1 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS MEKAR KOTA KENDARI Titi Saparina.L, SKM,M.KES
Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari Jl. A.H. Nasution No. G-37 Kel. Kambu Kota Kendari
ABSTRAK
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Mekar Kota Kendari penderita hipertensi Pada tahun 2014 sebanyak 608 penderita , Pada tahun 2015 sebanyak 491 penderita, Pada tahun 2016sebanyak 706 penderita. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat diPuskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017.
Jenis penelitian ini adalah analitik Kuantitatif dengan rancangan cross sectional study.
Populasi dalam penelitian ini adalah 427 orang, dengan teknik penarikan sampel accidental sampling, dengan jumlah sampel 81 orang. Metode analisis menggunakan uji Chi- square.
Hasil penelitian menunjukan nilai uji statistic pada koefisien phi terdapat hubungan yang sedang antara obesitas dengan kejadian hipertensi (phi = 0,480), terdapat hubungan yang sedang antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi (phi ), terdapat hubungan yang kuat antara kebiasaan olahraga dengan kajian hipertensi (phi ), terdapat hubungan yang rendah antara Asupan Natrium dengan kejadian hipertensi (phi
), di Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017.
Kepada pihak puskesmas Mekardiharapkan untuk lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas dalam penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat khususnya mengenai pentingnya menghindari obesitas, menjaga pola hidup sehat untuk meminimalisir kejadian hipertensi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga hipertensi, dan Mengurangi pola Asupan natrium.
Daftar Pustaka : 26 (2003-2017)
2 PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. Oleh karenan itu hipertensi dikatakan sebagai the silent killer (Muhamad Hafiz, dkk, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) dan International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke, 49% timbulnya serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya ( Dewi Yulyan Nur Yusuf, 2013).
Melalui catatan Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) tahun 2011, terdapat 1 miliyar orang didunia menderita hipertensi, dan dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang. Peningkatan kasus hipertensi diperkirakan menjadi 1,15 miliyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Finsie L Waas, dkk, 2014).
Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah menunjukkan penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Namun prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) terjadi peningkatan dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per 1000 (2007) menjadi 12,1 per1000 (2013). Demikian juga untuk Diabetes melitus yang berdasarkan wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,4 persen (2013) (Riskesdas, 2013).
Diwilayah Sulawesi Tenggara Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015, Hipertensi termasuk dalam 10 besar penyakit dan menduduki urutan ke-2 setelah Ispa dengan jumlah kasus sebanyak 19.743(25,3%) (Dinkes Provinsi Sultra, 2015).
Data profil Dinas Kesehatan Kota Kendari, prevalensi tertinggi penyakit Hipertensi terjadi di Puskesmas Puuwatu yaitu sebesar 98,72%, disusul Puskesmas Mekar
3 sebesar 92,69%, Puskesmas Nambo sebesar 85,20%, Puskesmas Wua-wua sebesar 77,36%, Puskemas Poasia sebesar 72,16%, Puskesmas Perumnas sebesar 69,3%, Puskesmas Lepo-lepo sebesar 52,56%, Puskesmas Jati Raya sebesar 44,52%, Puskesmas Labibia sebesar 43,24%, Puskesmas Kemaraya sebesar 31,32%, Puskesmas Abeli sebesar 26,22%, Puskesmas mata sebesar 24,36%, Puskesmas Kandai sebesar 16,93%, Puskesmas Mokoau sebesar 14,76%, sedangkan prevalensi terendah hipertensi terjadi di Puskesmas Benu-benua dengan prevalensi sebesar 13,94% (Dinkes Kota Kendari, 2016).
Data laporan di puskesmas Mekar, kejadian hipertensi selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penderita. Pada tahun 2014 jumlah penderita hipertensi sebanyak 608 penderita dengan prevalensi rate 32,47%, lalu menurun di tahun 2015 sebanyak 491 penderita dengan prevalensi rate 26,22%, kemudian pada tahun 2016 kembali terjadi peningkatan yaitu 706 penderita dengan prevalensi rate 34%. Adanya kecenderungan peningkatan penderita membuktikan bahwa masyarakat banyak yang menderita penyakit Hipertensi. (Profil Puskesmas Mekar,tahun 2014-2016).
