• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA SIMBOLIK RAGAM HIAS SARUNG TENUN TRADISIONAL DESA TERNATE KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKNA SIMBOLIK RAGAM HIAS SARUNG TENUN TRADISIONAL DESA TERNATE KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SIMBOLIK RAGAM HIAS

SARUNG TENUN TRADISIONAL DESA TERNATE KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

MUHLIS AMSIDI 105411100416

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

vii

(3)

viii

(4)

ix

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Jika kamu mempunyai impian, lakukanlah dengan sungguh-sungguh, tanamkan dalam dirimu bahwa tidak ada yang tidak mungkin, jika jalan nya sulit, jangan menyerah cari jalan lain.

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku atas keiklasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(5)

x ABSTRAK

MUHLIS. 105411100416. 2021. “Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor NTT”. Skripsi Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penelitian ini dapat memberika gambaran yang jelas, benar dan lengkap tentang makna simbolik ragam hias sarung tenun tradisional desa Ternate kecamatan alor barat laut kabupaten alor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penganalisasian data dilakukan dengan cara yaitu hasil observasi (pengamatan), wawancara (interview), dokumentasi (foto) dikumpulkan lalu diadakan kategorisasi data dengan merangkum data-data yang dianggap penting, kemudian disusun menjadi bagian-bagian untuk diperiksa kebenarannya dan selanjutnya diadakan penafsiran data. Berdasarkan hasil penelitian tentang makna simbolik ragam hias sarung tenun Desa Ternate Kecamatan Abal, Kabupaten Alor NTT, bahwasanya ragam hias yang berada di Desa Ternate memiliki 34 motif hingga saat ini, dan tidak mentup kemungkinan jumlah motif akan terus bertambah seiring perkembangan zaman.dari ke 34 motif tersebut, ada beberapa motif yang berasal dari leluhur, yaitu motif Baololong, Ikang peikela, Tablolong, Gajah, Moko, dan Pelinta. Dari keenam motif tersebut masing- masing memiliki arti dan makna yang terkandung di dalamnya, dan arti dan makna tersebut tidak jauh-jauh dari cerita tentang kehidupan leluhur masyarakat desa Ternate. Dari keenam motif, motif yang tertua adalah motif Baololong dan motif yang paling terkenal adalah motif Gajah. Untuk masalah pewarnaan, ada yang mengikuti warna objek asli, ada juga yang mengikuti suasana hati sesuai selera penenun itu sendiri. Kain tenun desa Ternate biasa digunakan untuk acara adat (perkawinan dan pemakaman). Kain tenun tradisional desa Ternate adalah merupakan warisan dari leluhur yang sangat penting dan harus di jaga kelestarian serta keasliannya, untuk itu diharapkan kepada semua unsur yang terkait dan khususnya generasi muda diharapkan untuk tetap mengetahui dan mempelajari tentang tenunan khususnya desa Ternate agar warisan leluhur ini bisa semakin eksis dan berkembang mengikuti zaman.

Kata kunci: motif, simbolik, ragam has

(6)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaiku, Wr. Wb

Alhamdulillah, kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan kuasa-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagai persyaratan akademis. Dari awal hingga ahir penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan tantangan, namun semua itu dapat diselesaikan berkat ketekunan dan kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak serta petunjuk dari dosen pembumbing.

Sebuah kata yang mampu membat bertahan yakni semangat hingga segala tantangan mampu di taklukkan sampai akhir penyelesaian penulisan skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor NTT”.

Dengan penuh kerendahan hati tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. A. Baetal Mukaddas S.Pd., M.Sn. Ketua Prodi Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

xii

4. Makmun S.Pd., M.Pd. Sekertaris Program studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Muh. Faisal, S.Pd., M.Pd. Selaku pembimbing I.

6. Nurul Inayah Aniskamah, S.Pd., M.Sn. Selaku pembimbing II.

7. Para Dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan, baik dalam perkuliahan maupun dalam menyusun skripsi ini . 8. Keluarga khususnya, kedua orang tua yang dengan tulus dan penuh kasih

sayang mendoakan dan mendukung masadepan dan cita-cita yang ingin di saya gapai.

9. Segenap rekan-rekan mahasiswa dan sahabat serta kakak-kakak seniorku yang telah mendukung kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini senantiasa penulis harapkan. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat

Assalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh

Makassar, November 2021

Penulis

(8)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

SURAT PERNYATAAN ...v

SURAT PERJANJIAN ...vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR SKEMA ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...3

D. Manfaat Penelitian ...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka ...5

B. Kerangka Pikir ...14

(9)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...15

B. Lokasi Penelitian …...15

C. Subjek dan Objek Penelitian …...16

D. Variabel Penelitian ...17

E. Desain Penelitian ...17

F. Defenisi Operasional Variabel ...19

G. Metode Pengumpulan Data …………...………19

H. Teknik Analisis Data ……….20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...21

B. Pembahasan ...28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...43

B. Saran ...44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(10)

xv

DAFTAR SKEMA

Skema Uraian Halaman

Skema 1. Kerangka Pikir ...14 Skema 2. Desain Penelitian ...18 Skema 3. Model analisis Data Interaktif Miles dan Humberman ……….20

(11)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Uraian Halaman

Gambar 1. Motif Ragam Hias Geometris ...9

Gambar 2. Motif Ragam Hias Flora ...10

Gambar 3. Motif Ragam Hias Fauna ...10

Gambar 4. Motif Ragam Hias Figuratif ...11

Gambar 5. Sarung Tradisional Kab. Alor NTT Motif Gajah ...12

Gambar 6. Sarung Tradisional Kab. Alor NTT Motif Buah Kenari ...13

Gambar 7. Sarung Tradisional Kab. Alor NTT Motif Daun Beringin...13

Gambar 8. Lokasi Penelitian ...15

Gambar 9. Ragam Hias Motif Baololong ...20

Gambar 10. Ragam Hias Motif Ikang Peikela ...23

Gambar 11. Ragam Hias Motif Tablolong ...24

Gambar 12. Ragam Hias Motif Gajah ...25

Gambar 13. Ragam Hias Motif Moko ...25

Gambar 14. Ragam Hias Motif Pelinta ...26

Gambar 15. Ragam Hias Baololong…...29

Gambar 16. Ragam Hias Ikang Peikela……….30

Gambar 17. Ragam Hias Tablolong………..….32

Gambar 18. Ragam Hias Gajah………..33

Gambar 19. Ragam Hias Moko………..34

Gambar 20. Ragam Hias Pelinta………....36

Gambar 21. Gambar Ragam Hias Baololong ...38

Gambar 22. Gambar Ragam Hias Ikang Peikela ...38

(12)

xvii

Gambar 23. Gambar Ragam Hias Tablolong ...39

Gambar 24. Gambar Ragam Hias Gajah ...40

Gambar 25. Gambar Ragam Hias Moko ...41

Gambar 26. Gambar Ragam Hias Pelinta ...42

Gambar 27. Penenun Suku Umatukang ...51

Gambar 28. Ibu Desa Dan Kepala Suku Umatukang ...51

Gambar 29. Penenun Suku Umatukang ...52

Gambar 30. Penenun Suku Umatukang...52

Gambar 31. Penenun Suku Umatukang ………53

Gambar 32. Penenun Suku Umatukang……….53

Gambar 33. Penenun Suku Umatukang……….54

Gambar 34. Penenun Suku Umatukang……….54

Gambar 35. Penenun Suku Umatukang……….55

Gambar 36. Dinas Parawisata Alor …..……….55

(13)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Uraian Halaman

Format Wawancara ...49 Daftar Responden ...50 Studi Dokumentasi ...51 Persuratan

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat beberapa kabupaten yang memiliki sarung tenun sebagai karakter mereka salah satunya adalah Alor.

Alor memiliki luas kurang lebih 2.864,64 km2 yang terdiri dari 17 kecamatan.

Secara geografis, keadaan wilayah merupakan wilayah pegunungan yang dikelilingi oleh lembah dan ngarai. 63, 94% dari luas wilayah Kabupaten Alor merupakan luasan lebih dari 40 lereng. Alor termasuk Kabupaten yang juga ambil andil pada panggung sejarah dan kebudayaan di provinsi NTT, melihat perjalanan sejarah dari jejak arkeologi yang ditinggalkan para pencetak sejarah hingga tradisi yang dilakukan masyarakat Alor.

