KASIHAN I BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
AULIA AYU NUGRAHENI 20120320035
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
i
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KASIHAN I BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
AULIA AYU NUGRAHENI 20120320035
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Aulia Ayu Ngraheni
NIM : 20120320035
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir
Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 26 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
HALAMAN MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.
(QS. Al-Baqarah: 153)
“Ketika Allah memberimu masalah, Dia tahu bahwa kamu pasti bisa melaluinya, mungkin akan ada luka, tapi itu semua buatmu dewasa”.
“Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keihklasan. Istiqomah dalam menghadapi cobaan”.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan kepada:
Ibu dan Bapak cinta, terimakasih untuk didikan, kasih sayang, do’a, kesabaran, peluh lelahmu, dan nasihat dalam setiap langkah kehidupanku. Do’a dan restu kalianlah yang menguatkan dan melancarkan perjuanganku demi masa depan yang lebih baik di tanah rantau ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa membuat Ibu dan Bapak tersenyum bahagia dan semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian berdua, aamiin. Tiada indahnya dunia selain kasih sayang yang telah Ibu dan Bapak berikan.
Adikku sayang Adhitya Aditama Nugraha, belajar yang rajin ya dek, suatu saat kamu juga akan melewati tahap ini. Selamat berjuang sayang.
Dia, seseorang yang telah melukiskan warna indah dalam hidupku, terimakasih untuk waktu, bantuan, dukungan, dan motivasinya sehingga aku bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Sukses sama-sama ya, Aamiin.
Sahabat-sahabatku tersayang, Ifit, Miranda, Tiara, Izmi, Alma, Yuli, Rahma, Ledys, terimakasih untuk pundak dan pelukan nyaman itu. Gugun, Anis, Deska, Winda, dan Yolan, terimakasih untuk segala bantuan dan motivasinya. Teman-teman geng KTI Ani, Dina, Fika, Asrul, dan Maya terimakasih telah berjuang bersama, semoga kelak kita sukses bersama, aamiin.
Almamaterku, terimakasih untuk ilmu, teman, kenangan, dan segala kisah yang sudah terukir di kampus tercinta ini.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan penelitian ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan peradaban dan
perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga
tentang Diet Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan I Bantul”.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan
program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah
ini berisikan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien diabetes melitus. Dalam melakukan penelitian ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tersayang, Eusebius Agus Djadmiko, S.Pd.SD dan Siti
vii
2. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah 3. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ners Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J selaku dosen koordinator blok
KTI Program Studi Ilmu Keperawatan 2012 yang telah memberikan pengarahan dan motivasi guna terselesaikannya penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. Fahni Haris, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran serta pengarahan
yang sangat berguna dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., MNS sebagai dosen penguji yang
memberikan pengarahan yang sangat berguna dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.
8. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyusunan dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan senang hati. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 26 Agustus 2016 Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
INTISARI ... xiv
ABSTRAC ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keaslian Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Diabetes Melitus ... 10
B. Pengetahuan ... 28
C. Kerangka Konsep ... 31
BAB III METODE PENELITIAN... 32
A. Desain Penelitian ... 32
B. Populasi ... 32
C. Sampel ... 32
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
E. Variabel Penelitian ... 33
G. Instrumen Penelitian ... 34
H. Alur Penelitian ... 35
I. Pengelolaan Data ... 37
J. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38
K. Analisa Data ... 39
L. Etika Penelitian ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...42
A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 45
C. Kekuatan dan kelemahan ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keaslian Penelitian ... 8
Tabel 2.1 Penukar golongan I (sumber karbohidrat) ... 18
Tabel 2.2 Penukar golongan II (sumber protein hewani rendah lemak) 19 Tabel 2.3 Penukar golongan II (sumber protein hewani lemak sedang) 18 Tabel 2.4 Penukar golongan II (sumber protein hewani lemak tingg) . 20 Tabel 2.5 Penukar golongan III (sumber protein nabati) ... 21
Tabel 2.6 Sayuran A ... 22
Tabel 2.7 Sayuran B ... 23
Tabel 2.8 Sayuran C ... 24
Tabel 2.9 Penukar golongan V (buah-buahan dan gula) ... 24
Tabel 2.10 Penukar golongan VI susu tanpa lemak ... 26
Tabel 2.11 Penukar golongan VI susu lemak sedang ... 26
Tabel 2.12 Penukar golongan VI susu tinggi lemak ... 27
Tabel 2.13 Penukar golongan VII lemak tidak jenuh ... 27
Tabel 2.14 Penukar golongan VII lemak jenuh ... 27
Tabel 3 Kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang diet pasien DM ... 35
Tabel 4.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan paparan informasi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul ... 43
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
BBR : Berat Badan Relatif
DEPKES : Departemen Kesehatan
DINKES : Dinas Kesehatan
DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
DKK : Dan Kawan-kawan
DM : Diabetes Melitus
gr : Gram
IDF : International Diabetes Federation
IMT : Indeks Masa Tubuh
K+ : Tinggi Kalium
Kal : Kalori
Kg : Kilogram
Ko+ : Tinggi Kolesterol
Mg : Miligram
Na+ : Natrium 200-400 mg
No : Nomor
P : Rendah Protein
Pr++ : Tinggi Purin
PKU : Penolong Kesehatan Umat
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
PROLANIS : Program pengelolaan penyakit kronis
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
S+ : Serat 3-6g
S++ : Serat >6g
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TB : Tinggi Badan
Tj : Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
URT : Ukuran Rumah Tangga
Vol : Volume
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 3 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Lampiran 4 Lembar kuesioner pengetahuan keluarga tentang diet pasien diabetes mellitus tipe 2
Lampiran 5 Skor jawaban responden
Lampiran 6 Surat survey pendahuluan
Lampiran 7 Surat izin uji validitas
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL
Aulia Ayu Nugraheni1, Fahni Haris2
1Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY
e-mail : auliaayunugraheni@gmail.com
INTISARI
Latar Belakang: Penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di dunia mencapai 90% dari total penderita DM, hal ini berkaitan dengan pola makan yang buruk. Kunci utama terapi DM tipe 2 adalah diet sehat. Keberhasilan diet dipengaruhi oleh ketepatan diet dan kepatuhan penderita yang dipengaruhi dukungan dan tingkat pengetahuan keluarga.
Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian descriptive analytic dengan metode cross sectional yang menggunakan analisis univariate. Populasi sebanyak 276 orang dan sampel 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti dan telah dilakukan uji validitas pearson product moment pada 48 orang dengan angka r tabel 0,368 dan reliabilitas KR 20 dengan hasil 0,812. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.
