Persebaya 1927 Yang Dicoret Dari Unifikasi League Bentukan PSSI Di Media J awa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2013)
SKRIPSI
Oleh:
ADI SETYA KHAYYUL MUSTAQIM NPM. 0943010144
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Media J awa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2013)
Disusun Oleh :
ADI SETYA KHAYYUL MUSTAQIM NPM : 0943010144
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Ir. Didiek Tr anggono, M.Si NIP. 1 95812 251990 011 001
Mengetahui,
D E K A N
Oleh :
Adi Setya Khayyul Mustaqim NPM. 0943010144
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 09 Mei 2014
PEMBIMBING TIM PENGUJ I
1. Ketua
Ir . DIDIEK TRANGGONO, M.Si Dr a. SUMARDJ IJ ATI, M.Si
NIP. 1 95812251990 011 001 NIP. 1 9620 3 231993 091 001
2. Sekr etar is
Ir . DIDIEK TRANGGONO, M.Si NIP. 1 95812251990 011 001
3. Anggota
Mengetahui, Dr s. SAIFUUDIN ZUHRI, M.Si DEKAN NPT. 3 7006 9400 351
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi yang berjudul “OBJ EKTIVITAS BERITA TENTANG
LEGALITAS PERSEBAYA 1927 DI MEDIA J AWA POS”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Perkenankan
pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya arahan dan bimbingan
dari Bapak Ir. Didiek Tranggono, M.Si yang dengan segala perhatian dan
kesabarannya rela meluangkan waktu untuk penulis, terima kasih yang tak
terhingga penulis sampaikan. Dengan rasa hormat yang mendalam penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dra. Hj.Suparwati,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito, S.Sos, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
6. Bapak, Ibu, Adik dan Keluarga Besar tercinta, terima kasih atas segala doa,
bimbingan, dan dukungannya selama ini.
7. Putry Syahida Karbala yang selalu mendukung dan memberi motivasi.
8. Bogi, Tiar, Ketut, Dimas, Adit dan Afif, serta teman-teman seperjuangan
angkatan 09 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu, terima kasih atas
dukungan morilnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
para pembaca.
Surabaya, 16 April 2014
v
HALAMAN PENGESAHAN ... .. ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAKSI ... . iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 14
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14
1.4. Manfaat Penelitian... 15
1.4.1. Manfaat Teoritis... 15
1.4.2. Manfaat Praktis... 15
v
2.2.1. Pengertian dan Fungsi Pers ... 17
2.2.2. Surat Kabar ... 21
2.2.3. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ... 23
2.2.4. Berita ... 24
2.2.5. Objektivitas Berita ... 32
2.2.6. Legalitas ... 38
2.2.7. Analisis Isi Kuantitatif ... 41
2.2.8. Kerangka Berfikir ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
3.1. Definisi Operasional dan Kategorisasi Objektivitas ... 45
3.1.1. Definisi Operasional ... 45
3.1.2. Kategorisasi Objektivitas ... 46
3.1.2.1. Akurasi Pemberitaan... 46
3.1.2.2. Fairness dan Ketidakberpihakan Pemberitaan... 48
3.1.2.3. Validitas Keabsahan Pemberitaan... 49
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 50
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 52
4.1. Gambaran Obyek Penelitian ... 52
4.1.1. Sejarah Surat Kabar Jawa Pos ... 52
4.1.2. Organisasi Perusahaan Surat Kabar Jawa Pos ... 60
4.2. Penyajian Data ... 64
4.3. Analisis Data ... 76
4.3.1. Berita 1 ... 77
4.3.2. Berita 2 ... 79
4.3.3. Berita 3 ... 82
4.3.4. Berita 4 ... 84
4.3.5. Berita 5 ... 86
4.3.6. Berita 6 ... 88
4.3.7. Berita 7 ... 90
4.3.8. Berita 8 ... 92
4.3.9. Berita 9 ... 94
4.3.10. Berita 10 ... 96
v
4.3.15. Berita 15 ... 104
4.4. Tabel Prosentase Analisis ... 106
4.4.1. Kesesuaian Judul Berita Dengan Isi Berita ... 106
4.4.2. Pencantuman Waktu Terjadinya Peristiwa ... 107
4.4.3. Penggunaan Data Pendukung ... 107
4.4.4. Pencampuran Fakta Dan Opini ... 108
4.4.5. Fairness atau Ketidakberpihakan Pemberitaan ... 109
4.4.6. Validitas Pemberitaan ... 111
4.4.6.1. Atribusi Sumber Berita ... 111
4.4.6.2. Kompetensi Sumber Berita ... 112
4.7. Pembahasan ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 115
5.1. Kesimpulan ... 115
5.2. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 118
Lampiran 2 : Berita tanggal 01 Oktober 2013 ... 122
Lampiran 3 : Berita tanggal 01 Oktober 2013 ... 123
Lampiran 4 : Berita tanggal 04 Oktober 2013 ... 124
Lampiran 5 : Berita tanggal 09 Oktober 2013 ... 125
Lampiran 6 : Berita tanggal 10 Oktober 2013 ... 126
Lampiran 7 : Berita tanggal 11 Oktober 2013 ... 127
Lampiran 8 : Beita tanggal 14 Oktober 2013 ... 128
Lampiran 9 : Berita tanggal 29 Oktober 2013 ... 129
Lampiran 10 : Berita tanggal 30 Oktober 2013 ... 130
Lampiran 11 : Berita tanggal 31 Oktober 2013 ... 131
Lampiran 12 : Berita tanggal 9 November 2013 ... 132
Lampiran 13 : Berita tanggal 17 November 2013 ... 133
Lampiran 14 : Berita tanggal 19 November 2013 ... 134
League Bentukan PSSI Di Media J awa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat objektif atau tidaknya pemberitaan tentang legalitas Persebaya 1927 di media Jawa Pos dengan periode yang telah ditentukan.
Definisi operasional merupakan suatu konsep pengukuran-pengukuran variabel penelitian dapat dijelaskan dengan indikator-indikator variabel penelitian dengan mengkategorikan pemberitaan berdasarkan teori yang ada. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis yang bersifat kuantitatif, objektivitas pemberitaan di uji dan di analisis sesuai dengan kategorisasi yang disesuaikan dalam teori yang di gunakan oleh Rachma Ida tentang 3 kategorisasi objektivitas pemberitaan.
Hasil yang didapat dari 15 berita yang penulis teliti. Jawa Pos sudah memenuhi aspek objektivitas dalam kategori akurasi pemberitaan tetapi dalam kategori fairness Jawa Pos belum objektif dalam pemberitaan. Dari segi validitas Jawa Pos sudah memenuhi unsur objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak objektif dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Kata kunci, Objektivitas, Per sebaya 1927, J awa Pos, Rachma Ida.
ABSTRACT
ADI SETYA KHAYYUL MUSTAQIM, THE OBJ ECTIVITY OF NEWS ABOUT LEGALITY PERSEBAYA 1927 IN THE MEDIA J AVA POST (Descriptive Study of Quantitative Content Analysis of News Objektivity about Persebaya 1927, Which was Dropped fr om The Unification League PSSI Formation in J ava Media Post edition 1 October – 23 November 2013).
The purpose of this study was to see whether or not an objective reporting about legality Persebaya 1927 in Java media Post with the given period.
The operational difinition is one of concept of research variable determinations that can be explained by research variable indicators by categorising news based on related theory. The research method used is a quantitatif analysis, news objectivity tested and analyzed in accordance with the customized categorization theory used by Ida Rachmah on three categorization news objectivity.
Results obtained from 15 news that the author carefully. The Java Post already fufills the categorization accuracy of objectivity in the news but Java post fairness category heading is not objective in the news. In terms of the validity of the postal java already meet. Objectivity of news is very important in the presentation of a story. Not an objective presentation of news can cause a lot of imbalance, which means that news is only based on information presented in news sources that are less likely to complete and unilateral.
