• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALLIRI: JOURNAL OF ANTHROPOLOGY pissn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ALLIRI: JOURNAL OF ANTHROPOLOGY pissn:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSFORMASI PENGETAHUAN LOKAL PETANI JAHE DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DI DESA BARUGAE

KECAMATAN MALLAWA KABUPATEN MAROS

Nur Annisa, Junaeda, Dimas Ario Sumilih

Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Makassar, Indonesia E-mail: ekanurannisa0612@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana proses transformasi pengetahuan lokal petani jahe masyarakat di Desa Barugae Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros (2) bagaimana peningkatan perekonomian masyarakat di Desa Barugae Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros melalui pertanian jahe. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dianalisis secara deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan penelitian lapangan melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan melibatkan beberapa informan yaitu petani jahe.

Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Masyarakat di Desa Barugae mendapatkan pengetahuan tentang proses budidaya tanaman jahe dari orang tua atau dapat di katakan turun temurun dan bahkan adapula yang memperoleh pengetahuan dari masyarakat sekitar atau dalam hal ini tetangga mereka. Proses transformasi pengetahuan dalam hal mengolah tanaman jahe menjadi produk jahe instan yang di alami oleh masyarakat di Desa Barugae berasal dari pengetahuan yang di ajarkan oleh perangkat desa kepada para masyarakat yang ada di Desa Barugae. (2) Kondisi perekonomian yang di alami oleh masyarakat yang ada di Desa Barugae yang sebelumnya mengalami penurunan pendapatan dari penjualan tanaman jahe secara langsung yang di alami karena kondisi harga jahe yang mengalami ketidakstabilan harga di setiap tahunnya. Namun setelah adanya produk Jahe Instan Khas Mallawa kondisi perekonomian di Desa Barugae mengalami peningkatan.

Kata Kunci : Proses transformasi, tanaman jahe, peningkatan perekonomian Pendahuluan

Semakin tinggi tingkat pergerakan manusia, karena jumlah atau durasi pekerjaan dan cuaca yang tidak menentu, kebutuhan untuk mempromosikan kondisi sanitasi yang optimal. Kondisi kesehatan yang kurang optimal membuat orang tidak dapat melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka. Kondisi tubuh yang tidak sehat seringkali dapat ditunjukkan dengan otot yang sering pegal dan lelah yang tidak kunjung hilang. Ada beberapa penyebab masalah kesehatan yang kurang optimal, antara lain faktor gaya hidup. Faktor gaya hidup dapat mencakup merokok, makan dan minum, dan kebiasaan minum yang tidak sehat atau tidak sehat. Jumlah makanan dan minuman yang tidak sehat dapat berdampak negatif bagi kesehatan tubuh. Dewasa ini, untuk menjaga kesehatan tubuh yang optimal, banyak orang yang mengonsumsi suplemen makanan atau minuman.

Ada banyak minuman sehat di pasaran dalam berbagai bentuk dan merek, seperti bubuk instan, tablet, atau cairan. Kecenderungan masyarakat saat ini adalah lebih memilih produk yang lebih cepat atau lebih nyaman untuk disajikan dan dikemas, karena tidak memerlukan banyak waktu persiapan.

(2)

Menurut Nurgiyantoro (2010:18), transformasi adalah perubahan, yaitu perubahan pada hal dan keadaan. Jika salah satu hal atau situasi yang berubah adalah budaya, itu adalah budaya yang telah berubah. Kearifan daerah, yang merupakan state of mind daerah, menjadi bagian dari budaya daerah, tergambar dari pengalaman kehidupan sehari-hari di daerah, mengakar kuat di daerah, dan merupakan ciri budaya. dari wilayah tersebut. Kearifan lokal itu beragam dan menjadi milik daerah, sehingga kearifan daerah yang ada di daerah menjadi dasar dasar pengambilan keputusan. Sistem pengetahuan kelompok masyarakat menjadi model budaya bagi berbagai suku bangsa di Indonesia.