Menurut Arista Novian (2013), Peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman beralkohol. Bagi yang memiliki faktor resikoini seharusnya lebih waspada dan lebih dinidalam melakukan upaya-upaya preventif, contohnya yang paling sederhana adalah rutin kontrol tekanan darah lebih dari satu kali, serta berusaha menghindari faktor-faktor pencetus hipertensi.
Kelebihan berat badan (obesitas) meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler atau hipertensi karena besar masa tubuh, banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri (Adek Wibowo, 2011)
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional study (Notoatmodjo, 2012) yaitu peneliti ingin mengetahui faktor yang berhubungan dengan variabel dependent dan independent dalam waktu bersamaan.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa yang datang berkunjung di Poli Umum Puskesmas Mekar Kota Kendari dalam periode Januari sampai Maret 2017 sebanyak 427 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai objek penelitian pasien yang datangberkunjung di Poli Umum Puskesmas Mekar Kota Kendari sebanyak 81 responden
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
a. Hubungan Obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
Tabel 1. Hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari
Obesitas
Kejadian Hipertensi
Jumlah X2hit X2tab Phi ) Hipertensi Tidak
hipertensi
n % n % n %
3.841 16.687 0.480 Obesitas 38 86.4 6 13.6 44 100
Tidak obesitas 15 40.5 22 59.5 37 100 Jumlah 53 65.4 28 34.6 81 100 Sumber : Data primer
Tabel 1menunjukan bahwa dari 44 responden yang mengalami obesitas terdapat 38(86.4%)responden mengalami hipertensi dan 6 responden (13,6%) tidak hipertensi. Dari 37 responden yang tidak mengalami obesitas terdapat 15 (40,5%) yang mengalami hipertensi dan 22 responden(59,5%) tidak hipertensi.
Hasil uji statistik chi square di peroleh nilai X2 Hitung = 16.687 dan X2 Tabel = 3.841. Karena nilai X2 Hitung(16.687) > X2 Tabel (3.841) maka H0 di tolak yang artinya ada hubungan antara obesitas dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017.Kemudian lanjutkan dengan uji koefisiensi phi ) di peroleh nilai 0.480 yang berarti hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi berada pada level hubungan sedang.
b. Hubungan Riwayat Keluarga dengankejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
Tabel 2. Hubungan Riwayat Keluarga dengankejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
5
Sumber : Data primer
Tabel 2 menunjukan bahwa dari 59 responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi terdapat 47 (79,7%) responden yang mengalami hipertensi dan 12 responden (20,3%) yang tidak mengalami hipertensi. Dan dari 22 responden yang tidak ada riwayat hipertensi terdapat 6 responden (27,3%) menderita hipertensi dan 16 responden (72,7%) yang tidak hipertensi.
Hasil uji statistik chi square di peroleh nilai X2Hitung = 17.197 dan X2Tabel = 3.841. Karena nilai X2Hitung(17.197) > X2Tabel (3.841) maka H0 di tolak yang artinya ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017. Kemudian di lanjutkan dengan uji koefisiensi phi ) di peroleh nilai 0.490 yang berarti hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi berada pada level sedang.
Riwayat keluarga
Kejadian Hipertensi
Jumlah X2hit X2tab Phi ) Hipertensi Tidak
hipertensi
n % n % n %
3.841 17.197 0.490
Ada 47 79.7 12 20.3 59 100
Tidak ada 6 27.3 16 72.7 22 100 Jumlah 53 65.4 28 34.6 81 100
6 c. Hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi di
Puskesmasmekar Kota Kendari.
Tabel 3. Hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi Puskesmas mekar Kota Kendari.
Kebiasaan Olahraga
Kejadian Hipertensi
Jumlah X2hit X2tab Phi ) Hipertensi Tidak
hipertensi
n % n % n %
3.841 30.163 0.636 Kurang 41 93.2 3 6.8 44 100
Cukup 12 32,4 25 67,6 37 100 Jumlah 53 65.4 28 34.6 81 100 Sumber : Data primer
Tabel 3 menunjukan bahwa dari 44 responden memiliki kebiasaan olahraga kurang terdapat 41 responden (93.2%) yang menderita hipertensi dan 3 responden (6,8%) yang tidak hipertensi. Selanjutnya dari 37 responden yang memiliki kebiasaan olahraga cukup terdapat 12 responden (32,4%) menderita hipertensi dan 25 responden (67.6%) tidak menderita hipertensi.
