• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa kajian teori yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa kajian teori yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

17

Landasan teori adalah dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa kajian teori yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory) yang merupakan grand theory dan didukung dengan Pendekatan Kontijensi (Contingency Approach). Penelitian ini juga menggunakan beberapa definisi yang digunakan untuk menjelaskan pengertian masing-masing variabel.

2.1.1 Goal-Setting Theory

Goal-Setting Theory (teori penetapan tujuan) mengisyaratkan bahwa seorang individu berkomitmen pada tujuan (Robbins, 2015:137). Jika seorang individu memiliki komitmen untuk mencapai tujuannya, maka komitmen tersebut akan memengaruhi tindakannya dan konsekuensi kinerjanya. Goal-setting theory menjelaskan bahwa adanya hubungan yang tidak terpisahkan antara penetapan tujuan dan kinerja. Berdasarkan teori ini suatu individu menentukan tujuan atas perilakunya pada masa depan dan tujuan itu akan membawa pengaruh pada perilaku orang tersebut (Arthana, 2016).

Goal- setting theory merupakan salah satu bentuk teori motivasi. Tujuan yang ditetapkan oleh seseorang, akan menentukan seberapa besar komitmen yang dimiliki seseorang tersebut dalam berkinerja untuk dapat mencapai tujuannya

(2)

tersebut. Goal-Setting Theory bertujuan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan menetapkan secara spesifik hasil yang diharapkan ke arah mana individu, kelompok dan organisasi bekerja (Siagian, 2004:191). Individu harus mempunyai keterampilan, mempunyai tujuan dan menerima umpan balik untuk menilai kinerjanya. Capaian atas sasaran (tujuan) mempunyai pengaruh terhadap perilaku pegawai dan kinerja dalam organisasi (Luneburg, 2011). Capaian atas sasaran (tujuan) yang ditetapkan dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Individu harus memiliki kemampuan yang baik dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan serta menerima umpan balik untuk menilai kinerjanya.

Kusuma (2013) menemukan bahwa goal-setting berpengaruh pada ketepatan anggaran. Setiap organisasi yang telah menetapkan sasaran (goal) yang diformulasikan ke dalam perencanaan anggaran dan kompetensi SDM yang tinggi akan lebih mudah untuk mencapai target kinerjanya, dalam hal ini yaitu penyerapan anggaran yang telah ditetapkan. Sebuah anggaran tidak hanya sekedar mengandung rencana dan jumlah nominal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan/program, tetapi juga mengandung sasaran yang ingin dicapai organisasi. Dalam menentukan suatu rencana juga harus diperhatikan strategi apa yang dapat dilakukan dalam mencapai sasarannya tersebut. Berdasarkan pendekatan goal-setting theory keberhasilan penyerapan anggaran merupakan tujuan yang ingin dicapai, sedangkan variabel perencaaan anggaran, kompetensi sumber daya manusia dan teknologi informasi sebagai faktor penentu. Adanya perencanaan anggaran, kompetensi sumber daya manusia yang baik, serta didukung dengan

(3)

penggunaan teknologi informasi, akan menciptakan kecukupan informasi yang dapat meningkatkan pemahaman tentang tujuan anggaran sehingga dapat menciptakan kemungkinan untuk dapat mencapai penyerapan anggaran dengan lebih baik.

2.1.2 Pendekatan Kontinjensi

Brownell (1982) menelaah beberapa penelitian dan menemukan pengaruh kondisional sebagai variabel moderasi terhadap hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Faktor kondisional tersebut dapat dikelompokkan kedalam empat variabel, yaitu: kultur, organisasional, interpersonal, dan individual. Untuk menyelesaikan berbagai pertentangan karena ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut perlu dilakukan pendekatan kontijensi (contingency approach) (Govindarajan, 1986). Beberapa penelitian dalam akuntansi menggunakan pendekatan kontinjensi adalah untuk melihat hubungan variabel-varibel kontesktual seperti ketidakpastian lingkungan (Outley, 1980).

Pendekatan kontinjensi digunakan dalam penelitian ini untuk mengindentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang dapat mempengaruhi penyerapan anggaran. Terdapat beberapa penelitian yang menemukan hasil yang bertentangan mengenai hubungan antara perencanaan anggaran dan kompetensi SDM dengan kemampuan penyerapan anggaran suatu organisasi, sehingga disimpulkan bahwa terdapat variabel lain yang mempengaruhinya. Perbedaan hasil temuan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan kontinjensi. Pendekatan kontinjensi tersebut memungkinkan adanya variabel-variabel yang dapat bertindak sebagai moderating dan intervening. Murray (1990) menjelaskan

(4)

bahwa variabel moderating adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara dua variabel.

