• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN 3 Waluyo yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN 3 Waluyo yang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN 3 Waluyo yang beralamat di desa Waluyo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, yang berada di bawah naungan UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen.

Adapun tenaga pendidik dan tenaga administrasi yang ada di SDN 3 Waluyo berjumlah 12 orang, yaitu: 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru olahraga, 1 operator, 1 pegawai perpustakaan, dan 1 penjaga sekolah. Sedangkan jumlah siswa keseluruhan adalah 157 siswa, yaitu:

30 siswa kelas I, 25 siswa kelas II, 32 siswa kelas III, 28 siswa kelas IV, 20 siswa kelas V, dan 22 Siswa kelas VI.

SD Negeri 3 Waluyo memiliki jarak kurang lebih 12 km dari kampus PGSD Kebumen serta memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang tamu, 1 ruang komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 UKS, 1 mushola, 1 gudang dan dapur serta 4 kamar mandi/WC.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2015 yaitu pada bulan agustus sampai oktober, yang sebelumnya sudah dilakukan pembuatan proposal penelitian pada bulan januari sampai mei 2013/2014, serta seminar proposal. Dalam penelitian ini, peneliti membuat rencana jadwal waktu penelitian. Pembuatan jadwal waktu penelitian bertujuan untuk mempermudah proses penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan sistematis, efektif, dan efisien. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:

29

(2)

Gambar 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2013/2014

Kegiatan penelitian Bulan

Jan 2013

Feb 2013

Mar 2013

April 2013

Mei 2015

Jun 2015

Jul 2015

Ags 2015

Sep 2015

Okt 2015

Nov 2015

Des 2015

Jan 2016

1. Persiapan penelitian a. Perijinan

b. Koordinasi dengan kepala sekolah dan guru

c. Menyusun proposal penelitian

d. Seminar Poposal 2. Pelaksanaan tindakan

a. Siklus I

1) pertemuan I 2) pertemuan 2 b. Siklus II

1) pertemuan I 2) pertemuan 2 c. Siklus III

1) Pertemuan I 2) Pertemuan II 3. Analisis data dan

pelaporan

a. Analisis data 2 siklus b. Menyusun

laporan/skripsi c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan

pengumpulan laporan

(3)

B. Subjek Penelitian

Sebjek penelitian merupakan sumber utama data penelitian yang memiliki data mengenai variabel-variabel atau perolehan-perolehan yang diteliti.

Sudjana (2002) berpendapat, “Subjek penelitian adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari”.

Dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Waluyo Tahun Ajaran 2013/2014. Siswa kelas V berjumlah 20 anak yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa kelas V ini semua berdomisili di desa Waluyo.Mereka sangat bersemangat untuk belajar. Mereka berlatar belakang ekonomi keluarga menengah ke bawah, dan rata-rata orang tua bekerja sebagai buruh. Orang tua siswa sangat mendukung dan perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya.

C. Data dan Sumber Data

Suharsimi Arikunto (2010) berpendapat bahwa ” Sumber data adalah benda, hal atau tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data”.

Kemudian Arikunto berpandapat ” sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh”. Sedangkan Supardi (2007:129) menyatakan bahwa ”Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan relevan”. Dalam hal ini peneliti mencari data yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas, yang memang benar-benar dibutuhkan untuk penelitian ini. Sumber data yang digunakan peneliti pada penelitian ini, yaitu:

1. Siswa

Keberadaan siswa sebagai subjek penelitian sangat dibutuhkan dalam pengumpulan data. Data yang didapatkan dari siswa adalah tentang seluruh kegiatan proses pembelajaran, nilai pre tes dan nilai-nilai tiap siklus serta data yang diperoleh melalui observasi.

(4)

2. Teman Sejawat

Data yang diperoleh dari teman sejawat berupa data tentang pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran kontekstual di kelas V SDN 3 Waluyo tahun ajaran 2013/2014. Data tersebut didapat melalui observasi dan pengamatan.

3. Dokumen

Sumber data yang diperoleh dari dokumen berupa profil sekolah, buku induk, jumlah siswa, jumlah tenaga guru dan karyawan, serta silabus.