Hasil uji statistik chi square di peroleh nilai X2Hitung = 30.163 dan X2Tabel = 3.841. Karena nilai X2Hitung(30.163) >X2Tabel (3.841) Maka H0 di tolak yang artinya ada hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017. Kemudian lanjutkan dengan uji koefisiensi phi ) di peroleh nilai 0.636 yang berarti hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi berada pada level hubungan kuat.
7 d. Hubungan Asupan Natrium dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota
Kendari.
Tabel 4. Hubungan Asupan Natrium dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari .
Asupan natrium
Kejadian Hipertensi
Jumlah X2hit X2tab Phi ) Hipertensi Tidak
hipertensi
n % n % n %
3.841 8.877 0.357 Kurang baik 35 81.4 8 18.6 43 100
Baik 18 47,4 20 52.6 38 100 Jumlah 53 65.4 28 34.6 81 100 Sumber : Data primer.
Tabel 4 menunjukan bahwa dari 43 responden yang memiliki asupan natrium kurang baik terdapat 35 responden (81,4%) yang menderita hipertensi dan 8 responden (18,6%) yang tidak hipertensi.selanjutnya dari 38 responden yang memiliki asupan natrium baik terdapat 18 responden (47,4%) yang megalami hipertensi dan 20 responden (52,6%) yang tidak hipertensi.
Hasil uji statistik chi square di peroleh nilai X2Hitung = 8.877 dan X2Tabel
= 3.841. Karena nilai X2 Hitung (8.877) >X2Tabel (3.841) Maka H0 di tolak yang artinya ada hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017 . Kemudian lanjutkan dengan uji koefisiensi phi ) di peroleh nilai 0.357 yang berarti hubungan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi berada pada level rendah.
8 2. PEMBAHASAN
a. Hubungan Obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
Obesitas berkaitan dengan sindrom metabolik salah satunya hipertensi.
Obesitas dengan hipertensi merupakan penyakit obesitas yang disertai penyakit hipertensi. Penyakit ini diakibatkan oleh kelebihan hormon leptin karena obesitas kronik yang berdampak pada peningkatan reaksi sistem saraf simpatik. Selain itu, dapat juga melalui mekanisme sistem reninangiotensin-aldosteron mengakibatkan retensi cairan dan natrium sehingga menimbulkan penyakit hipertensi. (Dewy Mulad Sari, 2013)
Data hasil univariat bahwa dari 81 responden, yang mengalami obesitas sebanyak 44 resonden (54.3%), yang tidak mengalami obesitas sebanyak 37 responden (45.7%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami obesitas.
Hasil analisis bivariat bahwa dari 44 responden yang mengalami obesitas terdapat 38 (86.4%) responden mengalami hipertensi dan 6 responden (13,6%) yang obesitas tidak mengalami hipertensi, hal ini memberikan gambaran bahwa meskipun responden mengalami obesitas tetapi mampu memanajemen stress dengan baik, membiasakan diri melakukan olahraga minimal 3 kali dalam seminggu, memilih makanan yang sehat misalnya mengurangi makanan junk food atau siap saji maka mereka dapat mencegah atau menghindari penyakit hipertensi.
Dari 37 responden yang tidak mengalami obesitas terdapat 15 responden (40,5%) yang mengalami hipertensi, Hal ini memberikan gambaran bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit yang memang tidak hanya disebabkan oleh satu faktor penyebab saja, tetapi dapat disebabkan oleh berbagai penyebab apalagi bagi masyarakat yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan junk food atau makanan siap saji. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penimbunan lemak, kelebihan berat badan juga dapat menyebabkan resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.dan 22 responden (59,5%) tidak hipertensi.