Interaksi hubungan antara kemampuan penyerapan anggaran dengan perencanaan anggaran, kompetensi SDM dan teknologi informasi, dapat dijelaskan oleh pendekatan kontinjensi. Pendekatan kontinjensi dalam penelitian ini menjelaskan bahwa perencanaan anggaran dan kompetensi sumber daya manusia dalam penyerapan anggaran akan bergantung pada suatu kondisi tertentu, yaitu penggunaan teknologi informasi.

2.2 Anggaran

Halim dan Damayanti (2007) menyebutkan bahwa anggaran merupakan informasi atau pernyataan mengenai rencana atau kebijakan bidang keuangan dari suatu organisasi atau badan usaha untuk jangka waktu tertentu berupa perkiraan penerimaan dan pengeluaran Negara yang diharapkan akan terjadi pada suatu periode tertentu. Anggaran menunjukkan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah selama periode tersebut dan bagaimana pemerintah membiayai kegiatan tersebut. Dari perspektif sektor publik, anggaran adalah pernyataan kuantitatif dari perencanaan badan-badan pemerintah, yang dinyatakan baik dalam bentuk fisik maupun keuangan atau keduanya. Anggaran publik berisikan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktifitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan datang. Anggaran bagi sektor publik sangat penting karena merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat atau

(5)

rakyat yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Anggaran sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan

2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun, jangka pendek, menengah atau panjang

3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan

4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari penyusunan anggaran

5) Sekali disusun anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

2.2.1 Tingkat Penyerapan Anggaran

Penelitian Kuncoro (2013) menyatakan tingkat penyerapan anggaran adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target rencana yang telah dicapai oleh instansi. Pengukuran penyerapan anggaran dilakukan dengan cara menghitung proporsi/ prerentase jumlah anggaran yang telah direalisasikan dalam satu tahun anggaran terhadap jumlah pagu anggaran (Noviwijaya & Rohman, 2013). Secara sederhana penyerapan anggaran dapat diartikan perbandingan antara anggaran dan realisasinya.

Penyerapan anggaran, khususnya belanja barang dan jasa, memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Setiap instansi pemerintah harus selalu memperhatiakan pengeluarannya, agar belanja di setiap kegiatannya dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan

(6)

sebelumnya. Hingga saat ini salah satu indikator yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah organisasi sektor publik yaitu dari besarnya penyerapan anggaran. Penyerapan anggaran menggambarkan kemampuan suatu organisasi dalam melaksanakan dan mempertanggungjawabkan setiap kegiatan yang telah direncanakannya (Mardiasmo,2009). Kinerja publik akan dinilai berdasarkan tingkat penyerapan anggaran. Penilaian kinerja dilakukan dengan menganalisis perbedaan atau selisih antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan (Mardiasmo, 2009:123).

Penyerapan anggaran yang tepat waktu akan menghasilkan penyerapan yang proporsional, berarti penyerapan anggaran relatif memenuhi jumlah persentase yang hampir sama pada setiap periode dengan target penyerapan anggaran yang proporsional adalah 25% per triwulan. Proporsionalitas penyerapan anggaran ini diukur dengan menghitung selisih antara tingkat realisasi anggaran pertriwulan dengan target penyerapan anggaran per triwulan (Suhartono,2011).

2.3 Perencanaan Anggaran

Conyers dan Hills dalam Kuncoro (2012: 50), perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa mendatang. Ridhotullah dan Jauhar (2015) menyatakan bahwa perencanaan, memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber daya yang dimiliki. Proses perencanaan akan menghasilkan rencana. Selanjutnya untuk dapat melaksanakan rencana yang telah dibuat dilakukanlah penyusunan anggaran yang merupakan proses pengoperasionalan rencana dalam

(7)

bentuk pengkuantifikasian, dalam unit moneter, untuk kurun waktu tertentu. Menurut Notoatmodjo (2003:14) perencanaan adalah inti manajemen karena semua kegiatan organisasi yang bersangkutan didasarkan pada rencana tersebut. Anggaran merupakan alat perencanaan sekaligus pengendalian pemerintah. Anggaran sebagai alat perencanaan mengindikasikan target yang harus dicapai pemerintah sedangkan anggaran sebagai alat pengendalian mengindikasikan alokasi sumber dana yang telah disetujui oleh pihak legislatif untuk dibelanjakan oleh pemerintah dalam satu periode anggaran (Mardiasmo 2009).