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi media massa tumbuh semakin
cepat seiring perkembangan jaman. Semakin cepat perkembangan teknologi maka
semakin besar juga kebutuhan masyarakat akan sebuah informasi atau berita.
Surat kabar merupakan media massa paling tua dan merupakan salah satu jenis
media cetak dalam bentuk tulisan dan gambar atau foto tidak bergerak. Kelebihan
dari media cetak adalah mampu merekam peristiwa yang terjadi di masa lampau
sesuai kejadian peristiwa itu diberitakan atau suatu gambar ditampilkan dalam
surat kabar (Apriadi, 2013:149).
Saat ini perkembangan informasi tumbuh sangat cepat sehingga khalayak
harus sangat pintar dalam menyaring berita – berita tersebut karena masyarakat
pada saat ini betul – betul sangat memerlukan banyak informasi yang terjadi
didunia. Disaat inilah peranan media massa sebagai penyedia informasi sangat
penting dalam menentukan suatu informasi yang akan diberitakan kepada
khalayak.
Sebagai agen informasi, pada dasarnya pers atau media massa memiliki
fungsi – fungsi tertentu. Menurut (Effendy, 2012:58) media massa mempunyai
empat fungsi yaitu: Fungsi menyiarkan (to infrom), mendidik (to educate),
menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to influence). Pertama, fungsi
adalah dimana media tersebut menulis pesan mengenai kejadian, peristiwa,
penemuan – penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, maupun
sosial, ataupun gagasan seseorang mengenai sesuatu atau pesan untuk lebih
memahaminya. Semua pesan tersebut kemudian disiarkan kepada masyarakat
luas. Kedua, media massa berfungsi mendidik (to educate) adalah media dengan
pesan – pesannya tersebut dapat digunakan sebagai sarana pendidikan massa
maupun pedoman hidup yang memuat tulisan – tulisan tentang ilmu pengetahuan.
Sedangkan fungsi ketiga adalah menghibur (to entertain), dalam fungsi
menghibur, media massa memberikan hiburan kepada masyarakat dalam bentuk
pemuatan berita atau artikel yang ringan, bisa juga melalui bentuk musik, cerita
maupun berita – berita ringan sekitar kita. Fungsi keempat media massa adalah
mempengaruhi (to influence), dalam fungsi ini media massa berusaha
mempengaruhi masyarakat, baik pikiran (kognitif), perasaan (afektif) maupun
tindakan (konatif / behavioral). Hal inilah yang menyebabkan pers mempunyai
peranan penting dalam masyarakat.
Surat kabar selalu muncul setiap hari, terkadang untuk mengejar deadline
atau menampilkan hal yang menarik dan unik sehingga memiliki nilai berita atau
karena tuntutan bisnis, etika jurnalistik menjadi terabaikan. Surat kabar memilki
konsekuensi untuk menyajikan isi dan ulasan maupun analisis mengenai suatu
kejadian secara terperinci dan mendalam. Seperti umumnya pers, surat kabar juga
memiliki fungsi memberi informasi, pendidikan, hiburan serta mempengaruhi
khalayak. Media massa berfungsi sebagai pemberi informasi yang terjadi dan
kebutuhan informasi manusia. Menurut Mc Luhan (Rakhmat, 1994: 224) media
massa merupakan perpanjangan indera kita. Melalui media massa kita mendapat
informasi kasat mata seperti benda, manusia, bahkan tempat yang tidak kita alami
secara langsung.
Media massa menampilkan realitas yang menjadi tangan kedua berupa
informasi sosial, politik, ekonomi, dan lainnya. Keterbatasan masyarakat dalam
menyerap informasi dihadapkan pada geografis yang kondusif atau tidak. Berita
menjadi tersebar luas dan cepat diketahui. Melalui sisi lain media massa, konflik
yang terjadi diberitakan media massa sebagai bagian yang layak untuk digali dan
lebih ditonjolkan. Berita yang layak jual mampu mengangkat keingintahuan
publik. Meskipun sikap independen dan objektif menjadi kiblat setiap jurnalis
pada kenyataanya sering kali didapatkan suguhan berita yang beraneka warna dari
sebuah peristiwa yang sama. Berangkat dari sebuah peristiwa yang sama, media
tertentu mewartakan dengan cara menonjolkan sisi atau aspek tertentu, sedangkan
media lainya meminimalisir, memelintir, bahkan menutup sisi aspek tersebut, dan
sebagainya. Ini semua menunjukan bahwa di balik jubah kebesaran independensi
dan objektivitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedi, dan bahkan ironi.
Dengan membandingkan beberapa pemberitaan di media. Sangat mungkin akan
ditemukan kesimpulan yang setara, bahwa media apapun tidak bisa lepas dari
bias-bias, baik yang berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
bahkan agama. Tidak ada satu pun media yang memiliki sikap independensi dan
menjadi bingung, merasa terombang-ambing, dan dipermainkan oleh penyajian
media.
Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran
ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi.
Pers sebagai penghubung antara komunikator dan komunikan, mempunyai peran
penting dalam usaha mencerdaskan dan memberi pencerahan kepada bangsa serta
membangun dirinya sebagai pers yang sehat melalui informasi yang disajikan.
Kebebasan media dilindungi oleh undang - undang yang menjamin kebebasan
beropini dan kebebasan memberi informasi kepada masyarakat. Seorang
wartawan wajib bersikap netral, menghindari dari penilaian subyektif pribadi,
serta seimbang dalam menyajikan perbedaan – perbedaan (Luwarso & Gayatri,
2005:16).
Pada tanggal 1 Oktober 2013, Jawa Pos memberitakan tentang Persebaya
yang dicoret keanggotannya oleh PSSI menjadi berita utama pada halaman
olahraga. Berita ini berawal dari hasil rapat jajaran Komite Eksekutif (Exco) PSSI.
Sabtu, 28 September 2013. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)
melalui jajaran Komite Eksekutif (Exco) telah mengambil keputusan tegas terkait
keberlangsungan kompetisi Indonesian Premier League (IPL). Dalam rapat Exco
yang digelar di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, IPL dinyatakan tidak diakui
sebagai sebuah kompetisi yang resmi. Keputusan tersebut diambil oleh para Exco
atas rekomendasi dari Komisi Disiplin yang menyatakan operator IPL, PT Liga
Pada 18 September 2013 lalu, Komdis PSSI telah meminta LPIS untuk
melakukan revisi peserta, penyesuaian jadwal, hingga restrukturisasi klasemen.
Namun, hingga batas waktu yang ditentukan oleh pihak Komdis, LPIS tidak
kunjung memberikan apa yang sudah ditugaskan. Dan para Exco meminta agar
kompetisi IPL segera dihentikan. "Dari fakta-fakta itu, para Exco meminta agar
kompetisi IPL segera dihentikan. Exco juga sudah mengambil keputusan tegas,
pelaksanaan IPL tidak valid. Jadi produknya tidak diakui," jelas Sekretaris
Jenderal PSSI, Joko Driyono, "Pemberitahuannya akan kami kirimkan kepada
LPIS. Putusan ini juga akan disampaikan kepada AFC karena kaitannya dengan
unifikasi liga," sambung dia. Jokdri (sapaan Joko Driyono) menyatakan, untuk
menentukan empat tim yang berhak tampil di kompetisi kasta tertinggi musim
depan, PSSI akan segera menentukan format baru. Sistem kompetisi tersebut akan
dirampungkan pada Senin, 30 September 2013, dan akan disosialisasikan kepada
klub-klub peserta Rabu, 2 Oktober 2013. “Terkait dengan unifikasi liga, kami
akan segera menentukan format baru. Kemungkinan opsi mengenai format baru
akan keluar pada Senin lusa. Dan waktu sosialisasi yang paling memungkinkan
adalah Rabu," ungkap Joko ( http://bola.viva.co.id/news/read/447682-gagal-penuhi-syarat--pssi-hentikan-kompetisi-ipl, diakses 05 Oktober 2013).
