4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Akuntansi
“Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara sedemikian rupa, sistematis dari segi isi, dan berdasarkan standar yang diakui umum” (Bahri, 2016: 2).
2. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi yang paling utama adalah sebagai media informasi yang menjelaskan kinerja keuangan suatu entitas. Perubahan yang terjadi pada entitas serta mengenai posisi keuangan juga akan dapat terlihat dalam laporan akuntansi (Pujiyanti, 2015: 49).
3. Pengguna Informasi Akuntansi
Pada umumnya, setiap entitas menggunakan informasi akuntansi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Berikut pengguna dari informasi akuntansi:
a. Pemegang saham, investor, dan penasihat menggunakan informasi akuntansi untuk menentukan langkah yang akan diambil dalam membuat keputusan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasinya serta mampu menilai kinerja suatu entitas.
b. Karyawan menggunakan informasi akuntansi untuk mengetahui stabilitas dan profitabilitas entitas.
c. Pemberi pinjaman menggunakan informasi akuntansi dalam memperkirakan apakah entitas dapat melunasi pinjaman dan bunganya pada jatuh tempo atau tidak
d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya menggunakan informasi akuntansi untuk memperkirakan apakah entitas dapat melunasi pinjaman pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan menggunakan informasi akuntansi untuk menilai kelangsungan usaha suatu entitas.
f. menggunakan informasi akuntansi untuk dapat mengatur aktivitas entitas, misalnya menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.
g. Masyarakat menggunakan informasi akuntansi untuk membantu masyarakat dengan menyediakan informasi mengenai perkembangan kemakmuran entitas (Bahri, 2016:2-3).
4. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 2021 pasal 35 hingga pasal 36 mengenai kriteria Usaha Kecil Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yaitu:
a. UMKM yang baru didirikan, terdapat kriteria modal UMKM berdasarkan modal usaha sebagai berikut:
1) Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Usaha Kecil memiliki modal usaha lebih dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan
3) Usaha Menengah memiliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. UMKM yang telah berdiri, terdapat kriteria UMKM berdasarkan penjualan tahunan sebagai berikut:
1) Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);
2) Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah); dan 3) Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
5. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM)
SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan dan memberikan rentang kuantitatif UMKM. Standar ini ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP (IAI, 2018: SAK EMKM).
6. Persamaan Akuntansi
Persamaan akuntansi merupakan persamaan dalam mencerminkan kekayaan, utang dan modal yang dimiliki oleh entitas. Hal penting yang dipegang di dalam persamaan akuntansi yaitu adanya prinsip keseimbangan antara harta dengan aktiva.
Kartomo dan Sudarman (2019: 5-6) menyatakan bahwahubungan antara harta dengan hak atas kekayaan dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Harta = Utang + Modal atau Harta – Utang= Modal………. (1)
7. Saldo Normal dan Ketentuan Debit Kredit
Cara sederhana dalam mengetahui tentang saldo normal dan ketentuan debit kredit menurut Bahri (2016:22) yaitu sebagai berikut:
a. Aset (Harta) mempunyai saldo normal di sebelah debit. Jika transaksi bersifat menambah aktiva entitas, maka transaksi tersebut dicatat di
sebelah debit. Sebaliknya, jika mengurang aktiva entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah kredit.
b. Liabilitas (Kewajiban) mempunyai saldo normal di sebelah kredit.
Jika transaksi bersifat menambah kewajiban entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah kredit. Sebaliknya, jika mengurang kewajiban entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah debit.
c. Ekuitas (Modal) mempunyai saldo normal di sebelah kredit. Jika transaksi bersifat menambah ekuitas entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah kredit. Sebaliknya, jika mengurang ekuitas entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah debit. Namun untuk akun prive (pengambilan pribadi) mempunyai saldo normal debit sehingga bersifat mengurangi ekuitas.
d. Pendapatan/penghasilan mempunyai saldo normal di sebelah kredit sehingga sifatnya menambah ekuitas. Pendapatan/ penghasilan akan bertambah di sebelah kredit dan berkurang di sebelah debit.
e. Beban mempunyai saldo normal di sebelah debit sehingga sifatnya mengurangi ekuitas. Beban akan bertambah di sebelah debit dan berkurang di sebelah kredit.
Tabel 2. 1 Ketentuan Tentang Debit Kredit
Nama Rekening Saldo
Normal Bertambah Berkurang
Aktiva (Harta) Debit Debit Kredit
Liabilitas (Kewajiban) Kredit Kredit Debit
Ekuitas (Modal) Kredit Kredit Debit
Penghasilan/Pendapatan Kredit Kredit Debit
Beban Debit Debit Kredit
Sumber: Bahri (2016: 22)
8. Pengertian Akun, Klasifikasi Akun dan Nomor Akun a. Pengertian Akun
Menurut Rudianto (2012: 43) Akun merupakan suatu media untuk mencatat transaksi-transaksi keuangan yang dimiliki entitas, seperti aset, utang, modal, penghasilan, dan beban.
b. Klasifikasi Akun
Klasifikasi akun terbagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Akun riil merupakan akun-akun yang selalu tersedia selama entitas masih beroperasi dan sifatnya tetap. Akun riil terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas.
