• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN DAN IMPLEMENTASI KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROTIK UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN KOMPUTER GEDUNG TF UPN JATIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN DAN IMPLEMENTASI KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROTIK UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN KOMPUTER GEDUNG TF UPN JATIM."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA J ARINGAN KOMPUTER GEDUNG TF UPN J ATIM

SKRIPSI

Oleh:

RIZKI OCTADIAN SYAH

0834010246

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

hidayahNYA yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “Desain Dan Implementa si Konfigur asi Multi Protocol

Label Switching (MPLS) Dengan Menggunakan Mik r otik Untuk

Meningkatkan Per for ma J ar ingan Komputer Gedung TF UPN J a tim”,

sebagai prasyarat menyelesaikan program Strata Satu (S1) Teknik Informatika.

Tugas akhir ini berkaitan dengan pembuatan konfigurasi MPLS dengan

menggunakan Mikrotik pada Gedung TF UPN Jatim untuk meningkatkan

performa jaringan komputer, dalam hal ini berkaitan dengan kecepatan transfer

data. Diharapkan tugas akhir ini dapat memberikan informasi kepada kita semua

tentang MPLS dengan menggunakan Mikrotik.

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan tugas akhir ini, yang

penulis sadari bahwa masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran

dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi

kesempurnaan tugas akhir ini.

Surabaya, 03 Juni 2012

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH ……… ii

1.7 Sistematika Penulisan ...……… 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………... 7

2.1 Gedung Teknik Informatika UPN “Veteran” Jatim .……… 7

2.2 Jaringan Komputer ………... 7

2.2.1 Perangkat Keras: Klasifikasi Jaringan Komputer …. 9 2.2.2 Perangkat Lunak: Susunan Protokol Jaringan Komputer ……….. 13

2.2.3 Aplikasi Jaringan Komputer ……….……… 18

2.3 Multi Protocol Label Switching (MPLS) ………... 18

2.3.1 Komponen MPLS ………. 22

2.3.2 Arsitektur MPLS ………. 24

2.4 Mikrotik ……… 25

2.4.1 Sejarah Mikrotik ………... 26

2.4.2 Jenis-Jenis Mikrotik ……….. 26

(4)

3.3.1 Spesifikasi Hardware ………... 33

3.3.2 Spesifikasi Software ………. 34

3.3.3 Langkah-Langkah Konfigurasi MPLS ………. 35

BAB IV: IMPLEMENTASI DAN UJI COBA ……….38

4.1 Implementasi Konfigurasi Multi Protocol Label Switching (MPLS) Dengan Menggunakan Mikrotik .…………..…….. 38

4.2 Konfigurasi Router Mikrotik ….……….…………. 40

4.2.1 Konfigurasi Router 1 …….………..………. 41

4.2.2 Konfigurasi Router 2 ……… 49

4.2.3 Konfigurasi Router 3 ……… 57

4.3 Cek Table Routing ………... 66

4.4 Cek Dan Tes Konfigurasi MPLS ………. 68

4.5 Uji Coba Transfer Data ……….... 71

BAB V: PENUTUP ……… 78

5.1 Kesimpulan ……….. 78

5.2 Saran ……… 79

(5)

Penyusun : Rizki Octadiansyah

ABSTRAK

Seiring berkembangnya teknologi komputer di masa sekarang ini, banyak institusi ataupun perusahaan menggunakan jaringan komputer di tempatnya. Fungsi atau tujuan dari jaringan komputer di institusi ataupun perusahaan sangat beragam, diantaranya adalah resource sharing atau berbagi sumber daya yang memudahkan setiap orang yang ada di jaringan untuk menggunakan seluruh program, peralatan, dan data tanpa dipengaruhi lokasi sumber daya dan pemakai. Dalam jaringan komputer, kecepatan transfer data merupakan masalah yang sering dialami. Lambatnya proses transfer dan membutuhkannya waktu yang lama untuk mendapatkan data sering membuat user kecewa.

Oleh karena itu dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian jaringan komputer di Gedung Teknik Informatika atau Giri Santika UPN “Veteran” Jawa Timur (TF UPN JATIM) dengan merancang dan mengimplementasikan sebuah jaringan komputer yang memanfaatkan konfigurasi teknologi berbasis Multi Protocol Label Switching (MPLS) dengan menggunakan Mikrotik untuk meningkatkan performa jaringan komputer. Tujuan dari tugas akhir ini adalah mampu merancang dan membuat jaringan komputer berbasis MPLS dengan menggunakan Mikrotik serta Memahami perbandingan jaringan komputer berbasis MPLS dengan menggunakan Mikrotik dan jaringan komputer tanpa menggunakan MPLS. Metode yang digunakan untuk membandingkan jaringan komputer berbasis MPLS dengan menggunakan Mikrotik dan jaringan komputer tanpa menggunakan MPLS adalah dengan cara transfer data atau copy paste pada server dan client.

Dari hasil uji coba penelitian yang dilakukan antara jaringan komputer yang menggunakan MPLS dengan Mikrotik dan jaringan komputer yang tanpa menggunakan MPLS, transfer data dari server ke client lebih cepat pada jaringan komputer yang menggunakan MPLS dengan Mikrotik daripada jaringan komputer yang tanpa menggunakan MPLS.

(6)

1.1 Latar Belakang

Seiring berkembangnya teknologi komputer di masa sekarang ini,

banyak institusi ataupun perusahaan menggunakan jaringan komputer di

tempatnya. Fungsi atau tujuan dari jaringan komputer di institusi ataupun

perusahaan sangat beragam, diantaranya adalah resource sharing atau berbagi

sumber daya yang memudahkan setiap orang yang ada di jaringan untuk

menggunakan seluruh program, peralatan, dan data tanpa dipengaruhi lokasi

sumber daya dan pemakai. Kemudian high reliability atau kehandalan tinggi yaitu

banyaknya sumber alternatif yang tersedia kapanpun diperlukan, dan masih

banyak yang lainnya (Proboyekti, 2009).

Dalam jaringan komputer, kecepatan transfer data merupakan masalah

yang sering dialami. Lambatnya proses transfer dan membutuhkannya waktu yang

lama untuk mendapatkan data sering membuat user kecewa. Oleh karena itu,

dibuatlah sebuah jaringan komputer dengan memanfaatkan teknologi berbasis

Multi Protocol Label Switching (MPLS). MPLS merupakan sistem yang

membantu mempercepat koneksi pada jaringan komputer. Pada jaringan MPLS

ini memanfaatkan layer 2 (switching) dan layer 3 (routing). Untuk mendapatkan

performa yang baik, dalam hal ini Quality of Service (QoS) sangat diperhatikan.

(7)

data lebih cepat dengan memanfaatkan pengaturan QoS yang telah terdistribusi

pada paket MPLS yang telah terinstal (Bachtiar, 2009).

Oleh karena itu dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian jaringan

komputer di Gedung Teknik Informatika atau Giri Santika UPN “Veteran” Jawa

Timur (TF UPN JATIM) dengan merancang dan mengimplementasikan sebuah

jaringan komputer yang memanfaatkan konfigurasi teknologi berbasis MPLS

dengan menggunakan Mikrotik untuk meningkatkan performa jaringan komputer.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana cara merancang konfigurasi MPLS dengan menggunakan Mikrotik

untuk meningkatkan performa jaringan komputer Gedung TF UPN Jatim

b. Bagaimana cara mengimplementasikan dan mengujicobakan konfigurasi

MPLS dengan menggunakan Mikrotik untuk meningkatkan performa jaringan

komputer Gedung TF UPN Jatim.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan batasan

masalah sebagai berikut:

a. Perancangan dan pengimplementasian konfigurasi MPLS dengan

(8)

b. Open Shortest Path First (OSPF) sebagai dynamic routing yang terdapat pada

perancangan konfigurasi MPLS dengan menggunakan Mikrotik tidak dibahas

secara luas, detil dan mendalam

c. Pengujian performa jaringan komputer sebelum dan setelah menggunakan

konfigurasi MPLS dengan Mikrotik untuk mendapatkan hasil analisis

perbandingan. Untuk pengambilan data dilakukan dengan cara transfer data

secara Local Area Network (LAN)

d. Pada pengujian kecepatan transfer data antara jaringan komputer yang

menggunakan MPLS dengan Mikrotik dan jaringan komputer yang tanpa

menggunakan MPLS hanya dicari pembuktian bahwa jaringan komputer yang

menggunakan MPLS dengan Mikrotik lebih cepat daripada jaringan komputer

yang tanpa menggunakan MPLS

e. Pengimplementasian dan pengujian tidak dilaksanakan secara langsung dan

nyata terhadap jaringan komputer Gedung TF UPN Jatim melainkan

dilaksanakan terhadap jaringan komputer yang dibuat sendiri dengan

rancangan kebutuhan minimal dari MPLS.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan tugas akhir ini adalah:

1. Mampu untuk merancang dan membuat jaringan komputer berbasis MPLS

dengan menggunakan Mikrotik

2. Memahami perbandingan jaringan komputer berbasis MPLS dengan

(9)

1.5 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari tugas akhir ini adalah:

1. Meningkatkan performa jaringan komputer pada jaringan komputer Gedung

TF UPN Jatim

2. Mendapatkan hasil analisis perbandingan dari jaringan komputer yang

berbasis MPLS dengan menggunakan Mikrotik dan jaringan komputer tanpa

menggunakan MPLS.