“Persebaya Ditamatkan Lebih Cepat”, bersama Arema tak disertakan
dalam format baru IPL (Indonesia Primer League) yang nantinya akan digabung
dengan ISL (Indonesia Super League). Perjuangan Persebaya 1927 di Indonesia
Primer League (IPL) sebenarnya belum tertutup. Posisi empat besar masih terbuka
mengambil langkah dengan menghentikan kompetisi IPL di tengan jalan dan
membuat format baru untuk unifikasi liga musim yang akan datang. Nyatanya,
yang terjadi justru sebaliknya. Perjuangan tim yang didukung ribuan Bonek itu
ternyata tamat lebih cepat tanpa harus menghabiskan pertandingan hingga akhir
musim. “Nanti format IPL yang baru tidak menyertakan Persebaya 1927, Arema
IPL, dan tiga klub yang sudah diskualifikasi,” ujar Sekretaris Jendral (Sekjen)
PSSI Joko Driyono (Jawa Pos, Selasa 1 Oktober 2013).
Persebaya Surabaya tidak ikut dalam format baru kompetisi bikinan
PSSI. Namun, Persebaya tidak mau menyerah begitu saja atas arogansi PSSI.
Mereka menagih surat keputusan (SK) terkait dengan pencoretan Persebaya dari
kompetisi format baru tersebut. “Kalau memang kami dicoret, mana surat
keputusannya. Semua ini kan hanya omong – omongan mereka (PSSI) lewat
media. Kami berharap PSSI segera mengeluarkan surat keputusan itu. Sebab,
kami juga mau tahu alasan PSSI mencoret Persebaya,” kata CEO Persebaya
Cholid Ghoromah (Jawa Pos, Sabtu 5 Oktober 2013).
Bonek Anti – Anarki Temui Arifin Panigoro. Keputusan PSSI yang
mendepak Persebaya dari playoff IPL (Indonesia Primer league) mendapat
perhatian serius para supporter. Bonek secara diam – diam berangkat ke Jakarta.
Di ibu kota, supporter Persebaya bertemu langsung dengan Arifin Panigoro,
pengusaha yang menggulirkan Indonesia Primer League (IPL). Dalam pertemuan
tersebut, beberapa perwakilan Bonek berharap Arifin Panigoro konsisten
Alhamdullillah, Pak Arifin sendiri menyanggupi harapan kami. Beliau bersedia
membantu Persebaya,” kata Andie Kristanto, koordinator Bonek Antirasis dan
Anarki (Bonarki) (Jawa Pos, Minggu 6 Oktober 2013).
Manajemen Persebaya Surabaya juga mengambil langkah konkret untuk
memperjuangkan status keanggotaan mereka di PSSI. “Kami sudah melakukan
pendekatan kepada beberapa firma hokum di Jakarta. Tentu, firma hokum yang
kami tunjuk untuk membantu kami adalah mereka yang sudah berpengalaman
dalam sengketa seperti yang dialami Persebaya saat ini.” Kata CEO Persebaya
Cholid Ghoromah(Jawa Pos, Jumat 11 Oktober 2013).
Dukungan terhadap Persebaya Surabaya juga dilakukan ribuan bonek
dengan menyalakan 1.927 Lilin di Tugu Pahlawan. Ribuan bonek yang sedang
memperjuangkan hak dan status tim Persebaya yang berkompetisi di Indonesia
Primier League (IPL) tersebut berkumpul di depan Tugu Pahlawan Surabaya sejak
pukul 18.00 WIB. Supporter sepak bola tertua di tanah air itu tidak hanya datang
dengan menggunakan syal dan atribut supporter, tetapi juga membekali diri
dengan lilin yang secara serempak dinyalakan tepat pada pukul 19.27 WIB. “Itu
adalah bentuk loyalitas kami kepada tim ini,” jelas Oka Gundul Eka, seorang
bonek independen. Seperti mana diketauhui bahwa PSSI tidak mengikut sertakan
Persebaya 1927 kedalam format liga yang baru. Dukungan terhadap Persebaya
Surabaya juga diungkapkan oleh Roy Suryo sebagai Menpora serta Ingatkan PSSI
Soal Penghapusan Status Persebaya IPL. Dukungan dan simpati terhadap
namun dukungan juga datang dari sebagian besar supporter yang selama ini
dikenal dengan bonek itu. “Perlahan tapi pasti, saya sudah melakukan beberapa
langkah untuk menyelesaikan masalah ini (Persebaya) secepatnya. Tapi, semua itu
saya lakukan dengan operasi semut saja. Artinya, yang kami lakukan berlangsung
diam-diam dan tak perlu show-up secara berlebihan ke publik,” kata Roy
Suryo(Jawa Pos, Senin 14 Oktober 2013).
Pelarangan Persebaya 1927 mengikuti Unifikasi liga 2014 memiliki nilai
berita yang tinggi. Nilai berita yang paling mengena dalam hal ini adalah conflict
(Brook, 2006 : 38). Dalam berita ini, tersaji dua pihak yang tengah berkonflik,
yakni klub Persebaya 1927 dengan PSSI(Persatuan Sepak Seluruh Indonesia).
Selain itu, aspek lain yang berhubungan erat adalah Proximity. Secara geografis,
berita tentang Persebaya 1927 yang tidak boleh mengikuti unifikasi liga 2014
berpengaruh dan sangat ditunggu perkembangannya oleh masyarakat Jawa Timur
(Jatim), khususnya Kota Surabaya. Secara psikologis, perkembangan tentang
Persebaya 1927 juga dinanti pecintanya. Aspek actuality juga sangat melekat pada
berita ini. Setelah PSSI menghentikan LPI(Liga Primer Indonesia) ditengah jalan
dan menyatukan liga tersebut dengan ISL(Indonesia Super League) dengan cara
unifikasi liga 2014 serta muncul keputusan dari PSSI yang tidak mengakui
Persebaya 1927 serta melarang mengikuti unifikasi liga 2014 menyebabkan pihak
Persebaya 1927 mengajukan gugatan ke CAS(Court of arbitration for sport) serta
ke FIFA(Fédération Internationale de Football Association) untuk memutuskan
Dipilihnya surat kabar harian Jawa Pos sebagai obyek penelitian tentang
objektivitas karena adanya hubungan yang sangat erat antara jawa pos dengan
Persebaya 1927 yang memungkingkan objektivitas pemberitaan itu terabaikan.
Bukti kedekatan itu yaitu pemberi nama julukan (nick name) “Green
Force”, apalagi “bonek” di dunia persepakbolaan Indonesia, tentu bukan sebutan
yang asing bagi kita. Green Force adalah nama julukan yang dipakai oleh klub
sepakbola asal Surabaya, Persebaya. Sedangkan julukan bonek singkatan
dari bondo nekad atau modal nekad diberikan kepada pendukung fanatik
Persebaya tapi apakah anda sudah tahu siapa yang “menemukan” dan
“bertanggung jawab” atas dua nama julukan tersebut?
Ternyata pemberi nama atau julukan itu adalah Dahlan Iskan, bersama
timnya di Jawa Pos. Ya, Dahlan Iskan, mantan Boss Jawa Pos, mantan Dirut PLN,
dan sekarang Menteri BUMN itu. Awal kisahnya, dimulai pada tahun 1980-an.
Suatu waktu ketika itu, Dahlan Iskan yang adalah pimpinan di Jawa
Pos berkunjung ke Inggris, dan dijadwalkan menonton pertandingan sepakbola di
Stanford Bridge, kandang Chelsea, yang waktu itu bertanding melawan West Ham
United. Rupanya sudah menjadi karakternya sejak dulu bahwa Dahlan Iskan tidak
pernah mau menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk selalu belajar. Dia tidak
mau hanya sekadar menjadi penonton tetapi selama menonton Dahlan
memperhatikan keadaan dan situasi pertandingan saat itu. Betapa seru dan
menariknya pertandingan sepakbola di Inggris. Kenapa hal yang sama tidak
Maka selama menonton Dahlan memperhatikan dan mempelajari ulah
para pendukung kedua klub Inggris itu yang begitu fanatik mendukung klubnya.