Salah satu ciri budaya tersebut terdapat pada bidang perikanan, peternakan dan pertanian. Sistem pengetahuan yang dimiliki kelompok tani seringkali dikumpulkan dari nenek moyang sebelumnya baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.

Potensi yang dimiliki daerah tersebut adalah kekayaan alam, budaya dan sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Potensi alam suatu daerah tergantung pada kondisi geografis, iklim dan bentang alam daerah tersebut. Kondisi alam yang berbeda tersebut menimbulkan perbedaan dan karakteristik wilayah di setiap wilayah. Keunikan bentang alam, aktor dan budaya masyarakat, serta kesejahteraan masyarakat membentuk segitiga interaksi yang saling terkait (Soedarso, 2014: 143).

Malos adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dan secara administratif memiliki 14 kabupaten antara lain Turical, Tonpobul, Tanlariri, Simbang, Moncongrohe, Mars, Marosbal, Mandai, Lau, Bontoa, Bantimrun, Senlana, Camba dan Malawa. Letak geografis pertanian Kabupaten Malos juga menjadikan pertanian sebagai salah satu mata pencaharian terpenting di wilayah ini.

Kearifan lokal memiliki sifat yang sangat istimewa yang diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Begitu pengetahuan diturunkan, generasi yang menerimanya akan terus beradaptasi dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Begitu pula dengan pengetahuan yang diturunkan kepada warga Desa Tongkang di Kecamatan Malawa Kabupaten Maros. Keberadaan komunitas tani di wilayah ini tidak hanya mempengaruhi zona ekonomi tetapi juga tatanan sosial masyarakat. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Malawa Kabupaten Maros yang bermata pencaharian sebagai petani, seperti padi, jagung, kemiri, teropong cabai, coklat, merica dan jahe, tentunya tidak lepas dari pola pengetahuan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka sebelumnya. Kearifan lokal petani merupakan hasil dari proses pembelajaran sebagai aktor penting dalam pengelolaan sumber daya lokal. Mayoritas masyarakat di Desa Barugae 90 persen profesi adalah petani jahe dan selebihnya adalah PNS.

Sebagai daerah pertanian khususnya desa Tongkang kecamatan Malawa struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor pertanian yang termasuk bahan baku utama jahe. Jahe yang dikembangkan adalah sejenis jahe gajah yang merupakan produk pertanian musiman. Jenis tanaman lokal Jahe merupakan salah satu jenis tanaman terbaik di daerah Malawa khususnya di Desa Tongkang, meskipun keberadaannya kurang dimanfaatkan karena masyarakat belum menyadari potensinya.Masalah utama masyarakat pedesaan adalah pendapatan yang rendah. Masyarakat menghasilkan produk dari sektor pertanian. Saat panen, kaya akan 4.444 jahe dan umumnya dijual langsung di pasaran. Tanaman jahe sangat dihargai dan kaya akan nutrisi, yang merupakan manfaat kesehatan yang luar biasa. Jahe bukan hanya obat, tetapi juga salah satu bumbu yang digunakan

(3)

