• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL TEOREMA PYTHAGORAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL TEOREMA PYTHAGORAS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL TEOREMA

PYTHAGORAS

Sudrajat1

1Program Sarjana Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas PGRI Yogyakarta [email protected]1

Abstract

This research aims to describe the mathematical communication skills in writing of junior high school students in grade VIII in solving the problems of Theorem Pythagoras. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The subjects of this study numbered 31 students and were categorized in groups of very high, high, medium, low and very low female students. The results showed that students who had mathematical communication skills in a very high group were students who were very able to meet the four indicators tested with an average percentage of 83%. The mathematical communication skills of students in the high group are students who are able to meet the four indicators tested with an average total percentage of 70%. The mathematical communication skills of students in the moderate group are students who are sufficiently able to meet the four indicators tested with an average total percentage of 51%. The mathematical communication skills of students in the lower group were students who were less able to meet the four indicators tested with an average total percentage of 32%. The mathematical communication skills of students in the very low group were students who had not been able to meet the four indicators tested with an average total percentage of 17%.

Keywords: Analysis, Mathematical Communication, Pythagorean Theorem.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal Teorema Pythagoras. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini berjumlah 31 siswa dan dikategorikan dalam kelompok siswa berkamampuan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Hasil penelitian menunjukan siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis pada kelompok sangat tinggi adalah siswa yang sangat mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 83%. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok tinggi adalah siswa yang mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata- rata presentase total sebesar 70%. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok sedang adalah siswa yang cukup mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 51%. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok rendah adalah siswa yang kurang mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 32%. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok sangat rendah adalah siswa yang belum mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 17%.

Kata Kunci: Analisis, Komunikasi Matematis, Teorema Pythagoras.

Received: January 22, 2022 / Accepted: April 29, 2022 / Published Online: April 30, 2022

(2)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi nyata dalam menyelesaikan masalah sehari-hari (Susanto, 2016: 185). Sedangkan menurut Hudoyo (2005) matematika merupakan suatu ilmu yang menelaah berbagai bentuk atau berbagai macam struktur yang abstrak dan objek penelaahan matematika tidak hanya kuantitas saja melainkan hubungan, pola-pola, struktur dan bentuk. Matematika juga sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi. Bahkan sekarang matematika juga diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Dengan mempelajari matematika siswa akan berupaya untuk berpikir kritis, logis, dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik dan benar. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kemampuan-kemampuan dasar matematika.

NCTM (2000) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika haruslah memuat kemampuan dasar diantaranya pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi (connections), estimasi (estimation). Jika diperhatikan dengan cermat, tujuan pembelajaran matematika tersebut sudah terlihat jelas bahwa salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa dalam belajar matematika adalah kemampuan komunikasi matematis. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan Arum (2019) bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah yaitu untuk mengomunikasikan suatu gagasan matematika atau kemampuan komunikasi matematis.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk mengembangkan, mendeskripsikan suatu ide, gagasan, dan pikiran matematika yang berbentuk simbol, gambar, tabel, persamaan atau bahasanya sendiri baik secara lisan maupun tulisan (Widayanti & Anggraeni, 2019). Kemampuan komunikasi matematis yang baik dapat diharapkan membantu siswa untuk mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai matematika dan mempunyai sikap logis serta cermat dalam menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, sedangkan kemampuan komunikasi matematis yang kurang maksimal akan mengakibatkan siswa kesulitan untuk mencerna permasalahan dalam soal yang diberikan oleh guru sehingga siswa tidak dapat memecahkan suatu masalah dalam soal tersebut dengan baik (Nurhayati, 2014). Pernyataan tersebut juga diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2020) bahwa kemampuan komunikasi matematis tertulis pada siswa SMP kelas VIII masih kurang maksimal.

(3)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 7 Yogyakarta khususnya di kelas VIII, diketahui bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis belum maksimal. Belum maksimalnya kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII F SMP Negeri 7 Yogyakarta dapat dilihat dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis awal siswa pada saat ulangan harian materi relasi dan fungsi menggunakan indikator kemampuan komunikasi matematis dengan hasil rata-rata nilai tes yaitu 59,80 dan tertulis 25 dari 34 siswa memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 75. Dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Awal Nilai Jumlah Siswa

≥ 86 2 Siswa

81-85 3 Siswa

75-80 4 Siswa

60-74 8 Siswa

≤ 59 17 Siswa

Total 34 Siswa

Salah satu penyebabnya dikarenakan guru jarang memberikan soal-soal latihan yang bersifat non rutin kepada siswa melainkan guru hanya memberikan soal-soal latihan yang bersifat rutin saja. Sehingga ketika siswa dihadapkan dengan soal non rutin yang menuntut kemampuan komunikasi matematis mereka tampak kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut.