2) Akun nominal merupakan akun-akun yang bersifat sementara.
Yang termasuk akun nominal adalah kelompok pendapatan dan beban (Fauziah, 2017: 37).
c. Nomor Akun
Penggolongan tiap jenis aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban harus disusun dengan rapi dan diberi nomor maupun kode untuk mempermudah dalam proses pencatatan meskipun nama akun tiap entitas berbeda-beda (Pujiyanti, 2015: 55).
Berikut adalah contoh daftar nomor akun sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Nomor Akun
No. Kode Golongan 1 Aset
1 10- Aset Lancar 101 Kas
102 Piutang Usaha 103 Wesel Tagih
104 Persediaan Barang Dagang 105 Perlengkapan Toko
106 Perlengkapan Kantor 107 Asuransi Dibayar Dimuka 11- Investasi Jangka Panjang
111 Investasi Saham 112 Investasi Obligasi Aset Tetap
12- 121 Peralatan Toko
Lanjutan
122 Akumulasi Penyusutan Peralatan Toko 123 Peralatan Kantor
124 Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor 125 Tanah
126 Gedung Toko
127 Akumulasi Penyusutan Gedung Toko Aset Tetap Tak Berwujud
13- 131 Hak Paten 132 Hak Cipta 133 Merek 134 Goodwill 135 Franchise Aset Lain-Lain
14- 141 Mesin Yang Tidak Digunakan 142 Beban Yang Ditangguhkan No. Kode Golongan 2 Liabilitas
2 Liabilitas Lancar 20- 201 Hutang Lancar
202 Wesel Bayar
203 Beban Yang Masih Harus Dibayar 204 Hutang Sewa
205 Hutang Pajak
206 Hutang Gaji dan Upah 207 Uang Muka Penjualan Liabilitas Jangka Panjang 21- 211 Hutang Hipotek
212 Hutang Obligasi 212 Hutang Obligasi No. Kode Golongan 3 Ekuitas 3 30- Ekuitas
301 Ekuitas Pemilik 302 Pengambilan Prive No. Kode Golongan 4 Pendapatan 4 40- Pendapatan
401 Pendapatan Usaha No. Kode Golongan 5 Beban 5 50- Beban
501 Beban Gaji 502 Beban Iklan 503 Beban Sewa 504 Beban Asuransi 505 Beban Perlengkapan
Lanjutan
No. Kode Golongan 6 Pendapatan Lain-Lain 6 60- Pendapatan Lain-Lain
601 Pendapatan Bunga
602 Pendapatan dari Penjualan Efek No. Kode Golongan 7 Beban Lain-Lain
7 70- Beban Lain-Lain
701 Beban Rugi Penjualan Aset 13- 131 Hak Paten
Sumber: Sujarweni (2016: 32-34)
Ikhtisar laba rugi merupakan akun di ekuitas yang digunakan untuk menampung akun-akun nominal (Warsono dkk, 2013: 114) 9. Metode Perhitungan Penyusutan
Menurut ketentuan perpajakan yang ada dalam Pasal 11 Undang- Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang dikutip dalam Hery (2014: 343) mengenai penyusutan atas harta berwujud pada ayat (3) yaitu “Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan di mana penyusutannya akan dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut, sehingga besarnya beban penyusutan untuk tahun pertama akan dihitung secara pro-rata”.
Pasal 11 Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang dikutip dalam Hery (2014: 344) mengenai penyusutan atas harta berwujud pada ayat (4) yaitu “Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan di mana harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan di mana harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.
Menurut Rudianto (2012: 261-264) beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan periodik sebagai berikut:
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode perhitungan penyusutan garis lurus akan menghasilkan beban penyusutan aset tetap yang sama dari tahun ke tahun. Beban penyusutan dihitung dengan cara mengurangi harga perolehan dengan
nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis aset tetap tersebut.
Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa ………..(2) Taksiran Umur Ekonomis Aset
b. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)
Metode ini merupakan metode yang di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa jam periode akuntansi tersebut menggunakan aset tetap itu. Beban penyusutan ini akan menghasilkan tarif penyusutan per jam atau per satuan waktu tertentu.
Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa ………..(3) Taksiran Jam Pemakaian Total
c. Metode Hasil Produk (Prodictive Output Method)
Metode ini merupakan metode yang di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang dihasilkan selama periode akuntansi tersebut dengan menggunakan aset tetap itu.
Penyusutan =
Harga Perolehan – Nilai Sisa …………(4) Taksiran Jumlah Total Produk yang Dapat Dihasilkan
d. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode ini merupakan metode yang di mana beban penyusutan aset pada suatu periode akuntansi dihitung dengan cara mengalikan harga perolehan aset tetap yang telah dikurangi dengan nilai sisanya dengan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu berkurang.
Penyusutan =
(Harga Perolehan – Nilai Sisa) x Bobot tahun yang bersangkutan …….(5) Jumlah angka tahun umur ekonomis
10. Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi menurut Bahri (2016:18) merupakan tahap-tahap dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan.