Atribut-atribut yang mereka pakai, selendang, topi, dan lain-lain. Sangat meriah
dan enerjik. Ada juga julukan-julukan unik yang dipakai klub-klub sepakbola di
sana. Dahlan pun bertekad akan menerapkannya sepulangnya ke Surabaya.
Pulang dari Inggris, Dahlan bersama timnya di Jawa Pos mulai meniru
konsep yang dia saksikan di sana untuk diterapkan ke Persebaya Surabaya.
Mereka menciptakan selendang, kaos, maskot, dan motto untuk Persebaya.
Semuanya serba warna hijau dengan aksentasi putih. Dahlan mengaku, semua
desain itu ditiru 100 persen dari Chelsea. Motto Persebaya diciptakan. Bunyinya:
“Kami Haus Gol Kamu”. Sedangkan julukannya adalah “Green Force”. Julukan
ini ditemukan oleh Zainal Muttaqin, yang saat itu adalah Redaktur Olah
Raga Jawa Pos. Sekarang adalah Direktur Jawa Pos dan Dirut grup anak
perusahaan di bawah bendera Kaltim Post.
Mulai saat itulah Dahlan Iskan mulai tertarik dengan persepakbolaan, dan
ikut aktif di dunia sepakbola di Surabaya. Hal ini sempat membuat Eric Samola,
yang sepertinya telah dianggap oleh Dahlan Iskan sebagai “ayah angkat”-nya,
menegurnya. Untuk apa kok sibuk mengurus sepakbola? Teguran itu sempat
membuat Dahlan berpikir, untuk apa kok Eric Samola ikut-ikutan mencampuri
urusannya? Meskipun Eric Samola adalah atasannya, dan telah menjadi sahabat
karibnya, mentor, sekaligus “ayah angkatnya” yang sangat dihormati, Dahlan juga
Persebaya tidak sama dengan apa yang pernah dialami oleh Eric Samola, yang
membuat Dirut PT. Grafiti Pers (pemilik majalah Tempo, yang membeli Jawa
Pos) patah arang dengan dunia persepakbolaan Indonesia. Oleh karena itu Eric
Samola tidak mau melihat Dahlan Iskan, “anak kesayangan dan yang dibanggakan
itu” mengalami nasib yang sama. Eric patah arang dengan dunia sepakbola
Indonesia karena ketika menjadi pengurus klub sepakbola Jayakarta dia
menyaksikan sendiri praktik suap-menyuap dan pengaturan skor yang melibatkan
klubnya itu.
Alasan Dahlan Iskan untuk terus berada di Persebaya di kala itu adalah
karena dia tidak mau begitu saja meninggalkan Persebaya setelah sekian lama
terlibat di dalamnya. Alasan lain yang lebih penting, yang menurut pemikiran
Dahlan Iskan, bisa jadi yang membuat Eric Samola kemudian bisa memahaminya
adalah bahwa keterlibatannya di Persebaya berbeda dengan pengalaman Eric di
Jayakarta, yang sepenuhnya murni menjadi salah satu pengurus klub tersebut.
Keterkaitan Dahlan Iskan dengan Persebaya adalah hubungan yang saling
menguntungkan. Hubungan tersebut lebih tepat disebutkan hubungan yang saling
menguntungkan antara Jawa Pos dengan Persebaya.
Persebaya mendapat keuntungan besar dari sisi dukungan sepenuhnya Jawa
Pos yang menggalang, memanajemen, dan mengadakan atribut-atribut yang
sangat banyak dan lengkap untuk para pendukung Persebaya. Termasuk dengan
cara memuat berbagai berita (tentu saja), informasi, event-event kegiatan khusus
Oplah Jawa Pos yang waktu itu sudah mencapai 150.000-an eksemplar, dan mulai
menjadi koran terbesar di Jawa Timur sangat efektif dalam menggalang dukungan
fanatik untuk Persebaya itu.
Jawa Pos mencetak kaos, selendang, dan lain-lain khusus pendukung
Persebaya, dengan ciri khasnya berwarna hijau dengan aksentasi putih, ada pula
gambar wajah seorang laki-laki berciri “pejuang” dengan ikat kepala berwarna
hijau sedang berteriak memberi semangat, dan sebagainya. Pada momen-momen
inilah kemudian muncul julukan bonek, singkatan dari bahasa Jawa bondo nekad,
atau modal nekad.
Semua atribut itu dicetak masing-masing lebih dari 300.000 buah dan
semuanya dijual dengan harga sekadar balik modal saja. Karena yang menjadi
tujuan Jawa Pos adalah terciptanya kefantikan yang begitu kental dari para
pendukung Persebaya dan terciptanya suasana pertandingan yang jauh lebih
gegap-gempita daripada biasa-biasa saja sebelumnya. Tujuan itu pun tercapai
dengan efektif. Bahkan sampai “kebablasan” dengan ulah berbagai oknum
pendukung Persebaya radikal yang melakukan aksi-aksi anarkisme.
Kalau Persebaya mendapat keuntungan dari Jawa Pos karena
di-support sepenuhnya seperti itu, maka di sisi Jawa Pos mendapat keuntungan dari
sisi bisnis korannya. Di setiap musim kompetisi antarklub sepakbola Indonesia itu
Julukan “bonek” pertamakali muncul di koran Jawa Pos pada musim
kompetisi antarklub sepakbola Indonesia di tahun 1989. Pada saat itu ada gerakan
Tret tet tet yang diprakarsai oleh Dahlan Iskan serta digerakakan dan dimobilisasi
dengan Jawa Pos. Dimana gerakan tersebut bertujuan mendukung dan mengawal
tim Persebaya berlaga di Jakarta dalam babak 6 besar Liga Indonesia. Dahlan
Iskan dan tim Jawa Pos mensponsori mulai dari transportasi sampai tiket masuk
pertandingan. Jawa Pos juga menyediakan ratusan bis untuk memboyong
pendukung Persebaya yang akan ke Jakarta serta Jawa Pos juga memboking 3
pesawat Garuda untuk pendukung persebaya dan bagi mereka yang tidak
mendapat tiket bis dan pesawat pada umumnya menggunakan kereta api yang
terpaksa mengratiskan biaya transportasinya untuk menghindari keributan dari
massa pendukung Persebaya yang begitu besar.
Demikian awal mula hubungan antara Jawa Pos dengan Persebaya serta
awal mula munculnya julukan terkenal dari Persebaya: “Green Force” dan
“bonek”, yang ternyata berkaitan erat dengan peran Dahlan Iskan bersama timnya
di Jawa Pos serta sampai saat ini Jawa Pos masih menjadi sponsor Persebaya dan
setiap event yang diadakan Persebaya, yang mengganti nama menjadi Persebaya
1927. Hal ini membuat penulis ingin mengetahui seberapa besar objektivitas
berita tentang konflik Persebaya 1927 dengan PSSI terkait pelarangan Persebaya
1927 mengikuti unifikasi liga 2014 yang diadakan oleh PSSI.
Karena latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui objektivitas
berita tentang PSSI yang tidak mengakui legalitas Persebaya 1927 di Jawa Pos
tanggal 1 Oktober 2013 hingga 23 November 2013. Peneliti memilih fokus
penelitian dengan menggunakan metode analisis isi yaitu suatu teknik penelitian
yang digunakan untuk menarik kesimpulan dengan cara menemukan karakteristik
pesan secara obyektif dan sistematis. Analisis isi menggambarkan secara
objektif, sistematik, dan kuantitatif, tentang isi komunikasi yang tersurat.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dan latar belakang masalah tersebut, maka dapat
dirumuskan masalahnya adalah Bagaimana objektivitas berita tentang legalitas
Persebaya 1927 di Jawa Pos edisi 1 Oktober 2013 s.d 23 November 2013?
1.3. Tujuan Penelitian
Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui objektivitas berita
tentang legalitas Persebaya 1927 di Jawa Pos edisi 1 Oktober 2013 s.d 23
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan masukan bagi
penelitian komunikasi yang berkaitan dengan objektivitas pemberitaan mengenai
konflik dalam organisasi sepakbola di media massa.
