• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari data data yang sudah diperoleh dari hasil questionary. maupun dari cara interview dan hasil survey lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dari data data yang sudah diperoleh dari hasil questionary. maupun dari cara interview dan hasil survey lapangan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

r

'■= S K R t P S I / T U G A S A K H I R

F A K U L T A S T E K N i K S I P I L H a i a m a n : 1 3 . ^

X I 1 - E V A L U f t S I D A N P E N G O L A H A N D A T A . Dari data data yang sudah diperoleh dari hasil questio- nary maupun dari cara interview dan hasil survey lapang- an diadakan evaluasi dan diolah sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik dari apa yang sudah dikerjakan, sehingga kesalahan kesalahan yang terjadi bisa dihilang- kan.

Pada umumnya data data yang diperoleh tidak berada da- lam kondisi dan sarana yang sama untuk setiap proyek, tetapi berdasarkan sistim yang dipakai data data ini bisa dikel o m po k kan menjadi 3 bagian yaitu : dengan meno- gunakan sistim modern, semi konvensionil, konvensionil.

Data data itu perlu dikorelasikan terhadap suatu s tand­

ard yang diambil sendiri untuk tetap dijadikan pedoman.

Evaluasi data data ini bisa juga dengan memban dingk an dalam bentuk grafik grafik.

Melalui grafik bisa lebih jelas sampai dimana batas ba- tas suatu sistim tersebut masih bisa dilaksanakan, dan dapat juga diketahui kelebihan suatu sistim dari pada sistim lainnya sehingga sehingga bisa dipilih sistim yang tepat untuk suatu kondisi dan sarana suatu proyek.

Didalam mengevaluasi data data ini dibagi 3 sistim : - Sistim pengecoran konvensionil.

- Sistim pengecoran semi konvensionil.

- Sistim pengecoran modern.

Sistim pengecoran k o n v e nsionil adalah sistim pengecoran yang m e m pergunakan tenaga manusia secara keseluruhan,

(2)

f \

i i ■- S K R I P S I I T U G A S A K H I R

2 F A K U L T A S T E K N i K S I P I L H a ia m a n : 1 4.^

mulai pengangkutan bahan, pengadukan dengan moleb sampai ketempat pengecoran,

Sistim pengecoran semi konvensionil adalah sistim peng­

ecoran yang mempergunakan beton lift sebagai sarana pengangkut keatas atau tower crane dan beton molen seba­

gai pengaduk.

Sistim pengecoran modern adalah sistim pengecoran yang m e mpergunakan ready mix dan concrete pump sebagai sar a­

na pengangkut keatas sampai ketempat tujuan.

Tujuan evaluasi ini adalah menqevaluasi pengecoran dalam jumlah seberapa bisa digunakan salah satu sistim yang effektif dan ekonomis serta pada ketinggian berapa sis­

tim sistim fcadi bisa dipergunakan.

Untuk itu dari tabel 1 diambil harga rata rata p e n g e c o r ­ an perhari dari ketiga sistim yang akan diambil sebagai pedoman.

Sistim modern dari tabel 1 ada 3 buah data proyek yang menggunakan sistim modern, tetapi tidak langsung diambil rata rata kapasitas p engecoran perhari tetapi dalam hal ini dibagi 2 yaitu antara bangunan 3 lantai kebatuah dan bangunan 3 lantai keatas.

Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah kapasitas pengecoran perhari antara 3 lantai keatas dan 3 lantai k e b a w a h .

Untuk 3 lantai kebauah rata rata pengecoran 120m? perha­

ri ( data diambil dari proyek Surabaya delta plasa dan P.T. Optima ).

(3)

I 'N,U

•'< i'-':Ptv.^ -•

Sedangkan pengecoran rata rata untuk 3 lantai keatas adalah 64 m 3 .

Harga pengecoran rata rata per m 3 untuk 3 lantai kebaujr.h Rp. 51.000,-

Harga pengecoran rata rata per m untuk 3 lantai keatas3

= RP . 62.957,50

Sistim semi konvensionil dari tabel 1 ada 6 buah data proyek yang menggunakan sistim semi konvensionil.

Harga pengecoran rata rata per m 3 :

R p . 3 7 * 5 0 0 + R p . 3 7 . 5 0 0 , — + R p . 3 7 . 2 0 0 + R p . 4 5 . 5 1 0 + R p 3 2 . 9 5 6 , - + R p . 4 4 . 7 4 7 , - ____________________________________________________________

~ ^

S K R I P S I / T U G A S 6 K K I R H a l a m a n : 1 5 ^ F A K U L T A S T E K N I K S E P I L

= R p . 3 9 . 2 4 3 , 8 3

Kapasitas pengecoran rata rata perhari : 1 9 , 8 & g 0 , 7 & 2 3 . 9 8 g S 2 . 3 0 2 7 . 5 £ 2 0 . 1 5 = 24 m3

6

Sistim k o nv e nsionil dari tabel 1 ada 4 buah data pro­

yek yang menggunakan sistim konvensionil.