Hasil: Mayoritas pengetahuan keluarga dalam kategori kurang baik. Pengetahuan keluarga berdasarkan usia dalam kategori cukup pada usia 36-60 tahun. Pengetahuan keluarga berdasarkan jenis kelamin dalam kategori kurang untuk jenis kelamin perempuan. Pengetahuan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan dalam kategori cukup pada jenjang pendidikan terakhir SMA. Pengetahuan keluarga berdasarkan status pekerjaan dalam kategori kurang untuk responden yang tidak bekerja. Pengetahuan keluarga berdasarkan pemaparan informasi dalam kategori cukup dan kurang untuk responden yang tidak pernah mendapat paparan informasi.
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul dalam kategori kurang baik.
Saran: Puskesmas diharapkan dapat memberikan informasi pada keluarga tentang diet pasien DM yang lebih terperinci terutama tentang pengaturan jumlah diet pasien.
xv
DESCRIPTION OF FAMILY KNOWLEDGE LEVEL ABOUT DIET OF DIABETES MELLITUS PATIENT IN PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL WORKING AREA
Aulia Ayu Nugraheni1, Fahni Haris2
1Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY
e-mail : auliaayunugraheni@gmail.com
ABSTRACT
Background: Patients with diabetes mellitus (DM) type 2 in the world reach 90% of all patients with diabetes. That was caused of poor diet. Healthy diet is the key therapy of DM type 2 and is affected by diet and patient compliance which is influenced by family support and levels of knowledge.
Objective: To determine the knowledge of family diet on patient with DM in Puskesmas Kasihan I Bantul working area.
Methods: The study design was descriptive analytic with cross sectional method and univariate analysis. The population was 276 people and the sample was 45 people. The sampling technique used cluster sampling used a questionnaire made by researchers and have tested the validity used pearson product moment on 48 people with r tables 0.368 and reliability test used KR 20 with the result of 0,812.The study was conducted in Puskesmas Kasihan I Bantul working area
Results: The majority of family knowledge was in low category. Family knowledge based on age in enough category at 36-60 years. Family knowledge based gender was in low category in woman. Family knowledge based on education level was in enough category at SMA. Family knowledge based on employment status was in low category for respondents who does not ocapation. Family knowledge based on the information exposure was in enough and low category for respondents who have never got information.
Conclusion: The level of respondent kwonledge in Puskesmas Kasihan I Bantul working area was in low category.
Suggestion: Puskesmas can provide information more detail for families about diet of patients, especially on provide the amount of the patients’ diet.
i
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL
Aulia Ayu Nugraheni1, Fahni Haris2
1
Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY e-mail : auliaayunugraheni@gmail.com
INTISARI
Latar Belakang: Penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di dunia mencapai 90% dari total penderita DM, hal ini berkaitan dengan pola makan yang buruk. Kunci utama terapi DM tipe 2 adalah diet sehat. Keberhasilan diet dipengaruhi oleh ketepatan diet dan kepatuhan penderita yang dipengaruhi dukungan dan tingkat pengetahuan keluarga.
Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian descriptive analytic dengan metode cross sectional yang menggunakan analisis univariate. Populasi sebanyak 276 orang dan sampel 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti dan telah dilakukan uji validitas pearson product moment pada 48 orang dengan angka r tabel 0,368 dan reliabilitas KR 20 dengan hasil 0,812. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.
Hasil: Mayoritas pengetahuan keluarga dalam kategori kurang baik. Pengetahuan keluarga berdasarkan usia dalam kategori cukup pada usia 36-60 tahun. Pengetahuan keluarga berdasarkan jenis kelamin dalam kategori kurang untuk jenis kelamin perempuan. Pengetahuan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan dalam kategori cukup pada jenjang pendidikan terakhir SMA. Pengetahuan keluarga berdasarkan status pekerjaan dalam kategori kurang untuk responden yang tidak bekerja. Pengetahuan keluarga berdasarkan pemaparan informasi dalam kategori cukup dan kurang untuk responden yang tidak pernah mendapat paparan informasi.
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul dalam kategori kurang baik.
Saran: Puskesmas diharapkan dapat memberikan informasi pada keluarga tentang diet pasien DM yang lebih terperinci terutama tentang pengaturan jumlah diet pasien.
DESCRIPTION OF FAMILY KNOWLEDGE LEVEL ABOUT DIET OF DIABETES MELLITUS PATIENT IN PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL WORKING AREA
Aulia Ayu Nugraheni1, Fahni Haris2
1
Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY e-mail : auliaayunugraheni@gmail.com
ABSTRACT
Background: Patients with diabetes mellitus (DM) type 2 in the world reach 90% of all patients with diabetes. That was caused of poor diet. Healthy diet is the key therapy of DM type 2 and is affected by diet and patient compliance which is influenced by family support and levels of knowledge.
Objective: To determine the knowledge of family diet on patient with DM in Puskesmas Kasihan I Bantul working area.
Methods: The study design was descriptive analytic with cross sectional method and univariate analysis. The population was 276 people and the sample was 45 people. The sampling technique used cluster sampling used a questionnaire made by researchers and have tested the validity used pearson product moment on 48 people with r tables 0.368 and reliability test used KR 20 with the result of 0,812.The study was conducted in Puskesmas Kasihan I Bantul working area
Results: The majority of family knowledge was in low category. Family knowledge based on age in enough category at 36-60 years. Family knowledge based gender was in low category in woman. Family knowledge based on education level was in enough category at SMA. Family knowledge based on employment status was in low category for respondents who does not ocapation. Family knowledge based on the information exposure was in enough and low category for respondents who have never got information.
Conclusion: The level of respondent kwonledge in Puskesmas Kasihan I Bantul working area was in low category.
Suggestion: Puskesmas can provide information more detail for families about diet of patients, especially on provide the amount of the patients’ diet.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan ancaman kesehatan
masyarakat global, dimana sekitar 90% dari semua pasien yang menderita DM di seluruh dunia adalah DM tipe 2 (WHO, 2015). Angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di dunia cenderung meningkat setiap tahun
(Sumangkut, Supit dan Onibala, 2013). Penyakit DM di Yogyakarta memperlihatkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir
(Dinkes, 2015). Penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan prevalensi terutama DM tipe 2 berkaitan erat dengan pola makan yang buruk (Sudaryanto dan Setiyadi, 2014).
Angka mortalitas karena penyakit DM di seluruh dunia mencapai 1,5 juta orang pada tahun 2012 dan pada tahun 2014 prevalensi penderita
DM diperkirakan mencapai 9% dari total populasi dunia (WHO, 2015). Asia menyumbang lebih dari 60% penderita DM di seluruh dunia (Ramachandran, Snehalatha, Shetty dan Nanditha, 2012). Prevalensi
penderita DM di Indonesia menempati urutan ke 7 dunia dengan jumlah penderita sebanyak 12 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi
Gaya hidup modern menyebabkan peningkatan konsumsi makanan instan serta junk food oleh masyarakat yang umumnya memiliki jumlah
kalori besar melebihi kebutuhan tubuh (Sumangkut, dkk., 2013). Asupan kalori yang besar dapat meningkatkan kadar gula darah dan merupakan
salah satu faktor reskio dari DM tipe 2 (Liliany, Jafar dan Najamuddin, 2013). Makanan instan termasuk dalam makanan beresiko karena tidak bergizi seimbang yaitu tinggi gula, lemak dan garam serta rendah
kandungan seratnya (DEPKES, 2012).
Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki pola
konsumsi makanan beresiko yang tinggi terhadap DM seperti konsumsi makanan manis dan makanan berlemak. Konsumsi makanan berlemak lebih dari satu kali per hari di DIY sebesar 53,4% dan konsumsi makanan manis
lebih dari satu kali per hari sebesar 69,2%. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten dengan konsumsi makanan berlemak tertinggi se DIY yaitu
sebesar 55% dan konsumsi makanan manis lebih dari satu kali per hari tertinggi ke tiga setelah Sleman (77,6%) dan Yogyakarta (73,6%) sebesar 71,2% tetapi untuk konsumsi makanan manis satu sampai enam kali per
minggu kabupaten Bantul lebih tinggi dari Sleman (16,6%) dan Yogyakarta (19,3%) yaitu sebesar 22,5% (RISKESDAS, 2014).
Kunci utama terapi DM tipe 2 adalah diet sehat dan modifikasi lain dari gaya hidup (Bilous dan Donelly, 2015). Diet yang tepat pada penderita DM tipe 2 dapat mengendalikan kadar gula darah dalam batas normal. Diet
3
Allah telah menganjurkan manusia agar senantiasa memilih makanan yang halal dan baik dalam memenuhi kebutuhan hidup dan tidak mengikuti
jejak syaitan yang hanya mengikuti hawa nafsu belaka. Halal dan baik berkaitan erat dengan kesehatan manusia, karena bisa saja makanan halal
tetapi tidak baik untuk kesehatan manusia, selain itu makanan yang dikonsumsi juga tidak boleh berlebih-lebihan seperti yang tercantum dalam Qur’an surat Al Baqarah ayat 168 dan Al-A’raaf ayat 31:
Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu."
Artinya: “Makan dan minumlah dan janganlah kalian berbuat israf (berlebih-lebihan), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat israf.”
Keberhasilan diet pada penderita DM dipengaruhi oleh ketepatan
diet dan kepatuhan penderita. Kepatuhan terhadap rencana pengaturan diet yang sehat, terbukti efektif dalam penatalaksanaan DM pada seluruh populasi (Bilous dan Donelly, 2015). Kepatuhan diet dipengaruhi oleh
pengetahuan penderita tentang penyakit DM. Pengetahuan mempengaruhi keberhasilan terapi terhadap sikap penderita DM dalam memilih jenis diet
kurang menyebabkan kegagalan terapi dan meningkatkan berbagai komplikasi akibat DM. Penatalaksanaan yang optimal bagi penderita DM
sangat perlu dilakukan (Pratita, 2012).
Penatalaksanaan DM yang tidak optimal, kepatuhan diet yang
rendah dan pola hidup yang tidak sehat akan menyebabkan kadar gula darah penderita DM sulit dikontrol dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi (Amelia, Nurchayati dan Elita, 2014). Kepatuhan diet yang rendah pada
penderita DM tipe 2 merupakan penyebab terbesar komplikasi penyakit kardiovaskuler (Maine dan Ismail, 2014). Penyakit DM juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa stroke, neuropathy, foot ulcer,
retinopathy, infeksi yang menyebabkan amputasi, gagal ginjal, hipertensi,
disfungsi ereksi dan dyslipidemia (WHO, 2015, Bilous dan Donelly, 2015).
Penderita DM harus menjalani terapi yang berlangsung seumur hidup, hal itu sering memunculkan kejenuhan sehingga dukungan keluarga
sangat diperlukan untuk membantu memastikan penderita DM patuh pada proses terapinya (Pratita, 2012). Keluarga memiliki peranan penting dalam mendukung keberhasilan dan kepatuhan diet pasien, selain itu keluarga juga
berperan dalam mencegah komplikasi pada penderita DM (Wardani dan Isfandiari, 2014). Tingkat pengetahuan keluarga terbukti memiliki
5
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Tamantirto pada bulan Januari 2016 dengan wawancara kepada 10 keluarga penderita DM
didapatkan hasil 7 orang tidak memahami diet yang tepat pada pasien DM. Hasil wawancara menunjukkan bahwa keluarga tahu jika prinsip diet pada
pasien DM adalah mengatur jumlah, jenis dan jadwal makan (3J), tetapi mereka tidak memahami bagaimana cara mengatur diet pasien DM berdasarkan prinsip 3 J tersebut, selain itu terjadi kesalahan persepsi pada
keluarga karena mereka menganggap jika pasien DM tidak boleh mengkonsumsi gula jika ingin kadar gula darahnya terkontrol.
Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kasihan I karena Puskesmas Kasihan I adalah Puskesmas yang memiliki kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tetapi di Puskesmas Kasihan I
belum ada program khusus untuk menangani pasien DM selain pemberian obat. Pengetahuan keluarga penderita DM di wilayah Puskesmas Kasihan I
juga masih kurang. Puskesmas Kasihan I belum melibatkan keluarga saat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien DM terkait dietnya dan belum pernah dilakukan penelitian terkait pengetahuan keluarga tentang
diet pasien DM sebelumnya, sehingga penelitian ini diharapkan sebagai
screening awal bagaimana tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah: “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien
DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan usia.
b. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan jenis kelamin.
c. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan. d. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan status pekerjaan.
e. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan pemaparan informasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu keluarga dalam
7
2. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang diet DM.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dengan
Menurut pengetahuan penulis, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu :
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Judul penelitian & peneliti Variabel Jenis penelitian
Analisa data Hasil Persamaan Perbedaan
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Pemilihan Jenis Diet DM di PKU Muhammadiyah Yogyakarta oleh Lingga Multi Pertiwi tahun 2014
Tingkat pengetahuan dan sikap tentang pemilihan jenis diet DM
Sebesar 93,8% responden memiliki tingkat dan Sikap Penderita Diabetes Melitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur oleh Herlena Essy Phitri dan Widiyaningsih tahun 2013
9
Tabel 1. (lanjutan)
Judul penelitian & peneliti Variabel Jenis penelitian
Analisa data Hasil Persamaan Perbedaan
Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal, dan Jenis terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II oleh Prayugo Juwi Susilo Putro tahun 2012
Variabel Independen: darah pasien diabetes melitus tipe II dan Pengendalian Kadar Gula Darah dengan Gejala
Komplikasi Mikrovaskuler oleh
Uji chi square Dukungan keluarga yang baik
membuat responden melakukan pengendalian kadar gula darah dengan baik.