dalam masakan sehari-hari. Kajian ini berfokus pada pengetahuan perubahan dalam pengembangan pengetahuan petani lokal tentang sumber daya manusia dan peningkatan ekonomi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di Desa Barugae, masyarakat yang ada di Desa Barugae dalam kurung waktu 4 tahun terakhir, harga jahe tidak stabil. Pada tahun 2017 harga jahe berada pada harga Rp.3000/Kg, kemudian pada tahun berikutnya pada tahun 2018 harga jahe kembali mengalami penurunan yaitu pada harga Rp.2000/Kg, hal ini mengakibatkan masyarakat yang ada di Desa Barugae mengalami kerugian dalam kurung waktu 2 Tahun terakhir. Namun pada tahun berikutnya di tahun 2019 harga jahe mulai mengalami peningkatan yaitu pada harga Rp.5.000/Kg hal ini mengakibatkan masyarkat mendapatkan sedikit keuntungan dari tahun tahun sebelumnya, ketika masyarakat di Desa Barugae dalam kurun waktu 2 Tahun sebelumnya yaitu 2017- 2018 hanya mendaptakan hasil penjualan tanaman jahe di kisaran pendapatan Rp.5.000.000 pertahunnya, namun pada tahun 2019 sudah mengalami sedikit peningkatan dengan pendapatan penjualan Rp.10.000.000 pada tahun tersebut. Pada tahun 2020, peningkatakan masyarakat yang ada di Desa Barugae Kecamatan Mallawa mengalami peningkatan yang sangat signifikan karna pada tahun tersebut harga jahe berada pada harga Rp.30.000/Kg sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan dari penjualan jahe yaitu Rp.100.000.000.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat dilihat harga jahe mengalami penurunan pada tahun 2017-2018, Kemudian Kepala Desa yang ada di Desa Barugae memiliki inisiatif untuk meningkatkan harga jual jahe dengan membuat sebuah produk yang berasal dari tanaman jahe. Sehingga pada tahun 2019 pemerintah Desa Barugae membuat sebuah produk yang di namakan dengan Jahe Instan Khas Mallawa yang pemasarannya sampai ke luar daerah dan luar negeri dengan memanfaatkan sosial media, dengan adanya produk ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Barugae.

Saya mengangkat judul ini karena ada pola pengetahuan yg berkembang dari masyarakat Mallawa. Yang sebelumnya pola pengetahuan petani biasanya hanya berfokus pada tanam dan panen kemudian berinovasi mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, sementara pada segi pemasaran hanya kurang difokuskan dalam artian hasil panen hanya dikonsumsi sendiri atau langsung dijual dipasar terdekat serta kurang inovatif dalam pemasarannya.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Transformasi Pengetahuan Lokal Petani Jahe Dalam Meningkatkan Perekonomian di Desa Barugae Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros”.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatifdengan metode deskriptif.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif.

“Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban” (Mulyana, 2008: 145). Menurut Sugiyono (2007: 1), metode penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis

(4)

kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif (Mulyana, 2008: 150).

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan analisis dan dihadirkan dalam bentuk narasi deskriptif.

Pembahasan Lokasi Penelitian

Mallawa adalah nama sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Kecamatan Mallawa memiliki 10 Desa dan 1 Kelurahan. Ibu Kota kecamatan ini berada di Ladange, Kelurahan Sabila dengan jarak 60 Km dari kota Turikale yang merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan Kabupaten Maros. Kecamatan Mallawa kala itu di bentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1992 Pasal 6 dari hasil pemekaran wilayah Kecamatan Camba tertanggal 23 Mei 1992. Kecamatan Mallawa memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Camba, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pangkep dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone. Kecamatan Mallawa di tinjau dari bidang pendidikan, berdasarkan data stastistik menunjukan bahwa salah satu upaya pemerintah Kecamatan Mallawa dalam meningkatkan pendidikan masyarakat telah terbangun gedung-gedung pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar 18 Unit, Sekolah Menengah Pertama 5 Unit, dan Sekolah Menengah Atas 1 Unit. Ini membuktikan bahwa wilayah Kecamatan Mallawa telah memiliki sarana pendidikan yang cukup memadai demi meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia yang ada di Kecamatan Mallawa (https://id.wikipedia.org/wiki/Mallawa,_Maros).