Harga rata rata pengecoran per m 3 :

R p . 3 6 . 0 0 0 + R p . 3 7 . 8 8 4 + R p . 5 0 . 0 3 6 + R p . 5 0 . 2 3 6

= Rp. 38.625,-

Kapasitas pengecoran rata rata perhari : 15 +10.6 + 5,4 + 6.2 = 10,8

4

(4)

UVM- i r S K R f P S I / T U G A S A K H i R

F A K U L T A S T E K N I K S f P I L H a i a m a n : 1 5 . ^

Dengan adanya pembagian sistim modern untuk 3 lantai keatas dan 3 lantai kebauah make dibandingkan sistim pengecoran modern untuk 3 lantai kebawah dengan kedua sistim lainnya.

Diambil data dari proyek Bank Pembangunan Indonesia Bandung.

Jumlah pengecoran 300 m , bangunan tingkat 2.3

Dari tabel 1 biaya pengecoran dengan sistim k o n v e n s i o ­ nil Rp. 12.960.000,- diselesaikan dalam waktu 20 hari.

Biaya p engecoran dengan sistim semi konvensionil : Rp. 1 4 . 12 7.755,- diselesaikan dalam uaktu 13 hari.

Sedang biaya pengecoran dengan sistim modern adalah sebesar 300 x Rp. 51.000,- = Rp. 15.300.000,-

diselesaikan dalam uiaktu 3 hari.

Dari ketiga sistim diatas terlihat bahwa biaya p e n g eco r­

an dengan sistim modern masih lebih tinggi dibandingkan dengan kedua sistim lainnya, hanya dalam hal u/aktu sis­

tim modern jauh lebih singkat.

Data lain dari pertokoan dan bioskop Jl. fl.R. Hakim di Tegal, jumlah pengecoran 876,9 m^, bangunan tingkat 3.

Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim k o n v e n s i o ­ nil Rp. 44.0 3 1. 2 92 , - diselesaikan dalam 82 hari.

Biaya pengecoran dengan sistim konvensionil : Rp. 4 2 .74 8. 8 7 5 ,- diselesaikan dalam 45 hari.

Sedang biaya pengecoran dengan sistim modern adalah sebesar 876,9 x Rp. 51.000,- = Rp. 44 .721.900,- diselesaikan dalam 8 hari.

(5)

I 'N7, r

S K R i P S i / T U G A S A K H I R

F A K U L T A S T E K N I K SIPIL H a l a m a n : 17

Sistim modern masih lebih besar sedikit dari pada ke­

dua sistim lainnya, walaupun uaktunya lebih singkat.

Data lain dari proyek B.C.A. Kudus,

bangunan 3 lantai, jumlah pengecoran 352 m \

Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim k o n v e n s i ­ onil Rp. 12.7S2.573,- diselesaikan dalam uaktu 32,5 hari Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil:

Rp. 15.734.397,- diselesaikan dalam 17 hari.

Biaya pengecoran dengan sistim modern :

352 X Rp. 51.000,- = Rp. 17.952.000,- deselesaikan dalam 3 hari*

Biaya pengecoran dengan sistim modern lebih besar dari kedua sistim lainnya ualupun waktunya lebih singkat.

Dari Proyek pasar atom tahap III surabaya.

Bangunan 3 lantai, jumlah pengecbran 1209 m^,

Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim k o n v e n s i o ­ nil Rp. 60.70S.000,- diselesaikan dalam 112 hari.

Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil Rp. 7 0 . 32B.856,- diselesaikan dalam 60 hari,

Biaya pengecoran dalam sistim modern :

1209 X Rp. 51.000,- = Rp. 6 1 . 6 5 9.000,- diselesaikan dalam 11 hari.

Dari semua data data yang dibandingkan diatas maka da- pat diambil kesimpulan bahua untuk bangunan 3 lantai ke- bawah dengan jumlah pengecoran dibauiah 800 m^ untuk sis­

tim modern biayanya masih besar dibandingkan dengan k e ­ dua sistim lainnya hanya waktunya yang lebih cepat,

(6)

I'Mlv

/' i S K R I P S S / T U G A S A K K I R

2 F A K U L T A S T E K N I K SIPtL H a i a m a n : l a, ^

jadi pemilinannya tergantung kepada situasi dan Icondisi tiap tiap proyek.

