• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Akuntansi

“Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara sedemikian rupa, sistematis dari segi isi, dan berdasarkan standar yang diakui umum” (Bahri, 2016: 2).

2. Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi yang paling utama adalah sebagai media informasi yang menjelaskan kinerja keuangan suatu entitas. Perubahan yang terjadi pada entitas serta mengenai posisi keuangan juga akan dapat terlihat dalam laporan akuntansi (Pujiyanti, 2015: 49).

3. Pengguna Informasi Akuntansi

Pada umumnya, setiap entitas menggunakan informasi akuntansi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Berikut pengguna dari informasi akuntansi:

a. Pemegang saham, investor, dan penasihat menggunakan informasi akuntansi untuk menentukan langkah yang akan diambil dalam membuat keputusan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasinya serta mampu menilai kinerja suatu entitas.

b. Karyawan menggunakan informasi akuntansi untuk mengetahui stabilitas dan profitabilitas entitas.

c. Pemberi pinjaman menggunakan informasi akuntansi dalam memperkirakan apakah entitas dapat melunasi pinjaman dan bunganya pada jatuh tempo atau tidak

d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya menggunakan informasi akuntansi untuk memperkirakan apakah entitas dapat melunasi pinjaman pada saat jatuh tempo.

(2)

e. Pelanggan menggunakan informasi akuntansi untuk menilai kelangsungan usaha suatu entitas.

f. menggunakan informasi akuntansi untuk dapat mengatur aktivitas entitas, misalnya menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.

g. Masyarakat menggunakan informasi akuntansi untuk membantu masyarakat dengan menyediakan informasi mengenai perkembangan kemakmuran entitas (Bahri, 2016:2-3).

4. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 2021 pasal 35 hingga pasal 36 mengenai kriteria Usaha Kecil Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yaitu:

a. UMKM yang baru didirikan, terdapat kriteria modal UMKM berdasarkan modal usaha sebagai berikut:

1) Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

2) Usaha Kecil memiliki modal usaha lebih dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

3) Usaha Menengah memiliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. UMKM yang telah berdiri, terdapat kriteria UMKM berdasarkan penjualan tahunan sebagai berikut:

1) Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);

(3)

2) Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah); dan 3) Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

5. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM)

SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan dan memberikan rentang kuantitatif UMKM. Standar ini ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP (IAI, 2018: SAK EMKM).

6. Persamaan Akuntansi

Persamaan akuntansi merupakan persamaan dalam mencerminkan kekayaan, utang dan modal yang dimiliki oleh entitas. Hal penting yang dipegang di dalam persamaan akuntansi yaitu adanya prinsip keseimbangan antara harta dengan aktiva.

Kartomo dan Sudarman (2019: 5-6) menyatakan bahwahubungan antara harta dengan hak atas kekayaan dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Harta = Utang + Modal atau Harta – Utang= Modal………. (1)

7. Saldo Normal dan Ketentuan Debit Kredit

Cara sederhana dalam mengetahui tentang saldo normal dan ketentuan debit kredit menurut Bahri (2016:22) yaitu sebagai berikut:

a. Aset (Harta) mempunyai saldo normal di sebelah debit. Jika transaksi bersifat menambah aktiva entitas, maka transaksi tersebut dicatat di

(4)

sebelah debit. Sebaliknya, jika mengurang aktiva entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah kredit.

b. Liabilitas (Kewajiban) mempunyai saldo normal di sebelah kredit.

Jika transaksi bersifat menambah kewajiban entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah kredit. Sebaliknya, jika mengurang kewajiban entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah debit.

c. Ekuitas (Modal) mempunyai saldo normal di sebelah kredit. Jika transaksi bersifat menambah ekuitas entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah kredit. Sebaliknya, jika mengurang ekuitas entitas, maka transaksi tersebut dicatat di sebelah debit. Namun untuk akun prive (pengambilan pribadi) mempunyai saldo normal debit sehingga bersifat mengurangi ekuitas.

d. Pendapatan/penghasilan mempunyai saldo normal di sebelah kredit sehingga sifatnya menambah ekuitas. Pendapatan/ penghasilan akan bertambah di sebelah kredit dan berkurang di sebelah debit.

e. Beban mempunyai saldo normal di sebelah debit sehingga sifatnya mengurangi ekuitas. Beban akan bertambah di sebelah debit dan berkurang di sebelah kredit.

Tabel 2. 1 Ketentuan Tentang Debit Kredit

Nama Rekening Saldo

Normal Bertambah Berkurang

Aktiva (Harta) Debit Debit Kredit

Liabilitas (Kewajiban) Kredit Kredit Debit

Ekuitas (Modal) Kredit Kredit Debit

Penghasilan/Pendapatan Kredit Kredit Debit

Beban Debit Debit Kredit

Sumber: Bahri (2016: 22)

(5)

8. Pengertian Akun, Klasifikasi Akun dan Nomor Akun a. Pengertian Akun

Menurut Rudianto (2012: 43) Akun merupakan suatu media untuk mencatat transaksi-transaksi keuangan yang dimiliki entitas, seperti aset, utang, modal, penghasilan, dan beban.

b. Klasifikasi Akun

Klasifikasi akun terbagi menjadi 2 golongan yaitu:

1) Akun riil merupakan akun-akun yang selalu tersedia selama entitas masih beroperasi dan sifatnya tetap. Akun riil terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas.

2) Akun nominal merupakan akun-akun yang bersifat sementara.

