• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Inovasi Tidak (Selalu) Dapat Membuat Perubahan Drastis

Dr. Indah Tjahjawulan, S.Sn., M.Sn.

Institut Kesenian Jakarta Email Penulis: indahtjahjawulan@ikj.ac.id

Pendahuluan

Inovasi seringkali dibayangkan oleh banyak orang sebagai sebuah temuan yang dibutuhkan dan secara drastis akan membawa perubahan besar dan membawa kebaikan bagi industri terkait dan masyarakat yang membutuhkan.

Namun kenyataannya tidak jarang inovasi membawa dampak terhadap penurunan mutu lingkungan hidup karena perubahan cara hidup masyarakat. Atau sebaliknya, adanya inovasi hanya mempengaruhi sebagian masyarakat yang memiliki akses untuk menikmatinya saja, sehingga dapat dikatakan tidak membawa dampak atau perubahan yang signifikan.

Inovasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan produk yang baru, atau memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan produk yang sudah ada. Dari terminologi tersebut, Inovasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, inovasi yang sifatnya pengembangan yang dikenal dengan istilah inovasi inkremental (incremental innovation) dan inovasi yang betul-betul baru disebut inovasi radikal (radical innovation). Ada juga yang menambahkannya menjadi 3 (tiga) jenis di antara incremental dan radikal, yaitu semi radical innovation, ini bersifat pengembangan yang cukup besar untuk menghentikan/ menggantikan produk yang sudah ada sebelumnya. Sebuah perusahaan memikul tanggung jawab

(2)

untuk menciptakan inovasi yang seimbang, yang terdiri dari ketiganya dan untuk menciptakan pilihan yang tepat, baik model bisnis maupun teknologi.

Dalam konteks industri, inovasi mencakup dua kegiatan. Pertama adalah research and development (R&D) yang mana selalu berhubungan dengan teknologi. Kedua adalah model bisnis. Keberhasilan sebuah inovasi tergantung pada integrasi model bisnis dan perubahan teknologi. Karena inovasi membutuhkan sumber daya, kompetensi, dan pengalaman. Selain itu juga membutuhkan koordinasi dan upaya sinkronisasi untuk mengubah ide menjadi produk.

Banyak perusahaan mapan tidak terlalu sering melakukan inovasi yang bersifat radikal, mengingat strategi yang dipilih harus sesuai dengan situasi bisnis dan kinerja organisasi perusahaan. Tidak semua bisnis membutuhkan inovasi yang signifikan dan terus-menerus, terutama jenis yang radikal. Karena perubahan radikal yang terus menerus tidak hanya menimbulkan biaya besar, tetapi juga menciptakan ketegangan dan destabilisasi organisasi perushaan itu sendiri.

Inovasi inkremental adalah bentuk inovasi yang paling umum, karena dapat dilakukan tanpa membuat perubahan signifikan atau investasi besar. Namun , inovasi tambahan bukanlah faktor kecil. Inovasi inkremental berharga untuk meningkatkan kompetitif pasar. Dengan memberikan perbaikan kecil, perusahaan dapat mempertahankan pangsa pasar dan profitabilitas produknya untuk waktu yang lebih lama. Inovasi semi- radikal dapat memberikan perubahan penting apabila inovasi inkremental tidak cukup. inovasi semi-radikal memerlukan kolaborasi di area teknologi dan model bisnis.

Untuk berkolaborasi secara efektif perlu memiliki peta inovasi kolaboratif yang menyediakan kerangka kerja umum untuk kelompok yang berbeda untuk membahas ancaman,

(3)

peluang, kekuatan, dan kelemahan yang penting untuk inovasi yang sukses.

Inovasi radikal membuat perubahan signifikan pada satu atau lebih model bisnis dan teknologi, yang biasanya membawa perubahan mendasar dalam industri dan budaya masyarakat. Meskipun inovasi radikal dapat menciptakan pergeseran industri dan menempatkan perusahaan sebagai yang terdepan, inovasi radikal memiliki probabilitas rendah, investasi terlalu banyak, berdasarkan harapan yang tidak realistis, dapat membuang sumber daya berharga yang dapat digunakan dengan lebih baik pada inovasi semi- radikal atau inkremental. Terkadang perusahaan menggabungkan dua inovasi semi-radikal untuk menciptakan inovasi yang mengubah industri secara fundamental, contohnya adalah saat Apple Computers meluncurkan iTunes dan iPod, ide radikal untuk menggabungkan perubahan teknologi dan perubahan model bisnis (Davila : 2014)

Inovasi dilakukan karena banyak hal. Secara umum karena adanya kebutuhan, namun sebab lain di antaranya adalah, adanya input balik dari pengguna; kombinasi hal yang sebelumnya sudah ada; hingga penemuan baru.

