SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY
DEVELOPMENT) PT.TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
(Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)SKRIPSI
OLEH:
SRI ALEMINA ITA GINTING 020309004
SEP-PKP
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY
DEVELOPMENT) PT.TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
(Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)SKRIPSI
OLEH:
SRI ALEMINA ITA GINTING
020309004
SEP-PKP
Skripsi sebagai Salah satu Syarat untuk dapat Mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si Emalisa, SP, M.Si Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
Sri Alemina Ita br Ginting (020309004) dengan judul skripsi SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY DEVELOPMENT) PT. TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA, (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling dimana jumlah populasi di daerah penelitian 488 KK dan diambil sebagai sampel 40 KK, 20 sampel merupakan penerima bantuan program CD dan 20 sampel yang bukan penerima program CD. Metode analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman, Analisis Regresi Linier Berganda dan Metode Deskriptif. Dengan hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Program CD di desa Parbuluan I tidak sesuai dengan keinginan petani.
2. Sikap petani terhadap Program CD di desa Parbuluan I adalah negatif, dimana dari 40 orang petani sampel, 21 orang (52.55%) mempunyai sikap negatif dan 19 orang (47.5%) yang bersikap positif.
3. Karakteristik sosial petani:
a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kosmopolitan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
d. Karakteristik ekonomi petani:
a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
4. Faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, tingkat cosmopolitan, luas lahan dan jumlah pandapatan) petani secara serempak maupun secara parsial tidak berpengaruh dengan sikapnya terhadap Program CD.
5. Dukungan pemerintah daerah dalam Program CD masih sangat kurang di daerah penelitan.
6. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan program CD yaitu: bibit terlalu kecil, suhu yang tidak sesuai dan ternak yang tidak tumbuh besar. 7. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi yaitu:
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tigabinanga, pada tanggal 19 September 1984 dari Bapak T.
Ginting dan Ibu S. br Perangin-angin. Penulis merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar di SD Sint. Yoseph Tigabinanga tamat tahun
1996.
2. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1
Tigabinanga tamat tahun 1999.
3. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Tigabinanga dan
tamat tahun 2002.
4. Tahun 2002 diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
5. Bulan Juli-Agustus 2006 melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Huta
Gurgur Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
6. Bulan Januari 2007 melakukan penelitian di Desa Parbuluan I Kecamatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini
adalah SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY
DEVELOPMENT) PT. TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA, (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan
Parbuluan Kabupaten Dairi).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing.
2. Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
3. Ibu Ir. Lily Fauzia M.Si sebagai Ktua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.
4. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Sekretaris Departemen Sosial Ekomomi
Pertanian.
5. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.
6. Bapak Camat Parbuluan, Kepala Desa Parbuluan I, Koordinator CD PT TPL Kab.
Dairi yang telah membantu penulis selama penelitian.
7. Seluruh masyarakat Desa Parbuluan I yang bersedia meluangkan waktu untuk
membantu penulis selama penelitian.
Ungkapan terima kasih yang tulus juga penulis ucapkan kepada kedua
orangtua tercinta, keluarga, dan teman-teman atas setiap dukungan dan doanya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, September 2007
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9
2.1. Tinjauan Pustaka ... 9
2.2. Landasan Teori ... 15
2.3. Kerangka Pemikiran ... 20
2.4. Hipotesis Penelitian ... 23
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25 3.1. Metode Penentuan daerah Penelitian ... 25 3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 26 3.3. Metode Pengumpulan Data ... 26 3.4. Metode Analisis Data ... 27 3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 31
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DANKARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 33
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 33 4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 36
Terhadap Program CD ... 42 5.3.1. Hubungan Umur Petani Sampel dengan Sikapnya
Terhadap Program CD ... 42 5.3.2. Hubungan Tingkat Pendidikan petani Sampel
dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 44 5.3.3. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Sampel
dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 45 5.4. Hubungan Faktor Ekonomi Petani sample Dengan
Sikapnya terhadap Program CD ... 47 5.4.1. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Sikapnya
terhadap Program CD ... 47 5.4.2. Hubungan Pendapatan Petani Sampel dengan
Sikapnya terhadap Program CD ... 48 5.5. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan
Sikapnya terhadap Program CD ... 50 5.6. Dukungan pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan
Program CD ... 53 5.7. Masalah-Masalah yanh Dihadapi Petani dalam
Pelaksanaan Program CD... 54 5.8. Upaya-upaya yang Dilakukan Petani untuk Mengatasi
Masalah-masalah yang dihadapi Petani dalam Pelaksanaan
Program CD ... 54
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56 6.1. Kesimpulan ... 56 6.2. Saran ... 57
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Jenis dan Jumlah Bantuan yang Diberikan PT. TPL untuk Kab. Dairi ... 6
2. Jumlah Kepala Keluarga penerima Bantuan, Jenis Bantuan dan Jumlah Bantuan Program CD PT. TPL di Kab. Dairi ... 25
3. Jumlah Petani sampel Penerima Bantuan dan yang Tidak Menerima Bantuan Program CD PT. TPL Tahun 2004 ... 26
4. Luas Wilayah menurut Penggunaannya di Desa Parbuluan I ... 34
5. Sarana dan Prasarana di Desa Parbuluan I ... . 34
6. Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur Desa Parbuluan I ... . 35
7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan I... 36
8. Jumlah Bibit Ternak Babi yang Mati, Bertahan Hidup dan Dijual oleh Petani ... 40
9. Sikap Petani Sampel terhadap Program CD di Desa Parbuluan I ... 41
10. Hubungan Umur Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD... 43
11. Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 44
12. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 46
13. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD... 47
14. Hubungan Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap Program CD ... 49
15. Analisis Statistik regresi Linier Berganda (Multiple Regresion)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan I... 59
2. Tingkat Kosmopolitan ... 60
3. Jawaban Petani sampel ... 61
4. Jumlah Petani yang Menjawab Setiap Pernyataan ... 62
5. Perhitungan Skala kategori Jawaban Pernyataan Sikap untuk Pernyataan Positif ... 63
6. Perhitungan Skala kategori Jawaban Pernyataan Sikap untuk Pernyataan Negatif ... 64
7. Total skala Jawaban Petani Sampel terhadap Pernyataan Sikap ... 65
8. Skor Sikap dan Interprestasinya terhadap Pernyataan Sikap ... 66
9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan I dan Sikapnya terhadap Program CD ... 67
10. Korelasi Spearman antara Umur Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 68
11. Korelasi Spearman antara Tingkat Pendidikan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 69
12. Korelasi Spearman antara Tingkat Kosmopolitan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 70
13. Korelasi Spearman antara Luas Lahan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 71
14. Korelasi Spearman antara Total Pendapatan Keluarga Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 72
15. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi (Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Kosmopolitan, Luas Lahan dan Total Pendapatan Keluarga) dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 73
16a. Jumlah dan Biaya Saprodi Perpetani Persatu Musim Tanam ... 74
17a. Nilai dan Biaya Alat dan Mesin Pertanian Perpetani Persatu Musim
Tanam ... 78
17b. Nilai dan Biaya Alat dan Mesin Pertanian Perpetani Pertahun ... 79
18a. Total Jumlah Tenaga Kerja dan Biaya Perpetani Persatu Musim Tanam 80 18b. Total Jumlah Tenaga Kerja dan Biaya Perpetani Pertahun ... 82
19a. Junlah Penyusutan Alat dan Mesin Pertanian Perpetani Persatu Musim Tanam ... 84
19b. Junlah Penyusutan Alat dan Mesin Pertanian Perpetani Pertahun ... 86
20a. Total Biaya Produksi Perpetani Persatu Musim Tanam ... 88
20b. Total Biaya Produksi Perpetani Pertahun ... 89
21a. Total Produksi dan Penerimaan Usahatani Perpetani Persatu Musim Tanam ... 90
21b. Total Produksi dan Penerimaan Usahatani Perpetani Pertahun ... 91
22. Daftar Pernyataan Sikap Petani Terhadap Program CD PT. TPL ... 92
RINGKASAN
Sri Alemina Ita br Ginting (020309004) dengan judul skripsi SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY DEVELOPMENT) PT. TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA, (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling dimana jumlah populasi di daerah penelitian 488 KK dan diambil sebagai sampel 40 KK, 20 sampel merupakan penerima bantuan program CD dan 20 sampel yang bukan penerima program CD. Metode analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman, Analisis Regresi Linier Berganda dan Metode Deskriptif. Dengan hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Program CD di desa Parbuluan I tidak sesuai dengan keinginan petani.
2. Sikap petani terhadap Program CD di desa Parbuluan I adalah negatif, dimana dari 40 orang petani sampel, 21 orang (52.55%) mempunyai sikap negatif dan 19 orang (47.5%) yang bersikap positif.