Mata pencarian masyarakat di Kecamatan Mallawa, mayoritas penduduknya bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan petani, selain itu terdapat juga beberapa masyarakat di Kecamatan Mallawa bekerja sebagai pedagang. Di pandang dari sektor perkebunan dan pertanian yang ada di Kecamatan Mallawa sangat berpeluang membantu perekonomian masyarakat setempat, di mana hasil perkebunan dan pertanian masyarakat, mereka gunakan untuk kebutuhan di rumah sehari-hari dan juga masyarakat jual di pasar atau di pengepul. Dari segi hasil perkebunan dan pertanian di Kecamatan Mallawa pendapatan masyarakat yang bergelut sebagai petani sangat memadai bahkan sangat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Banyak pula masyarakat di Kecamatan Mallawa yang merantau keluar daerah maupun luar negeri untuk mencari penghasilan karena beberapa pandangan masyarakat tentang penghasilan di kampung yang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Kecamatan Mallawa yang menjadi perantau antara lain bekerja sebagai TKI, Pertambangan dan juga bekerja sebagai Pengusaha/Pebisnis.

Desa Barugae merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.

Desa Barugae terletak di sebelah barat ibu Kota Kecamatan Mallawa. Jarak dari ibu kota kecamatan kurang lebih 6 Km. luas wilayah Desa Barugae adalah 1.810,94 Ha. Batas-batas wilayah : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tellumpanuae, Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sabila, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Padaelo, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bentenge (Rencana Kerja Pembangunan Barugae Desa 2021).

(5)

Iklim di Desa Barugae seperti halnya dengan iklim umum wilayah Indonesia, kemarau, penghujan dan peralihan (Pancaroba). Musim kemarau pada umumnya pada bulan April-Oktober dan musim hujan pada bulan Oktober-April. Curah hujan pada musim penghujan termasuk cukup tinggi. Masyarakat yang berada di Desa Barugae termasuk dalam kategori masyarakat hutan, karena desa ini di kelilingi oleh sumber daya hutan. Banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada keberadaan hutan, lahan perkebunan dan lahan persawahan. Desa Barugae mempunyai jumlah penduduk 1.172 Jiwa. Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan 590 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki 582 jiwa (Rencana Kerja Pembangunan Desa Barugae 2021).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia , baik itu dirinya maupun untuk lingkungan dimana dia berada, sebab dapat memengaruhi cara berfikir sehingga menjadi ukuran maju dan berkembangnya suatu wilayah dan mampu menerima sesuatu yang hadir di kehidupan masyarakat. Desa Barugae terdapat bagunan fasilitas pendidikan yakni : 1 bangunan TK, 1 bangunan SD . Rata-rata anak yang ada di Desa Barugae hampir semua mereka terdaftar di sekolah sehingga peneliti bisa menyimpulkan bahwa masyarakat di Desa Barugae menyadari bahwa pendidikan memang sangat penting untuk kehidupan.

Mata pencaharian merupakan pekerjaan yang dilakukan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, adapun mata pencaharian masyarakat di Desa Barugae menunjukan bahwa mata pencaharian penduduk masyarakat di Desa Barugae terdiri dari mata pencaharian Pegawai Negeri Sipil 12 orang, pedagang 7 orang, wiraswasta 4 orang dan mata pencaharian paling banyak yaitu petani 208 orang. Jadi, masyarakat di Desa Barugae memang identik dengan masyarakat agraris dimana sumber penghasilannya lebih cenderung pertanian maka dari itu mata pencaharian paling banyak yaitu petani (Rencana Kerja Pembangunan Barugae Desa 2021).