Sarung Tenun yang dikembangkan oleh semua suku di NTT adalah karya seni Tradisional nenek moyang yang dijaga dan dipelajari secara dari generasi ke generasi. Dan turun temurun. Sarung tenun ini memiliki banyak fitur tradisional dan budaya seperti pakaian sehari-hari, pakaian tari, upacara adat, penghargaan upacara kematian, metode pembayaran denda tradisional, alat tukar (uang), dll. Memiliki fungsi, alat rasa terima kasih kepada tamu. , alat untuk menahan bencana, sebagai simbol kelas sosial.

Di masyarakat NTT, sarung tenun dianggap sebagai aset berharga karena sangat kompleks dan memakan waktu untuk pembuatannya. . Sarung tenun berbeda tidak hanya dalam motifnya, tetapi juga dalam proses produksinya: tenunnikat, tenunnbuna serta tenunnsotis.

(15)

Sarung tenunnikat yaitu sarung tenunnikat karena melibatkan proses pengikatan benang untuk dijadikan motif. Sedikit berbeda dengan negara- negara lain di dunia yang menggunakan benang pakan (benang yang melintasi lusi saat menenunnkain), masyarakat NTT menenun denganncara mengikati benang lusi. Tenunnikat adalah teknik pembuatan kain dengancara mengikatnya membentuk pola dengan tali plastik sebelum dicelupkan ke dalam cat (Kartiwa, 2008).

Ada tiga jenis tenun ikat, yaitu tenun lusi, dan bentuk dekoratif kain ikat terdapat di bagian depan benang lusi. Tenunan dasi pakan di mana bentuk dekoratif dasi pada kain tenun ditemukan di pakan. Tenunan ganda atau ikat ganda, suatu bentuk kain dekoratif, diperoleh dengan mengikat benang pakan dan benang lusi (Kartiwa, 2008).

Dominasi satwa laut sebagai motif utama Ikat sebenarnya merupakan gambaran kehidupan nelayan di Kepulauan Ternate Kabupaten Alor di Ternate Besar (Pulau Ternate) dan Ternate Kecil (Pulau Buaya). Nelayan Ternate hampir setiap hari menghadap ke laut, dan Kota Ternate dikenal sebagai pulau kecil yang terletak di antara pulau Alor dan Pantar dan Pura.

Sarung tradisional tidak luput dari prasakarsa pembuatnya yang sarat akan makna, makna yang disematkan kemudian menjadi hal spesial pada sebuah “karya” sehingga menarik untuk diselami untuk menemukan titik temu antara pembuat dan penikmat. Hal yang mendasar pada penilaian atau sekedar menikmati adalah melihat dari keindahannya,

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis berkeinginan untuk meneliti “Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun

(16)

3

Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor NTT”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan hasil penelitian mengenai Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor di provinsi Nusa Tenggara Timur sekaligus mempublikasikan paada masyarakat bahwa sarung tradisional ini adalah warisan budaya yang harus kita jaga dan diharapkan bisa menumbuhkan rasa keingintahuan kembali tentang kain sarung tenun tradisional dan menciptakan minat dan bakat-bakat baru masyarakat Alor Nusa Tenggara Timur agar tumbuh kembali hasrat menciptakan karya-karya baru dan terus melestarikan warisan budaya, tetap eksis di zaman yang semakin berkembang.

B. Rumusan Masalah

1. Jenis-jenis Ragam Hias apasaja yang terdapat pada Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur?

2. Apa makna simbolik yang terdapat pada Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendekripsikan jenis-jenis ragam hias sarung tenun tradisional desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

2. Mendeskripsikan makna simbolik yang terdapat pada sarung tenun Tradisional desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

(17)

D. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui jenis-jenis ragam hias sarung tenun tradisional desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

2. Mengetahui makna simbolik yang terdapat pada sarung tenun tradisional desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

3. Menambah hasil penelitian mengenai makna simbolik ragam hias yang terdapat pada sarung tenun tradisional desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

(18)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Pada kajian pustaka ini penulis akan memberikan beberapa deskripsi teori, diharapkan mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan judul.

Adapun deskripsi-deskripsi teori yang disampaikan adalah:

1. Kajian Relevan

a. Penelitian tentang Makna Simbolik Ragam Hias pernah dilakukan oleh Sunandar Irwan (2015) dengan judul “Makna Simbolik Ragam Hias Batik Pada UKM Riandah Silk di Desa Tanah Pute Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo”. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan tehnik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian merupakan penelitian sendiri.

b. Imlan Alim (2017) “ Makna Simbol Sarung Tenun Leja Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton”. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini membahas tentang makna simbol sarung tenun leja di Kecamatan Wabula Kabupaten Buton.

c. Andi Shela Farhatunnisa ( 2018 ) “ Kajian Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Bira Kabupaten Bulukumba ”. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini membahas tentang proses pembuatan sarung tradisional bira, bentuk motif dan makna motif ragam hias sarung tenun tradisional Bira.

(19)

Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dengan judul “Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur” memiliki persamaan dan perbedaan, kesamaannya yaitu terdapat pada subjek yang diteliti yaitu sarung sedangkan perbedaannya terdapat pada simbol ragam hias dari daerah masng- masing yang berbeda beda.

Untuk memperjelas tujuan teoritis penelitian, bagian ini menjelaskan kerangka kerja yang dapat menjadi titik awal untuk melakukan penelitian.

Kerangka yang dipertimbangkan adalah teori yang mengkaji berbagai sumber kepustakaan yang relevan dengan masalah yang harus ditulis oleh peneliti.

2. Tinjauan simbol dalam seni rupa

WJS Poerwadarwinta (1976: 556) Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan "Tanda atau lambang adalah sesuatu seperti tanda, gambar, kata, ikon, dll, yang mewakili sesuatu yang memiliki tujuan tertentu. Misalnya, putih melambangkan kesucian."

Menurut Sumardjo (2006: 46) mengatakan bahwa.

Setiap unsur simbol memiliki tempatnya bahkan simbol-simbol yang mengambil reverensi faktualpun harus dikembalikan kepada polanya, apakah pola dua, tiga, empat semua memiliki strukturnya dan, apakah dibawah, diatas, dikiri, atau di kanan, berhadapan atau berlawanan, pola demikian serimg di abaikan dalam membaca makna rasional simbol seni di Indonesia.

(20)

7

Menurut Arthur Asa Berger (2005: 24) mengatakan bahwa Simbol memiliki berbagai arti dan definisi, yaitu

(a) Biasanya merupakan tanda yang terlihat. Fungsinya adalah untuk menggantikan ide atau objek tertentu, (b) Sebuah kata, tanda, atau isyarat yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang lain, seperti makna, kualitas, abstraksi, ide, objek, dll, (c) Segala sesuatu yang bersifat material berdasarkan kesepakatan umum atau adat atau kebiasaan. Misalnya, lampu merah pada lampu lalu lintas menunjukkan perintah berhenti, (d) Tanda umum yang menunjukkan bahwa suatu komunitas atau individu telah menciptakan sesuatu dengan makna tertentu, dan merupakan standar yang disepakati atau digunakan oleh anggota komunitas.

Menurut DeVito (1997:7122) menyatakan.

Makna merupakan proses aktif karena tercipta melalui kerjasama antara pengirim dan penerima, pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca. Interaksi antara orang-orang yang termasuk dalam kelompok budaya membentuk simbol-simbol penting. Makna yang sama hanya terbentuk ketika ada pengalaman yang sama di antara orang-orang dari suatu kelompok budaya. Orang dapat berkomunikasi satu sama lain karena mereka memiliki arti yang sama.

Menurut Ali Imron (2011: 2) mengatakan bahwa.

Kehidupan manusia penuh dengan simbol dan tanda, dan dengan media ini proses kehidupan menjadi lebih efisien. Simbol-simbol ini menjadi perantara dalam komunikasi manusia antara satu sama lain dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dunia.

3. Ragam Hias

Menurut Soepratno (1997: 2) mengatakan bahwa arti lainnya dari dekorasi adalah dekorasi. Ornamen berasal dari bahasa Yunani “ornaire” yang berarti hiasan atau hiasan. Hiasan atau ornamen itu sendiri terdiri dari beberapa macam motif, dan motif tersebut digunakan untuk menghias apa yang ingin kita hias. Jadi motif adalah dasar untuk mendekorasi sesuatu ornament.