Proses inovasi ini terus dilakukan sehingga produk menjadi terus berkembang, memiliki peningkatan, hingga mencapai kesempurnaan, yang bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada dasarnya inovasi bertujuan untuk membuat kualitas meningkat, memiliki kemampuan baru untuk memenuhi kebutuhan terkini, meningkatkan keunggulan dibandingkan produk sebelumnya, atau untuk menggantikan produk sebelumnya yang kemudian dihentikan produksinya. Terkadang inovasi dilakukan juga untuk meningkatkan efisiensi atau bahkan untuk menciptakan pasar baru. Ada enam pertimbangan yang mempengaruhi dan menjadi dasar untuk menciptakan

(4)

inovasi model bisnis dan teknologi: 1. proposisi nilai—apa yang dijual dan dikirimkan ke pasar; 2. rantai distribusi—

bagaimana ia dibuat dan dikirimkan ke pasar; 3. pelanggan sasaran—kepada siapa produk itu dikirimkan; 4. penawaran produk dan jasa; 5. teknologi proses; 6. teknologi yang memungkinkan (Davila : 2007).

Inovasi berfungsi agar tidak tertinggal dengan perkembangan teknologi dan perkembangan zaman.

Dengan inovasi diharapkan produk dapat terus bertahan, dan terus dibutuhkan oleh masyarakat. Melakukan inovasi, berarti usaha menjadi kompetitif yang bermanfaat untuk menjadi selalu terdepan mengalahkan pesaing. Perusahaan perlu menentukan seberapa banyak inovasi yang dapat ditanganinya saat ini, berapa banyak lagi yang dibutuhkannya di masa depan. Inovasi yang terbaik dilakukan dalam proporsi yang tepat.

Tulisan ini merupakan pengamatan atas inovasi dan perubahan yang terjadi khususnya di Indonesia yang berhubungan dengan media komunikasi. Pengamatan yang diawali dari pemikiran atas sebuah pernyataan dari buku The design of everyday things (Donald A: 2013): “Technology changes rapidly, people and culture change slowly”.

Pernyataan tersebut, selanjutnya menjadi sebuah pertanyaan, “Apakah masyarakat dengan mudah dapat terus mengikuti perkembangan teknologi dan inovasi? dan apakah inovasi selalu dapat membawa perubahan yang drastis yang mempengaruhi masyarakat? “

Inovasi, dari inkremental sampai Radikal

Kebanyakan orang resisten terhadap perubahan.

Mereka cenderung menilai desain yang sudah diakrabi (pertama kali) pasti lebih baik. Mereka menilai berdasarkan apa yang sudah mereka ketahui dan alami. Karenanya kebanyakan perusahaan besar melakukan perubahan sedikit demi sedikit (small improvement) atau dengan cara

(5)

menawarkan referensi pembaruan ke pengguna, untuk menghindari penolakan secara langsung.

Small improvement tersebut adalah konsep inovasi incremental (Incremental innovation), perubahan yang dilakukan sedikit demi sedikit, dan dimulai dari produk yang sudah ada. Melalui pengujian dan penyempurnaan terus- menerus, desain diuji coba, jika ada masalah dilakukan perbaikan, begitu seterusnya, sampai benar-benar mendapat yang terbaik. Inovasi jenis ini dimaksudkan untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik, secara bertahap.

Produk kendaraan seperti mobil, motor, biasanya melakukan inovasi dengan cara ini.

