• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES BERKREASI SENI KRIYA DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH ANORGANIK ( KAIN PERCA ) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROSES BERKREASI SENI KRIYA DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH ANORGANIK ( KAIN PERCA ) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 MAKASSAR"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S1 ) Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

RAHIMA MUHTAR 10541087215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Jika tak tahan lelahnya belajar,

maka kau akan menanggung perihnya kebodohan”

-Imam Syafi’i-

Karya ini kupersembahkan untuk

Ayahanda dan Ibundaku tercinta,serta

keluarga besar dan para sahabatku atas segala kasih

sayang, dukungan, doa dan pengorbanannya yang tulus

demi sebuah kebahagiaan dan keberhasilan dunia akhirat.

(6)

vi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing 1, Dr. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn. dan Pembimbing II, Dr.

Muh Faisal, S.Pd., M.Pd.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca) dan bagaimana hasil karya seni kriya yang dihasilkan dengan memanfaatkan kain perca pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan dan alat apa yang digunakan dalam berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan kain perca, proses berkreasi seni kriya dan untuk mengetahui hasil karya yang dihasilkan dalam memanfaatkan kain perca oleh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi lapangan, wawancara, dokumentasi dan tes praktik. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dilihat dari Proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan kain perca pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar. Terdiri atas beberapa tahapan penting yaitu peneliti mulai membagi kelompok kerja, kemudian menyiapkan peralatan, memilah bahan, merancang desain, proses berkreasi seni kriya kemudian penyajian hasil karya.

Selain itu kemampuan siswa dalam proses berkreasi seni kriya dengan pemanfaatan kain perca yang dihasilkan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar dapat diukur atau diklasifikasikan berdasarkan aspek penilaian kemampuan yaitu gagasan dan ide, penguasaan bahan, kreativitas dan kegunaan.

Kata kunci : Seni Kriya, Limbah anorganik, Kain perca.

(7)

viii

Assalamu alaikum, Wr.Wb.

Tiada rasa syukur yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayahnya pada semua umat manusia, shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membebaskan kita dari belenggu-belenggu dari zaman jahiliyah.

Suka duka mewarnai proses dalam menjalani penulisan skripsi ini.

Walaupun demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat sehingga segala tantangan mampu ditaklukkan sampai akhir penyelesaian penulisan skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Proses Berkreasi Seni Kriya dengan Memanfaatkan Limbah Anorganik (Kain Perca) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Makassar”.

Dengan penuh kerendahan hati tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. H. Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. H. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

ix

4. Makmun, S.Pd., M.Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Muh. Faisal, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II.

6. Kedua orang tua yang dengan tulus dan penuh kasih sayang mendukung langkah kemajuan ananda.

7. Kepada suami tercinta yang selalu memberi semangat dan masukan selama proses penyelesaian skripsi ini.

8. Segenap rekan-rekan dan seluruh mahasiswa seni rupa yang telah mendukung kelancaran dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan- kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini senantiasa penulis harapkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, September 2019

Penulis

(9)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 5

A. Kajian Pustaka ... 5

1. Proses, Kemampuan dan Hasil pembelajaran……….. 5

2. Pembelajaran Seni Rupa………... 11

(10)

xi

a. Bahan Pembuatan Kerajinan Limbah Kain Perca…….. ... 18

b.Alat Pembuatan Kerajinan Limbah Kain Perca……… 20

6. Hasil Karya dari Kain Perca……….. ... 23

B. Kerangka Pikir ... 28

C. Penelitian Relevan……… 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian ... 30

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 31

a. Variabel Penelitian ... 31

b. Desain Penelitian ... 32

C. Defenisi Oprasional Variabel ... 33

D. Objek Penelitian……… ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data……… 36

G. Indikator Penelitian………... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 41

A. Penyajian Hasil Penelitian ……… 41

B. Proses Berkarya Seni Kriya ………..………... 49

(11)

xii

DAFTAR PUSTAKA……… 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

xiii

Gambar 1. Jenis Limbah 15

Gambar 2. Kain perca 19

Gambar 3 Lem 19

Gambar 4. Benang 19

Gambar 5. Peralatan 20

Gambar 6. Gantungan Kunci 23

Gambar 7 Celemek 23

Gambar 8 Taplak kaki 24

Gambar 9. Hiasan dinding 24

Gambar 10. Sajadah 25

Gambar 11. Kalung 25

Gambar 12. Tempat pensil 26

Gambar 13. Tas 26

Gambar 14. Peta Lokasi 30

Gambar 15. Lokasi Penelitian 40

Gambar 16. Kain perca 42

Gambar 17. Permata 42

Gambar 18. Kancing 43

Gambar 19 . Lem 43

Gambar 20. Benang 44

(13)

xiv

Gambar 24. Jarum 46

Gambar 25. Meteran 47

Gambar 26. Pensil 47

Gambar 27 . Pentul 48

Gambar 28. Tahap awal 50

Gambar 29. Tahap mendesain 50

Gambar 30. Membentuk kain 51

Gambar 31. Menggunting sesuai pola 51

Gambar 32. Proses pembuatan bros 52

Gambar 33. Hasil karya kelompok 1 53

Gambar 34. Hasil karya kelompok 2 54

Gambar 35. Hasil karya kelompok 3 55

Gambar 36. Hasil karya kelompok 4 56

(14)

xv Lampiran 2 : Persuratan

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar beorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran (Suherman, 2013: 11). Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung.

Dengan kata lain, pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dalam rangka perubahan sikap.

Dalam pembelajaran terdapat sejumlah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, diantaranya adalah mata pelajaran Seni Budaya yang dibagi menjadi beberapa sub mata pelajaran, salah satunya adalah seni rupa, pelajaran seni rupa merupakan suatu bagian dari mata pelajaran Seni Budaya yang diterapkan di sekolah baik SD, SMP, dan SMA dengan tujuan mengapresiasikan karya seni rupa dan mengekspresikannya melalui karya-karya yang dihasilkan dari pengembangan kemampuan dasar dan kreativitas berkesenirupaan.

Pelaksanaan pembelajaran seni rupa di sekolah dapat dipraktikkan melalui program pembelajaran pengalaman kreatif dan apresiatif, salah satu kegiatan kreatif dalam pembelajaran seni rupa adalah dengan berkarya seni kriya dengan memanfaatkan Limbah Anorganik (Kain Perca) menjadi karya seni yang indah

1

(16)

dan memiliki nilai ekonomis. Yang dimana kita ketahui bahwa kain perca merupakan sisa kain dari proses penjahitan. Sepintas kain sisa ini adalah kain yang tidak memiliki manfaat, tapi sebenarnya sisa kain ini dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang berguna. Daripada terbuang menjadi sampah lebih baik digunakan sebagai barang yang lebih berguna. Kain perca ini dapat dimanfaatkan menjadi barang-barang kerajinan tangan seperti sarung bantal, gantungan kunci, gorden, bandana ataupun produk-produk yang lain.