Siklus akuntansi tersebut meliputi:
a. Menganalisis transaksi b. Pencatatan ke dalam jurnal
c. Pemindah-bukuan ke dalam Buku Besar d. Pembuatan Neraca Saldo
e. Pembuatan Jurnal Penyesuaian f. Pembuatan Neraca Lajur g. Penyusunan Laporan Keuangan h. Pembuatan Jurnal Penutup
i. Pembuatan Neraca Saldo Setelah Penutup j. Pembuatan Jurnal Pembalik (Bahri, 2016:18-19)
Apabila digambarkan dalam bentuk bagan maka siklus akuntansi terlihat seperti berikut:
Bagan 2.1 Siklus Akuntansi
Sumber: Bahri (2016:18-19) diolah oleh penulis
Bukti Transaksi
Jurnal
Buku Besar
Neraca Saldo
Jurnal Penyesuai
-an Neraca
Lajur Laporan
Keuangan Jurnal Penutup
Neraca Saldo Setelah Penutup
11. Pencatatan Persediaan Barang Dagang
Entitas dagang secara sistematis menggunakan catatan persediaan dalam menentukan besarnya barang dagang yang tersedia untuk dijual dan yang telah terjual. Dua metode yang biasa digunakan dalam mencatat persediaan barang dagang yaitu:
a. Metode Perpetual
Menurut Bahri (2016: 287) Metode perpetual akan terus menerus menunjukkan berapa besarnya saldo persediaan barang dagang yang ada di gudang untuk masing-masing jenis persediaan.
Dalam metode ini harga pokok penjualan dicatat setiap penjualan terjadi. Akun pembelian, retur pembelian, dan potongan pembelian akan digantikan dengan akun persediaan barang dagang.
Akun–akun yang terdapat dalam metode perpetual menurut Bahri (2016: 287) yaitu:
1) Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat penjualan secara tunai maupun kredit.
2) Potongan Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat potongan yang diberikan oleh penjual.
3) Retur Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat pengembalian barang dagang yang sudah dijual.
4) Persediaan Barang Dagangan
Akun ini digunakan untuk mencatat persediaan barang dagang.
5) Beban Pokok Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat beban pokok dan pembebanan atas barang yang sudah dijual.
Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dagang yaitu:
1) Jurnal Penjualan
Kas / Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang Dagangan xxx 2) Jurnal Retur Penjualan
Retur Penjualan xxx
Kas xxx
Persediaan Barang Dagangan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
3) Jurnal Potongan Penjualan
Kas xxx
Potongan Penjualan xxx
Piutang Dagang xxx
4) Jurnal Pembelian
Persediaan Barang Dagangan xxx
Kas/Utang Dagang xxx
5) Jurnal Retur Pembelian
Kas xxx
Persediaan Barang Dagang xxx
6) Jurnal Potongan Pembelian
Utang Dagang xxx
Kas xxx
Persediaan Barang Dagangan xxx (Bahri 2016: 288-293)
Jurnal Penyesuaian dalam metode perpetual menurut Bahri (2016: 321) digunakan apabila terdapat perbedaan antara neraca dan stock opname sebagai berikut:
1) Apabila nilai persediaan barang dagangan berdasarkan stock opname lebih kecil dari nilainya di Neraca Saldo, maka Jurnal Penyesuaiannya sebagai berikut:
Beban Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang Dagangan xxx
2) Apabila nilai persediaan barang dagangan berdasarkan stock opname lebih besar dari nilainya di Neraca Saldo, maka Jurnal Penyesuaiannya sebagai berikut:
Persediaan Barang Dagangan xxx
Beban Pokok Penjualan xxx
Jurnal Penutup yang diperlukan dalam persediaan barang dagangan metode perpetual sebagai berikut:
1) Penjualan xxx
Retur Penjualan xxx
Potongan Penjualan xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
(Menutup akun penghasilan)
2) Ikhtisar Laba Rugi xxx
Beban Pokok Penjualan xxx
(Menutup akun beban pokok penjualan)
Penyajian akun beban pokok penjualan dalam Laporan Laba Rugi menurut metode perpetual sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Penyajian Beban Pokok Penjualan Dalam Laporan Laba Rugi (Metode Perpetual)
Penjualan xxx
Potongan Penjualan (xxx)
Penjualan Bersih xxx
Beban Pokok Penjualan (xxx)
Laba Kotor xxx
Sumber: Rudianto (2012: 126) b. Metode Periodik
Menurut Bahri (2016: 235-236) akun–akun yang digunakan dalam metode periodik/ fisik, sebagai berikut:
1) Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat penjualan secara tunai maupun kredit.
2) Potongan Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat potongan yang diberikan oleh penjual.
3) Retur Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat pengembalian barang dagang yang sudah dijual.
4) Beban Pengiriman Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat beban pengiriman terkait penjualan barang dagangan.
5) Persediaan Barang Dagang
Akun ini digunakan untuk mencatat nilai persediaan barang dagang pada awal dan akhir periode.
6) Pembelian
Akun ini digunakan untuk mencatat pembelian barang dagang.
7) Potongan Pembelian
Akun ini digunakan untuk mencatat potongan yang diberikan oleh pemasok.
8) Retur Pembelian
Akun ini digunakan untuk mencatat pengembalian barang dagang yang sudah dibeli.
