan oleh DJP, peraturan ini
mengatur mengenai prosedur perpajakan bagi Wajib Pajak yang melaporkan aset tersembunyi sebelum aset tersebut ditemukan oleh Direktorat Jenderal Pajak Sehingga menurut Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat pada Siaran Pers, PAS-Final ini memberikan kesempatan bagi seluruh WP yang memiliki harta yang masih belum dilaporkan dalam SPT 2015 maupun Surat Pernyataan Harta (SPH) untuk mengungkapkan sendiri aset tersebut dengan membayar pajak penghasilan dengan tarif sebagai berikut:
Tabel 2.1. Tarif Pajak Penghasilan
No. Kelompok Wajib Pajak Tarif
1. Orang Pribadi Umum 30%
2. Badan Umum 25%
3. Orang Pribadi/Badan Tertentu (penghasilan usaha atau pekerjaan bebas
≤ Rp4,8 miliar dan/atau karyawan dengan penghasilan ≤ Rp632 juta
12,5%
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2017 pasal 4 ayat 1 6. Tujuan Penyusunan PMK 165
Tujuan dari penyusunan PMK 165 menurut PMK Nomor 165/PMK.03/2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, yakni memberikan keadilan, pelayanan, kemudahan, dan mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kebijakan Pengampunan Pajak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
7. Tata Cara Pengungkapan Harta
Pengungkapan Harta menurut PMK 165 Pasal 44A ayat 7, yakni dilakukan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final dengan dilampiri bukti pembayaran Pajak Penghasilan atas harta, dan menurut PMK 165 Pasal 44 ayat 8 pembayaran Pajak Penghasilan dilakukan dengan menggunakan Kode Akun 411128 dan Kode Jenis Setoran 422 dengan mencantumkan pembayaran atau penyetoran untuk Masa Pajak dilakukannya pengungkapan harta.
8. Syarat PAS-Final
Terkait dengan syarat PAS-Final, menurut PMK 165 Pasal 44A ayat 1 bagian b, Wajib Pajak dapat mengungkapkan harta yang belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sepanjang Direktorat Jenderal Pajak belum menemukan data dan/atau informasi mengenai harta dimaksud. Selain itu, menurut laman pajak.go.id, syarat Wajib Pajak agar dapat memanfaatkan PAS-Final adalah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
9. Sanksi yang dikenakan menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak pasal 18
a. Dalam hal Wajib Pajak telah memperoleh Surat Keterangan kemudian ditemukan adanya data dan/atau informasi mengenai Harta yang belum atau kurang diungkapkan dalam Surat Pernyataan, atas Harta dimaksud dianggap sebagai tambahan penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak pada saat ditemukannya data dan/atau informasi mengenai Harta dimaksud.
b. Dalam hal:
1) Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat Pernyataan sampai dengan periode Pengampunan Pajak berakhir; dan
2) Direktur Jenderal Pajak menemukan data dan/atau informasi mengenai Harta Wajib Pajak yang diperoleh sejak tanggal 1 Januari 1985 sampai dengan 31 Desember 2015 dan belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, atas Harta dimaksud dianggap sebagai tambahan penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak pada saat ditemukannya data dan/atau informasi mengenai Harta dimaksud, paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.
c. Atas tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan dan ditambah dengan sanksi administrasi perpajakan berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar.
d. Atas tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai pajak dan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan.
10. Konsekuensi PAS-Final (Safrina dan Soehartono, 2018) Konsekuensi jika tidak mengikuti PAS-Final adalah:
a. Bagi peserta Tax Amnesty
Wajib Pajak yang mengikuti program Tax Amnesty, namun ditemukan harta lain yang tidak diungkapkan dalam Surat Pernyataan Harta (SPH).
Konsekuensinya adalah harta yang belum atau kurang diungkap dianggap sebagai penghasilan saat ditemukan dan akan dikenai Pajak Penghasilan ditambah sanksi sebesar 200%.
b. Bagi bukan peserta Tax Amnesty
Ditemukan harta yang diperoleh sejak 1 Januari 1985 sampai dengan 31 Desember 2015 dan belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Konsekuensinya adalah harta yang ditemukan dianggap sebagai penghasilan dan akan dikenai Pajak Penghasilan ditambah sanksi sesuai ketentuan perpajakan yakni sebesar 2% per bulan, maksimal 24 bulan.