Ada hubungan
antara keteraturan kontrol gula darah dengan gejala komplikasi mikrovaskuler
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe-2 di Poli Interna BLU. RSUP. Prof.
Dr.R.D.Kandou Manado oleh Sartika Sumangkut,
Wenny Supit, dan
Franly Onibala tahun 2013
Variabel bebas : pola
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan atau pankreas tidak menghasilkan cukup insulin bahkan tidak dapat
menghasilkan insulin sama sekali. Diabetes melitus terdiri dari DM tipe 1 dan DM tipe 2, dimana 90% dari total penderita DM di dunia adalah DM
tipe 2 (WHO, 2015). Diabetes melitus tipe 1 adalah suatu penyakit endokrin
autoimun yang berbasis riwayat keluarga dan genetik (Bilous dan Donelly,
2014). Diabetes melitus tipe 2 adalah keadaan hiperglikemi yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin (WHO, 2015).
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan faktor resiko
DM tipe 2 adalah riwayat keluarga menderita DM, bertambahnya usia, kurang aktivitas fisik, dan obesitas (IDF, 2015). Riwayat keluarga
menderita DM meningkatkan resiko DM 5 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga menderita DM
berkaitan dengan kelainan genetik yang diturunkan oleh orang tuanya. Bertambahnya usia terbukti meningkatkan resiko DM, terutama orang yang berusia ≥ 45 tahun memiliki resiko 8 kali lebih besar terkena DM
kurang aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas dan menurunkan
sensitifitas insulin (Kekenusa, Ratag dan Wuwungan, 2013). Obesitas sebagai faktor resiko DM karena dapat meningkatkan resistensi insulin dan
lemak yang tertimbun dapat menyebabkan insulin sulit bekerja sehingga menyebabkan hiperglikemia (Tandra, 2013 dan IDF, 2015).
Hiperglikemia adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol
dan akan menyebabkan komplikasi berupa kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2015). Diet sehat dengan pengaturan pola makan sangat penting untuk memenuhi target glukosa
darah dan menghindari komplikasi yang berhubungan dengan DM tipe 2 (IDF,
2015). Kepatuhan terhadap diet memainkan peran penting dalam keberhasilan
terapi dan mencegah timbulnya komplikasi, tetapi banyak pasien DM yang tidak
patuh terhadap dietnya (Phitri, dan Widiyaningsih, 2013 dan Risnasari, 2014).
Penelitian di Kediri menunjukkan bahwa sebesar 56,14% responden tidak patuh
terhadap dietnya dan 57,89% penderita DM mengalami komplikasi (Risnasari,
2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kepatuhan diet pada
pasien DM meliputi pendidikan, pengetahuan, usia, dan dukungan keluarga.
Pendidikan berpengaruh karena tingkat pendidikan dapat memperluas wawasan,
cara pandang, dan pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang baik membuat seseorang dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang akan mempengaruhi sikap dan kepatuhan, sehingga semakin tinggi tingkat
12
kekuatan seseorang dalam berpikir dan mengambil keputusan
(Notoatmodjo, 2007). Dukungan keluarga merupakan faktor penguat yang memiliki kontribusi berarti dalam kepatuhan diet pasien DM (Amelia, dkk.,
2014).
Dukungan keluarga memiliki kontribusi berarti karena keluarga merupakan interaksi pertama dan orang terdekat yang selalu ada
mendampingi pasien DM. Dukungan keluarga bagi pasien DM dapat berupa dukungan finansial, sosial, dan emosional, selain itu keluarga juga dapat
mendukung keberhasilan diet dengan mengawasi jalannya diet yang dijalankan oleh pasien DM (Pratita, 2012). Faktor-faktor yang
mempengaruhi dukungan keluarga meliputi praktik dikeluarga, latar belakang budaya, emosi, spiritual, dan tingkat pengetahuan keluarga (Amelia, dkk., 2014).
Dukungan finansial berupa dukungan keuangan untuk menunjang proses pengobatan pasien. Keluarga dengan pendapatan tinggi, lebih mudah
untuk membeli makanan sesuai diet pasien DM (Amelia, dkk., 2014). Dukungan emosional dari keluarga dapat berupa perhatian dan kasih sayang untuk pasien DM, dukungan emosional penting karena keluarga merupakan
tempat kita berbagi kebahagiaan dan kesedihan (Wardani dan Isfandiari, 2014). Dukungan sosial berperan meningkatkan kualitas hidup pasien DM
Praktik dikeluarga adalah cara yang dilakukan keluarga dalam
memberikan dukungan kepada pasien DM yang akan mempengaruhi sikap dan kepatuhan, sedangkan latar belakang budaya berpengaruh terhadap
perilaku kesehatan, keyakinan, dan nilai kesehatan dalam keluarga pasien DM (Amelia, dkk., 2014). Keluarga dapat memberikan dukungan emosi pada pasien DM berupa perkataan yang baik dan lembut atau rayuan kepada
pasien untuk menaati diet yang harus dijalankan (Pratita, 2012). Pasien DM seringkali merasa rendah diri dan putus asa terhadap kondisinya sehingga
dukungan spiritual dari keluarga diperlukan untuk menenangkan dan mengembalikan semangatnya (Wardani dan Isfandiari, 2014). Pengetahuan
keluarga akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan pasien, selain itu keluarga juga dapat mengawasi dan memberi masukan pada pasien terhadap diet yang dijalaninya (Amelia,
dkk., 2014).
Diet pada pasien DM meliputi pengaturan jumlah kalori, jadwal dan
jenis makanan (Putro dan Suprihatin, 2012). Diet diatur berdasarkan status gizi, kebiasaan makan, dan kondisi atau komplikasi yang telah ada. Pengaturan ini bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam
batas normal tanpa efek samping hipoglikemi, profil lipid serum normal untuk mencegah resiko penyakit kardiovaskuler, tekanan darah normal atau
14
energi untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal, cukup
vitamin dan serat, terutama vitamin yang larut air (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata K, Setiyohadi dan Syam, 2014).
Diet pada pasien DM harus memperhatikan sumber dan jenis dari bahan makanan yang dikonsumsi. Sumber makanan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat adalah karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie,
kentang, singkong, ubi, dan sagu. Sumber protein adalah protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan
kacang-kacangan. Sumber lemak yang dapat dikonsumsi pasien DM adalah lemak dalam jumlah terbatas, yaitu dalam bentuk makanan yang mudah dicerna
terutama makanan yang diolah dengan cara dikukus, direbus, disetup dan dipanggang. Makanan yang banyak mengandung lemak (cake, makanan siap saji dan goreng-gorengan), makanan tinggi natrium (ikan asin, telur
asin, dan makanan yang diawetkan), dan makanan yang mengandung gula sederhana (gula pasir, gula merah, sirop, jeli, buah-buahan yang diawetkan
dengan gula, susu kental manis, es krim, dan minuman botol ringan) harus dibatasi pada pasien DM (Wahyuningsih, 2013).