1.6 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan penelusuran dan pembelajaran terhadap berbagai

macam literatur seperti buku, jurnal, skripsi, tugas akhir, tesis,

referensi-referensi baik melalui perpustakaan maupun internet dan lain sebagainya yang

terkait dengan judul penelitian ini.

2. Analisis Kebutuhan

Menganalisis kebutuhan dengan cara seperti pengumpulan data, analisis data,

serta analisis kebutuhan hardware dan software. Tahapan ini sangat penting

untuk menunjang pada tahapan perancangan dan pembuatan.

3. Perancangan Dan Pembuatan

Pada tahap ini dilakukan pengerjaan konfigurasi, mulai dari perancangan

(10)

4. Uji Coba

Pada tahap ini akan dilakukan pengujian konfigurasi MPLS dengan

menggunakan Mikrotik pada jaringan komputer untuk mendapatkan hasil

sesuai yang diharapkan.

5. Dokumentasi

Pada tahap ini dilakukan pembuatan laporan tugas akhir untuk dijadikan

sebagai dokumentasi hasil penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan akan disajikan dalam

beberapa bab dengan sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan sistematika

penulisan yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori-teori dan penjelasan yang

berkaitan dengan permasalahan dan penyelesaian masalah dari

laporan tugas akhir.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Pada bab ini berisi tentang analisis dan perancangan konfigurasi

MPLS dengan menggunakan Mikrotik pada jaringan komputer

(11)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJ I COBA

Pada bab ini berisi tentang implementasi konfigurasi MPLS dengan

menggunakan Mikrotik pada jaringan komputer Gedung TF UPN

Jatim. Serta hasil uji coba konfigurasi MPLS dengan menggunakan

Mikrotik pada jaringan komputer Gedung TF UPN Jatim.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari

keseluruhan isi laporan tugas akhir, dan saran yang diharapkan

dapat bermanfaat untuk pengembangan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini dipaparkan tentang sumber-sumber literatur yang

(12)

2.1 Gedung Teknik Infor matika UPN “Veter an” J atim

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur didirikan pada tahun akademik 2002/2003. Tujuan

pendidikan Teknik Informatika adalah untuk menghasilkan Sarjana yang unggul

dan mempunyai pengetahuan dasar dan keahlian yang luas dalam bidang

Teknologi Informatika. Gedung Teknik Informatika UPN “Veteran” Jawa Timur

(TF UPN Jatim) atau yang disebut Gedung Giri Reka merupakan tempat

dilaksanakannya perkuliahan Program Studi Teknik Informatika dan Sistem

Informasi (UPN "Veteran" Jawa Timur, 2008).

2.2 J ar ingan Komputer

Jaringan komputer adalah sekumpulan komputer yang berjumlah

banyak, terpisah-pisah akan tetapi saling berhubungan dalam melaksanakan

tugasnya. Dua buah komputer misalnya dikatakan terkoneksi bila keduanya dapat

saling bertukar informasi. Bentuk koneksi dapat melalui: kawat tembaga, serat

optik, gelombang mikro, satelit komunikasi. Jaringan komputer menjadi penting

bagi manusia dan organisasinya karena jaringan komputer mempunyai tujuan

yang menguntungkan bagi mereka (Proboyekti, 2009). Tujuan jaringan komputer

adalah untuk:

1. Resource sharing: seluruh program, peralatan dan data yang dapat digunakan

(13)

dan pemakai. Misalnya: Staf BIRO Akademik mengirimkan daftar mahasiswa

baru ke perpustakaan dalam bentuk print out dengan langsung mencetaknya di

printer perpustakaan dari komputer di BIRO akademik. Atau sebaliknya staf

perpustakaan mendapatkan langsung file daftar mahasiswa baru yang

disimpan di komputer staf BIRO akademik.

2. High reliability: tersedianya sumber-sumber alternatif kapanpun diperlukan.

Misalnya pada aplikasi perbankan atau militer. Jika salah satu mesin tidak

bekerja, kinerja organisasi tidak terganggu karena mesin lain mempunyai

sumber yang sama.

3. Menghemat uang: membangun jaringan dengan komputer-komputer kecil

lebih murah dibandingkan dengan menggunakan mainframe. Data disimpan di

sebuah komputer yang bertindak sebagai server dan komputer lain yang

menggunakan data tersebut bertindak sebagai client. Bentuk ini disebut

client-server.

4. Scalability: meningkatkan kinerja dengan menambahkan komputer server atau

client dengan mudah tanpa mengganggu kinerja komputer server atau

komputer client yang sudah ada lebih dulu.

5. Media komunikasi: memungkinkan kerjasama antar orang-orang yang saling

berjauhan melalui jaringan komputer baik untuk bertukar data maupun

berkomunikasi.

6. Akses informasi luas: dapat mengakses dan mendapatkan informasi dari jarak

(14)

7. Komunikasi orang-ke-orang: digunakan untuk berkomunikasi dari satu orang

ke orang yang lain.

8. Hiburan interaktif.

Dalam pengenalan jaringan komputer, pembahasan dilihat dari dua

aspek: perangkat keras dan perangkat lunak. Dalam perangkat keras pengenalan

meliputi jenis transmisi, dan bentuk-bentuk jaringan komputer atau topologi.

Sedangkan dalam pembahasan perangkat lunaknya akan meliputi susunan

protokol dan perjalanan data dari satu komputer ke komputer lain dalam suatu

jaringan.

2.2.1 Per angkat Keras: Klasifikasi J ar ingan Komputer

Terdapat dua klasifikasi jaringan komputer yang dibedakan yaitu

berdasarkan teknologi transmisi dan jarak.

1. Teknologi Transmisi

Secara garis besar ada dua jenis teknologi transmisi:

a. Jaringan Broadcast

Memiliki saluran komunikasi tunggal yang dipakai bersama-sama oleh

semua mesin yang ada pada jaringan. Pesan-pesan berukuran kecil, disebut

paket dan dikirimkan oleh suatu mesin kemudian diterima oleh

mesin-mesin yang lainnya. Bagian alamat pada paket berisi keterangan tentang

kepada siapa paket ditujukan. Saat menerima sebuat paket, mesin akan cek

bagian alamat, jika paket tersebut untuk mesin itu, maka mesin akan

(15)

b. Jaringan Point-To-Point

Terdiri dari beberapa koneksi pasangan individu dari mesin-mesin. Untuk

pergi dari satu sumber ke tempat tujuan, sebuah paket pada jaringan jenis

ini mungkin harus melalui satu atau lebih mesin-mesin perantara.

Seringkali harus melalui banyak rute (route) yang mungkin berbeda

jaraknya. Karena itu algoritma routing memegang peranan penting pada

jaringan point-to-point.

Sebagai pegangan umum (walaupun banyak pengecualian), jaringan yang lebih

kecil dan terlokalisasi secara geografis cenderung memakai broadcasting,

sedangkan jaringan yang lebih besar umumnya mengunakan point-to-point.

2. Jarak

Jarak adalah hal yang penting sebagai ukuran klasifikasi karena diperlukan

teknik-teknik yang berbeda untuk jarak yang berbeda. Tabel berikut menggambarkan

hubungan antar jarak dan prosesor yang ditempatkan pada tempat yang sama.

