• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT UTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT UTAMA"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA

STRATEGIS

INSPEKTORAT UTAMA

2020 - 2024

(2)

Page|iii KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, atas Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dapat menyelesaikan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI Tahun 2020-2024.

Renstra ini menguraikan tentang tujuan yang disinkronisasikan dengan Indikator Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran dengan Target yang dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) Tahun dari Tahun 2020-2024.

Rencana Strategis disusun sesuai Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga (RPJM) yaitu dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

Dengan tersusunnya Renstra ini, diharapkan adanya peningkatan transparansi dan akuntabilitas kinerja di Lingkungan Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, serta tersediannya dokumen Rencana Strategis Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI Tahun 2020 - 2024 yang lebih akuntabel.

Renstra ini telah diupayakan penyusunannya secara optimal, namun kami menyadari apabila masih ada kekurangan, maka tidak tertutup kemungkinan adanya perbaikan-perbaikan disesuaikan dengan kebutuhan prioritas dan kebijakan pimpinan, Semoga Renstra ini benar-benar bermanfaat dalam mendukung visi Inspektorat Utama yaitu “Mendukung Terwujudnya Inspektorat Utama yang profesional dan kompeten”.

Jakarta, Mei 2020

INSPEKTUR UTAMA,

Drs. Setyanta Nugraha, MM

NIP. 196207191988031001

(3)

Page|iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I ... 2

1.1. KONDISI UMUM ... 2

1.1.1. Capaian Kinerja Rencana Strategis 2015–2019 ... 4

a. Capaian Kinerja Inspektorat Utama ... 4

b. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan ... 4

c. Peningkatan Kualitas Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ... 5

d. Peningkatan Reformasi Birokrasi ... 6

e. Peningkatan Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) ... 7

f. Peningkatan Kapabilitas APIP (IACM) ... 8

g. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan ... 8

h. Pencegahan Pemberantasan Korupsi ... 10

i. Telaah Sejawat ... 18

j. Survei Kepuasan Stakeholder ... 20

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN ... 21

1.2.1. Kekuatan dan Potensi ... 22

a. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 22

b. Sumber Daya Pendukung ... 25

1.2.2. Kelemahan dan Permasalahan ... 26

a. Kebijakan Penganggaran ... 26

b. Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) ... 27

c. Sumber Daya Pendukung ... 33

1.2.3. Peluang dan Tantangan ... 34

a. Peluang ... 34

b. Tantangan ... 35

BAB II ... 37

2.1. VISI INSPEKTORAT UTAMA ... 37

(4)

Page|v

2.2. MISI INSPEKTORAT UTAMA ... 39

2.3. BUDAYA ORGANISASI INSPEKTORAT UTAMA ... 41

2.4. TUJUAN INSPEKTORAT UTAMA ... 43

2.5. SASARAN INSPEKTORAT UTAMA ... 44

BAB III ... 47

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL ... 47

3.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 ... 47

3.1.2. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020 ... 50

3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI ... 53

3.3. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI INSPEKTORAT UTAMA .... 58

3.3.1. Arah Kebijakan Inspektorat Utama ... 58

3.3.2. Program dan Kegiatan ... 60

a. Program ... 60

b. Kegiatan ... 61

3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN ... 63

3.5. KERANGKA REGULASI ... 65

BAB IV... 74

4.1. TARGET KINERJA ... 74

4.2. KERANGKA PENDANAAN ... 78

4.2.1. Analis Pendanaan ... 78

4.2.2. Perkiraan Pendanaan Tahun 2020-2024 ... 79

BAB V ... 82

LAMPIRAN ... 84

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

erdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan Rencana Strategis sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan, yang digunakan sebagai sarana dalam mengukur kinerja untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam Pasal 16 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 disebutkan bahwa Inspektorat Utama mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Lahirnya Inspektorat Utama merupakan wujud komitmen Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dalam melakukan penguatan pengawasan internal di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Inspektorat Utama memiliki peran strategis dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal tersebut sejalan dengan NAWA CITA Presiden Joko Widodo yaitu membuat membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya (good governance).

B

(7)

Dalam melaksanakan tugas pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, Inspektorat Utama membawahi Inspektorat I yang melaksanakan kegiatan pengawasan di lingkup Deputi Administrasi; dan Inspektorat II melaksanakan kegiatan pengawasan di lingkup Deputi Persidangan dan Badan Keahlian.

Pengawasan Internal sebagai suatu fungsi manajemen harus mampu menjamin bahwa program Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dalam mencapai tujuan dan sasaran sudah dilaksanakan secara efektif, efisien sesuai dengan rencana kebijakan yang telah ditetapkan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan internal pemerintah harus direncanakan secara tepat, cermat, profesional, terpadu serta berkesinambungan yang dituangkan dalam sebuah Rencana Strategis Pengawasan untuk 5 (lima) tahun ke depan (2020-2024).

Rencana Strategis Inspektorat Utama 2020-2024 diawali dengan menyusun evaluasi pencapaian kinerja pada tahun 2015-2019, melakukan identifikasi masalah yang ada, dan menentukan langkah- langkah strategis dalam pencapaian target kinerja berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan. Proses perencanaan disusun berorietasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun yang dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan didukung dengan penganggaran berbasis kinerja yang dituangkan dalam RKA-KL.

(8)

1.1.1. Capaian Kinerja Rencana Strategis 2015 – 2019 a. Capaian Kinerja Inspektorat Utama

Pencapaian kinerja dalam periode tahun 2015-2019 sebagaimana dituangkan dalam Renstra Inspektorat Utama ditunjukkan dengan pencapaian Indikator Kinerja Utama pada Tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Indikator Kinerja Utama Inspektorat Utama Tahun 2015-2019

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA

TARGET CAPAIAN 2019 2018 2017 1. Nilai Internal 8 (delapan)

area perubahan BB

2. Level Internal Audit

Capacity Model (IACM) LEVEL 3

LEVEL 3 (dengan catatan)

LEVEL 2

3. Persentase Tindak Lanjut atas Rekomendasi hasil Pengawasan Internal dan Eksternal

65% 59,82% 69,14%

b. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan

Peran Inspektorat Utama dalam penguatan pengawasan internal adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai terkait penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sehingga mendorong tercapainya Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada

(9)

Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI sebanyak 11 kali.

Kegiatan yang telah dilakukan Inspektorat Utama dalam tercapainya pelaporan keuangan yang handal dimana terciptanya peningkatan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, sistem pengendalian intern berjalan dengan baik, efektif, efisien dan akuntabel sehingga opini laporan keuangan WTP sejak tahun 2008 sampai dengan 2018 antara lain melalui:

1) Reviu Rencana Kerja dan Anggaran;

2) Reviu Laporan Keuangan; dan

3) Pendampingan Pemeriksaan Laporan Keuangan oleh BPK RI dan/atau Kegiatan Pengawasan Lainnya.

c. Peningkatan Kualitas Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap pimpinan instansi pemerintah melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP di lingkungannya setiap tahun, dan hasil evaluasi tersebut digunakan untuk memperbaiki manajemen kinerja khususnya kinerja publik di instansinya secara berkelanjutan.