Berlawanan dengan inovasi inkremental, Inovasi Radikal (Radical innovation) , merupakan produk yang betul- betul baru dan muncul karena adanya teknologi produksi baru yang memungkinkan. Inovasi yang radikal ini bisa saja mengubah paradigma masyarakat, industri terkait, kehidupan, dan bahkan tatanan sosial. Karena inovasi radikal ini, tidak berpikir untuk memperbaiki yang sudah ada, namun justru membuat sesuatu yang bahkan belum dipikirkan orang akan dibutuhkan atau tidak. Inovasi ini juga tidak memikirkan dampaknya nanti akan seperti apa.

Apakah baik atau buruk.

Namun bukan berarti, inovasi Inkremental lebih baik daripada inovasi radikal, atau hanya inovasi radikal yang dapat membawa dampak perubahan sosial. Ada inovasi radikal, yang kemudian dalam perkembangannya selanjutnya dilakukan secara incremental, atau small improvement dengan hati-hati. Di sisi lain, ada inovasi radikal yang kemudian gagal begitu saja, karena tidak popular, tidak dibutuhkan atau tidak disukai oleh masyarakat kebanyakan. Baik inovasi Inkremental maupun inovasi radikal dibutuhkan oleh masyarakat, karena masing- masing memenuhi kebutuhan yang berbeda. Untuk lebih

(6)

jelas, perbedaan mendasar antara inovasi incremental dan radikal dapat dilihat pada gambar 1.

gambar 1. Inovasi inkremental dan radikal (sumber : pribadi)

Inovasi incremental bersifat evolusi, berubah secara secara perlahan, sedikit demi sedikit dikembangkan untuk meningkatkan produk menjadi lebih baik, dan membantu masyarakat pengguna. Inovasi radikal bersifat revolusi, langsung berubah, berbeda haluan, dan memiliki kekuatan yang besar untuk membuat perubahan yang masif pada masyarakat pengguna. Kedua inovasi tersebut dibutuhkan, karena saling melengkapi.

Buku adalah produk yang inovasinya bersifat inkremental. Dimulai dari teknologi hand letterpress yang ditemukan oleh Guttenberg abad ke-15, mesin letterpress, rotogravur, mesin web, offset, dan sebagainya sampai kepada penemuan sistem computer to plat (CTP) dan selanjutnya sistem cetak digital. Perkembangan teknologi

(7)

cetak dan pendukungnya, tentu saja membuat hasil produksi cetak lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat, prose kerja bisa lebih efisien dari segi waktu dan hasil akhir relatif lebih rapi. Di sisi lain, inovasi produksi cetak digital memungkinkan memproduksi buku dalam jumlah sedikit. Sehingga setiap orang dapat memproduksi sendiri produk cetak yang diinginkan sesuai kebutuhan dengan jumlah dan biaya yang lebih terjangkau. Sampai dengan saat ini produksi buku melalui sistem cetak offset dan cetak digital masih dilakukan sesuai kebutuhan.

Inovasi yang radikal, seringkali gagal atau tertunda cukup lama, apabila teknologi pendukungnya belum maksimal. Contohnya internet yang sudah dimulai 1969, baru dikenalkan namanya tahun 1982, dan setelah Tim Berners Lee menemukan World Wide Web (www) th 1990, dengan perkembangan teknologi hardware dan software yang mendukung, barulah perkembangannya terkait informasi secara digital tidak terbendung hingga saat ini, yang selanjutnya mempengaruhi budaya komunikasi secara global. Kemunculan ratusan platform media baru, pada akhirnya membuat perubahan media komunikasi, cara berkomunikasi, yang mengakibatkan perubahan tatanan sosial pada masyarakat.

Salah satunya adalah ‘Facebook’ yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg. Facebook adalah salah satu platform media komunikasi sosial yang sangat berpengaruh pada cara masyarakat berhubungan.

Melalui facebook, semua orang dari berbagai belahan dunia dapat berinteraksi dan berbagi informasi secara realtime dengan mudah bermodalkan sebuah akun email.

Hasil survey yang dilakukan Departemen Riset Statista pada Juli 2021 menempatkan Indonesia sebagai pengguna facebook terbanyak nomor 3 di dunia, yaitu sebanyak 140 juta, setelah India sebagai posisi pertama terbanyak dengan 340 juta pengguna dan Amerika posisi

(8)

kedua dengan 200 juta pengguna. Jadi dapat dibayangkan bagaimana facebook mempengaruhi masyarakat Indonesia, mengingat sampai dengan saat, hampir separuh dari 270,20 juta penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik Indonesia, 21 Januari 2021) aktif menggunakan sosial media facebook.