D. Kesadaran Wajib Pajak 1. Pengertian Kesadaran
Kesadaran merupakan unsur dalam manusia untuk memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Nurlaela, 2014).
2. Pengertian Kesadaran Wajib Pajak
Berdasarkan laman hestanto, menurut Fikriningrum (2012), kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan perilaku Wajib Pajak berupa pandangan atau perasaan yang melibatkan pengetahuan, keyakinan dan penalaran disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai stimulus
yang diberikan oleh sistem dan ketentuan pajak tersebut. Ada beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong Wajib Pajak untuk membayar pajak menurut Irianto (2005) dalam Ariesta dan Latifah (2017), yakni:
a. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, Wajib Pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan.
b. Kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib Pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara.
c. Kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan. Wajib Pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga negara.
3. Indikator Kesadaran Wajib Pajak
Berdasarkan laman hestanto, Wajib Pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila (Asri, 2009):
a. Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.
b. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
c. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
e. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.
f. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesadaran Wajib Pajak (Qomaria, 2008):
a. Pengetahuan Masyarakat, dimana semakin tinggi pengetahuan masyarakat maka semakin mudah bagi pemerintah untuk menyadarkan mereka terutama mengenai hubungan antara biaya dan manfaat dari setiap aktivitas pemerintah.
b. Tingkat Pendidikan, hal ini diperlukan dalam pemahaman pajak dan pengisian formulir pajak yang terkadang terasa rumit bagi masyarakat.
c. Sistem yang berlaku, terutama pada sistem pajak yang adil dan sistem administrasi yang mudah dan sederhana.
E. Persepsi
Terkait dengan persepsi, menurut Young dalam Adrian (2010) dalam laman dosenpsikologi.com, persepsi merupakan sebuah aktivitas berupa mengindra, mengintegrasikan, serta memberikan penilaian pada objek-objek fisik ataupun sosial. Penginderaan tersebut biasanya tergantung dari stimulus fisik dan sosial yang berada di dalam lingkungannya, yang kemudia akan diolah bersama-sama dengan hal lainnya yang sudah dipelajari sebelumnya, baik berupa harapan, nilai, ingatan, sikap dan lainnya.
F. Penelitian Terdahulu
Putri dan Fanani (2018) telah melakukan penelitian dengan judul
“Strategi Mempertahankan Harta Anak Bangsa Pasca Tax Amnesty”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat strategi yang digunakan untuk mengejar target penerimaan negara saat berakhirnya program Pengampunan Pajak yakni reformasi aturan pajak, melakukan penegakan hukum terhadap Wajib Pajak yang belum mendeklarasikan hartanya. Wajib Pajak yang selama ini menolak membereskan catatan perpajakan masa lalu dengan mengikuti program Amnesti Pajak akan menghadapi risiko pengenaan pajak dengan tarif serta sanksi atas harta yang tidak diungkap dan kemudian diketahui oleh otoritas.
Putra et al. (2018) telah melakukan penelitian dengan judul
“Mengungkap Keberhasilan Tax amnesty: Studi Kasus pada KPP Pajak Pratama Makassar Utara”. Hasil penelitian tersebut yakni menyebutkan bahwa Tax Amnesty di Indonesia masih dapat disimpulkan tidak berhasil, pencapainnya masih jauh di bawah target yang diharapkan dimana dari sisi tingkat partisipasi kesadaran dan kepatuhan pajak masih tergolong rendah.
Adapun solusi yang dipaparkan di dalam penelitian tersebut yakni salah satunya memaksimalkan pengejaran dan pemeriksaan pajak atas Wajib Pajak yang belum melaporkan hartanya sebagai bentuk target kinerja fiskus.
Fathoni (2017) telah melakukan penelitian mengenai kebijakan pasca Amnesti Pajak. Hasil penelitian Fathoni (2017) memaparkan bahwa DJP diharapkan mampu melakukan peran pengawasannya atas harta yang
tercatat dalam sistem perpajakan Indonesia, dimana untuk Wajib Pajak yang tidak mengikuti Amnesti Pajak dan ditemukan adanya harta yang belum dilaporkan dalam SPT Tahunan akan dianggap sebagai tambahan penghasilan dan dikenai pajak dan sanksi sesuai Undang-undang yang berlaku.