Yang termasuk akun nominal adalah kelompok pendapatan dan beban (Fauziah, 2017: 37).

c. Nomor Akun

Penggolongan tiap jenis aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban harus disusun dengan rapi dan diberi nomor maupun kode untuk mempermudah dalam proses pencatatan meskipun nama akun tiap entitas berbeda-beda (Pujiyanti, 2015: 55).

Berikut adalah contoh daftar nomor akun sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Nomor Akun

No. Kode Golongan 1 Aset

1 10- Aset Lancar 101 Kas

102 Piutang Usaha 103 Wesel Tagih

104 Persediaan Barang Dagang 105 Perlengkapan Toko

106 Perlengkapan Kantor 107 Asuransi Dibayar Dimuka 11- Investasi Jangka Panjang

111 Investasi Saham 112 Investasi Obligasi Aset Tetap

12- 121 Peralatan Toko

(6)

Lanjutan

122 Akumulasi Penyusutan Peralatan Toko 123 Peralatan Kantor

124 Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor 125 Tanah

126 Gedung Toko

127 Akumulasi Penyusutan Gedung Toko Aset Tetap Tak Berwujud

13- 131 Hak Paten 132 Hak Cipta 133 Merek 134 Goodwill 135 Franchise Aset Lain-Lain

14- 141 Mesin Yang Tidak Digunakan 142 Beban Yang Ditangguhkan No. Kode Golongan 2 Liabilitas

2 Liabilitas Lancar 20- 201 Hutang Lancar

202 Wesel Bayar

203 Beban Yang Masih Harus Dibayar 204 Hutang Sewa

205 Hutang Pajak

206 Hutang Gaji dan Upah 207 Uang Muka Penjualan Liabilitas Jangka Panjang 21- 211 Hutang Hipotek

212 Hutang Obligasi 212 Hutang Obligasi No. Kode Golongan 3 Ekuitas 3 30- Ekuitas

301 Ekuitas Pemilik 302 Pengambilan Prive No. Kode Golongan 4 Pendapatan 4 40- Pendapatan

401 Pendapatan Usaha No. Kode Golongan 5 Beban 5 50- Beban

501 Beban Gaji 502 Beban Iklan 503 Beban Sewa 504 Beban Asuransi 505 Beban Perlengkapan

(7)

Lanjutan

No. Kode Golongan 6 Pendapatan Lain-Lain 6 60- Pendapatan Lain-Lain

601 Pendapatan Bunga

602 Pendapatan dari Penjualan Efek No. Kode Golongan 7 Beban Lain-Lain

7 70- Beban Lain-Lain

701 Beban Rugi Penjualan Aset 13- 131 Hak Paten

Sumber: Sujarweni (2016: 32-34)

Ikhtisar laba rugi merupakan akun di ekuitas yang digunakan untuk menampung akun-akun nominal (Warsono dkk, 2013: 114) 9. Metode Perhitungan Penyusutan

Menurut ketentuan perpajakan yang ada dalam Pasal 11 Undang- Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang dikutip dalam Hery (2014: 343) mengenai penyusutan atas harta berwujud pada ayat (3) yaitu “Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan di mana penyusutannya akan dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut, sehingga besarnya beban penyusutan untuk tahun pertama akan dihitung secara pro-rata”.

Pasal 11 Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang dikutip dalam Hery (2014: 344) mengenai penyusutan atas harta berwujud pada ayat (4) yaitu “Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan di mana harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan di mana harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Menurut Rudianto (2012: 261-264) beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan periodik sebagai berikut:

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode perhitungan penyusutan garis lurus akan menghasilkan beban penyusutan aset tetap yang sama dari tahun ke tahun. Beban penyusutan dihitung dengan cara mengurangi harga perolehan dengan

(8)

nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis aset tetap tersebut.

Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa ………..(2) Taksiran Umur Ekonomis Aset

b. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)

Metode ini merupakan metode yang di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa jam periode akuntansi tersebut menggunakan aset tetap itu. Beban penyusutan ini akan menghasilkan tarif penyusutan per jam atau per satuan waktu tertentu.

Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa ………..(3) Taksiran Jam Pemakaian Total

c. Metode Hasil Produk (Prodictive Output Method)

Metode ini merupakan metode yang di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang dihasilkan selama periode akuntansi tersebut dengan menggunakan aset tetap itu.

Penyusutan =

Harga Perolehan – Nilai Sisa …………(4) Taksiran Jumlah Total Produk yang Dapat Dihasilkan

d. Metode Jumlah Angka Tahun

Metode ini merupakan metode yang di mana beban penyusutan aset pada suatu periode akuntansi dihitung dengan cara mengalikan harga perolehan aset tetap yang telah dikurangi dengan nilai sisanya dengan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu berkurang.

Penyusutan =

(Harga Perolehan – Nilai Sisa) x Bobot tahun yang bersangkutan …….(5) Jumlah angka tahun umur ekonomis

(9)

10. Siklus Akuntansi

Siklus akuntansi menurut Bahri (2016:18) merupakan tahap-tahap dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan.