Beberapa permasalahan yang sering terjadi dalam perencanaan anggaran yang mengakibatkan rendahnya penyerapan anggaran menurut Yunarto (2011), diantaranya: 1) Perencanaan kegiatan tidak sesuai dengan kebutuhan; 2) Data pendukung yang tidak lengkap pada saat penyusunan anggaran; 3) Salah penentuan akun sehingga perlu merevisi dokumen anggaran; 4) Penyusunan pagu anggaran yang tidak sesuai harga pasar; 5) Term of Reference (TOR) salah/tidak lengkap; 6) Rencana Anggaran Belanja (RAB) tidak sesuai dengan satuan biaya; dan 7) Tidak adanya formalisasi rencana penarikan anggaran. Perencanaan anggaran disini membicarakan bagaimana mendapatkan uang dan cara penempatan (mengalokasikan) yang seharusnya, sehingga penggunaan dana sedapat mungkin tepat sasaran atau tujuan yang sebenarnya.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (2013) menyatakan bahwa perencanaan sebagai acuan bagi penganggaran pada dasarnya adalah proses untuk menyusun rencana pendapatan, belanja, dan pembiayaan untuk suatu jangka waktu tertentu. Menurut Siegel dan Marconi (1989), partisipasi bawahan dalam

(8)

perencanaan anggaran mempunyai hubungan yang positif dengan pencapaian tujuan organisasi. Glenngard & Maina (2007) mengidentifikasi permasalahan terkait dengan kemampuan untuk menghabiskan anggaran yang tersedia disebabkan oleh terpecahnya proses perencanaan dalam alokasi keuangan karena lemahnya kapasitas perencanaan di semua tingkatan dalam sistem. Perencanaan anggaran yang tidak matang akan berdampak pada tidak berjalannya program kerja dengan baik, hal ini karena tidak selarasnya antara perencanaan anggaran dan program kerja yang akan dilaksanakan sehingga menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat penyerapan anggaran.

Perencanaan anggaran dalam analisis ini berfokus pada proses administrasi dan teknis yang terlibat dalam menerjemahkan prioritas yang mungkin telah diidentifikasi dalam dokumen perencanaan strategis dalam bentuk program atau kegiatan dan rincian anggaran sampai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) siap untuk dilaksanakan. Perencanaan anggaran yang lemah dalam mengusulkan kegiatan memberikan kontribusi atas keterlambatan penyusunan anggaran (World Bank, 2012).

Dokumen perencanaan tersebut meliputi Rencana Strategis, Rencana Kerja dan Rencana Kegiatan dan Anggaran. Alokasi anggaran yang dikelola Satuan Kerja tercermin dalam RKA yang merupakan dokumen yang bersifat tahunan. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan yang merupakan penjabaran

(9)

dari Rencana Kerja Kemerterian dan Lembaga dan Rencana Strategis Kementerian dan Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. RKA-KL inilah yang menjadi muara dari dokumen perencanaan dan penganggaran. Selanjutnya RKA-KL ini akan menjadi dasar ditetapkannya daftar isian pelaksanaan anggaran yaitu DIPA. Menurut Philips (2000) perencanaan stratejik yang efektif sangat berpengaruh pada kinerja keuangan. Untuk itu anggaran menjadi sangat penting karena ketidaktepatan dan ketidakefektifan perencanaan anggaran akan dapat menggagalkan pencapaian tujuan, sehingga penyerapan anggaran akan rendah atau tidak baik (Jauhari, 2017).

