• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisah Teladan Kaum Perempuan di Seputar Al-Qur an: Sebuah Inspirasi dalam Membentuk Pendidikan Karakter 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kisah Teladan Kaum Perempuan di Seputar Al-Qur an: Sebuah Inspirasi dalam Membentuk Pendidikan Karakter 1"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Kisah Teladan Kaum Perempuan di Seputar Al-Qur’an: Sebuah

Inspirasi dalam Membentuk Pendidikan Karakter

1

Anisah Indriati

Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta anisahindriati@yahoo.com

Abstrak

Perempuan telah menjadi objek kajian tiada henti dari masa ke masa. Isu perempuan selalu menarik untuk diperbincangkan. Perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kebudayaan. Sejarah telah mencatat bahwa peran perempuan dalam ranah publik tidak bisa diabaikan begitu saja. Banyak perempuan yang telah dicatat sejarah dalam perannya yang terus diperjuangkan ditengah-tengah didominasi kaum adam. Baik itu dalam ranah publik maupun ranah domestik. Peran perempuan dalam membangun bangsa yang berpendidikanpun tidak bisa diabaikan. Perempuan memiliki peran yang sangat fital dalam menentukan maju dan mundurnya suatu bangsa. Begitupun dalam hal pendidikan. Banyak kisah-kisah teladan yang telah dicatat sejarah yang bisa diambil pelajarannya. Namun sayangnya kisah itu sering kali diabaikan bahkan dilupakan. Artikel ini mengkaji tentang kisah-kisah keteladanan kaum perempuan yang digambarkan al-Qur’an. Al-Qur’an telah menegaskan bahwa perempuan juga memiliki peran yang sama dengan laki-laki. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa perempuan bisa bersaing baik dalam berpolitik, kebebasan dalam berpendapat, kemandirian dalam ekonomi/berkarir dan juga hak dalam berpendidikan. Penegasan al-Qur’an ini telah membuktikan bahwa kaum perempuan memiliki kemampuan dan juga hak yang sama dengan laki-laki. Dari penegasan al-Qur’an ini jelaslah bahwa al-Qur’an menjunjung tinggi martabat kaum perempuan yang selama ini masih terus terabaikan.

[Women have become the object of endless study from time to time. The issue of women is always interesting to be discussed. Women have a very important role in developing culture. History has noted that the role of women in the public sphere can not be ignored. Many women who have recorded the history of the role that continues to be fought in the midst dominated Adam. Both in the public and in the domestic sphere. The role of women in

1 Terselesaikannya artikel ini penulis dibantu oleh asisten penulis, yaitu M. Nurdin

Zuhdi. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih atas bantuan dan terselesaikannya artikel sederhana ini.

(2)

building an educated nation could not be ignored. Women have a vital role in determining the development level of a nation. Likewise in the case of education. Many stories have been recorded examples in history to take lessons. Unfortunately, the story is often ignored or even be forgotten. This article examines the stories of exemplary women who described the Qur’an. The Qur’an has been asserted that women also have a role similar to that of men. It also confirms that women can compete well in politics, freedom of opinion, independence in economic / career and also the right to education. Affirmation of the Qur’an has been proven that women have the ability and also the same rights as men. From the affirmation of the Qur’an is it clear, that the Qur’an upholds the dignity of women that still continues ignored.]

Abstrak: Perempuan, Gender, Politik, Karir dan Pendidikan

A. Pendahuluan

Keteladanan merupakan pendidikan yang paling fital dalam membentuk karakter seseorang. Namun sayangnya tidak semua pendidik— guru, dosen, ustadz—mampu menjadi teladan. Para pendidik yang ada masih sebatas pengajar, belum menjelma sebagai teladan yang pantas ditiru tindak tanduknya. Ini merupakan bentuk keperihatinan tersendiri. Krisis keteladanan dalam sosok pengajar merupakan cermin kroposnya pendidikan. Karena keteladanan merupakan salah satu metode dalam mendidik yang paling efektif. Dengan keteladanan seorang pelajar akan cenderungkan meniru yang mengajar. Anak-anak akan cenderung meniru apa yang telah dilakukan oleh orang tuanya. begitupun dengan pendidik. Para pendidikan seharunya bukan hanya mengajar, namun mereka juga seharunya mampu menghadirkan sikap dan perbuatan sebagai bentuk keteladanan. Pada era modern sekarang keteladanan cenderung menghilang dan dianggap tidak penting. Bahkan, pada era sekarang sosok pemimpin yang pantas di jadikan teladan sulit untuk ditemukan. Para anak didik malah cenderung meneladani para artis-artis yang mereka idolakan. Irosnisnya lagi, pada saat yang sama kita disuguhkan para pemimpin yang meberikan “teladan negatif” dalam bentuk korupsi yang membabi buta.

(3)

Pendidikan karakter yang digembor-gemborkan pemerintah pada akhir-akhir ini sepertinya susah terealisasikan tanpa adanya keteladanan yang menjelma pada sosok para pendidik dan pemimpin. Namun hakikatnya tanggung jawab keteladanan ini bukan hanya tanggung jawab para pendidik semata, namun para orang tua hingga pemerintah sebagai pemimpin wajib dan harus mampu menghadirkan keteladanan yang baik. Di sini perempuan, baik sebagai ibu atau pendidik, merupakan sosok yang penting dalam membentuk karakter anak atau pelajar. Perempuan memiliki peran yang cukup besar dalam menciptakan generasi yang unggul dan hebat. Perempuan sudah seharusnya tidak takut bersaing secara global. Perempuan sudah saatnya “mengganggu” dominasi kaum adan yang selama ini “menyisihkan” kaum hawa.

Kisah-kisah kaum perempuan yang telah dicatat oleh sejarah Islam sebenarnya bisa menghadirkan sebuah keteladanan dalam membetuk pendidikan karakter. Kisah-kisah tersebut bisa dijadikan teladan yang mampu meberikan inspirasi dalam membangkitkan motifasi kaum perempuan dalam berprestasi,baik dalam ranah politik, sosial, ekonomi hingga dalam hal pendidikan. Namuan sayangnya kisah-kisah kaum perempuan yang telah diceritakan di seputar al-Qur’an tersebut masih sering diabaikan, bahkan yang lebih memperihatinkan lagi sampai dilupakan. Artikel ini mengkaji kembali kisah-kisah kaum permpuan dalam Islam yang tertuang rapih di dalam ayat-ayat al-Qur’an. Bagaimana kisah keteladanan kaum perempuan yang di gambarkan al-Qur’an? Sejauhmana kisah-kisah keteladanan di dalam al-Quur’an tersebut dalam penegasan kesetaraan gender? Artikel sederhana ini berusaha untuk kembali mengorek kisah-kisah kaum perempuan di seputar al-Qur’an yang seharusnya dihadirkan kembali sebagai teladanan, terutama dalam membangun budaya yang berpendidikan dan berkarakter.

