68
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
DI KELAS IX.1 SMP NEGERI 1 CITEUREUP KABUPATEN BOGOR TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Anna Sudarmiyati
(SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, Email:[email protected]) Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilatarbelakangi dengan permasalahan kondisi real di SMP Negeri 1 Citeureup dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai 37% dari harapannya 85% yang berarti masih belum memenuhi standar KKM (75). Hal ini disebabkan oleh belum tepatnya strategi pembelajaran yang diterapkan yaitu menggunakan model pembelajaran konvensional dengan menggunakan ceramah secara monoton. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Perdagangan Internasional adalah Melalui Model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning adalah suatu cara mengajar di mana dalam pembelajaran tersebut dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan kelas (PTK) melalui prosedur tindakan dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan evaluasi serta (4) analisis dan refleksi. Hasil PTK ini diperoleh pada pra siklus ketuntasan sebesar 37%, siklus I sebesar 68% dan siklus II sebesar 85%. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor yaitu terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX.1pada Materi Perdagangan Internasional melalui implementasi model Discovery Learning.
Kata Kunci : Discovery Learning, Prestasi Belajar Siswa, Perdagangan Internasional Pendahuluan
Kondisi real di SMP Negeri 1 Citeureup dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai 37% dari harapannya 85% yang berarti masih belum memenuhi standar KKM (75). Hal ini disebabkan oleh belum tepatnya strategi pembelajaran yang diterapkan yaitu menggunakan model pembelajaran konvensional dengan menggunakan ceramah secara monoton. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Perdagangan Internasional adalah Melalui Model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning adalah suatu cara mengajar di mana dalam pembelajaran tersebut dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Menurut Budiningsih (2005:43), “Model Discovery Learning adalah cara belajar memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan”.
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20), sedangkan menurut Bruner, “penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap prestasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.
69
Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar- mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Hudojo (Purmiasa, 2002: 104) mengatakan bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru.
Untuk itu, guru diharapkan selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran.
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4). Kelebihan model Discovery Learning yaitu: 1)membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif, 2)pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer, 3)menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil, 4)metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri, 5)menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri, 6)dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya, 7)berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan, 8)membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti, 9)siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik, dan 10)membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan solusi yang ada, maka perlu dilakukan suatu tindakan berupa penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Perdagangan Internasional agar proses dan hasil pembelajaran dapat optimal dicapai.
Metode
1. Desain Penelitian
Rancangan penelitian menurut Masnur Muslich (2010: 144), rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya.
Proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan evaluasi serta (4) analisis dan refleksi.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Perdagangan Internasional di kelas IX.1SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2016/2017. Sesuai dengan tujuan, rancangan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) Menurut Issac (1971) dalam Masnur Muslich (2010: 144), penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah-masalah yang diaplikasikan secara langsung di dalam ajang kelas atau dunia kerja. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif oleh peneliti yang sekaligus sebagai guru IPS .
2. Lokasi , Subjek, dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Subjek penelitian adalah siswa Kelas IX.1 SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor, sejumlah 40 siswa.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 25 Februari 2017 sampai dengan 14 Maret 2017.
3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,serta memperbaiki kondisi dimana praktek
70
pembelajaran tersebut dilakukan(Mukhlis, 2000: 3). Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.Adapun tujuan utama dari PTK adalah untukmemperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti dikalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satuke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah padasiklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa Klasifikasi permasalahan. Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran 1 dan 2, dimana masing putaran dikenai perlakuanyang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasanyang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran.
Dibuat dalam duaputaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
4. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari teknik pengumpulan data yang akan digunakan, karena penelitian ini merupakan suatu usaha yang sengaja direncanakan. Dan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya maka perlu teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi dan interview. Adapun penggunaan teknik dokumentasi dilaksanakan dengan pertimbangan : sebagai alat yang tepat dan cepat untuk mencatat hasil observasi dan inteview dapat mengetahui langsung keadaan yang sesuai dengan siswa.
5. Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalisis prestasi belajar siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap hasil prestasi belajar siswa pada materi pokok Perdagangan Internasional baik selama atau sesudah pembelajaran berlangsung.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPS di kelas IX.1SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor adalah 75 dan standar ketuntasan klasikal yang diinginkan dalam penelitian ini sebesar 75%.
Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Pra Siklus
Pada pra siklus, kegiatan observasi awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dalam kelas dan hasil prestasi belajar siswa pada Materi pokok Perdagangan Internasional . Kemudian dari hasil tindakan pra siklus serta pengamatan langsung dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa rata-rata hasil prestasi belajar siswa pada materi pokok Perdagangan Internasional pada siswa kelas IX.1masih belum memenuhi standar KKM yang ditentukan sekolah yaitu nilai 75. Hal ini sesuai dengan keterangan tabel di bawah ini:
Tabel 1. Data Hasil Prestasi Belajar Siswa Pada Materi pokok Perdagangan Internasional Pada Pra Siklus
No Kode Siswa Hasil Yang di Capai
Nilai Keterangan Nilai Tuntas/Tidak Tuntas
1 A 60 Tidak tuntas
2 B 78 Tuntas
3 C 78 Tuntas
4 D 78 Tuntas
5 E 60 Tidak tuntas
71
6 F 60 Tidak Tuntas
7 G 79 Tuntas
8 H 80 Tuntas
9 I 80 Tuntas
10 J 67 Tidak Tuntas
11 K 68 Tidak tuntas
12 L 68 Tidak tuntas
13 M 70 Tidak tuntas
14 N 78 tuntas
15 O 70 Tidak tuntas
16 P 76 tuntas
17 Q 73 Tidak Tuntas
18 R 70 Tidak Tuntas
19 S 70 Tidak Tuntas
20 T 80 Tuntas
21 U 67 Tidak Tuntas
22 V 80 Tuntas
23 W 60 Tidak tuntas
24 X 80 Tuntas
25 Y 71 Tidak Tuntas
26 Z 70 Tidak Tuntas
27 AA 67 Tidak Tuntas
28 BB 78 Tuntas
29 CC 60 Tidak tuntas
30 DD 60 Tidak Tuntas
31 EE 68 Tidak tuntas
32 FF 68 Tidak tuntas
33 GG 70 Tidak tuntas
34 HH 80 tuntas
35 II 70 Tidak tuntas
36 JJ 76 tuntas
37 KK 73 Tidak Tuntas
38 LL 70 Tidak Tuntas
39 MM 70 Tidak Tuntas
40 NN 83 Tuntas
Persentase Ketuntasan 37%
Berdasarkan hasil dari kegiatan pra siklus diatas diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran yang bersifat konvensional dengan menggunakan ceramah kurang dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa pada materi Perdagangan Internasional . Pada pra siklus jumlah siswa yang tuntas belajar 37%.
2. Siklus I
Hasil dari refleksi pada siklus ke I ini adalah meskipun masih terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran Materi pokok Perdagangan Internasional, akan tetapi penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus I ini berjalan dengan cukup baik. Hal ini terlihat pada hasil prestasi yang ditunjukkan oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran serta penguasaan materi.
Dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning hasil prestasi belajar siswa pada materi pokok Perdagangan Internasional dapat meningkat, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan perolehan nilai dari siswa yang menunjukan adanya peningkatatan setelah menggunakan model pembelajaran Discovery Learning .Berikut adalah data nilai siswa dalam Materi pokok Perdagangan Internasional pada siklus I.