Mengikuti keberhasilan facebook, platform digital sosial media yang memungkinkan orang saling terhubung dan berinteraksi sudah tidak terhitung jumlahnya (gambar 2), platform dengan berbagai fungsi sesuai kebutuhan dibuat. Bahkan dengan fungsi-fungsi baru yang sengaja diciptakan, sehingga orang yang tidak membutuhkan, menjadi membutuhkannya dan kemudian memberikan efek ketergantungan.

gambar 2. Lanskap media sosial (sumber: Social Media Universe Map)

(9)

Contoh lain adalah kemunculan gawai bernama

‘Kindle’, yang dapat dikatakan inovasi radikal, karena berhasil mengubah cara orang mengonsumsi buku. Namun, sebagai inovasi radikal, Kindle belum berhasil menciptakan revolusi membaca buku secara global, meskipun sudah 14 tahun menguasai pasar buku digital di Amerika. Untuk menguasai pasar dunia, harus menguasai pasar Asia.

Indonesia adalah salah satu sasaran pasar yang besar.

Tetapi sepertinya, rendahnya literasi bahasa dan digital masyarakat Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai pasar yang kurang meyakinkan bagi Amazon. Apalagi dengan adanya EPUB , format file standar buku digital yang dikembangkan oleh International Digital Publishing Forum buku digital dapat diakses melalui android, tidak memerlukan perangkat khusus, sehingga lebih terjangkau.

Saat ini, meskipun semua orang bisa membaca buku lewat aplikasi e-pub yang bisa diaktifkan pada smartphone, tanpa perangkat khusus semacam ‘Kindle’, namun sebagian besar masyarakat di Indonesia belum bisa sepenuhnya beralih kepada buku digital. Masyarakat masih membutuhkan buku cetak. Budaya membaca buku yang masih didominasi generasi pembaca setia buku cetak, membuat penerbitan buku cetak di Indonesia masih bertahan, meskipun jauh berkurang. Penerbitan buku cetak bertahan dengan teknik cetak digital Print on Demand (POD) atau Pre order (PO) dan merambah pasar online, juga mulai membuat versi e-pub. Barangkali beberapa tahun ke depan, saat generasi pembaca buku cetak ini sudah jauh berkurang, digantikan oleh generasi digital native, cara baru mengonsumsi buku yang dimulai oleh ‘Kindle’ ini bisa mengglobal.

Bagaimana Inovasi membawa Perubahan?

Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, muncul inovasi-inovasi di bidang teknologi

(10)

media komunikasi, yang juga menyebabkan perubahan pada bentuk dan cara komunikasi. Budaya Media massa- pun mengalami perubahan. Mulai dari teknologi analog sampai dengan saat ini teknologi digital interaktif (lihat gambar 3 dan 4), masing-masing memiliki karakter dan cara komunikasi yang berbeda. Media elektronik seperti televisi dan radio turut mengalami perubahan. Media cetak, seperti Koran dan Majalah, saat ini juga mulai beralih ke media online. Sebagian Koran dan majalah besar masih melakukan keduanya, yaitu dengan membuat versi cetak dan online.

Media komunikasi awalnya dilakukan secara analog dalam bentuk konvensional seperti surat, atau telegram, sedangkan media massa, dalam bentuk poster, booklet, brosur, majalah, buku, dan lainnya, yang tercetak. Dalam bentuk analog, komunikasi memiliki keterbatasan baik dalam jumlah maupun wilayah pendistribusian.

Penyampaian pesan ditujukan pada satu orang tertentu atau jika dalam media massa ditujukan pada sekelompok sasaran yang memiliki kesamaan atau segmentasi tertentu, melalui satu saluran pesan yang sama. Dalam bentuk analog, komunikasi hanya bersifat satu arah, yaitu dari penyampai pesan, dan penerima pesan hanya menerima saja pesan yang berupa tulisan atau gambar, tidak bisa memberikan umpan balik langsung. Penerima pesan melalui media dalam bentuk analog ini juga memiliki keterbatasan waktu dalam pengolahan pesannya .