D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Riduwan (2007: 51) menyatakan bahwa, ”metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu :

a. Observasi

Arikunto (2010: 133) menyatakan bahwa dalam pengertian psikologik, observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Di dalam artian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, atau rekaman suara.

Arikunto (2010: 205) menyatakan bahwa mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan- kecenderungan yang ada padanya. Demikianlah apabila pengamatan oleh dua orang, maka perbedaan hasil pengamatan terhadap sesuatu objek akan dapat sangat berbeda karena latar belakang pribadi yang mewarnai pengamatan serta intensitas subjektivitas yang berbeda pula. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh dua orang. Dengan kata

(5)

lain, pengamatan harus objektif. Sebaiknya sebelum melakukan pengamatan yang sesungguhnya, para pengamat pengumpul data perlu dilatih terlebih dahulu untuk “menyingkirkan” atau “menekan sampai sesedikit mungkin” unsur subjektifitas pengamat. Sangat disarankan latihan pengamatan dilakukan beberapa kali sehingga diperoleh hasil yang sama atau hanya berbeda sedikit, Arikunto (2010: 175).

Selanjutnya, Arikunto (2010: 133) mengemukakan observasi yang sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat tinggal memberikan skor pada pedoman observasi, sehingga teknik ini disebut teknik penyekoran.

Teknik penyekoran sangat diperlukan untuk pengumpulan data melalui pengamatan.

Arikunto (2010: 190) mengemukakan manfaat teknik penyekoran antara lain: (1) untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak banyak terpengaruh faktor subjektif, (2) untuk menjaga kestabilan data yang dikumpulkan dalam waktu yang berbeda, (3) untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data agar siapapun dapat melakukannya.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi sistematik.Data yang diambil dengan metode observasi sistematik ini berupa pelaksanaan tindakan saat pembelajaran. Data dari metode ini nantinya akan turut menentukan bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual di kelas, apakah sudah sesuai dengan yang telah direncanakan atau belum.

b. Test

Arikunto (2010: 7) mengemukakan tes adalah suatu cara untuk mengadakan pengukuran berupa tugas atau serangkaian kegiatan yang harus dilakukan subjek sehingga menghasilkan informasi tentang performan atau penampilan perilaku tertentu yang dapat dibandingkan dengan skor standar atau dengan kelompoknya.

(6)

Arikunto (2010: 127) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa tes merupakan serangkaian cara atau alat berupa pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk dapat melakukan pengukuran informasi tentang performan atau penampilan perilaku, ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok hal ini ditunjukkan bahwa tes merupakan instrumen untuk mengukur satu sampel perilaku, sehingga tes akan menjawab seberapa baiknya individu dapat menunjukkan perilaku dibanding dengan individu lain.

Test yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah test prestasi atau achievement test, yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajarai sesuatu.

c. Wawancara

Sanjaya (2007: 20) wawancara adalah metode untuk memperoleh respon dengan cara mengajukan pertanyaan tanya jawab sepihak, artinya yang berkepentingan mengumpulkan data bertanya (interviewer) dan responden menjawab (interview). Wawancara dibedakan atas wawancara bebas, responden memiliki kebebasan memberikan jawaban atau pendapatnya tanpa dibatasi patokan-patokan.Dan wawancara terpimpin, yaitu susunan pertanyaan telah direncanakan dan jawaban responden tinggal memberi tanda cek pada pedoman wawancara yang mereka bawa.

Esterberg (dalam Sugiyono, 2009: 231) mendefinisikan interview sebagai berikut, “a meeting of two persons to exchange information and idea trough question and respondenses, resulting in comunication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

(7)

tertentu. Wawancara ada beberapa macam diantaranya, wawancara terstruktur, wawancara semistruktur, dan wawancara tak berstruktur.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah kegiatan yang dilakukan oleh dua orang yang masing-masing berperan sebagai penanya dan penjawab yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dan ide. Kegiatan tanya jawab ini bersifat sepihak, artinya yang berkepentingan mengumpulkan data yang bertanya sedangkan responden hanya menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat ditemukan melalui observasi.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengetahui tentang tanggapan observer dan siswa setelah proses pembelajaran menggunakan model kontekstual.

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi menurut Arikunto (2010: 206) adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, traskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya.