1.4.2.Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini mempunyai manfaat bagi pelaku media,
terutama dalam kontrol pemberitaan media massa. Meskipun subjektivitas
terkadang tidak bisa dihindarkan, namun sebaiknya media massa dapat menjaga
objektivitas dalam beritanya.
1.4.3.Manfaat Sosial
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada masyarakat
2.1. Penelitian Terdahulu
Penulis dalam penelitian kali ini mengacu pada dua penelitian terdahulu
sebagai bahan referensi penulis dalam penelitian dan penelitian terdahulu tersebut
memiliki gagasan penelitian yang sama serta penulis dapatkan dari jurnal ilmiah
yaitu mengenai objekvitas suatu berita atau informasi.
Pada penelitian pertama dari Rachmah Ida yang berjudul Menyingkap
Jurnalisme Profesional Di Indonesia : Mengukur Obyektifitas Pemberitaan.
Dalam penelitian ini Rachmah Ida melakukan penelitian tentang obyektifitas
berita pada suatu surat kabar. Rachmah Ida melakukan penelitian tentang
obyektifitas karena dalam wacana jurnalisme profesional, kebenaran tidak dapat
diklaim hanya oleh satu pihak. Terminologi ‘kebenaran’ dari pihak lain. oleh
karena itu segala jenis pemberitaan yang dimuat dalam surat kabar senantiasa
dituntut untuk diungkapkan secara berkeadilan atau memenuhi prinsip – prinsip
fairness, yaitu adalah satu syarat objektifitas pemberitaan. Selain dituntut
pemberitaan yang fair, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat
(accurate), di mana pers diharapkan menyatakan fakta dari kejadian itu dari
beberapa tuntutan pers diatas maka Rachmah Ida ingin mengetahui apakah media
khusunya surat kabar sudah obyektif dalam pemberitaan. Serta Rachmah Ida
Penelitian kedua yang berjudul “Pers objektif, media pemberdayaan
masyarakat yang efektif” terbitan jurnal ikatan sarjana komunikasi Indonesia
tahun 1998. Pada penelitian ini dijelaskan bagaimana suatu objektivitas media
bahkan pers ditungganggi oleh beberapa kepentingan – kepentingan yang justru
lebih memihak kepada kepentingan pemilik modal atau kepentingan editor berita
daripada kepentingan – kepentingan masyarakat yang sesungguhnya. Adanya
kelompok kepentingan pertama (pemilik modal dan pekerja media), serta
dikuatkan kelompok kepentingan kedua (pemerintah) tidak diimbangi dengan
penguatan kepetingan kelompok ketiga (masyarakat).
Penelitian ini menyingkapi bagaimana objektivitas pers bergeser dari
pemenuhan informasi menjadi pembentuk informasi dengan berorientasikan
profit. Objektivitas pers menjadi bias ketika kepentingan – kepentingan diluar
kepentingan publik mengatur fakta dan informasi yang kemudian disebar luaskan
kepada publik. Penelitian ini membuka bagaimana kapitalitas menjadi tuan atas
media dan segala informasi yang dibuatnya, termasuk objektivitas di dalamnya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian dan Fungsi Pers
Ketika semua orang memiliki hak suara, maka mereka pun merasa ikut
berkepentingan dengan jalannya pemerintahan. Setiap orang dengan intensitas
yang berbeda – beda, mulai ikut berpartisipasi dalam urusan publik. Dalam kaitan
menjadi sumber informasi atau pendidik, sumber nilai – nilai budaya baru,
sekaligus sumber hiburan (Rivers, 2004 : 51)
Dalam perkembangannya pers memiliki dua pengertian, yakni pers dalam
arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit hanya terbatas pada
media cetak yakni surat kabar, majalah sedangkan pers dalam arti luas meliput
media cetak dan elektronik. Dalam paparan ini yang akan dibahas adalah pers
dalam arti sempit, khususnya surat kabar yang paling tua dibandingkan dengan
media massa lainnya. Surat kabar merupakan media massa yang paling banyak
dan paling luas penyebarannyadan paling dalam daya mampunya merekam
kejadian sehari – hari sepanjang sejarah di Negara manapun di dunia ini.
Pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia
akan menyesuaiakan diri kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan
hidupnya. Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri kepada perubahan
kondisi dan situasi lingkungan maka ia akan mati, mati karena dimatikan misalnya
dicabut izinnya atau dilarang terbit atau mati tidak disukai khalayak (Effendy,
2002:87).
Menurut UU Republik Indonesia no 40/1999 tentang Pers pasal 1 ayat 1,
pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gamabar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya
dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis aturan yang
Adapun ciri – ciri pers adalah sebagai berikut: (Effendy, 2000:19)
1. Publisitas (publicity)
Ialah penyebaran kepada public atau khalayak, karena diperuntukan khlayak.
Maka sifat surat kabar adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal
yang erat kaitannya dengan kepentingan umum.
2. Periodesitas (periodicity)
Ialah keteraturan terbitnya surat kabar bisa sekali sehari, dua kali sehari dan
dua kali seminggu.
3. Universalitas (universality)
Yang dimaksud universalitas sebagai cirri ketiga surat kabar ialah kesemestaan
isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia.
4. Aktualitas (actuakity)
Adalah mengenai berita yang disiarkan. Aktualitas menurut kata asalnya berarti
“Kini” dan “Keadaan Sebenarnya”. Jadi yang dimaksud dengan aktualitas
sebagai cirri surat kabar adalah kecepatan laporan tanpa mengkesampingkan
pentingnya kebenaran berita.
Fungsi Pers menurut Widodo (1997 : 7-8), antara lain :
1. To inform
Pers mempunyai fungsi untuk memberi informasi atau kabar kepada
masyarakat atau pembaca melalui tulisan – tulisan pada setiap edisinya, pers
2. To educate
Pers mempunyai fungsi sebagai pendidik (to educate). Melalui berbagai
macam tulisan – tulisan atau pesan – pesan yang dimuatnya, pers bisa
mendidik masyarakat atau audience pembacanya.
3. To control
Dengan tulisan – tulisannya, pers bisa melaksanakan atau memberikan control
sosial, memberikan kritik yang membangun yang berguna bagi masyarakat
secara luas.
4. To bridge
Pers mempunyai fungsi sebagai penghubung atau menjembatani (to bridge),
antara masyarakat dengan pemerintah atau sebaliknya. Komunikasi yang tidak
dapat tersalurkan melalui jalur atau kelembagaan yang ada.
5. To entertaint
Pers melalui tulisan – tulisannya bisa memberikan hiburan kepada masyarakat.
Menghibur di sini bukan hanya dalam pengertian yang lucu – lucu saja
melainkan juga bisa memberikan kepuasan – kepuasan, kesenangan –
kesenangan, keberhasilan, dan sebagainya.
Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem
pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling
2.2.2. Sur at Kabar
Dulu, para penguasa Romawi seperti Julius Cesar ketika mengumumkan
hal penting akan kemudian ditulis dalam Acta Diurna, (aksi hari ini). Berisi
pengumuman tentang peraturan yang dibuat senat dan kaisar Romawi yang ditulis
pada batu/kayu kemudian ditempel pada dinding setiap kali usai pertemuan senat.
Orang – orang yang mencari informasi pada papan Acta Diurna dijuluki
Diurnarius (tunggal) atau Diurnarii (jamak) adalah para budak belian yang
mengutip isi acta diurnal, sangat boleh jadi istilah itu pula yang menjadi sumber
dari istilah jurnalis kini (Suhandang, 2010 : 27). Papan pengumuman itu disebut
acta diurnal berisi tentang berita – berita resmi pemerintah, keputusan pengadilan,
gempa bumi, kebakaran, angin topan, perampokan dan sebagainya. Papan
pengumuman ini terbuka untuk umum dan setiap orang berhak membacanya,
bahkan bisa mengutipnya menyebarkan kepada yang lain (Cangara, 1998 : 27).