Sedangkan pada bangunan 3 lantai kebawah dengan jumlah pengecoran diatas 800 m 3 , perbedaan biayanya tidak ber- arti dengan kedua sistim lainnya, sedangkan perbedaan waktunya besar sekali,maka sebaiknya dipilih cara modern asalkan sarananya bisa didapatkan.

Sebab dengan perbedaan biaya yang tidak besar bisa ditu- tup dengan perbedaan waktu yang sangat besar sekali.

Hanya dikhauatirkan pada daerah daerah tertentu sarana­

nya masih belum ada.

(7)

S K R I P S t / T U G A S A K H I R F A K U L T A S T E K N I K SI PSL

H a i a m a n

III.l. C..A R A D A i\3 P R O S E D U R . E V A L U A S I .

Evaluasi data data ini dipakai cara statistik dan pengolahannya dipakai cara m an u a l/ p er h it u ng a n biasa.

Pengolahan dilakukan dengan perhitungan b iasa/ manual karena mudahnya sarana yang tersedia dibandingkan dengan p engolahan memakai computer*

Evaluasi data yang akan ditinjau adalah aspek pengecoran*

Ber hu bun g banyaknya macam variasi dari data data yang diper- oleh., maka harus diadakan korelasi untuk men yeragamkan data data tersebut sebelum diadakan pengolahan.

Korelasi dari data data difokuskan kepada nilai uangnya.

Standard yang diambil: - mutu beton : K.225.

- Daerah : Jabar.

- Waktu : tahun 1983.

ffiacam korelasi : A. Korelasi daerah.

B. Korelasi mutu beton.

C. Korelasi tahun pembuatan.

ft. Korelasi daerah.

KoreELasi daerah timbul akibat perbedaan harga bahan bahan bangunan dan ongkos tenaga kerja dari tiap tiap daera h se- hingga mempengaruhi harga proyek secara keseluruhan misal- nya : di Jabar harga pasir lebih mahal dari pada di Jatim.

Untuk evaluasi data ini diambil standard daerah Jabar k a r e ­ na data data yang ada lebih banyak berasal dari daerah ter­

sebut dari pada data data yang didapat dari daerah Jatim.

(8)

\

f 7 r S K R I P S f / T U G A S A K H I R H a i a m a n : 2 C ^ F A K U L T A S T E K N I K S f P i L

'■) nvK'

Biaya pengecoran 1 m^ beton didaerah Jabar dengan mutu beton K. 175, tahun pembuatan 1983 adalah sebagai berikut :

Pasir Kerikil

175, c a m p u r a n : 1 Pc: 2 Psr: 3 Krk ) 340

* “ D X Rp. 3.000,- = Rp. 25..500,-

n o <• cn X Rp. 8. 000,- = Rp. 4.,320,-

= 0,82 X Rp. 17 .000,- = Rp. 13..940,-

Rp. 43..760,- (1) Biaya pengecoran 1 beton didaerah Jatim dengan mutu beton

K 175 dan tahun pembuatan 1983 adalah sebagai berikut:

P.C. ( Semen Gresik )= 540 X Rp, 3.200,- = Rp. 27.200.- 40

Pasir = 0,54 X Rp. 4.000,- = « 2.150,-

Kerikil = 0,82 X Rp. 14.000,- = " 11.480,- Rp. 40.840,- (2) Korelasi untuk daerah : “ ^-f07

Be Korelasi mutu beton

Tiap tiap proyek berlainan standard mutu betonnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk proyek yang menggunakan balok balok presstress digunakan mutu beton K 300, dan balok balok biasa K 175 atau K 225, korelasi mutu betoo ini difokuskan pada perbandingan harga beton per m^ nya*

Mutu beton K 175 dipenuhi dengan campuran :lPc:2PSR:3Krk Mutu beton K §25 dipenuhi dengan campuran :lPc:l^Psr:2^Krk Flutu beton K 300 dipenuhi dengan campuran :lPc:l^Psr:2^Krk +

Bahan untuk memp er- tinggi mutu beton.

(9)

r “' N

• W '

S K R I P S I / F A K U L T A S

T U G A S T E K N I K

A K H f R

S I P 1 L H a i a m a n : 2 1 v y

Untuk meraudahkan mendapatkan korelasi K 300 diambil salah satu bahan untuk mempertinggi mutu beton yang diketahui harganya dan cara pemakaiannya.

Biaya penge c or a n 1 m 3 beton dengan mutu beton K 228 tahun pembuatan 1983, di daerah Jatim adalah sebesar:

Pc. ( Semen Gresik ) = K Rp. 3.200,- =Rp. 33.200,- Pasir = 0,48 X Rp. 3.900,- *Rp. 1.872,- Kerikil = 0,8 X Rp. 12.000,-*Rp. 9.600,-

Rp. 44 .67 2,- (3) Biiaya pengecoran 1 m 3 beton, dengan mutu beton K 300 ta­

hun pembuatan 1983, untuk daerah Jatim adalah sebesar Rp. 44 . 6 7 2 , - ( lihat (3) ) ditambah biaya bahan untuk m empertinggi mutu beton.