72
Tabel 2. Data Perolehan Nilai Siswa Pada Materi pokok Perdagangan Internasional Pada Siklus I
No Kode Siswa Hasil Yang di Capai
Nilai Keterangan Nilai Tuntas/Tidak Tuntas
1 A 77 Tuntas
2 B 80 Tuntas
3 C 77 Tuntas
4 D 78 Tuntas
5 E 78 Tuntas
6 F 69 Tidak Tuntas
7 G 80 Tuntas
8 H 65 Tidak Tuntas
9 I 65 Tidak Tuntas
10 J 82 Tuntas
11 K 72 Tidak tuntas
12 L 85 Tuntas
13 M 78 Tuntas
14 N 76 Tuntas
15 O 80 Tuntas
16 P 66 Tidak tuntas
17 Q 88 Tuntas
18 R 80 Tuntas
19 S 90 Tuntas
20 T 80 Tuntas
21 U 80 Tuntas
22 V 65 Tidak tuntas
23 W 66 Tidak tuntas
24 X 78 Tuntas
25 Y 68 Tidak tuntas
26 Z 82 Tuntas
27 AA 85 Tuntas
28 BB 78 Tuntas
29 CC 66 Tidak tuntas
30 DD 66 Tidak Tuntas
31 EE 72 Tidak tuntas
32 FF 85 Tuntas
33 GG 78 Tuntas
34 HH 76 Tuntas
35 II 85 Tuntas
36 JJ 66 Tidak tuntas
37 KK 88 Tuntas
38 LL 85 Tuntas
39 MM 90 Tuntas
40 NN 80 Tuntas
73
Tabel 3. Hasil Perbandingan Nilai Siswa Pada Pra Siklus dan Siklus 1
Keterangan Hasil Belajar
siswa Pada Pra Siklus
Hasil Belajar Siklus 1
Siswa Belajar Tuntas 14 29
Siswa Belajar Belum Tuntas 26 11
Prosentase Ketuntasan 37% 68%
3. Siklus II
Penerapan model pembelajaran Discovery Learning, guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka sendiri. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil nilai siswa yang mengalami peningkatan dimulai dari pelaksanaan pra siklus sampai pada siklus II sebagaimana dijabarkan dalam tabel perolehan nilai dibawah ini.
Tabel 4.Data Nilai Siswa Pada Materi Pokok Perdagangan Internasional Pada Siklus II
No Kode Siswa Hasil Yang di Capai
Nilai Keterangan Nilai Tuntas/Tidak Tuntas
1 A 80 Tuntas
2 B 80 Tuntas
3 C 82 Tuntas
4 D 85 Tuntas
5 E 88 Tuntas
6 F 90 Tuntas
7 G 85 Tuntas
8 H 80 Tuntas
9 I 70 Tidak Tuntas
10 J 70 Tidak Tuntas
11 K 77 Tuntas
12 L 70 Tidak Tuntas
13 M 78 Tuntas
14 N 70 Tidak Tuntas
15 O 80 Tuntas
16 P 95 Tuntas
17 Q 87 Tuntas
18 R 80 Tuntas
19 S 80 Tuntas
20 T 80 Tuntas
21 U 85 Tuntas
22 V 78 Tuntas
23 W 70 Tidak Tuntas
24 X 80 Tuntas
25 Y 78 Tuntas
26 Z 78 Tuntas
27 AA 76 Tuntas
28 BB 78 Tuntas
29 CC 85 Tuntas
30 DD 88 Tuntas
31 EE 80 Tuntas
32 FF 80 Tuntas
74
33 GG 82 Tuntas
34 HH 85 Tuntas
35 II 88 Tuntas
36 JJ 90 Tuntas
37 KK 85 Tuntas
38 LL 80 Tuntas
39 MM 70 Tidak Tuntas
40 NN 80 Tuntas
Tabel 5.
