PENGARUH GIBERELIN TERHADAP
PENGARUH GIBERELIN TERHADAP
PERPANJANGAN
PERPANJANGAN
BATANG
BATANG
Oleh: Oleh: Mutiari
Mutiari Diyah Diyah Febriani Febriani B1A015053B1A015053 Mega
Mega Lestari Lestari B1A015059B1A015059 Rahma
Rahma Adilah Adilah B1A015074B1A015074 Agung
Agung Wiriat Wiriat Putra Putra Pratama Pratama Hadi Hadi B1A015100B1A015100 Rombongan
Rombongan : : VIIVII Kelompok
Kelompok : : 44 Asisten
Asisten : : Febika Febika RamadhaniRamadhani
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO PURWOKERTO 2017 2017
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan zat pengatur pertumbuhan yang berupa senyawa organik bukan hara yang dalam jumlah tertentu aktif merangsang dan memacu pertumbuhan seperti mempercepat pembungaan dan mempertinggi kemampuan berakar pada proses penyetekan ataupun dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan ( Retardan). Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu hormon tumbuh yang mempengaruhi proses fisiologis. Pengaturan pertumbuhan ini dilakukan dengan cara pembentukan hormon-hormon yang sama, mempengaruhi sintesis hormon internal, perusakan translokasi atau dengan cara perubahan tempat pembentukan hormon (Kusumo, 1990). Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi yang rendah dapat mendorong,menghambat atau secara kualitatifmengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman . Salah satu zat pengatur tumbuh yang sering digunakan adalah giberelin yang banyak berperan dalam mempengaruhi berbagaiproses fisiologi tanaman. Giberelin eksogen yang umum digunakan dan tersedia di pasaran adalah GA3 (giberelin-3), yang dikenal juga dengan nama asam giberelat (Asram 2014).
Hormon tumbuh ada yang bersifat alami dan ada yang bersifat sintesis. Giberelin merupakan hormon tumbuh pada tanaman yang bersifat sintesis dan berperan mempercepat perkecambahan. Giberelin merupakan hormon pertumbuhan yang terdapat pada organ-organ tanaman yaitu pada akar, batang, tunas, daun, bintil akar, buah, dan jaringan khusus. Penggunaan giberelin untuk mempercepat perkecambahan telah banyak dilakukan. Giberelin merupakan senyawa organik yang berperan penting dalam proses perkecambahan, karena dapat mengaktifkan reaksi
enzimatik di dalam benih (Wilkins, 1989).
Giberelin pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan sel, pembelahan dan pembesaran sel (Zummermar, 1961). Giberelin dapat merangsang pertumbuhan batang, dan dapat juga meningkatkan besar daun beberapa jenis tumbuhan, besar bunga dan buah. Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah (2-40C) pada tanaman (Kusumo, 1990),
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengaruh Giberelin Terhadap Perpanjangan Bata ng adalah :
1. Untuk mengetahui konsentrasi Giberelin mempecepat fase generatif menjadi vegetative yang efektif dalam merangsang pertumbuhan tanaman. Khususnya terhadap perpanjangan batang
II. TELAAH PUSTAKA
Giberelin adalah hormon pertumbuhan yang terdapat pada organ-organ tanaman yaitu pada akar, batang, tunas, daun, bintil akar, buah, dan jaringan halus. Giberelin dapat merangsang pertumbuhan batang dan juga dapat meningkatkan besarnya daun pada beberapa jenis tumbuhan. Giberelin dapat pula menggantikan perlakuan suhu rendah (20-40C) pada tanaman yang membutuhkan perlakuan tersebut bagi pembungaan (Heddy, 1986). Giberelin mempercepat munculnya tunas di permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena GA3 memacu aktivitas enzim-enzim
hidrolitik khususnya α-amilase yang menghidrolisis cadangan pati sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas supaya bisa tumbuh lebih cepat (Jacobsen et al ., 1995). Asam giberelat mempunyai nama kimia 2,4,7-trihidroksi-1-metil-8 methylenegib-3-ena-1,10-dikarboksilat 1,4 asam a-lakton yang sering dimanfaatkan dalam tanaman padi. GA3 merupakan promotor pertumbuhan tanaman yang umum
digunakan pada tanaman. Senyawa asam karboksilat yang diproduksi oleh GA3
dapat dihasilkan dari fermentasi jamur Gibberella fujikuroi yang terendam atau dalam bentuk substrat padat (Syahputra et al ., 2013).
Menurut Salisbury (1992), beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan yaitu sebagai berikut :
1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. 4. Berperan pada pemanjangan sel.
5. Berperan pada proses partenokarpi, yaitu proses pembentukan buah yang terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan.
Mekanisme pemberian zat pengatur tumbuh giberelin terhadap perpanjangan sel melalui peningkatan kadar auksin yaitu giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor atau pembentuk auksin) s ehingga kadar auksin meningkat. Giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu
senyawa yang menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak auksin. Giberelin merangsang terbentuknya enzim α -amilase dimana enzim ini akan menghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih banyak lagi masuk ke sel sehingga sel memanjang (Sukamto, 2011). Giberelin bekerja pada gen dengan menyebabkan aktivasi gen-gen tertentu. Gen-gen yang diaktifkan akan membentuk enzim-enzim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetik (penampilan atau kenampakan tanaman). Giberelin pada dasarnya mendorong pembelahan sel, terutama di bagian meristem pucuk, sedangkan IAA mendorong diferensiasi sel. Zat pengatur tumbuh tersebut mendorong pembentukan jaringan kayu, tetapi kegiatan secara kualitatif berbeda dan kuantitatif keduanya mendorong pertumbuhan maksimum (Salisbury, 1992).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Minggu Gambar 0 1 2 TABEL ANNOVA
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit
F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 3 257.1095 85.70317 1.238194 ns 3.24 5.29 Galat 16 1107.46 69.21625 Total 19 1364.57 LSD 11.86049
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa pemberian giberelin pada konsentrasi tertentu memberikan efek non signifikan terhadap perpanjangan batang tanamantomat. Tinggi tanaman tomat yang diberi perlakuan giberelin dengan konsentrasi tertentu menghasilkan Fhit< Ftab, yaitu Fhit1,238194, Ftab(0,05) 3,24 dan
Ftab(0,01) 5,29. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sundahri (2014), yang menyatakan
bahwa penggunan hormon giberelin dapat meningkatkan pertambahan tinggi tanaman. Pemberian giberelin eksogen dapat efekti apabila diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tomat. Aplikasi hormon giberelin dengan konsentrasi yang terlalu rendah dan frekuensi rendah tidak efektif begitupula dengan konsentrasi tinggi dan frekuensi tinggi dapat mengambat pertumbuhan dan produksi tomat.