D imisalkan pakai bahan tambahan ( additives ) salah satu p erusahaan dengan harga Rp. 2.500,- /kg.

Tiap sak semen membutuhkan : 0,20 Kg.

Biaya bahan tersebut : jjj-X X Rp. 2.500,- = Rp. 5.188 Jadi total biaya = Rp. 4 4.672,- + Rp. 5.188,-

= Rp. 49.860,-

Biaya p engecoran 1 m 3 beton dengan mutu 1C 175 tahun

p e mbuatan 1983 di daerah Jatim adalah sebesar Rp. 40.480,- ( lihat (2) )

Korelasi untuk mutu beton K175 = 1,09 Korelasi untuk mutu beton K300 = 0,895

(10)

l/.V, ^ ~ S K R f P S i / T U G A S A K H I R H a l a m a n : 2 2 . z F A K U L T A S T E K N I K S I P I L

1 ■

C. Korelasi tahun p e m b u a t a n .

Korelasi tahun pembuatan timbul akibat perbedaan tahun pembuatan dari data data proyek yang ada disebabkan harga bahan dan biaya tenaga kerja.setiap waktu akan berubah.

Biaya pengecoran 1 beton mutu K 175 untuk daerah Jatim tahun pembuatan 1983 adalah sebesar Rp. A O . 480,-

( Lihat (2) ).

Biaya pengecoran 1 beton mutu K 175, untuk daerah jatim tahun pembuatan 1982 :

Pc. =-|§ X Rp. 2.300,- = Rp. 19.550,- Pasir = 0,54 X Rp. 3.000,- = R p . 1.620,- Kerikil = 0,82 X Rp. 9.500,- = Rp. 7.790,-

= R p .28.960,- Korelasi tahun pembuatan = 1,41.

(11)

i r '.v S K R I P S l t T U G A S A K H I R F A K U L T A S T E K N J K S f P I L

H a i a m a n : 2 3 . 1

I I I . 2. E V A L U f t S I G R f l F I K .

Dari data data yang ada hendak diperlihatkan dalam bentuk grafik grafik.

Penggambaran grafik ada beberapa macam antara lain:

- grafik balok.

- grafik garis lengkung.

- grafik garis patah.

Dalam hal ini dipakai grafik garis patah yaitu grafik yang m e n g h u bu n g k an titik titik yang kita dapatkan dari data data yang ada.

Titik titik merupakan perpotongan sumbu X dan sumbu Y.

Dipi l i h grafik garis patah karena memang yang lebih tepat dan dapat terlihat dengan jelas perbandingan antara masing m as i n g sistim.

Dari tabel 1 dapat digambarkan grafik 1,2,3,4,5.

Grafik 1 mempe r l ih a tka n grafik antara m 3 dan Rp. dalam 3

sistim, dibuat dari data data yang sudah dikorelasikan terha- dap utaktu, mutu beton, daerah dan tahun pembuatan.

Factor ketinggian sudah diperhitungkan juga maximum 7 lantai + 30 meter.

Titik titik dari grafik 1 adalah data dari salah satu proyek yang memakai salah satu sistim.

Keterangan grafik 1.

Titik 1. : Proyek pabrik capsul Cibinong adalah bangunan 2 lantai dengan sistim modern akan tetapi lebih

ekonomis jika dikerjakan dengan sistim semi k o n v e n ­ sionil ( lihat grafik 1 ), hal ini disebabkan kare-

(12)

r

S K R I P S i / T U G A S AKHER F A K U L T A S T E K N I K S I P I L

K a i a m a n : 24*

na jumlah pengecoran yang tidak banyak dan bang­

unan hanya terdiri dari 2 lantai.

Jadi dikerjakan dengan sistim modern kurang meng- untutagkan dilihat dari segi biaya tetapi dari se- gi waktu bisa lebih singkat, kalau dalam prosen- tase dengan sistim modern waktunya lebih singkat 300 ■% sedangkan dalam segi biaya berbeda 8,3/o dari sistim semi konvensionil.

Ada pertimbangan lain sehingga sistim modern tetap dipakai oleh pelaksananya karena alat alat concrete pump dan ready mix miliknya sendiri, dan d ikehendaki bangunan selesai dalam waktu yang sing kat.

Titik 2 : Proyek Bank Pembangunan Indonesia Bandung adalah bangunan 2 lantai dengan sistim konvensionil.

Sistim ko n ve nsionil adalah yang paling ekonomis.