(4)

Perempuan selalu menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan. Namun sayangnya, perbincangan tentang perempuan dalam Islam selalu berujung pada kesimpulan bahwa Islam kurang atau bahkan tidak ramah terhadap perempuan. Hal ini terbukti bahwa selama ini posisi perempuan yang lemah dan inferior tergambar jelas dalam fakta empirik di masyarakat Islam maupun dalam lembaran-lembaran historis kitab-kitab ke-Islaman.2

Selama ini, terutama dalam perbincangan isu-isu aktual posisi perempuan selalu menjadi pihak yang diperebutkan (contested). Lihat saja, misalnya dalam perbincangan organisasi keagamaan Islam, terutama dalam diskursus gerakan revivalisme Islam.3 Mengapa perempuan selalu

diperebutkan? Para pemerhati perempaun sepakat menyebutkan, bahwa perempuan diperebutkan tidak lain karena ia merupakan perwujudan dari berbagai simbol: simbol kehidupan; simbol kekuasaan, simbol kebenaran, simbol moralitas, dan simbol kemurnian ajaran agama.4 Dari berbagai

simbol yang strategis inilah perempuan menjadi objek yang menarik untuk diperebutkan, baik oleh kalangan sekularis terlebih lagi bagi kalangan revivalis. Alasannya adalah dengan menaklukkan perempuan berarti telah mengusai kehidupan, mengontrol kekuasaan, membela kebenaran, menjaga moralitas dan mengembalikan kemurnian ajaran agama. Maka sangatlah wajar jika perempuan menjadi isu yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan. Namun sayangnya isu-isu perbebincangan tentang kaum perempuan ini lagi-lagi berujung kepada kisah sedih kaum perempuan yang terbelenggu. Hampir semua kisah tentang perempuan ini berakhir dengan 2 Lihat misalnya tentang catatan keterpurukan kaum perempuan dalam, Budi

Wahyuni, “Keterpurukan Perempuan dalam Bingkai Agama dan Demokrasi: Sebuah Catatan pengalaman” dalam M. Subkhi Ridho (ed.), Perempuan Agama dan Demokrasi (Yogyakarta: LSIP, 2007), hlm. 69-80.

3 Lihat, M. Nurdin Zuhdi, “Perempuan dalam Revivalisme: Gerakan Revivalisme

Islam dan Politik Anti Feminisme di Indonesia,” Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam, Vol. 9, No. 2, Juli 2010; lihat juga, M. Nurdin Zuhdi, “Kritik terhadap Pemikiran Gerakan Revivalisme Islam di Indonesia”, dalam Akademika Jurnal Pemikiran Islam,Vol. XVII, No. 02, 2012.

4 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press,

(5)

cerita keterpurukan dan penindasan kaum perempuan. Sejarah pun telah mencatat bahwa kisah-kisah kaum prempuan ini berujung kepada dikebirinya hak-hak kaum perempuan, baik itu dalam ranah domestik dimana perempuan menjadi budak dan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dalam ranah publik pun kisah perempuan ini tidak lebih baik dari ranah domestik, dimana kaum perempuan sering—untuk tidak megnatakan tidak—diberikan hak dalam berpendapat, berpolitik, memperoleh pendidikan yang layak hingga diharamkannya perempuan menjadi pemimpin negara.

Sebelum al-Qur’an diturunkan, posisi perempuan sungguh sangat termarjinalkan. Bukan hanya di kawasan semenanjung Arab Jahiliyyah saja, namun hampir di semua agama dan peradaban. Quraish Shihab menjelaskan bahwa pada puncak peradaban Yunani, perempuan merupakan alat pemenuhan naluri seks laki-laki.5 Kaum laki-laki pada

masa itu memiliki kebebasan yang tidak terbatas dalam menindas kaum perempuan. Kaum perempuan pada masa itu benar-benar sebagai alat dalam memenuhi hasrat seksual kaum laki-laki. Kaum perempuan dianggap sebagai barang yang dipuja namun terhina. Maka tidak heran jika pada masa-masa itu banyak ditemukan patung-patung telanjang. Patung-patung tersebut menandakan pola pikir dan kebiasan peradaban Yunani saat itu pada orientasi seksual.

Selain peradaban Yunani, peradaban Romawi juga menjadikan kaum perempuan sepenuhnya berada di bawah kekuasaan ayahnya. Ayahnya memiliki kekuasaan mutlak dalam mengatur dan menentukan hidup anak perempuannya. Ketika seorang anak perempuan telah menikah maka sang ayah memberikan alih kekuasaan kepada suaminya. Menurut Quraish Shihab, kekuasaan ini mencakup kewenangan menjual, mengusir, menganiyaya dan membunuh. Ini berlasung hingga abad V Masehi. 6

5 M. Quraish Shihab, “Kata Pengantar Kesetaraan Jender dalam Islam”, dalam

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 1999), hlm. xxiii.

(6)

Lebih parah lagi adalah peradaban Hindu dan Cina. Kedua peradaban ini sungguh kejam dalam memperlakukan kaum perempuan. Pada peradaban Hindu dan Cina, hak hidup bagi seorang perempuan yang bersuami harus berakhir pada saat kematian suaminya. Dalam tradisi dua peradaban tersebut, ketika seorang suami mati maka mayatnya harus dibakar, dan pada saat mayat suami tersebut dibakar maka sang istri harus ikut dibakar dalam keadaan hidup-hidup. Tradisi ini baru berakhir pada abad XVII Masehi.7

Masih ingat dengan cerita seorang dokter perempuan pertama dari Geneve University bernama Elizabeth Blackwill pada tahun 1849? Orang-orang di sekitarnya memboikotnya dengan alasan bahwa perempuan tidak layak memperoleh pendidikan. Inggris juga pernah menjadi Negara yang terkenal dengan kebiasaan para suami yang menjual istrinya. Hal tersebut bisa dilihat dari lukisan karya Thomas Rowlandson yang berjudul “Menjual Istri (1812-1814).

Karya Thomas Rowlandson, “Menjual Istri” (1812-1814). Sumber http:// id.wikipedia.org

(7)

Lukisan karya Thomas tersebut menggambarkan kebiasaan laki-laki Inggris menjual istrinya kepada laki-laki lain. Kebiasaan itu telah menjadi budaya yang mengakar. Penjualan istri pada masa itu seolah-olah seperti pelelangan barang. Terlihat jelas dalam lukisan tersebut bahwa penjualan perempuan pada masa itu seperti menjual barang dagangan saja. Penjualan istri pada saat itu dengan cara dipamerkan ditengah kerumunan laki-laki, bahkan dalam lukisan tersebut tampak ada dua ekor anjing yang ikut mengeruminya. Genderang musikpun tampak menghiasai dalam penjualan istri tersebut. Bahkan menurut catatan sejarah digambarkan istri yang dijual pada masa itu dengan cara diikat leher dan tangannya. Kemudian penjualan istri tersebut diberikan kepada penawar yang lebih tinggi. Siapa yang nilai tawarnya lebih tinggi maka dialah yang memenangkannya. Bahkan penjualan istri pada masa itu yang tergambar dalam kuisan Thomas penuh dengan gelak tawa.8 Kebiasaan laki-laki

Ingris dalam menjual istrinya merupakan suatu cara untuk mengakhiri pernikahan yang tidak memuaskan.

Gambaran keterpurukan perempuan akibat dominasi laki-laki juga tercermin dalam novel karya Nawal el-Saadawi yang berjudul Women at Point Zero.9 Novel ini diangkat dari kisah nyata seroang perempuan

Mesir yang dipenjara dan sedang menanti hukuman mati akibat kasus pembunuhan germo. Namun ironisnya Firdaus sang tokoh utama dalam novel ini menyambut gembira hukuman mati tersebut. Bahkan dengan tegas ia menolak grasi kepada presiden yang diusulkan oleh dokter penjara.

8 Lihat,Rachel Anne Vaessen, “Humour, Halters and Humiliation: Wife Sale as

Theatre and Self-divorce”, Thesis In the Departement of History, Simon Fraser University, 2006.

9 Nawal el-Saadawi, Women at Point Zero, (London: Zed Book Ltd., 1983). Pada tahun

1989 novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Amir Sutaarga dengan judul Perempuan di Titik Nol yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia.