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menyebutkan
terapi nutrisi medis untuk diabetisi (diet DM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Prinsip pengaturan diet pada pasien
jenis yang meliputi karbohidrat, lemak, protein, natrium, dan serat. Jadwal
makan penderita DM dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makan ringan (10-15%) di
antaranya dengan interval waktu 3 jam setiap kali makan (PERKENI, 2011). Penderita DM harus mengatur jumlah makan yang dikonsumsi yaitu karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi,
pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi, gula dalam bumbu
diperbolehkan, dan sukrosa atau pemanis buatan tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi. Pasien DM tetap harus makan tiga kali sehari untuk
mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari dan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari (PERKENI, 2011).
Lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori, lemak tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi, dan konsumsi
kolesterol <200 mg/hari. Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh ganda <10%, dan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Konsumsi lemak jenuh dan lemak trans perlu dibatasi seperti daging
berlemak dan susu penuh (whole milk) (PERKENI, 2011).
Protein dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi. Sumber
16
perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari
kebutuhan energi (PERKENI, 2011).
Anjuran asupan natrium untuk pasien DM sama dengan anjuran
untuk masyarakat umum yaitu <3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur. Penderita DM dengan hipertensi harus membatasi konsumsi natrium sampai 2400 mg perhari. Sumber natrium antara lain
garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit (PERKENI, 2011).
Penyandang DM dianjurkan mengkonsumsi makanan cukup serat ±25 g/hari, terutama yang berasal dari kacang-kacangan, buah, sayuran, dan
karbohidrat tinggi serat karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan. Pemanis aman dikonsumsi oleh penderita DM sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Intake
/ ADI). Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tidak berkalori (PERKENI, 2011).
Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori harian, contoh pemanis berkalori adalah gula alkohol (isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan
xylitol) dan fruktosa. Penyandang DM tidak dianjurkan menggunakan fruktosa karena memiliki efek samping pada lemak darah. Pemanis tidak
Diet juga mengatur jumlah kalori yang akan dikonsumsi oleh pasien
DM. Jumlah kalori ditentukan berdasarkan kebutuhan kalori basal: 25-30 kalori / kg BB ideal dan status gizi diabetisi berdasarkan rumus indeks masa
tubuh atau dengan rumus berat badan relatif.
IMT = Indeks Masa Tubuh = ��
��2 × %
Keterangan : berat badan (BB) dalam kg, tinggi badan (TB) dalam meter
Klasifikasi IMT
a. IMT < 18,5 : BB kurang
b. IMT 18,5-22,9 : BB normal
c. IMT ≥ 23,0 : BB lebih
d. IMT 23,0 – 24,9 : dengan risiko
e. IMT 25,0 – 29,9 : obes I f. IMT > 30 : obes II
BBR = Berat Badan Relatif = ��
��− × %
Keterangan : berat badan (BB) dalam kg, tinggi badan (TB) dalam cm a. Gizi buruk : < 90%
b. Normal : 90-110%
c. Gizi lebih : 110-120%
d. Gemuk (obesitas) : > 120%
Kebutuhan kalori / hari untuk menuju ke berat badan normal :
a. Berat badan kurang (BBR < 90%) kebutuhan kalori sehari 40-60 kal/kg
18
b. Berat badan normal (BBR 90-100%) kebutuhan kalori sehari 30 kal/kg
BB
c. Berat badan lebih (BBR >100%) kebutuhan kalori sehari 20 kal/kg BB
d. Gemuk (BBR>120%) kebutuhan kalori sehari 10-15 kal/kg BB (Tjokroprawiro, 2012 & Setiati., dkk, 2014).
Wahyuningsih (2013) mengungkapkan bahwa penderita DM harus
selalu mengatur jumlah, jadwal dan jenis makanan yang akan dikonsumsi tetapi bukan berarti makanan hanya terbatas pada jenis-jenis tertentu saja.
Makanan yang dikonsumsi dapat bervariasi asalkan mempunyai kandungan energi, lemak, protein dan karbohidrat yang hampir sama. Terdapat daftar
bahan makanan penukar untuk penggolongan bahan makanan berdasarkan nilai gizi yang setara yaitu :
1. Golongan I (Sumber Karbohidrat)
Bahan makanan ini umumnya sebagai makanan pokok. Satu satuan penukaran mengandung 40 gram karbohidrat, 4 gram protein, dan 175
kalori.
Tabel 2. 1 Penukar golongan I (sumber karbohidrat)
Bahan Makanan URT Gram
Bengkuang 2 biji besar 320 S++ Bihun ½ gelas 50
Biskuit 4 buah besar 40 Na++ Bubur beras 2 gelas 400
Ganyong 1 potong 185 S++ Jagung segar 3 biji sedang 125 S++
Tabel 2. 1 (lanjutan)
Bahan Makanan URT Gram
Kentang 2 buah sedang 210 K+ Kerupuk udang/ ikan 5 biji sedang 50
Maizena 10 sendok makan 50 P
Tepung hunkwee 10 sendok makan 50
Tepung sagu 8 sendok makan 50 P Tepung singkong 5 sendok makan 50 P Tepung terigu 5 sendok makan 50
Ubi jalar kuning 1 biji sedang 135 S++, P, K+
Keterangan : Na+ (natrium 200-400 mg), P (rendah protein), S++ (serat >6g), S+ (serat 3-6g), K+ (tinggi kalium).
2. Golongan II (sumber protein hewani)
Umumnya digunakan sebagai lauk pauk. Menurut kandungan
lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Protein hewani rendah lemak, satu satuan penukaran mengandung
50 kalori, 7 gram protein, dan 2 gram lemak.
20 Sepat kering 1potong sedang 20 Teri kering 1 sendok makan 15 Teri nasi 1/3 gelas 20
Udang segar 5 ekor sedang 35 Ko+
Keterangan : Na+ ( natrium 200-400 mg), Ko+ (tinggi kolesterol), Pr++ (tinggi purin).
b. Protein hewani lemak sedang, satu satuan penukar mengandung 75 kalori, 7 gram protein dan 5 gram lemak.
Tabel 2.3 Penukar golongan II (sumber protein hewani lemak
sedang).
Bahan makanan URT Gram Bakso 10 biji sedang 170 Daging domba 1 potong sedang 40 Daging kambing 1 potong sedang 40
Keterangan : Na+ ( natrium 200-400 mg), Ko+ (tinggi kolesterol), Pr++ (tinggi purin).
c. Protein hewani tinggi lemak, satu satuan penukar mengandung 150
kalori, 7 gram protein, dan 13 gram lemak.
Tabel 2.4 Penukar golongan II (sumber protein hewani lemak
tinggi).