Kain perca yang sebelumnya hanya menjadi limbah anorganik dan tidak terpakai kemudian bisa bernilai ekonomis dan menjadi barang yang berguna ditangan orang kreatif, kain perca dapat disulap menjadi barang-barang kerajinan yang trendi dan tentunya bermanfaat. Membuat kerajinan kain perca, ternyata tidak serumit yang kita bayangkan, cukup sedikit ketelitian dan kreatifitas kita saja.

Siswa sebagai generasi muda harus memiliki kepeduliaan dan kepekaan terhadap lingkungan hidup yang perlu ditanamkan sejak dini. Tantangan ke depan membutuhkan usaha dan kreativitas dari generasi muda untuk memperbaiki kondisi lingkungan menjadi lebih baik. Pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan hidup perlu dipelajari lebih dalam sehingga solusi limbah untuk masa depan dapat teratasi berdasarkan analisa yang tepat dan akurat. Sehigga usaha mengolah limbah kain perca menjadi karya seni ini akan sangat mudah untuk bisa di tekuni oleh para siswa-siswi untuk mengasah kreatifitas dan keterampilan mereka dalam membuat kerajinan pada Mata Pelajaran Seni Budaya. Dimana mereka bisa menciptakan barang dari limbah

(17)

anorganik yang bernilai ekonomis. Selain itu, siswa-siswi juga bisa diperkenalkan sejak dini untuk berbinis kecil-kecilan, bisa dengan mengembangkan keterampilan menghasilkan benda-benda dari kain perca yang tidak sulit untuk di dapatkan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis berkeinginan untuk meneliti “Proses Berkarya Seni Kriya dengan Memanfaatkan Limbah Anorganik (Kain Perca) Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 5 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut, dapat diuraiakan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan kain perca pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar ?

2. Bagaimana hasil karya seni kriya yang dihasilkan dengan memanfaatkan kain perca pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan memperoleh data yang akurat, jelas dan benar atas masalah yang dirumuskan, secara terperinci tujuan penelitian ini adalah:

(18)

1. Untuk mendeskripsikan proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan kain perca pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar.

2. Untuk mengetahui hasil karya seni kriya yang dihasilkan oleh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Jika tujuan penelitian ini dapat dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Secara akademik diharapkan dapat memberi informasi dan bahan referensi bagi pembaca agar lebih memahami tentang proses pemanfaatan limbah anorganik (kain perca) menjadi karya seni kriya.

2. Sebagai bahan komparasi bagi Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa dalam berkarya seni.

3. Menambah pengetahuan penulis terhadap masalah dalam penelitian ini.

4. Dapat menambah literatur perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini akan diketengahkan kerangka acuan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian. Pada dasarnya tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sasaran penelitian secara teoritis, dan pada bagian ini akan diuraikan landasan teoritis yang dapat menjadi kerangka acuan dalam melakukan penilitian. Landasan yang dimaksud ialah teori yang merupakan kajian kepustakaan dari berbagai literature yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

1. Proses, Kemampuan dan Hasil Pembelajaran W.J.S.Poerwadarminta (1984:769) berpendapat bahwa:

Proses adalah suatu tuntutan perubahan peristiwa dalam pengembangan sesuatu, yang maksudnya adalah rangkaian kegiatan di dalam mengembangkan sesuatu. Selanjutnya dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa proses adalah rangkaian tindakan perbuatan, atau pengolahan produk.

Jadi kesimpulannya proses dapat diartikan sebagai suatu tahap awal dari suatu kegiatan dimana didalamnya terdapat interaksi antara pelajar, pengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula.

5

(20)

a. Belajar

Menurut Slameto (2013: 2) bahwa:

Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

Lebih jauh Slameto (2013) memberikan ciri-ciri tentang perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar sebagai berikut:

1) Terjadi secara sadar

2) Besifat kontinue dan fungsional 3) Bersifat positif dan aktif

4) Bukan bersifat sementara 5) Bertujuan dan terarah, dan

6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku

Ismiyanto (2009:1) mengemukakan bahwa :

Belajar adalah mengalami, artinya dalam belajar murid menggunakan atau mengubah lingkungan tertentu dan anak belajar mengenai lingkungan tersebut melalui akibat tindakannya; tidak hanya sekadar berhubungan dengan lingkungannya.Oleh karena itu, dapat ditegaskan lingkungan sangat mempengaruhi hasil belajar murid, selain belajar dari akibat tindakannya murid juga belajar dari berbagai hal di dalam lingkungan tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa dalam mencacapai tujuan pembelajaran.

(21)

b. Mengajar

Menurut Slameto (2013:8) mengungkapkan bahwa mengajar adalah penyerahan kebudayaan kepada anak didik yang berupa pengalaman dan kecakapan atau usaha untuk mewariskan kebudayaan masyarakat kepada penerusnya.

Mengajar atau teaching adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengepresikan dirinya, cara- cara belajar bagaimana belajar (Joyce dan Well, 2013: 9). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar beorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru yang berperan sebagai pemberi pelajaran.

c. Pembelajaran

Menurut Usman (2013: 12) “Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.”

Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu rencana pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini di perlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatannyata) secara maksimal.

2) Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam

(22)

proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan.

3) Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang professional dan peduli terhadap keberhasilan belajar siswanya.

4) Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long continuing education).

Mulyasa (2009:65) menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Interaksi ini terjadi terutama antara siswa dan guru.”

Pada proses pembelajaran terjadi hubungan yang bersifat dwiarah antara guru dan siswa. Pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan.

Konsep tentang pembelajaran diutarakan oleh banyak ahli, dari Wikipedia (www.wikipedia.com) konsep pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

(23)

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Gulo (2004: 8) menyebutkan ada tujuh komponen pembelajaran.

Komponen-komponen tersebut yaitu; (1) tujuan pengajaran, (2) Guru, (3) peserta didik, (4) materi pelajaran, (5) metode pengajaran, (6) media pengajaran, (7) faktor administratif dan finansial.

Sementara itu disebutkan dalam Ismiyanto (2009: 19) komponen pembelajaran meliputi beberapa unsur sebagai berikut :

1) Tujuan Pembelajaran disebut sasaran belajar. Merupakan komponen utama dan paling awal harus dirumuskan oleh guru dalam merancang pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang harus ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan.

2) Guru adalah orang profesional yang melakukan penyelanggaraan mengajar dalam suatu pembelajaran di sekolah, guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal.

3) Siswa adalah semua individu yang menjadi peserta dalam suatu lingkup pembelajaran.

4) Bahan ajar adalah sesuatu yang harus diolah dan disajikan oleh guru yang selanjutnya dipahami oleh murid dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.