(21)

Menurut Sunaryo (2010:514) “Motif adalah unsur utama suatu ornamen, dan ornamen adalah ornamen atau komponen yang ditambahkan sebagai ornamen.”

Menurut Toekio M (1987: 9) mengatakan bahwa, “Setiap ornamen memiliki makna memainkan peran penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Hiasan itu sendiri menangkap sistem budaya masyarakat yang dominan.”

Menurut Subekti (20100: 76), “Motif hias pada hakikatnya ada dua macam, yaitu motif geometris dan motif naturalistik. Sedangkan menurut subjeknya, motif hias terdiri dari motif tumbuhan, hewan dan manusia.

MenurutiSoegongi(19871:332) mengatakan bahwa macamomotif Varietas hias Indonesia antara lain.

(a) Motif hias geometris. Pada motif hias geometris ini, setiap guratan berperan, dan Anda dapat merasakan perpaduan antara garis lurus dan lengkung serta guratan tajam, keras, ringan dan tipis sehingga membentuk suatu bentuk yang sangat indah. Motif hias geometris ini banyak digunakan untuk sudut, pengisi bagian aus (permukaan), batang dan juga digunakan sebagai hiasan arsitektural, (b) Tanaman hias. Motif-motif tanaman hias memiliki banyak sumber utama, baik dari tumbuhan alam maupun dari tumbuhan. Pola yang digunakan diwujudkan dengan menggabungkan objek asli berupa daun, bunga, pohon dan buah-buahan dalam komposisi simetris berupa gambar (c) Motifihias makhlukohidup. Motif hias makhluk ini menggunakan motif yang berbeda dari dua motif hias sebelumnya, yang menggunakan benda bergerak yaitu manusia dan hewan. Manusia dan hewan menawarkan beberapa bentuk motif hias yang tak kalah indah dari dua motif0sebelumnyai.m

(22)

9

MotifiiRagam Hias Menurut0Sukarman (1982:12.13), dijelaskan sebagai berikut.

(a) Motif hias geometris adalah bentuk tertua dan meliputi rebana, liku-liku, swastika dan siklus, (b) Ada berbagai jenis menurut motif hias tumbuhan, penggambaran motif tumbuhan dalam seni hias, pandangan hidup dan persepsi pengaruh lingkungan, (c) Motif hias hewan adalah makhluk yang dapat bergerak seperti manusia tetapi bukan tumbuhan. Kalau dulu motif tumbuhan hias dirunut dan motifnya ditata sedemikian rupa sehingga bentuk dan jenisnya nyaris tidak bisa dikenali, motif binatang, seperti monyet, ditata sedemikian rupa namun tetap bisa dikenali dari bentuk dan jenisnya. harimau, gajah, dll, (e) Motif hias manusia, seseorang sebagai objek, atau salah satu motif hias dalam bidang dekorasi memiliki beberapa unsur yang dapat menjadi sumber kreasi baik secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Misalnya, penyamaran atau topeng berisi bagian tubuh manusia yang terpisah, (f) Motif hias imajiner merupakan hasil kreativitas dan imajinasi pencipta. Misalnya Kinarikinari, Kala, Kalamakara, putri duyung, wujud setan yang digambarkan dalam boneka Purvo, arca Durga berlengan delapan, atau berlengan empat.

Contoh gambar jenis-jenis Ragam Hias:

1. Ragam Hias Geometris

Gambar 1. Contoh Motif Ragam Hias Geometris (Sumber: https // www.google.com/Mikirbae.com)

(23)

2. Ragam Hias Tumbuh-tumbuhan

Gambar 2. Contoh Motif Ragam Hias Flora (Sumber: https // www.google.com/Mikirbae.com)

3. Ragam hias Hewan

Gambar 3. Contoh Motif Ragam Hias Fauna (Sumber: https // www.google.com/Mikirbae.com)

(24)

11

4. Ragam Hias Manusia

Gambar 4. Contoh Motif Ragam Hias Figuratif (Sumber: https // (www.google.com/Mikirbae.com)

5. Sarung Tradisional a. Pengertian Sarung

Dalam KBBI (22002:5720),s“Sarong adalah sepotong kain panjang yang dijahit ke ujung dan ujungnya. Sarung adalah kain lebar yang dikenakan di pinggang untuk menutupi tubuh bagian bawah dari pinggang”.

Suwati Kartiwai (1987) menarik kesimpulan sebagai berikut.

Sarung adalah kain berbentuk tabung yang dikenakan oleh pria dan wanita dari dada hingga pinggang dan bawah. Pengertian umum sarung adalah sehelai kain panjang yang dijahit pada kedua sisinya membentuk tabung yang digunakan untuk membungkus perut sepanjang mata kaki. Sarung dapat digunakan baik oleh pria maupun wanita untuk keperluan tradisional dan sehari-hari.

b. Pengertian Tradisional

Tradisional adalah sesuatu kebiasaan yang berasal dari leluhur yang diturunkan secara turun temurun dan masih banyak dijalankan oleh

(25)

masyarakat saat ini, Karena ini adalah warisan nenek moyang kita, yang tradisional ditentukan olehrbudaya di mana iapdilahirkan.

“Pemahaman tradisional adalah rumus, metode, atau konsep yang pertama kali digunakan oleh banyak orang pada suatu waktu”. (Imtimah:

2007).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Sarung Tradisional adalah kain sarung Itu berasal dari nenek moyang yang diturunkan dari generasi ke generasiiidantimenjadi warisan budaya yang dijalankan masyarakat hingga saat ini.

a. Jenis-jenis sarung tradisional Kab. Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur:

Gambar 5. Contoh Sarung Tradisional Kab. Alor NTT motif Gajah (Sumber: https // www.google.com/Produktenunalor.blogspot.com)

(26)

13

Gambar 6. Contoh Sarung Tradisional Kab. Alor NTT motif buah kenari (Sumber: https // www.google.com/Produktenunalor.blogspot.com)

Gambar 7. Contoh Sarung Tradisional Kab. Alor NTT Motif Daun Beringin (Sumber: https // www.google.com/Produktenunalor.ablogspot.com)

(27)

B. KerangkaLpikir

Dengantmelihatobeberapaokonsepoatau teorioyang terlah diuraikanI pada kajianLpustakaL,maka Anda dapat membuat struktur atau skema yang dapat digunakan sebagai referensi konseptual berpikir tentangLMakna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

Penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Skema 1. Kerangka Pikir Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate

Alor NTT

Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional

Desa Ternate Alor NTT

Hasil Penelitian Jenis – Jenis Ragam Hias

Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Alor NTT

Pulau Ternate

Desa Ternate

(28)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Kajian penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta dan karakteristik suatu populasi atau wilayah atau sektor tertentu (Ismyanto, 2003). Sebaliknya, menurut (Azwar, 1997: 5), dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, perhatian khusus diberikan untuk menganalisis proses penalaran deduktif dan penalaran induktif, dan menganalisis dinamika fenomena yang diamati dengan menggunakan metode ilmiah.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di pulau Ternate Desa ini terletak di kecamatanAAloroBarat Laut, wilayah Alor, provinsi NusaaTenggaraaTimur.

Berikut gambar lokasinya:

Gambar 8. Gambar Pulau Ternate Kab. Alor NTT.

(Sumber Gambar Peta Muhlis 2021)

(29)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Objekk

Menurut Supriati (2012:038), “Subjek penelitian adalah variabel yang dipelajari oleh peneliti di lokasi di mana penelitian itu dilakukan.” Ada dua subjek penelitian.

a) Macam-macam Ragam Hias yang terdapat pada sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

b) Makna simbolik yang terkandung dalam sarung tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

2. Subjek.

Menurut Aricunto (2007:1152), “Topik ini menempati tempat yang sangat penting dalam penelitian, sehingga topik penelitian harus disusun sebelum peneliti siap mengumpulkan data. Subjek penelitian dapat berupa objek, objek, atau orang”.

Ada tiga topik penelitian:

a) Dinas Parawisata Alor Nusa Tenggara Timur.