Alasan penggunaan metode dokumentasi karena pengumpulan datanya lebih praktis dan ekonomis. Teknik dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara mengambil rekaman video kegiatan saat pembelajaran berlangsung dan mengumpulkan hasil tes yang telah dilakukan. Sedangkan dokumen-dokumen kelas yang digunakan antara lain: buku kemajuan siswa dan buku induk siswa.

2. Alat Pengumpulan Data

Arikunto (2010: 194) mengemukakan instrumen data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan, maka alat pengumpulan data yang digunakan meliputi lembar observasi, lembar tes dan pedoman wawancara.

(8)

a. Lembar Observasi

Alat pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi adalah menggunakan lembar observasi yang akan diberikan kepada teman sejawat yang bertugas sebagai observer dalam penelitian. Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan proses pembelajaran SBK dengan menggunakan model kontekstual di dalam kelas. Subjek yang diamati yaitu guru, siswa, dan partisipasi siswa pada proses pembelajaran secara keseluruhan.

b. Tes

Tes yang digunakan berupa tes perbuatan hasil belajar pada tiap-tiap siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan.

c. Pedoman wawancara

Alat pengumpulan data dengan teknik wawancara ini yaitu wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa tentang tanggapan mereka terhadap proses belajar mengajar, serta kesan mereka selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual.

Wawancara juga dilakukan kepada observer.Wawancara dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala pada penggunaan model kontekstual serta pendapat observer dalam menemukan solusi yang tepat untuk mengurangi kendala pada pembelajaran model kontekstual.

3. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrument Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual 1) Definisi Konsep

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Pembelajaran kontekstual (contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

(9)

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkantujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian autentik (authentic assessment).

2) Definisi Operasional

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengumpulkan data tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model kontekstual dalam pembelajaran SBK dengan menggunakan wawancara, observasi, tes dan dokumen. Data yang diperoleh melalui penggunaan wawancara berupa deskripsi yang menggambarkan pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran dengan model kontekstual sedangkan penggunaan observasi berupa lembar observasi yang di gunakan untuk menulis hasil pengamatan tentang langkah-langkah pembelajaran dengan model kontekstual (terlampir pada lampiran 4-5 halaman 114-121).

Tabel 3.2 Kisi-kisi observasi pelaksanaan pendekatan kontekstual Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator No soal

Membuat karya kerajinan dan benda permainan

merancang karya kerajinan meronce

Menerapkan konstruktivisme

1

Menerapkan inkuiry 2

Menerapkan masyarakat belajar

3

Menerapkan bertanya 4

Menerapkan pemodelan 5

Menerapkan refleksi 6

Menerapkan penilaian sebenarnya

7

(10)

Tabel 3.3 Kisi-kisi pedoman wawancara pelaksanaan pendekatan kontekstual (terlampir pada lampiran 6 halaman 122)

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator No soal

Membuat karya kerajinan dan benda permainan

merancang karya kerajinan meronce

mengaplikasikan konstruktivisme

1

mengaplikasikan inkuri 2 mengaplikasikan

masyarakat belajar

3

mengaplikasikan bertanya 4 mengaplikasikan

pemodelan

5

mengaplikasikan refleksi 6 mengaplikasikan penilaian

autentik

7

b. Instrumen Peningkatan Keterampilan Membuat Kerajinan Meronce 1) Definisi Konsep

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.

(11)

2) Definisi Operasional

Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes

Indikator Nomor soal

Siklus I  Siswa mengamati contoh hasil roncean

 Siswa meronce dengan terampil, rapi, dan teliti

1 2 Siklus II  Siswa mengamati contoh hasil roncean

 Siswa mendiskusikan tentang keterampilan meronce

 Siswa meronce dengan kreatif, rapi, teliti

3 4

5 Siklus III  Siswa berdiskusi tentang keterampilan

meronce

 Siswa meronce dengan kreatif, rapi, teliti

6

7 7 Deskriptor Penilaian

a) Keaktifan

(1) Terampil (2) Kreatif (3) Indah (4) Cepat Penskoran Skor (a) 4 deskriptor tampak 45-50 (b) 3 deskriptor tampak 35-40 (c) 2 deskriptor tampak 20-30 (d) 1 deskriptor tampak 10-15 (e) tidak memenuhi semua aspek 0 b) Keseriusan