Giberelin merupakan hormon pertumbuhan yang terdapat pada organ-organ tanaman yaitu pada akar, batang, tunas, daun, tunas bunga, bintil akar, buah dan jaringan khusus. Respon terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel. Giberelin juga dapat merangsang pertumbuhan batang dan dapat juga meningkatkan besar daun beberapa jenis tumbuhan, besar bunga dan buah. Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah (2-4 derajat celcius) pada tanaman (Kusumo, 1990).
Giberelin aktif pada tanaman utuh. Biji biasanya berkecambah dengan segera bila diberi air dan udara yang cukup, mendapat suhu pada kisaran yang memadai dan pada keadaan tertentu mendapat periode terang dan gelap yang sesuai. Tetapi pada sekelompok tumbuhan yang bijinya tidak segera berkecambah meskipun telah diletakan pada kondisi kandungan air, suhu, udara dan cahaya yang memadai. Perkecambahan tertunda selama beberapa hari hari, minggu atau mungkin beberapa bulan. Tetapi dengan adanya giberelin dormansi dapat dipatahkan (Prawiranata et al., 1989). Menurut (Kusumo, 1990) ada beberapa macam giberelin yaitu GA1, GA2, GA3, GA4 dan menurut keaktifannya adalah GA3, GA, GA2 dan GA4.
Menurut Fernie and Willmitzer (2001), giberelin berfungsi dalam proses pemanjangan batang. Pemberian giberelin dengan konsentrasi yang semakin tinggi akan mempercepat proses pemanjangan batang. Pemberian Giberelin dalam jangka waktu yang periodik dapat mempertahankan laju pertumbuhan optimum. Namun, hal
ini sangat bergantung pula dengan pengaruh genetis. Tumbuhan yang sudah bersifat tinggi sangat sulit untuk memberikan efek giberelin, begitupun sebaliknya. Laju pertumbuhan yang kurang optimum pasca pemberian giberelin sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan seperti penyiraman, pH tanah, suhu dan hara. Penyiraman dianggap faktor lingkungan berpengaruh, karena sistem pengangkutan giberelin secara vasikuler dan parenkim sehingga air disini sangat perlu untuk membuka atau melonggarkan ikatan vaskuler dan dinding sel target, sedangkan penyiraman dan air hujan yang langsung menetes ke bagian yang diberi giberelin akan melindihkan hormon sehingga akan terdegradasi dan terbawa air ke tanah. pH dan suhu serta hara berpengaruh terhadap proses fotosintesis dan respirasi yang secara langsung akan menghasilkan energi guna mentransport giberelin ke sel-sel target.
DAFTAR REFERENSI
Agustin, E.K, dan P. Aprilianti. 2011. Pengaruh Pemakaian Hormon Tumbuh GA3
(Giberelin Acid) terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Biji Verschaffeltia Splendida H.A. Wendl . Berk. Penel . Hayati Edisi Khusus, 7A: 157 – 160.
Andrianto dan Indarto . 2004. Budidaya Tanaman Kedelai. Intan Pariwara, Klaten. Asra, Revis.2014. Pengaruh Hormon Giberelin (GA3) Terhadap Daya Kecambah dan
Vigoritas Calopogonium caeruleum. jurnal Biospecies. Vol 7(1), pp. 29-33 Fernie, A.R. and L. Willmitzer. 2001. Molecular and biochemical triggers of potato
tuber development. Plant Physiology 127: 1459-1465. Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Jacobsen, J.V., F. Gubler and P.M. Chandler. 1995. Gibberellin Action in Germinated Cereal Grains. In 'Plant Hormones Physiology, Biochemistry and Molecular Biology'. (Ed PJ Davies) pp. 246-271. Kluwer Academic Publisher, Dordrecht.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV Yasaguna, Bogor. Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology 3th. ITB, Bandung.
Sukamto, L. A. 2011. Partenokarpi: Buah Tanpa Biji - Apa, Mengapa dan Bagaimana [Parthenocarpy: Seedless Fruit - What, Why and How]. Berita
Biologi. Vol. 10 (4): 549-555.
Sundahri, Hardiyanti, Sutiyono. 2014. Efektivitas Pemberian Giberelin Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tomat. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol 14(1), pp. 42-47
Syahputra, S.A. Bambang, Uma Rani Sinniah, Syed Omar Syed Rastan, and Mohd. Razi Ismail. 2013. Determination of Changes in Gibberellic Acid (Ga3) Content in Oryza sativa Due to Paclobutrazol Treatment. Journal Food Pharm.Vol. 1, pp. 14-17.
Wilkins, M.B., 1989. Fisiologi Tanaman Cetakan Kedua. Bina Aksara, Jakarta. Zummermar, P.W. 1961. Plant Growth Regulation. The Lowa State University