Tabel 2.1 Hubungan Antar Jarak dan Prosessor (Proboyekti, 2009)

Jarak antar prosesor

Prosesor di tempat yang sama

Jenis jaringan

0.1 m Papan rangkaian Data flow machine: komputer-komputer paralel, memiliki beberapa unit fungsi yang semuanya bekerja untuk program yang sama 1 m Sistem Multicomputer, sistem yang berkomunikasi

dengan cara mengirim pesan-pesannya melalui bus* pendek dan sangat cepat 10 m Ruangan Local Area Network (LAN)

10.000 km Planet Internet

(16)

Disini secara terbatas dan sederhana dijelaskan secara singkat Local Area Network

(LAN), Metropolitan Area Network (MAN), Wide Area Network (WAN), dan

Internet.

a. LAN

Menghubungkan komputer-komputer pribadi dalam kantor perpusahaan,

pabrik atau kampus. LAN dapat dibedakan dari jenis jaringan lainnya

berdasarkan 3 karakteristik: ukuran, teknologi transmisi dan topologi jaringan.

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Topologi Jaringan (Proboyekti, 2009)

b. MAN

Merupakan versi LAN ukuran lebih besar dan biasanya memakai teknologi

(17)

dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel. MAN hanya memiliki

sebuah atau dua buah kabel dan tidak mempunyai elemen switching, yang

berfungsi untuk mengatur paket melalui beberapa kabel output.

Gambar 2.2 Contoh MAN (Proboyekti, 2009)

c. WAN

Mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup Negara atau

benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin yang bertujuan untuk menjalankan

program-program (aplikasi) pemakai. Mesin ini disebut HOST. HOST

dihubungkan oleh sebuah subnet komunikasi atau cukup disebut SUBNET.

Tugas subnet adalah membawa pesan dari satu host ke host lainnya. Pada

sebagian besar WAN subnet terdiri dari 2 komponen: kabel transmisi dan

elemen switching.

(18)

d. Internet

Terdapat banyak jaringan di dunia ini, seringkali dengan perangkat keras dan

perangkat lunak yang berbeda-beda. Orang yang terhubung ke jaringan sering

berharap untuk dapat komunikasi dengan orang lain yang terhubung ke

jaringan lainnya. Keinginan seperti ini memerlukan hubungan antar jaringan

yang seringkali tidak kompatibel dan berbeda. Kadang menggunakan mesin

yang disebut GATEWAY sebagai penerjemah antar jaringan yang tidak

kompatibel. Kumpulan jaringan yang terkoneksi disebut INTERNETWORK

atau INTERNET. Bentuk INTERNET yang umum adalah kumpulan dari LAN

yang dihubungkan oleh WAN.

2.2.2 Per angkat Lunak: Susunan Pr otokol J ar ingan Komputer

Jaringan diorganisasikan sebagai suatu tumpukan lapisan (layer). Tujuan

tiap lapisan yaitu memberikan layanan kepada lapisan yang berada di atasnya.

Misal lapisan 1 memberi layanan terhadap lapisan 2. Masing-masing lapisan

memiliki protokol. Protokol adalah aturan suatu "percakapan" yang dapat

dilakukan. Protokol mendefinisikan format, urutan pesan yang dikirim dan

diterima antar sistem pada jaringan dan melakukan operasi pengiriman dan

penerimaan pesan. Protokol lapisan n pada satu mesin akan berbicara dengan

protokol lapisan n pula pada mesin lainnya. Dengan kata lain, komunikasi antar

pasangan lapisan N, harus menggunakan protokol yang sama. Misal, protocol

lapisan 3 adalah IP, maka akan ada pertukaran data secara virtual dengan protokol

(19)

Gambar 2.4 Susunan Lapisan (Layer) (Proboyekti, 2009)

Pada kenyataannya protokol lapisan n+1 pada satu mesin tidak dapat

secara langsung berbicara dengan protokol lapisan n+1 di mesin lain, melainkan

harus melewatkan data dan kontrol informasi ke lapisan yang berada di bawahnya

(lapisan n), hingga ke lapisan paling bawah. Antar lapisan yang "berkomunikasi",

misal lapisan n dengan lapisan n+1, harus menggunakan suatu interface

(antarmuka) yang mendefinisikan layanan-layanannya. Himpunan lapisan dan

protokol disebut arsitektur protokol. Urutan protocol yang digunakan oleh suatu

sistem, dengan satu protokol per lapisan, disebut stack protokol. Agar suatu paket

data dapat saling dipertukarkan antar lapisan, maka paket data tersebut harus

ditambahkan suatu header yang menunjukkan karakteristik dari protokol pada

lapisan tersebut. Satu stasiun dapat berhubungan dengan stasiun lain dengan cara

mendefinisikan spesifikasi dan standarisasi untuk segala hal tentang media fisik

komunikasi dan juga segala sesuatu menyangkut metode komunikasi datanya. Hal

(20)

Gambar 2.5 Pemberian Header pada Lapisan-lapisan (Proboyekti, 2009)

Karena begitu kompleknya tugas-tugas yang harus disediakan dan

dilakukan oleh suatu jaringan komputer, maka tidak cukup dengan hanya satu

standard protokol saja. Tugas yang komplek tersebut harus dibagi menjadi

bagian-bagian yang lebih dapat di atur dan diorganisasikan sebagai suatu arsitektur

komunikasi. Menanggapi hal tersebut, suatu organisasi standard ISO

(International Standard Organization) pada tahun 1977 membentuk suatu komite

untuk mengembangkan suatu arsitektur jaringan. Hasil dari komite tersebut adalah

Model Referensi OSI (Open Systems Interconnection). Model Referensi OSI

adalah System Network Architecture (SNA) atau dalam bahasa Indonesianya

Arsitektur Jaringan Sistem. Hasilnya seperti pada Gambar OSI Layer dan Header

(21)

Gambar 2.6 OSI Layer dan Header (Proboyekti, 2009)

Gambar OSI Layer dan Header juga menggambarkan header-header

yang diberikan pada setiap lapisan kepada data yang dikirimkan dari lapisan ke

lapisan.

(22)

Setiap lapisan memiliki tugas yang berbeda satu sama lain. Berikut

masing-masing tugas dari tiap lapisan:

• 7) Application Layer: menyediakan layanan untuk aplikasi misalnya transfer

file, email, akses suatu komputer atau layanan.

• 6) Presentation Layer: bertanggung jawab untuk menyandikan informasi.

Lapisan ini membuat dua host dapat berkomunikasi.

• 5) Session Layer: membuat sesi untuk proses dan mengakhiri sesi tersebut.

Contohnya jika ada login secara interaktif maka sesi dimulai dan kemudian

jika ada permintaan log off maka sesi berakhir. Lapisan ini juga

menghubungkan lagi jika sesi login terganggu sehingga terputus.

• 4) Transport Layer: lapisan ini mengatur pengiriman pesan dari host-host di

jaringan. Pertama data dibagi-bagi menjadi paket-paket sebelum pengiriman

dan kemudian penerima akan menggabungkan paket-paket tersebut menjadi

data utuh kembali. Lapisan ini juga memastikan bahwa pengiriman data bebas

kesalahan dan kehilangan paket data.

• 3) Network Layer: lapisan bertanggung jawab untuk menerjemahkan alamat

logis jaringan ke alamat fisik jaringan. Lapisan ini juga memberi identitas

alamat, jalur perjalanan pengiriman data, dan mengatur masalah jaringan

misalnya pengiriman paket-paket data.

• 2) Data Link Layer: lapisan data link mengendalikan kesalahan antara dua

komputer yang berkomunikasi lewat lapisan physical. Data link biasanya

(23)

• 1) Physical Layer: lapisan physical mengatur pengiriman data berupa bit lewat

kabel. Lapisan ini berkaitan langsung dengan perangkat keras seperti kabel,

dan kartu jaringan (LAN CARD).