Selanjutnya dengan adanya perkembangan teknologi elektronik, muncul media komunikasi yang bersifat personal seperti telephone dan kemudian radio sebagai media komunikasi untuk massa. Sebagai media komunikasi personal, telephone memungkinkan komunikasi langsung dua arah interpersonal, meskipun hanya lewat audio. Sebagai media massa, radio dapat memperluas jangkauan distribusi pesan. Salurannya-pun lebih banyak dan dapat dipilih sesuai selera penerima pesan. Namun

(11)

jumlah saluran pesannya, masih ditentukan, sesuai dengan Misalnya, radio yang menyiarkan musik genre tertentu, tentu saja yang menerima pesannya adalah banyak orang, namun dapat diprediksi sebagian besar adalah yang menyukai genre tersebut.

Kejayaan radio sebagai media massa, kemudian tersaingi dengan kemunculan televisi. Sebagai media elektronik, seperti juga radio, televisi mempunyai variasi saluran komunikasi yang bisa dipilih secara terbatas. Namun dengan adanya gambar yang melengkapi suara, Televisi menjadi lebih dekat dan menyajikan representasi sebuah peristiwa yang lebih mudah dipahami dan dinikmati.

Meskipun secara komunikasi masih sama, yaitu bersifat satu arah.

Televisi dan radio merambah dunia digital, dan semakin banyak saluran komunikasi yang dapat disampaikan kepada penerima pesan, sehingga bahkan banyak yang tidak sempat diakses oleh penerima pesan.

Televisi dan radio sampai satu dekade lalu, masih menjadi primadona media massa. Siaran televisi (kabel) bahkan bisa mencapai 24 jam penuh, dimana Iklan bertaburan tanpa henti, sehingga turut andil membangun budaya konsumerisme di masyarakat. Selain itu, budaya negara lain melalui tayangan Soap Opera, Telenovela, Drama Korea, Drama Jepang, Anime, music dan program acara lainnya di televisi yang disukai oleh masyarakat Indonesia, mempengaruhi keseharian masyarakat Indonesia, dan juga membentuk selera tontonan masyarakat, yang akhirnya mempengaruhi produk budaya sejenis yang diproduksi Indonesia.

Selanjutnya kemunculan internet dan sosial media yang bersifat interaktif, fleksibel, variasi saluran pesan yang tidak terbatas, dan dapat diterima oleh berbagai kalangan, usia dan gender membawa perubahan yang sangat besar dalam cara berkomunikasi. Berbeda dengan bentuk media

(12)

analog dan elektronik, dalam bentuk media komunikasi digital interaktif ini yang memegang kendali adalah pengguna/penerima pesan.

Dalam media digital interaktif, komunikasi berjalan dua arah sebagai komunikasi personal, dan bahkan bisa menjadi komunikasi personal dan bahkan sosial dalam arti saling berbagi diantara individu, dan berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan, berbagi informasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain.

Perubahan media dan cara komunikasi secara ringkas dapat dilihat dalam gambar 3 dan 4 berikut ini.

gambar 3. Perubahan Bentuk Media Komunikasi (sumber: pribadi)

(13)

gambar 4. Perubahan Cara Komunikasi (sumber: pribadi)

Media sosial semacam Facebook menjadikan aksesibiltas internet dibutuhkan oleh seluruh masyarakat.

Masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan, usia, dan status sosial atau ekonomi, belajar internet memiliki akun facebook, dan sosial media lainnya. Apalagi dengan adanya perkembangan fitur untuk berjualan (market place).

Sosial media bukan hanya membuka gerbang komunikasi, namun juga membuka akses informasi dan bisnis. Sosial media mewakili media komunikasi digital interaktif, memiliki karakter khas sebagai berikut: 1. Dapat menjangkau banyak orang, tanpa batas jarak; 2. Informasi yang disampaikan bebas tanpa saringan atau editing ; 3. Selalu terkini (ter- update) ; 4. Aksesibilitas dan kecepatan ; 5. Informasi yang dipublikasikan tidak permanen.