Dinas Parawisata Alor Nusa Tengara Timur adalah instansi pemerintahan yang dapat dijadikan sebagai narasumber untuk menjawab permasalahan mendasar seperti mengidentifikasi jenis-jenis ragam hias yang terdapat pada sarung tenun tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggar Timur

b) Tokoh masyarakat setempat.

Tokoh Masyarakat adalah para Tokoh atau kepala suku yang dapat dijadikan sebagai narasumber untuk menjawab permasalahan

(30)

17

mendasar seperti mengidentifikasi jenis-jenis motif hiasoyang terdapattpada daerah tersebut dan makna simbol pada ragam hias sarung tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

D. VariabelLPenelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang dipelajari atau menarik untuk diteliti (Arikunto, 1998: 99). Variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Jenis-jenis Ragam Hias yang terdapat pada Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

2. Makna simbolik yang terdapat pada Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

E. Desain Penelitian

Desain studi adalah desain dan struktur studi yang dirancang untuk menjawab pertanyaan studi dan untuk memantau dan mengontrol variabel studi (Arikunto, 2010: 125).

(31)

AdapunLbentuk model dalam penelitianntersebut digambarkan dalam skema dibawah ini:

Skema 2. Desain Penelitian Pengumpulan Data

(Observasi, wawancara, dokumentasi)

Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional

Desa Ternate Alor NTT

Hasil Penelitian Jenis – Jenis Ragam Hias

Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Alor NTT

Pengolahan Data

Deskripsi Data

(32)

19

F. Definisi Operasional Variabel

Pendefinisian variabel yang dimanipulasi dilakukan untuk memperjelas dan menghindari kesalahan serta untuk memudahkan tujuan penelitian. Definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut.

1. RagammHias pada Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur yang dimaksud adalah Jenis-jenis ragam hias yang terdapat pada sarung tenun desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan pendekatan analisis seperti 1).

Dekorasi geometris 2). Aneka tanaman hias 3). Berbagai makhluk.

2. Setiap Simbol Memiliki Makna adalah pendekatan teori yang digunakan untuk mengungkapkan makna dari setiap simbol-simbol pada sarung tenun tradisional desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

G. Metode pengumpulan dataa

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Mengamati

Peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian yang bertempat di Pulau Ternate Kabupaten Alor bagian timur Nusa Tenggara, sebuah desa di wilayah barat laut untuk mengamati situasi tempat penelitian. Peneliti terlibat langsung dalam mencari data yang mereka butuhkan melalui observasi, sehingga data menjadi lebih lengkap. Peneliti secara terus terang memberitahu informan bahwa dia sedang melakukan penelitian, tetapi pada saat yang sama peneliti tidak mengungkapkan atau diam-diam memberitahu informan tentang menerima data rahasia.

(33)

2. Wawancaraa

Seorang peneliti mengajukan pertanyaan dan konsultan atau informan menjawab secara lisan. Tanggapan responden dicatat dengan menggunakan teknik seperti memori, catatan, atau alat perekam.. Objek yang di teliti adalah Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.

Sedangkan subjek peneliti untuk melakukan wawancara adalah Dinas Parawisata Alor, dan Tokoh Masyarakat, Kepala suku setempat.

3. Dokumentasi.

Pada tahap dokumentasi, peneliti melakukan pengambilan gambar menggunakan kamera dari setiap kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan di lapangan, peneliti mencatat setiap kegiatan yang dilakukan dalam proses penelitian.

H. TeknikkAnalisissData

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang membantu peneliti menarik kesimpulan. Menurut Miles & Humberman (1992:16), analisis data terdiri dari tiga aliran kerja simultan: pengolahan data, penyajian data, dan inferensi.

Gambar 3. Model analisis data interaktif Miles dan Humberman.

PengumpulannData PenyajiannData

ReduksiiData PenarikannKesimpulan

(34)

21 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Ternate kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur yaitu meneliti tentang Makna Simbolik Ragan Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor. Sebagaimana metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang lebih mengedepankan analisis yang mendalam terhadap data yang diperoleh. Data yang dimaksud adalah hasil observasi lokasi penelitian, wawancara pada pihak yang berwenang dan dianggap berkompeten terhadap makna simbolik ragam hias sarung tenun tradisional desa Ternate yang menjadi fokus penelitian.

Selain itu dilakukan metode dokumentasi yang memuat mengenai foto semua kegiatan yang dilakukan di lokasi penelitian di desa Ternate Alor NTT.

Hasil penelusuran data primer dan sekunder tersebut selanjutnya direduksi untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk naratif yang bertujuan untuk mempertajam pemahaman penelitian.

Berdasarkan hasil observasi terdapat banyak jenis ragam hias yang ada pada sarung tenun Desa Ternate kabupaten Alor NTT. Mulai dari darat, laut, dan udara. Penenun desa ternate mampu menenun apa saja yang mereka lihat ketika sedang menjalani aktifitas hariannya.

(35)

Mama Sahari Karim kepala suku Umatukang mengatakan.

Motif ragam hias di pulau Ternate terdapat sangat banyak mulai dari darat, laut dan udara. Sekarang di desa Ternate banyak sekali penenun mulai dari anak- anak sampai orang tua, kami biasa menenun apa saja yang kami lihat mulai dari yang ada di darat sampai yang ada di laut, dan udara. contohnya ketika kami pergi melaut, disitu kami melihat banyak ikan yang berenang-renang, saat kami pulang melaut, kami bisa memikirkan bentuk ikan itu dan menenunnya. Tetapi ada beberapa motif yang benar-benar berasal dari nene moyang leluhur kami ada 6 motif, yaitu: Baololong, Ikang Peikela, Tablolong, Gajah, Moko, dan Pelinta. (wawancara dilakukan pada pukul 08:00, sabtu 6 maret 2021).

Dalam penelitian ini hanya ragam hias yang bersifat sakral dan berasal dari leluhur saja yang akan dibahas, diantaranya ragam hias Baololong, Ikang peikela, Tablolong, Gajah, Moko, dan Pelinta.

1. Jenis-jenis Ragam Hias Sarung Tenun Desa Ternate Kabupaten Alor NTT.

a. Ragam Hias Baololong adalah ragam hias motif matahari. Dapat dilihat pada gambar motif matahari berwarna merah dan biru dengan sinarnya yang berwarna kuning merah dan kuning biru diatas dasar berwarna coklat. Diantara motif terdapat gambar gunung berwarna kuning dan diantara motif matahari terdapat pula dua garis melintang berbentuk gunung-gunung kecil berwarna kuning. Disamping motif terdapat beberpa garis melintang sepanjang kain berwarna kuning, coklat, hijau, biru.

Adapula garis melintang berwarna kuning yang didalamnya terdapat motif segi tiga yang tersusun sedemikian rupa berwarna coklat merah dan biru.

(36)

23

Gambar 9. Gambar Ragam Hias Baololong (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)

b. Ragam Hias Ikang Peikela adalah ragam hias mahluk hidup yang berbentuk menyerupai ikan pari, seperti yang terdapat pada gambar kain tenun motif ikan pari berwarna kuning dan merah diatas dasar garis tebal berwarna coklat di sepanjang kain. Ada pula garis-garing yang melintang di sepanjang kain berwarna coklat dan hijau disamping motif ikan pari, terdapat pula gambar bukit-bukit berwarna kuning dan merah diantara motif ikan pari. Warna dasar kain ini berwarna biru gelap.

Gambar 10. Gambar Ragam Hias Ikang Peikela (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)

c. Ragam hias Tablolong adalah ragam hias mahluk hidup, ragam hias Tablolong adalah ragam hias motif kura-kura. Seperti yang terdapat pada gambar, motif

(37)

kura-kura berwarna merah dan kuning diatas dasar berwarna biru gelap. Garis tebal berwarna biru sepanjang kain memisahkan kelompok kura-kura yang satu dengan yang lain. Terdapat pula gambar-gambar bukit berwarna kuning dan merah diatas dasar berwarna biru gelap di belakang motif kura-kura. segi warna ragam ini sangat bagus dan menarik gradasi warnanya indah sehingga memnculkan suatu karya yang unik dan menarik.