Jika diketjakan dengan sistim modern waktunya bi­

sa lebih cepat 556^ tetapi biayanya bertambah 18%.

Titik 3 : Proyek Bank Central Asia Kudus adalah bangunan 2 lantai dengan sistim konvensionil.

Sistim konvensionil dikerjakan dalam proyek ini karena pada daerah tersebut sukar untuk mendapat kan alat2 modern.

Jika dikerjakan dengan sistim modern maka waktunya lebih singkat 28 hari(933%) dan segi biaya b e r t a m ­ bah 40%.

(13)

r

S K R I P S l / T U G A S A K H I R

F A K U L T A S T E K N I K S t P I L H a i a m a n : 25. </

Titik 4 : Proyek Bank Central Asia Padang adalah bangunan 3 lantai dengan sistim semi konvensionil.

Sistim ko n ve nsionil adalah yang paling ekonomis dan sesuai dengan grafik 1.

Titik 5 : Proyek Kantor notaris di Jakarta adalah bangunan 5 lantai dengan sistim semi konvensionil.

pekerjaan ini dikerjakan dengan sistim modern lebih ekonomis, jadi pemilihan sistim kurang te- pat.

Titik 6 : Proyek Bank Central Asia Jl. Asem lama Jakarta.

adalah bangunan 5 lantai dengan sistim k o n v e n s i ­ onil.

Sistim ko n v ensionil adalah yang paling ekonomis dan sesuai dengan grafik 1.

Titik 7 : Proyek ma isonet daan mogot Jakarta adalah b a n g u n ­ an 3 lantai dengan sistim konvensionil.

Sistim konvensionil tidak ekonomis dari kedua sistim lainnya.

lebih ekonomis jika dikerjakan dengan sistim t i o- dern.

Titik 8 : Proyek Taman surya Jakarta adalah bangunan 3 l an­

tai dengan sistim konvensionil.

Sistim modern lebih ekonomis sehingga pe milihan sistim kurang tepat.

Titik 9 : Proyek pertokoan di Tegal adalah bangunan 3 lantai dengan sistim semi konvensionil.

Sistim semi ko n ve nsionil adalah yang paling ekonv0_

(14)

l\\7i

~N / r ■•= S K R I P S S / T U G A S A K H I R H a l a m a n : ?6

F A K U L T A S T E K N f K S I P i L

mis dibandingkan kedua sistim lainnya, dan waktu- nya juga lebih singkat.

Titik 10 : Proyek Puskud Surabaya, adalah bangunan 7 lantai dengan sistim modern.

Sistim modern adalah yang paling ekonomis dan se- suai dengan grafik 1.

Titik 11 : Proyek Bank Central Asia Jl. Asemka Jakarta.

adalah bangunan 7 lantai dengan sistim modern.

Sistim modern adalah yang paling ekonomis dan se- suai dengan grafik 1,

Titik 12 : Proyek Bank Central Asia Surabaya.

Adalah bangunan 5 lantai dengan sistim semi kon­

vensionil.

Sistim semi konvensionil adalah yang paling eko­

nomis dan sesuai dengan grafik 1.

Titik 13.: Proyek pasar atom tahap III surabaya, adalah bang­

unan 3 lantai dengan sistim semi konvensionil.

Sistim semi konvensionil adalah yang paling eko­

nomis dan sesuai dengan gsafik 1.

Analisa grafik

Dari grafik didapatkan :

- Biaya pengecoran dengan sistim modern ( uiaktu singkat ) dengan biaya pengecoran dengan sistim konve nsionil ( wak- tu lebih lama ) tidak merupakan kelipatan.

misalnya : - Biaya untuk sistim Modern Rp. A,- Kapasitas B m / hari.3

- Biaya untuk sistim konvensionil Rp. C,-

v _ _______________________________________________________________________________

(15)

'TTI!*' "

r I S K R I P S J / T U G A S A K H I R H a i a m a n : 27 y F A K U L T A S T E K N I K S I P I L

Kapasitas D m'3/ hari.

Maka A / | X Rp. C,-

Hal ini dibuktikan dalam salah satu data yang diambil dari Bank f3embangunan Indonesia di Bandung ( lihat tabel 1 ) Total pengecoran 300 m 3 dikerjakan dengan sistim k o n v e n s i ­ onil kapasitas 15 m 3 / hari dan harga Rp. 36.000,- / m 3 . Pengecoran selesai dalam 300/15 = 20 hari.

Jika dengan sistim k on v ensionil pengecoran selesai dalam 300/24 12,5 = 13 hari.

Jika dengan sistim modern pengecoran selesai dalam 300/64

= 5 hari.

Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil : 300 X Rp. 3 6.000,- = Rp. 11.773.150,-

Biaya pengecoran dengan sistim modern : 300 X Rp. 58.922,66 = Rp. 17.691.498,-

Biaya perhari untuk konvensionil Rp. 10.800.000 :20 = Rp. 540.000,-

Biaya per hari untuk semi konvensionil Rp. 1 1 . 7 7 3 . 1 5 0 : 13 = Rp. 905 . 6 2 6, —

Biaya perhari untuk modern : Rp. 17.691.498 : 5 = Rp. 3 . 5 38.310,-

Jadi terlihat disini bahwa biaya dengan sistim semi kon - vensionil tidak X Rp. 540.000,- = Rp. 830.769,23

m elainkan Rp. 905.626,-

Detnikian juga untuk sistim modern biaya tidak 20 X Rp. 5 4 0 . 0 0 0 , — = Rp. 2.160.000,-

melainkan Rp. 3.538.300,-

(16)

'if S K R I P S f / T U G A S A K H I R

2 F A K U L T A S T E K N I K S I P I L H a l a m a n : 2 8 . ^

Hal ini disebabkan karena :

- Untuk pengecoran dengan sistim semi konvensionil dan Modern jika dipakai untuk pengecoran yang jumlah penge- . coran dibagi dengan kapasitas perhari tidak dalam bilang-

an bulat sangat eerugikan.

misalnya : dalam contoh tadi 12,5 hari dan A , 6 hari tetap

- Dalam contoh tadi pengecoran dengan sistim konvensionil selesai delam x 20 h a r i y dengan sistim modern selesai da­

lam 5 hari, tidak berarti bahuja dengan cara kon vensionil pengecofcan dapat diselesaikan dalam 5 bari dengan menja- dikan segalanya A unit yang hasilnya lebih murah jika dibandingkan dengan sistim modern.

Ada beberapa faktor yang harus ditinjau antara lain:

- lokasinya.

- Pengadaan material.

- Sarananya.

- Pengawasan mutu.

- Ketinggian bangunan dan lain lain.

dihitung 13 hari dan 5 hari, sedangkan dalam sistim konvensionil tidak demikian.

(17)

( '

f 7 ' i S K R 1 P S ! / T U G A S A K H I R H a i a m a n : 2 9 . ^ F A K U L T A S T E K N I K S I P I L

III.3. Beberapa contph proyek yang telah me nggunakan sistim penoecoran yang lebih ekonomis dari sistim lainnya.

I I I . 3.a Contoh proyek dengan sistim konvensionil.

Proyek Bank Pembangunan Indonesia di Bandung metnakai sistim pengecoran konvensionil.

Untuk m e m bandingkan biaya pengecoran ketiga sistim pada proyek Bank Pembangunan Indonesia di Bandung dibuat tabel 1 yang m e m u a t .:

Biaya pengecoran yang dikeluarkan perhari ser- ta lamanya pengecoran dari ketiga sistim.

Jumlah pengecoran pada proyek Bank Pembangunan Indonesia : 300 m 3 .

- Dengan sistim konvensionil pengecoran selesai dalam 20 hari, biaya perhari Rp. 54 0.000,- Total biaya pengecoran 20 X Rp. 54 0.000,- = Rp. 10.800.000,-

- Dengan sistim semi kon vensionil pengecoran selesai dalam 13 hari dengan biaya perhari Rp. 905 . 6 2 6 , —

Total biaya pengecoran 13 X Rp. 905.626,- = Rp. 11.773.138,-

- Dengan sistim modern pengecoran selesai da­

lam 5 hari dengan biaya perhari Rp. S . 100.000 Total biaya pengecoran 5X Rp. 5.897.166=

Rp. 15.300.000,-

untuk 2 lantai biaya pengecoran sistim k o n ­ vensionil dan semi konvensionil ditambah 20%

(18)

7 | S K R I P S I / T U G A S A K H I R H a l a m a n : 3 0 J F A K U L T A S T E K N I K S I P I L

Jadi biaya pengecoran proyek Bank pembang- unan Indonesia dengan sistim kon vensionil

= 1,2 X Rp. 1 0 .800.000,— =Rp. 12.96 0.0 00,- Biaya pengecoran proyek Bank P e mbang una n Indonesia dengan sistim semi k o n vensi oni l

* 1,2 X Rp. 11.77 3 . 1 3 8,-= Rp. 1 4 .1 27. 765,- Dari ketiga harga tadi yang paling ekonomis adalah jika pengecoran diselesaikan dengan s i stim k on v e nsionil meskipun dalam waktu yang lebih lama dari ke dua sistim yang la­

in ( selesai dalam waktu 20 hari ).

III.3.b. Contoh proyek dengan sistim semi k o n v e n s i — onil.

Proyek Bank Central Asia Kudus memakai sis­

tim pengecoran semi konvensionil.

