• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG LEGALITAS PERSEBAYA 1927 DI MEDIA JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Analisis Isi Objektivitas Berita Tentang Persebaya 1927 Yang Dicoret Dari Unifikasi League Bentukan PSSI Di Media Jawa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG LEGALITAS PERSEBAYA 1927 DI MEDIA JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Analisis Isi Objektivitas Berita Tentang Persebaya 1927 Yang Dicoret Dari Unifikasi League Bentukan PSSI Di Media Jawa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

Persebaya 1927 Yang Dicoret Dari Unifikasi League Bentukan PSSI Di Media J awa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2013)

SKRIPSI

Oleh:

ADI SETYA KHAYYUL MUSTAQIM NPM. 0943010144

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Media J awa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2013)

Disusun Oleh :

ADI SETYA KHAYYUL MUSTAQIM NPM : 0943010144

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Ir. Didiek Tr anggono, M.Si NIP. 1 95812 251990 011 001

Mengetahui,

D E K A N

(3)

Oleh :

Adi Setya Khayyul Mustaqim NPM. 0943010144

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 09 Mei 2014

PEMBIMBING TIM PENGUJ I

1. Ketua

Ir . DIDIEK TRANGGONO, M.Si Dr a. SUMARDJ IJ ATI, M.Si

NIP. 1 95812251990 011 001 NIP. 1 9620 3 231993 091 001

2. Sekr etar is

Ir . DIDIEK TRANGGONO, M.Si NIP. 1 95812251990 011 001

3. Anggota

Mengetahui, Dr s. SAIFUUDIN ZUHRI, M.Si DEKAN NPT. 3 7006 9400 351

(4)

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan skripsi yang berjudul “OBJ EKTIVITAS BERITA TENTANG

LEGALITAS PERSEBAYA 1927 DI MEDIA J AWA POS”.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa

terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Perkenankan

pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh

pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya arahan dan bimbingan

dari Bapak Ir. Didiek Tranggono, M.Si yang dengan segala perhatian dan

kesabarannya rela meluangkan waktu untuk penulis, terima kasih yang tak

terhingga penulis sampaikan. Dengan rasa hormat yang mendalam penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Hj.Suparwati,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito, S.Sos, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

(5)

6. Bapak, Ibu, Adik dan Keluarga Besar tercinta, terima kasih atas segala doa,

bimbingan, dan dukungannya selama ini.

7. Putry Syahida Karbala yang selalu mendukung dan memberi motivasi.

8. Bogi, Tiar, Ketut, Dimas, Adit dan Afif, serta teman-teman seperjuangan

angkatan 09 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu, terima kasih atas

dukungan morilnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

para pembaca.

Surabaya, 16 April 2014

(6)

v

HALAMAN PENGESAHAN ... .. ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAKSI ... . iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 14

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1.4. Manfaat Penelitian... 15

1.4.1. Manfaat Teoritis... 15

1.4.2. Manfaat Praktis... 15

(7)

v

2.2.1. Pengertian dan Fungsi Pers ... 17

2.2.2. Surat Kabar ... 21

2.2.3. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ... 23

2.2.4. Berita ... 24

2.2.5. Objektivitas Berita ... 32

2.2.6. Legalitas ... 38

2.2.7. Analisis Isi Kuantitatif ... 41

2.2.8. Kerangka Berfikir ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1. Definisi Operasional dan Kategorisasi Objektivitas ... 45

3.1.1. Definisi Operasional ... 45

3.1.2. Kategorisasi Objektivitas ... 46

3.1.2.1. Akurasi Pemberitaan... 46

3.1.2.2. Fairness dan Ketidakberpihakan Pemberitaan... 48

3.1.2.3. Validitas Keabsahan Pemberitaan... 49

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 50

(8)

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 52

4.1. Gambaran Obyek Penelitian ... 52

4.1.1. Sejarah Surat Kabar Jawa Pos ... 52

4.1.2. Organisasi Perusahaan Surat Kabar Jawa Pos ... 60

4.2. Penyajian Data ... 64

4.3. Analisis Data ... 76

4.3.1. Berita 1 ... 77

4.3.2. Berita 2 ... 79

4.3.3. Berita 3 ... 82

4.3.4. Berita 4 ... 84

4.3.5. Berita 5 ... 86

4.3.6. Berita 6 ... 88

4.3.7. Berita 7 ... 90

4.3.8. Berita 8 ... 92

4.3.9. Berita 9 ... 94

4.3.10. Berita 10 ... 96

(9)

v

4.3.15. Berita 15 ... 104

4.4. Tabel Prosentase Analisis ... 106

4.4.1. Kesesuaian Judul Berita Dengan Isi Berita ... 106

4.4.2. Pencantuman Waktu Terjadinya Peristiwa ... 107

4.4.3. Penggunaan Data Pendukung ... 107

4.4.4. Pencampuran Fakta Dan Opini ... 108

4.4.5. Fairness atau Ketidakberpihakan Pemberitaan ... 109

4.4.6. Validitas Pemberitaan ... 111

4.4.6.1. Atribusi Sumber Berita ... 111

4.4.6.2. Kompetensi Sumber Berita ... 112

4.7. Pembahasan ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 115

5.1. Kesimpulan ... 115

5.2. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(10)

Lampiran 2 : Berita tanggal 01 Oktober 2013 ... 122

Lampiran 3 : Berita tanggal 01 Oktober 2013 ... 123

Lampiran 4 : Berita tanggal 04 Oktober 2013 ... 124

Lampiran 5 : Berita tanggal 09 Oktober 2013 ... 125

Lampiran 6 : Berita tanggal 10 Oktober 2013 ... 126

Lampiran 7 : Berita tanggal 11 Oktober 2013 ... 127

Lampiran 8 : Beita tanggal 14 Oktober 2013 ... 128

Lampiran 9 : Berita tanggal 29 Oktober 2013 ... 129

Lampiran 10 : Berita tanggal 30 Oktober 2013 ... 130

Lampiran 11 : Berita tanggal 31 Oktober 2013 ... 131

Lampiran 12 : Berita tanggal 9 November 2013 ... 132

Lampiran 13 : Berita tanggal 17 November 2013 ... 133

Lampiran 14 : Berita tanggal 19 November 2013 ... 134

(11)

League Bentukan PSSI Di Media J awa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2013).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat objektif atau tidaknya pemberitaan tentang legalitas Persebaya 1927 di media Jawa Pos dengan periode yang telah ditentukan.

Definisi operasional merupakan suatu konsep pengukuran-pengukuran variabel penelitian dapat dijelaskan dengan indikator-indikator variabel penelitian dengan mengkategorikan pemberitaan berdasarkan teori yang ada. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis yang bersifat kuantitatif, objektivitas pemberitaan di uji dan di analisis sesuai dengan kategorisasi yang disesuaikan dalam teori yang di gunakan oleh Rachma Ida tentang 3 kategorisasi objektivitas pemberitaan.

Hasil yang didapat dari 15 berita yang penulis teliti. Jawa Pos sudah memenuhi aspek objektivitas dalam kategori akurasi pemberitaan tetapi dalam kategori fairness Jawa Pos belum objektif dalam pemberitaan. Dari segi validitas Jawa Pos sudah memenuhi unsur objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak objektif dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.

Kata kunci, Objektivitas, Per sebaya 1927, J awa Pos, Rachma Ida.

ABSTRACT

ADI SETYA KHAYYUL MUSTAQIM, THE OBJ ECTIVITY OF NEWS ABOUT LEGALITY PERSEBAYA 1927 IN THE MEDIA J AVA POST (Descriptive Study of Quantitative Content Analysis of News Objektivity about Persebaya 1927, Which was Dropped fr om The Unification League PSSI Formation in J ava Media Post edition 1 October – 23 November 2013).

The purpose of this study was to see whether or not an objective reporting about legality Persebaya 1927 in Java media Post with the given period.

The operational difinition is one of concept of research variable determinations that can be explained by research variable indicators by categorising news based on related theory. The research method used is a quantitatif analysis, news objectivity tested and analyzed in accordance with the customized categorization theory used by Ida Rachmah on three categorization news objectivity.