Bahan makanan URT Gram
Bebek 1 potong sedang 45 Pr++ Belut 3 ekor kecil 50
Corned beef 3 sendok makan 45 Na+ Daging ayam
dngan kulit
1 potong sedang 55 Ko+
Ham 1 ½ potong kecil 40 Na++, Ko+, Pr++ Kuning telur ayam 4 butir 45 Ko+
Sardencis ½ potong sedang 35 Pr++, Na+ Sosis ½ potong 50 Na+ Telur bebek 1 butir 55 Ko+ Telur ikan 1 potong sedang 40
Keterangan : Na+ ( natrium 200-400 mg), Ko+ (tinggi kolesterol), Pr++ (tinggi purin).
3. Golongan III (sumber protein nabati)
Golongan ini umumnya digunakan sebagai lauk-pauk, satu satuan penukar mengandung 75 kalori, 5 gram protein, 7 gram karbohidrat, 3
gram lemak.
Tabel 2.5 Penukar golongan III (sumber protein nabati)
22
Kacang merah 2 sendok makan 20 S+ Kacang mete 1 ½ sendok makan 14 Tj+ Kacang tanah 2 sendok makan 15 S+, Tj+ Kacang tanah kupas 2 sendok makan 15 S+, Tj+ Kacang tolo 2 sendok makan 20
Kedelai bubuk 2 ½ sendok makan 25 Kembang tahu 1 lembar 20
Oncom 2 potong kecil 40 S++ Pete segar ½ gelas 55
Selai kacang tanah 1 sendok makan 15 Tj+, Na+ Tahu 1 biji besar 110
Tempe 2 potong sedang 50 S+
Keterangan : S++ (serat > 6 g), S+ (serat 3-6 g), Tj (sumber lemak tidak jenuh tunggal), Na+ (natrium 200-400 mg).
4. Golongan IV (sayuran)
Sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat besi, dan fosfor. Satu satuan penukar 10 gram sayuran kurang lebih 1 gelas
(setelah dimasak dan ditiriskan). Sayuran dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan kandungan zat gizinya.
a. Sayuran A (bebas digunakan karena sangat sedikit kandungan
kalorinya).
Table 2.6 Sayuran A
Bahan makanan
Jamur kuping segar S++
Ketimun S+, K+
Lobak S++
Selada S+, K+
Selada air S+
Labu air Tomat
Keterangan : S+ (serat 3-6 g), S++ (serat > 6 g), K+ (tinggi
b. Sayuran B, satu satuan penukar 100 gram mengandung 5 gram
karbohidrat, 1 gram protein, dan 25 kalori. Tabel 2.7 Sayuran B
24
c. Sayuran C, satu satuan penukar 100 gram mengandung 10 gram
karbohidrat, 3 gram protein, dan 50 kalori. Table 2.8 Sayuran C
Bahan makanan
kalium), Pr+ (purin sedang). 5. Golongan V (buah-buahan dan gula)
Durian 2 biji besar 35
Semangka 2 potong sedang 180
Sirsak ½ gelas 60 S+
Keterangan : S++ (serat > 6g) ,K+ (tinggi kalium), S+ (serat 3-6 g).
26
Sumber protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin (terutama vitamin
A dan niasin), serta mineral (fosfor). Menurut kandungan lemaknya susu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Susu tanpa lemak, satu satuan penukar mengandung 75 kalori, 7 gram protein, dan 10 gram karbohidrat.
Tabel 2.10 Penukar golongan VI susu tanpa lemak
Bahan makanan URT Gram
Susu skim cair 1 gelas 200 K+ Tepung susu skim 4 sendok makan 20 K+ Yogurt non fat 2/3 gelas 120 K+
Keterangan : K+ (tinggi kalium)
b. Susu lemak sedang, satu satuan penukar mengandung 125 kalori, 7 gramprotein, 10 gram karbohidrat, dan 6 gram lemak
Tabel 2.11 Penukar golongan VI susu lemak sedang
Bahan makanan URT Gram
Keju 1 potong kecil 35 Na++, Ko+ Susu kambing ¾ gelas 165 K+ Susu kental tidak
manis
½ gelas 100 K+
Susu sapi 1 gelas 200 K+ Tepung susu asam 7 sendok makan 35 K+ Yogurt susu penuh 1 gelas 200 K+
Keterangan : Na++ (natrium), Ko+ (tinggi kolesterol), K+ (tinggi kalium).
c. Susu tinggi lemak, satu satuan penukaran mengandung 150 kalori, 7 gram protein, 10 gram karbohidrat, dan 10 gram lemak.
Tabel 2.12 Penukar golongan VI susu tinggi lemak
Tepung susu penuh 6 sendok makan 30 K+, Ko+
Keterangan : Ko+ (tinggi kolesterol), K+ (tinggi kalium). 7. Golongan VII minyak atau lemak
Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Lemak tidak jenuh, satu satuan penukaran mengandung 50
kalori, dan 5 gram lemak.
Tabel 2.13 Penukar golongan VII lemak tidak jenuh
Bahan makanan URT Gram
Alpukat ½ buah besar 60 S++, Tj+, K+ Kacang almond 7 biji 10 S+
Mayonnaise 2 sendok makan 20 Minyak bunga
matahari
1 sendok 5
Minyak kacang kedelai
1 sendok teh 5 Tj+
Bahan makanan URT Gram Minyak sunflower 1 sendok teh 5
Minyak zaitun 1 sendok teh 5 Tj+
Keterangan : S++ (serat > 6 g), Tj (sumber lemak tidak jenuh
tunggal), K+ (tinggi kelium), S+ (serat 3-6 g).
b. Lemak jenuh, satu satuan penukaran mengandung 50 kalori, dan
5 gram lemak.
Tabel 2.14 Penukar golongan VII lemak jenuh
Bahan makanan URT Gram Mentega 1 sendok teh 5
Santan (peras dengan air) 1/3 gelas 40 K+ Kelapa 1 potong kecil 15 K+ Keju krim
Tabel 2.14 (lanjutan)
1 potong kecil 15
28
Keterangan : K+ (tinggi kalium).
B. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang diperoleh setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan dilakukan melalui panca indra manusia dan sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan,
informasi, jenis kelamin, minat, pekerjaan, kebudayaan, dan usia (Riyanto, 2013).
Pendidikan mempengaruhi pengetahuan karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi dan cepat lambatnya seseorang menerima pengetahuan baru bergantung
pada mudah tidaknya informasi diperoleh. Minat mempengaruhi pengetahuan karena minat dapat mendorong seseorang untuk memperoleh
keterampilan, pemahaman terhadap sesuatu yang diinginkan sehingga orang tersebut akan menekuninya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam. Pekerjaan berpengaruh terhadap pengetahuan berhubungan dengan
lingkungan pekerjaan yang membuat seseorang memperoleh pengetahuan baik secara langsung atau tidak langsung. Budaya mempengaruhi
pola pikir seseorang. Daya tangkap dan pola pikir semakin baik saat
seseorang sudah mencapai usia dewasa (Mubarak, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan dibagi dalam beberapa
kategori, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (Comprehention)
Memahami adalah kemampuan menjelaskan, menyimpulkan dan menginterprestasikan materi secara benar dengan bahasa
sendiri.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan konsep
yang telah dipelajari dalam kondisi nyata. 4. Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas.