2.2.3 Aplikasi J ar ingan Komputer

Jaringan komputer pada saat ini diterapkan hampir dalam semua tempat

seperti: bank, perkantoran, universitas, rumah sakit, bidang pariwisata, hotel, dan

bahkan rumah. Semua ini diawali dengan komputerisasi. Komputerisasi

memberikan kemudahan dalam penyelesaian banyak tugas dan meningkatkan

kebutuhan untuk saling berbagi informasi antar bagian terkait, dan kebutuhan

untuk pengamanan dan penyimpanan data. Kebutuhan tersebut kemudian dijawab

oleh teknologi jaringan komputer.

2.3 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah sebuah teknik yang

menggabungkan kemampuan manajemen switching yang ada dalam teknologi

Asynchronous Transfer Mode (ATM) dengan fleksibilitas network layer yang

dimiliki teknologi IP (Hadi, 2011).

Fungsi label pada MPLS yaitu sebagai proses penyambungan dan

pencarian jalur dalam jaringan komputer. MPLS menggabungkan teknologi

switching di layer 2 dan teknologi routing di layer 3 sehingga menjadi solusi

jaringan terbaik dalam menyelesaikan masalah kecepatan, scalability, QOS

(Quality of Service), dan rekayasa trafik. Tidak seperti ATM yang memecah

(24)

header MPLS. Header MPLS terdiri atas 32 bit data, termasuk 20 bit label, 2 bit

eksperimen, dan 1 bit identifikasi stack, serta 8 bit time-to-live field (TTL). Label

adalah bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan

satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses forwarding,

termasuk proses traffic engineering. Header MPLS dapat dilihat pada Gambar

2.8.

Gambar 2.8 Header MPLS (Hadi, 2011)

Gambar 2.8 merupakan gambar format MPLS header paket dengan

rincian sebagai berikut (Dwicaksono, Darmayadi, Andrianto, 2011):

1. Label Value (LABEL)

Merupakan field yang terdiri dari dari 20 bit yang merupakan nilai dari label

tersebut.

2. Experimental Use (EXP)

Secara teknis field ini digunakan untuk keperluan eksperimen. Field ini dapat

digunakan untuk menangani indikator QoS atau dapat juga merupakan hasil

(25)

3. Bottom of Stack (STACK)

Pada sebuah paket terdapat kemungkinan untuk menggunakan lebih dari satu

label. Field ini digunakan untuk mengetahui label stack yang paling bawah.

Label yang paling bawah dalam stack memiliki nilai bit 1 sedangkan yang lain

diberi nilai bit 0. hal ini sangat diperlukan pada proses labelstacking.

4. Time to Live (TTL)

Field ini biasanya merupakan hasil salinan dari IP TTL header. Nilai bit TTL

akan berkurang 1 setiap paket melewati hop untuk menghindari terjadinya

packet storms. Dalam pembuatan proses label ada beberapa metode yang

dapat digunakan yaitu:

• Metode berdasarkan topologi jaringan, yaitu dengan menggunakan

protokol IP-routing seperti Open Short Path First (OSPF)

• Metode berdasarkan resource suatu paket data, yaitu dengan menggunakan

protokol yang dapat mengontrol trafik suatu jaringan seperti Resource

Reservation Protocol (RSVP)

• Metode berdasarkan besar trafik pada suatu jaringan, yaitu dengan

menggunakan metode penerimaan paket dalam menentukan tugas dan

distribusi suatu label. Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-

switching table. Tabel itu berisi pemetaan label masuk, label keluar, dan

link ke LSR berikutnya. Saat LSR menerima paket, label paket akan

dibaca, kemudian diganti dengan label keluar, lalu paket dikirimkan ke

LSR berikutnya. Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan

(26)

header, dan bit stack pada header menunjukkan apakah suatu header

sudah terletak di dasar tumpukan header MPLS itu.

Dengan informasi label switching yang didapat dari routing network

layer, setiap paket hanya dianalisis sekali di dalam router di mana paket tersebut

masuk ke dalam jaringan untuk pertama kali. Router tersebut berada di tepi dan

dalam jaringan MPLS yang biasa disebut dengan Label Switching Router (LSR).

Ide dasar teknik MPLS ini adalah mengurangi teknik pencarian rute dalam setiap

router yang dilewati setiap paket, sehingga sebuah jaringan dapat dioperasikan

dengan efisien dan jalannya pengiriman paket menjadi lebih cepat. Jadi MPLS

akan menghasilkan high-speed routing dari data yang melewati suatu jaringan

yang berbasis parameter quality of service (QoS). Berikut ini perbandingan dari

labelswitching dan routing pada IP konvensional.

Tabel 2.2 Perbandingan Antara LabelSwitching dan Konvensional IP Routing

(Hadi, 2011)

Konvensional Routing Label Switching

Analisis Header IP Dilakukan pada

(27)

Penentuan Routing Berdasarkan pada

menghubungkan node-node yang disebut label-switched router (LSR). LSR

pertama yang merupakan awal tempat masuknya paket disebut dengan ingress dan

LSR terakhir tempat keluar paket dari MPLS disebut egress. Setiap LSP dikaitkan

dengan sebuah forwarding equivalence class (FEC), yang merupakan kumpulan

paket yang menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR. FEC

diidentifikasikan dengan pemasangan label (Dwicaksono, Darmayadi, Andrianto,

2011). Berikut detail komponen yang ada dalam MPLS (Hadi, 2011):

1. Label Switched Path (LSP): Merupakan jalur yang melalui satu atau

serangkaian LSR dimana paket diteruskan oleh label swapping dari satu

MPLS node ke MPLS node yang lain.

2. Label Switching Router (LSR): sebuah router dalam jaringan MPLS yang

(28)

dengan kecepatan yang telah ditetapkan. Dalam fungsi pengaturan trafik, LSR

dapat dibagi dua, yaitu:

a. Ingress LSR

Berfungsi mengatur trafik saat paket memasuki jaringan MPLS.

b. Egress LSR

Berfungsi untuk mengatur trafik saat paket meninggalkan jaringan MPLS

menuju ke LER. Sedangkan, LER (Label Edge Router) adalah suatu router

yang menghubungkan jaringan MPLS dengan jaringan lainnya seperti

frame relay, ATM dan ethernet.

3. Forward Equivalence Class (FEC): representasi dari beberapa paket data yang

diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang sama di dalam proses

pertukaran data.

4. Label: deretan bit informasi yang ditambahkan pada header suatu paket data

dalam jaringan MPLS. Label MPLS atau yang disebut juga MPLS header ini

terletak diantara header layer 2 dan header layer 3. Dalam proses pembuatan

label ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu:

a. Metode berdasarkan topologi jaringan, yaitu dengan menggunakan

protokol IP-routing seperti OSPF dan Border Gateway Protocol (BGP)

b. Metode berdasarkan kebutuhan resource suatu paket data, yaitu dengan

menggunakan protokol yang dapat mengontrol trafik suatu jaringan seperti

(29)

c. Metode berdasarkan besar trafik pada suatu jaringan, yaitu dengan

menggunakan metode penerimaan paket dalam menentukan tugas dan

distribusi sebuah label.

5. Label Distribution Protocol (LDP): protokol baru yang berfungsi untuk

mendistribusikan informasi yang adalah pada label ke setiap LSR pada

jaringan MPLS. Protokol ini digunakan untuk memetakan FEC ke dalam

label, untuk selanjutnya akan dipakai untuk menentukan LSP. LDP message

dapat dikelompokkan menjadi:

a. Discovery Messages, yaitu pesan yang memberitahukan dan memelihara

hubungan dengan LSR yang baru tersambung ke jaringan MPLS

b. Session Messages, yaitu pesan untuk membangun, memelihara dan

mengakhiri sesi antara titik LDP

c. Advertisement Messages, yaitu pesan untuk membuat, mengubah dan

menghapus pemetaan label pada jaringan MPLS

d. Notification Messages, yaitu pesan yang menyediakan informasi bantuan

dan sinyal informasi jika terjadi error.

2.3.2 Ar sitektur MPLS

Guna memenuhi karakteristik-karakteristik yang diharuskan dalam

sebuah jaringan kelas carrier (pembawa) berskala besar maka dirancanglah

arsitektur MPLS. Internet Engineering Task Force (IETF) membentuk kelompok

kerja MPLS pada tahun 1997 guna mengembangkan metode umum yang

(30)

protokol-protokol yang menggunakan teknik pengiriman label swapping

(pertukaran label).