(8)

Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati.10

Itulah gambaran sekilas kisah kaum perempuan sebelum Islam datang. Kaum perempuan pada masa sebelum Islam datang sungguh tidak ada nilainya dimata kaum adam. Laki-laki sewenang-wenang dalam memperlakukan kaum perempuan. Namun bukan berarti pada masa sekerang sisa-sisa perlakukan tidak manusiawi itu hilang. Lihat saja misalanya penjualan kaum perempuan yang bermodus TKW, penganiayaan TKW di beberapa Negara seperi Arab Saudi dan Malaysia yang berujung cacat dan bahkan kematian. Bahkan banyak TKW asal Indonesia yang saat ini sedang menanti vonis mati dengan berbagai macam kasus. Misalnya saja kasus pada awal 2014 tentang penyiksaan TKW asal Ngawi Jawa Timur bernama Erwiana Sulistiyanigsih yang mengguncang dunia yang disiksa oleh majikannya di Hong Kong. Negara dengan mayoritas penduduknya Muslim seperti Indonesia, Malaysia hingga Arab Saudi pun masih belum ramah terhadap kaum perempuan. Perbudakan terhadap kaum perempuan di tiga Negara tersebut masih saja terjadi. Misalnya saja kasus trafficking yang dilaporkan oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat telah menangani 338 kasus yang melibatkan perempuan dan anak pada tahun 2012. Dan masih banyak lagi fakta-fakta miris yang menimpa kaum perempuan. Yang memperihatinkan justru pemerintah kurang peduli dengan fakta-fakta tersebut, pemerintah terlalu disibukkan dengan para pejabat yang rakus memakan uang rakyat.

C. Kisah Teladan Kaum Perempuan dalam Al-Qur’an

Perbincangan seputar perempuan dari masa klasik hingga sampai era kontemporer selalu menarik perhatian. Selama ini perempuan cenderung di posisikan sebagai pihak yang termarjinalkan. Jika menyimak kembali sejarah perempuan sebelum Islam datang, nasib kaum hawa sangat

10 Nawal el-Saadawi, Perempuan di Titik Nol, cet. 9, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

(9)

memprihatinkan. Perempuan pada masa sebelum Islam datang seperti harta benda yang juga diperjual belikan. Jangankan mendapatkan warisan, bahkan perempuan pada masa jahiliyah justru diwariskan. Laki-laki pada masa itu memiliki lebih dari satu isteri, atau bahkan jumlahnya ratusan istri adalah sebuah kebiasaan yang telah menjadi budaya poligamisme. Budaya poligamisme tersebut pada masa-masa sebelum Islam datang sangatlah kuat. Sehingga sangatlah sulit untuk menghilangkan budaya yang sudah megngakar tersebut. Namun situasinya berubah setelah Islam datang. Perempuan yang awalnya tidak mendapatkan warisan mendapatkan bagian warisan. Walaupun jumlah harta warisan bagi perempuan tidak sama, yaitu satu banding dua, namun hal tersbut merupakan perubahan yang luar biasa. Poligamipun dibatisi minimal empat isteri, itupun dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.11

Selain mendapatkan hak harta warisan dan pembatasan jumlah maksimal poligami, Islam juga memberikan gambaran bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama sebagaimana kaum pria dalam berpendapat, kesempatan dalam menjadi pemimpin, berkarir dan bahkan Islampun menganjurkan bahwa perempuan juga berhak dalam memperoleh pendidikan yang layak sebagaimana kaum pria. Ada beberapa kisah-kisah perempuan yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an yang menggambarkan kesetaraan perempuan.

1. Kisah Perempuan dalam Berpendapat

Sebelum Islam datang, sejarah telah membuktikan bahwa kaum perempuan tidak memiliki hak dalam bermusyawarah, terutama dalam masalah pemerintahan. Bahkan ketika Islam sudah datang pun masih banyak anggapan bahwa perempuan tidak memiliki kepantasan dalam berpendapat. Padahal al-Qur’an telah memberikan kisah teladan tentang perempuan yang juga diberikan kesempatan dalam berpendat. Jika melihat kembali pada catatan sejarah di zaman Rasulullah saw., kaum

(10)

perempuan digambarkan sebagai perempuan yang aktif, sopan, namun tetap terpelihara akhlaknya. Bahkan di dalam al-Qur’an digambarkan bolehnya perempuan berbeda pendapat dalam berdiskusi dengan lelaki termasuk suami dan atau ayahnya sekalipun. Contohnya adalah ketika al-Qur’an mengabadikan peristiwa diskusi seorang perempuan dengan Rasul Muhammad saw., yang ketika itu terkesan bahwa Nabi saw. masih hendak memberlakukan adat yang mengurangi hak-hak perempuan.12 Di dalam

ayat ini, Allah membenarkan pendapat perempuan tersebut. Q.S. Al-Mujadalah [58]: 1-3:

اَمُكَرُواََت ُعَمْسَ� ُهَّللاَو ِهَّللا َلِإ يِكَتْشَ�َو اَهِجْوَز ِف َكُلِداَُت ِتيَّلا َلْوَيق ُهَّللا َعَِس ْدَق

ْنِإ ْمِِتاَهَّمُأ َّنُه اَم ْمِهِئاَسِن ْنِم ْمُكْنِم َنوُرِهاَظُ� َن�ِذَّلا

)1(

ٌيرِصَب ٌعي َِس َهَّللا َّنِإ

ٌّوُفَعَل َهَّللا َّنِإَو اًروُزَو ِلْوَقْلا َنِم اًرَكْنُم َنوُلوُقَييَل ْمُهَّينِإَو ْمُهَينْدَلَو يِئ َّللا َّلِإ ْمُهُي�اَهَّمُأ

ِلْبَيق ْنِم ٍةَبَيقَر ُر�ِرْحَتَيف اوُلاَق اَمِل َنوُدوُعَي� َُّثم ْمِهِئاَسِن ْنِم َنوُرِهاَظُ� َن�ِذَّلاَو

)2(

ٌروُفَغ

)3(

ٌيرِبَخ َنوُلَمْعَي� اَِب ُهَّللاَو ِهِب َنوُظَعوُ� ْمُكِلَذ اَّساَمَتَي� ْنَأ

Artinya:

(1.) Sesungguhnya Allah telah mendengar Perkataan wanita yang mengajukan

gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat. (2.) Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (3.) Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan,

12 M. Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta Sampi Seks, Dari Nikah Mut’ah Sampai

(11)

Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Latar belakang turunya ayat ini adalah tentang persoalan seorang perempuan bernama Khaulah binti Tsa´labah yang telah dizhihar oleh suaminya, Aus ibn Shamit. Kata zhihar merupakan pecahan dari kata zhahrun yang berarti punggung. Dari pecahan kata tersebut maka zhihar diartikan suatu ungkapan dari suami kepada isterinya yang menyerupakan istri dengan punggung ibunya. Dalam konteks ayat ini Shamit mengatakan kepada isterinya: “kamu bagiku seperti punggung ibuku” dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli istrinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat Jahiliyah, kalimat Zhihar seperti itu sudah sama dengan menthalak istri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah. dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: “Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia”. Kemudia Khaulah berkata: “Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak”. Khaulah pun k emudian berulang kali mendesak Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya.

Dalam ayat ini jelas bahwa kaum perempuan diberikan hak untuk memiliki pendapat yang berbeda, bahkan kaum perempuan dibolehkan untuk mengkritik suatu pendapat yang bertentangan dengan maqashid al-Syari’ah. Apa yang telah dicontohkan oleh Kaulah membuktikan bahwa perempuan juga memiliki kecerdasan dan hak untuk berpendapat sekalipun harus berdebat dengan suami atau ayahnya. Selama itu masih dalam jalur yang dibenarkan menurut ketentuan syar’i. Kisah Kaulah menegaskan bahwa seorang perempuan jangan tinggal diam ketika melihat suatu perkara yang bertentangan dengan maqashid al-Syari’ah, terutama yang dapat merugikan dan merendahkan hak-hak kaum perempuan.