Siklus akuntansi tersebut meliputi:

a. Menganalisis transaksi b. Pencatatan ke dalam jurnal

c. Pemindah-bukuan ke dalam Buku Besar d. Pembuatan Neraca Saldo

e. Pembuatan Jurnal Penyesuaian f. Pembuatan Neraca Lajur g. Penyusunan Laporan Keuangan h. Pembuatan Jurnal Penutup

i. Pembuatan Neraca Saldo Setelah Penutup j. Pembuatan Jurnal Pembalik (Bahri, 2016:18-19)

Apabila digambarkan dalam bentuk bagan maka siklus akuntansi terlihat seperti berikut:

Bagan 2.1 Siklus Akuntansi

Sumber: Bahri (2016:18-19) diolah oleh penulis

Bukti Transaksi

Jurnal

Buku Besar

Neraca Saldo

Jurnal Penyesuai

-an Neraca

Lajur Laporan

Keuangan Jurnal Penutup

Neraca Saldo Setelah Penutup

(10)

11. Pencatatan Persediaan Barang Dagang

Entitas dagang secara sistematis menggunakan catatan persediaan dalam menentukan besarnya barang dagang yang tersedia untuk dijual dan yang telah terjual. Dua metode yang biasa digunakan dalam mencatat persediaan barang dagang yaitu:

a. Metode Perpetual

Menurut Bahri (2016: 287) Metode perpetual akan terus menerus menunjukkan berapa besarnya saldo persediaan barang dagang yang ada di gudang untuk masing-masing jenis persediaan.

Dalam metode ini harga pokok penjualan dicatat setiap penjualan terjadi. Akun pembelian, retur pembelian, dan potongan pembelian akan digantikan dengan akun persediaan barang dagang.

Akun–akun yang terdapat dalam metode perpetual menurut Bahri (2016: 287) yaitu:

1) Penjualan

Akun ini digunakan untuk mencatat penjualan secara tunai maupun kredit.

2) Potongan Penjualan

Akun ini digunakan untuk mencatat potongan yang diberikan oleh penjual.

3) Retur Penjualan

Akun ini digunakan untuk mencatat pengembalian barang dagang yang sudah dijual.

4) Persediaan Barang Dagangan

Akun ini digunakan untuk mencatat persediaan barang dagang.

5) Beban Pokok Penjualan

Akun ini digunakan untuk mencatat beban pokok dan pembebanan atas barang yang sudah dijual.

(11)

Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dagang yaitu:

1) Jurnal Penjualan

Kas / Piutang Dagang xxx

Penjualan xxx

Harga Pokok Penjualan xxx

Persediaan Barang Dagangan xxx 2) Jurnal Retur Penjualan

Retur Penjualan xxx

Kas xxx

Persediaan Barang Dagangan xxx

Harga Pokok Penjualan xxx

3) Jurnal Potongan Penjualan

Kas xxx

Potongan Penjualan xxx

Piutang Dagang xxx

4) Jurnal Pembelian

Persediaan Barang Dagangan xxx

Kas/Utang Dagang xxx

5) Jurnal Retur Pembelian

Kas xxx

Persediaan Barang Dagang xxx

6) Jurnal Potongan Pembelian

Utang Dagang xxx

Kas xxx

Persediaan Barang Dagangan xxx (Bahri 2016: 288-293)

Jurnal Penyesuaian dalam metode perpetual menurut Bahri (2016: 321) digunakan apabila terdapat perbedaan antara neraca dan stock opname sebagai berikut:

1) Apabila nilai persediaan barang dagangan berdasarkan stock opname lebih kecil dari nilainya di Neraca Saldo, maka Jurnal Penyesuaiannya sebagai berikut:

Beban Pokok Penjualan xxx

Persediaan Barang Dagangan xxx

(12)

2) Apabila nilai persediaan barang dagangan berdasarkan stock opname lebih besar dari nilainya di Neraca Saldo, maka Jurnal Penyesuaiannya sebagai berikut:

Persediaan Barang Dagangan xxx

Beban Pokok Penjualan xxx

Jurnal Penutup yang diperlukan dalam persediaan barang dagangan metode perpetual sebagai berikut:

1) Penjualan xxx

Retur Penjualan xxx

Potongan Penjualan xxx

Ikhtisar Laba Rugi xxx

(Menutup akun penghasilan)

2) Ikhtisar Laba Rugi xxx

Beban Pokok Penjualan xxx

(Menutup akun beban pokok penjualan)

Penyajian akun beban pokok penjualan dalam Laporan Laba Rugi menurut metode perpetual sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Penyajian Beban Pokok Penjualan Dalam Laporan Laba Rugi (Metode Perpetual)

Penjualan xxx

Potongan Penjualan (xxx)

Penjualan Bersih xxx

Beban Pokok Penjualan (xxx)

Laba Kotor xxx

Sumber: Rudianto (2012: 126) b. Metode Periodik

Menurut Bahri (2016: 235-236) akun–akun yang digunakan dalam metode periodik/ fisik, sebagai berikut:

1) Penjualan

Akun ini digunakan untuk mencatat penjualan secara tunai maupun kredit.

(13)

2) Potongan Penjualan

Akun ini digunakan untuk mencatat potongan yang diberikan oleh penjual.

3) Retur Penjualan

Akun ini digunakan untuk mencatat pengembalian barang dagang yang sudah dijual.

4) Beban Pengiriman Penjualan

Akun ini digunakan untuk mencatat beban pengiriman terkait penjualan barang dagangan.

5) Persediaan Barang Dagang

Akun ini digunakan untuk mencatat nilai persediaan barang dagang pada awal dan akhir periode.

6) Pembelian

Akun ini digunakan untuk mencatat pembelian barang dagang.

7) Potongan Pembelian

Akun ini digunakan untuk mencatat potongan yang diberikan oleh pemasok.

8) Retur Pembelian

Akun ini digunakan untuk mencatat pengembalian barang dagang yang sudah dibeli.