Results obtained from 15 news that the author carefully. The Java Post already fufills the categorization accuracy of objectivity in the news but Java post fairness category heading is not objective in the news. In terms of the validity of the postal java already meet. Objectivity of news is very important in the presentation of a story. Not an objective presentation of news can cause a lot of imbalance, which means that news is only based on information presented in news sources that are less likely to complete and unilateral.

(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan informasi media massa tumbuh semakin

cepat seiring perkembangan jaman. Semakin cepat perkembangan teknologi maka

semakin besar juga kebutuhan masyarakat akan sebuah informasi atau berita.

Surat kabar merupakan media massa paling tua dan merupakan salah satu jenis

media cetak dalam bentuk tulisan dan gambar atau foto tidak bergerak. Kelebihan

dari media cetak adalah mampu merekam peristiwa yang terjadi di masa lampau

sesuai kejadian peristiwa itu diberitakan atau suatu gambar ditampilkan dalam

surat kabar (Apriadi, 2013:149).

Saat ini perkembangan informasi tumbuh sangat cepat sehingga khalayak

harus sangat pintar dalam menyaring berita – berita tersebut karena masyarakat

pada saat ini betul – betul sangat memerlukan banyak informasi yang terjadi

didunia. Disaat inilah peranan media massa sebagai penyedia informasi sangat

penting dalam menentukan suatu informasi yang akan diberitakan kepada

khalayak.

Sebagai agen informasi, pada dasarnya pers atau media massa memiliki

fungsi – fungsi tertentu. Menurut (Effendy, 2012:58) media massa mempunyai

empat fungsi yaitu: Fungsi menyiarkan (to infrom), mendidik (to educate),

menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to influence). Pertama, fungsi

(13)

adalah dimana media tersebut menulis pesan mengenai kejadian, peristiwa,

penemuan – penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, maupun

sosial, ataupun gagasan seseorang mengenai sesuatu atau pesan untuk lebih

memahaminya. Semua pesan tersebut kemudian disiarkan kepada masyarakat

luas. Kedua, media massa berfungsi mendidik (to educate) adalah media dengan

pesan – pesannya tersebut dapat digunakan sebagai sarana pendidikan massa

maupun pedoman hidup yang memuat tulisan – tulisan tentang ilmu pengetahuan.

Sedangkan fungsi ketiga adalah menghibur (to entertain), dalam fungsi

menghibur, media massa memberikan hiburan kepada masyarakat dalam bentuk

pemuatan berita atau artikel yang ringan, bisa juga melalui bentuk musik, cerita

maupun berita – berita ringan sekitar kita. Fungsi keempat media massa adalah

mempengaruhi (to influence), dalam fungsi ini media massa berusaha

mempengaruhi masyarakat, baik pikiran (kognitif), perasaan (afektif) maupun

tindakan (konatif / behavioral). Hal inilah yang menyebabkan pers mempunyai

peranan penting dalam masyarakat.

Surat kabar selalu muncul setiap hari, terkadang untuk mengejar deadline

atau menampilkan hal yang menarik dan unik sehingga memiliki nilai berita atau

karena tuntutan bisnis, etika jurnalistik menjadi terabaikan. Surat kabar memilki

konsekuensi untuk menyajikan isi dan ulasan maupun analisis mengenai suatu

kejadian secara terperinci dan mendalam. Seperti umumnya pers, surat kabar juga

memiliki fungsi memberi informasi, pendidikan, hiburan serta mempengaruhi

khalayak. Media massa berfungsi sebagai pemberi informasi yang terjadi dan

(14)

kebutuhan informasi manusia. Menurut Mc Luhan (Rakhmat, 1994: 224) media

massa merupakan perpanjangan indera kita. Melalui media massa kita mendapat

informasi kasat mata seperti benda, manusia, bahkan tempat yang tidak kita alami

secara langsung.

Media massa menampilkan realitas yang menjadi tangan kedua berupa

informasi sosial, politik, ekonomi, dan lainnya. Keterbatasan masyarakat dalam

menyerap informasi dihadapkan pada geografis yang kondusif atau tidak. Berita

menjadi tersebar luas dan cepat diketahui. Melalui sisi lain media massa, konflik

yang terjadi diberitakan media massa sebagai bagian yang layak untuk digali dan

lebih ditonjolkan. Berita yang layak jual mampu mengangkat keingintahuan

publik. Meskipun sikap independen dan objektif menjadi kiblat setiap jurnalis

pada kenyataanya sering kali didapatkan suguhan berita yang beraneka warna dari

sebuah peristiwa yang sama. Berangkat dari sebuah peristiwa yang sama, media

tertentu mewartakan dengan cara menonjolkan sisi atau aspek tertentu, sedangkan

media lainya meminimalisir, memelintir, bahkan menutup sisi aspek tersebut, dan

sebagainya. Ini semua menunjukan bahwa di balik jubah kebesaran independensi

dan objektivitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedi, dan bahkan ironi.

Dengan membandingkan beberapa pemberitaan di media. Sangat mungkin akan

ditemukan kesimpulan yang setara, bahwa media apapun tidak bisa lepas dari

bias-bias, baik yang berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,

bahkan agama. Tidak ada satu pun media yang memiliki sikap independensi dan

(15)

menjadi bingung, merasa terombang-ambing, dan dipermainkan oleh penyajian

media.

Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran

ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi.

Pers sebagai penghubung antara komunikator dan komunikan, mempunyai peran

penting dalam usaha mencerdaskan dan memberi pencerahan kepada bangsa serta

membangun dirinya sebagai pers yang sehat melalui informasi yang disajikan.

Kebebasan media dilindungi oleh undang - undang yang menjamin kebebasan

beropini dan kebebasan memberi informasi kepada masyarakat. Seorang

wartawan wajib bersikap netral, menghindari dari penilaian subyektif pribadi,

serta seimbang dalam menyajikan perbedaan – perbedaan (Luwarso & Gayatri,

2005:16).

Pada tanggal 1 Oktober 2013, Jawa Pos memberitakan tentang Persebaya

yang dicoret keanggotannya oleh PSSI menjadi berita utama pada halaman

olahraga. Berita ini berawal dari hasil rapat jajaran Komite Eksekutif (Exco) PSSI.

Sabtu, 28 September 2013. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)

melalui jajaran Komite Eksekutif (Exco) telah mengambil keputusan tegas terkait

keberlangsungan kompetisi Indonesian Premier League (IPL). Dalam rapat Exco

yang digelar di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, IPL dinyatakan tidak diakui

sebagai sebuah kompetisi yang resmi. Keputusan tersebut diambil oleh para Exco

atas rekomendasi dari Komisi Disiplin yang menyatakan operator IPL, PT Liga

(16)

Pada 18 September 2013 lalu, Komdis PSSI telah meminta LPIS untuk

melakukan revisi peserta, penyesuaian jadwal, hingga restrukturisasi klasemen.

Namun, hingga batas waktu yang ditentukan oleh pihak Komdis, LPIS tidak

kunjung memberikan apa yang sudah ditugaskan. Dan para Exco meminta agar

kompetisi IPL segera dihentikan. "Dari fakta-fakta itu, para Exco meminta agar

kompetisi IPL segera dihentikan. Exco juga sudah mengambil keputusan tegas,

pelaksanaan IPL tidak valid. Jadi produknya tidak diakui," jelas Sekretaris

Jenderal PSSI, Joko Driyono, "Pemberitahuannya akan kami kirimkan kepada

LPIS. Putusan ini juga akan disampaikan kepada AFC karena kaitannya dengan

unifikasi liga," sambung dia. Jokdri (sapaan Joko Driyono) menyatakan, untuk

menentukan empat tim yang berhak tampil di kompetisi kasta tertinggi musim

depan, PSSI akan segera menentukan format baru. Sistem kompetisi tersebut akan

dirampungkan pada Senin, 30 September 2013, dan akan disosialisasikan kepada

klub-klub peserta Rabu, 2 Oktober 2013. “Terkait dengan unifikasi liga, kami

akan segera menentukan format baru. Kemungkinan opsi mengenai format baru

akan keluar pada Senin lusa. Dan waktu sosialisasi yang paling memungkinkan

adalah Rabu," ungkap Joko ( http://bola.viva.co.id/news/read/447682-gagal-penuhi-syarat--pssi-hentikan-kompetisi-ipl, diakses 05 Oktober 2013).