Inovasi dalam media digital interaktif ini tentu saja berbanding lurus dengan inovasi dalam teknologi komputer dan inovasi gawai yang mendukung. Awal terciptanya komputer sebagai sebuah inovasi radikal yang hanya dapat

(14)

dinikmati oleh sekelompok orang/ lembaga tertentu, Kini sudah menjadi konsumsi umum, menjadi gawai yang mudah dibawa kemana–mana, dan memiliki kekuatan untuk mendukung perkembangan media komunikasi digital interaktif.

Perubahan Drastis yang Mendunia

Inovasi radikal seperti yang dijelaskan di atas, memiliki karakter bisa langsung membawa perubahan dalam seluruh tatanan sosial, namun juga ada yang memerlukan waktu. Bisa membawa perubahan di sebagian masyarakat atau bisa mengglobal dan serta merta terjadi, karena faktor lain yang tidak dapat dikendalikan seperti misalnya adanya bencana alam, dan pandemik.

Adanya pandemik covid-19 yang mendunia, menyebabkan perubahan drastis pada cara masyarakat melaksanakan aktifitas dan berkomunikasi. Seluruh masayarakat dunia dipaksa beralih ke digital dan berhadapan dengan ruang maya, untuk mengantisipasi penularan dan penyebaran wabah. Contohnya adalah dalam kegiatan seni dan budaya, transfer pengetahuan (pelatihan-pelarihan, workshop), diskusi-diskusi, pengembangan wacana, pameran dan pertunjukan yang sebelumnya dilakukan secara langsung, dipaksa beralih total ke platform virtual (gambar 5).

Masyarakat yang sebelumnya gagap teknologi virtual dipaksa beradaptasi dan langsung melakukan, tanpa bisa menghindar. Tentu perubahan platform juga menyebabkan perubahan proses produksi-nya dan penyesuaian teknik penyajian. Jadi seluruh rangkaian kegiatan tersebut akan mengalami perubahan yang harus diantisipasi.

(15)

gambar 5. Proses distribusi Seni pada masa pandemik (sumber: pribadi)

Platform virtual saat ini menjadi andalan untuk berbagai kegiatan di berbagai bidang. Keuntungannya adalah dengan adanya platform tersebut, komunikasi masyarakat secara umum tidak lagi dibatasi oleh jarak dan waktu. Kedua hal tersebut menjadi hilang.

Sebelumnya kegiatan virtual bukannya tidak ada, namun hanya digunakan jika dibutuhkan oleh kalangan dalam kegiatan tertentu. Berbeda dengan saat ini, kegiatan dan pertemuan melalui virtual menjadi masif di seluruh masyarakat dunia, tanpa dibatasi golongan, jabatan, profesi dan pekerjaan.

Platform virtual tentu saja belum berhenti berkembang (gambar 6). Kita tidak tahu ke depan dunia virtual akan menjadi seperti apa. Karena yang ada saat ini kelihatannya masih belum cukup memuaskan masyarakat.

Pengalaman interaktifnya barangkali belum bisa tergantikan dengan pengalaman langsung. Namun seiring dengan perkembangan teknologi , inovasi akan terus ada dan bisa saja membuat perubahan lagi. Karena perubahan itu adalah sesuatu yang tetap.

(16)

gambar 6. Platform Virtual dan perkembangan ke depan (sumber: pribadi)

Percepatan Transformasi Digital

Tuntutan perkembangan teknologi global dan adanya pandemik, semakin terasa adanya kesenjangan digital pada masyarakat Indonesia, terutama di sektor pendidikan. Murid-murid dipaksa belajar di rumah dengan cara online yang mengakibatkan ketergantungan kepada jaringan internet. Sementara tidak semua daerah, infrastrukturnya telah terbangun dengan baik. Disamping kemampuan penguasaan berbagai aplikasi digital yang juga kurang merata.

Untuk mengurangi kesenjangan digital tersebut sekaligus juga untuk meningkatkan pelayanan dalam keuangan digital, perbankan digital, e-commerce, pariwisata digital, UMKM digital. membuat Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kominfo terus berupaya melakukan akselerasi transformasi digital, salah satunya dengan menyiapkan Roadmap Digital Indonesia 2021-2024.

Roadmap itu mencakup empat sektor strategis, yaitu infrastruktur, pemerintahan, ekonomi, dan masyarakat digital (gambar 7).