Hasil Perbandingan Perolehan Nilai Siswa Pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Keterangan Hasil Belajar siswa
Pada Pra Siklus
Hasil Belajar Siklus 1
Perolehan nilai siswa pada Pada Siklus II
Siswa Belajar Tuntas 14 29 37
Siswa Belajar Belum Tuntas
26 11 3
Prosentase Ketuntasan 37% 68% 85%
4. Pembahasan
Pada proses pelaksanaan siklus ke-1 siswa diminta untuk mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Dengan model pembelajaran Discovery Learning yang membuat siswa semakin paham karena pembelajaran di sampaikan dengan cara siswa harus mampu memecahkan masalah. Selama proses pembelajaran siswa mengikuti prosesnya dengan baik sehingga kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 ini berjalan kondusif. Dari hasil belajar siswa pada siklus 1 juga mengalami peningkatan, di mana jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus 1 meningkat menjadi 29 siswa. Maka siswa dengan model pembelajaran Discovery Learning yang di terapkan mampu meningkatkan prestasi belajarnya pada materi pokok Perdagangan Internasional .
Pada siklus 1 prosentase ketuntasan baru mencapai 68% yang artinya belum mencapai inikator kinerja yang di tentukan dalam penelitian ini yaitu 75%. Tetapi dari hasil pengamatan, hasil nilai dan wawancara pada siklus I, pembelajaran Materi pokok Perdagangan Internasional dengan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Siklus kedua ini adalah siklus yang merupakan refleksi dari siklus pertama. Pada siklus ke II ini terdiri dari kegiatan perencanaan, pengamatan, dan refleksi tindakan.Pada siklus ini pelaksanaan model pembelajaran Discovery Learning juga sama seperti yang di terapkan pada siklus I, dan hasil dari metode penelitian yang sudah di laksanakan menunjukkan peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi pokok Perdagangan Internasional di Kelas IX.1SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2016/2017. Pada siklus 2 ini jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 37 siswa. Jika di prosentasekan maka menjadi 85%
yan artinya bahwa pada siklus 2 hasil penelitian sudah mencapai indikator keberhasilan yang di tentukan dalam PTK ini.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan pada BAB terdahulu, maka peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor yaitu terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX.1SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor pada materi pokok Perdagangan Internasional. Pada pra siklus jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 14 siswa, kemudian meningkat pada siklus 1 mencapai 29 siswa dan pada siklus 2 mencapai 37 siswa. Maka penelitian dengan permasalahan "Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi pokok Perdagangan Internasional Di Kelas IX.1SMP Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2016/2017 ", dalam proses dan jangka waktu yang
75
tidak pendek, model pembelajaran Discovery Learning tersebut berdampak positif bagi siswa yaitu siswa kelas IX.1bisa meningkatkan prestasi belajarnya pada materi pokok Perdagangan Internasional.
Daftar Pustaka
Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas Andayani, dkk. (2009). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen
Pendidikan Nasional.
Anas Salahudin. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Alien, Deborah E. et al- 1996. The Power of Discovery Learning in Teaching Introductory Science Courses. Jossey-Boss Publisher.
BPS Grobogan. 2011. Piramida Penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2011. grobogankab.bps.go.id, diakses tanggal 18 Maret 2014 Denni Ramdani. 2013. Makalah. Membenahi Sektor Kependudukan untuk mewujudkan ketahanan nasional Halaman 1-16.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati ,dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Enjah Takari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. PT Genesindo.
Fogarty, Robin. 1997. Problem-Based Learning and Other Curriculum Models for the Multiple Intelligences Classroom. Australia: SkyLight.
Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education.
Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York: Holt, Reinhart and Winston.
Gall, Gall, dan Borg. 2003. Educational Research an Introduction : Seventh Edition.
Gallagher, Shelagh A & Stepien. William J. 1995. Implementing Discovery Learning in Science Classroom. School Science and Mathemathic.
Gay, L. R. 1987. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. Seventh Edition.
Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company..
Jamil Suprihatiningrum. 2018. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Lukmanul Hakim. (2009). Perencanaaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
L. Pasaribu dan B. Simandjuntak. (1983). Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.
Muhroji dkk. (2004). Manajemen Pendidikan. Surakarta : UMS Press Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Mohamad Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Mohamad Surya. (1999). Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Mulyani Sumarni, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Ngalim Purwanto (2006 ). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Nasution. S (2006). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.