(24)

5) Pendekatan, strategi dan metode pembelajaran adalah rencana dan cara yang dilakukan oleh guru untuk membantu mewujudkan interaksi komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar. Pemahaman guru terhadap pendekatan pembelajaran akan dapat membantunya menetapkan pilihan strategi pembelajaran, selanjutnya strategi pembelajaran akan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana bentuk interaksi belajar mengajar yang diharapkan oleh guru dan dapat digunakan oleh guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran atau merancang kegiatan belajar mengajar.

6) Sumber dan media pembelajaran adalah pendukung kegiatan belajar mengajar, sumber belajar dapat digunakan oleh guru untuk membantu mengembangkan bahan ajar dan bagi murid sebagai media belajar serta pengayaan hasil belajar. Media belajar kedudukannya sebagai media belajar yang diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar murid kearah yang lebih konkret dan bermakna bagi murid.

7) Evaluasi Hasil Pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan sebelum atau setelah berlangsungnya suatu kegiatan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan kegiatan tersebut. Evaluasi sebaiknya dilakukan dua kali, yang pertama pretest (sebelum pelaksanaan pembelajaran) dengan tujuan mengetahui kemampuan awal murid berkenaan dengan pembelajaran, dan yang kedua dilakukan post test (sesudah pelaksanaan pembelajaran) dengan tujuan mengetahui gambaran kemampuan murid setelah mengikuti pembelajaran. Dengan

(25)

cara membandingkan hasil tes awal dengan akhir, maka guru akan mengetahui efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan perlu diadakan remidial (perbaikan) bagi para murid atau program pembelajaran.

2. Pembelajaran Seni Rupa

Pembelajaran seni rupa merupakan sub mata pelajaran bidang Seni Budaya di samping seni musik, seni tari, dan seni teater. Paham yang menyiasati dunia pendidikan seni rupa, yakni “pendidikan dalam seni” dan

“pendidikan melalui seni”. Pendidikan dalam seni merupakan upaya pendidik dan juga institusi pendidikan dalam rangka mewariskan, mengembangkan, dan melestarikan berbagai jenis kesenian yang ada kepada anak sebagai peserta didik. Pendidikan dalam seni merupakan program yang mengarahkan anak atau siswa trampil dalam bidang seni. Kemudian pendekatan pendidikan melalui seni yang dikemukakan oleh Syafi’I (2006: 8) bahwa “seni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan, bukan untuk kepentingan seni itu sendiri.”

Dengan pendekatan ini seni berkewajiban membantu ketercapaian tujuan pendidikan secara umum. Pendekatan pendidikan melalui seni dalam implementasi pembelajarannya merangsang keingintahuan dan sekaligus menyenangkan bagi siswa.

Fungsi pembelajaran seni rupa salah satunya adalah untuk menanamkan nilai estetis yang terwujud dalam program pembelajaran melalui pengalaman kreatif dan apresiatif. Menurut Lindermen dan Linderman (2006: 13) bahwa

(26)

“Pendidikan seni rupa sebagai pendidikan estetis dapat dilakukan dengan jalan memberikan pengalaman perseptual, kultural, dan artistik.” Pengalaman perseptual diberikan melalui proses penggunaan indra mata dan juga indra lainya, ketika siswa melakukan pengamatan dan proses berkarya. Pengalaman kultural dapat diperoleh siswa melalui kegiatan mempelajari dan memahami bentuk-bentuk peninggalan seni rupa masa lampau maupun saat ini. sementara pengalaman artistik dikembangkan melalui pengamatan, penghayatan dan penghargaan siswa dalam kegiatan apresiasi dan kemampuan memanfaatkan berbagai media seni dalam kegiatan kreatif.

Menurut Syafi’i (2006: 29) bahwa :

Pendidikan seni pada dasarnya berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan berekspresi, berapresiasi, berkreasi, dan berekreasi anak. Berekspresi merupakan kebutuhan bagi setiap orang, termasuk juga anak-anak.

Ekspresi adalah ungkapan yang dikaitkan dengan aspek psikologis seseorang, perasaan, perhatian, persepsi, fantasi atau imajinasi, dan sebagainya.

Aspek-aspek ini dapat dituangkan ke dalam proses berkarya seni. Bagi orang dewasa tercurahkannya aspek psikologis ini dapat memuaskan dan melepaskan ketegangan yang dihadapi, demikian juga bagi anak-anak. Anak- anak, dalam hal ini siswa jika diberi ruang untuk berekspresi dalam berkarya seni rupa akan merasa senang dan gembira oleh karena terpuaskan, dan akhirnya melepaskan persoalan psikologis yang dihadapi.

Selain sebagai media pemenuhan kebutuhan anak, pada hakikatnya pendidikan, termasuk pendidikan seni juga dimaksudkan sebagai upaya pelestarian sistem nilai oleh masyarakat pendukungnya. Pendidikan seni

(27)

berupaya untuk mempertahankan, melestarikan, mengembangkan dan berfungsi sebagai pelestarian dan pendukung khususnya hal-hal yang berkaitan dengan fenomena budaya visual yang estetik (Syafi’i, 2006: 11).

Dalam konteks pembelajaran seni rupa, secara ideal harus benar-benar diperhatikan perbedaan setiap individu, karena setiap individu berbeda-beda dalam mengekspresikan feelings (perasaan) dan emotions (ungkapan dari perasaan). Menurut Lowenfeld dan Brittain (2009: 21) “Pembelajaran kelas seni rupa difokuskan pada hal-hal yang memungkinkan siswa terdorong dalam proses pembelajarannya”. Oleh karena itu, dalam pembelajaran seni rupa harus diperhatikan tahap perkembangan anak, yang terpenting bukan hasil karya tetapi bagaimana proses anak dalam menghasilkan karya. Dalam proses pembelajaran seni rupa adalah mengupayakan terciptanya situasi dan kondisi yang kondusif bagi kegiatan belajar anak didik dan menciptakan lingkungan yang dapat membantu perkembangan anak untuk menemukan sesuatu melalui eksplorasi dan eksperimen dalam belajar.

Proses pembelajaran seni penting untuk mengupayakan terciptanya situasi dan kondisi yang kondusif bagi kegiatan belajar menyangkut ekspresi artistik dan menciptakan lingkungan yang dapat membantu perkembangan anak untuk menemukan sesuatu melalui eksplorasi dan eksperimentasi dalam belajar.

Oleh karena itu ditegaskan bahwa situasi dan kondisi serta suasana lingkungan menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pembelajaran seni (Ismiyanto, 2009: 22).

(28)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni rupa adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram untuk mengapresiasi dan berkreasi dengan kreatif menciptakan serta dapat mengasah kemampuan siswa.