(17)

gambar 7. Roadmap Digital Indonesia 2021-2024 untuk akselerasi transformasi digital (sumber : pribadi adaptasi dari Roadmap Digital

Indonesia 2021-2024)

Dalam Roadmap (gambar 7) terlihat bahwa sebagai landasan, pemerintah membangun infrastuktur yang memadai. Sedangkan dari sisi kelembagaan, pemerintah membuat kebijakan dan regulasi mengenai transformasi digital dan pogram-program pengendalian. Untuk membangun masyarakat Digital, program-program aktivitas digital dan aplikasi juga dicanangkan. Pemerintah juga menyiapkan program peningkatan SDM, teknologi penunjang, dan juga Riset dan Pengembangan digital .

Pembangunan infrasruktur digital dilakukan pemerintah bersama perusahaan telekomunikasi, melalui pembuatan jaringan kabel serat optik sepanjang 342.000 kilometer di serat optik daratan dan lautan, sebagai tulang punggung konektivitas teknologi informasi dan komunikasi, khususnya untuk menghubungkan titik-titik di pedesaan, terluar, dan daerah tertinggal.

(18)

Keberhasilan transformasi digital bergantung pada kesiapan masyarakat untuk go digital, untuk itu melalui Gerakan Literasi Digital, pemerintah menargetkan setidaknya 12,4 juta orang Indonesia setiap tahun bisa mendapatkan akses ke pelatihan virtual tentang digital dasar, kurikulum seperti etika digital, keamanan digital, budaya digital, dan keterampilan digital dasar. Menkoinfo juga mengatakan bahwa, pemerintah telah menyiapkan 100 inisiatif utama 2021-2024 yaitu, infrastruktur ICT, e- Government, Legislasi Utama untuk mendukung Ruang Digital, adopsi teknologi baru di sektor industri, termasuk Kesehatan Digital, Pendidikan Digital, Media Digital, Penyiaran Digital, e-Commerce, Digital Fintech, Digital Banking, Pariwisata, dan Logistik.

Simpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Inovasi dimulai dari sebuah invensi (ide), karena adanya permasalahan atau kebutuhan. Ide kemudian diwujudkan yang bisa saja merupakan pengembangan dari produk yang sudah ada (inovasi inkremental) atau menciptakan produk baru yang sama sekali berbeda dengan yang sudah ada (inovasi radikal). Inovasi, baik inkremental dan radikal, dapat terjadi jika ada dukungan dari teknologi. Jadi inovasi tidak dapat dipisahkan dari teknologi. Inovasi dan teknologi yang semakin maju, tentu saja dapat membuat banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan.

Inovasi, baik inkremental, maupun radikal mempunyai dampak positif maupun negatif. Adanya inovasi dan kemajuan teknologi membuat segala aspek kehidupan manusia menjadi lebih mudah, efektif dan efisien, dari segi waktu maupun biaya; merangsang manusia untuk selalu berpikir kritis dan berusaha untuk mengatasi permasalahan dari kehidupan sehari-hari, dengan menghasilkan ide-ide dan mewujudkannya; Adanya aktivitas dan mobilitas yang

(19)

semakin tinggi, meningkatkan geliat ekonomi, karena perputaran uang dan barang.

Tidak hanya positif, Inovasi juga dapat membawa dampak negatif. Antara lain, berubahnya tatanan dan kehidupan sosial, karena interaksi sosial yang terjadi sesama manusia, semakin berkurang intensitasnya, yang disebabkan berubahnya bentuk komunikasi; inovasi dan teknologi yang membawa berbagai kemudahan dapat memberikan dampak ketergantungan, karena manusia cenderung tak dapat beraktivitas jika tak menggunakan peralatan canggih yang mendukung; Di sisi lain ketergantungan terhadap teknologi membuat manusia menjadi jauh dari aktivitas fisik.

Inovasi radikal bisa membuat perubahan drastis pada segi ekonomi, bisnis, pendidikan, sosial budaya, maupun pangan dan kesehatan, apabila teknologi dapat mendukung penyebarannya secara luas, dan apabila terdapat kondisi yang memaksa seperti misalnya keadaan pandemik global dan juga kebijakan dari pemerintah yang didukung dengan pembangunan infrastruktur digital dan teknologi yang memadai.