(1) Selesai (2) Teliti (3) Rapi (4) Tepat Penskoran Skor (a) 4 deskriptor tampak 45-50 (b) 3 deskriptor tampak 35-40 (c) 2 deskriptor tampak 20-30 (d) 1 deskriptor tampak 10-15 (e) tidak memenuhi semua aspek 0

(12)

Teknik Penskoran

Aspek-aspek yang dinilai:

a) Keaktifan : 50, b) Keseriusan : 50,

Nilai akhir = 50 + 50 = 100

E. Validitas Data

Suharsimi Arikunto (dalam Y. Padmono, 2003: 63) berpendapat bahwa

”Validitas pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu validitas keseluruhan secara keseluruhan dan validitas butir soal”. Kemudian Arikunto (dalam Y. Padmono, 2003: 63) juga berpendapat kembali bahwa ”Sebuah tes dinyatakan valid apabila mengukur yang seharusnya diukur”. Untuk menjamin dan memperoleh kesahihan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber data dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber data meliputi siswa, peneliti dan observer. Triangulasi sumber data dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui ketiga sumber tersebut untuk menarik suatu kesimpulan tentang hasil tindakan. Triangulasi waktu meliputi sebelum, saat, dan setelah dilaksanakan tindakan penelitian. Validitas data juga dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui analisis teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan penilaian atau tes.

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan didukung data kualitatif dan kuantitatif. Deskripsi kualitatif untuk menganalisis perubahan sikap, perilaku dan peningkatan motivasi belajar, sedangkan deskripsi kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa hasil penilaian. Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pendapat Miles dan Huberman (dalam Tjetjep. 2007: 16), yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(13)

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data

”kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Data yang dihasilkan dari observer merupakan data yang masih mentah, untuk itu peneliti melakukan pemilihan data yang relevan dan bermakna untuk disajikan dengan cara memilih data yang pokok, memfokuskan data yang mengarah pada pemecahan masalah dan memilih data yang mampu menjawab permasalahan penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada tahap ini peneliti mengajukan data yang telah direduksi ke dalam laporan secara sistematik untuk melihat gambaran data secara keseluruhan yang disajikan dalam bentuk naratif mengenai pengelolaan pelaksanaan tindakan kelas.

3. Penarikan Kesimpulan

Data yang telah diproses dengan langkah-langkah seperti diatas, kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yang berangkat dari hal-hal khusus untuk memperoleh kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat kembali pada reduksi data maupun pada penyajian data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari permasalahan penelitian.

(14)

G. Indikator Kinerja

Setelah melakukan tindakan penelitian kelas, penulis berharap:

Tabel 3.5. Indokator Kinerja Aspek yang Diukur

Persentase yang Ditargetkan

Alat Ukur Ketercapaian proses pembelajaran

guru dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran SBK tentang meronce

85% Lembar observasi berupa rating scale dan lembar wawancara Ketercapaian proses pembelajaran

pada siswa dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran SBK tentang meronce

80% Lembar observasi berupa rating scale dan lembar wawancara Hasil belajar siswa kelas V pada mata

pelajaran SBK tentang meronce meningkat dan tuntas. Siswa mencapai nilai KKM (75)

85% Tes evaluasi

H. Prosedur Penelitian

Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti merencanakan akan melaksanakan 3 siklus dengan menggunakan prosedur penelitian Arikunto yang terdiri atas empat komponen yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi.

Adapun alur pelaksanan tindakan dalam penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2010: 16) dapat digambarkan sebagai berikut:

(15)

Gambar 3.2 Model Siklus Tindakan Penelitian Arikunto Keterangan Gambar:

Menunjukkan bahwa pertama, sebelum peneliti melakukan tindakan, terlebih dahulu harus direncanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan.

Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakn berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.