Sebenarnya siswa sudah menggunakan matematika sebagai simbol atau bentuk komunikasi matematis, tetapi secara tidak sadar siswa tersebut tidak mengetahui bahwa itu adalah simbol atau bentuk komunikasi matematis secara tertulis.

Adapun komunikasi matematis secara tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel dan diagram yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi matematis secara tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Fajriah & Nor (2018) menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis secara tertulis untuk menyelesaikan masalah dalam soal pada materi Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin pada aspek 1 termasuk dalam kualifikasi sangat kurang, pada aspek 2 termasuk dalam kualifikasi cukup dan aspek 3 termasuk dalam kualifikasi cukup dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP

(4)

Negeri 15 Banjarmasin belum maksimal untuk menyelesaikan masalah dalam soal pada materi Teorema Pythagoras.

Teorema Pythagoras merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang dipelajari siswa SMP kelas VIII di semester genap. Aplikasi materi Teorema Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari sangat lekat dan sangat berhubungan dengan bangun-bangun geometri yang lain.

Dalam hal ini siswa kelas VIII dituntut untuk dapat menghubungkan hubungan antara bangun- bangun geometri tersebut dan merepresentasikan ke dalam bentuk gambar maupun ke dalam ide-ide matematis lainnya. Oleh sebab itu, kemampuan komunikasi matematis dibutuhkan untuk dapat menggunakan Teorema Pythagoras dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari-hari dan agar dapat menghubungkan bangun-bangun geometri yang berhubungan dengan Teorema Pythagoras dan mampu mengungkapkan ide-ide serta gagasan matematisnya.

Mengingat begitu pentingnya materi Teorema Pythagoras baik dalam pelajaran matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari, maka materi ini harus benar-benar dipahami oleh siswa. Namun berdasarkan hasil dari tanya jawab peneliti dengan guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 7 Yogyakarta menunjukan bahwa keadaan siswa di lapangan dalam menyelesaikan soal pada materi Teorema Pythagoras belum mendapatkan hasil yang maksimal.

Sebagai salah satu contohnya, ketika guru menyajikan sebuah soal yang berbentuk soal cerita untuk mengetahui tinggi gedung yang diketahui sisi miring dan sisi sampingnya siswa belum bisa untuk mengomunikasikan soal yang dibuat oleh guru tersebut kedalam ide matematika, padahal ketika guru menjelaskan siswa itu paham apa yang dijelaskan oleh guru tersebut. Selain itu, siswa juga belum bisa mengilustrasikan kejadian dalam soal kebentuk gambar sehingga si swa belum maksimal untuk membuat model atau persoalan matematika dalam soal dan siswa sering lupa untuk membuat kesimpulan diakhir jawabannya. Secara umum siswa kesulitan dalam komunikasi matematis berbentuk tulisan khususnya dalam menyelesaikan soal-soal Teorema Pythagoras. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki oleh siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal Teorema Pythagoras.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2017: 6) merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

(5)

(perilaku, motivasi, persepsi dan tindakan) secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasan, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai macam metode. Data yang dikumpulkan merupakan hasil pengamatan, hasil tes tertulis dan hasil wawancara dengan siswa. Data dipaparkan secara deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal Teorema Pythagoras.

Untuk mengetahui mampu atau tidak mampunya siswa dalam pencapaian indikator kemampuan komunikasi matematis secara tertulis, penulis menggunakan kriteria presentase menurut Romika & Amalia (2014) adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Presentase Kemampuan Komunikasi Matematis Interval Presentase Kriteria

0% ≤ P < 20% Belum Mampu 21% < P < 40% Kurang Mampu 41% < P < 60% Cukup Mampu 61% < P < 80% Mampu 81% < P ≤ 100% Sangat Mampu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa siswa pada kelompok sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis yang berbeda-beda. Berikut disajikan sebuah diagram yang menunjukkan rata-rata presentase hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa.