9) Beban Angkut Pembelian
Akun ini digunakan untuk mencatat beban pengiriman terkait pembelian barang dagangan.
10) Beban Pokok Penjualan
Akun ini digunakan untuk menghitung beban pokok dari barang yang sudah dijual di Laporan Laba Rugi.
Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dagangan menggunakan metode periodik/
fisik menurut Bahri (2016: 236-244) sebagai berikut:
1) Transaksi Penjualan Tunai/Kredit
Kas / Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
2) Transaksi Retur Penjualan
Retur Penjualan xxx
Kas/Piutang Dagang xxx
3) Transaksi Potongan Penjualan
Kas xxx
Potongan Penjualan xxx
Piutang Dagang xxx
4) Transaksi Beban Pengiriman
Beban Angkut Penjualan xxx
Kas xxx
5) Transaksi Pembelian Tunai/Kredit
Pembelian xxx
Kas/Utang Dagang xxx
6) Transaksi Retur Pembelian
Kas/Utang Dagang xxx
Retur Pembelian xxx
7) Transaksi Potongan Pembelian
Utang Dagang xxx
Potongan Pembelian xxx
Kas xxx
Jurnal Penyesuaian yang diperlukan untuk menyesuaikan persediaan barang dagangan menurut Rudianto (2012: 134) sebagai berikut:
1) Menutup saldo persediaan barang dagangan (awal periode)
Ikhtisar Laba Rugi xxx
Persediaan Barang Dagangan xxx 2) Mengakui saldo persediaan barang dagangan (akhir periode) Persediaan Barang Dagangan xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
Jurnal Penutup yang diperlukan dalam persediaan barang dagangan metode periodik menurut Rudianto (2012: 131) sebagai berikut:
Penjualan xxx
Retur Pembelian xxx
Potongan Pembelian xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
Pembelian xxx
Retur Penjualan xxx
Potongan Penjualan xxx
Penyajian akun beban pokok penjualan dalam Laporan Laba Rugi menurut metode periodik/ fisik sebagai berikut:
Tabel 2. 4 Penyajian Beban Pokok Penjualan Dalam Laporan Laba Rugi (Metode Periodik/ Fisik)
Penjualan xxx
Potongan Penjualan (xxx)
Penjualan Bersih xxx
Beban Pokok Penjualan:
Persediaan Barang Dagangan (Awal) xxx
Pembelian xxx
Potongan Pembelian (xxx)
Persediaan Total xxx
Persediaan Barang Dagangan (Akhir) (xxx) Beban Pokok Penjualan (xxx)
Laba Bruto xxx
Sumber: Rudianto (2012: 130)
c. Teknik Estimasi Persediaan Metode Laba Kotor
Metode laba kotor merupakan estimasi yang menggunakan estimasi laba kotor untuk mengestimasi besarnya persediaan pada akhir periode. Besarnya prosentase laba kotor untuk periode berjalan diasumsikan sama dengan periode-periode sebelumnya. Untuk mendapatkan besarnya estimasi persediaan akhir maka dapat didapatkan dengan prosentase laba kotor dikalikan dengan penjualan
bersih, sehingga mendapatkan besarnya beban pokok penjualan. Lalu estimasi beban pokok penjualan akan dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia dijual (Hery, 2017:141).
12. Pencatatan Transaksi Keuangan
Pencatatan untuk seluruh transaksi keuangan yang dilakukan entitas akan dicatat ke dalam buku yang disebut jurnal. Pencatatan jurnal dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
a. Pencatatan dengan menggunakan jurnal umum dilakukan dalam satu jurnal seperti tabel berikut:
Tabel 2. 5 Format Jurnal Umum
Tgl Keterangan Ref Jumlah
Debit Kredit
Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 30)
b. Pencatatan dengan menggunakan jurnal khusus seperti berikut ini:
1) Jurnal Penerimaan Kas
“Jurnal Penerimaan Kas yaitu jurnal yang khusus mencatat penerimaan uang secara tunai dari berbagai sumber” (Lubis dan Dewi, 2017: 40).
Tabel 2. 6 Format Jurnal Penerimaan Kas
Sumber: Lubis dan Dewi (2017:40) Kas Potongan Penjualan
Piutang
Usaha Penjualan Serba serbi Tgl Keterangan Ref
Debit Kredit
2) Jurnal Pembayaran Kas
“Jurnal Pembayaran Kas yaitu jurnal yang khusus mencatat seluruh transaksi pengeluaran secara tunai untuk segala keperluan”
(Lubis dan Dewi, 2017: 42).
Tabel 2. 7 Format Jurnal Pembayaran Kas
Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 42)
3) Jurnal Pembelian
“Jurnal Pembelian yaitu jurnal khusus untuk mencatat transaksi pembelian secara kredit” (Lubis dan Dewi, 2017: 43).
Tabel 2. 8 Format Jurnal Pembelian
Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 44)
4) Jurnal Penjualan
“Jurnal Penjualan yaitu jurnal khusus untuk mencatat transaksi penjualan secara kredit” (Lubis dan Dewi, 2017: 45).