Kalau di masa lampau catatan ditulis dalam lembaran batu, kertas, kayu, daun
papyrus, kulit hewan. Sejak ditemukannya mesin cetak oleh John Guttenberg pada
tahun 1450 di Mainz, Jerman maka catatan tertulis sudah dapat dicetak melalui
sebuah alat yang lebih maju daripada menggunakan tangan secara manual. Pada
awalnya mesin cetak ini hanya mencetak buku – buku agama dan ilmu
pengetahuan, namun kemudian berkembang mencetak laporan – laporan yang
bersifat berita dalam lembaran – lembaran kertas seperti Newsletter, Pamphlet,
Brosur namun lambat laun kemudian isinya bukan hanya catatan tertulis namun
Surat kabar pertama yang ada di Eropa bernama surat kabar Aviso yang
terbit di kota Wofenbuttel, Jerman pada tahun 1609. Kemudian disusul berdirinya
surat kabar Pennsylvania Gazzete yang didirin oleh Benjamin Franklin pada tahun
1729 di Amerika Serikat lalu pada tahun 1833 seorang Benyamin Day mendirikan
New York Sun yang cukup terkenal dengan julukannya sebagai surat kabar Penny Press (satu sen) di mana harganya yang relative murah sehingga golongan
ekonomi bawah pun dapat dijangkau. Pada tahun 1883 seorang Joseph Pulitzer
mendirikan surat kabar The Sunday World yang menekankan akurasi laporan
pemberitaan, di sini pula juga mulai berkembang era baru jurnalisme pemberitaan.
Sedangkan di Indonesia sendiri surat kabar masuk ke Indonesia sekitar
tahun 1615 dengan koran Memories des Nouvelles yang ditujukan khusus untuk
kalangan pegawai Belanda yang saat itu bekerja di Indonesia. Surat kabar
berbahasa Belanda yang pertama kali terbit di Indonesia, yaitu surat kabar
Betaviaies Nouvelles en Politique Raisoven Mensen pada tahun 1744, kemudian Vendu Nieuws pada tahun 1780 dan Bataviasche Koloniale Courant pada tahun
1810. Surat kabar berbahasa melayu yang terbit sekitar tahun 1855 adalah Bintang
Barat, Hindia Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, Selompret Melayu. Surat
kabar yang berbahasa Jawa pertama yaitu Bromartani yang terbit di Solo
(Suhadang, 2010 : 47).
Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan
sebagaimya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan
secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali (Djuroto, 2002 :
2.2.3.Sur at Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa
Surat kabar adalah salah satu jenis media cetak yang mempunyai peranan
penting sebagai penghubung batiniah dan sarana rohaniah terutama sebagai bekal
pengetahuan bagi manusia. Selain karena isi beritanya yang lebih hangat dan
cepat, surat kabar juga memberikan informasi lengkap dan jelas. Tak heran, jika
surat kabar juga berfungsi sebagai salah satu alat kontrol sosial yang memberikan
penerangan kepada masyarakat serta mendidik untuk kehidupan di kemudian hari.
Tiga tipe isi media massa, termasuk surat kabar yang bertindak sebagai sarana
bagian dari komunikasi politik internasional adalah berita, editor, dan iklan
(Rahmadi, 2003 : 3).
Pemberitaan yang disajikan dalam surat kabar memiliki beberapa
kelebihan, salah satunya adalah kemampuan untuk dibaca secepatnya. Sehingga,
masyarakat dan pemerintah yang berkepentingan dengan isi pemberitaan surat
kabar tersebut bisa menggunakanya sebagai referensi. Sesuai dengan beberapa
fungsi surat kabar yang menurut Scholastic Yornalisn (Menanda, 2001 : 46)
antara lain :
1. Publishing the news.
Merupakan fungsi utama dari surat kabar. Di sini berita harus dilaporkan secara
lengkap dan benar untuk memberi kepuasan kepada pembaca.
2. Commenting on the news.
Di sini pembaca mungkin menemukan maksud dari suatu berita untuk
memberikan komentarnya. Misalnya : melalui editorial, tajuk rencana dan lain
3. Entertaining readers.
Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa artikel dalam surat kabar
mempunyai audience yang cukup banyak, karena artikel ini dapat memberikan
hiburan kepada para pembaca.
4. Helping readers.
Fungsi ini dapat membantu pembaca untuk mengetahui tentang sesuatu.
5. Publishing advertising.
Lewat fungsi ini, pembaca dapat menerima informasi tentang barang dan jasa
yang diperlukan di media tersebut. Sehingga, penerbit suatu surat kabar harus
memperhatikan kepuasan pembaca atas iklan yang ada sesuai dengan pedoman
yang diciptakan AIDDA, yaitu Attention, Interest, Desire, Delision, Action.
Surat kabar adalah salah satu media massa berbentuk cetak. Dalam
penerbitannya, surat kabar terdiri dari lembaran – lembaran kertas yang berisi
tentang berita, kerangka – kerangka iklan dan diterbitkan secara rutin. Surat kabar
juga memiliki kelebihan dibandingkan media massa lain. Karena rutinitasnya,
aktual, maka dapat dikaji ulang, dihimpununtuk kepentingan pengetahuan dan
dijadikan bukti otentik bernilai tinggi.
2.2.4. Berita
Berita dalam bahasa inggris dituliskan dengan kata news. News sendiri
merupakan kepanjangan dari north, east, west, dan south. Berita merupakan
Menurut Wijaya (2000 : 35) berita adalah sejumlah informasi yang
disampaikan kepada publik berdasarkan fakta, kejadian atau peristiwa. Sejumlah
informasi yang disampaikan kepada public atau khalayak ini biasanya disertai
dengan bukti dan fakta atas terjadinya peristiwa.
Sedangkan menurut McQuail (1989 : 189) menjelaskan bahwa berita
merupakan sesuatu yang bersifat metafisik dan sukar untuk dijawab kembali
dalam kaitannya dengan instuisi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit
diraba karena kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan
tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri.
Menurut McQuail (1989 : 190) berita mempunyai ciri – ciri tertentu,
yaitu:
1. Berita tepat pada waktunya, tentang suatu peristiwa yang paling akhir atau
berulang.
2. Berita tidak sistematis, berita berurusan dengan berbagai peristiwa dan kejadian
berlainan dan dunia dipandang melalui berita itu sendiri terdiri atas berbagai
kejadian yang tidak bertalian, yang bukan merupakan tugas pokok berita untuk
menafsirkannya.
3. Berita dapat sirna, artinya berita hanya hidup pada saat terjadinya peristiwa itu
serta bagi keperluan dokumentasi dan sumber acuan di kemudian hari dan
bentuk informasi lain akan menggantikan berita.
4. Semua peristiwa akan dilakukan sebagai berita sewajarnya bersifat luar biasa
atau paling sedikit tidak terduga, sebagai syarat yang lebih penting daripada
5. Di samping ketidakterdugaan, peristiwa berita dicirikan oleh nilai berita lainnya
yang relative dan melibatkan kata putus tentang minat audiens.
6. Berita terutama bagi orientasi dan arahan perhatian, bukan pengganti
pengetahuan.
7. Berita dapat diperkirakan.
Di dalam informasi suatu siaran atau pemberitaan, media massa
memegang peranan yang sangat penting dalam menyampaikan informasi tersebut
kepada khalayak. Berita yang disiarkan melalui media massa seperti radio,
televise maupun surat kabar setiap hari seolah – olah memberikan informasi
tertentu mengenai hal apa yang diperlukan oleh khalayak. Dalam kaitannya
dengan fungsi media dalam pemberitaan (Liliweri, 1991 : 169) menjelaskan
bahwa “Media massa harus bertindak sebagai katalog diperpustakaan yang
memberikan petunjuk mengenai suatu berita”.
Suatu hal yang membedakan berita dengan bukan berita misalnya opini
yakni bahwa berita berangkat dari suatu fakta sedangkan opini berangkat dari
suatu pemikiran. Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini
mempresentasikan gagasan atau ide. Dalam jurnalistik tidak semua fakta adalah
berita.