3. Limbah Lunak Anorganik

Limbah lunak anorganik berasal dari bahan olahan dengan campuran zat kimiawi dan menghasilkan bahan yang lembut, empuk, lentur, dan mudah dibentuk serta diolah dengan bahan yang sederhana. Sementara sifat limbah anorganik ini relatif sulit terurai, dan mungkin beberapa bisa terurai tetapi memerlukan waktu yang lama. Limbah anorganik umumnya berasal dari kegiatan industri, pertambangan, dan domestik dari sampah rumah tangga, contohnya plastik kemasan, kotak kemasan, kain perca, kain sintetis, dan stereofoam. Hampir semua limbah lunak anorganik dapat dimanfaatkan kembali sebagai produk kerajinan dengan menggunakan alat yang sederhana. (Suci Paresti, 2006:10)

Adapun proses pengolahan limbah lunak memerlukan pengetahuan yang memadai agar dalam pemanfaatannya tidak menghasilkan limbah baru yang justru semakin menambah permasalahan kehidupan. Paling tidak limbah hasil daur ulang ini dapat dikelola dengan efisien dan efektif agar sampah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan ini dapat diminimalisasi. Adapun prinsip- prinsip yang bisa diterapakan dalam pengelolaan sampah yaitu: mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), mendaur ulang (recycle).

(29)

Dengan mendaur ulang limbah (recycle) menjadi karya kerajinan tangan, dapat dikatakan telah turut serta dalam mengatasi lingkungan yang mengganggu kehidupan. Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai wadah penyaluran hobi keterampilan, kreativitas, dan menumbuhkan wirausaha bagi siswa.

(a. Limbah kain Perca) (b. Limbah karet ban)

(c. Limbah Styrofoam) (d. Limbah Plastik kemasan)

Gambar 1.Limbah anorganik (Sumber : http://oddav.com)

(30)

4. Sejarah Kain Perca

Kerajinan limbah kain perca merupakan salah satu kerajinan yang paling tua. Teknik penggabungan berbagai macam potongan kain untuk menciptakan motif unik dan satu kain lebar baru ternyata sudah tercipta sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti sejarah menunjukkan bahwa kerajinan perca sudah ada sejak zaman Mesir Kuno dan Cina kuno sekitar 5000 tahun yang lalu. Di masa abad pertengahan, kerajinan limbah kain perca juga digunakan oleh berbagai bangsa untuk melapisi baju perang para prajurit mereka yang terbuat dari baja.

Semakin lama, teknik kerajinan kain perca semakin berkembang. Di abad XI hingga abad XIII, orang-orang di Eropa sudah mulai menggunakan teknik kerajinan ini untuk membuat berbagai kebutuhan rumah tangga, termasuk selimut, baju, dan lain sebagainya. Hal ini seiring dengan perubahan cuaca yang menjadi semakin dingin.Kemudian, kreasi dan motif -motif baru dalam kerajinan kain ini juga semakin berkembang hingga menjadi salah satu kesenian yang indah. Tradisi pembuatan kerajinan perca ini kemudian tersebar ke seluruh dunia karena dibawa oleh para pengembara dan musafir. Seiring dengan berjalannya waktu dan tersebarnya seni kerajinan perca ke penjuru dunia, semakin banyak pula kreasi dan motif penggabungan kain yang tercipta. Semula kerajinan ini diciptakan hanya untuk menggabungkan beberapa potongan kain dan membuat pakaian yang lebih bisa menghangatkan.

Tujuan pembuatannya semakin berkembang dan lebih bernilai seni tinggi. Bahkan sekarang, pembuatan kerajinan kain perca tidak hanya dengan tujuan pemanfaatan limbah kain saja. Kerajinan perca juga dibuat dengan tujuan

(31)

kenyamanan dan keindahan si pemakai. Cukup banyak juga para pengrajin kerajinan perca yang menggunakan 100% bahan baru yang dipotong-potong.

Potongan kain tersebut kemudian dibentuk kembali dengan teknik kerajinan kain ini sehingga hasilnya lebih berkualitas, baik dari segi kenyamanan maupun nilai estetikanya. Bahkan motif perca juga sering menjadi ide para desainer untuk menciptakan karya-karya unik dan indah yang baru.

Kain perca memiliki sejarah yang panjang, bahkan telah ditemukan ribuan tahun yang lalu. Bangsa Cina dan Mesir Kuno melapisi baju perangnya yang terbuat dari besi dari kain perca. Pada tahun 1100 sampai 1300 kain perca dipakai untuk membuat selimut, baju, dan lain-lain untuk melindungi tubuh dari dinginnya musim dingin di Eropa.Setelah abad tersebut, perca mulai menyebar ke seluruh dunia. Seni Kerajinan Perca atau Quilting sudah ada sejak abad ke-19 di USA, Mesir, China dan Eropa. Sekarang sudah menyebar ke seluruh dunia.

Walaupun di Indonesia seni kerajinan perca sudah ada sejak dulu, beberapa tahun belakangan ini mulai berkembang menjadi kesenian modern. Paduan warna dan bahan katun yang nyaman dipakai ini mulai menghiasi butik-butik mahal di kota besar di Indonesia.

Kerajinan limbah kain perca sebenarnya sudah cukup lama dikenal di Indonesia dan juga termasuk ke dalam kerajinan seni tradisional. Awalnya kerajinan perca di Indonesia kurang diminati. Karena pembuatannya yang berbahan dasar limbah perca, kerajinan ini menjadi dipandang sebelah mata.

Namun, seiring dengan semakin meningkatnya daya kreatifitas dan kualitas

(32)

bahan yang digunakan oleh para pengrajin, saat ini kerajinan ini semakin populer.

5. Kerajinan Limbah Kain Perca

Kebutuhan sandang manusia yang berupa pakaian merupakan kebutuhan primer sehari-hari yang harus dipenuhi. Produksi pakaian yang dilakukan oleh para penjahit atau konveksi sebagai perusahaan pakaian jadi, menghasilkan banyak limbah yang biasa disebut kain perca. Kain perca yang dihasilkan banyak jenis bahannya dan bervariasi corak dan warnanya, ada batik kotak-kotak, bunga dan sebagainya. Terkadang limbah ini bisa dijadikan lap pel atau lap tangan dengan cara dijahit. Semakin banyak orang yang menekuni limbah jenis ini dapat member peluang usaha bagi setiap orang.

Limbah kain perca dapat dibuat sebagai bahan dasar kerajinan yang cukup unik dan menarik. Bahkan busana itu sendiri dapat dihasilkan dari kain-kain perca yang dijahit bersambung-sambungan. Sekarang sudah banyak orang melirik produk kerajinan berbahan kain perca, karena selain murah, desainnya juga semakin berkembang dari waktu ke waktu.

a. Bahan Pembuatan Kerajinan Limbah Kain Perca

Adapun bahan yang digunakan dalam membuat produk kerajinan Limbah kain perca diantaranya :

(33)

1) Kain Perca

Kain perca merupakan kain sisa-sisa guntingan yang berasal dari pembuatan pakaian, kerajinan atau berasal dari produk tekstil lainnya.