Tabel 2. 9 Format Jurnal Penjualan
Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 47)
Utang
Usaha Pembelian Serba serbi
Potongan
Pembelian Kas Tgl Keterangan Ref
Debit Kredit
Kredit Pembelian Serba
Serbi
Utang Usaha Tgl Keterangan Ref
Debit
Debit Piutang
Usaha Penjualan Serba Serbi Keterangan Ref
Kredit Tgl
13. Buku Besar
Buku Besar merupakan rekening-rekening yang saling berhubungan dan satu kesatuan yang disusun sesuai dengan pos–pos dalam laporan keuangan (Bahri, 2016: 50).
a. Buku Besar (Utama)
Buku Besar (utama) merupakan pengikhtisaran akun yang berasal dari jurnal dan saldo tiap akun berasal dari rekapitulasi jurnal.
Format Buku Besar (utama) sebagai berikut:
Tabel 2. 10 Format Buku Besar (Utama)
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 56)
b. Buku Besar (Pembantu)
Buku Besar (pembantu) merupakan kumpulan akun-akun pendukung yang saldo totalnya sama dengan saldo akun yang ada di Buku Besar untuk memudahkan dalam mempercepat penyusunan laporan dan neraca. Buku Besar (Pembantu) biasanya terdiri dari Buku Besar (Pembantu) piutang dan Buku Besar (Pembantu) utang. Berikut format Buku Besar (Pembantu) bentuk bersaldo (staffle):
Tabel 2. 11 Format Buku Besar (Pembantu)
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 53)
14. Neraca Saldo
Menurut Lubis (2017: 64) Neraca Saldo adalah daftar dari semua akun beserta saldonya yang ada pada Buku Besar untuk mengetahui jumlah saldo dari Buku Besar antara debit dan kredit.
Tabel 2. 12 Format Neraca Saldo
Nomor Akun Nama Akun Debit Kredit
Jumlah
Sumber: Lubis (2017: 64)
15. Jurnal Penyesuaian
Jurnal Penyesuaian merupakan jurnal untuk menyesuaikan saldo yang tidak sesuai dengan sebenarnya pada saat Neraca Saldo atau akhir periode. Akun yang perlu disesuaikan sebagai berikut:
a. Pendapatan yang masih harus diterima (piutang pendapatan), yaitu pendapatan yang sudah menjadi hak entitas tetapi belum dicatat.
Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Piutang Rp xxx
Pendapatan Rp xxx
b. Biaya/ beban yang masih harus dibayar (utang biaya), yaitu biaya yang sudah menjadi kewajiban entitas tetapi belum dicatat. Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Beban Rp xxx
Utang Rp xxx
c. Pendapatan diterima dimuka, yaitu pendapatan yang telah diterima namun belum menjadi hak pada periode tersebut.
1) Dengan pendekatan utang, Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Pendapatan diterima dimuka Rpxxx
Pendapatan Rp xxx
2) Dengan pendekatan pendapatan, Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Pendapatan sewa Rp xxx
Sewa diterima dimuka Rp xxx
b. Beban dibayar dimuka, yaitu beban yang sudah dikeluarkan lebih dahulu, namun haknya belum diterima.
1) Dengan pendekatan asset, Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Beban asset (asuransi/iklan/sewa) Rp xxx
Asset dibayar dimuka Rp xxx
2) Dengan pendekatan beban, Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Asset dibayar dimuka Rp xxx
Beban asset (asuransi/iklan/sewa) Rp xxx
c. Piutang tak tertagih, penyesuaian ini digunakan untuk mencadangkan perkiraan sejumlah piutang yang tidak dapat tertagih oleh pelanggan.
Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Beban cadangan kerugian piutang Rpxxx Cadangan kerugian piutang tak tertagih Rpxxx
d. Depresiasi aktiva tetap, digunakan untuk mengalokasikan dana yang dikeluarkan untuk pembelian aktiva tetap yang mengalami pengurangan harga dari tahun ke tahun. Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Beban penyusutan aset tetap Rpxxx
Akumulasi penyusutan aset tetap Rp xxx e. Perlengkapan, Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Beban perlengkapan Rpxxx
Perlengkapan Rp xxx
(Sujarweni, 2016: 44).
Tabel 2. 13 Format Jurnal Penyesuaian Tanggal Nama Akun
dan Deskripsi
P/R Debit Kredit
Sumber: Warsono (2013: 66)
16. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Menurut Bahri (2016: 94) Neraca Saldo setelah penyesuaian merupakan langkah setelah Jurnal Penyesuaian di posting ke Buku Besar yang akan digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Berikut format Neraca Saldo Setelah Penyesuaian:
Tabel 2. 14 Format Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Nomor Akun Nama Akun Debit Kredit
Jumlah
Sumber: Bahri (2016: 94)
17. Neraca Lajur
Neraca Lajur adalah suatu format kertas kerja untuk membuat ringkasan ayat Jurnal Penyesuaian dan saldo akun untuk laporan keuangan.
Neraca Lajur dibuat pada akhir periode akuntansi sebelum atau sesudah proses penyesuaian (pembuatan ayat Jurnal Penyesuaian) dilakukan.