Hasil uji statistik chi square di peroleh nilai X2 Hitung = 16.687 dan X2 Tabel
= 3.841. Karena nilai X2 Hitung(16.687) > X2 Tabel (3.841) nilai maka H0 di tolak yang artinya ada hubungan antara obesitas dengan kejadian Hipertensi di
9 Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017. Kemudian lanjutkan dengan uji koefisiensi phi ) di peroleh nilai 0.480 yang berarti hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi berada pada level hubungan sedang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowaty (2010) bahwa dari analisis bivariat di peroleh nilai p value = 0.001 (<0.05), yang artinya Ada hubungan antara obesitas dengan hipertensi di Kampung Botton, Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hesti Rahayu (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara obesitas dan kejadian hipertensidi dengan nilai p value = 0.000 di RW 01 Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan.
Hasil analisis dan pembahasan penulis simpulkan bahwa ada hubungan sedang antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017. Untuk itu disarankan kepada petugas puskesmas untuk lebih meningkatkan lagi penyuluhan mengenai gizi sehat, sehingga masalah obesitas tidak lagi temukan atau jarang terjadi, karena obesitas merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit tidak menular seperti halnya hipertensi agar penyakit hipertensi tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat dan dapat di cegah dan diatasi dengan baik.
b. Hubungan Riwayat Keluarga dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80 % kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. (Ade Dian Anggraeni, 2008)
Dari hasil univariat bahwa dari 81 responden, yang memiliki riwayat keluarga hipertensi sebanyak 59 responden (72.8%), sedangkan yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 22 responden (27.2%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat keluarga hipertensi.
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa dari 59 responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi terdapat 47 responden (79,7%) yang mengalami hipertensi dan 12 responden (20,3%) tidak mengalami hipertensi, hal ini
10 memberikan gambaran bahwa meskipun riwayat keluarga merupakan faktor yang tidak dapat di kontrol tetapi responden dapat menghindari penyakit hipertensi dengan menjaga pola hidup sehat terutama mengatur pola makan melakukan olahraga dan mengurangi konsumsi alkohol. Dan dari 22 responden yang tidak ada riwayat hipertensi terdapat 6 responden (27,3%) menderita hipertensi ,hal ini memberikan gambaran bahwa gaya hidup yang tidak sehatlah yang menjadi pemicu terjadinya hipertensi, apalagi seperti sekarang ini perilaku masyarakat modern yang cenderung merugikan kesehatan misalnya kebiasaan konsumsi alkohol yang dianggap biasa- biasa saja, padahal ini sangat merugikan kesehatan apalagi bila dikonsumsi secara terus menerus. Selain itu kebiasaan merokok Za-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi dan 16 responden (72,7%) yang tidak hipertensi.
Hasil uji statistik chi square di peroleh nilai X2 Hitung = 17.197 dan X2 Tabel = 3.841. Karena nilai X2 Hitung(17.197) > X2 Tabel (3.841) maka H0 di tolak yang artinya ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017. Kemudian lanjutkan dengan uji koefisiensi phi ) di peroleh nilai 0.490 yang berarti hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi berada pada level sedang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ade dian anggaraini (2008) bahwa lebih dari setengah penderita hipertensi memiliki riwayat keluarga hipertensi. Hasil ini dianalisis dengan uji korelasi Spearman’s rho, dengan nilai korelasi (p=0,00), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik Puskesmas Bangkinang.
Hasil analisis dan pembahasan penulis simpulkan bahwa ada hubungan sedang antara riwayat keluarga dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Mekar kota Kendari tahun 2017, Untuk itu disarankankepada pihak puskesmas melakukan penyuluahan kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan kesehatan sedini mungkin agar mereka yang memiliki riwayat keluarga hipertensi dapat mengetahui sedini mungkin tentang penyakit mereka sehingga dapat dilakukan pencegahan sebaik mungkin.
c. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
Olahraga dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat memberikan perasaan santai dan mengurangi berat
11 badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Perlu diingat bahwa olagraga saja tidak bisa digunakan untuk pengobatan hipertensi. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang olahraga akan berisiko timbulnya obesitas dan jika asupan garam bertambah akan menimbulkan hipertensi. (Safitri Ramaiah, 2007) .
Dari hasil univariat diperoleh bahwa dari 81 responden, yang memiliki kebiasaan olahraga kurang sebanyak 44 responden (54,3%), dan yang memiliki kebiasaan olahraga cukup sebanyak 37 responden (45,7%).