Gambar 11. Gambar Ragam Hias Tablolong (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)

d. Ragam Hias Gajah adalah ragam hias yang berbentuk seperti gajah, seperti yang terlihat pada gambar motif gajah berwarna warna merah dan kuning diatas tenunan dasar warna hitam, di belakang motif gajah ada motif gunung- gunung di atas dasar warna hitam. Ada juga motif seperti garis putus-putus diatas dasar warna hitam, nama motif ini adalah pakku. Warna dasar sarung tenun dominan berwarna merah menyatu membuat bentuk keindahan yang terdapat pada sarung tenun motif gajah.

(38)

25

Gambar 12. Gambar Ragam Hias Gajah (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)

e. Ragam Hias Moko adalah ragam hias yang berbentuk seperti moko, seperti yang terlihat pada gambar, motif moko berwarna merah dan putih diatas dasar berwarna hitam. Terdapat pula gambar bukit-bukit kecil berwarna putih disamping motif moko diatas dasar berwarna hitam. Disamping motif moko terdapat garis-garis melintang sepanjang kain yang memiliki gradasi warna dari coklat tua sampai coklat muda, di tengah-tengah kain terdapat pula garis melintang sepanjang kain berwarna coklat. Warna dasar kain berwarna biru tua.

Gambar 13. Gambar Ragam Hias Moko (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)

(39)

f. Ragam Hias Pelinta adalah salah satu ragam hias yang berasal dari leluhur, ragam hias ini adalah ragam hias bermotif kapas pohon kapok. Seperti yang terlihat pada gambar, motif kapas berwarna putih dan ungu diatas dasar warna hitam. Terdapat pula motif berbentuk gunung-gunung kecil yang sejajar dengan motif kapas berwarna putih dan ungu diatas dasar berwarna hitam.

Disamping motif kapas terdapat garis-garis melintang sepanjang kain yang memiliki gradasi warna mulai dari warna coklat, kuning, hijau dan biru.

Terdapat pula motif Pakku yaitu garis putus-putus berwarna hitam dan putih diatas dasar warna merah yang melintang di sepanjang kain.

Gambar 14. Gambar Ragam hias Pelinta (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)

Kesemua jenis atau bentuk ragam hias pada tiap-tiap sarung tenun Desa Ternate Kecamatan alor barat laut Kabupaten Alor NTT memiliki kekayaan jenis Motif ragam hias, setiap jenis motif yang terdapat di setiap sarung tenun desa ternate memiliki karakter yang mewakili dinamika kehidupan masyarakat.

(40)

27

2. Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa ternate Kabupaten Alor NTT

Berikut ini akan diuraikan mengenai makna yang terkandung pada tiap-tiap jenis ragam hias yang terdapat pada sarung tenun,

Menurut Mama Sahari Karim kepala suku Umatukang bahwa.

“Kalau mau berbicara tentang makna yang sebenarnya, ceritanya sangat panjang dan bersejarah setiap satu motif , hanya saja kami tidak bisa omong krn berurusan dengan nene moyang, minta maaf untuk bercerita makna kami tidak bisa, itu yang bisa hanya orang tua- tua dulu tapi sudah kepergian (meninggal), kami takut berbicara, kami tau tetapi hanya secara simbolis garis besarnya saja. (wawancara dilakukan pada pukul 08:00, sabtu 6 Maret 2021)”.

Makna yang terdapat pada tiap-tiap ragam hias pada sarung adalah melambangkan kehidupan masyarakat desa ternate sebagai berikut:

a. Baololong: Bermakna melambangkan sumber cahaya kehidupan bagi masyarakat desa ternate.

b. Ikang peikela: Bermakna kegigihan atau semangat juang masyarakat desa dalam menghadapi dinamika kehidupan, tidak ingin ada permusuhan, permusuhan sebesar apapun yang terjadi di darat akan berdamai saat melaut.

c. Tablolong : bermakna Rumah dan dan akan membawa keberuntungan dengan hidup di natah ini kita akan beruntung.

d. Gajah : bermakna kekuatan dan kebesaran sang maha kuasa

e. Moko : bermakna sebagai belis dalam perkawinan untuk mempersatukan laki-laki dan wanita sebagai suami istri

(41)

f. Pelinta : bermakna sebagai tanda kapok berbuah, bunga berbentuk dan kapas mulai berterbangan menandakan waktunya berkebun

Demikianlah uraian dari keseluruhan bentuk ragam hias sarung tenun tradisional yang memiliki makna dari tiap bagiannya. Sehingga dengan demikian, bahwa keanekaragaman bentuk ragam hias sarung tenun tradisional desa ternate tersebut juga menandakan adanya keaneka ragaman makna baik berupa nasehat, larangan maupun himbauan yang di gambarkan pada setiap kain tenunnya.

B. Pembahasan

Sebagai hasil penelitian pada penyajian analisis data maka telah didapatkan sejumlah data mengenai Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor NTT.

1. Jenis-jenis Ragam Hias Sarung Tenun Desa Ternate Kabupaten Alor NTT.

a. Ragam Hias Baololong adalah ragam hias motif matahari. Dapat dilihat pada gambar motif matahari berwarna merah dan biru dengan sinarnya yang berwarna kuning merah dan kuning biru diatas dasar berwarna coklat. Diantara motif terdapat gambar gunung berwarna kuning dan diantara motif matahari terdapat pula dua garis melintang berbentuk gunung-gunung kecil berwarna kuning. Disamping motif terdapat beberpa garis melintang sepanjang kain berwarna kuning, coklat, hijau, biru. Adapula garis melintang berwarna kuning yang didalamnya terdapat motif segi tiga yang tersusun sedemikian rupa berwarna coklat merah dan biru.

(42)

29

Gambar 15. Gambar Penjelasan Ragam Hias Baololong (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Dari uraian di atas tentang kain tenun baololong yaitu menggambarkan tentang matahari yang sinarnya menyinari pulau Ternate dan pulau pulau di sekitarnya, sinar matahari sangat bermanfaat bagi kehidipan masyarakat desa Ternate, sinarnya mengenai permukaan tanah, tumbuhan, dan laut. Untuk masalah pewarnaan, ada yang mengikuti warna sesuai warna objek asli, ada juga yang mengikuti selera sesuai kemauan hati. Contohnya warna kuning diibaratkan adalah sinar matahari, warna coklat adalah daratan (pasir dan Tanah), warna hijau adalah tumbuhan, warna biru adalah lautan. Adapula garis melintang berwarna kuning pada kain tenun yang di dalamnya terdapat motif segi tiga yang tersusun sedemikian rupa berwarna coklat merah dan biru pada kain tenun baololong, motif tersebut dinamakan Tapololong (daun kelapa), yaitu mengartikan tentang para moyang dahulu yang berlayar menggunakan perahu yang terbuat dari batang kelapa untuk mencari rezki yang ada di laut.

Garis zigzag Motif Gunung

Motif Matahari Ragam Hias Geometris

Motif Tapololong

Garis Horizontal Berirama

Garis Melengkung Motif Gunung Besar

(43)

Kain tenun ini dipergunakan untuk busana wanita dan pria dan dapat dijadikan sarung untuk memenuhi kebutuhan urusan adat (perkawinan dan pemakaman).

g. Ragam Hias Ikang Peikela adalah ragam hias mahluk hidup yang berbentuk menyerupai ikan pari, seperti yang terdapat pada gambar kain tenun motif ikan pari berwarna kuning dan merah diatas dasar garis tebal berwarna coklat di sepanjang kain. Ada pula garis-garing yang melintang di sepanjang kain berwarna coklat dan hijau disamping motif ikan pari, terdapat pula gambar bukit-bukit berwarna kuning dan merah diantara motif ikan pari. Warna dasar kain ini berwarna biru gelap.

Gambar 16. Gambar Penjelasan Ragam Hias Ikang Peikela (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Dari uarian diatas tentang kain tenun ikang peikela, mengambarkan tentag kehidupan masyarakat desa trnate di pulau Ternate saat pertama kali melihat ikan yang memiliki ekor dan sayap di lautan, ikan ini sangat cerdik dan pintar serta pintar bersembunyi menyatu dengan pasir pantai, ikan ini juga sangat kuat dengan senjata utamanya adalah ekornya, hidupnya ada di laut Garis Horizontal Berirama

Motif Fauna (Ikan Pari) Garis zigzag

Motif Gunung

(44)

31

yang dalam, ada juga yang di laut dangkal yang membuat ikan ini unik dan menarik adalah ada ekor dan sayapnya.