Berita terbentuk dari fakta – fakta yang terkumpul. Suatu fakta dapat
dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh
seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat dan penanggungjawabnya,
fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standar
Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita minimal harus
dipenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
1. Menjaga obyektivitas dalam pemberitaan.
2. Faktan tidak boleh diputarbalikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian
saja.
3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.
Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur – unsur yang
membuat suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu : Akurat, Lengkap, Adil,
Berimbang, Obyektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat.
Nilai berita juga menentukan berita layak dimuat atau tidak. Menurut
Ishwara (2005 : 53) peristiwa – peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya
yang mengandung konflik, becana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar
dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.
Sedangkan menurut Effendy (2010 : 167)
1. Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh,
bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi surat
kabar, semakin actual berita – beritannnya, artinya semakin baru peristiwa itu
terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.
2. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan
menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak hanya kedekatan secara
3. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent names)
memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya sebatas nama
orang saja, demikian pula dengan tempat – tempat terkenal.
4. Dampak, berita akan semakin menarik jika dampak yang diberikan sangan
besar bagi khalayak.
Berita memiliki banyak jenis, menurut Sumadiria (2005 : 69-71) dalam
dunia jurnalistik berita dapat dibagi sebagai berikut :
1. Straight News Report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Berita
jenis ini biasanya ditulis dengan unsur 5W+1H (what, when, why, where, who,
dan how).
2. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan Straigh
news report. Reporter menghimpun informasi sendiri sebagai informasi
tambahan untuk peristiwa tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan
informasi, bukan opini reporter yang dimasukkan melainkan fakta – fakta yang
nyata.
3. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang bersifat
menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba
menggabungkan berbagai potongan fakta itu dalam satu bangunan cerita
peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.
4. Interpretative News merupakan berita yang lebih memfokuskan sebuah isu,
masalah, atau peristiwa – peristiwa kontroversial. Namun fokus laporan masih
berbicara pada fakta dan bukan opini. Sumber informasi bisa diperoleh dari
keinginan dan kebutuhan wartawan. Dalam jenis laporan ini reporter
menganalisis dan menjelaskan.
5. Feature Story berbeda dengan jenis berita – berita di atas yang menyajikan
informasi – informasi penting, di feature story, penulis mencari fakta untuk
menarik perhatian pembaca. Penulisan feature lebih bergantung pada gaya
penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.
6. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam,
lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual dengan
membaca karya pelaporan mendalam maka orang akan mengetahui dan
memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai
perspektif atau sudut pandang.
7. Investigative Reporting adalah laporan jurnalistik yang tidak jauh berbeda
dengan laporan interpretative. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada
sejumlah maslah kontroversi. Dalam laporan investigative wartawan
melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi
sebuah informasi yang dirahasiakan. Dalam pelaksanaannya sering illegal atau
tidak etis .
8. Editorial Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan siding
pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan
berita – berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.
Dalam penulisan sebuah berita pedoman yang digunakan adalah ;
1. What : Peristiwa apa yang terjadi?
3. When : Kapan peristiwa itu terjadi?
4. Where : Dimana terjadinya peristiwa itu?
5. Why : Mengapa peristiwa itu terjadi?
6. How : Bagaimana peristiwa tersenut terjadi?
Struktur berita yaitu dimulai dari judul. Judul adalah pengundang daya
tarik. Tidak ada berita yang menarik tanpa judul dan tak ada berita yang menjadi
isu publik tanpa judul. Berita tanpa judul menjadi sia – sia karena tak ada pesan
yang disampaikan. Selanjutnya teras berita atau lead. Lead adalah pokok
terpenting serta cerminan dari suatu berita. Lead tersusun atas unsur 5W + 1H,
yakni what, who, when, where, why, how. Namun memaksakan untuk
memasukkan unsur why dan how akan membuat lead makin bertele – tele. Oleh
karena itu, pertanyaan why dan how biasanya dijelaskan di tubuh berita.
Tubuh berita merupakan bagian yang menyajikan esensi pesan dari berita
secara menyeluruh. Isi dari tubuh berita adalah materi yang diambil dari lead, dan
dikemukakan dengan gaya bahasa yang berbeda. Dan bagian akhir adalah penutup
tulisan, yaitu bagian berita yang posisinya paling akhir. Berfungsi sebagai
penutup, serta penjelasan akhir dari peristiwa yang disajikan.
Serta jangan lupa dengan news value atau nilai berita. Menurut Brook
(2003 : 78) menyebutkan nilai berita yang harus diperhatikan adalah :
1. Keluarbiasaan (Unusualness)
Berita adalah sesuatu yang luar biasa, bukan sekedar peristiwa biasa.
2. Kebaruan (Newsness)
3. Akibat (Impact)
Berita yang memiliki dampak luar terhadap masyarakat. Misalnya, kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM).
4. Aktual (Timeliness)
Berita tak ubahnya es yang mudah meleleh. Bersamaan dengan berlalunya
waktu, nilainya semakin berkurang. Jadi unsur aktual ialah peristiwa yang
sedang atau terjadi, aktualitas waktu dan masalah.
5. Kedekatan (Proximity)
Berita adalah sesuatu yang dekat. Baik secara psikologis maupun geografis.
Unsur kedekatan dapat diibaratkan dengan batu yang dilempar kepermukaan
air yang tenang. Lingkaran gelombang yang terbentuk makin kuat jika
lingkaran itu semakin dekat dengan tempat jatuhnya batu. Sebaliknya,
lingkaran gelombang makin melemah jika lingkaran jauh dari tempat jatuhnya
batu. Begitu pula dengan berita, semakin dekat dengan pembaca – baik itu
faktor psikologi maupun geografis semakin menarik berita itu.
6. Informasi (Information)
Berita adalah informasi. Informasi adalah hal yang bisa menghilangkan
ketidakpastian.
7. Konflik (Conflict)
Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur
pertentangan. Maksudnya, setiap orang secara naluriah, menyukai konflik.
8. Orang penting (Public Figure, Newsmaker)
Berita yang menyangkut orang – orang penting atau terkenal.
9. Kejutan (Surprising)
Berita adalah kejutan yang datang tiba – tiba, di luar dugaan, saat sebelumnya
hampir tak mungkin terjadi.
10. Ketertarikan manusia (Human interest)
Berita adalah hal yang menggetarkan hati, mengugah perasaan, menusuk jiwa.
Lebih cenderung emosional daripada rasional.
11. Seks (Sex)
Informasi seputar seks yang terkait dengan hal – hal semacamnya.
2.2.5.Objektivitas Berita
Objektivitas, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sikap jujur,
tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam
mengambil putusan atau tindakan. Dalam dunia jurnalistik, objektivitas berita
adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang. Dalam
jurnalistik, objektivitas juga menjadi standar untuk menjamin kebenaran dan
kejujuran.
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak,
namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Oleh karena itu
berita disurat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas yang juga sering disebut sebagai
sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness,
pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan
fakta bila itu memang fakta dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari
Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).
Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh
oleh media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dalam pasal 3, Kode Etik
Jurnalistik yang dikeluarkan oleh AJI 14 Maret 2006 dikatan “wartawan Indonesia
selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan
fakta dan opini yang menghakimi serta menetapkan azas praduga tak bersalah”.
Rachma Ida membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektivitas
pers sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek
penelitian berita politik dengan skala nasional yang menjadi berita utama
(Kriyantono, 2006 : 224). Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur
objektivitas pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam
dimensi – dimensi objektivitas yang terdiri dari aktualitas, fairness, dan validitas
pemberitaan, berikut kategorisasi objektivitas menurut Rachma Ida (Kriyantono,
2006 : 2004 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154 – 155).
a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang
meliputi :
1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita.
2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa.
3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang
4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan
opini wartawan yang menulis berita.
b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut
keseimbangan penulisan berita yang meliputi :
1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan.
c. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :
1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun
dalam upaya konfirmasi atau check dan re check)
2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita, apakah berasal dari apa yang
dilihat sendiri oleh wartawan atau dari sumber berita yang menguasai persoalan
atau hanya sekadar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena
jabatannya. Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung, dan
bukan pelaku langsung.