9) Beban Angkut Pembelian

Akun ini digunakan untuk mencatat beban pengiriman terkait pembelian barang dagangan.

10) Beban Pokok Penjualan

Akun ini digunakan untuk menghitung beban pokok dari barang yang sudah dijual di Laporan Laba Rugi.

Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dagangan menggunakan metode periodik/

fisik menurut Bahri (2016: 236-244) sebagai berikut:

(14)

1) Transaksi Penjualan Tunai/Kredit

Kas / Piutang Dagang xxx

Penjualan xxx

2) Transaksi Retur Penjualan

Retur Penjualan xxx

Kas/Piutang Dagang xxx

3) Transaksi Potongan Penjualan

Kas xxx

Potongan Penjualan xxx

Piutang Dagang xxx

4) Transaksi Beban Pengiriman

Beban Angkut Penjualan xxx

Kas xxx

5) Transaksi Pembelian Tunai/Kredit

Pembelian xxx

Kas/Utang Dagang xxx

6) Transaksi Retur Pembelian

Kas/Utang Dagang xxx

Retur Pembelian xxx

7) Transaksi Potongan Pembelian

Utang Dagang xxx

Potongan Pembelian xxx

Kas xxx

Jurnal Penyesuaian yang diperlukan untuk menyesuaikan persediaan barang dagangan menurut Rudianto (2012: 134) sebagai berikut:

1) Menutup saldo persediaan barang dagangan (awal periode)

Ikhtisar Laba Rugi xxx

Persediaan Barang Dagangan xxx 2) Mengakui saldo persediaan barang dagangan (akhir periode) Persediaan Barang Dagangan xxx

Ikhtisar Laba Rugi xxx

(15)

Jurnal Penutup yang diperlukan dalam persediaan barang dagangan metode periodik menurut Rudianto (2012: 131) sebagai berikut:

Penjualan xxx

Retur Pembelian xxx

Potongan Pembelian xxx

Ikhtisar Laba Rugi xxx

Ikhtisar Laba Rugi xxx

Pembelian xxx

Retur Penjualan xxx

Potongan Penjualan xxx

Penyajian akun beban pokok penjualan dalam Laporan Laba Rugi menurut metode periodik/ fisik sebagai berikut:

Tabel 2. 4 Penyajian Beban Pokok Penjualan Dalam Laporan Laba Rugi (Metode Periodik/ Fisik)

Penjualan xxx

Potongan Penjualan (xxx)

Penjualan Bersih xxx

Beban Pokok Penjualan:

Persediaan Barang Dagangan (Awal) xxx

Pembelian xxx

Potongan Pembelian (xxx)

Persediaan Total xxx

Persediaan Barang Dagangan (Akhir) (xxx) Beban Pokok Penjualan (xxx)

Laba Bruto xxx

Sumber: Rudianto (2012: 130)

c. Teknik Estimasi Persediaan Metode Laba Kotor

Metode laba kotor merupakan estimasi yang menggunakan estimasi laba kotor untuk mengestimasi besarnya persediaan pada akhir periode. Besarnya prosentase laba kotor untuk periode berjalan diasumsikan sama dengan periode-periode sebelumnya. Untuk mendapatkan besarnya estimasi persediaan akhir maka dapat didapatkan dengan prosentase laba kotor dikalikan dengan penjualan

(16)

bersih, sehingga mendapatkan besarnya beban pokok penjualan. Lalu estimasi beban pokok penjualan akan dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia dijual (Hery, 2017:141).

12. Pencatatan Transaksi Keuangan

Pencatatan untuk seluruh transaksi keuangan yang dilakukan entitas akan dicatat ke dalam buku yang disebut jurnal. Pencatatan jurnal dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:

a. Pencatatan dengan menggunakan jurnal umum dilakukan dalam satu jurnal seperti tabel berikut:

Tabel 2. 5 Format Jurnal Umum

Tgl Keterangan Ref Jumlah

Debit Kredit

Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 30)

b. Pencatatan dengan menggunakan jurnal khusus seperti berikut ini:

1) Jurnal Penerimaan Kas

“Jurnal Penerimaan Kas yaitu jurnal yang khusus mencatat penerimaan uang secara tunai dari berbagai sumber” (Lubis dan Dewi, 2017: 40).

Tabel 2. 6 Format Jurnal Penerimaan Kas

Sumber: Lubis dan Dewi (2017:40) Kas Potongan Penjualan

Piutang

Usaha Penjualan Serba serbi Tgl Keterangan Ref

Debit Kredit

(17)

2) Jurnal Pembayaran Kas

“Jurnal Pembayaran Kas yaitu jurnal yang khusus mencatat seluruh transaksi pengeluaran secara tunai untuk segala keperluan”

(Lubis dan Dewi, 2017: 42).

Tabel 2. 7 Format Jurnal Pembayaran Kas

Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 42)

3) Jurnal Pembelian

“Jurnal Pembelian yaitu jurnal khusus untuk mencatat transaksi pembelian secara kredit” (Lubis dan Dewi, 2017: 43).

Tabel 2. 8 Format Jurnal Pembelian

Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 44)

4) Jurnal Penjualan

“Jurnal Penjualan yaitu jurnal khusus untuk mencatat transaksi penjualan secara kredit” (Lubis dan Dewi, 2017: 45).