(12)

Tidak sedikit para perempuan yang hanya diam saja melihat kesewenangan para kaum laki-laki. Karena menganggap bahwa melawan suami itu sama saja dengan mengundang kemurkaan Tuhan yang menyebabkan para malaikat dan semua penghuni langit mengutuknya. Anggapan ini masih saja diyakini oleh kaum perempuan. Memang benar, istri harus taat kepada ayah dan sumainya, namun selama itu tidak menerjang rambu-rambu agama. Jika ketaatan berujung kepada kesewenang-wenangan yang menyebabkan kepatuhan yang menakutkan maka disutlah terjadi perbudakan. Padahal perempuan dizaman Rasulullah saw. sudah tidak dilarang untuk bersikap dan berpendapat. Dengan demikian budaya patriarkhi yang selama ini mendominasi bisa dikalahkan, atau minimal bisa diimbangi.

2. Kisah Perempuan dalam Berpolitik

Al-Qur’an juga menegaskan bahwa kaum perempuan juga memiliki hak dalam berpolitik. Bahkan al-Qur’an juga menegaskan dengan memberikan gambaran bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin suatu Negara. Kisah kepemimpinan Ratu Balqis pada masanya yang telah dikisahkan di dalam surat An-Naml ayat 44 telah menegaskan bahwa kaum perempuan juga memiliki potensi yang sama dengan kaum adam dalam memimpin suatu Negara.

Q.S. An-Naml (27): 44

ٌحْرَص ُهَّنِإ َلاَق اَهْييَيقاَس ْنَع ْتَفَشَكَو ًةَُّلج ُهْتَبِسَح ُهْ�َأَر اَّمَلَيف َحْرَّصلا يِلُخْدا اََل َليِق

ِّبَر ِهَّلِل َناَمْيَلُس َعَم ُتْمَلْسَأَو يِسْفَين ُتْمَلَظ ِّنيِإ ِّبَر ْتَلاَق َر�ِراَوَيق ْنِم ٌدَّرَُم

)44(

َيِمَلاَعْلا

(13)

Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala Dia

melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.

Ayat di atas mengajarkan sekaligus menegaskan bahwa dalam memimpin suatu Negara tidak hanya kaum pria saja yang bisa, kaum perempuan pun juga memiliki potensi yang sama dalam memimpin Negara. Perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki. Kisah Ratu Balqis yang memimpin Negri Saba’ bisa dijadikan teladan sekaligus inspirasi kaum perempuan pada era sekarang. Dengan pendidikan dan pengalaman yang memadahi maka perempuan juga bisa bersaing dengan kaum pria. Hanya dengan pendidikanlah derajat kaum hawa dapat terangkat. Maka perjuangan kesetaraan dalam hal pendidikan bagi kaum perempuan juga mesti dilakukan. Karena bukan hanya kaum adam saja yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Kaum perempuan juga sudah saatnya mendapatkan pendidikan yang sama dengan kaum pria.

Kepemimpinan perempuan dalam Islam memang masih menjadi perdebatan dikalangan para mufasir, terutama mufasir klasik. Terlebih para ormas Islam garis revivalis bahkan menentang kepemimpinan kaum perempuan. Para penentang kepemimpinan perempuan ini banyak menyetir hadis-hadis yang seolah-olah menyudutkan kaum perempuan. Misalnya saja hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah yang artinya :”Barang siapa menyerahkan urusan pada wanita, maka mereka tidak akan mendapat kemakmuran”. Sebab keluarnya hadis ini adalah ketika Rasulullah mengetahui orang-orang Persia mengangkat seorang wanita untuk menjadi pemimpin mereka. Pada saat itu Rasulullah bertanya: “Siapakah yang telah menggantikannya sebagai pemimpin?”. Jawab Abu Bakrah: “Mereka

(14)

menyerahkan kekuasaan kepada putrinya”. Lalu Rasulullah bersabda sebagaimana bunyi hadis di atas.

Memang banar hadis ini dimuat dalam Shahih Bukhari, namun dalam hal ini Fatima Mernissi mengkritiknya. Mernissi mengklaim seolah-olah ada faktor politik terhadap sebab munculnya hadis ini. Salah satunya adalah faktor sosial historis yang mengitari munculnya hadis ini, yaitu hadis ini mncul ketika Aisyah mengalami kekakahan dalam Perang Jamal saat perang melawan Ali ibn Abi Thalib. Padahal menurut beberapa keterangan sikap awal yang diambil Abu Bakrah adalah bersikap netral. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa Abu Bakrah justru mengungkapkan hadis tersebut yang seolah-olah menyudutkan Aisyah? Selain konteks historis yang dikritik oleh Mernissi, yaitu kritik yang berkenaan dengan siapa itu Abu Bakrah? Menurut Mernissi Abu Bakhrah pada mulanya merupakan seorang budak yang kemudian dimerdekakan. Oleh karena itu, ada kesulitan ketika hendak melacak silsilahnya. Dalam tradisi kesukuan dan aristokrasi bangsa Arab, apabila seseorang tidak memiliki sislsilah yang jelas, maka secara sosial orang tersebut tidak bisa diakui statusnya.13 Bahkan, Imam Ahmad yang melakukan penelitian

biografi para sahabat telah melewatkan Abu Bakrah sebgai salah satu biografi par sahabat.

Diluar semua perdebatan tentang hadis-hadis yang menyudutkan kaum perempuan, al-Qur’an sebagai sumber utama melalui kisah-kisah kaum perempuan yang mampu menjadi pemimpin sutau Negara telah cukup menegaskan bahwa perempuan pun bisa dan juga berhak memimpin suatu Negara. Memang benar ada ayat al-Qur’an yang menegaskan bahwa: “Para laki-laki (suami) adalah pemimpin para perempuan (sitri)”. (Q.S. al-Nisa [4]: 34), namun menurut Quraish Shihab, kepemimpinan ini tidak boleh mengantarkannya kepada kesewenang-wenangan.14 Dari sisi yang lainpun

al-Qur’an juga menegaskan antara laki-laki dan perempuan juga diharuskan 13 Lihat, Fatima Mernissi, The Veil and Male Elite, terjemahan M. Masyhur Abadi,

(Surabaya; Dunia Ilmu, 1997), hlm. 54-74.

(15)

untuk saling musyawarah dan tolong menolong.15 Menurut para mufasir

kontemporer konteks kepemimpinan dalam ayat tersebut adalah konteks rumah tangga atau keluarga. Bukan kepemimpinan dalam konteks Negara. Ayat tersebut tidak menjelaskan secara detail mengenai larangan kaum perempuan dalam memimpin suatu Negara.

3. Kisah Perempuan dalam Kemandirian Ekonomi

Selama ini banyak para ulama yang berbeda pendapat tentang boleh tidaknya perempuan dalam berkarir. Bahkan tidak sedikit beberapa ormas-ormas Islam garis keras sangat melarang kaum perempuan untuk bekerja di luar rumah. Padahal al-Qur’an telah menegaskan bahwa perempuan juga dibolehkan dalam berkarir selama masih dalam batas kewajaran.

Q.S. al-Qashash (28): 23

ِْيَي�أَرْما ُمِِنوُد ْنِم َدَجَوَو َنوُقْسَ� ِساَّنلا َنِم ًةَّمُأ ِهْيَلَع َدَجَو َنَ�ْدَم َءاَم َدَرَو اَّمَلَو

ٌيرِبَك ٌخْيَش اَنوُبَأَو ُءاَعِّرلا َرِدْصُ� َّتَح يِقْسَن َل اَتَلاَق اَمُكُبْطَخ اَم َلاَق ِناَدوُذَ�

)23(

Artinya:

Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana

sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?” kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), 15 Kewajiban dalam bermusyawarah ini digambarkan di dalam surat al-Syura [42]:

38:: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Surat at-Taubah ayat 71 menegaskan tentang tolong-menolong: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(16)

sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak Kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”.