(10)

Hasil evaluasi atas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2018 Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI memperoleh Nilai (62,36) atau peringkat B, meningkat dari tahun 2017 sebesar (60,31). Penilaian tersebut pada dasarnya menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran terhadap capaian kinerja, sehingga kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil dapat terukur degan baik.

d. Peningkatan Reformasi Birokrasi

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) merupakan instrumen penilaian kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dilakukan secara mandiri (self assessement) oleh Kementerian/Lembaga maupun Instansi Pemerintahan pada Tingkat Pusat dan Daerah.

PMPRB mencakup penilaian terhadap dua komponen, yakni pengungkit (enablers) dan hasil (results). Pengungkit adalah seluruh upaya yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, sedangkan Hasil adalah kinerja yang diperoleh dari komponen-komponen pengungkit. Hubungan sebab-akibat antara Komponen Pengungkit dan Komponen Hasil dapat mewujudkan proses perbaikan bagi Instansi tersebut melalui inovasi dan

(11)

pembelajaran, dimana dalam proses perbaikan ini akan meningkatkan kinerja Instansi Pemerintah secara berkelanjutan (sustainable). Komponen Pengungkit sangat menentukan keberhasilan tugas instansi, sedangkan Komponen Hasil berhubungan dengan kepuasan Para Pemangku Kepentingan.

Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI telah memberikan dampak positif bagi peningkatan kinerja pelaksanaan tugas, dan peningkatan pelayanan dan kepercayaan stakeholder, serta mendorong dan menginspirasi hasil evaluasi tahun 2018 yang memperoleh nilai 72,71, meningkat dari tahun sebelumnya tahun 2017 dengan nilai 71,05.

e. Peningkatan Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Peran Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam peningkatan maturitas SPIP yang merupakan salah satu faktor perbaikan sistem dalam memerangi korupsi adalah dengan memperkuat sistem pengawasan internal.

Pada tahun 2018 bersama dengan Tim BPKP, Inspektorat Utama dan tim counterpart Inspektorat telah menyelesaikan proses penilaian mandiri penyelenggaraan maturitas SPIP pada tahun 2018 dengan menggunakan aplikasi maturitas SPIP, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengujian bukti

(12)

atas capaian survei persepsi maturitas SPIP sebesar 3,595 namun belum dilakukan Quality Assurance (QA) oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selaku Instansi Pembina APIP.

f. Peningkatan Kapabilitas APIP (IACM)

Salah satu indikator efektivitas pengawasan internal yang digunakan dalam Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI adalah tingkat kapabilitas APIP dan tingkat kematangan implementasi SPIP. Kapabilitas APIP diukur dengan suatu kerangka penilaian yang bernama Internal Audit Capability Model (IACM). IACM terbagi menjadi 5 (lima) level yaitu, Level 1 (Initial), Level 2 (Infrastructure), Level 3 (Intergrated), Level 4 (Managed), dan Level 5 (Optimizing). Saat ini, APIP Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI telah mencapai “Level 3 Dengan Catatan”.

g. Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan

Tugas lain yang harus Inspektorat Utama lakukan adalah melaksanakan pemantauan atas pelaksanaan tidak lanjut hasil pengawasan internal dan eksternal. Penyelesaian tindak lanjut yang telah dilakukan Inspektorat Utama sampai pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

(13)

1) Audit Eksternal (BPK RI)

Tabel 1.2 Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI Tahun 2016-2018

TAHUN JUMLAH TEMUAN

JUMLAH REKOMENDASI

SELESAI DALAM PROSES

BELUM

LK 2016 8 18 3 11 4

LK 2017 9 16 10 3 3

LK 2018 7 11 9 2 0

TOTAL 24 45 22 16 7

2) Audit Internal

Tabel 1.3 Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Internal

UNIT JUMLAH TEMUAN

JUMLAH REKOMENDASI

SELESAI DALAM PROSES

BELUM

INSPEKTORAT I (2017-2018)

13 48 17 15 16

INSPEKTORAT II (2016-2018)

25 83 34 48 1

TOTAL 38 131 51 63 17

(14)

Sampai dengan Semester I Tahun 2019, Inspektorat Utama telah berhasil mengembalikan kerugian kepada negara sebesar Rp1.159.960.405,- dari pemeriksaan internal maupun dari pemeriksaan eksternal.

h. Pencegahan Pemberantasan Korupsi

Sebagai tindak lanjut atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No 20. Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, dan Perpres No. 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, beberapa pencapaian kinerja yang telah dilakukan oleh Inspektorat Utama terkait dengan pencegahan dan pemberantasan korupsi meliputi:

1) Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBK/WBM)

Pada tanggal 2 November 2015, Sekretaris Jenderal DPR RI dengan disaksikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB), Ketua Ombudsman RI, Ketua Sementara KPK RI, Ketua DPR RI, dan Ketua BPK RI mencanangkan Pembangunan Zona Integritas (ZI) Menuju WBK/WBBM di Lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yang ditindaklanjuti dengan penetapan Biro Persidangan II berdasarkan Keputusan Sekretaris Jenderal DPR RI

(15)

Nomor: 275/SEKJEN/2017 dan Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) berdasarkan Keputusan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor: 987/SEKJEN/2019 sebagai unit kerja Zona Integritas.

Penetapan unit kerja sebagai ZI menuju WBK/WBBM ini dimaksudkan untuk memberikan contoh baik dari penerapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi dalam unit kerja dan meningkatkan motivasi untuk mewujudkan Reformasi Birokrasi di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Dalam hal ini, Inspektorat Utama bertugas untuk melakukan pendampingan dan evaluasi pembangunan ZI menuju WBK/WBBM agar terdapat keseragaman pemahaman dan tindakan dalam upaya membangun ZI menuju WBK/WBBM.

2) Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)

Unit Pengendali Gratifikasi yang selanjutnya disingkat menjadi UPG adalah unit pelaksana program pengendalian gratifikasi. Unit ini dibentuk untuk menunjang efektifitas pengendalian gratifikasi di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. UPG bertugas memberikan informasi dan data terkait perkembangan sistem pengendalian gratifikasi sebagai management tools bagi pimpinan, menerima laporan hadirnya praktik gratifikasi dan melakukan pencatatan

(16)

kelengkapan laporan gratifikasi. Selain itu, laporan yang telah diterima pun ditindaklanjuti berdasarkan rekomendasi UPG Koordinator, yaitu KPK untuk kemudian dilakukan pemantauan terhadap tindak lanjut rekomendasi dan pemanfaatan gratifikasi tersebut.

Saat ini, kebijakan pengendalian gratifikasi di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI telah diatur dalam Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI No. 16 Tahun 2018 yang juga telah disosialisasikan kepada para pejabat dan pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.

3) Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)

Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dalam menjalankan tugas dan fungsinya berkomitmen untuk menegakkan prinsip-prinsip good governance.

Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia. Namun dalam setiap penyelenggaraan negara, selalu hadir kemungkinan akan terjadinya praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dapat merusak sendi-sendi penyelenggaraan negara dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Untuk itu, dibutuhkan upaya preventif melalui pemeriksaan

(17)

harta kekayaan para Penyelenggara Negara dan mantan Penyelenggara Negara beserta anggota keluarga yang bersangkutan sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan praktek KKN.