Safrina dan Soehartono (2018) melakukan penelitian yang berjudul
“Meneropong Prospek Pemberlakuan PAS-Final (Pengungkapan Aset Sukarela dengan Tarif Final) Pasca Tax Amnesty untuk Meningkatkan Penerimaan Negara”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prospek atau harapan yang diingingkan dari diberlakukannya PAS-Final ini adalah pencapaian target penerimaan pajak tahun 2018, sebesar Rp1.618,1 triliun, yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya secara umum, dan khususnya dapat mengungkapkan hartanya secara sukarela, serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif dan terintegrasi dalam arti bahwa DJP yang telah memiliki data Wajib Pajak dari lembaga keuangan yang terdaftar sebagai pelapor, untuk mendukung pelaksanaan pertukaran informasi keuangan secara otomatis, atau yang disebut dengan Automatic Exchange of Information (AeoI), dan harapan yang terakhir yakni peningkatan tax ratio melalui pencapaian target penerimaan pajak.
G. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan mengenai hubungan persepsi pengetahuan tentang pengungkapan aset sukarela tarif pajak final
dengan kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta, seperti yang ditunjukan pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Model Penelitian Persepsi Pengetahuan tentang
Pengungkapan Aset Sukarela Tarif Pajak Final (X)
Kesadaran Wajib Pajak Badan
(Y)
27 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris. Penelitian empiris adalah penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman (Sangadji dan Sopiah, 2010: 20). Pengertian empiris menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, adalah berdasarkan pengalaman terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai dengan April 2019.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa perusahaan di Kota Semarang, Jawa Tengah.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subjek Penelitian adalah Wajib Pajak Badan yakni perusahaan-perusahaan di Kota Semarang yang diwakilkan oleh Pemilik/Manajer Umum/Staf Keuangan/Staf Akuntansi.
2. Objek Penelitian adalah persepsi pengetahuan tentang PAS-Final dengan kesadaran Wajib Pajak Badan dalam melaporkan harta.
D. Proses Penelitian
Proses penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, kemudian hasil dari kuesioner diolah dalam bentuk data berupa angka-angka, selanjutnya data tersebut dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan program statistik yakni SPSS (Statistical Package for the Social Sciences).
E. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Sumber penelitian primer diperoleh para peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data primer, yaitu metode survei (wawancara dan kuesioner) dan metode observasi (Sangadji dan Sopiah, 2010: 171). Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner, yang disebarkan kepada perusahaan-perusahaan di Kota Semarang yang diwakilkan oleh Pemilik/Manajer Umum/Staf Keuangan/Staf Akuntansi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner atau angket. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012: 142). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pernyataan yang bersifat tertutup karena responden hanya
memilih satu jawaban yang dianggap benar dan tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini variabel kesadaran dibuat dengan mengacu pada jurnal yang berjudul Meneropong Prospek Pemberlakuan PAS-Final (Pengungkapan Aset Sukarela dengan Tarif Final) Pasca Tax Amnesty untuk Meningkatkan Penerimaan Negara oleh Safrina dan Akhmad (2018). Sementara kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini untuk variabel persepsi pengetahuan diambil dari Khasanah (2014) dalam Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta dan dilakukan modifikasi. Kuesioner dalam penelitian ini berisi identitas responden dan pernyataan terkait variabel.
Kuesioner akan disebar ke beberapa perusahaan di Kota Semarang melalui e- mail dengan menggunakan google form dan dilakukan dengan mendatangi perusahaan secara langsung. Kuesioner ini menggunakan skala likert dalam pengukuran terhadap pernyataannya. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012: 93). Berikut adalah pengukuran skala likert untuk setiap pernyataan:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Cenderung Setuju (CS) 4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
Adapun kisi-kisi variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Indikator Variabel Penelitian
Variabel Indikator Nomor Item
Persepsi Pengetahuan tentang PAS-Final (X)
1. Pengetahuan mengenai PAS-Final.
2. Pengetahuan mengenai tujuan PAS-Final.
3. Pengetahuan mengenai manfaat PAS-Final.
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,17,18 11,12,13,14
15,16
Kesadaran Wajib Pajak Badan (Y)
1. Kesadaran untuk memanfaatkan PAS-Final
2. Kesadaran bahwa melaporkan harta akan meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan kewajiban perpajakan.
3. Kesadaran untuk mencari informasi yang dibutuhkan melalui media massa maupun internet.
4. Kesadaran bahwa PAS-Final sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
5. Kesadaran untuk bertanya jika menemukan kesulitan dalam PAS- Final.
6. Kesadaran untuk melaporkan harta secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak lain.
7. Kesadaran bahwa dengan memanfaatkan PAS-Final akan menjunjung transparansi sektor keuangan global dan membantu meningkatkan intensitas pertukaran informasi keuangan antar negara.