Ayat ini menggambarkan seorang perempuan yang memiliki kemandirian dalam ekonomi. Ayat ini juga memberikan gambarkan bahwa seorang perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dalam berkarir sebagaimana umumnya laki-laki. Namun masih banyak para ulama tafsir, terutama para mufasir yang berparadigma qaul qadim, yang mengharamkan wanita bekerja atau berkarir. Ayat ini menegaskan bahwa permpuan juga memiliki potensi yang sama dalam berkarir sebagaimana laki-laki.

4. Kisah Perempuan Berpengetahuan Luas

Di dalam Islam juga dikisahkan bahwa kaum perempuan juga bisa bersaing dengan kaum laki-laki dalam hal kecerdasan. Islam melalui al-Qur’an telah menegaskan bahwa kaum perempuan juga memiliki hak dalam meraih pendidikan yang layak. Tidak hanya laki-laki yang selalu mendapatkan pendidikan tinggi. Perempuan juga memiliki hak dalam menempuh pendidikan tinggi. Di dalam al-Qur’an juga digambarkan bagaimana kecerdasan perempuan juga mampu menandingi laki-laki. Hal tersebut menggambarkan bahwa perempuan juga memiliki potensi kecerdasan yang sama dengan laki-laki. Maka dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa pendidikan juga penting bagi kaum perempuan. Dalam hal ini al-Qur’an memberikan contoh yang dicatat oleh sejarah bagaimana kecerdasan seorang perempuan sehingga ia berani membantah pandangan Umar Ibnu al-Khaththab ra. menyangkut hak perolehan mas kawin—tanpa pembatasan—yang tadinya hendak diterapkan oleh kepala negara dan khalifah yang kedua tersebut.

Suatu ketika, Umar Ibnu al-Khaththab ra. berpidato menganjurkan agar kaum muslimin jangan mempermahal mas kawin (mahar), dan dalam

(17)

pidatonya terkesan bahwa beliau bermaksud menetapkan pembatasan maksimal mas kawin. Ketika itu, seorang perempuan mengingatkan Umar akan firman Allah dalam QS. An-Nisa [2]: 20:

اًئْيَش ُهْنِم اوُذُخْأَ� َلَيف اًراَطْنِق َّنُهاَدْحِإ ْمُتْيَي�َآَو ٍجْوَز َناَكَم ٍجْوَز َلاَدْبِتْسا ُُتْدَرَأ ْنِإَو

)20(

اًنيِبُم اًْثِإَو اًناَتْهُيب ُهَنوُذُخْأَ�َأ

Artinya:

Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu

telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?

Kata kinthar yang diterjemahkan dengan harta yang banyak menurut Quraish Shihab pada mulanya berarti kulit binatang yang telah disamak, antara lain digunakan sebagai wadah menyimpan harta. Dahulu kata kinthar digunakan untuk menunjuk harta yang dihimpun dalam kulit sapi yang telah disamak. Tentu saja, harta itu cukup banyak karena wadah yang digunakan adalah wadah yang besar, yakni kulit sapi bukan kulit kambing atau kulit kelinci. Kata tersebut kemudian dipahami dalam arti harta yang banyak. Dari ayat ini, dipahami bahwa tidak ada batas maksimal dari mas kawin sehingga perempaun tersebut menegur beliau dengan berkata: “Engkau tidak boleh membatasinya kerena Allah berfirman: Kamu telah memberikan kepada salah seorang di antara mereka qinthar (harta yang banyak).” Umar ra. membatalkan niatnya sambbil berkata: “Seorang perempuan berucap benar dan seorang lelaki keliru”.16

Kaum perempuanpun diizinkan oleh al-Qur’an untuk melakukan gerakan perubahan terhadap berbagai kebobrokan dalam segala hal

(18)

tidak terkecuali dalam sistem politik pemerintahan yang terjadi dan menyampaikan kebenaran. QS. At-Taubah [9]: 71:

ِنَع َنْوَهْينَي�َو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَ� ٍضْعَيب ُءاَيِلْوَأ ْمُهُضْعَيب ُتاَنِمْؤُمْلاَو َنوُنِمْؤُمْلاَو

ُهَّللا ُمُهَُحمْرَييَس َكِئَلوُأ ُهَلوُسَرَو َهَّللا َنوُعيِطُ�َو َةاَكَّزلا َنوُ�ْؤُي�َو َة َلَّصلا َنوُميِقُ�َو ِرَكْنُمْلا

)71(

ٌميِكَح ٌز�ِزَع َهَّللا َّنِإ

Artinya:

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Gerakan-gerakan perubahan yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan dalam mengatasi berbagai kebobrokan bangsa bisa dengan berbagai cara. Misalnya saja dengan menjadi penegak hukum, baik itu polisi, hakim, jaksa dan pengacara. Perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin yang kekuasannya dapat merombak sistem keburukan yang ada baik itu sebagai menteri atau presiden. Perempuan juga bisa menjadi tenaga pendidik dalam mencerdaskan bangsa. Hal-hal semacam ini bisa dilakukan oleh kaum perempuan tentunya dengan bekal pendidikan yang tinggi. Nah, Islam melalui al-Qur’an telah memberikan sinyal tersebut. Al-Qur’an telah mendorong sekaligus menegaskan bahwa pendidikan tidak bisa diabaikan dalam memajukan sutu bangsa. Dan perempuan memiliki andil yang besar dalam memajukan bangsa. Kuncinya adalah pendidikan.

(19)

D. Keteladanan sebagai Dasar Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang berusaha untuk menanmkan nilai-nilai moral, etika atau akhlak yang dapat melekat pada kepribadian seseorang sehingga karakter tersebut melekat dalam setiap pikiran, ucapan dan tindakan. Thomas Lickona menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Dalam pendidikan karakter terkandung beberama unsur melibatkan beberapa aspek diantarnaya adalah aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).17.Dalam mewujudkan pendidikan karakter setidaknya harus

ada beberapa unsur yang terlibat diantaranya keteladanan, kurikulum, ekstrakurikuler, pembiasaan dan rutinitas.

No. Unsur Pendidikan Karakter

1. Teladan

2. Kurikulum

3. Ekstrakurikuler

4. Pembiasaan

5. Pembiasaan

Teladan memiliki posisi yang sangat sentral dalam pembentukan karakter siswa. Siswa atau anak akan cenderung meniru setiap pikiran, ucapan dan tindakan guru atau orang tunya. Maka dalam konteks pendidikkan, guru memiliki peran yang sangat fital dalam menciptakan siswa yang berkarakter. Guru harus bisa menjadi teladan bagi siswa yang dididik.maka guru harus memiliki sikap yang pantas untuk ditiru. Beberapa sikap atau karakter yang harus dimiliki seorang guru diantaranya adalah berakhlak mulia, sikap yang tegas namun santun, arik dan bijak sana dan seterusnya. Karakter-karakter etika yang tinggi ini harus dimiliki oleh seorang pendidikan. Namuan sayangnya tidak banyak guru yang mampu

17 Jejen Musfah, “Pendidikan Karakter Melalui Teladan”, makalah tidak diterbitkan,

(20)

tampil sebagai teldan yang baik. Mungkin banyak guru yang mengajar, tapi sedikit guru yang mampu mendidik. Sedikit sekali guru yang bisa tampi sebagai idola untuk diteladani siswanya. Selain lewat sikap, seorang guru atau pendidik bisa menghadirkan keteladan lewat kisah-kisah inspiratif dari para tokoh yang dapat dijadikan teldan. Cerita tau kisah sangat efektif dalam menanmlan nilai-nilai etika yang termuat dalam kisah atau cerita tertentu.

Untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak salah satunya adalah dengan menceritakan kisah-kisah tokoh inspiratif. Salah satu cara untuk membangkitkan motifasi dalam membangkitkan semangat adalah mengenal kisah-kisah inspiratif. Indoneisa sendiri memiliki cerita-cerita lokal yang cukup menginspiratif. Sebut saja misalnya cerita tokoh-tokoh pewayangan seperti Gatot Kaca, Pandawa Lima dan seterusnya. Dalam membangun karakter kurikulum saja tidak cukup. Dalam mewujudkan pendidikan karakter yang maksimal dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Salah satunya adalah keteladanan yang dicontohkan oleh para pendidik. Keteladanan ini bisa berupa moral dan sikap yang mencerminkan akhlak mulia. Sehingga pendidik tidak hanya mengajar dikelas saja, namuan di luar kelas seorang pendidik wajib memberikan keteladanan yang mulia. Tanpa adanya keteladanan sulit sebuah pendidikan karekter dapat tertanam dengan baik. Keteladanan merupakan cara yang efektif dalam menamkan nilai-nilia moral kepda anak didik. Anak-anak cenderung melihat dan meniru apa yang ia saksikan disekelilingnya. Anak mudah sekali dalam meniru setiap tingkah laku dari orang tua atau gurunya. Maka dalam hal ini keteladanan sangat penting dalam menciptakan pendidikan karakter. Tanpa danya keteladan yang di contohkan rasanya sulit terwujudnya pendidikan karakter.

Dalam hal ini kisah inspiratif para perempuan yang pernah ada yang telah dibahas dalam kajian ini hendaknya bisa membangkitkan gairah untuk menghadirkan semangat baru khususnya pda diri kaum perempuan pada era sekarang. Dalam konteks kejian ini kisah-kisah inspiratif yang telah digambarkan dan dikisahkan dengan baik di dalam al-Qur’an hendaknya

(21)

bisa membangkitkan inspirasi tersendiri bagi umat Islam. Kususnya bagi kaum perempuan, kisah-kisah keteladanan kaum perempuan yang ada pada masa lalu hendaknya dijadikan inspiratif dalam perjuangan membangkitkan kaum perempuan. Kusunya dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Kaum perempuan sudah saatnya bangkit dalam berprestasi, baik dalam ranah domestik hingga dalam ranah publik yang selama ini didominasi oleh kauk laki-laki.

Al-Qur’an telah mengisahkan dengan sangat apik bagaimana seorang perempuan juga berhak dalam berpendapat. Diskusi seorang perempuan dengan Rasul Muhammad saw., yang telah diabadikan di dalam Q.S. Al-Mujadalah [58]: 1-3 adalah sebuah kisah inspiratif yang dapat dijadikan teladan bagi kaum perempuan dalam berpendapat. Dalam ayat tersebut dikisahkan bagaimana seorang perempuan berani menegur Rasulullah yang ketika itu seolah-olah terkesan bahwa Nabi saw. masih hendak memberlakukan adat yang mengurangi hak-hak perempuan.

Surat Al-Mujadalah [58]: 1-3 berbicara tentang persoalan seorang perempuan bernama Khaulah binti Tsa´labah yang telah dizhihar oleh suaminya, Aus ibn Shamit, dengan kata-kata: “kamu bagiku seperti punggung ibuku”. Dalam adat Jahiliyah, kalimat Zhihar seperti itu sudah sama artinya dengan menthalak istri. Sehingga suami dianggap haram bercampur dengan isteri yang telah dizhihar. Dalam kaus ini kemudian Khaulah mengadu kepada Rasulullah s.a.w. Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah—dalam riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: “Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia”. Kemudia Khaulah berkata: “Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak”. Khaulah pun kemudian berulang kali mendesak Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat tentang zhihar ini. Di dalam ayat ini, Allah membenarkan pendapat perempuan tersebut dengan berfirman: “Sesungguhnya Allah telah mendengar Perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.

(22)

Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguh-sungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Selain itu, al-Qur’an juga telah mengkisahnya bagaimana seorang perempuan juga bisa mendiri secara ekonomi.18 Perempuan bisa berkarir

sesuai dengan kemampuan dan bidang yang digelutinya. Tidak ada larangan bagi perempuan berkarir selama hal tersebut dilakukan tanpa melanggar syar’i. Sejarah telah mencatat bagaimana para perempuan/isteri pada zaman Nabi dan sahabat yang yang aktif bekerja. Sebut saja misalanya Ummu Satim binti Malhan yang berkerja sebagai perias pengantin. Bahkan salah satu yang dirias adalah isteri Nabi yang bernama Shafiyah binti Huyay. Istri Nabi saw. yang bernama Zainab binti Jahesy juga pernah aktif berkerja menyimak kulit binatang. Raithah, istri sahabat Nabi Abdullah Ibnu Mas’ud juga aktif bekerja karena suami dan akanya waktu itu tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.19

Sejarah juga telah mencatat bagaimana seorang perempuan telah aktif dalam ranah publik baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dakwah hingga pendidikan. Sebut saja misalnya Khadijah binti Khuwailid istri Nabi saw. yang memiliki peran social sebagai pedagang. Isteri Nabi saw yang lain bernama Saudah binti Zam’ah yang memiliki peran soail dimana beliau ikut hijrah ke Haabayah dan ke Madinah. Penelitian yang dilakukan oleh M. Hadi Masruri juga menyebutkan banyak kaum perempuan yang aktif dalam ranah public, sebut saja misalnya seorang perempuan bernama

18 Q.S. al-Qashash (28): 23

(23)

Asy-Syifa binti Abdillah ibn Syams ibn Khalaf al-Quraisyiyyah yang aktif sebagai peserta baiat dan ikut hijrah ke Madinah. Pada masa Nabi periode Mekkah umat Islam juga mengenal seorang perempuan tangguh bernama Umm ‘Imarah (Nusaibah bint Ka’ab) selain sebagai peserta baiat, ia juga pernah aktif mengikuti dalam dalam berbgai peperangan, seperti perang badar, perang uhud, perang hudaibiyyah, perang Khaibar, perang Hunain dan juga perang al-Yamamah.20

Dalam risetnya Masruri juga menjelaskan banyak perempuan yang aktif dalam ranah publik pada masa Nabi periode Madinah. Sebut saja misalanya Aisyah bint Abi Bakar dan Hafsah bint ‘Umar, keduanya merupakan isteri Nabi yang aktif dalam berbagai bidang social keagamaan. Ada juga sosok peempuan bernama Laila al-Ghifariyyah yang aktif sebagai perawat yang ikut dalam banyak peperangan. Juga seorang perawat bernama Rufaidah al-Anshariyyah seorang perawat yang juga ikut dalam banyak peperangan. Bahkan ketika periode al-Khulafa’a al-Rasyidun Aisyah bint Abi Bakar pernah menjadi panglima perang dan juga sebagai perawi hadis. Pada masa ini juga Hafsah bint ‘Umar pernah ikut terlibat dalam penghimpunan naskah al-Qur’an. Pada masa itu juga tercatat banyak perempuan yang aktif dalam sosial kemasyarakatan seperti Ummu Salamah sebagai perawi hadis, Ummu Darda’ yang dikenal sebagai pendidik, dan seterusnya.