Sangat

Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Rata-Rata kemampuan

Komunikasi Matematis 83% 70% 51% 32% 17%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII F

(6)

Gambar 1. Grafik Rata-rata Presentase Tes KKM Siswa Kelas VIII F

Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rakhmahwati et al. (2019) yang mendapatkan hasil bahwa siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Brebes memiliki kemampuan komunikasi matematis yang berbeda-beda. Hal ini didukung oleh teori menurut Anggraeni et al. (2019) yang menyatakan bahwa untuk setiap anak diciptakan Tuhan sebagai individu yang unik karena setiap anak memiliki pola perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah setelah menyelesaikan soal-soal Teorema Pythagoras di kelas VIII F SMP Negeri 7 Yogyakarta, akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Siswa Pada Kelompok Sangat Tinggi

Tabel 3. Rata-rata dan kriteria kemampuan siswa kelompok sangat tinggi

Indikator Rata-rata Kriteria

Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis

71% Mampu

Kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual

91% Sangat Mampu

Kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir

90% Sangat Mampu

Kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis

80% Mampu

Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis terdapat 9 siswa yang termasuk kedalam kelompok sangat tinggi yaitu siswa dengan inisial NKPA, JNA, NAN, SAE, ALR, CNAD, RAR, MI, dan HSP. Pada grafik gambar 1 terlihat jelas bahwa siswa pada kelompok sangat tinggi dikatakan sangat mampu dengan presentase rata-rata tes kemampuan komunikasi matematis sebesar 83% yaitu dapat memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan benar.

Adapun indikator yang dimaksud diantaranya indikator kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis dengan mampu menyajikan langkah- langkah dalam menyelesaikan masalah pada soal dengan tepat dan benar memperoleh

(7)

presentase 71%; indikator kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual dengan samgat mampu membuat gambar secara visual dengan benar memperoleh presentase 91%; indikator kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir dengan sangat mampu menyusun model matematis dengan tepat serta dapat menyelesaikan masalah dalam soal dengan baik dengan menyajikan langkah penyelesaian yang lengkap dan hasil akhir benar. memperoleh presentase 90%; dan indikator kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis dengan mampu membuat kesimpulan secara tertulis dengan benar memperoleh presentase 80%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2020) dengan kesimpulan bahwa siswa pada kemampuan komunikasi matematis sangat tinggi sangat mampu mencapai seluruh indikator kemampuan komunikasi matematis dengan baik, yaitu siswa sangat mampu menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal dengan lengkap dan benar, siswa sangat mampu membuat gambar yang relevan dengan wacana matematika dengan benar, siswa sangat mampu membuat model matematika secara tertulis dengan benar serta dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar, dan siswa sangat mampu membuat kesimpulan di akhir jawabannya dengan tepat.

B. Siswa Pada Kelompok Tinggi

Tabel 4. Rata-rata dan kriteria kemampuan siswa kelompok tinggi

Indikator Rata-rata Kriteria

Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis

71% Mampu

Kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual

76% Mampu

Kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir

63% Mampu

Kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis

70% Mampu

(8)

Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis terdapat 10 siswa yang termasuk kedalam kelompok tinggi yaitu siswa dengan inisial FWA, MKD, GAP, KNA, AAN, HFKM, KRG, VJAP, PDCP, dan RPAF. Pada grafik gambar 1 terlihat jelas bahwa siswa pada kelompok sangat tinggi dikatakan mampu dengan presentase rata-rata tes kemampuan komunikasi matematis sebesar 70% yaitu dapat memenuhi keempat indikator yang diujikan.

Adapun indikator yang dimaksud diantaranya indikator kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis dengan mampu menyajikan langkah- langkah dalam menyelesaikan masalah pada soal dengan tepat dan benar memperoleh presentase 71%; indikator kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual dengan mampu membuat gambar secara visual dengan benar tetapi kurang lengkap memperoleh presentase 76%; indikator kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir dengan mampu menyusun model matematis dengan tepat serta dapat menyelesaikan masalah dalam soal dengan baik dengan menyajikan langkah penyelesaian yang lengkap dan hasil akhir benar memperoleh presentase 63%; dan indikator kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis dengan mampu membuat kesimpulan secara tertulis dengan benar memperoleh presentase 70%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2020) dengan kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis pada siswa kategori tinggi memperoleh rata-rata presentase total 62% dengan kriteria mampu.

C. Siswa Pada Kelompok Sedang

Tabel 5. Rata-rata dan kriteria kemampuan siswa kelompok sedang

Indikator Rata-rata Kriteria

Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis

63% Mampu

Kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual

70% Mampu

(9)

Kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir

41% Cukup Mampu

Kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis

31% Kurang Mampu

Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis terdapat 6 siswa yang termasuk kedalam kelompok sedang yaitu siswa dengan inisial HPA, ZLNC, AWA, VA, FAW, dan MFR. Pada grafik gambar 1 terlihat jelas bahwa siswa pada kelompok rendah dikatakan cukup mampu dengan presentase rata-rata tes kemampuan komunikasi matematis sebesar 51% yaitu dapat memenuhi dua indikator yang diujikan dengan benar.