Penggunaan labelswapping ini memiliki banyak keuntungan. Teknik ini

bisa memisahkan masalah routing dari masukan forwarding. Routing merupakan

masalah jaringan global yang membutuhkan kerjasama dari semua router sebagai

partisipan. Sedangkan forwarding (pengiriman) merupakan masalah setempat.

Router switch mengambil keputusannya sendiri tentang jalur mana yang akan

diambil. MPLS juga memiliki kelebihan yang mampu memperkenalkan kembali

connection stack ke dalam dataflow IP (Dwicaksono, Darmayadi, Andrianto,

2011).

2.4 Mikr otik

Mikrotik RouterOS™ adalah sistem operasi Linux base yang

diperuntukkan sebagai network router. Didesain untuk memberikan kemudahan

bagi penggunanya. Administrasinya bisa dilakukan melalui Windows Application

(WinBox). Selain itu instalasi dapat dilakukan pada standard komputer PC

(Personal Computer). PC yang akan dijadikan router Mikrotik pun tidak

memerlukan resource yang cukup besar untuk penggunaan standard, misalnya

hanya sebagai gateway. Untuk keperluan beban yang besar (network yang

kompleks, routing yang rumit) disarankan untuk mempertimbangkan pemilihan

(31)

2.4.1 Seja r ah Mikr otik

Mikrotik merupakan perusahaan Latvia yang didirikan pada tahun 1995

untuk mengembangkan sistem Internet Service Provider (ISP) dengan wireless.

Mikrotik sekarang menyediakan hardware dan software untuk konektivitas

Internet di sebagian besar negara-negara di seluruh dunia (Mikrotik, 2012).

Pengalaman dalam menggunakan perangkat keras PC standar industri

dan sistem routing yang lengkap memungkinkan Mikrotik pada tahun 1997 untuk

membuat sistem perangkat lunak RouterOS yang menyediakan stabilitas yang

luas, kontrol, dan fleksibilitas untuk semua jenis data interfaces dan routing.

Tahun 2002 Mikrotik memutuskan untuk membuat perangkat keras

sendiri dan lahirlah merek RouterBOARD. Mikrotik mempunyai penjual di

banyak tempat di seluruh dunia, dan mungkin juga pembeli yang ada di setiap

negara di seluruh dunia. Perusahaan Mikrotik berlokasi di Riga, ibu kota Latvia

dan memiliki 80 karyawan.

2.4.2 J enis-J enis Mikr otik

Mikrotik mempunyai dua jenis, diantaranya yaitu (Handriyanto, 2009):

1. Mikrotik RouterOS yang berbentuk software yang dapat diunduh di

www.mikrotik.com. Dapat diinstal pada komputer rumahan (PC)

2. BUILT-IN Hardware Mikrotik dalam bentuk perangkat keras yang khusus

dikemas dalam board router yang didalamnya sudah terinstal Mikrotik

(32)

2.4.3 Fitur -Fitur Mikr otik

Di dalam Mikrotik terdapat berbagai fitur, tetapi hanya akan dibahas

yang ada relevansinya dengan Tugas Akhir diantaranya adalah (Handriyanto,

2009):

1. Address List: Pengelompokan IP Address berdasarkan nama

2. Bridge: Mendukung fungsi bridge spinning tree, multiple bridge interface,

bridging firewalling

3. Firewall dan NAT: Mendukung pemfilteran koneksi peer to peer, source

NAT dan destination NAT. Mampu memfilter berdasarkan MAC, IP address,

range port, protokol IP, pemilihan opsi protokol seperti ICMP, TCP Flags dan

MSS

4. Routing: Routing statik dan dinamik; RIP v1/v2, OSPF v2, BGP v4

5. Tool: Ping, Traceroute; bandwidth test; ping flood; telnet; SSH; packet sniffer;

Dinamik DNS update

6. WinBox: Aplikasi mode GUI untuk meremote dan mengkonfigurasi Mikrotik

(33)

3.1 Analisis Masalah

Dalam suatu jaringan komputer, efisiensi pengiriman paket atau data

sangatlah penting. Transfer data dapat dilakukan dengan cepat menggunakan

teknik Multi Protocol Label Switching (MPLS) daripada IP konvensional. Di

Gedung Teknik Informatika UPN “Veteran” Jawa Timur (TF UPN Jatim) jaringan

komputernya belum menggunakan teknik MPLS dengan Mikrotik. Untuk itulah

dibuat sebuah perancangan jaringan komputer yang menggunakan teknik MPLS

dengan Mikrotik.

3.2 Usulan Pemecahan Masalah

Setelah mengetahui masalah tentang jaringan komputer di Gedung TF

UPN Jatim maka dapat ditentukan solusi untuk menyelesaikannya. Melihat

topologi jaringan komputer yang berada di Gedung TF UPN Jatim seperti pada

Gambar 3.1, kemungkinan untuk menerapkan atau mengimplementasikan teknik

MPLS dengan menggunakan Mikrotik dirasa cukup sulit. Sulit karena dalam

teknik MPLS dengan menggunakan Mikrotik dibutuhkan minimal tiga buah

router Mikrotik, dua router sebagai Label Edge Router (LER) dan satu sebagai

Label Switching Router (LSR). Sedangkan jaringan komputer di Gedung TF UPN

Jatim tidak menggunakan Mikrotik sebagai router maupun OS (operating system)

(34)

komputer Gedung TF UPN Jatim, karena akan mengganggu kinerja jaringan

komputer yang sudah ada.

Gambar 3.1 Topologi Gedung TF UPN Jatim

Dari Gambar 3.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Jaringan komputer Gedung TF UPN Jatim merupakan cabang dari jaringan

komputer pusat UPN Jatim yang terletak di Gedung Puskom

• Dari Gedung Puskom ke Gedung TF menggunakan media transmisi fiber

optik yang masuk ke dalam Switch Core TF

• Dari Switch Core TF turun ke Server Lab, Server SI (Sistem Informasi),

Switch ke Komputer Dosen-Dosen, Proxy Server, Web Server, Mirror, Master,

(35)

Switch yang turun ke Dosen-Dosen masuk ke komputer dosen-dosen dan

seterusnya.

Untuk melaksanakan uji coba atau implementasi konfigurasi MPLS

dengan menggunakan Mikrotik penulis melakukan praktek langsung dengan

membuat jaringan komputer skala kecil yang merupakan kebutuhan paling

minimal dari MPLS dan tentunya nanti juga bisa diimplementasikan pada jaringan

komputer Gedung TF UPN Jatim secara langsung pada suatu saat nanti. Topologi

jaringan komputer yang akan dibuat seperti pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Topologi MPLS Dengan Menggunakan Mikrotik

Dari Gambar 3.2 dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Topologi MPLS dengan menggunakan Mikrotik yang dirancang

menggunakan 2 buah host yaitu host A sebagai Server dan host B sebagai

Client, dan menggunakan 3 buah router yaitu Router 1 sebagai LER (Ingress),

Router 2 sebagai LSR (MPLS), dan Router 3 sebagai LER (Egress)

• Pada Server menggunakan laptop dengan OS Windows 7 yang mempunyai IP

address 192.168.1.2 pada ethernet 0 dengan gateway 192.168.1.1

• Pada Router 1 menggunakan Mikrotik RB750 dengan RouterOS Mikrotik

yang mempunyai IP address 192.168.1.1 pada ethernet 3 dan 10.134.1.1 pada

(36)

• Pada Router 2 menggunakan Mikrotik RB751U-2HnD dengan RouterOS

Mikrotik yang mempunyai IP address 10.134.1.2 pada ethernet 4 dan

203.150.1.2 pada ethernet 3

• Pada Router 3 menggunakan Mikrotik RB750 dengan RouterOS Mikrotik

yang mempunyai IP address 203.150.1.1 pada ethernet 4 dan 154.169.1.1

pada ethernet 3

• Pada Client menggunakan laptop dengan OS Windows 7 yang mempunyai IP

address 154.169.1.2 pada ethernet 0 dengan gateway 154.169.1.1.