“Persebaya Ditamatkan Lebih Cepat”, bersama Arema tak disertakan

dalam format baru IPL (Indonesia Primer League) yang nantinya akan digabung

dengan ISL (Indonesia Super League). Perjuangan Persebaya 1927 di Indonesia

Primer League (IPL) sebenarnya belum tertutup. Posisi empat besar masih terbuka

(17)

mengambil langkah dengan menghentikan kompetisi IPL di tengan jalan dan

membuat format baru untuk unifikasi liga musim yang akan datang. Nyatanya,

yang terjadi justru sebaliknya. Perjuangan tim yang didukung ribuan Bonek itu

ternyata tamat lebih cepat tanpa harus menghabiskan pertandingan hingga akhir

musim. “Nanti format IPL yang baru tidak menyertakan Persebaya 1927, Arema

IPL, dan tiga klub yang sudah diskualifikasi,” ujar Sekretaris Jendral (Sekjen)

PSSI Joko Driyono (Jawa Pos, Selasa 1 Oktober 2013).

Persebaya Surabaya tidak ikut dalam format baru kompetisi bikinan

PSSI. Namun, Persebaya tidak mau menyerah begitu saja atas arogansi PSSI.

Mereka menagih surat keputusan (SK) terkait dengan pencoretan Persebaya dari

kompetisi format baru tersebut. “Kalau memang kami dicoret, mana surat

keputusannya. Semua ini kan hanya omong – omongan mereka (PSSI) lewat

media. Kami berharap PSSI segera mengeluarkan surat keputusan itu. Sebab,

kami juga mau tahu alasan PSSI mencoret Persebaya,” kata CEO Persebaya

Cholid Ghoromah (Jawa Pos, Sabtu 5 Oktober 2013).

Bonek Anti – Anarki Temui Arifin Panigoro. Keputusan PSSI yang

mendepak Persebaya dari playoff IPL (Indonesia Primer league) mendapat

perhatian serius para supporter. Bonek secara diam – diam berangkat ke Jakarta.

Di ibu kota, supporter Persebaya bertemu langsung dengan Arifin Panigoro,

pengusaha yang menggulirkan Indonesia Primer League (IPL). Dalam pertemuan

tersebut, beberapa perwakilan Bonek berharap Arifin Panigoro konsisten

(18)

Alhamdullillah, Pak Arifin sendiri menyanggupi harapan kami. Beliau bersedia

membantu Persebaya,” kata Andie Kristanto, koordinator Bonek Antirasis dan

Anarki (Bonarki) (Jawa Pos, Minggu 6 Oktober 2013).

Manajemen Persebaya Surabaya juga mengambil langkah konkret untuk

memperjuangkan status keanggotaan mereka di PSSI. “Kami sudah melakukan

pendekatan kepada beberapa firma hokum di Jakarta. Tentu, firma hokum yang

kami tunjuk untuk membantu kami adalah mereka yang sudah berpengalaman

dalam sengketa seperti yang dialami Persebaya saat ini.” Kata CEO Persebaya

Cholid Ghoromah(Jawa Pos, Jumat 11 Oktober 2013).

Dukungan terhadap Persebaya Surabaya juga dilakukan ribuan bonek

dengan menyalakan 1.927 Lilin di Tugu Pahlawan. Ribuan bonek yang sedang

memperjuangkan hak dan status tim Persebaya yang berkompetisi di Indonesia

Primier League (IPL) tersebut berkumpul di depan Tugu Pahlawan Surabaya sejak

pukul 18.00 WIB. Supporter sepak bola tertua di tanah air itu tidak hanya datang

dengan menggunakan syal dan atribut supporter, tetapi juga membekali diri

dengan lilin yang secara serempak dinyalakan tepat pada pukul 19.27 WIB. “Itu

adalah bentuk loyalitas kami kepada tim ini,” jelas Oka Gundul Eka, seorang

bonek independen. Seperti mana diketauhui bahwa PSSI tidak mengikut sertakan

Persebaya 1927 kedalam format liga yang baru. Dukungan terhadap Persebaya

Surabaya juga diungkapkan oleh Roy Suryo sebagai Menpora serta Ingatkan PSSI

Soal Penghapusan Status Persebaya IPL. Dukungan dan simpati terhadap

(19)

namun dukungan juga datang dari sebagian besar supporter yang selama ini

dikenal dengan bonek itu. “Perlahan tapi pasti, saya sudah melakukan beberapa

langkah untuk menyelesaikan masalah ini (Persebaya) secepatnya. Tapi, semua itu

saya lakukan dengan operasi semut saja. Artinya, yang kami lakukan berlangsung

diam-diam dan tak perlu show-up secara berlebihan ke publik,” kata Roy

Suryo(Jawa Pos, Senin 14 Oktober 2013).

Pelarangan Persebaya 1927 mengikuti Unifikasi liga 2014 memiliki nilai

berita yang tinggi. Nilai berita yang paling mengena dalam hal ini adalah conflict

(Brook, 2006 : 38). Dalam berita ini, tersaji dua pihak yang tengah berkonflik,

yakni klub Persebaya 1927 dengan PSSI(Persatuan Sepak Seluruh Indonesia).

Selain itu, aspek lain yang berhubungan erat adalah Proximity. Secara geografis,

berita tentang Persebaya 1927 yang tidak boleh mengikuti unifikasi liga 2014

berpengaruh dan sangat ditunggu perkembangannya oleh masyarakat Jawa Timur

(Jatim), khususnya Kota Surabaya. Secara psikologis, perkembangan tentang

Persebaya 1927 juga dinanti pecintanya. Aspek actuality juga sangat melekat pada

berita ini. Setelah PSSI menghentikan LPI(Liga Primer Indonesia) ditengah jalan

dan menyatukan liga tersebut dengan ISL(Indonesia Super League) dengan cara

unifikasi liga 2014 serta muncul keputusan dari PSSI yang tidak mengakui

Persebaya 1927 serta melarang mengikuti unifikasi liga 2014 menyebabkan pihak

Persebaya 1927 mengajukan gugatan ke CAS(Court of arbitration for sport) serta

ke FIFA(Fédération Internationale de Football Association) untuk memutuskan

(20)

Dipilihnya surat kabar harian Jawa Pos sebagai obyek penelitian tentang

objektivitas karena adanya hubungan yang sangat erat antara jawa pos dengan

Persebaya 1927 yang memungkingkan objektivitas pemberitaan itu terabaikan.

Bukti kedekatan itu yaitu pemberi nama julukan (nick name) “Green

Force”, apalagi “bonek” di dunia persepakbolaan Indonesia, tentu bukan sebutan

yang asing bagi kita. Green Force adalah nama julukan yang dipakai oleh klub

sepakbola asal Surabaya, Persebaya. Sedangkan julukan bonek singkatan

dari bondo nekad atau modal nekad diberikan kepada pendukung fanatik

Persebaya tapi apakah anda sudah tahu siapa yang “menemukan” dan

“bertanggung jawab” atas dua nama julukan tersebut?

Ternyata pemberi nama atau julukan itu adalah Dahlan Iskan, bersama

timnya di Jawa Pos. Ya, Dahlan Iskan, mantan Boss Jawa Pos, mantan Dirut PLN,

dan sekarang Menteri BUMN itu. Awal kisahnya, dimulai pada tahun 1980-an.

Suatu waktu ketika itu, Dahlan Iskan yang adalah pimpinan di Jawa

Pos berkunjung ke Inggris, dan dijadwalkan menonton pertandingan sepakbola di

Stanford Bridge, kandang Chelsea, yang waktu itu bertanding melawan West Ham

United. Rupanya sudah menjadi karakternya sejak dulu bahwa Dahlan Iskan tidak

pernah mau menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk selalu belajar. Dia tidak

mau hanya sekadar menjadi penonton tetapi selama menonton Dahlan

memperhatikan keadaan dan situasi pertandingan saat itu. Betapa seru dan

menariknya pertandingan sepakbola di Inggris. Kenapa hal yang sama tidak

(21)

Maka selama menonton Dahlan memperhatikan dan mempelajari ulah

para pendukung kedua klub Inggris itu yang begitu fanatik mendukung klubnya.