Berikut format Neraca Lajur:
Tabel 2. 15 Format Neraca Lajur
Nama akun
Neraca Penyesuaian
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Laporan Laba Rugi
Laporan Posisi Keuangan
D K D K D K D K D K
Sumber: Sasongko Catur dkk (2016:81)
18. Laporan Keuangan
“Laporan keuangan (financial statements) merupakan hasil akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran transaksi yang dapat digunakan sebagai alat mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan” (Hery, 2016: 15). Dalam SAK EMKM 2018, laporan keuangan minimum terdiri dari:
a. Laporan laba rugi selama periode
Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang memuat informasi dari pendapatan dan beban untuk mengetahui laba/rugi pada saat periode laporan itu dibuat” (Hery, 2016: 16).
Tabel 2. 16 Format Laporan Laba Rugi Per 31 Desember 20X8
ENTITAS
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X8
PENDAPATAN Catatan 20X8 20X7
Pendapatan usaha 10 xxx xxx
Pendapatan lain-lain xxx xxx
JUMLAH PENDAPATAN
xxx xxx
BEBAN
Beban usaha xxx xxx
Beban lain-lain 11 xxx xxx
JUMLAH BEBAN xxx xxx
LABA (RUGI) SEBELUM
PAJAK PENGHASILAN xxx xxx
Beban pajak penghasilan 12 xxx Xxx
LABA (RUGI) SETELAH
PAJAK PENGHASILAN xxx Xxx
Sumber: IAI (2018: 51)
Pada umumnya laporan laba rugi ada dua bentuk laporan yaitu:
1) Bentuk langkah tunggal (single step form)
Berdasarkan metode ini, semua pendapatan dan semua beban dikelompokkan menjadi satu, sehingga pendapatan dan beban tidak sesuai dengan sifat. Bentuk laba rugi single step ditunjukkan pada tabel 2.17.
Tabel 2. 17 Contoh Laporan Laba Rugi (Single Step)
Pendapatan:
Pendapatan (operasi) xxx
Pendapatan bunga (diluar operasi) xxx
Jumlah pendapatan xxx
Beban-beban:
Gaji bagian penjualan xxx
Beban iklan xxx
Gaji pegawai kantor xxx
Beban perlengkapan kantor dan toko xxx
Beban telepon xxx
Beban sewa xxx
Beban listrik dan air xxx
Beban asuransi xxx
Beban penyusutan bangunan xxx Beban penyusutan kendaraan xxx Beban penyusutan peralatan xxx
Beban kerugian piutang xxx
Beban bunga xxx
Total beban-beban (xxx)
Laba Bersih xxx
Sumber: Bahri (2016: 138-139)
2) Bentuk langkah bertahap (multiple step form)
Berdasarkan metode ini, semua pendapatan dan beban dikelompokkan sesuai dengan sifat. Bentuk laba rugi single step ditunjukkan pada tabel 2.18.
Tabel 2. 18 Contoh Laporan Laba Rugi (Multiple Step)
Pendapatan xxx
Beban operasi:
Beban pemasaran:
Gaji bagian penjualan xxx
Beban iklan xxx
Jumlah beban pemasaran xxx
Beban administrasi dan umum:
Gaji pegawai kantor xxx
Beban perlengkapan kantor dan toko xxx
Beban telepon xxx
Beban sewa xxx
Beban listrik dan air xxx
Beban asuransi xxx
Beban penyusutan bangunan xxx Beban penyusutan kendaraan xxx
Lanjutan
Beban penyusutan peralatan xxx
Beban kerugian piutang xxx
Jumlah beban administrasi xxx
Total beban operasi (xxx)
Laba bersih sebelum pos di luar usaha xxx Pendapatan dan beban lain-lain:
Pendapatan binga xxx
Beban bunga (xxx)
Pendapatan (beban) di luar operasi (xxx)
Laba bersih sebelum pajak xxx
Sumber: Bahri (2016: 139-140)
b. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
Laporan posisi keuangan (balance sheet) adalah sebuah laporan yang sistematis tentang posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas entitas per tanggal tertentu (Hery, 2016: 17).