Mengacu pada Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menetapkan bahwa setiap Penyelenggara Negara termasuk pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, berkewajiban untuk melaporkan harta kekayaannya. LHKPN pada prinsipnya merupakan laporan yang wajib disampaikan oleh Penyelenggara Negara mengenai harta kekayaan yang dimilikinya saat pertama kali menjabat, mutasi, promosi dan pensiun. Kewajiban lain yang menyertai LHKPN adalah mengumumkan harta kekayaan dan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan terhadap kekayaannya.

Berdasarkan Keputusan Sekretaris Jenderal No.

256/SEKJEN/2019 tentang Penetapan Pejabat dan Pegawai di Lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI menyatakan bahwa terdapat 74 pegawai yang tercatat sebagai wajib lapor LHKPN pada tahun 2018 dan Inspektorat Utama bertanggung jawab untuk memonitor pelaksanaan LHKPN tersebut. Dari jumlah pegawai wajib LHKPN yan telah ditetapkan, sebanyak

(18)

100% telah melaporkan harta kekayaannya. Capaian ini meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2017 dimana hanya sebanyak 55 orang atau 72,3% pegawai yang telah melaporkan harta kekayannya.

4) Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN)

LHKASN diatur dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kewajiban Penyampaian LHKASN di lingkungan Instansi Pemerintah. Latar belakang dikeluarkannya peraturan untuk mengisi LHKASN adalah untuk mencegah KKN, mencegah penyalahgunaan wewenang, mewujudkan transparasi Aparatur Sipil Negara (ASN), dan penguatan integritas ASN. LHKASN berisikan daftar seluruh harta kekayaan ASN beserta anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan, dan wajib dilengkapi oleh seluruh ASN terkecuali untuk para pejabat yang ditetapkan sebagai Wajib LHKPN.

Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI sejak tahun 2016 telah melakukan pengisian LHKASN secara online, dengan Inspektorat Utama sebagai penanggungjawab atas pelaksanaan pengisian LHKASN.

Pada tahun 2019, jumlah wajib lapor LHKASN di

(19)

Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI sebanyak 1.185 pegawai dan dari jumlah tersebut sebanyak 100% telah melaporkan harta kekayaannya.

Capaian ini meningkat dibandingkan tahun 2018 dimana hanya terdapat 850 dari 1.189 pegawai yang melapokan harta kekayaannya (71,49%).

5) Whistleblowing System (WBS)

Whistleblowing System (WBS) adalah sistem aplikasi yang disediakan oleh Inspektorat Utama untuk memproses pengaduan/pemberian informasi yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan adanya perbuatan melanggar peraturan perundang-undangan, peraturan/standar, kode etik, dan kebijakan serta tindakan lain yang sejenis berupa ancaman langsung atas kepentingan umum, serta KKN yang terjadi. Sistem ini disiapkan bagi pihak yang memiliki informasi dan ingin melaporkan suatu perbuatan berindikasi pelanggaran yang terjadi di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. WBS bertujuan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyimpangan dan/atau penyalahgunaan wewenang serta adanya kebijakan Pimpinan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI agar tercipta sistem

(20)

pengawasan silang di kalangan pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.

Berkaitan dengan WBS, telah ditetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System). Sejak ditetapkannya Peraturan Sekretaris Jenderal tentang WBS pada tahun 2015 hingga tahun 2019, terdapat 19 laporan pengaduan yang disampaikan melalui aplikasi dan lewat surat/langsung sebagaimana tabel terlampir.

Tabel 1.4. Jumlah Pengaduan melalui whistleblowing.dpr.go.id

NO TAHUN JUMLAH PENGADUAN

KETERANGAN

1. 2015 0

2. 2016 1

3. 2017 1 Langsung/surat

4. 2018 5 3 laporan melalui aplikasi WBS, 2 laporan secara langsung/surat

5. 2019 15 12 melalui aplikasi WBS, namun hanya 1 laporan yang sesuai kriteria dan belum diproses, sedangkan 11 laporan merupakan data yang tidak memenuhi kriteria. Selain itu, terdapat

(21)

3 laporan disampaikan secara langsung/surat dan sudah diselesaikan 1 laporan, sedangkan 2 laporan sedang dalam proses

JUMLAH 19

6) Benturan Kepentingan

Dalam melaksakan tata kelola pemerintahan yang baik dan meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, diperlukan suatu kondisi yang bebas dari benturan kepantingan. Benturan Kepentingan merupakan situasi dimana Pejabat atau pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok atas setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan. Identifikasi terhadap potensi adanya benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya telah dilakukan oleh Inspektorat Utama sebagai unit pengawasan internal di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, namun

(22)

unit kerja lainnya masih belum memperoleh informasi terkait hal ini. Strategi penanganan benturan kepentingan telah dilakukan dengan beberapa cara seperti dengan sosialisasi terhadap peraturan terkait dengan penanganan benturan kepentingan dan penandatanganan pakta integritas dalam proses pengadaan barang dan jasa.

i. Telaah Sejawat

Dalam rangka peningkatan kapabilitas dan kualitas APIP, Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) mendorong pelaksanaan program penjaminan dan pengembangan mutu yang dilakukan melalui penilaian internal dan eksternal. Program penilaian internal dilakukan melalui supervisi dan penilaian yang dilakukan secara periodik setiap semester atau tahunan. Program penilaian eksternal dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu (1) sepenuhnya dilakukan oleh pihak independen yang memiliki spesialisasi untuk melakukan penilaian, salah satunya seperti Kantor Akuntan Publik, (2) penilaian sendiri dengan validasi oleh pihak eksternal, (3) telaah sejawat oleh APIP lainnya.

Telaah sejawat dilakukan setiap 3 tahun sekali oleh tim independen dan berkualitas atau berkompeten yang berasal dari luar APIP. Tahun 2018 untuk pertama kalinya Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI

(23)

dilakukan telaah sejawat oleh APIP Kementerian Perdagangan untuk seluruh aspek pengawasan intern periode tahun 2017 dan semester I tahun 2018 dalam rangka menilai kesesuaian kegiatan pengawasan intern dengan standar dan penerapan kode etik auditor. Hasil penilaian menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan intern telah dilaksanakan dengan baik dengan peroleh nilai rata-rata sebesar 71,39% yang menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan internal Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI telah sesuai dengan standar dan kode etik, walau masih terdapat sejumlah pemenuhan yang perlu diperbaiki dan/atau ditingkatkan

Tabel 1.5. Hasil Penilaian Telaah Sejawat oleh Kementerian Perdagangan Tahun 2018

NO. KRITERIA NILAI KETERANGAN 1 Prinsip-Prinsip Dasar 85,42% Baik

2 Standar Umum 78,95% Baik

3 Standar Pelaksanaan 51,16% Cukup

4 Standar Komunikasi 70,02% Baik

j. Survei Kepuasan Stakeholder

Salah satu unsur yang diperlukan untuk mewujudkan sistem pengendalian yang memadai adalah memperkuat peran APIP. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan

(24)

evaluasi terkait pelayanan audit yang telah diberikan oleh APIP terhadap auditee/klien, sehingga dapat terwujud peningkatan mutu audit melalui perbaikan layanan secara berkelanjutan dan feedback hasil survei kepuasan stakeholder. Selain itu, hasil survei kepuasan stakeholder juga merupakan salah satu bukti pendukung dalam peningkatan nilai kapabilitas APIP Inspektorat Utama yang diukur melalui IACM. Laporan hasil survei kepuasan stakeholder merupakan Key Process Area (KPA) pada Elemen 3 dalam penilaian IACM dimana APIP harus menyertakan kuesioner kepuasan pelanggan terhadap peran dan layanan APIP dalam setiap penugasannya. Inspektorat Utama saat ini telah melakukan survei kepuasan stakeholder yang dilaksanakan melalui media aplikasi google form pada setiap exit meeting kegiatan audit.