Untuk me m bandingkan biaya pengecoran ketiga sistim pada Proyek Bank Central Asia Kudus dibuat tabel 1 yang memuat: biaya pengeco ran yang dikeluarkan perhari serta lamanya peng­

ecoran dari ketiga sistim.

Jumlah pengecoran pada proyek Bank Central Asia Kudus 352 m^.

- Dengan sistim konvensionil pengecoran sdlesai dalam 32,5 hari, biaya perhari Rp. 4 1 2 . 000,-

Biaya pengecoran : 32,5 X Rp. 4 1 2 . 0 0 0 , -

= Rp, 13.390.000,-

(19)

r

S K R I P S i / T U G A S A K H I R F A K U L T A S T E K N I K S I P I L

H a i a m a n : 3 1 . ^

— Dengan sistim semi k onv ensionil pengecoran selesai dalam 17 hari, biaya perhari

Rp. 771.294,-

Total biaya pengecoran dengan sistim k o n v e n ­ sionil = 1 7 X Rp. 7 71 .29 4 , - = Rp. 1 3.111 . 9 9 8 , -

— Dengan sistim modern pengecoran selesai dalam 3 hari dengan biaya perhari

Rp. 6.919.341,-

Total biaya pengecoran dengan sistim modern

= 3 X Rp. 6 . 9 19.341,- = Rp. 2 0 . 75 8.020 ,- Untuk 2 lantai biaya pengecoran dengan sis­

tim konvensionil dan semi konv ensio nil di- tambah 20%.

Jadi baaya pengecoran dengan sistim k o n v e n ­ sionil = 1,2 X Rp. 13.390.000,-=

Biaya pengecoran dengan sistim semi konven-

Dari ketiga harga tadi yang paling ekonomis adalah jika pengecoran diselesaikan dengan sistim semi konvensionil, meskipun d a l a m wak- tu yang lebih lama dari sistim modern.

III.3.C. Contoh proyek dengan sistim M o d e r n .

Proyek Bank Central Asia Jl. Asemka Jakarta memakai sistim pengecoran modern.

Untuk membandingkan biaya pengecoran ketiga Rp. 16.068.000,-

sionil = 1,2 X Rp. 13.111.998, Rp. 15.734.397,-

(20)

=■ S K R I P S I / T U G A S A K H I R zj F A K U L T A S T E K N I K S I P I L

H a l a m a n : 3 2 . ^ /

sistim pada proyek Bank Central Asia

Jl. Asemka Jakarta dibuat tabel 1 yang me- muat biaya pengecoran ketiga sistim per hari serta lamanya pengecoran.

Jumlah pengecoran pada proyek Bank Central Asia Jl. Asemka Jakarta = 1011,68 m^.

- Dengan sistim konvensionil pengecoran se­

lesai dalam 93,7 hari dengan biaya per hari Rp. 417.034,57.

Biaya pengecoran proyek Bank Cemtral Asia Jl. Asemka Jakarta dengan sistim k o n v e n s i ­ onil = 93,7 X Rp. 417.034,57 =

- Dengan sistim semi konvensionil pengecoran selesai dalam 43 hari dengan biaya perhari Rp. S 23.306,—

Biaya pengecoran proyek Bank Central Asia Jl. Asemka Jakarta dengan sistim semi k o n ­ vensionil = 43 X Rp. 923.306,- =

- Dengan sistim modern pengecoran selesai dalam 10 hari dengan biaya perhari

Rp* 6 . 4 0 5 . 9 5 7 , —

Biaya pengecoran proyek Bank Central Asia Jl. asemka Jakarta dengan sistim modern

= 10 X Rp. 6.405.957,- = Rp. 64. 05 9 . 5 7 0 , - Untuk 7 lantai biaya pengecoran dengan

Rp. 39.076.139

Rp. 139.702.158,

(21)

I " ? S K R I P S r / T U G A S A K H I R H a i a m a n : ^ F A K U L T A S T E K N I K S I P I L

dengan sistim konvensionil dan semi kon­

vensionil ditambah 70%.

Jadi biaya pengecoran untuk sistim k o n v e n ­ sionil = 1,7XRp. 39.076.139,- =

Rp. 66.429.436,-

Biaya pengecoran untuk sistim semi k o n v e n ­ sionil = 1,7 X Rp. 3 9.7 02,158,- =

Rp. 6 7.4 93 . 6 6 8 , —

Dari ketiga harga tadi yang paling e kono­

mis adalah (jika pengecoran diselesaikan dengan sistim modern, u/aktu p engecoran ju- ga lebih sinakat dari kedua sistim lainnya.