2.4 Kompetensi Sumber Daya Manusia

Sutrisno (2010 : 202) menyatakan bahwa secara etimologi, kompetensi diartikan sebagai dimensi perilaku keahlian atau keunggulan seorang pemimpin atau staf yang mempunyai keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang baik. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) serta sikap (attitude) yang dimiliki seorang staf atau pimpinan yang dapat mempengaruhi kinerja mereka atau tugas lainnya secara efektif dan efisien atau sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Kemampuan yang dimiliki oleh manusia dapat digunakan untuk mencapai tujuan pribadi maupun organisasi dimana orang tersebut bekerja atau menjadi bagian dari organisasi tersebut. Sumber daya manusia merupakan bagian penting dari suatu organisasi atau perusahaan. Perusahaan atau organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang memiliki skill yang kompeten dengan tugasnya

(10)

merupakan human capital yang sangat bernilai bagi perusahaan (Putri, 2015). Seseorang yang memiliki kompetensi akan bekerja dengan pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat bekerja dengan mudah, cepat, intuitif, dan dengan pengalamannya bisa meminimalisir kesalahan (Syarifudin, A. 2014).

Sumber daya manusia harus dikelola sebaik mungkin agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal pada organisasi. Tanpa sumber daya manusia yang baik dan berkualitas, sebuah organisasi yang memiliki tujuan yang bagus serta sarana dan prasarana yang canggih akan sulit mencapai tujuannya (Harsono, 2011). Kompetensi SDM juga harus selalu ditingkatkan melalui penempatan karyawan, pelatihan dan pemberian kompensasi yang adil termasuk berbagai fasilitas kesejahteraan seperti asuransi ketenagakerjaan, asuransi kesehatan, dan tunjangan hari tua karyawan. Spencer and I Spencer (1993) menyatakan terdapat lima karakteristik yang membentuk kompetensi antara lain: 1) Pengetahuan adalah informasi terkait suatu area aspek spesifik tertentu

yang dimiliki seseorang.

2) Keterampilan adalah kemampuan dalam melakukan serangkaian tugas fisik ataupun mental tertentu.

3) Karakter pribadi adalah ciri fisik dan respon/reaksi yang dilakukan secara tetap terkait suatu informasi atau situasi.

4) Konsep diri adalah perangkat sikap, system nilai atau citra diri yang dimiliki seseorang.

(11)

5) Motif adalah sesuatu yang dipikirkan atau diinginkan seseorang yang selanjutnya akan menuntun, memberi arah dan menentukan suatu perilaku tertentu pada sejumlah tujuan.

Dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, maka SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang didukung dengan latar belakang pendidikan, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan dan mempunyai pengalaman di bidang keuangan (Wansyah et al., 2012). Kompetensi sumber daya manusia dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti dan dari keterampilan dalam pelaksanaan tugas (Fadila, 2013). Penelitian Kesuma et al. (2014) menyatakan bahwa sumber daya manusia yang tepatlah yang akan menjadi aset berharga dalam organisasi. Hal tersebut mendukung hasil penelitian Kamukama et al. (2010) yang menyatakan bahwa human capital (pendidikan, pengalaman, keterampilan, sikap, kreatifitas) berpengaruh secara positif signifikan terhadap kinerja keuangan lembaga keuangan mikro di Uganda. Suatu organisasi yang ingin mencapai kinerja yang maksimal, maka harus memiliki SDM yang berkualitas. Hal tersebut dapat dimiliki dengan memperbaiki potensi dari dalam manusia itu sendiri. Untuk menilai kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dalam melaksankaan suatu fungsi, termasuk akuntansi, dapat dilihat dari level of responsibility dan kompetensi sumber daya manusia tersebut. Tanggung jawab dapat dilihat dari deskripsi jabatan. Deskripsi tugas merupakan dasar dalam melaksanakan tugas dengan baik, sehingga dengan adanya deskripsi tugas sumber daya manusia dapat bekerja dengan lebih baik (Alimbudiono & Fidelis, 2004).

(12)

2.5 Penggunaan Teknologi Informasi

Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi (Wilkinson et al., 2000). Teknologi informasi dapat digunakan dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan (Maharsi, 2000). Teknologi informasi menurut Darwanis dan Desi (2009) adalah teknologi yang mempunyai kemampuan sedemikian rupa untuk menangkap (capture), menyimpan (store), mengolah (process), mengambil kembali (retrieve), menampilkan (represent) dan menyebarkan (transmit) informasi. Penggunaan teknologi informsi tidak hanya termasuk perangkat komputerasi (hardware) dan aplikasi pendukung (software) saja, tetapi juga sumber daya manusia yang menggunakannya (brainware). Menurut Indriasari dan Nahartyo (2008), teknologi informasi selain sebagai teknologi komputer (hardware dan software) untuk pemrosesan dan penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi komunikasi untuk penyebaran informasi. Komputer sebagai salah satu komponen dari teknologi informasi merupakan alat yang bisa melipatgandakan kemampuan yang dimiliki manusia dan komputer juga bisa mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin tidak mampu melakukannya.