5. Sintesa (Syntesis)
Sintesa adalah kemampuan untuk menghubungkan
30
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan mengevaluasi, melakukan justifikasi atau melakukan penilaian terhadap suatu materi yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengetahuan diukur melalui nilai yang didapatkan yaitu baik (76-100%), cukup (56-75%) dan kurang (≤55%) (Nursalam,
C. Kerangka Konsep
Gambar. 1 Kerangka Konsep
Keterangan gambar:
: Diteliti : Tidak diteliti
Diet DM:
Jenis dan jumlah dan jadwal makan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diet: a. Pendidikan
b. Pengetahuan c. Usia
d. Dukungan keluarga,
meliputi:
- Tahap perkembangan - Pendidikan
- Praktik dikeluarga - Sosial ekonomi
- Latar belakang budaya
Baik
Cukup - Tingkat pengetahuan
Kurang Diabetes
32
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen yaitu
descriptive analytic dengan pendekatan cross sectional, dimana waktu
pengukuran observasi data variabel dependen hanya satu kali dalam satu
waktu untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul (Nursalam, 2013)
B. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien DM yang
sudah terdiagnosa dan berobat di Puskesmas Kasihan I Bantul. Populasi dalam penelitian ini diambil dari data kunjungan selama tahun 2014-2015 yaitu sebanyak 276 Orang.
C. Sampel
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
cluster sampling. Besar sampel dalam penelitian sebanyak 15% dari
populasi karena di dalam masyarakat tidak mempunyai kelas atau strata sehingga 15% sudah dapat mewakili populasi. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 41 orang. Peneliti menambahkan sampel sebanyak 10% dari jumlah yang sebenarnya untuk mengantisipasi kesalahan dalam
Tlogo 9 orang, dan Ngrame 7 orang, Kembaran 7 orang, Ngebel 7 orang,
dan Bibis 6 orang.
Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
mempunyai kriteria eksklusi yaitu sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bersedia menjadi responden
2. Keluarga dekat yang tinggal dalam satu rumah dengan pasien
DM
3. Usia ≥ 18 tahun
4. Bisa membaca dan menulis b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengisi kuesioner tidak lengkap
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul. 2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM.
34
F. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan keluarga
Tingkat pengetahuan keluarga dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan keluarga pasien DM menggunakan pengetahuan tentang diet DM meliputi pengaturan jumlah, jenis dan jam makan dalam
praktek atau situasi yang berkaitan dengan penyakit DM yang diderita anggota keluarganya. Pengetahuan diukur menggunakan kuesioner
yang diberikan oleh peneliti. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala data ordinal yaitu mengkategorikan hasil
pengukuran berupa prosentasi jawaban yang benar dari seluruh pertanyaan yaitu kategori baik (76-100%), cukup (56-75%), dan kurang (≤55%), dengan rumus (Nursalam, 2013):
� =�� × %
P = hasil presentase
F = hasil pencapaian atau skor total responden n = hasil pencapaian maksimal responden
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan keluarga
tentang diet pasien DM, adapun kuesioner tersebut sebagai berikut: 1. Kuesioner pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM
keluarga tentang diet DM ini berupa pertanyaan tertutup dengan pilihan
ganda. Keluarga dari pasien DM mendapatkan 20 pertanyaan terkait diet pada pasien DM. Jawaban pada lembar kuesioner jika salah diberi nilai (0),
apabila benar diberi nilai (1), dan kemudian dijumlahkan. Skala yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal. Rentang nilai yang mungkin diperoleh adalah antara 0-20. Responden mendapat kategori baik
jika menjawab benar >15 soal (76-100%), cukup 12-15 soal (56-75%), dan kurang <12 soal (≤55%).
Tabel 3. Kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang diet pasien DM
Aspek Butir Soal Jumlah Jenis 3, 6, 8, 13, 18, 5 Jumlah 4, 10, 16, 17, 19, 5 Jadwal 2, 7, 12, 15, 20 5 Lain-lain 1, 5, 9, 11, 14 5
Jumlah 20
H. Alur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Penelitian diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan meneliti tentang gambaran tingkat
pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul. Peneliti terlebih dahulu membawa surat izin studi pendahuluan Karya Tulis Ilmiah yang dibuat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk meminta izin kepada kepala Puskesmas untuk
36
Peneliti kemudian membuat surat izin uji validitas, uji reliabilitas
dan izin penelitian dan mengajukan etik penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Peneliti kemudian membuat surat izin penelitian pada pemerintah daerah tempat penelitian, yang dimulai dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA).
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai dengan peneliti meminta izin kepada
kepada desa Tamantirto dan Bangunjiwo, setelah itu peneliti berkunjung ke dukuh tiap wilayah untuk meminta izin dan mencari alamat
responden. Peneliti berkunjung ke rumah responden kemudian menjelaskan maksud kedatangan dan melakukan wawancara singkat, jika responden memenuhi kriteria inklusi peneliti meminta kesediaan
responden untuk mengisi kuesioner.
Sebelum penelitian dilaksanakan dengan membagikan kuesioner
kepada subjek penelitian, peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan Pearson Product Moment yang dilakukan pada 48 orang di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul. Peneliti juga melakukan
uji reliabilitas KR 20. Peneliti mulai mengumpulkan data penelitian setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliable.
dimasukan kedalam amplop terbuka bersama dengan surat permohonan
untuk menjadi responden, serta informed consent. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden, termasuk penjelasan tiap item
soal, responden dapat mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang kurang jelas. Amplop berfungsi untuk menjaga kerahasian dan keaslian data responden. Peneliti meminta pada responden mengisi kuesioner
dengan jujur karena hasil kuesioner tidak diketahui oleh siapapun karena tidak mencantumkan nama dan hasil penelitian hanya diketahui
oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan.
I. Pengelolaan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Editing
Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban
responden dengan memeriksa kelengkapan data, kejelasan penulisan jawaban dan kebenaran jawaban responden yang telah terkumpul.
Kuesioner yang tidak jelas atau tidak lengkap akan peneliti tanyakan kembali kepada responden.
2. Coding
Memberi tanda kode pada jawaban berupa angka, hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data
yang diberi nilai sesuai dengan ketentuan penilaian pada definisi operasional.
38
Peneliti mengolah data yang sudah didapatkan dengan cara
memasukkan data dari hasil pengkodean dengan bantuan aplikasi komputer untuk pengolahan data statistik.