Berikut ini adalah gambar cara kerja bagaimana keteladanan bisa membetuk pribadi yang berkarakter:

20 M. Hadi Masruri, “Sejarah Sosial Perempuan dalam Islam: Masa Nabi dan

al-Khulafa’a ar-Rasyidun”, dalam Ringkasan Disertasi PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015, hlm. 17

(24)

Gambar Cara Kerja Keteladanan dalam Membentuk Karakter

Kisah Perempuan Inspiratif Khatijah binti Khuwailid Khaulah binti Tsa´labah Ratu Balqis Aisyah bint Abi

Bakar Ummu Salamah Ummu Darda’ Dll. Teladan  Kemandirian Ekonomi  Keberanian Berpendapat  Kepemimpinan / Politik  Keilmuan / keagamaan  Sosial Kemasyarakatan  Pendidikan  Dll Sikap/Tindakan Karir/pekerjaan Aktif di LSM atau ormas Terlibat aktif di politik (partai) Pendakwah / pendidik Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan Guru/dosen Dll PENDIDIKAN KARAKTER Pribadi Berkarakter: Moral, Akhlak, Berani, Tegas, Bijak, Mandiri,

(25)

Fakta bahwa banyak kaum perempuan yang telah dicatat dalam sejarah Islam ini telah membuktikan kelemahan pendapat yang mengatakan bahwa perempuan Arab dalam struktur masyarakat Arab sebelum Islam tidak mempunyai peran yang berarti.21 Fakta ini juga menegaskan bahwa

perempuan di masa awal Islam memiliki kebebasan dalam berperan secara aktif dalam berbagai bidang sosial kemasyarakatan. Walaun kenyataannya semakin ke sini fakta bahwa Islam telah memberikan partisipasi dan otoritas kepada kaum perempuan ini mulai merosot dastis. Bahkan pada era sekrang masih banyak kaum perempuan yang termarjinalkan oleh dominasi kaum laki-laki dalam berbagai bidang baik sosial, politik, ekonomi dan bahkan pendidikan dan kesehatan. Hal ini tentu memprihatinkan. Kisah-kisah perempuan inspiratif yang telah dicata oleh sejarah tersebut hendaknya bisa dijadikan pondasi yang kokoh sebagai teladan dalam membangun generasi perempuan yang unggul pada masa kini. Kish-kisah tersebut hendaknya dibuka kembali sebagai teladan dalam membangun semangat berprestasi kaum perempuan dalam persaingannya di era dominasi laki-laki saat ini. Dengan menjadikan kisah-kisah tersebut sebagai teladan dan sumber isnpiatif diharapkan pendidikan karakter dapat terbentuk pada diri perempuan era kini yang mulai kehilangan sumber inspirasi.

Munculnya para tokoh perempuan di dunia baik dari mulai masa klasik hingga kontemporer telah membuktikan bahwa perempuan juga memiliki kemampuan yang setara dengan laki-laki. Sebut saja misalnya kisah isteri Nabi Muhmmad saw. yang pernah mempin perang; ada juga kisah klasik seorang perempuan bernama Ratu Balqis yang memimpin Negeri Saba’. Juga ada tokoh sufi kenamaan yang bernama Rabi’ah al-Adawiyah, sufi pertama yang memperkenalkan ajaran Mahabbah (Cinta) dan seterusnya.

Pada era modern juga banyak tokoh perempuan berpengaruh yang bermunculan, seperti tokoh dari India bernama Indira Gandhi, Perdana Mentri perempuan pertama India yang terkenal tegas dan berani dalam mengambil keputusan di saat-saat sulit. Masih dari India yaitu Sonia

(26)

Gandhi, Pemimpin Partai Kongres India; Margaret Thatcher, Perdana Menteri Britania Raya yang dikenal sebagai “Wanita Besi” karena dikenal dengan sikapnya yang tegas dan keras dalam melawan bekas Uni Soviet. Kita juga mengenal sosok fenomenal, Benazir Bhutto, Perdana Menteri Pakistan yang menjabat dari tahun 1988-1990 dan 1993-1996. Ada juga Corazon Aquino, Presiden Filipina, ia juga merupakan perempuan pertama yang menjadi presiden di Asia; Christina Fernandez, Presiden Argentina yang terpilih pada tahun 1997; Dilma Rousseff, Presiden perempuan pertama Brazil; Sirimavo Bandarnaike, Perdana Menteri Sri Lanka yang merupakan perempuan pertama yang menjadi presiden di seluruh dunia; Julia Gillard, Perdana Menteri Perempuan pertama Australia; Sheik Hasina Wajed, Perdana Menteri Banglades dan seterusnya. Bahkan ada juga sosok wanita bernama Bashaeer Otman yang terkenal sebagai wali kota perempuan termuda di dunia. Ia menjabat sebagai wali kota Allar—sebuah kota kecil di tebi barat utara Palestina.

Indonesia sendiri juga memiliki para perempuan tangguh yang menjadi sosok inspiratif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebut saja misalnya RA. Kartini, Cut Nyak Dien (1848-1908) dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia dari Aceh; Dewi Sartika (1884-1947), Pahlawan Nasional dari Bandung. Bahkan Dewi Sartika dikenal sebagai tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan di Indonesia.

Pada era sekarang kita juga mengenal Megawati Soekarno Putri yang merupakan presiden Indonesia ke 5. Ia menjabat sebagai presiden Indonesia pada kurun waktu tahun 2001-2004. Ia merupakan presiden perempuan pertama Indonesia. Indonesia juga pernah memiliki mentri keungan terbaik se-Asia yaitu Sri Mulyani. Sri Mulyani menjabat sebagai mentri keuangan pada era pemerintahan Presiden SBY pada kurun waktu 2005-2010. Ia dinobatkan sebagai mentri keungan terbaik Asia oleh Emerging Markets pada tahun 2006. Karena prestasinya, sejak 1 Juni 2010 peraih gelar Ph.D dari University of Illionis Urbana-Champaign, U.S.A. ini sekarang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Ia merupakan perempuan sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat

(27)

sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Majalah Forbes juga pernah mengganjarnya sebagai perempuan paling berpengaruh ke 23 pada tahun 2008. Dalam beberapa tahun terkahir ini Indonesia juga patut berbangga dengan munculnya beberapa tokoh perempuan yang mampu tampil sebagai kepala daerah.22

Munculnya para tokoh perempuan dipanggung politik di Indonesia pada akhir-akhir ini sebenarnya merupakan kabar baik. Hal tersebut menandakan bahwa perempuan juga bisa membuktikan bahwa mereka juga pantas dan layak bersaing dengan kaum adam yang selama ini cenderung mendominasi. Tokoh-tokoh perempuan di atas merupankan bukti bahwa perempuan juga mampu menjelma sebagai sosok yang patut untuk dijadikan teladan, baik itu dalam berdemokrasi, kemandirian ekonomi, kepemimpinan hingga dalam hal pendidikan. Namun sayangnya banyak para tokoh perempuan Indonesia saat ini tidak sedikit yang terjebak dalam pusaran kasus korupsi yang sangat memprihatinkan.23

22 Sebut saja misalnya Ratu Atus Chosiyah gubernur Banten; Airin Rachmi Diany wali

kota Tangerang Selatan (2011-2016); Rita Widyasari, Bupati Kutai Kartanegara (2010-2015); Widya Kandi Susanti, Bupati Kendal, Jateng (2010-2015); Christiany Eugenya Paruntu, Bupati Minahasa Selatan (2010-2015); Idza Priyanti, Bupati Brebes, Jateng (2012-2017); Illiza Sa’aduddin Djamal, Wali Kota Banda Aceh (2014-2019); Juliarti Djuhari, Bupati Sambas Kalimantan Barat (2011-2016); Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya (2010-2015); Ni Putu Eka Wiryastuti, Bupati Tabana, Bali 2015); Sri Suryawidati, Bupati Bantul (2010-2015); dan seterusnya.