Transformasi Pengetahuan Lokal Petani Jahe

Proses transformasi pengetahuan masyarakat di Desa Barugae berawal dari pengetahuan yang diajarkan turun temurun oleh orang tua dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Pengetahuan yang diajarkan dalam hal ini yaitu proses pengolahan tanaman jahe. Mayoritas masyarakat yang ada di Desa Barugae Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros berprofesi sebagai petani, tentunya hal ini sangat penting bagi masyarakat yang ada di Desa barugae untuk mendapatkan pewarisan atau ajaran dari orang tua mereka tentang proses pengolahan tanaman jahe karena masyarakat yang ada di Desa Barugae menggantungkan kehidupan mereka dari hasil alam atau tanaman yang mereka tanam khususnya dalam hal ini tanaman jahe. Awal mula para petani di Desa Barugae menanam jahe berdasarkan hasil wawancara yang telah di lakukan peneliti, yang paling lama 25 tahun dan yang paling awam 4 tahun. Selain dijual langsung kepada para pengepul, masyarakat yang ada di Desa Barugae juga mengola tanaman jahe untuk dijadikan rempah-rempah pada makanan dan dicampurkan pada adonan kue. Selain itu masyarakat setempat mengelola jahe menjadi obat tradisional yang dicampurkan dengan beberapa jenis tanaman herbal lainnya yang diyakini oleh masyarakat setempat dapat mengobati beberapa jenis penyakit diantaranya obat rematik, flu, penambah nafsu makan, dan asam urat.

(6)

Di Desa Barugae masyarakat setempat mengolah tanaman jahe menjadi produk instan yang dinamakan oleh masyarakat setempat yaitu Jahe Instan Khas Mallawa. Produk ini memiliki khasiat dapat mengobati flu, menambah daya imunitas tubuh serta mengobati badan pegal-pegal. Produk jahe instan khas Mallawa ini dikembangkan oleh pemerintah Desa setempat. Selain produk jahe instan, masyarakat yang ada di Desa Barugae juga mengembangkan produk olahan kue yang dicampurkan dengan jahe seperti diantaranya kerupuk jahe dan kue bolu jahe. Namun minat masyarakat akan produk olahan tersebut tidak sebanyak dari produk olahan jahe instan yang diyakini oleh masyarakat memilliki manfaat kesehatan. Jadi masyarakat yang ada di Desa Barugae lebih fokus untuk memproduksi produk jahe instan khas mallawa. Faktor penunjang proses transformasi pada masyarakat Desa Barugae Kecamatan Mallawa ialah :

a.Berkembangnya zaman

Pengetahuan petani jahe di Desa Barugae pada zaman dahulu berasal dari informasi yang mereka dapatkan dari masyarakat yang ada di sekitar mereka (tetangga). Seiring berkembangnya zaman pengetahuan petani jahe sudah mulai berkembang dengan informasi yang mereka dapatkan melalui radio, maupun televisi. Saat ini petani jahe dapat memperoleh lebih banyak informasi tentang proses pengelolaan tanaman jahe melalui media sosial baik itu youtube, facebook dan lain sebagainya.

b. Berkembangnya ilmu pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan petani jahe yang ada di Desa Barugae mereka peroleh dari seminar serta pelatihan-pelatihan yang di berikan perangkat desa yang ada di Desa Barugae. Seperti halnya pelatihan yang di berikan kepada masyarakat yang ada di Desa Barugae terkait dengan proses pengolahan tanaman jahe menjadi produk jadi yang di kenal dengan produk jahe instan khas mallawa yang di produksi hingga saat ini.

Tantangan dari proses pengetahuan dalam proses pengolahan tanaman jahe adalah:

a. Tahap pemilihan bibit jahe

Dalam hal ini bibit jahe harus dalam keadaan yang baik dari segi bentuk, ukuran dan tanaman jahenya tidak lecet dan memiliki rimpang yang bagus, jika keadaan tanaman jahe yang akan ditanam dalam keadaan yang tidak baik maka akan menghambat proses pertumbuhan tanaman jahe.

b. Tahap pengelolaan media tanam

Pada tahap ini, sebelum tanaman jahe di tanam tentunya harus di perhatikan media tanam dalam keadaan yang bersih dari rumput maupun akar-akar yang ada pada lahan, jika hal ini tidak di perhatikan tentunya akan menghambat proses pertumbuhan tanaman jahe karena di pengaruhi oleh rumput liar yang tidak bersih pada media tanam.

c. Tahap teknik penanaman

Pada tahap ini, bibit jahe dan media tanam harus sangat di perhatikan agar dapat mendukung proses pertumbuhan tanaman jahe.