Referensi

2017. Social Media Universe Map. Diunduh dari www.visualcapitalist.com/wp-

content/uploads/2017/07/social-media-universe- map.html

Estelle Pellegrin-Boucher Pierre ed. 2019. Innovation in the Cultural and Creative Industries. Great Britain and the United States : ISTE Ltd and John Wiley & Sons, Inc Norman, Donald A. 2013. The design of everyday things:

Revised and expanded edition. New York, Basic Books.

Novrizaldi.2021. Hasil Survei Penduduk 2020 Peluang

Indonesia Maksimalkan Bonus Demografi. Diunduh dari

(20)

https://www.kemenkopmk.go.id/hasil-survei- penduduk-2020-peluang-indonesia-maksimalkan- bonus-

demografi#:~:text=Jakarta%20(4%2F2)%20%E2%80%93,j iwa%20dari%20survei%20penduduk%202010.

Rahima Sari, Amelia. 2021. 10 Negara dengan jumlah Pengguna Facebook Terbanyak. Indonesia nomor berapa? ed.Nurhadi. Diunduh dari

https://tekno.tempo.co/read/1524403/10-negara- dengan-jumlah-pengguna-facebook-terbanyak- indonesia-nomor-berapa/full&view=ok

Salmond, Michael & Ambrose, Gavin. The Fundamentals of Interactive Design. London: AVA Publishing

Setu, Ferdinandus. 2021. Siaran Pers

No.240/HM/KOMINFO/07/2021 . Diunduh dari

https://www.kominfo.go.id/content/detail/35713/siara n-pers-no240hmkominfo072021-tentang-

menkominfo-paparkan-roadmap-digital-indonesia- dalam-atxsg/0/siaran_pers

Tony Davila and Marc J. Epstein. 2014 . The Innovation Paradox. San Francisco, California : Berrett-Koehler Publishers, Inc

Tony Davila, Marc J. Epstein, and Robert Shelton. 2007.

Making Innovation Work : How to Manage It, Measure It, and Profit from It . Pearson Education

Ulfa, Arofatin Maulina. 2021. Digitalisasi Sekolah, Upaya Mendukung Pendidikan Di Masa Pandemi. Diunduh dari https://katadata.co.id/ekarina/infografik/614449128da 87/digitalisasi-sekolah-upaya-mendukung-pendidikan- di-masa-pandemi

Wibowo, Anshar Dwi. 2021. Mengenal Literasi Digital.

Diunduh dari

https://katadata.co.id/anshar/infografik/61444fc2145f 0/mengenal-literasi-digital

Zaenudin, Ahmad. 2021. Mengapa Revolusi Buku Digital Yang

(21)

dijanjikan Kindle Tak Terjadi. Diunduh dari

https://tirto.id/mengapa-revolusi-buku-digital-yang- dijanjikan-kindle-tak-terjadi-ggr5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan terlebih dahulu membuat sebuah sinyal yang akan digunakan sebagai input referensi yang merupakan bentuk lain dari suara jantung, suara jantung dapat

Bila produksi urine tidak keluar (menurun) dicari penyebabnya apakah kateter buntu oleh bekuan darah → terjadi retensi urine dalam buli-buli → lapor dokter, spoling dengan

operasional Cold Storage Mini dan Mesin ABF. 7) Apabila PIHAK KEDUA akan melibatkan pihak lainnya dalam waktu lebih dari satu (1) bulan, maka PIHAK KEDUA harus

Untuk mengatasi hal tersebut maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan

Kapasitas adsorpsi fenol diperoleh dari isothermal adsorpsi.Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan Langmuir dan Freudlich.Model persamaan

Banyak hijauan dalam bentuk rumput dan legume lokal yang tumbuh subur di lantai perkebunan kelapa sawit, kelapa dalam dan karet, yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi

Setelah sistem selesai dikembangkan, maka yang akan menggunakan informasi dari sistem ini adalah manajemen, sehingga sistem harus dapat mendukung kebutuhan yang diperlukan oleh

Membacakan puisi dengan baik akan membuat pendengar ikut hanyut di dalamnya seperti saat Anda membacakan cerpen, novel atau karya lain.. Anda pun dapat melakukannya dengan baik di