3.3 Per ancangan Sistem

Setelah menganalisis masalah dan membuat pemecahan masalah, tahap

berikutnya adalah membuat perancangan sistem konfigurasi MPLS dengan

menggunakan Mikrotik yang dibuat di jaringan komputer seperti pada Gambar

3.2. Dalam membuat perancangan sistem konfigurasi MPLS dengan

menggunakan Mikrotik ini penulis menggunakan Flowchart. Flowchart

digunakan agar dalam melakukan perancangan sistem konfigurasi MPLS dengan

menggunakan Mikrotik nantinya bisa terarah dengan jelas dari awal hingga akhir

dan kalau terdapat suatu kesalahan bisa dicari dengan mudah dimana letak

(37)

Gambar 3.3 Flowchart Perancangan Sistem

Dari Gambar 3.3 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Start yaitu tahap awal dari suatu flowchart

• Perancangan Topologi yaitu tahap perencanaan untuk mengetahui apa saja

(38)

teknologi MPLS dengan Mikrotik baik dari sisi hardware dan software juga

bagaimana jalannya suatu sistem yang akan dibuat

• Instalasi Hardware yaitu tahap mempersiapkan dan membuat jaringan

komputer seperti pada perancangan topologi

• Instalasi OS yaitu tahap mempersiapkan dan membuat jaringan komputer yang

siap digunakan untuk konfigurasi MPLS dengan Mikrotik seperti pada

perancangan topologi

• Konfigurasi MPLS yaitu tahap mengkonfigurasi MPLS dengan Mikrotik pada

jaringan komputer dari awal hingga akhir

• Uji Coba yaitu tahap pengujian konfigurasi MPLS dengan menggunakan

Mikrotik apakah sudah berhasil atau belum dan pengujian transfer data atau

copy paste berbagai file atau ukuran dari server ke client pada jaringan

komputer yang menggunakan teknik MPLS dengan Mikrotik dan jaringan

komputer yang tanpa menggunakan teknik MPLS, dalam hal ini menggunakan

peer to peer

End yaitu tahap akhir dari suatu flowchart.

3.3.1 Spesifikasi Hardware

Untuk membuat jaringan komputer dengan menggunakan teknik MPLS

berbasis Mikrotik seperti pada Gambar 3.2, maka spesifikasi hardware yang

dibutuhkan adalah:

1. 2 buah laptop

2. 2 buah router Mikrotik RB750

(39)

4. Kabel UTP

5. Konektor RJ-45

6. Tang Crimping

7. RJ-45 LAN Tester.

Dari spesifikasi hardware dapat dijelaskan sebagai berikut:

• 2 buah laptop yaitu 1 buah laptop sebagai server dan 1 buah laptop lagi

untuk digunakan sebagai media transmisi pada jaringan komputer seperti pada

topologi Gambar 3.2.

3.3.2 Spesifikasi Software

Setelah merancang bagian hardware maka langkah selanjutnya adalah

instalasi Operating System (OS) atau software yang dibutuhkan. Berikut adalah

spesifikasi software yang dibutuhkan:

1. 2 OS Windows 7

2. 1 Winbox.

(40)

• 1 Winbox yaitu untuk membuat konfigurasi MPLS dengan Mikrotik pada

semua router Mikrotik.

3.3.3 Langka h-Langkah Konfigurasi MPLS

Untuk mengkonfigurasi MPLS berbasis Mikrotik diperlukan

langkah-langkah tahapan untuk mensetting. Berikut setting konfigurasi MPLS pada router

Mikrotik:

a. Setting interface loopback

b. Membuat IP Address loopback

c. Setting IP Address pada masing-masing interface

d. Setting Dynamic Routing

e. Setting MPLS dengan mengaktifkan Label Distribution Protocol (LDP).

Untuk flowchart langkah-langkah konfigurasi MPLS berbasis Mikrotik

(41)

Gambar 3.4 Flowchart Konfigurasi MPLS Berbasis Mikrotik

Dari Gambar 3.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Start yaitu tahap awal dari suatu flowchart

• Setting Interface Loopback yaitu tahap membuat interface bridge tanpa

menambahkan alamat port pada setiap router. Tujuan dari membuat Loopback

IP Address adalah:

1. Hanya ada satu sesi LDP antara 2 router, tidak peduli berapa banyak link

menghubungkan mereka, loopback IP address memastikan bahwa sesi

LDP tidak terpengaruh oleh perubahan interface atau IP address

2. Penggunaan loopback IP address sebagai alamat LDP transportasi

memastikan kedua hop bekerja dengan baik ketika beberapa label

melewatkan paket-paket data.

• Membuat IP Address Loopback yaitu tahap membuat IP address dengan

menggunakan interface loopback yang telah dibuat pada setiap router

• Setting IP Address Pada Masing-Masing Interface yaitu tahap membuat IP

(42)

• Setting Dynamic Routing yaitu tahap membuat rute dengan menggunakan

protokol routing atau OSPF pada setiap router untuk mendistribusikan rute

secara dinamis

• Setting MPLS Dengan Mengaktifkan LDP yaitu tahap menambahkan dan

mengkonfigurasi sistem MPLS. Dalam rangka untuk mendistibusikan

label-label untuk rute, LDP harus diaktifkan. Kemudian semua interface yang

berhubungan dengan MPLS perlu ditambahkan.

(43)

4.1 Implementa si Konfigurasi Multi Protocol Label Switching (MPLS) Dengan Menggunakan Mikr otik

Setelah melakukan analisis dan perancangan konfigurasi MPLS dengan

menggunakan Mikrotik, maka langkah selanjutnya adalah implementasi

konfigurasi MPLS dengan menggunakan Mikrotik. Dalam membuat konfigurasi

MPLS dengan menggunakan Mikrotik, pertama kali yang harus dilakukan adalah

membuat IP address pada server dan client seperti pada rancangan topologi

Gambar 3.2 di Bab III

(44)

Setelah membuat IP address dan gateway pada server seperti pada

Gambar 4.1 maka langkah selanjutnya adalah membuat IP address dan gateway

pada client seperti pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 IP Address Dan Gateway Client

Kemudian dilanjutkan dengan setting Mikrotik pada tiap router. Untuk

mensetting tiap router dapat melalui dengan membuka aplikasi WinBox.

(45)

Aplikasi WinBox digunakan untuk masuk pada setiap router yang akan

dikonfigurasi menjadi MPLS dengan cara mengklik tombol “…” kemudian pilih

router berapa yang akan dikonfigurasi dengan mengklik MAC Addressnya.

Gambar 4.4 Memilih Router

Setelah memilih router yang akan dikonfigurasi dengan mengklik MAC

Addressnya kemudian klik tombol Connect. Untuk Login diisi dengan admin dan

Password dibiarkan kosong. Selanjutnya masing-masing router akan

dikonfigurasi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

4.2 Konfigurasi Router Mikr otik

Untuk dapat mengimplementasikan MPLS dengan Mikrotik, maka setiap

router perlu dikonfigurasi. Konfigurasi yang dilakukan pada masing-masing

router seperti:

• Setting interface loopback

(46)

• Setting IP Address pada masing-masing interface

• Setting Dynamic Routing

• Setting MPLS dengan mengaktifkan Label Distribution Protocol (LDP).

4.2.1 Konfigurasi Router 1

Pada router 1 dilakukan konfigurasi dengan tahapan seperti pada

rancangan yang telah dibuat. Agar mudah untuk mengenali setiap router dan

mengkonfigurasinya maka setiap router diberi nama terlebih dahulu untuk

membedakan dengan cara masuk ke menu utama pilih System kemudian klik

menu Identity. Untuk router 1 diberi nama R1. Kemudian membuat Setting

Interface Loopback yaitu membuat interface bridge tanpa menambahkan alamat

port pada setiap router.

(47)

Untuk membuat interface loopback masuk ke menu Interfaces kemudian

muncul layar baru Interface List. Klik tombol “+” untuk membuat interface baru,

kemudian pilih Bridge. Setelah itu muncul layar baru New Interface seperti pada

Gambar 4.5. Pada Name beri nama lobridge kemudian OK. Bisa juga dengan

mengetikkan perintah pada menu New Terminal pada router R1.

/inte

rface bridge add name=lobridge

/ip address add address=9.9.9.1/32 interface=lobridge

Setelah terbuat interface yang baru, maka klik lagi interface yang telah

dibuat tadi untuk mengecek apakah sudah benar sesuai dengan konfigurasi MPLS

yang dibutuhkan.