Gambar 2. Kain Perca (Sumber :http://oddav.com) 2) Lem

Gambar 3. Lem kain perca (Sumber: m.tokopedia.com)

(34)

3) Benang

Gambar 4. Benang (Sumber: m.tokopedia.com)

b. Alat Pembuatan Kerajinan Limbah Kain Perca

Alat pembuatan kerajinan limbah kain perca yang digunakan adalah :

1) Mesin jahit 2) Gunting 3) Lem tembak

4) Meteran

Gambar 5. Alat pembuatan kerajinan limbah kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi- dari-kain-perca.html)

(35)

Dalam pembuatan kerajinan dari limbah kain perca dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu ditempel saja, dijahit tangan, dianyam, dan dijahit dengan menggunakan mesin. Selain bahan dasar kain perca, ada pula yang memanfaatkan kancing, manic-manik, aluminium, dan tali temali untuk member aksen pada produk kerajinan yang dibuat agar nampak lebih menarik. Adapun bentuk-bentuk potongan kain perca yaitu :

1) Bentuk Segitiga

Potongan kain dipotong menjadi bentuk segitiga dengan beragam ukuran, potongan kain segitiga banyak dipakai untuk membentuk motif sisik, rumput, dan lain-lain. Bentuk ini adalah bentuk yang paling sederhana.

2) Bentuk Persegi

Bentuk persegi ataupun bentuk persegi panjang, cocok bagi para pemula.

Karena bentuk ini juga sama mudahnya dengan segitiga untuk dipotong, bentuk persegi ini bisa dipakai dalam berbagai motif seperti papan catur.

3) Bentuk Geometri

Selain bentuk persegi dan segi tiga, masih banyak lagi bentuk geometri lainnya seperti segi lima, segi enam. Semakin banyak sisinya maka semakin sulit untuk dipotong, contoh bentuk yang diaplikasikan untuk motif adalah segi delapan untuk motif sarang lebah, dan lain-lain.

4) Bentuk Manusia, Hewan dan Tumbuhan

Biasanya bentuk ini dipakai sebagai pemanis, tapi banyak juga yang memakai bentuk ini untuk motif utama. Bentuknya yang lucu dan bervariatif membuat banyak orang menyukai bentuk yang satu ini. Adapun teknik jahitan

(36)

dalam Kerajinan kain perca bisa dibuat dengan dijahit menggunakan mesin jahit ataupun tangan. Semakin kecil dan tidak teraturnya potongan kain yang disediakan, maka semakin sulit pula cara menggabungkannya. Misalnya untuk membuat kerajinan perca dengan potongan-potongan kain berbentuk segi empat.

Pola yang paling sederhana yang bisa Anda buat yaitu pola seperti papan catur yang berwarna-warni kontras. Anda juga bisa menggabungkan potongan- potongan kain tersebut membentuk pola zig zag, bintang, dan sebagainya.

Pusatkan beberapa detil di bagian tengah kerajinan dengan warna kontras sehingga bisa menjadi lebih menarik. Kemudian Anda juga bisa membuat semacam frame yang juga terbuat dari potongan kain dengan warna berbeda sehingga polanya terlihat.

Untuk memulai membuat kerajinan kain perca, ada beberapa persiapan yang harus perhatikan :

1) Pertama-tama, pisahkan kain perca sesuai warna dan coraknya.

2) Cuci kain perca dengan detergen dengan memisahkan antara kain yang bercorak kuat dan bercorak warna netral, hal ini untuk menghindari adanya percampuran warna atau luntur.

3) Keringkan kain perca dengan bantuan sinar matahari.

4) Persiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan selama proses

produksi berlangsung. Mulai dari mesin jahit, benang, jarum, gunting, dan lain sebagainya.

5) Buat pola-pola yang disesuaikan dengan desain yan dibuat.

(37)

6. Hasil karya yang dihasilkan dari pemanfaatan kain perca

Adapun hasil karya yang dihasilkan dari pemanfaatan kain perca yang kemudian menjadi hasil karya yang bernilai ekonomis, yaitu seperti:

a. Gantungan Kunci

Gambar 6. Contoh hasil karya (gantungan kunci) dari bahan kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi-dari-kain- perca.html)

b. Celemek

Gambar 7. Contoh hasil karya (celemek) dari bahan kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi-dari-kain- perca.html)

(38)

c. Taplak Kaki

Gambar 8. Contoh hasil karya (taplak meja) dari bahan kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi-dari-kain- perca.html)

d. Hiasan Dinding

Gambar 9. Contoh hasil karya (hiasan dinding) dari bahan kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi-dari-kain- perca.html)

(39)

e. Sajadah

Gambar 10. Contoh hasil karya (sajadah) dari bahan kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi-dari-kain- perca.html)

f. Kalung

Gambar 11.Contoh hasil karya (kalung) dari bahan kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi-dari-kain- perca.html)

(40)

g. Tempat Pensil

Gambar 12. Contoh hasil karya (tempat pensil) dari bahan kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi-dari-kain- perca.html)

h. Tas

Gambar 13.Contoh hasil karya (Tas) dari bahan kain perca

(Sumber: http://ragamkerajinantangan.blogspot.com/2016/05/20-aneka-kreasi-dari-kain- perca.html)

(41)

7. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP Negeri 5 Makassar

Gambar 14: Lokasi Penelitian (Dokumentasi: Rahima 25/8/2019)

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Makassar dengan rancangan penelitian Proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca). Proses pembelajaran seni disekolah ini berjalan dengan baik, kegiatan ekstrakurikuler dan kesenian mulai berkembang seiring waktu. Begitu pula dengan pembelajaran seni kriya, namun masih perlu peningkatan agar siswa lebih memahami secara terstruktur bagaimana cara mengubah dan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca) menjadi karya yang bernilai estetik dan memiliki nilai ekonomis, selain itu juga perlu diketahui oleh siswa bagaimana proses berkreasi menghasilkan karya yang kreatif dengan memanfaatkan kain perca.

(42)

B. Kerangka Pikir

Dengan melihat beberapa konsep di atas yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka maka, dapatlah dibuatkan kerangka atau skema yang dijadikan sebagai kerangka pikir sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka Pikir Hasil Penelitian Pemanfaatan Limbah anorganik

(kain perca)

Proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan kain perca.

Siswa Kelas VII SMPN. 5 Makassar

Hasil karya seni kriya yang dihasilkan dari pemanfaatan kain

perca

(43)

C. Penelitian Relevan

Adapun kajian relevan yang kemudian menjadi acuan saya yang berkaitan dengan judul penelitian saya yaitu :

Reni Wulandari (2015), Mahasisiwi Universitas Telkom dalam skripsinya yang berjudul “Pengolahan Limbah Kain Perca untuk Produk Fashion Hijabers”

pada tahun 2015 memberikan kesimpulan dalam skripsinya bahwa perkembangan Fashion di Indonesia yang semakin pesat disebabkan adanya globalisasi dan media massa yang menunjang, hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang berkembang trend fashionnya salah satunya fashion hijab. Dimana sebagian besar penjahit konveksi membuang sisa kain percanya. Limbah kain perca tersebut dapat diolah kembali secara kreatif sebagai produk yang memiliki nilai ekonomi, fungsional, dan estetika yang tinggi.