Adapun indikator yang dimaksud diantaranya indikator kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis dengan mampu menyajikan langkah- langkah dalam menyelesaikan masalah pada soal dengan tepat dan benar memperoleh presentase 63%; indikator kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual dengan mampu membuat gambar secara visual dengan benar tetapi kurang lengkap memperoleh presentase 70%; indikator kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir dengan cukup mampu menyusun model matematis dengan tepat serta dapat menyelesaikan masalah dalam soal dengan baik dengan menyajikan langkah penyelesaian yang kurang lengkap dan hasil akhir benar memperoleh presentase 41%; dan indikator kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis dengan kurang mampu membuat kesimpulan secara tertulis dengan benar memperoleh presentase 31%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2020) dengan kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis pada siswa kategori sedang memperoleh rata-rata presentase total 57% dengan kriteria cukup mampu.

D. Siswa Pada Kelompok Rendah

Tabel 6. Rata-rata dan kriteria kemampuan siswa kelompok rendah

Indikator Rata-rata Kriteria

Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis

56% Cukup Mampu

(10)

Kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual

36% Kurang Mampu

Kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir

20% Belum Mampu

Kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis

17% Belum Mampu

Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis terdapat 4 siswa yang termasuk kedalam kelompok rendah yaitu siswa dengan inisial ASP, RAY, AWS, dan FHA. Pada grafik gambar 1 terlihat jelas bahwa siswa pada kelompok rendah dikatakan kurang mampu dengan presentase rata-rata tes kemampuan komunikasi matematis sebesar 32% yaitu belum dapat memenuhi keempat indikator yang diujikan.

Adapun indikator yang dimaksud diantaranya indikator kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis dengan cukup mampu menyajikan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah pada soal dengan tepat dan benar memperoleh presentase 56%; indikator kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual dengan kurang mampu membuat gambar secara visual dengan benar memperoleh presentase 36%; indikator kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir dengan belum mampu menyusun model matematis dengan tepat serta dapat menyelesaikan masalah dalam soal dengan baik dengan menyajikan langkah penyelesaian yang kurang lengkap dan hasil akhir benar memperoleh presentase 20%; dan indikator kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis dengan belum mampu membuat kesimpulan secara tertulis dengan benar memperoleh presentase 17%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2020) dengan kesimpulan bahwa siswa pada kategori rendah kurang mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan baik.

E. Siswa Pada Kelompok Sangat Rendah

Tabel 7. Rata-rata dan kriteria kemampuan siswa kelompok sangat rendah

(11)

Indikator Rata-rata Kriteria

Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis

38% Kurang

Mampu

Kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual

11% Belum Mampu

Kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir

20% Belum Mampu

Kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis

0% Belum Mampu

Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis terdapat 2 siswa yang termasuk kedalam kelompok sangat rendah yaitu siswa dengan inisial AMR dan SL. Pada grafik gambar 1 terlihat jelas bahwa siswa pada kelompok sangat rendah dikatakan belum mampu dengan presentase rata-rata tes kemampuan komunikasi matematis sebesar 17%

yaitu siswa belum dapat memenuhi keempat indikator yang diujikan.

Adapun indikator yang dimaksud diantaranya indikator kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis dengan kurang mampu menyajikan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah pada soal dengan tepat dan benar memperoleh presentase 38%; indikator kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika secara visual dengan belum mampu membuat gambar secara visual dengan benar tetapi kurang lengkap memperoleh presentase 11%; indikator kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir dengan belum mampu menyusun model matematis dengan tepat serta dapat menyelesaikan masalah dalam soal dengan baik dengan menyajikan langkah penyelesaian yang lengkap dan hasil akhir benar memperoleh presentase 20%; dan indikator kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis dengan belum mampu membuat kesimpulan secara tertulis dengan benar memperoleh presentase 0%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pane et al. (2018) dengan kesimpulan bahwa siswa pada kategori sangat rendah tidak memenuhi semua indikator kemampuan komunikasi matematis dengan benar, yaitu siswa belum mampu

(12)

menunjukkan ekspresi ide matematikanya melalui tulisan dengan baik, siswa belum mampu memahami, menginterprestasikan dan mengevaluasi ide matematika, serta siswa belum mampu menggunakan istilah, notasi, simbol dan strukturnya untuk menyajikan ide-ide matematika dengan benar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencapaian indikator mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal Teorema Pythagoras dan kriteria pada setiap kelompok adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok sangat tinggi adalah siswa yang sangat mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 83% yaitu mampu menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis; sangat mampu membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide, atau simbol matematika secara visual; sangat mampu membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir; dan mampu mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok tinggi adalah siswa yang mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 70% yaitu mampu menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis;

mampu membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide, atau simbol matematika secara visual; mampu membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir; dan mampu mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis.

3. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok sedang adalah siswa yang cukup mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 51% yaitu mampu menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis; mampu membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide, atau simbol matematika secara visual; cukup membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir; dan kurang mampu mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis.

(13)

4. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok rendah adalah siswa yang kurang mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 32% yaitu cukup mampu menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis; kurang mampu membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide, atau simbol matematika secara visual; belum mampu membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir; dan belum mampu mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis.

5. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok sangat rendah adalah siswa yang belum mampu memenuhi keempat indikator yang diujikan dengan rata-rata presentase total sebesar 17% yaitu kurang mampu menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis; belum mampu membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk ide, atau simbol matematika secara visual; kurang mampu membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir; dan belum mampu mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara tertulis.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D., Hartati, S., & Nurani, Y. (2019). Implementasi Metode Bercerita dan Harga Diri dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 404. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.224.

Ardi, M. A. (2020). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Setelah Pembelajaran Daring Siswa Kelas VII SMP. Unpublished. Thesis. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.

Arum, R. H. (2019). Efektivitas strategi pembelajaran aktif everyone is a teacher here ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Unpublished. Thesis. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.

Fajriah, N., & Nor, J. (2018). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi Teorema Pythagoras Di Kelas Viii Smp Negeri 15 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2016/2017. EDU-

MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 202–208.

https://doi.org/10.20527/edumat.v5i2.4648.

Fitriana, A. N. (2020). Analisis Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Turi. Unpublished. Thesis. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.

Hudoyo, H. (2005). Teori Belajar untuk Pengajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Moleong, L. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM.

Nurhayati, N. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Reciprocal Teaching Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Disposisi Matematis Siswa SMP. Universitas Pendidikan Indonesia. repository.upi.edu. perpustakaan.upi.edu.

Pane, N. S. P. S., Jaya, I., & Lubis, M. S. (2018). ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PENYAJIAN DATA DI KELAS VII MTs ISLAMIYAH MEDAN T.P 2017/2018 Oleh: AXIOM : Jurnal Pendidikan dan

(14)

Matematika, 7(1), 97–109. https://doi.org/10.30821/axiom.v7i1.1779.

Rakhmahwati, N. M., Paridjo, P., & Sholikhakh, R. A. (2019). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Model Reciprocal Teaching Pada Materi Kubus Dan Balok. JIPMat, 4(2), 153–162. https://doi.org/10.26877/jipmat.v4i2.4238.

Romika & Amalia, Y. (2014). Analisis kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Dengan Teori Van Hiele. Jurnal Bina Gogik Volume 1 No. 2, 17-31.

Susanto, A. (2016). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

Widayanti, E., & Anggraeni, S. A. (2019). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Da-Lam Menyelesaikan Soal Open Ended Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas Vii Smp.

Transformasi : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika, 3(02), 115–128.

https://doi.org/10.36526/tr.v3i02.754.

Referensi

Dokumen terkait

Giberelin merupakan hormon pertumbuhan yang terdapat pada organ-organ tanaman yaitu pada akar, batang, tunas, daun, tunas bunga, bintil akar, buah dan  jaringan

Jumlah kegiatan pemantapan nilai Bhinneka Tunggal Ika Kegiatan Jenis kegiatan pemantapan kesatuan bangsa lainnya Jenis Jumlah kegiatan pemantapan kesatuan bangsa lainnya Kegiatan

IKI30320 Kuliah 10 10 Okt 2007 Ruli Manurung Knowledge- based agent Contoh: Wumpus World Logic Propositional logic Metode pembuktian Ringkasan Outline 1 Knowledge-based agent. 2

Metode analis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.Analisis linier berganda ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara

Dari hasil penelitian metode Mackintosh Probe tidak bisa dipakai untuk prediksi kuat geser tanah pada jenis tanah lanau/organik dengan kadar air yang tinggi..

Berdasarkan data dari D i nas Kesehatan Kabupaten Nunukan, pada tahun 2007 AMI (Annual Malaria Incidence) Kabupaten Nunukan sebesar 22,85 per 1000 penduduk dengan

Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-Heksana) terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit (Suratmin Utomo).. PENGARUH KONSENTRASI

Setelah dilakukan penelitian, peneliti menemukan keunggulan-keunggulan dari strategi active sharing knowledge pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu yang pertama