23 Sebut saja misalnya Angelina Sondakh, ia merupakan politisi Partai Demokrat yang

terjebak kasus korupsi Wisma Atlet Palembang. Sejak terpilih sebagai Putri Indonesia pada tahun 2001. Namanya mulai dikenal luas hingga kemudian ia merambah kebidang politik. Ia menjabat sebgai Anggota DPR dari Faraksi Partai Demokrat pada priode 2004-2009 dan 2009-2014. Ada lagi sosok perempuan bernama Miranda Goeltom, ia merupakan mantan Debuti Senior Gubernur Bank Indonesia pada kurun waktu 2004-2008. Ia dicurigai telah melakukan suap kepada anggota DPR yang berkaitan mengenai kemenangannya sebagai Debuti Senior Gubernur Bank Indonesia. Ada lagi kasus korupsinya Wa Ode Nurhayati. Ia merupakan anggota DPR Komisi VII dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN). Pada tahun 2011 KPK menetapkan Nurhayati sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Dana Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (DPPIDT). Juga kausus yang menyita perhatian adalah ditetapkannya Ratu Atut Chosiyah pada 17 Desember 2013 oleh KPK sebagai tersangka karena dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di Banten. Kasus Atut ini kemudian juga berbuntut dengan ditetapkannya Bupati Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, sebagai tersangka dan masih banyak lagi lainnya.

(28)

Krisis keteladanan kaum perempuan dalam ranah publik pada era sekarang sangat memprihatinkan. Pada era-era sekarang kita disuguhkan keteladan para pemimpin yang negatif, tidak terkecuali para tokoh perempuan. Sebagaimana halnya para tokoh perempuan yang terjebak dalam kasus korupsi yang telah disebutkan di atas. Dari krisis keteladanan kaum perempaun pada era sekarang, masyarakat merindukan sosok-sosok perempuan hebat yang berkarakter. Indonesia selayaknya menjadi ikon dan inspirasi lahirnya tokoh-tokoh perempuan yang hebat tersebut. Mengingat Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, seharusnya Indonesia mampu menjadikan kitab sucinya al-Qur’an sebagai kitab inspiratif, terutama dalam membangun bangsa yang bermoral dan berkarakter. Namun sayangnya para umat Islam di Indonesia cenderung meninggalkan ajaran agamanya yang mulia. Padahal Islam memiliki banyak kisah-kisah kaum perempaun yang hebat. Namun sayangnya kisah para perempaun hebat dalam Islam tersebut telah dilupakan atau bahkan sama sekali tidak dikenal. Kaum muda pada era sekarang lebih bangga menjadikan para artis sebagai idolanya.

Maka tidak heran jika penelitian yang telah dilakukan oleh Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas George Washinton bernama Prof. Hussein Askari dan Dr. Scheherazde S. Rehman yang menyebutkan bahwa Negara yang penduduknya mayoritas non muslim justru lebih taat dalam menerapkan nilai-nilai al-Qur’an dari pada Negara dengan mayoritas penduduknya muslim. Penelitian ini telah menemukan secara tidak terduga Negara seperti Denmark, Swedia dan Inggris menempati posisi tiga besar Negara yang menerapkan nilai-nilia al-Qur’an. Adapun nilai-nilia al-Qur’an yang diterapkan mencakup standar ekonomi, hukum, sosial, hak asasi dan politik. Dalam penelitian ini tidak satupun Negara dengan mayoritas penduduknya muslim ada di posisi 25 besar. Hanya Malaysia (posisi 33) dan Qatar (posisi 42) masuk dalam 50 besar.24

24 Lihat, Ardini Maharani, “Penelitian Sebut Negara Non Muslim Lebih Islam”, dalam

http/m.merdeka.com/dunia/penelitian-sebut-negara-non-muslim-lebih-islami.html/selasa 10 Juni 2014/diakses 13 Januari 2015.

(29)

E. Simpulan

Dari pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kisah-kisah kaum perempuan yang tertuang di dalam ayat-ayat al-Qur’an di atas menegaskan sebuah konsep kesetaraan gender yang ideal. Kisah-kisah kaum perempuan yang telah dikaji juga menegaskan bahwa suatu prestasi baik dalam bidang spiritual maupun karier professional tidak harus didominasi salah satu jenis kelamin saja. Selama ini laki-laki terlalu mendominasi sehingga hak kaum perempuan termarjinalkan. Karena dominasi kaum laki-lakilah keberadaan kaum perempuan seolah-olah tidak diperhitungkan, bahkan kaum perempuan menjadi pihak yang tertindas oleh dominasi tersebut. Kajian ini ingin menegaskan bahwa kaum perempuan juga memiliki kesempatan dan kemampuan yang setara dengan kaum laki-laki. Kajian ini juga ingin menegaskan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam berprestasi, baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi hingga dalam hal pendidikan dan karir professional. Kisah-kisah perempuan inspiratif yang dibahas dalam kajian ini bisa dijadikan teladan dalam membentuk pendidikan karakter. Dengan menghadirkan dan menggali kembali nilai-nilai moral sosial kisah para perempuan inspiratif ini diharapkan para kaum perempuan pada era sekarang mampu menghadirkan semangat baru dalam membangun bangsa yang cerdas dan berkarakter. []

Daftar Pustaka

Ardini Maharani, “Penelitian Sebut Negara Non Muslim Lebih Islam”, dalam http/m.merdeka.com/dunia/penelitian-sebut-negara-non-muslim-lebih-islami.html/selasa 10 Juni 2014/ diakses 13 Januari 2015.

Fatimah Mernissi, The Veil and Male Elite, terj. M. Masyhur Abadi, Surabaya: Dunia Ilmu, 1997.

(30)

M. Hadi Masruri, “Sejarah Sosial Perempuan dalam Islam: Masa Nabi dan al-Khulafa’a ar-Rasyidun”, dalam Ringkasan Disertasi PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.

M. Nurdin Zuhdi, “Kritik terhadap Pemikiran Gerakan Revivalisme Islam di Indonesia”, dalam Akademika Jurnal Pemikiran Islam,Vol. XVII, No. 02, 2012.

M. Nurdin Zuhdi, “Perempuan dalam Revivalisme: Gerakan Revivalisme Islam dan Politik Anti Feminisme di Indonesia”, Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam, Vol. 9, No. 2, Juli 2010.

M. Quraish Shihab, “Kata Pengantar Kesetaraan Jender dalam Islam”, dalam Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1999.

M. Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta Sampi Seks, Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah,Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

M. Subkhi Ridho (ed.), Perempuan Agama dan Demokrasi, Yogyakarta: LSIP, 2007.

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1999.

Nawal el-Saadawi, Perempuan di Titik Nol, cet. 9, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.

Rachel Anne Vaessen, “Humour, Halters and Humiliation: Wife Sale as Theatre and Self-divorce”, Thesis In the Departement of History, Simon Fraser University, 2006.

Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, Yogyakarta: Kibar Press, 2007.

Gambar

Gambar Cara Kerja Keteladanan dalam Membentuk Karakter  Kisah Perempuan Inspiratif Khatijah binti Khuwailid Khaulah binti Tsa´labah Ratu Balqis

Referensi

Dokumen terkait

PENGANGKATAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI/ TUGAS AKHIR PROGRAM SARJANA (S1) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2017/2018 PROGRAM STUDI

Mereka disekresikan oleh jaringan perifer dalam bentuk glutamin (untuk menghindari nitrogen yang dikeluarkan dari tubuh) yang diambil oleh hepatosit mana NH3 tersebut

Tidak adanya hubungan secara simultan kedua variabel independen terhadap variabel dependen telah menggugurkan pendapat yang menyatakan bahwa kepuasan kerja

Jenis kritik yang dipilih oleh mahasiswa dibagi dalam tiga kategori, yaitu: (1) jenis kritik pada carpon µFHUSHQ¶ \DQJ GLEXDW ROHK PDKDVLVZD secara individual berdasarkan

Penggunaan ampas kecap memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata, hal ini dapat disebabkan oleh konsumsi pakan yang juga tidak berbeda nyata (P>0,05), selain itu

Pada saat pengakuan awal, Grup mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, pinjaman

Rekomendasi ITU-R P.525 dan rekomendasi ITU-R P.1546 memiliki hasil yang berbeda dalam perhitungan path loss spektrum frekuensi UHF untuk penyiaran TV terestrial Kota