Perencanaan

SIKLUSI Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan Perencanaan

SIKLUSII Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan Perencanaan SIKLUS III

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

(16)

Berdasarkan analisis hasil studi pendahuluan, pelaksanaan tindakan penelitian ini direncanakan tiga siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III yang masing-masing terdiri dari dua pertemuan.Tahapan dalam setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Sebelum diadakan siklus I, peneliti melakukan pre-test untuk mengetahui kondisi awal siswa. Tahapan ini dilakukan secara terus menerus sehingga ditemukan hasil yang optimal. Adapun rencana pelaksanaan tindakannya adalah sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan atau Pre-test

Sebelum diadakan siklus I, peneliti melakukan studi pendahuluan atau pre-test untuk mengetahui kondisi awal siswa. Pada studi pendahuluan ini guru memberikan soal untuk dikerjakan.

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan. Adapun perencanaan tindakan pada siklus ini meliputi: (1) mempelajari kompetensi dasar dan materi yang terdapat dalam kurikulum atau silabus kelas V semester 1; (2) menentukan waktu penelitian dilaksanakan dalam duapertemuan dengan alokasi waktu 2 x 2 x 35 menit; (3) menyusun skenario tindakan pembelajaran kontekstual sesuai langkah-langkah yang telah ditentukan; (4) menyusun RPP; (5) menyusun instrumen penelitian berupa lembar tes, lembar observasi, pedoman wawancara; (6) menghubungi observer dan (7) menyiapkan media atau alat dan bahan yang akan digunakan dalam melaksanakan tindakan siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan

Tindakan penelitian ini merupakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau peneliti berdasarkan skenario pembelajaran yang telah direncanakan pada hari Rabu 23 september 2015 untuk pertemuan 1 dan Sabtu 26 september 2015 untuk pertemuan 2. Materi pembelajaran pada siklus I yaitu tentang meronce untuk membuat kalung. Pelaksanaan pembelajaran siklus I ini dilaksanakan dalam dua pertemuan.

(17)

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I meliputi langkah- langkah kegiatan berikut:

1) Perencanaan, perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi:

a) menentukan fokus pembelajaran melalui pertanyaan fokus tentang apa yang akan dipelajari;

b) menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai;

c) menentukan materi, media, dan sumber belajar;

d) memilih dan mengurutkan kegiatan pembelajaran;

e) merencanakan evaluasi;

f) menyusun skenario kegiatan pembelajaran atau RPP.

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

3) Melaksanakan kegiatan evaluasi.

c. Tahap Observasi/Pengamatan

Kegiatan observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan oleh peneliti, siswa, dan teman sejawat. Observasi dilakukan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut.Observer maupun pelaksana tindakan melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan sebagai bahan untuk mengadakan refleksi serta menyusun langkah atau rencana selanjutnya.

Kemudian peneliti menganalisis hasil yang dicapai siswa setelah pelaksanakan tahap 1 dan 2, yaitu perencanaan dan tindakan. Hal ini dilakukan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, peneliti juga melakukan pengamatan tentang kendala dan solusi proses pembelajaran kontekstual.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi guru atau peneliti mengadakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan sehingga menemukan kelebihan maupun kekurangannya selama proses pembelajaran. Kemudian peneliti mengkaji dan mempertimbangkan hasil

(18)

atau dampak dari pembelajaran tersebut. Dari hasil refleksi, peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya.

Tahap refleksi juga merupakan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau pengaruh tindakan.

Pada tahap ini peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum diadakan tindakan dan kondisi sesudah diberikan tindakan siklusi I. Peneliti memaknai data yang diperoleh sehingga didapatkan gambaran yang jelas tentang tindakan yang dilakukan. Hasil refleksi pada siklus I merupakan tahap awal yang selanjutnya ditindak lanjuti pada siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada dasarnya perencanaan tindakan pada siklus II sama dengan perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I. Hanya pada siklus II lebih ditekankan pada perbaikan dan pemecahan masalah-masalah yang muncul pada siklus I. Materi pada siklus II adalah meronce membuat gelang.

b. Tahap Pelaksanaan

Materi pembelajaran pada siklus II yaitu tentang meronce membuat gelang. Pelaksanaan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan dalam dua pertemuan yang akan dilaksanakan pada hari Rabu 30 september 2015 untuk pertemuan I dan Sabtu 3 oktober 2015 untuk pertemuan II.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada siklus I.