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa dari 44 responden memiliki kebiasaan olahraga kurang terdapat 41 responden (93.2%) yang menderita hipertensi dan 3 responden (6,8%) yang tidak hipertensi, Hal ini memberikan gambaran bahwa meskipun responden memiliki kebiasaan olahraga kurang tetapi mampu mengatur pola hidup sehat yang lain, misalnya dengan selalu memperhatikan dan memilih makanan yang sehat maka mereka dapat mencegah penyakit hipertensi. Selanjutnya dari 37 responden yang memiliki kebiasaan olahraga cukup terdapat 12 responden (32,4%) menderita hipertensi , hal ini memberikan gambaran bahwa penyakit hipertensi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tetapi ada faktor - faktor lain, misalnya konsumsi natrium lebih dari 1 sendok teh perhari Selain itu adanya konsumsi alkohol dan merokok pun dapat menyebabkan hipertensi dan 25 responden (67.6%) tidak menderita hipertensi.
Hasil uji statistik chi square di peroleh nilai X2 Hitung = 30.163 dan X2 Tabel = 3.841. Karena nilai X2 Hitung(30.163) > X2 Tabel (3.841) Maka H0 di tolak yang artinya ada hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2017.Kemudian lanjutkan dengan uji koefisiensi phi ) di peroleh nilai 0.636 yang berarti hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi berada pada levelhubungan kuat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Feby haendra Dwi Anggara (2012) bahwa tidak teratur olah raga terbukti adanya hubungan yang bermakna dengan hipertensi, dengan (p=0,000) Artinya, orang yang tidak teratur berolah raga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olah raga teratur di puskesmas Cimanggis cikarang barat tahun 2012, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Syahri Ainun MS,DKK (2012) dari Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,028. Hal ini berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada mahasiswa di lingkup kesehatan universitas hasanuddin.
Hasil analisis dan pembahasan penulis simpulkan bahwa ada hubungan kuat antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi di puskesmas Mekar Kota
12 Kendari Tahun 2017, Untuk itu disarankan kepada pihak pemerintah kab/kota menyebarkan informasi baik dalam media cetak, elektronik ataupun penyuluhan langsung kepada masyarakat tentang pentingnya melakukan olahraga minimal 3 kali dalam seminggu ketika, karena dengan berolahraga maka dapat mengatur tekanan darah selain itu mengurangi terjadinya obesitas, sehingga faktor- faktor penyebab hipertensi dapat diminimalisir sedini mungkin oleh masyarakat.
d. Hubungan dengan Asupan Natrium kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari .
Asupan natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. mengkonsumsi garam (natrium) menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah di dalam tubuh yang berarti jantung harus mempompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam sistem pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan lebih tinggi (Genilda Maria,2012).
Hasil analisis univariat menunjukan bahwa dari 81 responden, yang memiliki Asupan natrium kurang baik sebanyak 43 responden (53.1%). dan yang memiliki Asupan Natrium baik sebanyak 38 responden (46.9%).
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa dari 43 responden yang memiliki asupan natrium kurang baik terdapat 35 responden (81,4%) yang menderita hipertensi dan 8 responden (18,6%) yang tidak hipertensi, hal ini dikarenakan memberikan gambaran bahwa penyakit hipertensi disebabkan banyak faktor seperti tidak bisa mengintervensi gaya hidup dalam hal ini kebiasaan pola makan yang salah dan kurangnya aktifitas fisik maka mereka dapat menyebabkan penyakit hipertensi. selanjutnya dari 38 responden yang memiliki asupan natrium baik terdapat 18 responden(47,4%) yang megalami hipertensi, hal ini memberikan gambaran bahwa penyakit hipertensi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tetapi ada faktor - faktor lain, misalnya konsumsi alkohol dan merokok dapat menyebabkan hipertensi dan 20 responden (52,6%) yang tidak hipertensi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ade dian anggaraini (2008) ada hubungan bermakna secara statistik antara pola asupan garam dengan kejadian hipertensi (p: 0,00) dan 17% kejadian hipertensi ditentukan oleh besarnya pola asupan natrium di poliklinik dewasa Puskesmas Bangkinang.