(25)

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Inspektorat Utama merupakan unit pengawas internal yang memiliki tugas untuk melaksanakan pengawasan intern terhadap seluruh kegiatan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal selaku pimpinan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, serta diperkuat juga dengan Internal Audit Charter yang memuat berbagai aturan mengenai Standar Pengawasan Intern dan Kode Etik Aparat Pengawas Intern. Selain itu, dalam menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), Inspektorat Utama pun telah menjalin hubungan kerjasama dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU) dengan BPKP.

Dalam rangka mewujudkan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yang akuntabel, profesional, dan berintegritas dalam mendukung tugas dan fungsi DPR RI, Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI terus berupaya menggunakan sumber daya, mengatasi kelemahan, memanfaatkan peluang dan memperhatikan tantangan yang kompleks. Dalam mewujudkan hal tersebut, Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI tentu harus dapat mengetahui isu-isu penting terkait potensi dan permasalahan baik dari sisi internal maupun sisi eksternal yang dapat mempengaruhi organisasi.

(26)

1.2.1. Kekuatan dan Potensi

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kualitas SDM pada Inspektorat Utama dapat dilihat dari tingkat akademisnya seperti terlihat pada tabel 1 di bawah.

Komposisi pegawai Inspektorat Utama terdiri dari pegawai berijazah S3 sebanyak 1 orang (2,08%), berijazah S2 sebanyak 10 orang (20,83%), berijazah S1 sebanyak 25 orang (52,08%), berijazah D3 sebanyak 8 orang (16,67%), sementara pegawai berijazah SMA sebanyak 4 orang (8,33%).

Untuk peningkatan kapabilitas APIP, Auditor telah dibekali dengan berbagai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) seperti Diklat Penjenjangan Jabatan Fungsional Auditor, Diklat Teknis Jabatan Fungsional Auditor dan Sertifikasi Profesi Auditor. Sebagian besar Auditor Inspektorat Utama saat ini telah memiliki sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor.

Selain mengikuti Diklat, Auditor Inspektorat Utama juga banyak mengikut kegiatan Konferensi, Seminar, Workshop, Focus Group Discussion maupun Knowledge Sharing di bidang pengawasan baik yang diselenggarakan di dalam negeri maupun yang diselenggarakan di luar negeri.

Beberapa Auditor Inspektorat Utama saat ini pun telah menjadi anggota dari Asosiasi Profesi Nasional (AAIPI) dan Asosiasi Profesi Internasional – Institute of Internal Audit (IIA).

(27)

Secara lebih rinci, persentase pegawai Inspektorat Utama berdasarkan latar belakang pendidikan dapat dilihat melalui tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 1.6 Persentase Pegawai Inspektorat Utama Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE

S3 1 2.08%

S2 10 20.83%

S1 25 52.08%

D3 8 16.67%

SMA 4 8.33%

Grafik 1.1 Persentase Pegawai Inspektorat Utama Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

S3 S2 S1 D3 SMA (52%)

25 Orang

(21%) 10 Orang

(2%) 1 Orang

(8%) 4 Orang

(17%) 8 Orang

(28)

Kemudian jika dilihat dari jenis kelamin, pegawai Inspektorat Utama berjenis kelamin Pria berjumlah sebanyak 25 (dua puluh lima) orang (52,08%) dan wanita sebanyak 23 (dua puluh tiga) orang (47,92%), tergambar melalui tabel dan grafik sebagai berikut:

Tabel 1.7 Persentase Pegawai Inspektorat Utama Berdasarkan Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE

Pria 25 52.08%

Wanita 23 47.92%

Grafik 1.2 Persentase Pegawai Inspektorat Utama Berdasarkan Jenis Kelamin

(47%) 23 Orang

(52%) 25 Orang

(29)

b. Sumber Daya Pendukung

1) Ruang Kerja dan Ruang Rapat

Sarana kerja yang terdapat di Inspektorat Utama, yaitu Ruang Kerja Inspektur Utama, Inspektorat I, Inspektorat II, dan Bagian Tata Usaha. Selain itu, terdapat juga Ruang Rapat Inspektorat Utama, Inspektorat I dan Inspektorat II. Inspektorat Utama juga memiliki Ruang Klinik Konsultasi yang berfungsi untuk menampung auditee/klien yang ingin melakukan konsultasi, dengan begitu peran Inspektorat dalam melaksanakan tugas dan fungsi konsultansi semakin terfasilitasi.

2) Perangkat Komputer dan Jaringan Internet

Saat ini, belum semua ruang kerja Inspektorat Utama dilengkapi dengan komputer, terutama untuk para Auditor dan staf di Bagian Tata Usaha yang tercatat sebagai pegawai baru sehingga masih terdapat beberapa pegawai yang harus bekerja dengan membawa laptop masing-masing. Namun begitu, saat ini hanya terdapat 4 buah laptop untuk menunjang mobilitas kegiatan Inspektorat Utama. Untuk media akses data dan informasi telah tersedia jaringan internet yang meliputi kabel dan Wifi, serta jaringan intranet berupa file sharing untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan kegiatan Inspektorat Utama.

3) Perangkat Kerja

(30)

Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan internal, Auditor dan staf Tata Usaha Inspektorat Utama juga didukung dengan perangkat kerja berupa kertas, printer, mesin fotocopy (berwarna dan scanning), alat pencacah kertas, kamera, alat perekam, video recorder, LCD projektor dan layar, alat ukur digital, dan alat ukur jalan.

1.2.2. Kelemahan dan Permasalahan a. Kebijakan Penganggaran

Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI merupakan sistem pendukung (supporting system) DPR RI.

Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015, Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI merupakan aparatur pemerintah yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya bertanggungjawab kepada Pimpinan DPR RI. Maka untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai supporting system yang salah satunya adalah mengakomodasi berbagai kebutuhan DPR RI, Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI perlu didukung dengan anggaran yang mencukupi.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, DPR RI sendiri perlu didukung dengan berbagai perangkat kerja yang memadai seperti ruang kerja yang representatif, perlengkapan kerja yang lengkap, fasilitas persidangan yang maksimal, dan jaminan keamanan. Namun, dalam

(31)

penganggarannya, hal tersebut tidak dapat terlaksana secara optimal. Dalam kasus semacam ini, Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI sebagai unsur pemerintah harus patuh pada ketentuan peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah sehingga tidak dapat melaksanakan kemandirian dalam menyusun anggaran.