Atribut-atribut yang mereka pakai, selendang, topi, dan lain-lain. Sangat meriah

dan enerjik. Ada juga julukan-julukan unik yang dipakai klub-klub sepakbola di

sana. Dahlan pun bertekad akan menerapkannya sepulangnya ke Surabaya.

Pulang dari Inggris, Dahlan bersama timnya di Jawa Pos mulai meniru

konsep yang dia saksikan di sana untuk diterapkan ke Persebaya Surabaya.

Mereka menciptakan selendang, kaos, maskot, dan motto untuk Persebaya.

Semuanya serba warna hijau dengan aksentasi putih. Dahlan mengaku, semua

desain itu ditiru 100 persen dari Chelsea. Motto Persebaya diciptakan. Bunyinya:

“Kami Haus Gol Kamu”. Sedangkan julukannya adalah “Green Force”. Julukan

ini ditemukan oleh Zainal Muttaqin, yang saat itu adalah Redaktur Olah

Raga Jawa Pos. Sekarang adalah Direktur Jawa Pos dan Dirut grup anak

perusahaan di bawah bendera Kaltim Post.

Mulai saat itulah Dahlan Iskan mulai tertarik dengan persepakbolaan, dan

ikut aktif di dunia sepakbola di Surabaya. Hal ini sempat membuat Eric Samola,

yang sepertinya telah dianggap oleh Dahlan Iskan sebagai “ayah angkat”-nya,

menegurnya. Untuk apa kok sibuk mengurus sepakbola? Teguran itu sempat

membuat Dahlan berpikir, untuk apa kok Eric Samola ikut-ikutan mencampuri

urusannya? Meskipun Eric Samola adalah atasannya, dan telah menjadi sahabat

karibnya, mentor, sekaligus “ayah angkatnya” yang sangat dihormati, Dahlan juga

(22)

Persebaya tidak sama dengan apa yang pernah dialami oleh Eric Samola, yang

membuat Dirut PT. Grafiti Pers (pemilik majalah Tempo, yang membeli Jawa

Pos) patah arang dengan dunia persepakbolaan Indonesia. Oleh karena itu Eric

Samola tidak mau melihat Dahlan Iskan, “anak kesayangan dan yang dibanggakan

itu” mengalami nasib yang sama. Eric patah arang dengan dunia sepakbola

Indonesia karena ketika menjadi pengurus klub sepakbola Jayakarta dia

menyaksikan sendiri praktik suap-menyuap dan pengaturan skor yang melibatkan

klubnya itu.

Alasan Dahlan Iskan untuk terus berada di Persebaya di kala itu adalah

karena dia tidak mau begitu saja meninggalkan Persebaya setelah sekian lama

terlibat di dalamnya. Alasan lain yang lebih penting, yang menurut pemikiran

Dahlan Iskan, bisa jadi yang membuat Eric Samola kemudian bisa memahaminya

adalah bahwa keterlibatannya di Persebaya berbeda dengan pengalaman Eric di

Jayakarta, yang sepenuhnya murni menjadi salah satu pengurus klub tersebut.

Keterkaitan Dahlan Iskan dengan Persebaya adalah hubungan yang saling

menguntungkan. Hubungan tersebut lebih tepat disebutkan hubungan yang saling

menguntungkan antara Jawa Pos dengan Persebaya.

Persebaya mendapat keuntungan besar dari sisi dukungan sepenuhnya Jawa

Pos yang menggalang, memanajemen, dan mengadakan atribut-atribut yang

sangat banyak dan lengkap untuk para pendukung Persebaya. Termasuk dengan

cara memuat berbagai berita (tentu saja), informasi, event-event kegiatan khusus

(23)

Oplah Jawa Pos yang waktu itu sudah mencapai 150.000-an eksemplar, dan mulai

menjadi koran terbesar di Jawa Timur sangat efektif dalam menggalang dukungan

fanatik untuk Persebaya itu.

Jawa Pos mencetak kaos, selendang, dan lain-lain khusus pendukung

Persebaya, dengan ciri khasnya berwarna hijau dengan aksentasi putih, ada pula

gambar wajah seorang laki-laki berciri “pejuang” dengan ikat kepala berwarna

hijau sedang berteriak memberi semangat, dan sebagainya. Pada momen-momen

inilah kemudian muncul julukan bonek, singkatan dari bahasa Jawa bondo nekad,

atau modal nekad.

Semua atribut itu dicetak masing-masing lebih dari 300.000 buah dan

semuanya dijual dengan harga sekadar balik modal saja. Karena yang menjadi

tujuan Jawa Pos adalah terciptanya kefantikan yang begitu kental dari para

pendukung Persebaya dan terciptanya suasana pertandingan yang jauh lebih

gegap-gempita daripada biasa-biasa saja sebelumnya. Tujuan itu pun tercapai

dengan efektif. Bahkan sampai “kebablasan” dengan ulah berbagai oknum

pendukung Persebaya radikal yang melakukan aksi-aksi anarkisme.

Kalau Persebaya mendapat keuntungan dari Jawa Pos karena

di-support sepenuhnya seperti itu, maka di sisi Jawa Pos mendapat keuntungan dari

sisi bisnis korannya. Di setiap musim kompetisi antarklub sepakbola Indonesia itu

(24)

Julukan “bonek” pertamakali muncul di koran Jawa Pos pada musim

kompetisi antarklub sepakbola Indonesia di tahun 1989. Pada saat itu ada gerakan

Tret tet tet yang diprakarsai oleh Dahlan Iskan serta digerakakan dan dimobilisasi

dengan Jawa Pos. Dimana gerakan tersebut bertujuan mendukung dan mengawal

tim Persebaya berlaga di Jakarta dalam babak 6 besar Liga Indonesia. Dahlan

Iskan dan tim Jawa Pos mensponsori mulai dari transportasi sampai tiket masuk

pertandingan. Jawa Pos juga menyediakan ratusan bis untuk memboyong

pendukung Persebaya yang akan ke Jakarta serta Jawa Pos juga memboking 3

pesawat Garuda untuk pendukung persebaya dan bagi mereka yang tidak

mendapat tiket bis dan pesawat pada umumnya menggunakan kereta api yang

terpaksa mengratiskan biaya transportasinya untuk menghindari keributan dari

massa pendukung Persebaya yang begitu besar.

Demikian awal mula hubungan antara Jawa Pos dengan Persebaya serta

awal mula munculnya julukan terkenal dari Persebaya: “Green Force” dan

“bonek”, yang ternyata berkaitan erat dengan peran Dahlan Iskan bersama timnya

di Jawa Pos serta sampai saat ini Jawa Pos masih menjadi sponsor Persebaya dan

setiap event yang diadakan Persebaya, yang mengganti nama menjadi Persebaya

1927. Hal ini membuat penulis ingin mengetahui seberapa besar objektivitas

berita tentang konflik Persebaya 1927 dengan PSSI terkait pelarangan Persebaya

1927 mengikuti unifikasi liga 2014 yang diadakan oleh PSSI.

(25)

Karena latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui objektivitas

berita tentang PSSI yang tidak mengakui legalitas Persebaya 1927 di Jawa Pos

tanggal 1 Oktober 2013 hingga 23 November 2013. Peneliti memilih fokus

penelitian dengan menggunakan metode analisis isi yaitu suatu teknik penelitian

yang digunakan untuk menarik kesimpulan dengan cara menemukan karakteristik

pesan secara obyektif dan sistematis. Analisis isi menggambarkan secara

objektif, sistematik, dan kuantitatif, tentang isi komunikasi yang tersurat.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan latar belakang masalah tersebut, maka dapat

dirumuskan masalahnya adalah Bagaimana objektivitas berita tentang legalitas

Persebaya 1927 di Jawa Pos edisi 1 Oktober 2013 s.d 23 November 2013?

1.3. Tujuan Penelitian

Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui objektivitas berita

tentang legalitas Persebaya 1927 di Jawa Pos edisi 1 Oktober 2013 s.d 23

(26)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan masukan bagi

penelitian komunikasi yang berkaitan dengan objektivitas pemberitaan mengenai

konflik dalam organisasi sepakbola di media massa.

1.4.2.Manfaat Praktis

Penulis berharap penelitian ini mempunyai manfaat bagi pelaku media,

terutama dalam kontrol pemberitaan media massa. Meskipun subjektivitas

terkadang tidak bisa dihindarkan, namun sebaiknya media massa dapat menjaga

objektivitas dalam beritanya.