Hasil analisis dan pembahasan penulis simpulkan bahwa ada hubungan rendah antara Asupan natrium dengan kejadian hipertensi di puskesmas Mekar
13 Kota Kendari Tahun 2017,Untuk itu disarankankepada petugas puskesmas untuk lebih meningkatkan lagi penyuluhan mengenai gizi sehat, atau asupan makanan yang baik sehingga Mayarakat lebih lebih paham mengenai asupan natrium yang baik karena Asupan natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah Ada Hubungan yang sedang antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari. Ada Hubungan yang sedang antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari. Ada Hubungan yang kuat antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari. Ada Hubungan yang rendah antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Mekar Kota Kendari. Dan saran yang dapat diberikan adalah Kepada petugas puskesmas untuk lebih meningkatkan lagi penyuluhan mengenai gizi seimbang , sehingga masalah obesitas tidak lagi ditemukan atau jarang terjadi, karena obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti halnya hipertensi dan dapat di cegah dan diatasi dengan baik. Kepada pihak puskesmas melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan kesehatan sedini mungkin agar mereka yang memiliki riwayat keluarga hipertensi dapat mengetahui sedini mungkin tentang penyakit mereka sehingga dapat dilakukan pencegahan sebaik mungkin . Kepada pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan membantu instansi kesehatan khususnya membantu dinas kesehatan Kabupaten/Kota maupun Puskesmas dalam menyebarkan informasi dalam bentuk penyuluhan - penyuluhan baik dalam media cetak maupun media elektronik. mengenai pentingnya melakukan olahraga untuk mencegah penyakit hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Dian Anggraeni, Faktor--Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa : Universitas Riau . 2008.
Adek Wibowo, Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kejadian Komplikasi Pada Penderita Hipertensi. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Vol 4 No 1. 2011.
Ainun,A.syahri MS,Dkk, Hubungan gaya hidup dengan kejadian Hipertensi pada Mahasiswa di lingkup Kesehatan Universitas Hasanuddin, 2012
14 Anggara,febby HD, Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah di Puskesmas
Telaga Murni Cikarang Barat, 2012.
Aris Santjaka. Statistika penelitian kesehatan kesehatan .Jakarta : Nuha Medika. 2011
Arista Novian, Kepatuhan Diit Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Universitas Negeri Semarang. 2013
A. Syahri Ainun MS, dkk. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Mahasiswa Di Lingkup Kesehatan Universitas Hasanuddin. 2012
Binti Rumi Musfifah. Hubungan Asupan Lemak Dan Natrium Dengan Tekanan Darah Pada Lansia : Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2015
Budi Artiyaningrum, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan Rutin Universitas Negeri Semarang. 2015
Dewi Mulad Sari, Hubungan Asupan Serat, Natrium Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Dengan Hipertensi. Universitas Diponegoro. 2013
Ekobudiarto, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat .Jakarta : EGC. 2001 Febby Haendra Dwi Anggara, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di
Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat : STIKes MH. Thamrin, 2012
Finsie L. Waas,dkk,Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan. Universitas Sam Ratulangi. 2014
Genilda Maria, Hubungan Asupan Natrium Dan Kalium Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Universitas Respati Yogyakarta. 2014
Hardhi kusuma, Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis., Jakarta. 2015 Hesti Rahayu. Faktor Resiko Hipertensi. Universitas Indonesia. 2015
Huon H.Gray,dkk. Kardiologi , Penerbit Erlangga. 2005 IP.Suiraoka. Penyakit Degenerativef , Yogiakarta. 2012
Muhammad Hafiz dkk .Faktor- Factor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia .Jurnal Medika Vol 5 No 7. 2016
Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2010 Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2016
Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2015.
Profil Puskesmas Mekar , Kota Kendari, 2014-2016.
Ratna Dewi Pudiastuti. Penyakit Pemicu Stroke , Nuha Medika Yogiakarta. 2011
Riskesdas, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. Jakarta. 2013 Stikes Mandala – Waluya. Pedoman Penulisan Proposal. Kendari. 2015.
Sulistiyowaty, Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi di Kampung Botton Kelurahan Magelang Kec. Magelang Tengah,2009.