d. Tahap pemeliharaan tanaman

Pada tahap ini, tanaman jahe perlu di perhatikan rumput liar yang tumbuh dan pemupukan karena jika tahap pemilihan bibit jahe hingga teknik penanaman sudah tepat namun pemeliharaan tanaman jahe tidak di perhatikan akan sangat berpengaruh menghambat proses pertumbuh.

e. Tahap panen

(7)

Pada tahap ini, untuk menghasilkan tanaman jahe yang berkwalitas baik yaitu umur 8-9 bulan karena tanaman jahe sudah siap untuk di panen. Jika belum 8-9 bulan maka akan mempengaruhi kwalitas tanaman jahe. Petani jahe merupakan masyarakat yang ada di desa Barugae yang menanam atau mengelola tanaman jahe mulai dari proses pemilihan bibit, proses perawatan tanaman jahe hingga proses panen. Sementara itu wanita tani dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang ada di Desa Barugae yang mayoritas perempuan yang melaksanakan usaha di bidang pertanian dan mengelola tanaman jahe menjadi produk kemasan atau biasa dikenal dengan sebutan produk Jahe Khas Instan Mallawa. Yang proses produksinya sudah dilakukan mulai dari tahun 2019 hingga saat ini.

Kata khas dalam produk Jahe Instan Khas Mallawa memiliki arti bahwa produk kemasan yang dibuat adalah buatan atau hasil kerja dari masyarakat yang ada di Desa Barugae, sehingga diberikanlah kata Khas pada kemasan untuk menandakan bahwa produk tersebut dari Kecamatan Mallawa lebih tepatnya yang di produksi oleh masyarakat yang ada di Desa Barugae. Produk Jahe Instan Khas Mallawa ini sendiri hanya di produksi di Desa Barugae Kecamatan Mallawa dan belum ada Desa yang ada di Mallawa yang memproduksi produk kemasan serupa.

Saat ini jenis jahe yang mayoritas masyarakat budidayakan yaitu jenis jahe Gajah, nama ilmiah jahe gajah adalah Zingiber Officinale Rosc., masyarakat Desa Barugae menyebut jahe gajah dengan sebutan laiya bangkok. Jahe Gajah yang di tandai dengan ukuran rimpang yang besar, bewarna putih kekuningan, dan berserat halus. Masyarakat memilih untuk menanam jahe gajah karena hasil tanaman dari jahe gajah tersebut mudah laku dipasaran karena memiliki ukuran yang besar serta harganya lebih murah dibandingkan dengan jahe merah. Selain jahe gajah adapula masyarakat yang menanam tanaman jahe jenis jahe merah meskipun hanya sedikit mayarakat yang ada di Desa Barugae yang menanamnya karena menurut pengakuan warga bibit jahe merah cukup mahal untuk masyarakat lokal.

Menurut Pak Desa Barugae yaitu Bapak A. Firdaus, S.Ag, beliau mengatakan bahwa hal yang dipersiapkan sebelum menanam jahe yaitu harus mempersiapkan bibit tanaman jahe yang berkualitas yang sudah cukup waktu panennya. Awal yang baik untuk menanam jahe yaitu pada awal musim penghujan dimana pada bulan November atau Desember hal ini dikarenakan jahe memerlukan lebih banyak air untuk pertumbuhannya. Dalam hal merawat jahe, sebelum jahe dipupuk lebih dahulu rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman jahe harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian tanah yang ada disekitar tanaman jahe harus digemburkan untuk mendukung pertumbuhan jahe, kemudian barulah tanaman jahe dipupuk. Waktu panen yang tepat untuk mendapatkan kualitas jahe yang bagus yaitu tanaman jahe yang berusia 8 sampai 9 bulan.