8. Kesadaran untuk terhindar dari sanksi denda PAS-Final.
9. Kesadaran untuk melaporkan harta sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
1 2 3 4,5
6 7,8
9,10
11 12
38 D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan-perusahaan di Kota Semarang. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 80). Populasi dalam penelitian ini, menurut Publikasi Tahunan 2017/2018 Kota Semarang adalah sebanyak 406 perusahaan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 81). Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa perusahaan di Kota Semarang yang diwakilkan oleh Pemilik/Manajer Umum/Staf Keuangan/Staf Akuntansi. Pada awalnya cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simple random sampling, akan tetapi adanya beberapa responden yang menolak karena ketidaknyamanan mereka untuk melakukan pengisian kuesioner terkait dengan hal perpajakan, maka peneliti mengubah cara pengambilan sampel menjadi teknik convenience sampling, yaitu cara memilih anggota dari populasi untuk dijadikan sampel dimana sesukanya peneliti (convenience), peneliti akan memilih sampel yang tersedia saja atau yang mudah diperoleh (Kountur, 2003: 144).
Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan persentase menggunakan Tabel Yount. Yount (1999) dan Arikunto (1989:
107) mengatakan bahwa apabila jumlah anggota populasi kurang dari 100, lebih baik seluruhnya diambil sebagai sampel sehingga penelitian merupakan penelitian populasi atau sensus. Namun, apabila jumlah subyeknya besar, maka penentuan besarnya sampel dapat dilakukan berdasarkan persentase. Penentuan besarnya sampel menurut Tabel Yount sebagai berikut :
Tabel 3.2 Penentuan Besarnya Sampel Menurut Yount
Sumber: Hertanto, 2015
Jumlah perusahaan yang ada di Kota Semarang adalah 406.
Berdasarkan tabel 3.2, populasi sebesar 406 berada pada rentang 101- 1000, sehingga penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini masuk pada kategori 10% dari jumlah populasi, oleh karena itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 41 responden dengan perhitungan sebagai berikut:
10% x 406 = 40,6 (dibulatkan menjadi 41).
E. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012: 39).Variabel independen yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Persepsi Pengetahuan tentang PAS-Final. Variabel ini digunakan untuk mengetahui apakah Wajib Pajak sudah memiliki pengetahuan yang memadai mengenai PAS-Final. Untuk melihat persepsi pengetahuan tentang PAS-Final digunakan pernyataan yang memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Pengetahuan mengenai PAS-Final b. Pengetahuan mengenai tujuan PAS-Final c. Pengetahuan mengenai manfaat PAS-Final 2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Variabel dependen yang digunakan didalam penelitian ini adalah Kesadaran Wajib Pajak Badan. Kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak tanpa adanya paksaan dari pihak lain (Ummah, 2015). Variabel ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana Wajib Pajak sadar untuk melaporkan hartanya melalui PAS-Final berdasarkan pengetahuan yang dimiliki Wajib Pajak.
Indikator penilaian untuk variabel ini adalah:
a. Kesadaran untuk memanfaatkan PAS-Final
b. Kesadaran bahwa melaporkan harta akan meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan kewajiban perpajakan
c. Kesadaran untuk mencari informasi yang dibutuhkan melalui media massa maupun internet.
d. Kesadaran bahwa PAS-Final sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
e. Kesadaran untuk bertanya jika menemukan kesulitan dalam PAS-Final.
f. Kesadaran untuk melaporkan harta secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak lain.
g. Kesadaran bahwa dengan memanfaatkan PAS-Final akan menjunjung transparansi sektor keuangan global dan membantu meningkatkan intensitas pertukaran informasi keuangan antar negara.
h. Kesadaran untuk terhindar dari sanksi denda PAS-Final.
i. Kesadaran untuk melaporkan harta sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
F. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data
Deskripsi ini berisi rincian kuesioner yang kembali dan yang dapat digunakan untuk penelitian.