Melalui hasil refleksi yang dilakukan diharapkan kesulitan yang muncul pada siklus I dapat diatasi sehingga penelitian ini dapat berhasil (memenuhi indikator kinerja yang telah ditentukan) dan hasil yang diperoleh akan meningkat.

c. Tahap Observasi/Pengamatan

Pada tahap observasi, pada dasarnya sama seperti observasi di siklus I yaitu mengamati proses pelaksanaan pembelajaran dari awal sampai akhir yang dilakukan oleh guru atau peneliti, siswa maupun teman sejawat

(19)

untuk memperoleh data tentang pembelajaran tersebut. Observasi pada siklus II juga sebagai bahan untuk mengadakan refleksi.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan peneliti untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum tindakan dengan kondisi setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti dapat melakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya jika perlu atau berhenti sampai siklus II jika penelitian ini telah dinyatakan berhasil sesuai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

4. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada dasarnya perencanaan tindakan pada siklus III sama dengan perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II. Hanya pada siklus III lebih ditekankan pada perbaikan dan pemecahan masalah-masalah yang muncul pada siklus II. Materi pada siklus III adalah meronce membuat gorden.

b. Tahap Pelaksanaan

Materi pembelajaran pada siklus III yaitu tentang meronce membuat gorden. Pelaksanaan pembelajaran siklus III ini dilaksanakan dalam dua pertemuan yang akan dilaksanakan pada hari Rabu 7 oktober 2015 untuk pertemuan I dan Sabtu 10 oktober 2015 untuk pertemuan II.

Pelaksanaan tindakan pada siklus III merupakan perbaikan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada siklus II.

Melalui perbaikan yang dilakukan diharapkan kesulitan yang muncul pada siklus II dapat diatasi sehingga penelitian ini dapat berhasil (memenuhi indikator kinerja yang telah ditentukan) dan hasil yang diperoleh akan meningkat.

(20)

c. Tahap Observasi/Pengamatan

Pada tahap observasi, pada dasarnya sama seperti observasi di siklus I dan II yaitu mengamati proses pelaksanaan pembelajaran dari awal sampai akhir yang dilakukan oleh guru atau peneliti, siswa maupun teman sejawat untuk memperoleh data tentang pembelajaran tersebut. Observasi pada siklus III juga sebagai bahan untuk mengadakan refleksi.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan peneliti untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum tindakan dengan kondisi setelah tindakan yaitu siklus I, II, dan siklus III. Berdasar hasil refleksi, peneliti dapat melakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya jika perlu atau berhenti sampai siklus III jika penelitian ini telah dinyatakan berhasil sesuai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

Gambar

Gambar 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2013/2014
Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes
Gambar 3.2 Model Siklus Tindakan Penelitian Arikunto  Keterangan Gambar:

Referensi

Dokumen terkait

Suplimen kepada scenario ini juga lebih didorong oleh peningkatkan taraf hidup rakyat kita di kawasan urban yang membolehkan mereka berkeupayaan untuk mencari

Kita dapat memperkirakan bahwa pada saat itu, Nazaret telah sedemikian rupa diabaikan sehingga tidak ada hal baik yang dapat diharapkan muncul dari mereka yang tinggal di

Devrede bulunan kondansatör doldurulup boşaltılırken kondansatör üzerindeki voltaj değişimi osiloskop yardımıyla gözlemlenip çizici ile voltajın zamana göre değişimi elde

Ketika liabilitas keuangan saat ini digantikan dengan yang lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi

Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengembalian aset untuk sektor 4 dan sektor 5 adalah berbeda jauh atau dapat dikatakan relatif tidak sama.. Jika melihat hasil

Sebagian besar responden memiliki produktivitas lebih dari rata- rata per 7 jam kerja tetapi masih terdapat responden dengan tingkat produktivitas rendah yaitu sebanyak

Metode fuzzy logic pada penelitian ini digunakan untuk mengatur kecepatan motor DC dengan range kecepatan yang sudah ditentukan dalam rules fuzzy logic dan

Dengan nilai yang didapat, dapat dibandingkan hasilnya dengan menggunakan metode spesifikasi histogram dan lokal histogram, sehingga didapatkan kesimpulan penggunaan