Kesimpulan

Masyarakat di Desa Barugae mendapatkan pengetahuan tentang proses budidaya tanaman jahe dari orang tua atau dapat di katakan turun temurun dan bahkan adapula yang memperoleh pengetahuan dari masyarakat sekitar atau dalam hal ini tetangga mereka. Dalam proses transformasi pengetahuan yang di alami oleh masyarakat yang ada di Desa Barugae berasal dari pengetahuan yang di ajarkan oleh perangkat Desa kepada para masyarakat yang ada di Desa Barugae tentang proses pengolahan tanaman jahe menjadi produk kemasan jahe Instan. Dalam usaha peningkatan

(8)

perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan harus di dasarkan pada 4 konsep dasar yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan permodalan, pengembangan peluang kerja dan berusaha, dan penguatan penguatan kelembagaan usaha bersama. Kondisi perekonomian yang di alami oleh masyarakat yang ada di Desa Barugae yang sebelumnya mengalami penurunan pendapatan dari penjualan tanaman jahe secara langsung yang di alami karena kondisi harga jahe yang mengalami ketidakstabilan harga di setiap tahunnya. Namun setelah adanya produk Jahe Instan Khas Mallawa kondisi perekonomian yang ada di Desa Barugae mengalami peningkatan karena minat masyarakat akan produk tersebut sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Amri Marzali. 2006. Struktur-fungsionalisme. Jurnal: Antropologi Indonesia. Vol. 30.No. 2

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif “Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi”. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Dalton, Geogre, 1961. “Economic Theory and Primitiv Society”. American Anthropologist. 63 (1) : halaman 1 – 25.

Grenier, L. (1998) Working with indigenous knowledge, Ottowa : International Development Research Centre, http://hdrnet.org/214/1/working withindigenous_knowledge.pd

Kartawinata, Ade M. (ed). 2011. Kearifan Lokal di Tengah Arus Modernisasi. Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Jakarta.

Kayam, Umar. 1981, Seni Tradisi dan Masyarakat, Sinar Harapan Jakarta.

Kayam, Umar. 1989. Tranformasi Budaya Kita Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Sastra Yogyakarta. Universitas Gadah Mada.

Koentjaraningrat. 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

LeClair, Edward E. JR. dan H. K. Scheneider. 1968. “The Development of Economic Anthropology”, dalam Edward E. LeClair JR dan H.K. Schneider (ed.). Economic

Anthropology, Reading in Theory and Analysis. New York : Holt, Rinehart and Winston Inc : halaman 1 – 15.

Lipsey, Richard G. (1993). Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mamik. (2015). “Metodologi Kualitatif”. Sidoarjo: Zifatama Publisher.

Mitchell, Bruce., Bakti Setiawan, Dwita Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Referensi

Dokumen terkait

struktur achir dari suatu logam sangat dipengaruhi oreh riwajat perlakuan jang telah diterima oleh logam jang bersangkutan. Ilerhubung dengan har tersebut, maka didalam

Pengetahuan tentang kalender tanam atau katam sangatlah baik untuk petani khususnya petani jagung yang ada di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros,

Sumber data, data yang kami peroleh dari penelitian ini berasal dari hasil wawancara masyarakat yang berprofesi sebagai petani rumput laut yang ada di

Bagian utara Desa Kalipadang di dominasi oleh pemukiman warga pedesaan yang mayoritas warganya berprofesi sebagai petani, sebelah selatan Desa Kalipadang terdapat Desa

Rosasea adalah suatu penyakit peradangan yang bersifat kronik pada kulit, berbentuk seperti akne yang umumnya terjadi pada kelenjar pilosebaseus di wajah dan dapat

Koefisien dari ke-3 variabel tersebut adalah bertanda positif, sehingga pengaruh ke-3 variabel tersebut berbanding lurus dengan variabel optimalisasi stok; (2)

tetapi pada dasarnya tidak berbeda yaitu bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana berupa simpanan dari masyarakat atau pihak lainnya

Dalam Transaksi Penerbitan Notes-2024, MLS merupakan pihak yang menerbitkan saham biasa dan menerima pinjaman dari MLO, dimana kemudian MLS memberikan pinjaman