Tabel 2. 9 Format Jurnal Penjualan

Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 47)

Utang

Usaha Pembelian Serba serbi

Potongan

Pembelian Kas Tgl Keterangan Ref

Debit Kredit

Kredit Pembelian Serba

Serbi

Utang Usaha Tgl Keterangan Ref

Debit

Debit Piutang

Usaha Penjualan Serba Serbi Keterangan Ref

Kredit Tgl

(18)

13. Buku Besar

Buku Besar merupakan rekening-rekening yang saling berhubungan dan satu kesatuan yang disusun sesuai dengan pos–pos dalam laporan keuangan (Bahri, 2016: 50).

a. Buku Besar (Utama)

Buku Besar (utama) merupakan pengikhtisaran akun yang berasal dari jurnal dan saldo tiap akun berasal dari rekapitulasi jurnal.

Format Buku Besar (utama) sebagai berikut:

Tabel 2. 10 Format Buku Besar (Utama)

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit Saldo

Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 56)

b. Buku Besar (Pembantu)

Buku Besar (pembantu) merupakan kumpulan akun-akun pendukung yang saldo totalnya sama dengan saldo akun yang ada di Buku Besar untuk memudahkan dalam mempercepat penyusunan laporan dan neraca. Buku Besar (Pembantu) biasanya terdiri dari Buku Besar (Pembantu) piutang dan Buku Besar (Pembantu) utang. Berikut format Buku Besar (Pembantu) bentuk bersaldo (staffle):

Tabel 2. 11 Format Buku Besar (Pembantu)

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Saldo

Sumber: Lubis dan Dewi (2017: 53)

14. Neraca Saldo

Menurut Lubis (2017: 64) Neraca Saldo adalah daftar dari semua akun beserta saldonya yang ada pada Buku Besar untuk mengetahui jumlah saldo dari Buku Besar antara debit dan kredit.

(19)

Tabel 2. 12 Format Neraca Saldo

Nomor Akun Nama Akun Debit Kredit

Jumlah

Sumber: Lubis (2017: 64)

15. Jurnal Penyesuaian

Jurnal Penyesuaian merupakan jurnal untuk menyesuaikan saldo yang tidak sesuai dengan sebenarnya pada saat Neraca Saldo atau akhir periode. Akun yang perlu disesuaikan sebagai berikut:

a. Pendapatan yang masih harus diterima (piutang pendapatan), yaitu pendapatan yang sudah menjadi hak entitas tetapi belum dicatat.

Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Piutang Rp xxx

Pendapatan Rp xxx

b. Biaya/ beban yang masih harus dibayar (utang biaya), yaitu biaya yang sudah menjadi kewajiban entitas tetapi belum dicatat. Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Beban Rp xxx

Utang Rp xxx

c. Pendapatan diterima dimuka, yaitu pendapatan yang telah diterima namun belum menjadi hak pada periode tersebut.

1) Dengan pendekatan utang, Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Pendapatan diterima dimuka Rpxxx

Pendapatan Rp xxx

2) Dengan pendekatan pendapatan, Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Pendapatan sewa Rp xxx

Sewa diterima dimuka Rp xxx

b. Beban dibayar dimuka, yaitu beban yang sudah dikeluarkan lebih dahulu, namun haknya belum diterima.

1) Dengan pendekatan asset, Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Beban asset (asuransi/iklan/sewa) Rp xxx

Asset dibayar dimuka Rp xxx

(20)

2) Dengan pendekatan beban, Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Asset dibayar dimuka Rp xxx

Beban asset (asuransi/iklan/sewa) Rp xxx

c. Piutang tak tertagih, penyesuaian ini digunakan untuk mencadangkan perkiraan sejumlah piutang yang tidak dapat tertagih oleh pelanggan.

Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Beban cadangan kerugian piutang Rpxxx Cadangan kerugian piutang tak tertagih Rpxxx

d. Depresiasi aktiva tetap, digunakan untuk mengalokasikan dana yang dikeluarkan untuk pembelian aktiva tetap yang mengalami pengurangan harga dari tahun ke tahun. Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Beban penyusutan aset tetap Rpxxx

Akumulasi penyusutan aset tetap Rp xxx e. Perlengkapan, Jurnal Penyesuaiannya adalah:

Beban perlengkapan Rpxxx

Perlengkapan Rp xxx

(Sujarweni, 2016: 44).

Tabel 2. 13 Format Jurnal Penyesuaian Tanggal Nama Akun

dan Deskripsi

P/R Debit Kredit

Sumber: Warsono (2013: 66)

16. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Menurut Bahri (2016: 94) Neraca Saldo setelah penyesuaian merupakan langkah setelah Jurnal Penyesuaian di posting ke Buku Besar yang akan digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Berikut format Neraca Saldo Setelah Penyesuaian:

(21)

Tabel 2. 14 Format Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Nomor Akun Nama Akun Debit Kredit

Jumlah

Sumber: Bahri (2016: 94)

17. Neraca Lajur

Neraca Lajur adalah suatu format kertas kerja untuk membuat ringkasan ayat Jurnal Penyesuaian dan saldo akun untuk laporan keuangan.

Neraca Lajur dibuat pada akhir periode akuntansi sebelum atau sesudah proses penyesuaian (pembuatan ayat Jurnal Penyesuaian) dilakukan.

Berikut format Neraca Lajur:

Tabel 2. 15 Format Neraca Lajur

Nama akun

Neraca Penyesuaian

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Laporan Laba Rugi

Laporan Posisi Keuangan

D K D K D K D K D K

Sumber: Sasongko Catur dkk (2016:81)

18. Laporan Keuangan

“Laporan keuangan (financial statements) merupakan hasil akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran transaksi yang dapat digunakan sebagai alat mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan” (Hery, 2016: 15). Dalam SAK EMKM 2018, laporan keuangan minimum terdiri dari:

a. Laporan laba rugi selama periode

Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang memuat informasi dari pendapatan dan beban untuk mengetahui laba/rugi pada saat periode laporan itu dibuat” (Hery, 2016: 16).