Tabel 2. 19 Format Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 20X8
ENTITAS
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 20X8
ASET CATATAN 20X8 20X7
Kas dan setara kas
Kas 3 Xxx xxx
Giro 4 Xxx xxx
Deposito 5 Xxx xxx
Jumlah kas dan setara kas Xxx xxx
Piutang usaha 6 Xxx xxx
Persediaan Xxx xxx
Beban dibayar di muka 7 Xxx xxx
Aset tetap Xxx xxx
Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
JUMLAH ASET xxx xxx
LIABILITAS
Utang usaha Xxx xxx
Utang bank 8 Xxx xxx
JUMLAH LIABILITAS Xxx xxx
EKUITAS
Lanjutan
Modal
Xxx xxx
Saldo laba (rugi) 9 Xxx xxx
JUMLAH EKUITAS xxx xxx
JUMLAH LIABILITAS &
EKUITAS
xxx xxx
Sumber: IAI (2016: 50)
Pada umumnya neraca mempunyai dua bentuk laporan yaitu:
1) Bentuk Rekening/ Skonto (Account Form)
Tabel 2. 20 Contoh Neraca Bentuk Rekening/Skonto (Account Form)
Sumber: Bahri (2016: 148-149)
Aktiva lancar: Kewajiban jangka pendek:
Kas dan Bank xxx Utang usaha xxx
Piutang usaha xxx Utang pajak xxx
Piutang wesel xxx Beban terutang xxx
Sewa dibayar di muka xxx xxx
Asuransi dibayar di muka xxx
Total aktiva lancar xxx Kewajiban jangka panjang:
Utang bank xxx
Aktiva tetap: Utang obligasi xxx
Tanah xxx xxx
Bangunan xxx Total Kewajiban xxx
Akm peny bangunan (xxx) Ekuitas:
xxx Modal saham xxx
Peralatan xxx Agio saham xxx
Akm penyusutan peralatan (xxx) Laba ditahan/saldo laba xxx
xxx Total Ekuitas xxx
Total aktiva tetap xxx
Total Aktiva xxx Total Kewajiban dan
Ekuitas xxx
2) Bentuk Laporan/ Stafel (Report Form)
Tabel 2. 21 Contoh Neraca Bentuk Laporan/ Stafel (Report Form)
Sumber: Bahri (2016: 149-151) Aktiva lancar:
Kas dan Bank xxx
Piutang usaha xxx
Piutang wesel xxx
Sewa dibayar di muka xxx
Asuransi dibayar di muka xxx
Total aktiva lancar xxx
Aktiva tetap:
Tanah xxx
Bangunan xxx
Akm peny bangunan (xxx)
xxx
Peralatan xxx
Akm penyusutan peralatan (xxx)
xxx
Total aktiva tetap xxx
Total Aktiva xxx
Kewajiban jangka pendek:
Utang usaha xxx
Utang pajak xxx
Beban terutang xxx
xxx Kewajiban jangka panjang:
Utang bank xxx
Utang obligasi xxx
xxx
Total Kewajiban xxx
Ekuitas:
Modal saham xxx
Agio saham xxx
Laba ditahan/saldo laba xxx
Total Ekuitas xxx
Total Kewajiban dan
Ekuitas xxx
c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu yang relevan
Jenis informasi tambahan dan rincian yang disajikan bergantung pada jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh entitas (IAI, 2018: 13).
Tabel 2. 22 Format Catatan Atas Laporan Keuangan 31 Desember 20X8
ENTITAS
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 JANUARI 2019
1. UMUM
Entitas didirikan di Jakarta berdasarkan akta Nomor xx tanggal 1 Januari 20x7 yang dibuat dihadapan Notaris, S.H., notaris di Jakarta dan mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No xx 2016 tanggal 31 Desember 2016. Entitas bergerak dalam bidang usaha manufaktur. Entitas memenuhi kriteria sebagai entitas mikro, kecil dan menengah sesuai UU Nomor 20 Tahun 2008.
Entitas berdomisili di Jalan xxx, Jakarta Utara.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING a. Pernyataan Kepatuhan
Laporan keuangan disusun menggunakan Standar Akuntansi keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah.
b. Dasar Penyusunan
Dasar penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis dan menggunakan asumsi dasar akrual. Mata uang penyajian yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah Rupiah.
c. Piutang Usaha
Piutang usaha disajikan sebesar jumlah tagihan.
d. Persediaan
Biaya persediaan bahan baku meliputi biaya pembelian dan biaya angkut pembelian. Biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja langsung dan overhead. Overhead tetap dialokasikan ke biaya konversi berdasarkan kapasitas produksi normal. Overhead variabel dialokasikan pada unit produksi berdasarkan penggunaan aktual fasilitas produksi. Entitas menggunakan rumus biaya persediaan rata-rata.
Lanjutan
e. Aset Tetap
Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehannya jika aset tersebut dimiliki secara hukum oleh entitas. Aset tetap disusutkan menggunakan metode garis lurus tanpa nilai residu.
f. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pendapatan penjualan diakui ketika tagihan diterbitkan atau pengiriman dilakukan kepada pelanggan. Beban diakui saat terjadi.
g. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia.
3. KAS
20X8 20X7
Kas kecil Jakarta – Rupiah xxx xxx
4. GIRO
20X8 20X7
PT Bank xxx – Rupiah xxx xxx
5. DEPOSITO
20X8 20X7
PT Bank xxx – Rupiah xxx xxx
Suku Bunga – Rupiah xxx xxx
6. PIUTANG USAHA
20X8 20X7
Toko A xxx xxx
Toko B xxx xxx
Jumlah xxx xxx
7. BEBAN DIBAYAR DI MUKA
20X8 20X7
Sewa xxx xxx
Asuransi xxx xxx
Lisensi dan perizinan xxx xxx
Lanjutan
Jumlah xxx xxx
8. UTANG BANK
Pada tanggal 4 Maret 20X8, Entitas memperoleh pinjaman Kredit Modal Kerja (KMK) dari PT Bank ABC dengan maksimum kredit Rp xxx, suku bunga efektif 11% per tahun dengan jatuh tempo berakhir tanggal 19 April 20X8. Pinjaman dijamin dengan persediaan dan sebidang tanah milik entitas.
9. SALDO LABA
Saldo laba merupakan akumulasi selisih penghasilan dan beban, setelah dikurangkan dengan distribusi kepada pemilik.