Perkembangan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan pada organisasi bisnis tetapi juga pada organisasi sektor publik, termasuk pemerintahan. Teknologi informasi menunjukkan bahwa pengolahan data dengan memanfaatkan teknologi informasi (komputer dan jaringan) memberikan banyak

(13)

keunggulan baik dari sisi keakuratan/ketepatan hasil operasi maupun predikatnya sebagai mesin multiguna. Proses perubahan cara kerja manual kedalam sistem yang terkomputerisasi diharapkan akan membuat pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat sehingga kinerja organisasi secara keseluruhan dapat meningkat (Jurnali dan Supomo, 2002). Pemanfaatan teknologi informasi juga mengurangi kesalahan yang terjadi.

Sistem informasi pengelolaan keuangan negara merupakan suatu sistem yang digunakan oleh pemerintah untuk memperoleh informasi tentang pengelolaan keuangan negara. Sistem informasi pengelolaan keuangan negara diperlukan oleh pemerintah sebagai salah satu alat untuk melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan keuangan setiap unit kerja. Sistem informasi pengelolaan keuangan ini juga dapat membantu pimpinan dalam memonitor sejauh mana suatu program atau kegiatan telah terlaksana, sudah seberapa besar penyerapan dana atas program atau kegiatan yang telah dilakukan, sehingga penggunaan teknologi informasi ini berperan dalam membantu pimpinan dalam mengambil keputusan.

Penerapan teknologi informasi sangat membantu sumber daya manusia dalam melaksanakan tugasnya dari sebuah organisasi. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi akan berpengaruh pada perubahan efektivitas pengelolaan anggaran. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi menyebabkan meningkatnya efektivitas pengelolaan anggaran (Sukarta dkk, 2017). Pemanfaatan teknologi informasi yang tepat dan didukung oleh keahlian personil yang mengoperasikannya dapat meningkatkan kinerja perusahaan maupun kinerja

(14)

individu yang bersangkutan (Nasir, 2010). Indikator yang dipergunakan dalam menilai pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pembuatan laporan kinerja keuangan pemerintah daerah adalah: proses akuntansi, software atau program yang sesuai perundang-undangan, laporan akuntansi yang terintegrasi dan software aplikasi yang terintegrasi dengan SIPKD (Arfianti, 2011).

2.6 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penyerapan anggaran, antara lain, Ruwaida (2015) dalam penelitiannya tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Anggaran Belanja Pendidikan Di Provinsi Aceh, menyatakan bahwa perencanaaan, peraturan, sumber daya manusia, teknis, koordinasi dan pengadaan barang dan jasa berpengaruh terhadap realisasi anggaran belanja pendidikan.

Penelitian Kurniawan (2014) tentang Pengaruh Perencanaan Anggaran, Kompetensi Pegawai, Reformasi Birokrasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Motivasi Dan Penyerapan Anggaran. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh satuan kerja (satker) pada kementerian Negara/lembaga dalam lingkup wilayah bayar KPPN Klaten sebanyak 108 satker, dengan menggunakan teknik analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan anggaran, reformasi birokrasi dan disiplin kerja berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi anggaran. Sedangkan kompetensi pegawai berpengaruh negatif signifikan terhadap motivasi. Hasil penelitian selanjutnya yaitu perencanaan anggaran, kompetensi pegawai, reformasi birokrasi, disiplin kerja berpengaruh

(15)

positif signifikan terhadap penyerapan anggaran. Sedangkan motivasi berpengaruh negatif signifikan terhadap penyerapan anggaran.

Fadila (2013) meneliti tentang Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada SKPD Di Kabupaten Pasman Barat), dengan menggunakan teknik analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukan kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpenagruh signifikan dan positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.

Zarinah et al. (2016) melakukan penelitian dengan judul pengaruh perencanaan anggaran dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat penyerapan anggaran SKPD di Kabupaten Aceh Utara, dengan mengambil populasi sebanyak 63 SKPD Kabupaten Aceh Utara. Alat analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda, menyimpulkan bahwa perencanaan anggaran dan kualitas SDM berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap penyerapan anggaran.