Perbedaan kepentingan dan kebijakan antara eksekutif dan legislatif menjadikan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI terbagi antara dua kepentingan, yaitu pemenuhan kebutuhan anggaran untuk mendanai kegiatan DPR RI dan ketersediaan anggaran pemerintah yang terbatas. Hal tersebut membuat Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI tidak memiliki kebijakan penganggaran yang tegas dan berpotensi menimbulkan keraguan dalam pengambilan keputusan sehingga realisasi anggaran dan kegiatan menjadi terhambat.

b. Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Komposisi SDM yang ada di Inspektorat Utama saat ini berjumlah 48 (empat puluh delapan) orang yang terdiri dari 23 (dua puluh tiga) Jabatan Fungsional Auditor, 18 (delapan belas) Jabatan Fungsional Umum dan 7 (tujuh) Jabatan Struktural.

Penghitungan Beban Kerja Inspektorat Utama didasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

(32)

Pembangunan (BPKP) Nomor KEP-971/K/SU/2005 tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah.

Berdasarkan penghitungan tersebut, Inspektorat Utama masih memerlukan tambahan Auditor.

Tabel 1.8 Penghitungan Beban Kerja Inspektorat Utama

NO URAIAN JML

UNIT JENIS KEGIATAN JML KEG A AUDITI

1 BIRO PROTOKOL 1 1. AUDIT KINERJA;

2. AUDIT TUJUAN TERTENTU;

3. REVIU;

4. EVALUASI;

5. PEMANTAUAN;

6. PENGAWASAN LAINNYA.

6

2 BIRO HUKUM DAN PENGADUAN

MASYARAKAT 1 6

3 BIRO KEPEGAWAIAN DAN

ORGANISASI 1 6

4 BIRO PERENCANAAN DAN

KEUANGAN 1 6

5 BIRO PENGELOLAAN BARANG

MILIK NEGARA 1 6

6 BIRO UMUM 1 6

7 BIRO PERSIDANGAN I 1 6

8 BIRO PERSIDANGAN II 1 6

9 BIRO KERJASAMA ANTAR

PARLEMEN 1 6

10 BIRO KESEKRETARIATAN PIMPINAN 1 6

11 BIRO PEMBERITAAN PARLEMEN 1 6

12 INSPEKTORAT I 1 6

13 INSPEKTORAT II 1 6

14 PUSAT PERANCANGAN

UNDANG- UNDANG 1 6

(33)

15

PUSAT PEMANTAUAN PELAKSANAAN UNDANG-

UNDANG 1 6

16 PUSAT KAJIAN ANGGARAN 1 6

17

PUSAT KAJIAN AKUNTABILITAS

KEUANGAN NEGARA 1 6

18 PUSAT PENELITIAN 1 6

19 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1 6

20 PUSAT DATA DAN INFORMASI 1 6

B JUMLAH KEGIATAN : 120

C RATA-RATA HP PER TIM 65

D JUMLAH BEBAN KERJA (HP) (B x

C) 7.800

E

JUMLAH BEBAN KERJA UNTUK KEGIATAN PENGAWASAN LAINNYA

(HP) (30% X D)

2.340

F TOTAL BEBAN KERJA (HP) (D+E) 10.140

Tabel 1.9 Jumlah Kebutuhan Jabatan Fungsional Auditor Inspektorat Utama

NO. JABATAN JUMLAH

AUDITOR

1 Auditor Utama 2

2 Auditor Madya (4 GT x 1 AUDITOR) 4 3 Auditor Muda (4 GT x 3 AUDITOR) 12 4 Auditor Pertama/Auditor Terampil

(4 GT x 9 Auditor)

36

JUMLAH 54

(34)

Dalam 1 (satu) Gugus Tugas (GT) terdiri dari 1 (satu) orang Auditor Ahli Madya, 3 (tiga) orang Auditor Ahli Muda, dan 9 (sembilan) orang Auditor Ahli Terampil. Sehingga 1 (satu) GT terdiri dari total 13 (tiga belas) Auditor dengan 65 HP (Hari Pengawasan). Berdasarkan hasil penghitungan di atas, idealnya Inspektorat Utama memiliki 54 Auditor yang meliputi 2 Auditor Ahli Utama. Susunan dalam 1 (satu) Gugus Tugas (GT) dapat tergambar melalui Grafik 1.3.

Grafik 1.3. Susunan Auditor Dalam Satu Gugus Tugas (GT) Melalui penghitungan beban kerja pada Tabel 1.8, beban kerja Inspektorat Utama adalah 10.140 HP (Hari Penugasan). Mengacu pada tabel Formasi Jabatan Fungsional Auditor dalam Peraturan Kepala BPKP Nomor

(35)

KEP-971/K/SU/2005, maka Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal DPR RI masuk pada kelompok C.3 yang memiliki range beban kerja 9.100 s.d 11.700 dengan Formasi Jabatan Fungsional Auditor terdiri dari 4 Gugus Tugas (GT).

Tabel 1.10 Kondisi dan Kebutuhan Jabatan Fungsional Auditor

NO. JABATAN KONDISI SAAT INI

KEBUTUHAN DEVIASI

1 Auditor Utama - 2 2

2 Auditor Madya 2 4 2

3 Auditor Muda 5 12 7

4 Auditor Pertama/

Auditor Pelaksana

14 36 22

Jumlah Auditor pada Inspektorat Utama Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI sebanyak 23 (dua puluh tiga) Auditor terdiri dari 12 (dua belas) Auditor yang telah bersertifikat/lulus jenjang pembentukan auditor oleh BPKP, 8 (delapan) Auditor melalui proses inpassing dan 4 (empat) Auditor lulus jenjang pembentukan auditor ahli. Saat ini, masih terdapat 11 (sebelas) Auditor yang belum bersertiifkat atau masih berstatus calon Auditor, serta 9 (sembilan) Auditor yang masih berstatus sebagai Calon Pegawai Negeri

(36)

Sipil (CPNS) Pengadaan Tahun 2018 serta 2 (dua) Auditor dari alih jabatan fungsional.

Selain itu perlu juga dilakukan pembinaan kepada Auditor yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Assessment, dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap Auditor, sehingga peningkatan kapabilitas Auditor pun dapat dilakukan dengan mengembangkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan yang dimiliki Auditor berdasarkan hasil assessment tersebut. Hal ini penting untuk dilakukan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dibidang pengawasan sesuai keahliannya untuk menjamin quality assurance, consulting, dan sebagai catalisator.

2) Pelatihan dan pengembangan kompetensi Auditor dengan minimal 60 (enam puluh) jam kerja selama 1 (satu) tahun.

3) Sertifikasi Auditor yang berkaitan dengan bidang tugasnya, seperti Sertifikat Ahli Pengadaan Barang dan Jasa, Sertifikat Penilai Angka Kredit (PAK) JFA, Certified Internal Auditor (CIA) dan Qualified Internal Auditor (QIA).

(37)

c. Sumber Daya Pendukung

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008, APIP harus lebih mengedepankan pembinaan terhadap entitas/obyek pengawasan sebagai quality assurance dan consulting partner. Hal ini menuntut perubahan sistem pengawasan yang lebih transparan dan akuntabel dalam pengelolaan hasil Pengawasan. Untuk itu diperlukan Sistem Informasi Pengawasan Berbasis IT yang bertujuan untuk :

a) Memperoleh data/informasi realtime bidang pengawasan yang terpadu, update, cepat, akurat, dan handal;

b) Terciptanya standarisasi untuk proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan tindaklanjut pengawasan;

c) Terwujudnya transparansi Instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan keterbukaan informasi publik menuju e-government;

d) Mengelola hasil pengawasan dan memonitoring Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.