Untuk masalah pewarnaan, ada yang mengikuti warna sesuai warna objek asli, ada juga yang mengikuti selera sesuai kemauan hati penenun.

Contohnya warna biru gelap menggambarkan laut dalam, warna merah adalah mahluk yang bernyawa (darah), warna hijau adalah tumbuhan, warna coklat adalah pantai. Untuk masalah penggayaan bebas, namun tidak lepas dari makna sebuah kain. Kain tenun ikang peikela dipergunakan untuk busana wanita dan pria dan dapat dijadikan sarung untuk memenuhi kebutuhan urusan adat ( perkawinan dan pemakaman ).

h. Ragam hias Tablolong adalah ragam hias mahluk hidup salah satu motif ragam hias yang berasal dari leluhur, ragam hias Tablolong adalah ragam hias motif motif kura-kura. Seperti yang terdapat pada gambar bahwasanya motif kura kura berwarna merah dan kuning diatas dasar berwarna biru gelap mengartikan bahwa kura-kura yang sedang berenang di laut dalam, garis tebal berwarna biru disepanjang kain memisahkan kelompok kura-kura yang satu dengan yang lain mengartikan bahwa terdapat banyak sekali kura-kura di laut yang dalam, terdapat pula gambar gunung berwarna kuning dan merah di atas dasar berwarna biru gelap yang mengartikan bahwa gambar gunung itu adalah Pulau Ternate itu sendiri.

(45)

Gambar 17. Gambar Penjelasan Ragam Hias Tablolong (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Pulau Ternate adalah sebuah pulau yang terletak di kecamatan Alor Barat Laut, pulau yang kelihatan dari jauh seperti sebuah gunung besar yang sedang terapung di laut biru.Bentuk dari motif adalah bentuk yang diciptakan dari para leluhur dan diikuti bentuknya oleh para penenun desa hingga kini.

Kain tenun ini dipergunakan untuk busana wanita dan dapat dijadikan sarung bagi kaum wanita untuk memenuhi kebutuhan urusan adat ( perkawinan dan pemakaman ).

i. Ragam Hias Gajah adalah ragam hias yang berbentuk seperti gajah, seperti yang terlihat pada gambar motif gajah berwarna warna merah dan kuning diatas tenunan dasar warna hitam, di belakang motif gajah ada motif gunung- gunung di atas dasar warna hitam. Ada juga motif seperti garis putus-putus diatas dasar warna hitam, nama motif ini adalah pakku. Warna dasar sarung tenun dominan berwarna merah menyatu membuat bentuk keindahan yang terdapat pada sarung tenun motif gajah.

Motif Fauna (Kura-Kura)

Motif Gunung

(46)

33

Gambar 18. Gambar Penjelasan Ragam Hias Gajah (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Menurut cerita para leluhur dahulu, konon katanya gajah pernah berada di pulau Ternate, para leluhur sangat mengagumi bentuk tubuh besarnya hewan ini dan kekuatan nya yang begitu luar biasa, namun di zaman sekarang gajah tidak pernah lagi ada di kabupaten Alor terkhsus di pulau Ternate, namun motif gajah tidak pernah hialang dari penenun desa Ternate, bahkan motif gajah adalah motif yang paling terkenal di desa Ternate. Untuk motif gunung-gunung, itu melambangkan gunung desa Ternate dan beberapa pula di dekat pulau Ternate. Motif seperti garis putus-putus disamping motif gajah diatas dasar warna hitam adalah motif Pakku. Arti dari motif Pakku ini sendiri adalah upacara adat siri pinang potong-potong sirih, dalam setiap pesta adat harus ada potong sirih dan dimakan bersama, kalau tdk ada potong sirih acara adat tidak bisa berjalan.

Motif Fauna (Gajah)

Garis Zigzag Motif Gunung

Garis Lengkung Motif Pakku

(47)

Untuk masalah penngayaan bebas, namun tidak lari dari makna sebuah kain, masalah pewarnaan ada yang mengikuti warna sesuai warna objek asli, ada juga yang mengikuti selera nya sendiri. Kain tenun motif gajah dipergunakan untuk busana wanita dan pria dan dapat dijadikan sarung untuk memenuhi kebutuhan urusan adat ( perkawinan dan pemakaman ).

j. Ragam Hias Moko adalah ragam hias yang berbentuk seperti moko, seperti yang terlihat pada gambar, motif moko berwarna merah dan putih diatas dasar berwarna hitam. Terdapat pula gambar bukit-bukit kecil berwarna putih disamping motif moko diatas dasar berwarna hitam. Disamping motif moko terdapat garis-garis melintang sepanjang kain yang memiliki gradasi warna dari coklat tua sampai coklat muda, di tengah-tengah kain terdapat pula garis melintang sepanjang kain berwarna coklat. Warna dasar kain berwarna biru tua.

Gambar 19. Gambar Penjelasan Ragam Hias Moko (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Moko adalah benda yang berbentuk seperti tambur yang ditutupi bagian atas dan bawah yang sejak ratusan tahun silam dipakai sebagai alat

Motif Moko Garis Zigzag Motif Gunung Garis Horizontal Berirama

(48)

35

musik dan mas kawin di kalangan masyarakat Alor NTT. Pada gambar foto hasil penelitian, terdapat motif gambar gunung-gunung kecil berwarna putih di samping motif moko diatas dasar warna hitam yang mengartikan bahwa kabupaten Alor adalah kabupaten yang memiliki beberapa pulau yaitu pulau Alor, pulau Pantar, Pulau Pura, pulau Buaya dan Pulau Ternate, dan semua pulau tersebut memiliki Moko di daerahnya masing-masing.

Untuk masalah penngayaan bebas, namun tidak lari dari makna sebuah kain, masalah pewarnaan ada yang mengikuti warna sesuai warna objek asli, ada juga yang mengikuti selera nya sendiri. Kain tenun motif moko dipergunakan untuk busana wanita dan pria dan dapat dijadikan sarung untuk memenuhi kebutuhan urusan adat ( perkawinan dan pemakaman ).

k. Ragam Hias Pelinta adalah ragam hias tumbuh-tumbuhan salah satu motif ragam hias yang berasal dari leluhur, ragam hias motif pelinta menurut masyarakat desa Ternate adalah ragam hias kapas pohon kapok. Dapat dilihat pada gambar hasil penelitian motif kapas berwarna putih dan ungu diatas dasar warna hitam. Terdapat pula motif berbentuk gunung-gunung yang sejajar dengan motif kapas berwarna putih dan ungu diatas dasar warna hitam.

Disampuing motif kapas terdapat garis-garis melintang sepanjang kain yang memiliki gradasi warna mulai dari warna coklat, kuning, hijau, dan biru.

Terdapat pula motif Pakku garis putus-putus berwarna hitam dan putih diatas dasar warna merah yang melintang di sepanjang kain.

(49)

Gambar 20. Gambar Penjelasan Ragam hias Pelinta (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Dahulu para moyang menjadikan pohon kapok sebagai pohon yang menandakan untuk memulai berkebun. Di desa Ternate terdapat banyak pohon kapok, ketika pohon kapok sudah mulai mengeluarkan kapasnya, itu adalah waktu terbaik untuk memulai berkebun dan cara seperti ini masi di percaya hingga kini. Motif gunung adalah mengambarkan pulau Ternate itu sendiri, Disampuing motif kapas terdapat garis-garis melintang sepanjang kain yang memiliki gradasi warna mulai dari warna coklat adalah tanah, kuning adalah sinar matahari, hijau adalah tumbuhan, dan biru adalah lautan. Terdapat pula motif PakkuArti dari motif Pakku ini sendiri adalah upacara adat siri pinang potong-potong sirih, dalam setiap pesta adat harus ada potong sirih dan dimakan bersama, kalau tdk ada potong sirih acara adat tidak bisa berjalan.

Motif Flora

(Tumbuhan Kapas)

Garis Horizontal Berirama

Garis Zigzag Motif Gunung

Garis Lengkung Motif Pakku

(50)

37

Untuk masalah penngayaan bebas, namun tidak lari dari makna sebuah kain, masalah pewarnaan ada yang mengikuti warna sesuai warna objek asli, ada juga yang mengikuti selera nya sendiri. Kain tenun motif Pelinta dipergunakan untuk busana wanita dan pria dan dapat dijadikan sarung untuk memenuhi kebutuhan urusan adat ( perkawinan dan pemakaman ).