(22)

Vajii S K R I P S I / F A K U L T A S

T U G A S T E K N I K

A K H I R S t P I L

H a l a m a n 3 4. >y

III.3.d. Dari grafik 1,2,3, dapat dilihat sistim mana yang lebih ekonomis, jadi bisa tepat pemilihan sistimnya Misalnya: ada bangunan 3 lantai dengan jumlah p e n g ­

ecoran 500 m^.

Dari grafik 1 yang ekonomis adalah cara semi k o n v e n ­ sionil.

Dari grafik 2 yang ekonomis adalah cara semi k o n v e n ­ sionil.

Jelas harus diambil cara semi konven sioni l agar ha- silnya ekonomis.

Setelah itu baru ditinjau grafik 3 yaitu grafik antara kapasitas pengecoran perhari dan biayanya ju­

ga.

Grafik 4 untuk penyediaan jumlah tenaganya.

Dari grafik 5 ditunjukkan bahu/a dengan sistim kon- vensionildan sistim semi konvensionil waktu yang le­

bih lama membuat biaya yang besar.

(23)

S K R I P S i / T U G A S A K H I R

F A K U L T A S T E K N I K S I P I L H a i a m a n : , 3 5 , ^

II I. 4. PENIIF1PANGAN BENYinPflNGflN PELAK5ANAAN D I L A P A N G A N . Dari data data yang diperoleh berikut ini dijelaskan p e n y i mpangan penyimpangan yang terjadi dilapangan yang menyebabkan hambatan sehingga proyek berjalan tidak sesuai dengan rencana, dan mengganggu schedule yang telah direncanakan.

Penyimpangan penyimpangan disini ada yang d isebabkan karena memang kesalahan dari organisasi proyek terse- but, tetapi ada pula yang karena kurangnya pengaurasan, jadi sistimnya sudah benar hanya pelaksanaannya yang kurang tepat.

Penyimpangan penyimpangan yang terjadi antara lain:

- Akibat kurang jelasnya pembagian tugas, hak dan

tanggung jawab serigg terjadi perintah kepada bawah- an yang simpang siur sehingga bawahan serimg merasa bingung mana perintah yang harus dipilih.

- Dalam suatu proyek yang banyak sub kontraktornya se- ring kali terjadi ketidak larasan pada suatu pekerja- an yang saling berhibungan, masing masing pihak hanya menge r ja k a n bagiannya tanpa memikir kan hubungannya dengan bagian yang lain, sehingga hal ini sangat merugikan penyelesaian proyek secara me nyel u r u h v - P e n g g un a a n sarana pada sistim pengecoran modern

yang k u rang baik sehingga memerlukan uiaktu lagi u n ­ tuk menyempurnakannya.

Sebagai contoh penggunaan concrete pump dimana pema- sangan pipa pipanya tidak diatur sebaik baiknya, as-

(24)

7 ' ^ S K R I P S I / T U G A S A K H I R

W f ' " ' F A K U L T A S T E K N I K S I P I L H a l a m a n : 3 6 , ^

al pasang saja sehingga waktu concrete mortar di- pompakan lewat, pipa pipanya jatuh karena kurang kua t pegangannya, atau letaknya yang tidak diatur sesuai galannya pengecoran.

Contohr. lain adalah karena water cement ratio / slump yang mengakibatkan concrete mortar macet didalam pipa sehingga perlu untuk ditembak.

Gambar

Grafik  1  mempe r l ih a tka n  grafik  antara  m 3  dan  Rp.  dalam  3
Grafik  4  untuk  penyediaan  jumlah  tenaganya.

Referensi

Dokumen terkait

Semangat dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik

Prosedur (PSP) secara lengkap yang meliputi kegiatan kemanan data, backup dan restorasi serta penghapusan berkala data yang tidak berguna, telah mengacu pada standar

Koordinator penelitian klinik kerjasama dengan National Institute of Allergy and Infectious Diaseses (NIAID) untuk Acute Febrile Illness dan South East Asia Infectious

HAFISZ TOHIR DAERAH PEMILIHAN SUMATERA SELATAN I.. Oleh karena itu Anggota DPR RI berkewajiban untuk selalu mengunjungi ke daerah pemilihan telah ditetapkan sesuai dengan

Mukim atau Kemukiman adalah kesatuan masyarakat hukum yang dipimpin oleh seorang Imeum Mukim yang berkedudukan sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa Gampong yang

383 manajemen CIMB Niaga pada umumnya adalah penyempurnaan produk yang berinovasi dan bervariatif agar minat menabung kembali, kemudian peningkatan layanan terhadap

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH UNTUK MEMPEROLEH KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM NASIONAL AGRARIA

Studi kepustakaan mengenai perubahan konsepsi, strategi konflik kognitif, dan miskonsepsi siswa, dan analisa materi pedagogis pada pembelajaran ikatan ionik secara