2. Deskripsi Responden
Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik responden, yang dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, bidang usaha, dan kepemilikan NPWP Badan.
3. Pengujian Instrumen Penelitian a. Uji Validitas
Uji validitas item digunakan untuk mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan korelasi Pearson, yakni dengan cara menggunakan r tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi.
Jika nilai positif dan r hitung>r tabel, item dapat dinyatakan valid, jika r hitung<r tabel maka item dinyatakan tidak valid (Priyatno, 2018: 21).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajekan atau konsistensi alat ukur yang biasanya menggunakan kuesioner (Priyatno, 2018: 25).
Pengujian reliabilitas dengan menggunakan Cronbanch’s Alpha, menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2018: 25), jika reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang berdistribusi normal atau tidak (Priyatno, 2018: 73). Penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Sminov.
Hipotesis yang dirumuskan yakni (Santoso, 2012: 69):
H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan uji normalitas ditentukan sebagai berikut (Priyatno, 2018: 77):
Jika nilai sig. (signifikansi) > 0,05 maka H0 diterima Jika nilai sig. (signifikansi) ≤ 0,05 maka H0 ditolak 2. Uji Hubungan (Korelasi Rank Spearman)
Korelasi Rank Spearman berfungsi untuk menentukan besarnya hubungan dua variabel (gejala) yang berskala ordinal atau tata jenjang (Sarwono, 2006: 158). Angka signifikansi standar pada SPSS berkisar antara 0,01 dan 0,05 (Sarwono dan Suhayati, 2010: 85). Kriteria tingkat hubungan antar variabel berkisar antara ± 0,00 sampai ± 1,00, tanda “+” adalah positif dan tanda “-“ adalah negatif (Raharjo, 2015). Adapun kriteria penafsirannya adalah:
Tabel 3.3 Kriteria Penafsiran Korelasi
Sumber: Sarwono, 2006: 58
Rentang Nilai Korelasi Keputusan
0 Tidak ada korelasi
>0 - 0,25 Korelasi sangat lemah
>0,25 – 0,5 Korelasi cukup
>0,5 – 0,75 Korelasi kuat
>0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat
1 Korelasi sempurna
38 BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa perusahaan di Kota Semarang, data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang ditunjukkan kepada Wajib Pajak Badan yang diwakilkan oleh Pemilik/Manajer Umum/Staf Keuangan/Staf Akuntansi. Rincian kuesioner yang kembali adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rincian Kuesioner
No. Keterangan Jumlah Persentase (%)
1. Kuesioner yang disebarkan 41 100
2. Kuesioner yang tidak kembali 5 12,20
3. Kuesioner yang digunakan 36 87,80
Sumber: Data primer diolah tahun 2019
Kuesioner yang disebarkan kepada responden berjumlah 41 kuesioner dan dikembalikan sebesar 36 kuesioner. Sebanyak 5 kuesioner atau pada persentase 12,20% tidak kembali, sehingga kuesioner yang digunakan untuk penelitian sebanyak 36 kuesioner atau pada persentase 87,80%.
B. Deskripsi Responden
Deskripsi karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari frekuensi dan persentase usia, jenis kelamin, jabatan, bidang usaha, dan kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan.
1. Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2 Usia Responden
Usia Jumlah Persentase (%)
20-29 10 27,78
30-39 13 36,11
40-49 9 25
50-59 4 11,11
Total 36 100
Sumber: Data primer diolah tahun 2019 2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden
Keterangan Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 16 44,44
Perempuan 20 55,56
Total 36 100
Sumber: Data primer diolah tahun 2019 3. Responden Berdasarkan Jabatan
Tabel 4.4 Jabatan Responden
Jabatan Jumlah Persentase (%)
Direktur 3 8,33
Pemilik 2 5,56
Manajer 4 11,11
Staf Keuangan 12 33,33
Staf Akuntansi 15 41,67
Total 36 100
Sumber: Data primer diolah tahun 2019 4. Responden Berdasarkan Bidang Usaha Tabel 4.5 Bidang Usaha Responden
Bidang Usaha Jumlah Persentase (%)
Perdagangan 9 25
Industri 14 38,89
Jasa 13 36,11
Total 36 100
Sumber: Data primer diolah tahun 2019
5. Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP Badan Tabel 4.6 Kepemilikan NPWP Responden
Kepemilikan NPWP Jumlah Persentase (%)
Ya 36 100
Tidak 0 0
Total 36 100
Sumber: Data primer diolah tahun 2019 C. Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Validitas, Uji Reliabilitas dan Uji Normalitas yang dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 25. Berikut hasil uji yang telah dilakukan:
1. Uji Validitas
a. Variabel Persepsi Pengetahuan tentang PAS-Final Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Persepsi Pengetahuan
Sumber: Data primer diolah tahun 2019
No Item r hitung r tabel Keputusan
1 0,595 0,329 Valid
2 0,585 0,329 Valid
3 0,653 0,329 Valid
4 0,662 0,329 Valid
5 0,635 0,329 Valid
6 0,880 0,329 Valid
7 0,728 0,329 Valid
8 0,599 0,329 Valid
9 0,768 0,329 Valid
10 0,750 0,329 Valid
11 0,761 0,329 Valid
12 0,658 0,329 Valid
13 0,849 0,329 Valid
14 0,783 0,329 Valid
15 0,705 0,329 Valid
16 0,582 0,329 Valid
17 0,407 0,329 Valid
18 0,706 0,329 Valid
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui terdapat 18 item pernyataan yang digunakan untuk mewakili variabel persepsi pengetahuan. Tiap item pernyataan memiliki r hitung lebih besar dari pada r tabel (r hitung> r tabel), dapat disimpulkan bahwa 18 item pernyataan kuesioner tersebut valid.
b. Variabel Kesadaran Wajib Pajak Badan dalam Melaporkan Harta Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kesadaran Wajib Pajak Badan
No Item r hitung r tabel Keputusan
1 0,801 0,329 Valid
2 0,888 0,329 Valid
3 0,888 0,329 Valid
4 0,900 0,329 Valid
5 0,906 0,329 Valid
6 0,709 0,329 Valid
7 0,889 0,329 Valid
8 0,892 0,329 Valid
9 0,871 0,329 Valid
10 0,793 0,329 Valid
11 0,889 0,329 Valid
12 0,710 0,329 Valid
Sumber: Data primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.8, diketahui terdapat 12 item pernyataan yang digunakan untuk mewakili variabel kesadaran. Tiap item pernyataan memiliki r hitung lebih besar dari pada r tabel (r hitung > r tabel), dapat disimpulkan bahwa 12 item pernyataan kuesioner tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas
a. Variabel Persepsi Pengetahuan tentang PAS-Final
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Pengetahuan
Sumber: Data primer diolah tahun 2019
Dari hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Crobanch’s Alpha sebesar 0,931, menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2018: 25), apabila reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Hasil nilai Crobanch’s Alpha berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut dikatakan reliabel karena bernilai lebih dari 0,6 maka item-item pernyataan untuk persepsi pengetahuan dianggap dapat mengukur secara konsisten.
b. Variabel Kesadaran Wajib Pajak Badan dalam Melaporkan Harta Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak Badan
Sumber: Data primer diolah tahun 2019
Dari hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Crobanch’s Alpha sebesar 0,963, menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2018: 25), apabila reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Hasil nilai Crobanch’s Alpha berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut dikatakan reliabel karena bernilai lebih dari 0,6 maka item-item pernyataan untuk variabel kesadaran dianggap dapat mengukur secara konsisten.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.931 18
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.963 12
3. Uji Normalitas
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer diolah tahun 2019 Tabel 4.12 Rekapitulasi Uji Normalitas
Variabel Data
Hasil Uji
Taraf Kesalahan 5% (α=0,05)
Pernyataan normalitas jika Sig>0,05 Persepsi Pengetahuan 0,200 0,05 Normal Kesadaran Wajib
Pajak Badan 0,191 0,05 Normal
Sumber: Data primer diolah tahun 2019
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai signifikansi (Sig. 2-tailed) variabel persepsi pengetahuan sebesar 0,200 dan variabel kesadaran Wajib Pajak Badan sebesar 0,191.
Dari hasil pengujian tersebut, seluruh data berada di atas taraf kesalahan 5% atau Sig.>0,05 maka H0 diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pengetahuan Kesadaran
N 36 36
Normal Parametersa,b Mean 59.86 43.47
Std. Deviation 13.152 10.275
Most Extreme Differences Absolute .121 .122
Positive .089 .080
Negative -.121 -.122
Test Statistic .121 .122
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .191c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.