1.4.3.Manfaat Sosial

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada masyarakat

(27)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penulis dalam penelitian kali ini mengacu pada dua penelitian terdahulu

sebagai bahan referensi penulis dalam penelitian dan penelitian terdahulu tersebut

memiliki gagasan penelitian yang sama serta penulis dapatkan dari jurnal ilmiah

yaitu mengenai objekvitas suatu berita atau informasi.

Pada penelitian pertama dari Rachmah Ida yang berjudul Menyingkap

Jurnalisme Profesional Di Indonesia : Mengukur Obyektifitas Pemberitaan.

Dalam penelitian ini Rachmah Ida melakukan penelitian tentang obyektifitas

berita pada suatu surat kabar. Rachmah Ida melakukan penelitian tentang

obyektifitas karena dalam wacana jurnalisme profesional, kebenaran tidak dapat

diklaim hanya oleh satu pihak. Terminologi ‘kebenaran’ dari pihak lain. oleh

karena itu segala jenis pemberitaan yang dimuat dalam surat kabar senantiasa

dituntut untuk diungkapkan secara berkeadilan atau memenuhi prinsip – prinsip

fairness, yaitu adalah satu syarat objektifitas pemberitaan. Selain dituntut

pemberitaan yang fair, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat

(accurate), di mana pers diharapkan menyatakan fakta dari kejadian itu dari

beberapa tuntutan pers diatas maka Rachmah Ida ingin mengetahui apakah media

khusunya surat kabar sudah obyektif dalam pemberitaan. Serta Rachmah Ida

(28)

Penelitian kedua yang berjudul “Pers objektif, media pemberdayaan

masyarakat yang efektif” terbitan jurnal ikatan sarjana komunikasi Indonesia

tahun 1998. Pada penelitian ini dijelaskan bagaimana suatu objektivitas media

bahkan pers ditungganggi oleh beberapa kepentingan – kepentingan yang justru

lebih memihak kepada kepentingan pemilik modal atau kepentingan editor berita

daripada kepentingan – kepentingan masyarakat yang sesungguhnya. Adanya

kelompok kepentingan pertama (pemilik modal dan pekerja media), serta

dikuatkan kelompok kepentingan kedua (pemerintah) tidak diimbangi dengan

penguatan kepetingan kelompok ketiga (masyarakat).

Penelitian ini menyingkapi bagaimana objektivitas pers bergeser dari

pemenuhan informasi menjadi pembentuk informasi dengan berorientasikan

profit. Objektivitas pers menjadi bias ketika kepentingan – kepentingan diluar

kepentingan publik mengatur fakta dan informasi yang kemudian disebar luaskan

kepada publik. Penelitian ini membuka bagaimana kapitalitas menjadi tuan atas

media dan segala informasi yang dibuatnya, termasuk objektivitas di dalamnya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian dan Fungsi Pers

Ketika semua orang memiliki hak suara, maka mereka pun merasa ikut

berkepentingan dengan jalannya pemerintahan. Setiap orang dengan intensitas

yang berbeda – beda, mulai ikut berpartisipasi dalam urusan publik. Dalam kaitan

(29)

menjadi sumber informasi atau pendidik, sumber nilai – nilai budaya baru,

sekaligus sumber hiburan (Rivers, 2004 : 51)

Dalam perkembangannya pers memiliki dua pengertian, yakni pers dalam

arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit hanya terbatas pada

media cetak yakni surat kabar, majalah sedangkan pers dalam arti luas meliput

media cetak dan elektronik. Dalam paparan ini yang akan dibahas adalah pers

dalam arti sempit, khususnya surat kabar yang paling tua dibandingkan dengan

media massa lainnya. Surat kabar merupakan media massa yang paling banyak

dan paling luas penyebarannyadan paling dalam daya mampunya merekam

kejadian sehari – hari sepanjang sejarah di Negara manapun di dunia ini.

Pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia

akan menyesuaiakan diri kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan

hidupnya. Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri kepada perubahan

kondisi dan situasi lingkungan maka ia akan mati, mati karena dimatikan misalnya

dicabut izinnya atau dilarang terbit atau mati tidak disukai khalayak (Effendy,

2002:87).

Menurut UU Republik Indonesia no 40/1999 tentang Pers pasal 1 ayat 1,

pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan

kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,

gambar, suara dan gamabar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya

dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis aturan yang

(30)

Adapun ciri – ciri pers adalah sebagai berikut: (Effendy, 2000:19)

1. Publisitas (publicity)

Ialah penyebaran kepada public atau khalayak, karena diperuntukan khlayak.

Maka sifat surat kabar adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal

yang erat kaitannya dengan kepentingan umum.

2. Periodesitas (periodicity)

Ialah keteraturan terbitnya surat kabar bisa sekali sehari, dua kali sehari dan

dua kali seminggu.

3. Universalitas (universality)

Yang dimaksud universalitas sebagai cirri ketiga surat kabar ialah kesemestaan

isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia.

4. Aktualitas (actuakity)

Adalah mengenai berita yang disiarkan. Aktualitas menurut kata asalnya berarti

“Kini” dan “Keadaan Sebenarnya”. Jadi yang dimaksud dengan aktualitas

sebagai cirri surat kabar adalah kecepatan laporan tanpa mengkesampingkan

pentingnya kebenaran berita.

Fungsi Pers menurut Widodo (1997 : 7-8), antara lain :

1. To inform

Pers mempunyai fungsi untuk memberi informasi atau kabar kepada

masyarakat atau pembaca melalui tulisan – tulisan pada setiap edisinya, pers

(31)

2. To educate

Pers mempunyai fungsi sebagai pendidik (to educate). Melalui berbagai

macam tulisan – tulisan atau pesan – pesan yang dimuatnya, pers bisa

mendidik masyarakat atau audience pembacanya.

3. To control

Dengan tulisan – tulisannya, pers bisa melaksanakan atau memberikan control

sosial, memberikan kritik yang membangun yang berguna bagi masyarakat

secara luas.

4. To bridge

Pers mempunyai fungsi sebagai penghubung atau menjembatani (to bridge),

antara masyarakat dengan pemerintah atau sebaliknya. Komunikasi yang tidak

dapat tersalurkan melalui jalur atau kelembagaan yang ada.

5. To entertaint

Pers melalui tulisan – tulisannya bisa memberikan hiburan kepada masyarakat.

Menghibur di sini bukan hanya dalam pengertian yang lucu – lucu saja

melainkan juga bisa memberikan kepuasan – kepuasan, kesenangan –

kesenangan, keberhasilan, dan sebagainya.

Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem

pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling

(32)

2.2.2. Sur at Kabar

Dulu, para penguasa Romawi seperti Julius Cesar ketika mengumumkan

hal penting akan kemudian ditulis dalam Acta Diurna, (aksi hari ini). Berisi

pengumuman tentang peraturan yang dibuat senat dan kaisar Romawi yang ditulis

pada batu/kayu kemudian ditempel pada dinding setiap kali usai pertemuan senat.

Orang – orang yang mencari informasi pada papan Acta Diurna dijuluki

Diurnarius (tunggal) atau Diurnarii (jamak) adalah para budak belian yang

mengutip isi acta diurnal, sangat boleh jadi istilah itu pula yang menjadi sumber

dari istilah jurnalis kini (Suhandang, 2010 : 27). Papan pengumuman itu disebut

acta diurnal berisi tentang berita – berita resmi pemerintah, keputusan pengadilan,

gempa bumi, kebakaran, angin topan, perampokan dan sebagainya. Papan

pengumuman ini terbuka untuk umum dan setiap orang berhak membacanya,

bahkan bisa mengutipnya menyebarkan kepada yang lain (Cangara, 1998 : 27).