Kesemua jenis atau bentuk ragam hias pada tiap-tiap sarung tenun Desa Ternate Kecamatan alor barat laut Kabupaten Alor NTT memiliki kekayaan jenis Motif ragam hias, setiap jenis motif yang terdapat di setiap sarung tenun desa Ternate memiliki karakter yang mewakili dinamika kehidupan masyarakat.

2. Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor NTT

Berikut ini akan diuraikan mengenai makna yang terkandung pada tiap-tiap jenis ragam hias yang terdapat pada sarung tenun,

Menurut Mama Sahari Karim kepala suku Umatukang bahwa:

Kalau mau berbicara tentang makna yang sebenarnya, ceritanya sangat panjang dan bersejarah setiap satu motif , hanya saja kami tidak bisa omong krn berurusan dengan nene moyang, minta maaf untuk bercerita makna kami tidak bisa, itu yang bisa hanya orang tua-tua dulu tapi sudah kepergian (meninggal), kami takut berbicara, kami tau tetapi hanya secara simbolis garis besarnya saja. (wawancara dilakukan pada pukul 09:00, sabtu 6 maret 2021).

makna yang terdapat pada tiap-tiap ragam hias pada sarung adalah melambangkan kehidupan masyarakat desa Ternate sebagai berikut:

g. Baololong: Bermakna melambangkan sumber cahaya kehidupan bagi masyarakat desa Ternate.

(51)

Gambar 21. Gambar Ragam hias Baololong (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Baololong adalah ragam hias motif matahari, salah satu motif ragam hias yang berasal dari leluhur bermakna sumber cahaya kehidupan bagi masyarakat desa Ternate. Motif Baololong adalah motif pertama yang di buat oleh para moyang dahulu. Sinar matahari sangat bermanfaat dan sangat membantu keberlangsungan kehidupan masyarakat desa. Masyarakat desa menjalani kehidupan dengan mencari ikan di laut dan berkebun di gunung untuk keberlangsungan hidup, jika langit cerah dengan sinar matahari yang bersinar terang maka smua pekerjaan akan jadi lebih mudah.

h. Ikang peikela : Bermakna kegigihan atau semangat juang masyarakat desa dalam menghadapi dinamika kehidupan, tidak ingin ada permusuhan, permusuhan sebesar apapun yang terjadi di darat akan berdamai saat melaut.

Gambar 22. Gambar Ragam Ikang Peikela (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

(52)

39

Ikang peikela adalah ragam hias motif ikan pari, bermakna kegigihan atau semangat juang masyarakat desa dalam menghadapi dinamika kehidupan, tidak ingin ada permusuhan, permusuhan sebesar apapun yang terjadi di darat akan berdamai saat melaut. Masyarakat desa memiliki sikap toleransi yang baik antar sesama baik itu yang memiliki keyakinan yang sama maupun berbeda keyakinan, dan memiliki sifat gotong royong dalam melakukan pekerjaan baik itu pekerjaan yang ada di darat maupun di laut, semua akan menjadi ringan bila dilakukan bersama-sama.

i. Tablolong : bermakna Rumah dan dan akan membawa keberuntungan dengan hidup di tanah ini kita akan beruntung.

Gambar 23. Gambar Ragam hias Tablolomg (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Tablolong adalah ragam hias motif kura-kura, bermakna Rumah dan akan membawa keberuntungan dengan hidup di tanah ini kita akan beruntung.

Menceritakan tentang para leluhur dahulu saat pertamakali menemukan dan tinggal di pulau Ternate, pulau Ternate adalah pulau kecil yang berada di kabupaten alor yang terletak di kecamatan alor barat laut. Pulau yang tak berpenghuni yang tak ada apa-apa di dalam nya, memiliki tanah yang gersang dan menanjak, pulau ini seperti gunung kecil yang sedang terapung di lautan,

(53)

namun dengan penuh kesabaran dan kerja keras para laluhur yakin hidup di pulau ini akan mendatangkan keberuntungan.

j. Gajah : bermakna kekuatan dan kebesaran sang maha kuasa.

Gambar 24. Gambar Ragam hias Gajah

(Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Motif ragam hias gajah pada sarung tenun bermakna kekuatan dan kebesaran sang maha kuasa. Konon dahulu kala ada juga hewan gajah di pulau Ternate, para leluhur sangat mengagumi tubuh besarnya dan kekuatan gajah, karena tubuh nya yang besar dan kekuatannya yang begitu kuat yang tidak mirip dengan hewan-hewan pada saat itu, gajah pernah dianggap sebagai arwah leluhur yang menjelma menjadi hewan gajah. Motif gajah sangat terkenanal di plau Ternate.

(54)

41

k. Moko : bermakna sebagai belis dalam perkawinan untuk mempersatukan laki- laki dan wanita sebagai suami istri.

Gambar 25. Gambar Ragam hias Moko (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Moko adalah mas kawin di kalangan masyarakat Alor NTT terkhusus di pulau Ternate, sampai saat ini moko masih digunakan sebagai mas kawin dalam acara adat perkawinan. Dalam kehudupan masyarakat desa Ternate, pembayaran belis merupakan tanda kesungguhan seorang pemuda untuk melamar seorang gadis. Penyerahan moko merupakan salah satu rangkaian adat perkawinan masyarakat desa Ternate yang sudah menjadi tradisi. Dalam menentukan jumlah dan jenis moko yang diminta, moko yang diminta disesuaikan dengan status sosial mereka, apakah dari keturunan raja atau bukan, dan saat ini dipengaruhi juga oleh latar belakang pendidikan maupun pekerjaan gadis. Jika memang mereka berasal dari keluarga rakyat biasa, tentu nilai dan jumlah moko yang diminta tidak banyak. Secara tidak langsung, nilai dan jumlah belis mereka akan menunjukkan status sosial mereka khususnya gadis dan keluarganya.

(55)

l. Pelinta : bermakna sebagai tanda kapok berbuah, bunga berbentuk dan kapas mulai berterbangan menandakan waktunya berkebun.

Gambar 26. Gambar Ragam hias Pelinta (Dokumentasi: Muhlis, 2021)

Dahulu para moyang menjadikan pohon kapok sebagai pohon yang menandakan untuk memulai berkebun. Di desa ternate terdapat banyak pohon kapok, ketika pohon kapok sudah mulai mengeluarkan kapasnya kapas mulai berterbangan itu adalah waktu terbaik untuk memulai berkebun dan cara seperti ini masi di percaya hingga kini.

Demikianlah uraian dari keseluruhan bentuk ragam hias sarung tenun tradisional yang memiliki makna dari tiap bagiannya. Sehingga dengan demikian, bahwa keanekaragaman bentuk ragam hias sarung tenun tradisional desa Ternate tersebut juga menandakan adanya keaneka ragaman makna baik berupa nasehat, larangan maupun himbauan yang di gambarkan pada setiap kain tenunnya, setiap maknanya juga tidak terlepas dari kisah kehidupan masyaraka desa Ternate.

(56)

43 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa Ternate pulau Ternate dengan penelitian yang berjudul Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor NTT dapat di ambil kesimpulan bahwa:

1. Jenis-jenis motif ragam hias di pulau Ternate terdapat sangat banyak mulai dari darat, laut dan udara, namun tidak menutup kemungkinan bila motifnya bisa makin bertambah seiring berjalannya waktu. Namun motif ragam hias yang bersifat sakral dan berasal dari leluhur berjumlah 6 motif ragam hias. Diantaranya adalah ragam hias Baololong (Cahaya Matahari), Ikang peikela (Ikan Pari), Tablolong ( Kura-Kura), Gajah (Gajah), Moko (Moko), dan Pelinta (Kapas Pohon Kapok ).

2. Makna yang terkandung pada tiap-tiap simbol ragam hias sarung tenun tradisional desa Ternate kabupaten Alor NTT, mengandung lambang atau simbol, baik berupa cerita kehidupan masyarakat desa Ternate, berupa nasehat, larangan, perintah, maupun berbagai pemberi motivasi dalam kehidupan ini.