4. Cleaning
Peneliti memeriksa kembali data yang telah dimasukkan. Setelah dipastikan tidak ada kesalahan, maka dilanjutkan dengan tahap
penyajian data. 5. Penyajian
Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel berupa prosentase kemudian dijelaskan dengan keterangan dalam bentuk
narasi.
J. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan rumus
Pearson Correlation. Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan
dengan cara korelasi butir total, yaitu konsistensi antara skor butir
pertanyaan dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antar setiap butir dengan skor keseluruhan. Sampel dalam uji validitas ini sebanyak 48 orang dengan signifikasi 1% maka didapatkan
angka r table 0,368
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan software komputer,
tidak valid dibuang. Peneliti melakukan uji validitas sebanyak 70 soal dan
didapatkan 22 soal valid.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kuesioner
sebagai alat ukurnya, maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas untuk memperoleh hasil yang baik. Peneliti melakukan uji Instrumen kepada responden dengan karakteristik yang sesuai dengan subyek penelitian yang
telah ditentukan. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul. Instrumen diuji menggunakan uji reliabilitas
KR 20. Sampel dalam uji reliabilitas ini sebanyak 48 orang. Hasil uji reliabilitas pada 20 soal kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 0,812 (≥0,7).
K. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariate
dan tidak melakukan analisis bivariate karena penelitian ini bersifat deskriptif. Variabel dalam penelitian ini menggambarkan tingkat
pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan profil responden dan karakteristik data disajikan dalam bentuk tabel dan prosentase. Data diprosentasekan dengan
menggunakan rumus:
� =�
� × %
P = hasil presentase
40
Selanjutnya, data dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu:
Pengetahuan baik, jika prosentase skor jawaban 76%-100% Pengetahuan cukup, jika skor jawaban 56%-75%
Pengetahuan kurang, jika skor jawaban ≤55%
Penelitian ini juga akan membandingkan karakteristik responden berdasarkan rentang usia, jenis kelamin, status pekerjaan, infomasi, dan
pendidikan dengan menggunakan crosstab.
L. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Etika penelitian diproses dan didapatkan dari Komisi Etik dan Penelitian
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan nomor etik 87/EP-FKIK-UMY/III/2016.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat permohonan dan persetujuan dari instansi, badan atau lembaga yang terkait untuk melaksanakan penelitian. Masalah etik yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui
dampaknya.
2. Kerahasiaan nama (Anonymity)
Anonymity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan
tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi dalam bentuk kode pada masing-masing lembar tersebut.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan harus
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Kasihan I merupakan satu dari dua puluh tujuh Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Puskesmas Kasihan I terletak di Jalan Bibis, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, kurang lebih berjarak 5 km dari ibukota
kecamatan. Secara administratif Puskesmas Kasihan I memiliki 2 wilayah kerja, yaitu Desa Bangunjiwo dan Tamantirto.
Puskesmas Kasihan I memilik program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) untuk pasien DM. Prolanis adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai
kualitas hidup yang optimal. Kegiatan dalam program ini seperti pemeriksaan rutin terhadap pasien DM, senam, dan pemberian pendidikan
kesehatan. Puskesmas Kasihan I mulai mengadakan kegiatan ini pada bulan November 2015 dan rencananya dilaksanakan satu kali dalam sebulan, tetapi saat ini program PROLANIS belum berjalan dengan optimal setiap
2. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan paparan informasi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul (N=45)
No. Karakteristik responden f %
3. Tingkat pendidikan Tidak sekolah
4. Status pekerjaan Bekerja
5. Pemaparan informasi Ya
Sumber: data primer 2016
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden terbanyak berusia
36-60 tahun sebanyak 33 orang atau 73,3%. Jenis kelamin perempuan sebanyak 25 (55,6%) orang. Mayoritas responden berpendidikan SMA
43
responden tidak mendapat informasi mengenai diet pasien DM yaitu
sebanyak 27 (60%) orang.
3. Gambaran tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Diet Pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan I Bantul
Tabel 4.2 Karakteristik responden dan tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul (N=45)
Karakteristik responden Tingkat pengetahuan
Kurang (%) Cukup (%) Baik (%)
Sumber: data primer 2016
Tabel 4.2 di atas menunjukkan tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia sebagian besar berada dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 15 orang (33,3%) dan kurang sebanyak 17 orang (37,8%) pada usia 36-60 tahun.Tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin berada dalam kategori kurang pada jenis kelamin perempuan
berdasarkan tingkat pendidikan berada dalam kategori cukup pada
jenjang pendidikan SMA. Tingkat pengetahuan responden berdasarkan status pekerjaan adalah sebanyak 14 orang (31,1%) dalam kategori
kurang untuk responden yang tidak bekerja.Tingkat pengetahuan responden berdasarkan pemaparan informasi didominasi oleh responden yang tidak pernah mendapatkan paparan informasi tentang
diet pada pasien DM termasuk dalam kategori cukup dan kurang yaitu masing-masing sebanyak 13 orang (28,9%).
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Responden pada penelitian ini didominasi oleh responden pada kelompok usia 36-60 tahun, hal ini dikarenakan usia 36-60
tahun termasuk dalam dewasa madya dimana mulai terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga kelompok usia ini banyak
menderita DM dan mayoritas support system pada penelitian ini adalah pasangan yang berusia hampir sama dengan penderita DM. Survey di Indonesia menunjukkan 65% pria menikahi perempuan
yang berusia 5 tahun lebih muda (Kompas, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Pratita (2012)
45
diabetes adalah usia 30-69 tahun yang disebabkan oleh gaya hidup
yang buruk. Kekenusa, dkk (2013) juga mengungkapkan bahwa usia dewasa madya merupakan responden penderita DM dengan
persentase paling besar (56,3%). Amelia, dkk (2014) menyatakan bahwa hal ini terjadi karena pada usia dewasa madya sudah mulai mengalami proses penuaan dan terjadi berbagai penurunan fungsi
tubuh sehingga menyebabkan usia dewasa madya berisiko mengalami penyakit kronis termasuk penyakit DM.
b. Jenis kelamin
Responden pada penelitian ini didominasi oleh responden
dengan jenis kelamin perempuan, hal ini terjadi karena mayoritas penderita DM adalah laki-laki sehingga pasangan yang merupakan
support system adalah perempuan yang berusia tidak jauh berbeda
dengan responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil survei dari Centers for Disease Control and Prevention (2014) dimana
laki-laki lebih banyak menderita DM daripada perempuan. Puspitasari (2014) juga menyatakan bahwa mayoritas penderita DM adalah laki-laki yaitu sebesar 59,4%.
Astuti dan Tri (2013) menyatakan bahwa perempuan lebih banyak bertindak sebagai pemberi dan penerima dukungan sosial