Tidak sebatas pada Sistem Informasi berbasis IT, penting juga hadirnya regulasi internal di bidang pengawasan. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan untuk memnuhi sumber daya pendukung ini adalah:

(38)

a) Internalisasi kebijakan/regulasi dibidang pengawasan untuk meningkatkan penjaminan mutu dan kualitas hasil pengawasan.

b) Pembuatan Pedoman/Standar Operasional Prosedur (SOP)/Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)/Petunjuk Teknis (Juknis) yang bersifat rutin maupun teknis.

1.2.3. Peluang dan Tantangan

Peluang dan Tantangan Inspektorat Utama dalam melaksanakan tugasnya di bidang pengawasan dan pengendalian internal diantaranya sebagai berikut:

a. Peluang

1) Adanya komitmen pimpinan yang tertuang dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 19 Tahun 2018 tentang Penilaian Kinerja Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI;

2) Auditor Inspektorat Utama sudah terdaftar sebagai anggota profesi internal Auditor baik nasional maupun internasional;

3) Adanya infrastruktur di bidang pengawasan, yaitu Pedoman Petunjuk Pelaksanaan Audit, Reviu, Evaluasi, Monitoring, dan SIMAWAS;

4) Adanya kerjasama dalam bentuk

asistensi/pendampingan dengan BPKP Pusat dalam

(39)

pelaksanaan pengawasan dan pengendalian intern pemerintah.

b. Tantangan

1) Rendahnya tingkat kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan;

2) Kurangnya implementasi Sistem Pengendalian Intern (SPI);

3) Rendahnya penyelesaian tindak lanjut temuan hasil pengawasan;

4) Belum adanya sinkronisasi atas penyusunan Program Kegiatan Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan auditee;

5) Banyaknya indikasi fraud yang belum dapat terdeteksi dengan baik;

6) Belum optimalnya fungsi consulting dan quality assurance.

(40)

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN

SASARAN

(41)

Page|37

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2.1. VISI INSPEKTORAT UTAMA

isi lnspektorat Utama Sekretariat Jenderal DPR RI merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan strategis.

Visi memberikan gambaran konsistensi kinerja selama 5 (lima) tahun mendatang serta gambaran menyeluruh mengenai peranan dan fungsi lnspektorat Utama.

Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI menyatakan bahwa lnspektorat Utama mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.

Sedangkan fungsi Inspektorat Utama adalah sebagai berikut : a. Perumusan dan evaluasi rencana strategis Inspektorat

Utama;

b. Koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Inspektorat Utama;

c. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan;

V

(42)

Page|38

d. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

e. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Sekretaris Jenderal dan/atau Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;

f. Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan; dan g. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Utama.

Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), Inspektorat Utama sesuai dengan tugas dan fungsinya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit/satuan kerja sebagai mitra kerja yang bersifat konsultatif (consulting) dan sebagai penjamin mutu (quality assurance).

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Inspektorat Utama mempunyai komitmen bersama mulai dari unsur pimpinan hingga unsur pelaksana untuk mendukung terwujudnya Visi Inspektorat Utama. Dukungan tersebut diimplementasikan melalui pelaksanaan pengawasan yang mampu mendorong peningkatan kinerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yang transparan dan akuntabel.

Adapun Visi Inspektorat Utama yaitu :

(43)

Page|39

Gambar 2.1 Visi Inspektorat Utama 2.2. MISI INSPEKTORAT UTAMA

Sebagai bentuk nyata dari Visi Inspektorat Utama, maka ditetapkanlah misi yang menggambarkan hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih terlihat abstrak akan lebih nyata pada misi tersebut. Misi Inspektorat Utama adalah rumusan umum mengenai berbagai upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi Inspektorat Utama yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Adapun Misi Inspektorat Utama yaitu : 1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap

pelaksanaan kinerja yang berkualitas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan;

2. Melaksanakan evaluasi sistem pengendalian intern yang independen dan obyektif;

3. Meningkatkan profesionalitas APIP;

4. Menyelenggarakan fungsi konsultansi yang solutif.

(44)

Page|40

Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), Inspektorat Utama yang memiliki fungsi pengawasan terhadap Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI memberikan jaminan penyelenggaraan pemerintahan yang memenuhi prinsip-prinsip good governance dan clean government, terhindar dari tuntutan hukum administrasi, perdata dan pidana sehingga tercapai tata kelola pemerintahan yang baik pada setiap jenjang dan struktur organisasi di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, serta mendorong penguatan akuntabilitas kinerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Dengan demikian diharapkan semua unit kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI akan tumbuh budaya transparansi, partisipatif, dan akuntabilitas.

Inspektorat Utama secara sadar patuh pada suatu standar dan etika profesi yang mendukung upaya penciptaan proses tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), serta penerapan sistem pengendalian manajemen yang baik guna mendukung pencapaian Visi dan Misi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.

2.3. BUDAYA ORGANISASI INSPEKTORAT UTAMA

Budaya organisasi Inspektorat Utama mengadopsi budaya organisasi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI (dengan slogan ‘RAPI’) yang merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh pegawai

(45)

Page|41

di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dalam melaksanakan tugas and fungsi.

Gambar 2.2 Budaya Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI

Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh berkembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dalam berkarsa dan berkarya.

Selaras dengan nila-nilai yang diusung oleh Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlin DPR RI, Inspektorat Utama sebagai unit yang melaksanakan fungsi pengawasan internal memiliki slogan tersendiri yang diharapkan dapat diinternalisasikan dalam

(46)

Page|42

mengemban pelaksanaan tugas dan fungsi. Budaya kerja Inspektorat Utama adalah BERSIH.

Gambar 2.3 Budaya Kerja Inspektorat Utama BERINTEGRITAS, memiliki konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

EFEKTIF dan EFISIEN, memastikan bahwa seluruh kegiatan telah dilakukan secara efektif dan efisien.

RESPONSIF, antisipatif dan tanggap dalam mengatasi masalah.

SOLUTIF, memberikan saran untuk perbaikan melalui consulting dan quality assurance.

(47)

Page|43

INOVATIF, mampu melakukan pembaruan dan inovasi di bidang pengawasan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

HANDAL, menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi.

2.4. TUJUAN INSPEKTORAT UTAMA

Dalam rangka mencapai Visi dan Misi Inspektorat Utama, maka diperlukan perumusan tujuan organisasi yang terarah dan bersifat operasional. Tujuan yang dirumuskan oleh Inspektorat Utama merupakan bentuk turunan dari tujuan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yang diantaranya adalah : 1. Terwujudnya tata kelola kelembagaan yang profesional, baik,

dan bersih;

2. Terwujudnya pusat data dan informasi legislasi yang lengkap;

3. Terwujudnya dukungan administrasi dan pelayanan persidangan yang prima bagi DPR RI;

4. Terwujudnya dukungan keahlian yang optimal bagi DPR RI.

Berdasarkan tujuan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, maka tujuan Inspektorat Utama yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan adalah sebagai berikut :

(48)

Page|44

Gambar 2.4 Tujuan Inspektorat Utama 2.5. SASARAN INSPEKTORAT UTAMA

Sasaran Inspektorat Utama merupakan penjabaran dari tujuan yang telah ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode satu tahunan. Penetapan sasaran ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi setiap tahunnya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.

Sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan demikian apabila sasaran yang ditetapkan telah dicapai, diharapkan bahwa tujuan juga telah dapat dicapai. Adapun Sasaran Inspektorat Utama adalah sebagai berikut :

(49)

Page|45

Gambar 2.5 Sasaran Inspektorat Utama

(50)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, REGULASI DAN

KELEMBAGAAN

(51)

Page|47

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, REGULASI DAN KELEMBAGAAN

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

3.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

encana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Oleh karena itu, RPJMN 2020-2024 menjadi hal yang sangat penting karena akan berpengaruh besar dalam pencapaian target pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJPN 2005- 2025, salah satunya yaitu pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper- middle income country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan

R

(52)

Page|48

keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Terdapat 4 (empat) pilar dalam RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005-2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional periode terakhir. Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh) Agenda Pembangunan yang didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.

7 (tujuh) Agenda Pembangunan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024, diantaranya meliputi:

1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas

2. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan

3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing

4. Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 5. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung

Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar 6. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan

Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim

(53)

Page|49

7. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik

Diantara 7 (tujuh) Agenda Pembangunan tersebut, poin ke-7 (tujuh) secara lebih spesifik memuat arah kebijakan yang berkaitan dengan Reformasi Kelembagaan Birokrasi Untuk Pelayanan Publik Berkualitas. Adapun dalam arah kebijakan tersebut, salah satu isu strategis yang ditetapkan adalah Akuntabilitas Kinerja dan Pengawasan yang Handal, Efektif, dan Berintegritas.

Terwujudnya penguatan akuntabilitas kinerja dan pengawasan akan diwujudkan dengan strategi sebagai berikut:

a. Perluasan implementasi sistem integritas, melalui penerapan Zona Integritas menuju WBK/WBBM dan pegembangan dan implementasi sistem integritas ASN;

b. Penguatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, melalui penyempurnaan kebijakan dan implementasi manajemen risiko, penguatan implementasi SPIP dan sistem pengadaan barang/jasa pemerintah;

c. Pengembangan sistem manajemen kinerja kelembagaan yang efektif dan handal, melalui

(54)

Page|50

penguatan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah;

d. Penguatan implementasi Reformasi Birokrasi instansional, melalui kebijakan Road Map RB Tahun 2020-2024 serta perluasan dan peningkatan kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi di daerah.

3.1.2. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020

Peraturan Menteri PPN Nomor 2 tahun 2019 telah menetapkan bahwa pelaksanaan pembangunan pada tahun 2020 digariskan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020 yang berfokus untuk mewujudkan peningkatan kapasitas birokrasi dan perluasan inovasi pelayanan publik di seluruh instansi pemerintah dengan arah kebijakan yang ditetapkan adalah peningkatan akuntabilitas kinerja, pengawasan dan Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan melalui strategi:

1) Penguatan implementasi sistem pengawasan dan akuntabilitas keuangan negara melalui optimalisasi penerapan SPIP dan manajemen risiko;

2) Peningkatan kapabilitas APIP serta penguatan implementasi sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah;

(55)

Page|51

3) Peningkatan efektivitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

RKP 2020 pun terdiri dari 9 (sembilan) poin Pembangunan Bidang yang diantaranya sebagai berikut:

1) Pengarusutamaan dan Pembangunan Lintas Bidang;

2) Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidypan Beragama;

3) Bidang Pembangunan Ekonomi;

4) Bidang Iptek;

5) Bidang Pembangunan Politik;

6) Bidang Pembangunan Aparatur;

7) Bidang Pembangunan Kewilayahan dan Tata Ruang 8) Bidang Pembangunan Sarana dan Prasarana;

9) Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Adapun agenda pengawasan nasional secara implisit diamanatkan pada Pembangunan Bidang poin ke-6 (enam), yaitu Pembangunan Aparatur. Pembangunan bidang aparatur memiliki peran yang penting dalam menciptakan landasan yang kokoh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan SDM Aparatur yang berkualitas dan berdaya saing untuk mendorong percepatan pembangunan di berbagai bidang.

(56)

Page|52

1) Sasaran pembangunan bidang aparatur tahun 2020, diantaranya yaitu:

2) Meningkatnya akuntabilitas kinerja birokrasi dan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi;

3) Meningkatnya inovasi dan kualitas pelayanan publik;

4) Meningkatnya implementasi manajemen ASN berbasis merit.

Indikator sasaran pembangunan bidang aparatur telah ditetapkan sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sasaran dan Indikator Pembangunan Aparatur di Level Kementerian/Lembaga

NO. INDIKATOR 2017 2018 2019 2020

1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja birokrasi dan kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi

a) Opini WTP atas laporan keuangan

91% 91% 95% 95%

b) Instansi Pemerintah yang memiliki indeks Reformasi Birokrasi baik (kategori “B” ke atas)

96,29% 93,98% 75% 65%

c) Tingkat maturitas SPIP (level 3)

24,42% 56,25% 85% 75%

d) Instansi pemerintah yang akuntabel (Skor B SAKIP)

93,90% 92,77% 85% 95%

(57)

Page|53

2. Meningkatnya inovasi dan kualitas pelayanan publik a) Indeks Pelayanan

Publik (Skala 1 s/d 5)

N/A N/A N/A 3,10

b) Jumlah instansi pemerintah yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi dalam pelayanan publik

105 202 283 300

c) Penyelesaian

laporan/pengaduan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik

6172 5011 5500 6000

3. Meningkatnya implementasi manajemen ASN berbasis merit

a) Persentase jumlah K/L yang memiliki indeks sistem merit dengan kategori

“Baik” ke atas

N/A N/A N/A 20

b) Indeks Profesionalitas ASN (Skala 1 s/d 100)

N/A 68,5% 70% 73%

3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI

Kelembagaan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI merupakan unsur pendukung kelembagaan DPR RI, oleh karena itu Renstra Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI harus disusun dengan mengacu kepada Renstra DPR RI.

(58)

Page|54

Dalam Rensta Sekretariat Jenderal dan BK DPR RI arah kebijakan dan strategi yang ditetapkan diimplementasikan melalui unit kerja di bawah Sekretaris Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yaitu Deputi dan Biro/Pusat yang berada di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.

Dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI Tahun Anggaran 2020, anggaran untuk Inspektorat Utama sesuai struktur organisasi baru Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI berada di Program Dukungan Manajemen Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.

Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yang terkait dengan Inspekorat Utama dapat dilihat melalui Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI Di Bidang Pengawasan Internal

Tahun 2020-2024

NO. ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

1.1 Peningkatan

pelaksanaan RB dan akuntablitias kinerja

1. Penataan Manajemen Perubahan a. Memberikan target yang terukur

untuk agen perubahan serta pelatihan yang memadai.

b. Mendiagnosa kembali kesenjangan dan mengelola penolakan yang terjadi dalam pelaksanaan

(59)

Page|55

manajemen perubahan.

c. Melakukan sinkronisasi rencana aksi antara PMPRB dengan Laporan RB.

2. Penataan Peraturan Perundang- undangan

a. Membuat pedoman untuk memprioritaskan peraturan yang akan dikaji dan dianalisa dari unit pengusul hingga tersusunnya laporan prolegsek.