(22)

Tabel 2. 16 Format Laporan Laba Rugi Per 31 Desember 20X8

ENTITAS

LAPORAN LABA RUGI

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X8

PENDAPATAN Catatan 20X8 20X7

Pendapatan usaha 10 xxx xxx

Pendapatan lain-lain xxx xxx

JUMLAH PENDAPATAN

xxx xxx

BEBAN

Beban usaha xxx xxx

Beban lain-lain 11 xxx xxx

JUMLAH BEBAN xxx xxx

LABA (RUGI) SEBELUM

PAJAK PENGHASILAN xxx xxx

Beban pajak penghasilan 12 xxx Xxx

LABA (RUGI) SETELAH

PAJAK PENGHASILAN xxx Xxx

Sumber: IAI (2018: 51)

Pada umumnya laporan laba rugi ada dua bentuk laporan yaitu:

1) Bentuk langkah tunggal (single step form)

Berdasarkan metode ini, semua pendapatan dan semua beban dikelompokkan menjadi satu, sehingga pendapatan dan beban tidak sesuai dengan sifat. Bentuk laba rugi single step ditunjukkan pada tabel 2.17.

(23)

Tabel 2. 17 Contoh Laporan Laba Rugi (Single Step)

Pendapatan:

Pendapatan (operasi) xxx

Pendapatan bunga (diluar operasi) xxx

Jumlah pendapatan xxx

Beban-beban:

Gaji bagian penjualan xxx

Beban iklan xxx

Gaji pegawai kantor xxx

Beban perlengkapan kantor dan toko xxx

Beban telepon xxx

Beban sewa xxx

Beban listrik dan air xxx

Beban asuransi xxx

Beban penyusutan bangunan xxx Beban penyusutan kendaraan xxx Beban penyusutan peralatan xxx

Beban kerugian piutang xxx

Beban bunga xxx

Total beban-beban (xxx)

Laba Bersih xxx

Sumber: Bahri (2016: 138-139)

2) Bentuk langkah bertahap (multiple step form)

Berdasarkan metode ini, semua pendapatan dan beban dikelompokkan sesuai dengan sifat. Bentuk laba rugi single step ditunjukkan pada tabel 2.18.

Tabel 2. 18 Contoh Laporan Laba Rugi (Multiple Step)

Pendapatan xxx

Beban operasi:

Beban pemasaran:

Gaji bagian penjualan xxx

Beban iklan xxx

Jumlah beban pemasaran xxx

Beban administrasi dan umum:

Gaji pegawai kantor xxx

Beban perlengkapan kantor dan toko xxx

Beban telepon xxx

Beban sewa xxx

Beban listrik dan air xxx

Beban asuransi xxx

Beban penyusutan bangunan xxx Beban penyusutan kendaraan xxx

(24)

Lanjutan

Beban penyusutan peralatan xxx

Beban kerugian piutang xxx

Jumlah beban administrasi xxx

Total beban operasi (xxx)

Laba bersih sebelum pos di luar usaha xxx Pendapatan dan beban lain-lain:

Pendapatan binga xxx

Beban bunga (xxx)

Pendapatan (beban) di luar operasi (xxx)

Laba bersih sebelum pajak xxx

Sumber: Bahri (2016: 139-140)

b. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

Laporan posisi keuangan (balance sheet) adalah sebuah laporan yang sistematis tentang posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas entitas per tanggal tertentu (Hery, 2016: 17).

Tabel 2. 19 Format Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 20X8

ENTITAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN

31 DESEMBER 20X8

ASET CATATAN 20X8 20X7

Kas dan setara kas

Kas 3 Xxx xxx

Giro 4 Xxx xxx

Deposito 5 Xxx xxx

Jumlah kas dan setara kas Xxx xxx

Piutang usaha 6 Xxx xxx

Persediaan Xxx xxx

Beban dibayar di muka 7 Xxx xxx

Aset tetap Xxx xxx

Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)

JUMLAH ASET xxx xxx

LIABILITAS

Utang usaha Xxx xxx

Utang bank 8 Xxx xxx

JUMLAH LIABILITAS Xxx xxx

EKUITAS

(25)

Lanjutan

Modal

Xxx xxx

Saldo laba (rugi) 9 Xxx xxx

JUMLAH EKUITAS xxx xxx

JUMLAH LIABILITAS &

EKUITAS

xxx xxx

Sumber: IAI (2016: 50)

Pada umumnya neraca mempunyai dua bentuk laporan yaitu:

1) Bentuk Rekening/ Skonto (Account Form)

Tabel 2. 20 Contoh Neraca Bentuk Rekening/Skonto (Account Form)

Sumber: Bahri (2016: 148-149)

Aktiva lancar: Kewajiban jangka pendek:

Kas dan Bank xxx Utang usaha xxx

Piutang usaha xxx Utang pajak xxx

Piutang wesel xxx Beban terutang xxx

Sewa dibayar di muka xxx xxx

Asuransi dibayar di muka xxx

Total aktiva lancar xxx Kewajiban jangka panjang:

Utang bank xxx

Aktiva tetap: Utang obligasi xxx

Tanah xxx xxx

Bangunan xxx Total Kewajiban xxx

Akm peny bangunan (xxx) Ekuitas:

xxx Modal saham xxx

Peralatan xxx Agio saham xxx

Akm penyusutan peralatan (xxx) Laba ditahan/saldo laba xxx

xxx Total Ekuitas xxx

Total aktiva tetap xxx

Total Aktiva xxx Total Kewajiban dan

Ekuitas xxx

(26)

2) Bentuk Laporan/ Stafel (Report Form)

Tabel 2. 21 Contoh Neraca Bentuk Laporan/ Stafel (Report Form)

Sumber: Bahri (2016: 149-151) Aktiva lancar:

Kas dan Bank xxx

Piutang usaha xxx

Piutang wesel xxx

Sewa dibayar di muka xxx

Asuransi dibayar di muka xxx

Total aktiva lancar xxx

Aktiva tetap:

Tanah xxx

Bangunan xxx

Akm peny bangunan (xxx)

xxx

Peralatan xxx

Akm penyusutan peralatan (xxx)

xxx

Total aktiva tetap xxx

Total Aktiva xxx

Kewajiban jangka pendek:

Utang usaha xxx

Utang pajak xxx

Beban terutang xxx

xxx Kewajiban jangka panjang:

Utang bank xxx

Utang obligasi xxx

xxx

Total Kewajiban xxx

Ekuitas:

Modal saham xxx

Agio saham xxx

Laba ditahan/saldo laba xxx

Total Ekuitas xxx

Total Kewajiban dan

Ekuitas xxx

(27)

c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu yang relevan

Jenis informasi tambahan dan rincian yang disajikan bergantung pada jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh entitas (IAI, 2018: 13).

Tabel 2. 22 Format Catatan Atas Laporan Keuangan 31 Desember 20X8

ENTITAS

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 JANUARI 2019

1. UMUM

Entitas didirikan di Jakarta berdasarkan akta Nomor xx tanggal 1 Januari 20x7 yang dibuat dihadapan Notaris, S.H., notaris di Jakarta dan mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No xx 2016 tanggal 31 Desember 2016. Entitas bergerak dalam bidang usaha manufaktur. Entitas memenuhi kriteria sebagai entitas mikro, kecil dan menengah sesuai UU Nomor 20 Tahun 2008.

Entitas berdomisili di Jalan xxx, Jakarta Utara.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING a. Pernyataan Kepatuhan

Laporan keuangan disusun menggunakan Standar Akuntansi keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah.

b. Dasar Penyusunan

Dasar penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis dan menggunakan asumsi dasar akrual. Mata uang penyajian yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah Rupiah.

c. Piutang Usaha

Piutang usaha disajikan sebesar jumlah tagihan.

d. Persediaan

Biaya persediaan bahan baku meliputi biaya pembelian dan biaya angkut pembelian. Biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja langsung dan overhead. Overhead tetap dialokasikan ke biaya konversi berdasarkan kapasitas produksi normal. Overhead variabel dialokasikan pada unit produksi berdasarkan penggunaan aktual fasilitas produksi. Entitas menggunakan rumus biaya persediaan rata-rata.

(28)

Lanjutan

e. Aset Tetap

Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehannya jika aset tersebut dimiliki secara hukum oleh entitas. Aset tetap disusutkan menggunakan metode garis lurus tanpa nilai residu.

f. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Pendapatan penjualan diakui ketika tagihan diterbitkan atau pengiriman dilakukan kepada pelanggan. Beban diakui saat terjadi.

g. Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

3. KAS

20X8 20X7

Kas kecil Jakarta – Rupiah xxx xxx

4. GIRO

20X8 20X7

PT Bank xxx – Rupiah xxx xxx

5. DEPOSITO

20X8 20X7

PT Bank xxx – Rupiah xxx xxx

Suku Bunga – Rupiah xxx xxx

6. PIUTANG USAHA

20X8 20X7

Toko A xxx xxx

Toko B xxx xxx

Jumlah xxx xxx

7. BEBAN DIBAYAR DI MUKA

20X8 20X7

Sewa xxx xxx

Asuransi xxx xxx

Lisensi dan perizinan xxx xxx

(29)

Lanjutan

Jumlah xxx xxx

8. UTANG BANK

Pada tanggal 4 Maret 20X8, Entitas memperoleh pinjaman Kredit Modal Kerja (KMK) dari PT Bank ABC dengan maksimum kredit Rp xxx, suku bunga efektif 11% per tahun dengan jatuh tempo berakhir tanggal 19 April 20X8. Pinjaman dijamin dengan persediaan dan sebidang tanah milik entitas.

9. SALDO LABA

Saldo laba merupakan akumulasi selisih penghasilan dan beban, setelah dikurangkan dengan distribusi kepada pemilik.

10. PENDAPATAN PENJUALAN

20X8 20X7

Penjualan Xxx xxx

Retur Penjualan Xxx xxx

Jumlah Xxx xxx

11. BEBAN LAIN-LAIN

20X8 20X7

Bunga Pinjaman Xxx xxx

Lain-lain Xxx xxx

Jumlah Xxx xxx

12. BEBAN PAJAK PENGHASILAN

20X8 20X7

Pajak Penghasilan Xxx xxx

Sumber: IAI (2016: 52-54)

(30)

19. Jurnal Penutup

Menurut Bahri (2016: 168), Jurnal Penutup merupakan jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk menutup rekening-rekening nominal (nominal account) atau rekening sementara.