Putri (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Provinsi Bengkulu, dengan sampel penelitian sebanyak 44 responden yang menduduki jabatan yang berkaitan dengan anggaran, dengan menggunakan analisis regresi linier berganda menunjukkan kompetensi sumber daya manusia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan anggaran,

(16)

dokumen pengadaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan anggaran dan uang persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan anggaran. Dokumen perencanaan tidak memiliki pengaruh terhadap penyerapan anggaran dan pencatatan administrasi tidak memiliki pengaruh terhadap penyerapan anggaran.

Rifai (2016) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa faktor perencanaan, desentralisasi, koordinasi dan sumber daya manusia tidak berpengaruh pada keterlambatan daya serap anggaran SKPD Pemerintah Propinsi NTB. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, yaitu aparatur yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran dan aparatur yang terlibat dalam proses penatausahaan.

Penelitian tentang penyerapan anggaran juga dilakukan Malahayati (2015). Hasil penelitiannya adalah, secara simultan maupun parsial mendukung hipotesis bahwa kapasitas sumber daya manusia, perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap serapan anggaran SKPD pada Pemerintah Kota Banda Aceh. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 78 Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) dan Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK) yang berasal dari 39 SKPD.

Yumiati et al. (2016) meneliti Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Perencanaan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Serapan Anggaran SKPA di Pemerintah Aceh, dengan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia, perencanaan anggaran, dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap serapan anggaran. Secara parsial

(17)

kualitas sumber daya manusia dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap serapan anggaran, sedangkan perencanaan anggaran berpengaruh negatif terhadap serapan anggaran SKPA di Pemerintah Aceh.

Dewi (2016) meneliti tentang Kemampuan Komiten Organisasi Memoderasi Pengaruh Perencanaan Anggaran dan Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) pada Penyerapan Anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode probability sampling dengan teknik proportionate stratified random sampling, dengan jumlah responden sebanyak sebanyak 251 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi moderasi (Moderated Regression Analysis / MRA), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perencanaan anggaran berpengaruh positif, dan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh negatif pada penyerapan anggaran serta komitmen organisasi tidak memperkuat perencanaan anggaran dan memperkuat kompetensi SDM pada penyerapan anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan.

Alumdiba et al. (2016) meneliti Pengaruh Perencanaan, Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Komitmen Organisasi Terhadap Penyerapan Anggaran Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud, dengan populasi 150 orang dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan perencanaan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud, sedangkan kapasitas sumber daya manusia dan komitmen organisasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan Anggaran Belanja Daerah.

(18)

Berdasarkan rujukan beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan saat ini, seperti variabel bebas, variabel moderasi, periode penelitian, teknik sampling, teknik analisis data, jumlah responden, objek penelitian dan lokasi penelitian. Adapun perbedaan tersebut yaitu (1) variabel bebas penelitian ini menggunakan perencanaan anggaran dan kompetensi sumber daya manusia, (2) variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan teknologi informasi, (3) periode penelitian saat ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2018, (4) teknik sampling dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan teknik sampel jenuh/sensus, (5) teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi moderasi (MRA), (6) jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 116 orang dan semua responden dijadikan sampel.

Referensi

Dokumen terkait

e) Aspek Pengusahaan yang memberikan kesempatan dan juga mengatur pemanfaatan obyek wisata yang bertujuan pariwisata bersifat komersial kepada pihak ketiga dan

dispnea , mempunyai jalan nafas yang paten, mengeluarkan sekresi secara efektif, irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal yaitu 40- 60x/menit, penulis

Robbins (2006) Teori disonansi kognitif dikembangkan oleh Leon Festinger pada tahun 1950-an. Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi

Adanya Dukungan Pemerintah Kabupaten melalui jaminan kelancaran operasional USB melalui penyediaan Kepala Sekolah, Guru dan Staf administrasi sesuai dengan kualifikasi

Tujuan dari pelatihan ini adalah memperkenalkan produk olahan daging babi yaitu se’i dan kerupuk kulit babi untuk memotivasi peternak memulai usaha pengolahan

Hasil rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Samarinda yang ditolak oleh para saksi dari partai-partai politik termasuk PDK, tidak pernah diperbaiki dan hal ini telah

Ada empat faktor yang mempengaruhi subsidense: vertical “shrinkage” pada lapisan atas akibat pengeringan, perpaduan (konsolidasi) pada lapisan bawah, Oksidasi

Apabila setelah diadakan segala usaha di mana pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindarkan, maka pengusaha harus merundingkan maksudnya untuk memutuskan hubungan