3. Penataan dan Penguatan Organisasi a. Pentanaan organisasi di Sekretariat

Jenderal DPR RI didukung dengan pembangunan aplikasi sistem penataan organisasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi dari Sekretariat Jenderal dan BK DPR RI.

b. Melakukan monev hasil kelembagaan yang dikaitkan dengan proses bisnis instansi, dan dibentuk menjadi laporan.

4. Penataan Tatalaksana

a. Meningkatkan proses monitoring terhadap semua aplikasi yang telah dibangun sehingga dapat digunakan secara optimal.

b. Menyelesaikan peta proses bisnis sesuai dengan Permenpan No. 19 Tahun 2018.

c. Melaksanakan evaluasi atas

(60)

Page|56

efektivitas dan efisiensi dari SOP yang telah dibuat.

5. Penataan Sistem Sumber Daya SDM a. Melaksanakan merit sistem di

lingkungan Sekretariat Jenderal DPR RI sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri PAN RB No. 40 Tahun 2018 tentang Pendoman Sistem Merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara.

b. Mengimplementasikan aturan tentang Pedoman Manajemen Talenta dan Pedoman Pola Karier sebagai kamus Kompetensi Jabatan dan Standar Kompetensi Jabatan yang tersusun dalam Persekjen DPR RI No. 12 Tahun 2018.

c. Melakukan Monitoring dan Evaluasi pengembangan kompetensi pegawai berbasis kompetensi secara berkala berdasarkan Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI No. 03 Tahun 2012.

d. Meningkatkan penilaian kinerja pegawai secara berkala yang kedepan menjadi dasar perhitungan pemberian tunjangan kinerja.

e. Sistem informasi kepegawaian Sekretariat Jenderal DPR telah dibangun berbasis teknologi yang memudahkan dalam mengakses database pegawai.

f. Menetapkan analisa jabatan dalam

(61)

Page|57

Keputusan Sekretaris Jenderal DPR RI No. 827 Tahun 2018 dan Analisa Beban Kerja dalam Keputusan Sekretaris Jenderal DPR No 967 Tahun 2018.

6. Penguatan Akuntabilitas

a. Pembangunan SAKIP untuk mencapai sasaran penilaian yang terus meningkat setiap tahun.

b. Pembangunan/pengembangan teknologi informasi dalam manajemen kinerja.

7. Penguatan Pengawasan

a. Melakukan sosialisasi serta melakukan evaluasi atas gratifikasi, WBS dan benturan kepentingan.

b. Melakukan bimbingan lebih lanjut dalam pembangunan Zona Integritas pada unit-unit yang dipilih Tim Penilai Internal terutama pada inovasi dan implementasi penanganan gratifikasi, WBS dan benturan kepentingan.

8. Penguatan Kualitas Pelayanan Publik a. Membuat kebijakan tentang standar

pelayanan sesuai dengan keputusan Sekretaris Jenderal DPR RI No. 1803 Tahun 2019 tentang Penetapan Maklumat dan Standar Pelayanan di Lingkungan Setjen dan BK DPR RI.

b. Pengembangan aplikasi dan mensosialisasikan aplikasi yang

(62)

Page|58

digunakan Setjen dan BK terutama kepada masyarakat selain sebagai upaya untuk menyebarluaskan informasi, juga sebagai media untuk pengaduan.

1.2 Peningkatan Sistem

Pengendalian Internal

1. Melakukan Monitoring dan Evaluasi kebijakan dan membuat peta identifikasi.

2. Membangun Zona Integritas pada unit yang dipilih Tim Penilai Internal terutama pada inovasi dan implementasi penanganan.

3. Penguatan Inspektorat Utama sesuai penilaian mutu atau kapabilitas APIP atau dapat disebut Internal Audit Capability Model (IACM).

4. Penambahan fungsional Auditor.

3.3. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI INSPEKTORAT UTAMA 3.3.1. Arah Kebijakan Inspektorat Utama

Arah Kebijakan dan Strategi Inspektorat Utama dirumuskan selaras dengan arah kebijakan dan strategi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yang terkandung dalam Renstra Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI Tahun 2020-2024. Arah Kebijakan dan Strategi Inspektorat Utama dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

(63)

Page|59

Tabel 3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Inspektorat Utama Tahun 2020-2024

NO. ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

1. Peningkatan kualitas pengawasan internal

• Penyusunan PKPT rencana audit berbasis risiko (risk based audit plan);

• Mengimplementasikan

Pedoman Pelaksanaan Audit dan Kendali Mutu ;

• Sosialisasi dan Internalisasi Kebijakan Pengawasan;

• Pelaporan Hasil Pengawasan Tepat Waktu dan membuat Lampiran Rekomendasi Tindak Lanjut kepada Auditee;

• Penggunaan Sistem Informasi Pengawasan dan Notifikasi hasil pengawasan kepada Auditee.

2. Peningkatan kompetensi dan kualitas SDM Inspektorat Utama

• Perencanaan Diklat berdasarkan assesment/gap kompetensi;

• Mengikuti Diklat minimal 40 JP setiap tahun;

• Mengoptimalkan Program Pelatihan Mandiri (PPM);

• Ikut dan aktif dalam kegiatan organisasi profesi (AAIPI dan IIA);

• Mengimplementasikan

aturan tentang pemberian penghargaan sesuai Surat

Gambar

Tabel 1.1 Indikator Kinerja Utama Inspektorat Utama    Tahun 2015-2019
Tabel 1.3 Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil  Pemeriksaan Internal  UNIT  JUMLAH  TEMUAN  JUMLAH  REKOMENDASI  SELESAI  DALAM PROSES  BELUM  INSPEKTORAT  I (2017-2018)  13  48  17  15  16  INSPEKTORAT  II (2016-2018)  25  83  34  48  1  TOTAL  38  131  51  6
Tabel 1.4. Jumlah Pengaduan melalui  whistleblowing.dpr.go.id  NO  TAHUN  JUMLAH  PENGADUAN  KETERANGAN  1
Tabel 1.5. Hasil Penilaian Telaah Sejawat oleh  Kementerian Perdagangan Tahun 2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya, bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif cepat dibandingkan dengan orang lain, namun dengan hasil yang justru

Lampiran 8 Struktur diameter tegakan hutan rakyat di Kabupaten Ciamis Pola

Menurut responden yang juga pelanggan Bengkel Motor Honda Ahass Sumber Sentosa Lombok karyawan belum tanggap merespon keluhan pelanggan, karena tiap memberikan keluhan

Dari perbandingan nilai maksimum terhadap nilai minimum, nilai yang diperoleh dari data rupiah pengeluaran perkapita selalu lebih tinggi dibandingkan konversi

SMGR : Trend Bullish & Fase Akumulasi, didukung Stochastic Weak Bullish, candle Bearish 3 Inside Down, penutupan di atas 16.590 (5-Day MA), wave corrective c selama <

Skripsi ini khusus saya persembahkan untuk keluarga dan semua orang yang telah mendoakan dan memberi dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Pada kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sampai jarak mendatar 1.100 m dari ujung- ujung permukaan utama hanya digunakan untuk bangunan yang diperuntukkan bagi keselamatan