Objektivitas, betapa pun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers.
Pemberitaan yang tidak memperhatikan kaidah objektivitas bisa bertentangan
dengan tujuan dari jurnalisme sendiri yaitu untuk memberikan informasi,
menunjukkan kebenaran dan mencerdaskan masyarakat (Noviriyanti, 2006 : 60).
Sebagai salah satu prinsip penilaian, objektivitas memiliki fungsi cakupan kecil
dibandingkan dengan prinsip lain namun objektivitas memiliki fungsi yang tidak
boleh dianggap remeh, terutama dalam kaitannya dengan kualitas informasi
Dengan menggunakan metode objektivitas Rachmah Ida yang dilihat dari
akurasi pemberitaan, ketidakberpihakan dan validitas (Kriyantono, 2008 : 244).
Berikut kerangka objektivitas menurut Rachmah Ida :
Bagan 1. Konsep Obyektifitas Rachmah Ida (Kriyantono, 2008 : 224 )
Dari bagan di atas menjelaskan bahwa pengukuran keakuratan berita atau
akurasi pemberitaan, atau yang menyangkut kejujuran dalam pemberitaan dapat
dilihat dengan memperhatikan kesesuaian judul yang dipakai dengan isi berita.
Seperti misalnya, apakah kalimat judul merupakan bagian kalimat pada isi berita?
Atau kalimat judul adalah bagian dari kutipan jelas – jelas ada dalam isi berita? Objektivitas
Kesesuaian judul dengan isi berita
Pencantuman waktu
Data pendukung
Faktualitas berita
Atribusi Dilihat dari sumber berita
Kompetensi Akurasi
Ketidakberpihakan
Apakah terdapat penggunaan kata atau kalimat denotatif serta penggunaan tanda
baca yang mengesankan makna ganda pada kalimat judul (subiakto dalam
rachmah ida, 2000).
Dikatakan akurat apabila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama
pada isi berita atau kutipan yang jelas – jelas ada dalam isi berita, namun apabila
bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita, atau bukan
merupakan kutipan maka dikatakan tidak ada kesesuaian. Akurasi juga dilihat
dengan memperhatikan hal – hal yang berkaitan dengan pencantuman waktu
terjadinya suatu peristiwa apakah itu fakta sebuah realitas atau sekedar opini
belaka. Akurasi pemberitaan juga mengukur penggunaan data pendukung seperti
tabel statistik, grafis, referensi, foto, dll.
Selanjutnya, faktualitas berita juga merupakan salah satu unsur
pertimbangan ketika kita akan menilai objektivitas pemberitaan berdasarkan
akurasinya. Faktualitas adalah hal – hal yang menyangkut pencampuran fakta atau
realitas objektif dengan opini wartawan atau penulis berita, dimana dalam artikel
berita itu terdapat kata – kata opinionative, seperti: tampaknya, kemungkinan,
diperkirakan, diduga, seakan – akan, terkesan, seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan sebagainya (subiakto dalam
rachmah ida, 2000 : 77).
Kemudian objektivitas pemberitaan dapat diukur dengan memperhatikan
derajat atau tingkat keadilan pemberitaan atau ketidak berpihakan media melalui
pemberitaannya terhadap salah satu pihak yang diberitakan. Ketidak berpihakan
atau proporsi yang sama antara sumber – sumber berita yang dikutip atau
diwawancarai oleh jurnalis. Prinsip ini dapat dilihat dengan cara memperhatikan
apakah sumber – sumber yang diwawancarai atau dimintai konfirmasi adalah
pihak – pihak yang berkepentingan langsung dengan kejadian atau fakta yang ada,
atau mereka hanya perantara dari pihak yang terlibat.
Dan yang terakhir mengukur validitas atau tingkat keabsahan
pembeitaaan, bisa dilakukan dengan cara yang pertama atribusi, yaitu
pencantuman sumber berita secara jelas, baik identitas personal seperti nama,
alamat, nomer telepon dan pekerjaan. Atribusi ini juga memungkinkan
dilakukannya konfirmasi kepada sumber berita. Serta yang kedua adalah dengan
derajat kompetensi, yaitu pihak yang dijadikan sumber berita atau yang
mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas yang
berkaitan dengan kronologis peristiwa. Derajat kompetensi ini dimaksudkan untuk
melihat apakah wartawan tersebut melihat sendiri kejadian atau mendapatkannya
dari sumber berita yang terlibat persoalan seperti saksi mata, korban, atau orang
yang terlibat sendiri dengan kejadian atau sumber yang diambil karena kedekatan
sumber berita dengan media yang bersangkutan, atau karena jabatan dari
2.2.6.Legalitas
Legalitas menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti sesuai
dengan undang – undang atau hukum dan perihal (keadaan) sah (Tim penyusun
kamus, 1995 : 575).Roeslan Saleh mengatakan bahwa asas legalitas mempunyai 3
dimensi, ialah dapat disebutkan sebagai berikut :
1.Dimensi Politik Hukum
Arti politik hukum dari syarat ini adalah perlindungan terhadap anggota
masyarakat dari sewenang – wenangan dari pihak pemerintah.
2.Dimensi Politik
Walaupun feurbach disebut sebagai peletak dasar dari teori paksaan
psyichologis, yang berpendapat bahwa kriminalitas harus dicegah dengan jalan
suatu paksaan psikologis yang ditimbulkan oleh rumusan-rumusan delik dalam
undang-undang dan ancaman-ancaman yang dilekatkan dalam undang-undang.
3.Dimensi Organisasi
C.F. letrosne Pernah mengatakan: undang-undang pidana kita bertebaran
dimana-mana. Kita bahkan tidak tahu dimana kita harus menemukannya. Tetapi
bagaimana kita menemukannya. Tetapi bagaimana kita mengetahui dan
menerapkannya, jika kita bahkan tidak tahu dimana menemukannnya? Ucapan
letrosne ini menunjukkan segi pragmatis dari asas legalitas, letrosne berpendapat,
ada batasan yang tegas dari masing - masing wewenang dalam acara pidana
mengakibatkan banyak sekali kehajatan yang tidak dipidana. Asas legalitas
dikaitkan dengan peradilan pidana mengharapkan lebih banyak lagi dari pada
hanya akan melindungi warga masyarakat dari kesewenang - wenangan
pemerintah. Asas legalitas itu diharapkan memainkan peranan yang lebih positif.
Dia ditangani suatu sistem hukum pidana yang sudah tidak dapat dipakai lagi.
Peradilanlah yang terutama sekali dirasakan kegawatannya sebagai aspek dari asas
legalitas itu (Setiawan, 2004 : 54).
Dalam hal ini masalah Persebaya 1927 yang dianggap tidak sah oleh
PSSI sebagai klub sepakbola profesional dan tidak boleh mengikuti unifikasi
untuk mengikuti liga musim yang akan datang.
Status dua badan hukum yang sama-sama merasa berhak atas Persebaya,
bakal diputuskan hari ini, Rabu, 21 September 2011, di rapat Executive
Committee (Exco) PSSI. Namun, dari paparan bukti-bukti yang dimiliki Komite
hukum, hampir pasti PT Mitra Muda Inti Berlian yang disahkan. PT tersebut
merupakan badan hukum yang menjadikan Wisnu Wardhana sebagai Ketua
Umum Persebaya."Bukan saya membela Persebaya Wisnu. Tapi dari bukti-bukti
yang ada, status legal Persebaya Divisi Utama yang terdaftar di PSSI. Sedangkan
Persebaya 1927 bukan anggota PSSI. Putusan itu bahkan ditetapkan melalui
sidang Exco kepengurusan Nurdin Halid," kata Ketua komite hukum PSSI la
Nyalla Mattalitti, Selasa sore, 20 September.
Maka itu, La Nyalla akan membawa semua berkas-berkas pendukung