Gambar 4.6 Interface Loopback “lobridge” R1

Jika interface loopback yang telah dibuat tadi seperti pada Gambar 4.6

maka pembuatan konfigurasi interface loopback sudah benar. Setelah itu

(48)

pada menu utama pilih IP kemudian pilih menu Address lalu muncul layar baru

Address List. Klik tombol “+” untuk membuat address baru lalu muncul layar

baru New Address seperti pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 SettingIP Address Loopback R1

Pada IP address loopback kolom Address diberi IP address 9.9.9.1/32

dan pilih kolom Interface dengan lobridge. Untuk pemberian IP address loopback

ini bebas terserah pada seorang administrator jaringan komputer. Arti dari IP

address 9.9.9.1/32 yaitu pada jaringan komputer dengan IP address 9.9.9.1 dan

jumlah client yang bisa dipakai yaitu sebanyak 1 client. Setelah itu klik OK.

Untuk melihat apakah pembuatan IP address loopback yang dibuat sudah benar

maka klik IP address 9.9.9.1 maka akan muncul seperti pada Gambar 4.8. Jika IP

address loopback yang telah dibuat seperti pada Gambar 4.8 maka sudah benar

(49)

Gambar 4.8 IP Address Loopback R1

Selanjutnya Setting IP Address pada masing-masing interface. Untuk

membuat IP address pada masing-masing interface harus sama seperti pada

(50)

Untuk membuat IP address pada masing-masing interface klik tombol

“+” lalu muncul layar baru New Address kemudian pada kolom Address diisi

192.168.1.1/24 dan pada kolom Interface pilih ethernet 3 atau ether3-slave-local

setelah itu klik OK. Klik tombol “+” untuk membuat IP address lagi dan pada

kolom Address diisi 10.134.1.1/24 dan pada kolom Interface pilih ethernet 4 atau

ether4-slave-local setelah itu klik OK. Untuk /24 yang ada di belakang IP address

pada masing-masing interface mempunyai arti jumlah client yang bisa dipakai

pada IP address tersebut sejumlah 254. Bisa juga dengan mengetikkan perintah

pada menu New Terminal pada router R1.

/ip address

add address=9.9.9.1/32 interface=lobridge add address=192.168.1.1/24 interface=ether3 add address=10.134.1.1/24 interface=ether4

Untuk melihat apakah konfigurasi sudah benar maka dilakukan

pengecekan terhadap IP address yang telah dibuat tadi. Apabila tampilannya

seperti pada Gambar 4.9 maka setting untuk membuat IP address sudah benar.

Langkah selanjutnya Setting Dynamic Routing. Untuk bisa membuat

dynamic routing masuk pada menu utama kemudian pilih Routing kemudian klik

OSPF. Setelah itu muncul layar baru yang bernama OSPF. Langkah pertama yang

dilakukan adalah membuat OSPF instance. Untuk membuat OSPF instance

double klik pada “default” yang sudah ada pada OSPF Instance. Pada kolom

Router ID isi seperti IP address loopback tetapi tanpa /32 yaitu 9.9.9.1. Kemudian

pada kolom Redistribute Connected Routes isi dengan as type 1. Setelah itu klik

OK. Jika tampilan setting membuat OSPF instance seperti pada Gambar 4.10

(51)

Gambar 4.10 Setting OSPF Instance R1

Setelah berhasil membuat OSPF instance langkah selanjutnya adalah

membuat OSPF network.

(52)

Untuk membuat OSPF network seperti pada Gambar 4.11 maka klik

menu Networks. Klik tombol “+” lalu muncul layar baru OSPF Network. Pada

kolom Network diisi dengan 192.168.1.0/24 dan pada kolom Area diisi backbone.

Kemudian OK, setelah itu klik tombol “+” lagi untuk membuat OSPF network

setelah itu pada kolom Network diisi dengan 10.134.1.0/24 dan pada kolom Area

diisi backbone. Untuk /24 yang ada di belakang network mempunyai arti yaitu

harus sama seperti pada pengisian IP address yang telah dibuat pada tahap setting

IP address agar bisa berjalan dengan baik. Bisa juga dengan mengetikkan perintah

pada menu New Terminal pada router R1.

/rout ing ospf

set distribute-default=never redistribute-connected=as-type-1 router-id=9.9.9.1

/routing ospf network

add area=backbone network=192.168.1.0/24 add area=backbone network=10.134.1.0/24

(53)

Langkah selanjutnya adalah membuat Setting MPLS seperti pada

Gambar 4.12. Pada menu utama pilih MPLS kemudian pilih dan klik MPLS lagi

setelah itu muncul layar baru MPLS. Pada menu MPLS klik LDP Settings dan

muncul layar LDP Settings. Aktifkan Enabled pada LDP Settings dengan

mencentang pada kotak samping kiri Enabled. Kemudian pada kolom LSR ID dan

Transport Address diisi dengan IP address loopback yaitu 9.9.9.1. Setelah itu klik

OK.

Gambar 4.13 Membuat Interface LDP MPLS R1

Langkah selanjutnya adalah membuat Interface LDP MPLS seperti pada

Gambar 4.13. Untuk membuatnya klik “+” kemudian pada kolom Interface pilih

ethernet 4 atau ether4-slave-local. Kemudian klik OK. Untuk memilih Interface

yang digunakan pada setting MPLS hanya pada interface yang saling

(54)

berhubungan dengan host tidak ditambahkan pada setting MPLS. Bisa juga

dengan mengetikkan perintah pada menu New Terminal pada router R1.

/mpls ldp

set enabled=yes lsr-id=9.9.9.1 transport-address=9.9.9.1 /mpls ldp interface

add interface=ether4

4.2.2 Konfigurasi Router 2

Berikutnya konfigurasi dilakukan pada router 2. Konfigurasi dilakukan

seperti pada tahapan rancangan yang telah dibuat. Agar mudah untuk mengenali

setiap router dan mengkonfigurasinya maka setiap router diberi nama terlebih

dahulu untuk membedakan dengan cara masuk ke menu utama pilih System

kemudian klik menu Identity. Untuk router 2 diberi nama R2. Kemudian

membuat Setting Interface Loopback yaitu membuat interface bridge tanpa

menambahkan alamat port pada setiap router.

(55)

Untuk membuat interface loopback masuk ke menu Interfaces kemudian

muncul layar baru Interface List. Klik tombol “+” untuk membuat interface baru,

kemudian pilih Bridge. Setelah itu muncul layar baru New Interface seperti pada

Gambar 4.14. Pada Name beri nama lobridge kemudian OK. Bisa juga dengan

mengetikkan perintah pada menu New Terminal pada router R2.

/inte

rface bridge add name=lobridge

/ip address add address=9.9.9.2/32 interface=lobridge

Setelah terbuat interface yang baru, maka klik lagi interface yang telah

dibuat tadi untuk mengecek apakah sudah benar sesuai dengan konfigurasi MPLS

yang dibutuhkan.

Gambar 4.15 Interface Loopback “lobridge” R2

Jika interface loopback yang telah dibuat tadi seperti pada Gambar 4.15

maka pembuatan konfigurasi interface loopback sudah benar. Setelah itu

(56)

pada menu utama pilih IP kemudian pilih menu Address lalu muncul layar baru

Address List. Klik tombol “+” untuk membuat address baru lalu muncul layar

baru New Address seperti pada Gambar 4.16.

Pada IP address loopback kolom Address diberi IP address 9.9.9.2/32

dan pilih kolom Interface dengan lobridge. Untuk pemberian IP address loopback

ini bebas terserah pada seorang administrator jaringan komputer. Arti dari IP

address 9.9.9.2/32 yaitu pada jaringan komputer dengan IP address 9.9.9.2 dan

jumlah client yang bisa dipakai yaitu sebanyak 1 client.

Gambar 4.16 SettingIP Address Loopback R2

Setelah itu klik OK. Untuk melihat apakah pembuatan IP address

loopback yang dibuat sudah benar maka klik IP address 9.9.9.2 maka akan

muncul seperti pada Gambar 4.17. Jika IP address loopback yang telah dibuat

seperti pada Gambar 4.17 maka sudah benar untuk pembuatan IP address

(57)

Gambar 4.17 IP Address Loopback R2

Selanjutnya Setting IP Address pada masing-masing interface. Untuk

membuat IP address pada masing-masing interface harus sama seperti pada

rancangan topologi pada Gambar 3.2 yang telah dibuat pada Bab III.