Dengan pemanfaatan limbah kain perca, diharapkan dapat menanggulangi dampak limbah kain perca untuk memberikan inovasi terhadap produk yang dihasilkan. Adapun teknik yang digunakan dalam mengolah limbah kain perca yaitu teknik struktur design dan surface design pada kain agar memiliki nilai fungsional, nilai estetika dan ekonomi yang lebih tinggi.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk metode “deskriptif kualitatif”, yang artinya metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, yang mana peneliti berperan sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2008 : 15). Dalam arti lain deskriptif kualitatif ialah berusaha mengungkapkan sesuatu atau memberi gambaran secara objektif sesuatu dengan kenyataan sesungguhnya mengenai proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca) pada siswa kelas VII SMPN. 5 Makassar.

Pengertian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan obyek dan subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada dan tampak atau bagaimana adanya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kota Makassar. Tepatnya di SMP Negeri 5 Makassar. Yang terletak di jalan Sumba No. 9 Makassar, Pattunuang, Kecamatan Wajo, Kota Makassar. Hal ini dianggap relevan dengan judul dan

30

(45)

tujuan penelitian, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 15: Peta lokasi

Sumber https://www.google.co.id/maps/place/Smpn.5makassar (4 Februari 2019)

B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel (Setyosari, 2010:108) adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan guna memperoleh data tentang bagaimana proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca) pada Siswa kelas VII SMPN. 5 Makassar. Dengan demikian, adapun keadaan variabel-variabel sebagai berikut:

a. Proses Pemanfaatan Limbah Anorganik (kain perca) pada siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Makassar.

(46)

Pengolahan Data

Kesimpulan Analisis Data Hasil yang dicapai

b. Hasil karya yang dihasilkan dalam proses Berkreasi seni kriya Dengan memanfaatkan limbah anorganik (Kain Perca) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Makassar.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian (Setyosari, 2010 : 148) merupakan rencana atau struktur yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian.

Adapun bentuk desain penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :

Skema 2. Desain Penelitian Pemanfaatan limbah anorganik ( kain

perca) pada siswa kelas VII SMPN. 5 Makassar.

Hasil karya dari Pemanfaatan limbah anorganik (kain perca) pada siswa

kelas VII SMPN. 5 Makassar Pengumpulan data (observasi,

wawancara dan dokumentasi)

(47)

C. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan variabel diatas maka perlu dilakukan pendefinisian operasional variabel guna memperjelas dan menghindari terjadinya suatu kesalahan. Serta memudahkan sasaran penelitian hingga berjalan dengan baik. Adapun definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

Proses Berkreasi Seni Kriya Dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Makassar.

a. Penelitian yang dimaksud dalam proses berkreasi seni kriya dengan menggunakan kain perca adalah tindakan belajar yang dinilai dari pemahaman dan penguasaan siswa terhadapan pemanfaatan limbah kain perca sampai pada pemanfaatan maupun praktik berkarya seni dengan menggunakan limbah kain perca. Adapun prosesnya adalah :

1. Tahap awal (Materi ajar yang berkaitan dengan seni kriya dengan pemanfaatan limbah). Didalamnya terdapat materi yang berkaitan dengan tingkat apresiasi siswa terhadap karya seni kriya)

2. Tahap berkarya (praktik berkarya siswa). Pada bagian ini, pembelajaran tentang kreasi siswa dalam menciptakan karya seni kriya dilakukan berdasarkan acuan pembelajaran.

3. Hasil karya siswa sebagai hasil ketuntasan penciptaan karya seni kriya, sesuai dengan pedoman penugasan yang diberikan dalam proses pembelajaran.

(48)

b. Hasil akhir pembelajaran seni kriya yang dimaksud adalah nilai akhir ketuntasan yang dihasilkan oleh siswa berkarya yang diperoleh melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran atau permasalahan yang akan diteliti. Objek dari penelitian ini adalah siswa siswi kelas VII yang dilaksanakan di SMPN. 5 Makassar. Mengingat yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca), maka populasi penelitian adalah pada siswa VII SMPN. 5 Makassar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan, observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi.

1. Teknik Lapangan

Penelitian dengan teknik lapangan digunakan untuk memperoleh data primer pada penelitian ini. Teknik lapangan yang digunakan yaitu: observasi , wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi dilakukan guna memperoleh data secara langsung terhadap Proses Berkarya Seni Dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca)

(49)

Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 5 Makassar sebagai bahan analisis, serta didukung atas dokumentasi hasil foto-foto karya dan bentuk dokumentasi lainnya.

Dengan mendatangi dan melihat langsung suasana kelas VII SMPN.5 Makassar sebagai tempat pembuatan yang tidak lain merupakan kelas dari para siswa kelas VII yang akan membuat memanfaatkan limbah anorganik (kain perca). peneliti melihat langsung aktivitas dan kreativitas dari para siswa-siswi kelas VII SMPN. 5 Makassar dalam berkarya kemudian peneliti mengabadikan aktivitas tersebut melalui pengambilan gambar menggunakan kamera.

b. Wawancara

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan keterangan objektif melalui pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rumusan masalah yang diajukan. Dalam wawancara tersebut peneliti mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan masalah yang peneliti teliti mengenai Proses Berkarya Seni Dengan memanfaatkan limbah anorganik (Kain Perca) pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 5 Makassar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mengambil foto-foto yang akan lebih menjelaskan data yang diperoleh melalui teknik observasi dan wawancara.

Peneliti mangambil gambar yang terkait dengan kegiatan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar dalam pemanfaatan limbah anorganik (kain perca) dalam

(50)

berkreasi seni kriya sebagai bahan pembuktian terhadap masalah yang peneliti teliti.

d. Praktek

Tes yang dilakukan dengan cara memberikan siswa tugas untuk mencari dan mengumpulkan limbah kain perca yang dapat mereka temui di usaha rumah jahit. Kemudian, siswa diarahkan untuk mencari ide tentang karya seni kriya apa yang akan mereka hasilkan dengan memanfaatkan limbah kain perca tersebut.

Proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan kain perca dapat dikerjakan dikelas namun, apabila belum selesai siswa boleh mengerkerjakannya dirumah.

e. Karya kerja siswa

Karya kerja siswa adalah bentuk penilaian atau pengukuran kemampuan siswa dalam berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan kain perca.