10. PENDAPATAN PENJUALAN
20X8 20X7
Penjualan Xxx xxx
Retur Penjualan Xxx xxx
Jumlah Xxx xxx
11. BEBAN LAIN-LAIN
20X8 20X7
Bunga Pinjaman Xxx xxx
Lain-lain Xxx xxx
Jumlah Xxx xxx
12. BEBAN PAJAK PENGHASILAN
20X8 20X7
Pajak Penghasilan Xxx xxx
Sumber: IAI (2016: 52-54)
19. Jurnal Penutup
Menurut Bahri (2016: 168), Jurnal Penutup merupakan jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk menutup rekening-rekening nominal (nominal account) atau rekening sementara.
Tabel 2. 23 Format Jurnal Penutup
Tanggal Akun dan Penjelasan Ref Debit Kredit
30/12/2012 Pendapatan .... xxx
Ikhtiasar Laba Rugi Xxx
(Menutup akun pendapatan)
30/12/2012 Ikhtisar Laba Rugi xxx
Beban ... xxx
Beban ... xxx
Beban ... xxx
(Menutup akun beban)
30/12/2012 Modal,…. xxx
Prive, ….. xxx
(Menutup pengambilan pribadi)
30/12/2012 Saldo laba xxx
Dividen xxx
(Menutup rekening dividen)
30/12/2012 Ikhtisar Laba Rugi xxx
Saldo Laba xxx
(Menutup saldo laba ke rekening saldo laba)
30/12/2012 Saldo Laba xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx
(Menutup saldo rugi ke rekening saldo laba)
Sumber: Bahri (2016: 168-172)
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang penyusunan laporan keuangan menurut SAK EMKM selama ini telah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.24.
Tabel 2. 24 Hasil Penelitian Terdahulu
Aspek Marlina Sari (2019) Fakhtun Nisa’Ayu Efendi (2019)
Ainur Rohmah (2020)
Judul “Penyusunan Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) pada Banjar Putra Sport
Banjarmasin”
“Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) dalam Penyusunan Laporan Keuangan Fitaloka Studio di Mojokerto”
“Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM pada Toko Rahma di
Banjarmasin”
Entitas yang diteliti
Banjar Putra Sport Banjarmasin.
Fitaloka Studio di Mojokerto.
UD Rahma
Periode Analisis
Oktober – Desember 2018.
Juli 2019. Mei 2020
Rumusan Masalah
Bagaimana
penyusunan laporan keuangan
berdasarkan SAK EMKM pada Banjar Putra Sport
Banjarmasin?
Bagaimana penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) dalam penyusunan laporan keuangan Fitaloka Studio di Mojokerto?
Bagaimana penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Toko Rahma di Banjarmasin?
Tujuan Penelitian
Penyusunan laporan keuangan
berdasarkan SAK EMKM pada Banjar Putra Sport
Banjarmasin.
Penyusunan laporan keuangan pada Fitaloka Studio di Mojokerto.
Penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Toko Rahma di Banjarmasin Metode
Penelitian
Wawancara Dokumentasi
Observasi Wawancara Dokumentasi
Wawancara Dokumentasi Hasil
Penelitian
Penulis menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada toko Banjar Putra Sport di Banjarmasin.
Penulis menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Fitaloka Studio di Mojokerto.
Penulis menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Toko Rahma di Banjarmasin Sumber: Marlina Sari (2019), Fakhtun Nisa’Ayu Efendi (2019), dan Ainur Rohmah (2020)
1. Persamaan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang penulis lakukan memiliki kesamaan terhadap penelitian terdahulu, sebagai berikut:
a. Standar Akuntansi yang Digunakan.
Penulis dan penelitian terdahulu menggunakan SAK EMKM dalam penyusunan laporan keuangan untuk entitas dagang.
b. Jurnal yang Digunakan.
Penulis, Marlina Sari, dan Ainur Rohmah menggunakan jurnal khusus dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan entitas.
2. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Sedangkan, penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti terdahulu memiliki perbedaan sebagai berikut:
a. Periode Penyusunan Laporan Keuangan.
Penulis melakukan penyusunan laporan keuangan periode Januari – Maret 2022. Sedangkan Marlina Sari melakukan penyusunan laporan keuangan periode Oktober – Desember 2018, Fakhtun Nisa’Ayu Efendi yaitu untuk bulan Juli 2019, dan Ainur Rohmah yaitu untuk bulan Mei 2020.
b. Jurnal yang digunakan.
Penulis menggunakan jurnal khusus dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan entitas, sedangkan Fakhtun Nisa’Ayu Efendi menggunakan jurnal umum dalam pencatatannya.
c. Siklus akuntansi yang digunakan.
Penulis menggunakan Neraca Lajur dalam siklus penyusunan laporan keuangan, sedangkan Marlina Sari tidak menggunakan neaca lajur.
d. Laporan keuangan yang dihasilkan.
Penulis menghasilkan laporan keuangan bulanan (untuk tiga bulan) dan triwulan (triwulan I), sedangkan Marlina Sari hanya menghasilkan laporan triwulan (triwulan IV). Selain itu, Fakhtun Nisa’Ayu Efendi dan Ainur Rohmah hanya menghasilkan laporan keuangan bulanan untuk satu bulan saja.