Kalau di masa lampau catatan ditulis dalam lembaran batu, kertas, kayu, daun

papyrus, kulit hewan. Sejak ditemukannya mesin cetak oleh John Guttenberg pada

tahun 1450 di Mainz, Jerman maka catatan tertulis sudah dapat dicetak melalui

sebuah alat yang lebih maju daripada menggunakan tangan secara manual. Pada

awalnya mesin cetak ini hanya mencetak buku – buku agama dan ilmu

pengetahuan, namun kemudian berkembang mencetak laporan – laporan yang

bersifat berita dalam lembaran – lembaran kertas seperti Newsletter, Pamphlet,

Brosur namun lambat laun kemudian isinya bukan hanya catatan tertulis namun

(33)

Surat kabar pertama yang ada di Eropa bernama surat kabar Aviso yang

terbit di kota Wofenbuttel, Jerman pada tahun 1609. Kemudian disusul berdirinya

surat kabar Pennsylvania Gazzete yang didirin oleh Benjamin Franklin pada tahun

1729 di Amerika Serikat lalu pada tahun 1833 seorang Benyamin Day mendirikan

New York Sun yang cukup terkenal dengan julukannya sebagai surat kabar Penny Press (satu sen) di mana harganya yang relative murah sehingga golongan

ekonomi bawah pun dapat dijangkau. Pada tahun 1883 seorang Joseph Pulitzer

mendirikan surat kabar The Sunday World yang menekankan akurasi laporan

pemberitaan, di sini pula juga mulai berkembang era baru jurnalisme pemberitaan.

Sedangkan di Indonesia sendiri surat kabar masuk ke Indonesia sekitar

tahun 1615 dengan koran Memories des Nouvelles yang ditujukan khusus untuk

kalangan pegawai Belanda yang saat itu bekerja di Indonesia. Surat kabar

berbahasa Belanda yang pertama kali terbit di Indonesia, yaitu surat kabar

Betaviaies Nouvelles en Politique Raisoven Mensen pada tahun 1744, kemudian Vendu Nieuws pada tahun 1780 dan Bataviasche Koloniale Courant pada tahun

1810. Surat kabar berbahasa melayu yang terbit sekitar tahun 1855 adalah Bintang

Barat, Hindia Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, Selompret Melayu. Surat

kabar yang berbahasa Jawa pertama yaitu Bromartani yang terbit di Solo

(Suhadang, 2010 : 47).

Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan

sebagaimya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan

secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali (Djuroto, 2002 :

(34)

2.2.3.Sur at Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Surat kabar adalah salah satu jenis media cetak yang mempunyai peranan

penting sebagai penghubung batiniah dan sarana rohaniah terutama sebagai bekal

pengetahuan bagi manusia. Selain karena isi beritanya yang lebih hangat dan

cepat, surat kabar juga memberikan informasi lengkap dan jelas. Tak heran, jika

surat kabar juga berfungsi sebagai salah satu alat kontrol sosial yang memberikan

penerangan kepada masyarakat serta mendidik untuk kehidupan di kemudian hari.

Tiga tipe isi media massa, termasuk surat kabar yang bertindak sebagai sarana

bagian dari komunikasi politik internasional adalah berita, editor, dan iklan

(Rahmadi, 2003 : 3).

Pemberitaan yang disajikan dalam surat kabar memiliki beberapa

kelebihan, salah satunya adalah kemampuan untuk dibaca secepatnya. Sehingga,

masyarakat dan pemerintah yang berkepentingan dengan isi pemberitaan surat

kabar tersebut bisa menggunakanya sebagai referensi. Sesuai dengan beberapa

fungsi surat kabar yang menurut Scholastic Yornalisn (Menanda, 2001 : 46)

antara lain :

1. Publishing the news.

Merupakan fungsi utama dari surat kabar. Di sini berita harus dilaporkan secara

lengkap dan benar untuk memberi kepuasan kepada pembaca.

2. Commenting on the news.

Di sini pembaca mungkin menemukan maksud dari suatu berita untuk

memberikan komentarnya. Misalnya : melalui editorial, tajuk rencana dan lain

(35)

3. Entertaining readers.

Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa artikel dalam surat kabar

mempunyai audience yang cukup banyak, karena artikel ini dapat memberikan

hiburan kepada para pembaca.

4. Helping readers.

Fungsi ini dapat membantu pembaca untuk mengetahui tentang sesuatu.

5. Publishing advertising.

Lewat fungsi ini, pembaca dapat menerima informasi tentang barang dan jasa

yang diperlukan di media tersebut. Sehingga, penerbit suatu surat kabar harus

memperhatikan kepuasan pembaca atas iklan yang ada sesuai dengan pedoman

yang diciptakan AIDDA, yaitu Attention, Interest, Desire, Delision, Action.

Surat kabar adalah salah satu media massa berbentuk cetak. Dalam

penerbitannya, surat kabar terdiri dari lembaran – lembaran kertas yang berisi

tentang berita, kerangka – kerangka iklan dan diterbitkan secara rutin. Surat kabar

juga memiliki kelebihan dibandingkan media massa lain. Karena rutinitasnya,

aktual, maka dapat dikaji ulang, dihimpununtuk kepentingan pengetahuan dan

dijadikan bukti otentik bernilai tinggi.

2.2.4. Berita

Berita dalam bahasa inggris dituliskan dengan kata news. News sendiri

merupakan kepanjangan dari north, east, west, dan south. Berita merupakan

(36)

Menurut Wijaya (2000 : 35) berita adalah sejumlah informasi yang

disampaikan kepada publik berdasarkan fakta, kejadian atau peristiwa. Sejumlah

informasi yang disampaikan kepada public atau khalayak ini biasanya disertai

dengan bukti dan fakta atas terjadinya peristiwa.

Sedangkan menurut McQuail (1989 : 189) menjelaskan bahwa berita

merupakan sesuatu yang bersifat metafisik dan sukar untuk dijawab kembali

dalam kaitannya dengan instuisi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit

diraba karena kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan

tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri.

Menurut McQuail (1989 : 190) berita mempunyai ciri – ciri tertentu,

yaitu:

1. Berita tepat pada waktunya, tentang suatu peristiwa yang paling akhir atau

berulang.

2. Berita tidak sistematis, berita berurusan dengan berbagai peristiwa dan kejadian

berlainan dan dunia dipandang melalui berita itu sendiri terdiri atas berbagai

kejadian yang tidak bertalian, yang bukan merupakan tugas pokok berita untuk

menafsirkannya.

3. Berita dapat sirna, artinya berita hanya hidup pada saat terjadinya peristiwa itu

serta bagi keperluan dokumentasi dan sumber acuan di kemudian hari dan

bentuk informasi lain akan menggantikan berita.

4. Semua peristiwa akan dilakukan sebagai berita sewajarnya bersifat luar biasa

atau paling sedikit tidak terduga, sebagai syarat yang lebih penting daripada

(37)

5. Di samping ketidakterdugaan, peristiwa berita dicirikan oleh nilai berita lainnya

yang relative dan melibatkan kata putus tentang minat audiens.

6. Berita terutama bagi orientasi dan arahan perhatian, bukan pengganti

pengetahuan.

7. Berita dapat diperkirakan.

Di dalam informasi suatu siaran atau pemberitaan, media massa

memegang peranan yang sangat penting dalam menyampaikan informasi tersebut

kepada khalayak. Berita yang disiarkan melalui media massa seperti radio,

televise maupun surat kabar setiap hari seolah – olah memberikan informasi

tertentu mengenai hal apa yang diperlukan oleh khalayak. Dalam kaitannya

dengan fungsi media dalam pemberitaan (Liliweri, 1991 : 169) menjelaskan

bahwa “Media massa harus bertindak sebagai katalog diperpustakaan yang

memberikan petunjuk mengenai suatu berita”.

Suatu hal yang membedakan berita dengan bukan berita misalnya opini

yakni bahwa berita berangkat dari suatu fakta sedangkan opini berangkat dari

suatu pemikiran. Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini

mempresentasikan gagasan atau ide. Dalam jurnalistik tidak semua fakta adalah

berita.

Berita terbentuk dari fakta – fakta yang terkumpul. Suatu fakta dapat

dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh

seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat dan penanggungjawabnya,

fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standar

(38)

Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita minimal harus

dipenuhi syarat – syarat sebagai berikut:

1. Menjaga obyektivitas dalam pemberitaan.

2. Faktan tidak boleh diputarbalikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian

saja.

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur – unsur yang

membuat suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu : Akurat, Lengkap, Adil,

Berimbang, Obyektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat.

Nilai berita juga menentukan berita layak dimuat atau tidak. Menurut

Ishwara (2005 : 53) peristiwa – peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya

yang mengandung konflik, becana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar

dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.