 Pemilahan bahan

 Pembuatan/ proses berkarya

 Penyajian Karya

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Berkarya Seni Dengan memanfaatkan limbah anorganik (Kain Perca) Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 5 Makassar. Perlu dijelaskan

(51)

tentang bagaimana peneliti memperoleh jawaban tentang masalah yang peneliti teliti.

Dalam memperoleh informasi tentang Proses Berkarya Seni Dengan memanfaatkan limbah anorganik (Kain Perca) Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 5 Makassar, peneliti menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman dalam Sugiono. Dapat dilihat pada gambar berikut :

Teknik Analisis Data Model Interaktif Miles Dan Huberman

Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Conclusions drawing/verifyng Data reduction

Data display Data Collection

(52)

1. Data reduction (reduksi data)

Data yang peneliti peroleh dari lapangan sangatlah banyak, semakin lama peneliti berada di lapangan maka semakin banyak pula data yang peneliti dapatkan maka peneliti perlu menganalisis data melalui reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Dengan demikian data yang telah peneliti reduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, untuk melakukan reduksi data maka peneliti menggunakan alat seperti computer mini untuk memberikan kode pada aspek tertentu.

2. Data display (penyajian data)

Setelah peneliti mereduksi data maka peneliti melanjutkan analisis dengan menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif. Dalam hal ini miles and huberman (1984 ) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex” yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dalam penyajian data ini setelah peneliti mengelompokkan data-data yang peneliti dapatkan maka peneliti memeriksa atau menguji kembali untuk melihat apakah data-data yang peneliti temukan yang masih bersifat hipotetik berkembang atau tidak.

(53)

3. Conclusion drawing/verification

Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel. Metode inilah yang peneliti gunakan dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

G. Indikator Penilaian

- Kerapian : Kemampuan siswa dalam menghasilkan karya seni kriya yang apik, bersih, dan memiliki struktur bentuk yang harmonis.

- Kesesuain : Kemampuan siswa dalam menangkap tema dan menyesuaiannya pada hasil karya yang diciptakan.

- Kreatifitas : Kemampuan siswa dalam merancang, membentuk dan menyusun bahan dan alat kerajinan dari kain perca yang digunakan dalam berkarya seni kriya.

- Ketuntasan/ Finishing : Kemampuan siswa dalam menyelesaikan hasil karya yang sesuai dengan struktur dan keutuhan karya secara keseluruhan. Dalam ketuntasan tersebut juga berkaitan dengan aspek proporsional, simetris dan komposisi yang baik.

(54)

Keterangan:

P1 : Kerapian P2 : Kesesuain P3 : Kreatifitas

P4 : Ketuntasan/ Finishing

H. Instrumen Penilaian

Tabel. Aspek Penilaian

NO NAMA KELOMPOK KARYA Penilaian

Rata rata hasil P1 P2 P3 P4

1 1

2 2

Keterangan nilai : Sangat Baik : 93 - 100 Baik : 85 – 92 Cukup : 77 – 84 Kurang : < 77

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan mengenai Proses Berkarya Seni Kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca) pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar. Dalam penyajian ini akan diuraikan datanya berdasarkan metode deskriptif yaitu penggambaran data secara apa adanya berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan.

Berdasarkan rincian masalah yang diajukan peneliti meliputi: Alat dan bahan yang digunakan dalam berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca), bagaimana proses berkreasi seni kriya dan jenis karya apa yang dihasilkan dalam proses berkarya seni kriya dengan memanfaatkan limbah kain perca.

1. Proses Berkreasi Seni Kriya dengan Memanfaatkan Limbah Kain Perca

Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan proses berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah organik (kain perca) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Makassar sebagai berikut :

41

(56)

a. Bahan dan alat yang digunakan dalam berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca) pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar

Bahan merupakan zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat dibuat darinya, seperti kain perca. Sedangkan alat merupakan peralatan yang digunakan untuk membuat karya, sehingga bahan berhasil tercipta menjadi suatu hasil karya yang bernilai dan dapat digunakan sebagai pajangan dan benda pakai.

Di bawah ini dapat diuraikan bahan dan alat apa saja yang digunakan pada pemanfaatan kain perca dalam berkarya seni kriya:

1) Kain Perca

Kain perca adalah salah satu bahan utama yang digunakan dalam berkreasi seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik. Kain perca berasal dari kain sisa-sisa guntingan yang berasal dari pembuatan pakaian, kerajinan atau berasal dari produk tekstil lainnya. Contohnya pada pembuatan karya bros dari kain perca.

(57)

Gambar 16: Kain perca

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

2) Permata

Pertama merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk menambah nilai keindahan dari karya yang dibuat. Contohnya pada hasil karya bros.

Gambar 17: Permata

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

(58)

3) Kancing

Salah satu bahan penunjang untuk menambah nilai keindahan dari karya seni kriya yang akan dibuat.

Gambar 18: Kancing

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal,25 agustus 2019) 4) Lem

Lem berguna sebagai perekat dalam membuat karya seni kriya.

Gambar 19: Lem

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

(59)

5) Benang

Gambar 20: Benang

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

6) Peniti Bros

Gambar 21: Peniti Bros

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

Adapun alat yang digunakan dalam proses berkarya seni kriya dengan memanfaatkan kain perca adalah :

(60)

1) Gunting

Gunting digunakan untuk memotong kain perca yang digunakan dalam berkarya seni kriya.

Gambar 22: Gunting

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

2) Lem Tembak

Lem tembak digunakan sebagai perekat dalam membuat karya dari kain perca. Misalnya untuk menempelkan permata atau manik-manik.

Gambar 23: Lem Tembak

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

(61)

3) Jarum

Jarum digunakan sebagai alat untuk menyatukan potongan-potongan kain perca sehingga terbentuk menjadi karya sesuai dengan desain yang diinginkan.

Gambar 24: Jarum

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

4) Meteran

Meteran digunakan sebagai alat untuk mengukur dalam membuat karya.

Gambar 25: Meteran

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

(62)

5) Pensil

Pensil digunakan sebagai alat untuk menulis dan menggambar desain karya yang ingin dibuat.

Gambar 26: Pensil

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

6) Pentul

Pentul digunakan sebagai alat agar kain perca yang digunakan tidak bergerak pada saat proses pembuatan bros.

Gambar 27: Pentul

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

(63)

b. Bagaimana proses berkarya seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca)

Pada penelitian ini, proses berkarya seni kriya yang dilakukan oleh siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Makassar dilakukan di dalam ruang kelas dan didampingi oleh guru untuk mengontrol pelaksanaan pembelajan dengan baik.

Proses berkarya tersebut menggunakan limbah kain perca sebagai bahan utama yang dikreasikan melalui desain dan struktur bentuk yang telah di uraikan sebelumnya pada tahap awal pembelajaran.