(57)

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dipaparkan diatas maka melalui penelitian ini disarankan :

1. Kepada pemerintah daerah kabupaten Alor, kiranya senantiasa menghimbau masyarakat kabupaten Alor pada umumnya dan masyarakat desa Ternate pada khususnya , agar selalu menjaga kelestarian budaya, memprioritaskan pembangunan di bidang keparawisataan demi memberi motivasi wisatawan baik mancanegara mapun domestik. Agar kelestarian budaya warisan leluhur sarung tenun tradisional akan trus lebih berkembang mengikuti zaman.

2. Kepada pemerintah kabupaten Alor agar tetap terus mengadakan kegiatan Festifal Makan Baru Tenun Ikat yang diadakan setiap tahunnya di pulau Ternate agar tradisi penenun dapat bertahan, dikembangkan dan dikenal secara luas.

3. Pulau Ternate adalah pulau yang sangat kaya akan motif ragam hias, maka dari itu kekayaan ini harus digaja dan di lestarikan terus menerus dengan cara mengajarkan generasi muda bagaimana cara menenun dengan baik, agar dapat mempertahankan kualitasnya, makin bertambah motif ragam hiasnya dan mampu memahami maknanya.

4. Kepada Mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa, agar hasil penelitian ini menjadi bahan informasi untuk dipelajari

(58)

45

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Jokjakarta: Pustaka Pelajar

Borg, W R & Gall, M D. (2006). Educational Research: an introduction, Fourth Edition. New York: Logman. Inc

Dalmenda M.A. , dan Novi Elian. 2016. Makna Tradisi Tabuik oleh Masyarakat Kota Priaman ( Study Deskriptif Interaksionisme Simbolik ). Jurnal Antropologi : Isu-isu Sosial Budaya Desember. Vol 18 (2):135-151-ISSN 1410-8356.

Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta.

Djelantik, A.A.M., Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Bekerja Sama Dengan Arti,2004.

Effendy, Onong Uchjana, 1998, Kamus Komunikasi, Bandung: Mandar Maju.

Hurford, James., Heasley, Brendan., and Smith, Michael. 2007. Semantics a Course Book. Second ed. New York. Cambridge Press.

Hoop, Der Van. Th a. Th. J. N. A. 1949. Indonesische Siermotiven Ragam-ragam Perhiasan Indonesia Ornamental Design. Jakarta.

Ismiyanto, PC. S., M. Pd. (2003). Metode Penelitian. Semarang: FBS UNNES.

Jamaluddin.

John M. Echol dan Hasan Sadily (1980), Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:

Pustaka Pelajar.

Jung, Carl G. 1964. Man and His Simbols. New York: Anchor Press Doubleday.

Kartiwa, Suwarti dan Birannul Anas, enunan Indonesia, Yayasan Harapan Kita PP 3 TMII.

_______, Suwati. (1987). Kain Tenun Donggala. Palu: CV. Donggala Press.

_______, S. 2007. Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

_______, S. (2007). Tenun Ikat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(59)

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN.

Balai Pustaka.

Riemer, Nick (2010). Introducing Semantics. New York: Cambridge University Press.

Sari, N. M. (2014). Tenun Ikat Atbm di Home Industry Kurniawan Bandar Kidul Kediri Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.

Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangnya, Jakarta:

Kencana, 2010.

_______, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Soedarso, SP. Tinjauan Seni: Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni, Yogyaarta: Saku Dayar Sana Yogyakarta, 1990.

Soepratno. 1997. Ornamen Ukir Tradisional Jawa II. Semarang: Ikip Semarang Press.

________. 2004. Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Semarang: Effhar.

Subekti, dkk. 2010. Seni Budaya dan Keterampilan: Untuk Kelas VI SD/MI.

Jakarta: Pusat Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional.

Sukarman. 1982. Pengantar Ornamen Timur. Yogyakarta: Sub/Bag. Proyek STSRI “ASRI”.

Sumardjo, Jakob. 2006. Estetika Paradoks. Bandung: Susunan Ambu Press.

Sunaryo, Aryo. 2010. Ornamen Nusantara. Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Sugono, Dandy. 2009. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Mizan.

Tjiptadi, Bambang. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta: Yudistira.

Toekio M, Soegong. 1987. Mengenal Motif Ragam Hias Indonesia. Bandung:

Penerbit Angkasa.

(60)

47

________, Soegong. 1987. Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Sumber internet

Rahmad, Nasir. 2018. Tenun Ikat Motif Hewan Laut Simbol Hidup Masyarakat Ternate Alor. Indonesia Visioner, (Online), Vol. 1 No. 1, https://visioner.id/lifestyle/15217/, diakses tanggal 25 Agustus 2020

(61)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(62)

49

FORMAT WAWANCARA

Wawancara ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dalam penelitian yang berjudul “Makna Simbolik Ragam Hias Sarung Tenun Tradisional Desa Ternate Kabupaten Alor NTT”.

Adapun proses pertanyaan dalam format wawancara yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Ada berapa banyak motif ragam hias ?

2. Apa saja nama-nama motif ragam hias tersebut ? 3. Apa nama motif ragam hias yang pertama dibuat ? 4. Apa nama motif ragam hias yang paling terkenal ?

5. Apakah setiap bentuk motif ragam hias pada kain tenun memiliki arti ? 6. Apakah setiap simbol ragam hias pada kain memiliki makna didalamnya ? 7. Apakah warna dari setiap bentuk motif dan simbol pada kain tenun memiliki

arti ?

8. Apakah warna dari setiap bentuk motif dan simbol pada kain tenun memiliki makna?

9. Pada kegiatan apa saja sarng tenun tersebut digunakan?

10. Bagaimana proses pemasaran produk sarung tenun desa Ternate alor ntt ?

(63)

DAFTAR RESPONDEN

1. Nama : Rahman Kasim Umur : 55 thn

Agama : Islam

Pekerjaan : Kepala desa pulau Ternate Waktu wawancara : 6 Maret 2020

2. Nama : Sahari Karim Umur : 49 thn Agama : Islam

Pekerjaan : Kepala suku Umatukang Waktu wawancara : 7 Maret 2020

3. Nama : Ramsia Asikin

Umur : 50 thn

Agama : Islam

Pekerjaan : Ketua Penenun Waktu wawancara : 7 Maret 2020 4. Nama : Bapak Ahmad

Umur : 39 thn Agama : Islam

Pekerjaan : Dinas Parawisata Alor Waktu wawancara : 8 Maret 2020

(64)

51

STUDI DOKUMENTASI

Gambar 27. Bersama Anggota Penenun Suku Umatukang (Dokumentasi Muhlis, 06 Maret 2021)

Gambar 28. Bersama Ibu Desa dan Kepala Suku Penenun suku Umatukang (Dokumentasi Muhlis, 06 Maret 2021)

(65)

Gambar 29. Bersama Penenun Suku Umatukang (Dokumentasi Muhlis, 06 Maret 2021)

Gambar 30. Bersama Penenun Suku Umatukang (Dokumentasi Muhlis, 06 Maret 2021)

(66)

53

Gambar 31. Penenun Muda Suku Umatukang (Dokumentasi Muhlis, 07 Maret 2021)

Gambar 32. Penenun Suku Umatukang (Dokumentasi Muhlis, 07 Maret 2021)

Gambar

Gambar 8. Gambar Pulau Ternate Kab. Alor NTT.
                           Gambar 10. Gambar Ragam Hias Ikang Peikela                                           (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)
  Gambar 11. Gambar Ragam Hias Tablolong    (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)
          Gambar 12. Gambar Ragam Hias Gajah            (Sumber: Muhlis foto hasil penelitian)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam aplikasi industri,air dingin atau cairan lain dari chilller,dipompa melalui proses atau peralatan laboratorium.Industri pendingin ,digunakan untuk pendinginan

Aturan impor untuk produk perikanan termasuk kerang (moluska) diterapkan untuk menjamin bahwa semua impor telah memenuhi standar tinggi yang sama dengan produk dari

Keterbatasan penggunaan keterampilan dalam kerangka referensi seseorang, dan kemudian mendorong klien untuk menghadapi (atau berfantasi) kadang kala hal itu sangat

Pada pemeriksaan abdomen uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Dokumen Izin Usaha yang dimiliki oleh PKP2B PT Berau Coal adalah IPK Pada APL bukan Pada Areal kawasan hutan yang dilepas.. 6

Untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi komponen teknologi PTT oleh petani peserta SL-PTT dan petani non peserta SL-PTT pada tanaman padi dan mengidentifikasikan