Sedangkan menurut Effendy (2010 : 167)

1. Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh,

bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi surat

kabar, semakin actual berita – beritannnya, artinya semakin baru peristiwa itu

terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.

2. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan

menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak hanya kedekatan secara

(39)

3. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent names)

memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya sebatas nama

orang saja, demikian pula dengan tempat – tempat terkenal.

4. Dampak, berita akan semakin menarik jika dampak yang diberikan sangan

besar bagi khalayak.

Berita memiliki banyak jenis, menurut Sumadiria (2005 : 69-71) dalam

dunia jurnalistik berita dapat dibagi sebagai berikut :

1. Straight News Report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Berita

jenis ini biasanya ditulis dengan unsur 5W+1H (what, when, why, where, who,

dan how).

2. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan Straigh

news report. Reporter menghimpun informasi sendiri sebagai informasi

tambahan untuk peristiwa tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan

informasi, bukan opini reporter yang dimasukkan melainkan fakta – fakta yang

nyata.

3. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang bersifat

menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba

menggabungkan berbagai potongan fakta itu dalam satu bangunan cerita

peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.

4. Interpretative News merupakan berita yang lebih memfokuskan sebuah isu,

masalah, atau peristiwa – peristiwa kontroversial. Namun fokus laporan masih

berbicara pada fakta dan bukan opini. Sumber informasi bisa diperoleh dari

(40)

keinginan dan kebutuhan wartawan. Dalam jenis laporan ini reporter

menganalisis dan menjelaskan.

5. Feature Story berbeda dengan jenis berita – berita di atas yang menyajikan

informasi – informasi penting, di feature story, penulis mencari fakta untuk

menarik perhatian pembaca. Penulisan feature lebih bergantung pada gaya

penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.

6. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam,

lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual dengan

membaca karya pelaporan mendalam maka orang akan mengetahui dan

memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai

perspektif atau sudut pandang.

7. Investigative Reporting adalah laporan jurnalistik yang tidak jauh berbeda

dengan laporan interpretative. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada

sejumlah maslah kontroversi. Dalam laporan investigative wartawan

melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi

sebuah informasi yang dirahasiakan. Dalam pelaksanaannya sering illegal atau

tidak etis .

8. Editorial Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan siding

pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan

berita – berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.

Dalam penulisan sebuah berita pedoman yang digunakan adalah ;

1. What : Peristiwa apa yang terjadi?

(41)

3. When : Kapan peristiwa itu terjadi?

4. Where : Dimana terjadinya peristiwa itu?

5. Why : Mengapa peristiwa itu terjadi?

6. How : Bagaimana peristiwa tersenut terjadi?

Struktur berita yaitu dimulai dari judul. Judul adalah pengundang daya

tarik. Tidak ada berita yang menarik tanpa judul dan tak ada berita yang menjadi

isu publik tanpa judul. Berita tanpa judul menjadi sia – sia karena tak ada pesan

yang disampaikan. Selanjutnya teras berita atau lead. Lead adalah pokok

terpenting serta cerminan dari suatu berita. Lead tersusun atas unsur 5W + 1H,

yakni what, who, when, where, why, how. Namun memaksakan untuk

memasukkan unsur why dan how akan membuat lead makin bertele – tele. Oleh

karena itu, pertanyaan why dan how biasanya dijelaskan di tubuh berita.

Tubuh berita merupakan bagian yang menyajikan esensi pesan dari berita

secara menyeluruh. Isi dari tubuh berita adalah materi yang diambil dari lead, dan

dikemukakan dengan gaya bahasa yang berbeda. Dan bagian akhir adalah penutup

tulisan, yaitu bagian berita yang posisinya paling akhir. Berfungsi sebagai

penutup, serta penjelasan akhir dari peristiwa yang disajikan.

Serta jangan lupa dengan news value atau nilai berita. Menurut Brook

(2003 : 78) menyebutkan nilai berita yang harus diperhatikan adalah :

1. Keluarbiasaan (Unusualness)

Berita adalah sesuatu yang luar biasa, bukan sekedar peristiwa biasa.

2. Kebaruan (Newsness)

(42)

3. Akibat (Impact)

Berita yang memiliki dampak luar terhadap masyarakat. Misalnya, kenaikan

harga bahan bakar minyak (BBM).

4. Aktual (Timeliness)

Berita tak ubahnya es yang mudah meleleh. Bersamaan dengan berlalunya

waktu, nilainya semakin berkurang. Jadi unsur aktual ialah peristiwa yang

sedang atau terjadi, aktualitas waktu dan masalah.

5. Kedekatan (Proximity)

Berita adalah sesuatu yang dekat. Baik secara psikologis maupun geografis.

Unsur kedekatan dapat diibaratkan dengan batu yang dilempar kepermukaan

air yang tenang. Lingkaran gelombang yang terbentuk makin kuat jika

lingkaran itu semakin dekat dengan tempat jatuhnya batu. Sebaliknya,

lingkaran gelombang makin melemah jika lingkaran jauh dari tempat jatuhnya

batu. Begitu pula dengan berita, semakin dekat dengan pembaca – baik itu

faktor psikologi maupun geografis semakin menarik berita itu.

6. Informasi (Information)

Berita adalah informasi. Informasi adalah hal yang bisa menghilangkan

ketidakpastian.

7. Konflik (Conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur

pertentangan. Maksudnya, setiap orang secara naluriah, menyukai konflik.

(43)

8. Orang penting (Public Figure, Newsmaker)

Berita yang menyangkut orang – orang penting atau terkenal.

9. Kejutan (Surprising)

Berita adalah kejutan yang datang tiba – tiba, di luar dugaan, saat sebelumnya

hampir tak mungkin terjadi.

10. Ketertarikan manusia (Human interest)

Berita adalah hal yang menggetarkan hati, mengugah perasaan, menusuk jiwa.

Lebih cenderung emosional daripada rasional.

11. Seks (Sex)

Informasi seputar seks yang terkait dengan hal – hal semacamnya.

2.2.5.Objektivitas Berita

Objektivitas, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sikap jujur,

tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam

mengambil putusan atau tindakan. Dalam dunia jurnalistik, objektivitas berita

adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang. Dalam

jurnalistik, objektivitas juga menjadi standar untuk menjamin kebenaran dan

kejujuran.

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak,

namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Oleh karena itu

berita disurat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara

fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas yang juga sering disebut sebagai

(44)

sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness,

pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan

fakta bila itu memang fakta dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari

Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh

oleh media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dalam pasal 3, Kode Etik

Jurnalistik yang dikeluarkan oleh AJI 14 Maret 2006 dikatan “wartawan Indonesia

selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan

fakta dan opini yang menghakimi serta menetapkan azas praduga tak bersalah”.

Rachma Ida membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektivitas

pers sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek

penelitian berita politik dengan skala nasional yang menjadi berita utama

(Kriyantono, 2006 : 224). Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur

objektivitas pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam

dimensi – dimensi objektivitas yang terdiri dari aktualitas, fairness, dan validitas

pemberitaan, berikut kategorisasi objektivitas menurut Rachma Ida (Kriyantono,

2006 : 2004 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154 – 155).

a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang

meliputi :

1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita.

2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa.

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang

(45)

4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan

opini wartawan yang menulis berita.

b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut

keseimbangan penulisan berita yang meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan.

c. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :

1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun

dalam upaya konfirmasi atau check dan re check)

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita, apakah berasal dari apa yang

dilihat sendiri oleh wartawan atau dari sumber berita yang menguasai persoalan

atau hanya sekadar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena

jabatannya. Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung, dan

bukan pelaku langsung.

Objektivitas, betapa pun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers.

Pemberitaan yang tidak memperhatikan kaidah objektivitas bisa bertentangan

dengan tujuan dari jurnalisme sendiri yaitu untuk memberikan informasi,

menunjukkan kebenaran dan mencerdaskan masyarakat (Noviriyanti, 2006 : 60).

Sebagai salah satu prinsip penilaian, objektivitas memiliki fungsi cakupan kecil

dibandingkan dengan prinsip lain namun objektivitas memiliki fungsi yang tidak

boleh dianggap remeh, terutama dalam kaitannya dengan kualitas informasi

(46)

Dengan menggunakan metode objektivitas Rachmah Ida yang dilihat dari

akurasi pemberitaan, ketidakberpihakan dan validitas (Kriyantono, 2008 : 244).