Pemanfaatan limbah anorganik (kain perca) adalah suatu proses kreativitas tinggi, yang menggunakan teknik kecekatan dan kinerja dari pekerja seni, utamanya dalam memanfaatkan kain perca, pada tahap ini telah dirincikan bagaimana siswa dapat merancang karya seni menggunakan bahan dan peralatan yang tersedia. Berkarya seni kriya tidak hanya memberikan pengetahuan secara umum, namun juga dapat memberikan keuntungan bagi yang memiliki bakat dan keterampilan tangan, serta mampu menghasilkan karya yang memiliki nilai jual.

Untuk memulai membuat kerajinan kain perca, ada beberapa persiapan yang harus perhatikan :

1) Pertama-tama, pisahkan kain perca sesuai warna dan corak yang

diinginkan.

2) Cuci kain perca dengan detergen dengan memisahkan antara kain yang bercorak kuat dan bercorak warna netral, hal ini untuk menghindari adanya percampuran warna atau luntur.

(64)

3) Keringkan kain perca dengan bantuan sinar matahari.

4) Persiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan selama proses

produksi berlangsung. Mulai dari benang, jarum, gunting, lem dan lain sebagainya.

5) Buat pola-pola yang disesuaikan dengan desain yang dibuat.

Adapun tahap dalam proses berkarya seni kriya dengan memanfaatkan limbah anorganik (kain perca) menggunakan alat, bahan. Kemudian merancang karya apa yang akan dibuat, dari proses ini siswa dapat memahami terlebih dahulu apa fungsi dari bahan dan peralatan yang digunakan, kemudian pemilihan motif-motif kain perca yang diinginkan, mendesain karya yang ingin dibuat, kemudian proses pengerjaan dan finishing.

1. Proses awal

Tahap awal yaitu dimana siswa memilih corak ataupun warna yang mereka inginkan dari limbah kain-kain perca yang telah mereka kumpulkan.

Gambar 28: Tahap awal

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal,25 agustus 2019)

(65)

2. Mendesain dan membuat pola karya yang akan dibuat

Tahapan kedua yaitu setelah mereka selesai memilih corak dan warna dari kain-kain perca yang telah mereka pilih, kemudian mendesain dan membuat pola karya seni kriya yang akan dibuat.

Gambar 29: Proses mendesain

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

3. Menggunting kain perca yang telah dipilih berdasarkan corak dan warnanya Pola yang telah dibuat sebelumnya kemudian di gunting sesuai dengan desain yang digambarkan dengan menggunakan pensil. Teknik menggunting dilakukan mengukuti sifat-sifat kain dan desain agar dapat terpola dengan baik dan rapi.

(66)

Gambar 30: Menggunting kain

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019)

4. Menjahit kain perca sehingga membentuk sesuai dengan pola yang telah dibuat

Selanjutnya bahan yang telah di gunting kemudian di susun sesuai dengan ide kreatif yang telah di rancang sebelumnya. Teknik penyusunan tersebut melatih siswa dalam mengkomposisikan bentuk, warna, dan kreatifitas pengolahan kain perca menjadi karya seni yang estetik. Teknik penyusunan tersebut dilakukan dengan cara menjahit bagian-bagian bidang kain agar menghasilkan komposisi dan kualitas karya yang lebih kuat.

(67)

Gambar 31: Membentuk kain sesuai pola (Dokumentasi: Rahima/25 agustus 2019)

5. Proses Pembuatan hingga menjadi karya Bros dari kain perca

Pada tahap ini, siswa dituntut untuk menghasilkan ketuntasan karya dengan memperhatikan komposisi, keseimbangan, dan penerapan karya yang lebih bersifat fungsional. Oleh karena itu, tahap ini menjadi bagian terpenting dalam memperbaiki seluruh struktur keseluruhan karya kriya tersebut.

(68)

Gambar 32:Proses pembuatan bros

(Dokumentasi: Rahima yang diambil pada tanggal, 25 agustus 2019) Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat karya bros dari kain perca yaitu:

 Pertama, kain perca digunting dan dibentuk kotak, ukurannya kurang lebih 5 cm sebanyak 10 lembar.

 Selanjutnya kain perca dilipat menjadi 2 membentuk segitiga, kemudian setiap sudut bawahnya dilipat ke atas.

 Lipat kain perca dan tusuk dengan menggunakan pentul agar bentuknya tidak berubah.

 Setelah itu gunting lipatannya. Lalu matikan ikatan benangnya dengan lipatan kain perca bertemu dengan lipatan kain perca yang telah dirangkai

 Yang terakhir, tinggal dirapikan dan diberi kancing atau permata di tengahnya. Jangan lupa untuk menempelkan peniti bros dibelakangnya.

(69)

2. Hasil Karya Seni Kriya Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Makassar

Kualitas sebuah karya tergantung pada proses pengerjaan yang maksimal, maka kerjasama ekstra dan keterampilan dalam suatu kelompok dibutuhkan agar menjadi suatu hasil yang sesuai dengan harapan, kemudian kualitas juga bergantung pada bahan dan alat yang digunakan, namun dalam penelitian ini siswa dapat melaksanakan tugas dan kreativitasnya dengan baik.

Adapun kemampuan dan hasil karya dari pembuatan bros dengan menggunakan limbah anorganik (kain perca) pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Makassar, sebagai berikut :

NO NAMA KL

P KARYA Penilaian Rata

rata hasil P1 P2 P3 P4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

-Abdul latief -Anggun Zahra -Dwi AfifaMaisya -Indrawan S.

-Muammar Yazin -Musdalifa -Nur alfiHusna -Nuradha -YudiAzis

1 90 92 85 85 88 Baik

1 2 3 4 5 6 7 8 9

-Ahmad Fauzan -AniqahFiqriyah -Evan Syamsu -LutfiahRamdhani -Muh Farid -Nadya Anggun -Nur Ayu Salsabila -Ricky Yovan -ZhaskiaAzzahra

2 87 90 88 85 87.5 Baik

Gambar

Gambar 1.Limbah anorganik  (Sumber : http://oddav.com)
Gambar 2. Kain Perca  (Sumber :http://oddav.com)  2) Lem
Gambar 4. Benang  (Sumber: m.tokopedia.com)
Gambar 6. Contoh hasil karya  (gantungan kunci) dari bahan kain perca
+7

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI TEKNIK PSIKODRAMA DALAM BIMBINGAN KELOMPOK. UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan menulis teks cerita pendek antara kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan menulis teks cerita pendek antara kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi

Guru memberi tugas pada peserta didik untuk mencari contoh teks cerita fantasi di majalah, internet, atau di buku kemudian menyebutkan karakterisitik dan unsur

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara peserta didik yang belajar dengan menggunakan metode SQ4R dan

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa skor maksimum pada aspek afektif yang dicapai oleh peserta didik setelah diajar dengan menggunakan pembelajaran fisika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar biologi peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menerapkan Penggunaan Pendekatan SAVI dengan

Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau pendalaman materi