Tabel 2. 23 Format Jurnal Penutup

Tanggal Akun dan Penjelasan Ref Debit Kredit

30/12/2012 Pendapatan .... xxx

Ikhtiasar Laba Rugi Xxx

(Menutup akun pendapatan)

30/12/2012 Ikhtisar Laba Rugi xxx

Beban ... xxx

Beban ... xxx

Beban ... xxx

(Menutup akun beban)

30/12/2012 Modal,…. xxx

Prive, ….. xxx

(Menutup pengambilan pribadi)

30/12/2012 Saldo laba xxx

Dividen xxx

(Menutup rekening dividen)

30/12/2012 Ikhtisar Laba Rugi xxx

Saldo Laba xxx

(Menutup saldo laba ke rekening saldo laba)

30/12/2012 Saldo Laba xxx

Ikhtisar Laba Rugi xxx

(Menutup saldo rugi ke rekening saldo laba)

Sumber: Bahri (2016: 168-172)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang membahas tentang penyusunan laporan keuangan menurut SAK EMKM selama ini telah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.24.

(31)

Tabel 2. 24 Hasil Penelitian Terdahulu

Aspek Marlina Sari (2019) Fakhtun Nisa’Ayu Efendi (2019)

Ainur Rohmah (2020)

Judul “Penyusunan Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) pada Banjar Putra Sport

Banjarmasin”

“Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) dalam Penyusunan Laporan Keuangan Fitaloka Studio di Mojokerto”

“Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM pada Toko Rahma di

Banjarmasin”

Entitas yang diteliti

Banjar Putra Sport Banjarmasin.

Fitaloka Studio di Mojokerto.

UD Rahma

Periode Analisis

Oktober – Desember 2018.

Juli 2019. Mei 2020

Rumusan Masalah

Bagaimana

penyusunan laporan keuangan

berdasarkan SAK EMKM pada Banjar Putra Sport

Banjarmasin?

Bagaimana penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) dalam penyusunan laporan keuangan Fitaloka Studio di Mojokerto?

Bagaimana penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Toko Rahma di Banjarmasin?

Tujuan Penelitian

Penyusunan laporan keuangan

berdasarkan SAK EMKM pada Banjar Putra Sport

Banjarmasin.

Penyusunan laporan keuangan pada Fitaloka Studio di Mojokerto.

Penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Toko Rahma di Banjarmasin Metode

Penelitian

Wawancara Dokumentasi

Observasi Wawancara Dokumentasi

Wawancara Dokumentasi Hasil

Penelitian

Penulis menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada toko Banjar Putra Sport di Banjarmasin.

Penulis menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Fitaloka Studio di Mojokerto.

Penulis menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Toko Rahma di Banjarmasin Sumber: Marlina Sari (2019), Fakhtun Nisa’Ayu Efendi (2019), dan Ainur Rohmah (2020)

(32)

1. Persamaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang penulis lakukan memiliki kesamaan terhadap penelitian terdahulu, sebagai berikut:

a. Standar Akuntansi yang Digunakan.

Penulis dan penelitian terdahulu menggunakan SAK EMKM dalam penyusunan laporan keuangan untuk entitas dagang.

b. Jurnal yang Digunakan.

Penulis, Marlina Sari, dan Ainur Rohmah menggunakan jurnal khusus dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan entitas.

2. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Sedangkan, penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti terdahulu memiliki perbedaan sebagai berikut:

a. Periode Penyusunan Laporan Keuangan.

Penulis melakukan penyusunan laporan keuangan periode Januari – Maret 2022. Sedangkan Marlina Sari melakukan penyusunan laporan keuangan periode Oktober – Desember 2018, Fakhtun Nisa’Ayu Efendi yaitu untuk bulan Juli 2019, dan Ainur Rohmah yaitu untuk bulan Mei 2020.

b. Jurnal yang digunakan.

Penulis menggunakan jurnal khusus dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan entitas, sedangkan Fakhtun Nisa’Ayu Efendi menggunakan jurnal umum dalam pencatatannya.

c. Siklus akuntansi yang digunakan.

Penulis menggunakan Neraca Lajur dalam siklus penyusunan laporan keuangan, sedangkan Marlina Sari tidak menggunakan neaca lajur.

d. Laporan keuangan yang dihasilkan.

Penulis menghasilkan laporan keuangan bulanan (untuk tiga bulan) dan triwulan (triwulan I), sedangkan Marlina Sari hanya menghasilkan laporan triwulan (triwulan IV). Selain itu, Fakhtun Nisa’Ayu Efendi dan Ainur Rohmah hanya menghasilkan laporan keuangan bulanan untuk satu bulan saja.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam transaksi penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi. untuk mencatat harga pokok produk

“Neraca lajur atau kertas kerja adalah suatu kertas yang berkolom-kolom (berlajur-lajur) digunakan untuk mengumpulkan akun-akun transaksi perusahaan, untuk keperluan

Jurnal penutup yaitu jurnal yang digunakan untuk menutup semua akun nominal (pendapatan dan beban) pada akhir periode, dilakukan dengan cara menjurnal akun-akun

Dengan metode biaya rata-rata, beban pokok penjualan barang dagang yang dijual adalah rata-rata dari biaya persediaan barang dagang awal dan seluruh pembelian yang

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijualA.  Kartu

Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan overhead pabrik lebih atau kurang tersebut tersebut digunakan untuk mengurangi atau

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.

Jurnal Umum Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.. Kartu Persediaan Dalam