Berikut kerangka objektivitas menurut Rachmah Ida :

Bagan 1. Konsep Obyektifitas Rachmah Ida (Kriyantono, 2008 : 224 )

Dari bagan di atas menjelaskan bahwa pengukuran keakuratan berita atau

akurasi pemberitaan, atau yang menyangkut kejujuran dalam pemberitaan dapat

dilihat dengan memperhatikan kesesuaian judul yang dipakai dengan isi berita.

Seperti misalnya, apakah kalimat judul merupakan bagian kalimat pada isi berita?

Atau kalimat judul adalah bagian dari kutipan jelas – jelas ada dalam isi berita? Objektivitas

Kesesuaian judul dengan isi berita

Pencantuman waktu

Data pendukung

Faktualitas berita

Atribusi Dilihat dari sumber berita

Kompetensi Akurasi

Ketidakberpihakan

(47)

Apakah terdapat penggunaan kata atau kalimat denotatif serta penggunaan tanda

baca yang mengesankan makna ganda pada kalimat judul (subiakto dalam

rachmah ida, 2000).

Dikatakan akurat apabila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama

pada isi berita atau kutipan yang jelas – jelas ada dalam isi berita, namun apabila

bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita, atau bukan

merupakan kutipan maka dikatakan tidak ada kesesuaian. Akurasi juga dilihat

dengan memperhatikan hal – hal yang berkaitan dengan pencantuman waktu

terjadinya suatu peristiwa apakah itu fakta sebuah realitas atau sekedar opini

belaka. Akurasi pemberitaan juga mengukur penggunaan data pendukung seperti

tabel statistik, grafis, referensi, foto, dll.

Selanjutnya, faktualitas berita juga merupakan salah satu unsur

pertimbangan ketika kita akan menilai objektivitas pemberitaan berdasarkan

akurasinya. Faktualitas adalah hal – hal yang menyangkut pencampuran fakta atau

realitas objektif dengan opini wartawan atau penulis berita, dimana dalam artikel

berita itu terdapat kata – kata opinionative, seperti: tampaknya, kemungkinan,

diperkirakan, diduga, seakan – akan, terkesan, seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan sebagainya (subiakto dalam

rachmah ida, 2000 : 77).

Kemudian objektivitas pemberitaan dapat diukur dengan memperhatikan

derajat atau tingkat keadilan pemberitaan atau ketidak berpihakan media melalui

pemberitaannya terhadap salah satu pihak yang diberitakan. Ketidak berpihakan

(48)

atau proporsi yang sama antara sumber – sumber berita yang dikutip atau

diwawancarai oleh jurnalis. Prinsip ini dapat dilihat dengan cara memperhatikan

apakah sumber – sumber yang diwawancarai atau dimintai konfirmasi adalah

pihak – pihak yang berkepentingan langsung dengan kejadian atau fakta yang ada,

atau mereka hanya perantara dari pihak yang terlibat.

Dan yang terakhir mengukur validitas atau tingkat keabsahan

pembeitaaan, bisa dilakukan dengan cara yang pertama atribusi, yaitu

pencantuman sumber berita secara jelas, baik identitas personal seperti nama,

alamat, nomer telepon dan pekerjaan. Atribusi ini juga memungkinkan

dilakukannya konfirmasi kepada sumber berita. Serta yang kedua adalah dengan

derajat kompetensi, yaitu pihak yang dijadikan sumber berita atau yang

mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas yang

berkaitan dengan kronologis peristiwa. Derajat kompetensi ini dimaksudkan untuk

melihat apakah wartawan tersebut melihat sendiri kejadian atau mendapatkannya

dari sumber berita yang terlibat persoalan seperti saksi mata, korban, atau orang

yang terlibat sendiri dengan kejadian atau sumber yang diambil karena kedekatan

sumber berita dengan media yang bersangkutan, atau karena jabatan dari

(49)

2.2.6.Legalitas

Legalitas menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti sesuai

dengan undang – undang atau hukum dan perihal (keadaan) sah (Tim penyusun

kamus, 1995 : 575).Roeslan Saleh mengatakan bahwa asas legalitas mempunyai 3

dimensi, ialah dapat disebutkan sebagai berikut :

1.Dimensi Politik Hukum

Arti politik hukum dari syarat ini adalah perlindungan terhadap anggota

masyarakat dari sewenang – wenangan dari pihak pemerintah.

2.Dimensi Politik

Walaupun feurbach disebut sebagai peletak dasar dari teori paksaan

psyichologis, yang berpendapat bahwa kriminalitas harus dicegah dengan jalan

suatu paksaan psikologis yang ditimbulkan oleh rumusan-rumusan delik dalam

undang-undang dan ancaman-ancaman yang dilekatkan dalam undang-undang.

3.Dimensi Organisasi

C.F. letrosne Pernah mengatakan: undang-undang pidana kita bertebaran

dimana-mana. Kita bahkan tidak tahu dimana kita harus menemukannya. Tetapi

bagaimana kita menemukannya. Tetapi bagaimana kita mengetahui dan

menerapkannya, jika kita bahkan tidak tahu dimana menemukannnya? Ucapan

letrosne ini menunjukkan segi pragmatis dari asas legalitas, letrosne berpendapat,

(50)

ada batasan yang tegas dari masing - masing wewenang dalam acara pidana

mengakibatkan banyak sekali kehajatan yang tidak dipidana. Asas legalitas

dikaitkan dengan peradilan pidana mengharapkan lebih banyak lagi dari pada

hanya akan melindungi warga masyarakat dari kesewenang - wenangan

pemerintah. Asas legalitas itu diharapkan memainkan peranan yang lebih positif.

Dia ditangani suatu sistem hukum pidana yang sudah tidak dapat dipakai lagi.

Peradilanlah yang terutama sekali dirasakan kegawatannya sebagai aspek dari asas

legalitas itu (Setiawan, 2004 : 54).

Dalam hal ini masalah Persebaya 1927 yang dianggap tidak sah oleh

PSSI sebagai klub sepakbola profesional dan tidak boleh mengikuti unifikasi

untuk mengikuti liga musim yang akan datang.

Status dua badan hukum yang sama-sama merasa berhak atas Persebaya,

bakal diputuskan hari ini, Rabu, 21 September 2011, di rapat Executive

Committee (Exco) PSSI. Namun, dari paparan bukti-bukti yang dimiliki Komite

hukum, hampir pasti PT Mitra Muda Inti Berlian yang disahkan. PT tersebut

merupakan badan hukum yang menjadikan Wisnu Wardhana sebagai Ketua

Umum Persebaya."Bukan saya membela Persebaya Wisnu. Tapi dari bukti-bukti

yang ada, status legal Persebaya Divisi Utama yang terdaftar di PSSI. Sedangkan

Persebaya 1927 bukan anggota PSSI. Putusan itu bahkan ditetapkan melalui

sidang Exco kepengurusan Nurdin Halid," kata Ketua komite hukum PSSI la

Nyalla Mattalitti, Selasa sore, 20 September.

Maka itu, La Nyalla akan membawa semua berkas-berkas pendukung

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Penelitian Tentang
Tabel 4.1. Judul dan Isi Berita
Tabel Data Berita 1
Tabel Data Berita 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Relevansinya sistem di Indonesia sulit untuk diterapkan karena beberapa faktor, yaitu: dalam agama Islam sendiri sistem khilafah bukanlah sistem pemerintahan

Uji kesamaan rata-rata postest (uji pihak kanan) digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Kegiatan : Pemelihar aan Rutin/ Ber kala Gedung Kantor Peker jaan : Pemelihar aan Atap Gedung Setda.. PEM ENANG

Guna mempertanggungjawabkan kinerja Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI) dalam mencapai tujuan sasaran strategis

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti dan seluruh staf karyawan

Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio nilai pasar secara simultan terhadap return saham Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis dan hasil pengolahan data diperoleh simpulan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa lebih baik

Penelitian ini akan berfokus pada deteksi instrusi, yang secara teknis adalah mendeteksi gerakan baik untuk pagar pembatas perumahan atau RW maupun di teras/halaman rumah..