(58)

Untuk membuat IP address pada masing-masing interface klik tombol

“+” lalu muncul layar baru New Address kemudian pada kolom Address diisi

203.150.1.2/24 dan pada kolom Interface pilih ethernet 3 atau ether3-slave-local

setelah itu klik OK. Klik tombol “+” untuk membuat IP address lagi dan pada

kolom Address diisi 10.134.1.2/24 dan pada kolom Interface pilih ethernet 4 atau

ether4-slave-local setelah itu klik OK. Untuk /24 yang ada di belakang IP address

pada masing-masing interface mempunyai arti jumlah client yang bisa dipakai

pada IP address tersebut sejumlah 254. Bisa juga dengan mengetikkan perintah

pada menu New Terminal pada router R2.

/ip address

add address=9.9.9.2/32 interface=lobridge add address=203.150.1.2/24 interface=ether3 add address=10.134.1.2/24 interface=ether4

Untuk melihat apakah konfigurasi sudah benar maka dilakukan

pengecekan terhadap IP address yang telah dibuat tadi. Apabila tampilannya

seperti pada Gambar 4.18 maka setting untuk membuat IP address sudah benar.

Langkah selanjutnya Setting Dynamic Routing. Untuk bisa membuat

dynamic routing masuk pada menu utama kemudian pilih Routing kemudian klik

OSPF. Setelah itu muncul layar baru yang bernama OSPF. Langkah pertama yang

dilakukan adalah membuat OSPF instance. Untuk membuat OSPF instance

double klik pada “default” yang sudah ada pada OSPF Instance. Pada kolom

Router ID isi seperti IP address loopback tetapi tanpa /32 yaitu 9.9.9.2. Kemudian

pada kolom Redistribute Connected Routes isi dengan as type 1. Setelah itu klik

OK. Jika tampilan setting membuat OSPF instance seperti pada Gambar 4.19

(59)

Gambar 4.19 Setting OSPF Instance R2

Setelah berhasil membuat OSPF instance langkah selanjutnya adalah

membuat OSPF network.

(60)

Untuk membuat OSPF network seperti pada Gambar 4.20 maka klik

menu Networks. Klik tombol “+” lalu muncul layar baru OSPF Network. Pada

kolom Network diisi dengan 10.134.1.0/24 dan pada kolom Area diisi backbone.

Kemudian OK, setelah itu klik tombol “+” lagi untuk membuat OSPF network

setelah itu pada kolom Network diisi dengan 203.150.1.0/24 dan pada kolom Area

diisi backbone. Untuk /24 yang ada di belakang network mempunyai arti yaitu

harus sama seperti pada pengisian IP address yang telah dibuat pada tahap setting

IP address agar bisa berjalan dengan baik. Bisa juga dengan mengetikkan perintah

pada menu New Terminal pada router R2.

/rout ing ospf

set distribute-default=never redistribute-connected=as-type-1 router-id=9.9.9.2

/routing ospf network

add area=backbone network=10.134.1.0/24 add area=backbone network=203.150.1.0/24

(61)

Langkah selanjutnya adalah membuat Setting MPLS seperti pada

Gambar 4.21. Pada menu utama pilih MPLS kemudian pilih dan klik MPLS lagi

setelah itu muncul layar baru MPLS. Pada menu MPLS klik LDP Settings dan

muncul layar LDP Settings. Aktifkan Enabled pada LDP Settings dengan

mencentang pada kotak samping kiri Enabled. Kemudian pada kolom LSR ID dan

Transport Address diisi dengan IP address loopback yaitu 9.9.9.2. Setelah itu klik

OK.

Langkah selanjutnya adalah membuat Interface LDP MPLS seperti pada

Gambar 4.22. Untuk membuatnya klik “+” kemudian pada kolom Interface pilih

ethernet 3 atau ether3-slave-local dan tambahkan juga pada ethernet 4 atau

ether4-slave-local. Kemudian klik OK. Untuk memilih Interface yang digunakan

pada setting MPLS hanya pada interface yang saling berhubungan dengan router

atau MPLS, sedangkan untuk interface yang berhubungan dengan host tidak

ditambahkan pada setting MPLS. Bisa juga dengan mengetikkan perintah pada

menu New Terminal pada router R2.

(62)

Gambar 4.22 Membuat Interface LDP MPLS R2

4.2.3 Konfigurasi Router 3

Selanjutnya konfigurasi dilakukan pada router 3. Konfigurasi dilakukan

seperti pada tahapan rancangan yang telah dibuat. Agar mudah untuk mengenali

setiap router dan mengkonfigurasinya maka setiap router diberi nama terlebih

dahulu untuk membedakan dengan cara masuk ke menu utama pilih System

kemudian klik menu Identity. Untuk router 3 diberi nama R3. Kemudian

membuat Setting Interface Loopback yaitu membuat interface bridge tanpa

(63)

Gambar 4.23 Setting Interface Loopback R3

Untuk membuat interface loopback masuk ke menu Interfaces kemudian

muncul layar baru Interface List. Klik tombol “+” untuk membuat interface baru,

kemudian pilih Bridge. Setelah itu muncul layar baru New Interface seperti pada

Gambar 4.23. Pada Name beri nama lobridge kemudian OK. Bisa juga dengan

mengetikkan perintah pada menu New Terminal pada router R3. /inte

rface bridge add name=lobridge

/ip address add address=9.9.9.3/32 interface=lobridge

Setelah terbuat interface yang baru, maka klik lagi interface yang telah

dibuat tadi untuk mengecek apakah sudah benar sesuai dengan konfigurasi MPLS

yang dibutuhkan.

Jika interface loopback yang telah dibuat tadi seperti pada Gambar 4.24

maka pembuatan konfigurasi interface loopback sudah benar. Setelah itu

(64)

pada menu utama pilih IP kemudian pilih menu Address lalu muncul layar baru

Address List. Klik tombol “+” untuk membuat address baru lalu muncul layar

baru New Address seperti pada Gambar 4.25.

Gambar 4.24 Interface Loopback “lobridge” R3

(65)

Pada IP address loopback kolom Address diberi IP address 9.9.9.3/32

dan pilih kolom Interface dengan lobridge. Untuk pemberian IP address loopback

ini bebas terserah pada seorang administrator jaringan komputer. Arti dari IP

address 9.9.9.3/32 yaitu pada jaringan komputer dengan IP address 9.9.9.3 dan

jumlah client yang bisa dipakai yaitu sebanyak 1 client. Setelah itu klik OK.

Untuk melihat apakah pembuatan IP address loopback yang dibuat sudah benar

maka klik IP address 9.9.9.3 maka akan muncul seperti pada Gambar 4.26. Jika

IP address loopback yang telah dibuat seperti pada Gambar 4.26 maka sudah

benar untuk pembuatan IP address loopback.

Gambar 4.26 IP Address Loopback R3

Selanjutnya Setting IP Address pada masing-masing interface. Untuk

membuat IP address pada masing-masing interface harus sama seperti pada

Gambar

Gambar 3.1 Topologi Gedung TF UPN Jatim
Gambar 3.3 Flowchart Perancangan Sistem
Gambar 3.4 Flowchart Konfigurasi MPLS Berbasis Mikrotik
Gambar 3.2 di Bab III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut pasal 1 angka 4 Surat Keputusan Bersama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP- 1 11212005; Nomor: KEP- IAIJ.A1121200 Tahun

Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan jumlah uang beredar di dominasi oleh kuasi money , atau dengan kata lain kontribusi kuasi money lebih besar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang

Sehubungan dengan pentingnya pengamalan butir-butir pancasila, maka penulis menyarankan kepada seluruh warga negara Indonesia untuk mengamalkan nilai-nilai luhur

tanda sebuah kualitas dan komitmen yang membuat konsumen menjadi akrab dengan merek dan membantu mereka mempertimbangkan pada titik pembelian (Aaker dalam Tong et

Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT dapat diketahui dari jumlah kematian larva udang Artemia salina Leach karena pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam tumbuhan tertentu

Alasan pemilihan model Altman z-score modifikasi ini karena bank syariah berbeda dengan perusahaan manufaktur jadi bank syariah tidak cocok menggunakan model

Penelitian ini menunjukkan terapi tertawa dapat menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi terutama pada nilai Sistolik segera setelah dilakukan terapi