3. Karakteristik sosial petani:
a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kosmopolitan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
d. Karakteristik ekonomi petani:
a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.
4. Faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, tingkat cosmopolitan, luas lahan dan jumlah pandapatan) petani secara serempak maupun secara parsial tidak berpengaruh dengan sikapnya terhadap Program CD.
5. Dukungan pemerintah daerah dalam Program CD masih sangat kurang di daerah penelitan.
6. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan program CD yaitu: bibit terlalu kecil, suhu yang tidak sesuai dan ternak yang tidak tumbuh besar. 7. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi yaitu:
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan
bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda
pembangunan yang mesti dijawab dan dituntaskan untuk mencapai kondisi tersebut.
Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah
menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas
kehidupan yang lebih baik. Aspirasi dan tututan masyarakat itu lebih berperan dalam
proses pembangunan yang telah berlangsung (Sumodiningrat, 1999 : 1).
Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh tingkat partisipasi
masyarakat, baik dalam menyumbangkan masukan (input) maupun dalam menikmati
hasil-hasilnya. Perlu diingat bahwa 80% masyarakat Indonesia masih tinggal di
pedesaan yang jauh dari pusat-pusat administrasi pembangunan yang umumnya
berada di kota-kota, sehingga masih banyak rakyat yang belum cukup tersentuh oleh
kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, termasuk menikmati hasil
pembangunan. Oleh karena itu, perlu kiranya dibuat usaha-usaha yang meningkatkan
pertisipasi masyarakat dalam pembangunan yang mendekatkan kegiatan
pembangunan pada tempat-tempat pemukiman masyarakat tersebut (Margono, S.,
2003 : 7).
Semua pembangunan menyangkut bahkan ditujukan untuk masyarakat, tetapi
sebagai metode pembangunan masyarakat mempunyai karakteristik sendiri.
Pembangunan masyarakat tidak saja bermaksud membina hubungan dalam setiap
karena setiap satuan masyarakat mempunyai kekuatan sendiri (community power).
Suatu masyarakat bisa kehilangan kekuatannya jika masyarakat itu mengalami
community disorganization. Untuk mengatasi masalah itulah CD atau pembangunan
masyarakat dilancarkan (Ndraha, T., 1990 : 40).
Upaya pengembangan masyarakat di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
keadaan politis dan pemerintahan. Pola pengembangan masyarakat di Indonesia secara
umum dikembangkan oleh Depertemen Dalam Negeri, sedangkan secara sektoral
dikembangkan beberapa departemen dan lembaga pemerintah non departamental,
serta lembaga-lembaga non pemerintah. Di Indonesia pola pengembangan masyarakat,
dalam kerangaka Departemen Dalam Negeri dimasukkan dalam pengembangan
masyarakat desa (Adi, 2003 : 291).
Pembangunan masyarakat desa didefinisikan sebagai suatu proses dimana
anggota-anggota masyarakat pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan
mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri yang menekankan pada seluruh masyarakat. Penekanan
kepada pembangunan masyarakat desa didefinisikan setiap bentuk usaha perbaikan
setempat yang bisa dicapai dengan keinginan masyarakat untuk bekerja sama (Surjadi,
1989 : 1).
Istilah asing untuk pembangunan desa, bukan hanya RD (Rural Development)
melainkan juga CD. CD merupakan pendekatan pembangunan yang mengutamakan
partisipasi aktif masyarakat dan berlaku baik di desa maupun di perkotaan.
Sedangkan RD dilain pihak hanya berlaku di pedesaan, dan mengutamakan keserasian
Pengembangan masyarakat berisi beberapa elemen dasar. Berikut merupakan
hal-hal yang dapat dijadikan titik tolak, jika suatu kegiatan ingin disebut
pengembangan masyarakat.
1. Perhatian diberikan kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat yang
berkepentingan dan terhadap lapangan kegiatan yang ditetapkan oleh masyarakat
tersebut.
2. Masyarakat menjadi partisipan yang aktif dan berguna dalam suatu proses
pengembangan masyarakat dan memiliki kontrol yang beralasan terhadap proses
itu.
3. Konsep bantu diri diletakkan pada kedudukan yang vital pada proses
pengembangan masyarakat.
4. Masyarakat dipandang sebagai suatu keseluruhan (totalitas) dan bukan jumlah
bagian-bagian yang terpisah. (Moedzakir, 1986:10).
Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan
memerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama.
Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi ‘penyadaran’, untuk berhasilnya
program pembangunan desa tersebut, warga masyarakat dituntut untuk terlibat tidak
saja dalam aspek kognitif dan praktis, tetapi juga ada keterlibatan emosional pada
program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk
ikuit serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa. Untuk itu para
pemimpin harus menyebarluaskan kebijakan pembangunan desa, dan secara aktif
mengidentifikasikan diri dengan kebijakan tersebut. Terkait dengan hal itu maka
partisipasi masyarakat menjadi elemen yang penting dalam pembangunan masyarakt
hal yaitu: partisipasi dalam perencanaan dan partisipasi dalam pelaksanaan, yang
keduanya memiliki segi positif dan segi negatif (Adi, 2003: 296).
Paradigma pembangunan mutakhir saat ini memberi porsi yang besar pada
manusia sebagai subjek pembangunan dan manusia sebagai bahan pokok dari
pembangunan. Karakteristik pendekatan pembangunan yang berpusat pada manusia
adalah sebagai berikut:
1. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dibuat ditingkat
lokal, dimana didalamnya rakyat memiliki identitas dan peranan yang dilakukan
sebagai partisipasi.
2. Fokus utama adalah memperkuat kemampuan rakyat miskin dalam mengawasi
dan mengarahkan aset-aset untuk memenuhi kebutuhan yang khas sesuai dengan
daerahnya.
3. Pendekatan ini memiliki toleransi terhadap perbedaan oleh karenanya mengakui
arti penting dari keputusan individual dan pembuatan kekuatan yang terdistribusi.
4. Fokus pada social learning yang didalamnya terdapat interaksi kolaboratif antara
birokrasi dan komunitas mulai dari perencanaan pembangunan hingga pada
evaluasi proyek yang mendasari diri pada saling belajar.
5. Budaya kelembagaan ditandai dengan adanya organisasi yang mengatur diri
sendiri dan lebih terdistribusi, yang menandai unit-unit lokal yang mengelola
dirinya sendiri.
6. Proses pembentukan jaringan koalisi dan komunikasi antara birokrasi lembaga
lokal, satuan organisasi tradisional. (Purnomo, 2004: 154).
Setelah berganti nama dari sebelumnya PT Indorayon, PT Toba Pulp Lestari
kembali beroperasi akhir Maret 2004, PT Toba Pulp Lestari telah menutup proses
produksi yang berpotensi menjadi polutan, melakukan pengelolaan limbah, serta
menggunakan eucalyptus berasal dari tanaman sendiri. Selain itu, kegiatan
pemberdayaan masyarakat melalui program CD menjadi bagian dari komitmen
tersebut. Program Pengembangan masyarakat ini berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat sekitar. Program tersebut diharapkan dapat menjadi kontribusi pada
masyarakat sekitar pabrik mapupun Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan begitu,
diharapkan akan terjalin kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat (Kompas, 27
April 2004).
Kini kemitraan dengan masyarakat dilakukan dengan menyediakan dana
sebesar Rp 10.138.255.000,- yang akan dibagikan kepada delapan kabupaten sekitar
lokasi pabrik. Kedelapan kabupaten yang menerima dana itu yaitu: Tapanuli Utara,
Humbang Hasundutan, Dairi, Pak-Pak Barat, Toba Samosir, Samosir, Simalungun dan
Tapanuli Selatan. Besarnya dana dari satu persen hasil penjualan bersih PT. TPL
tersebut berbeda untuk setiap daerah. Perhitungan besaran saluran bantuan yang
diberikan memakai tolak ukur total produksi kabupaten terhadap perusahaan, panjang
jalan kabupaten yang dipakai perusahaan dan luas HTI di masing-masing kabupaten
(Khairul, Kompas 27 September 2005).
Pada tahun 2005 PT. TPL telah menetapkan 2 desa di Kecamatan Parbuluan,
Kabupaten Dairi sebagai penerima dana Program CD. Bantuan yang diberikan berupa
bibit ternak babi dan bibit ternak kambing. Tahun 2006 dana tersebut telah diserahkan
kepada masing-masing desa dan petani penerima bantuan tersebut. Data desa, jenis
bantuan dan jumlah bantuan yang diterima dapat dilihat pada Tabel 1.
Desa Jenis bantuan Jumlah bantuan
Parbuluan 1
Dusun Dalan Toba II Dusun Simallopuk
Parbuluan III
Dusun B.Nainggolan
Bibit ternak babi Bibit ternak babi
Bibit ternak babi dan kambing
Rp.49.600.000,- Rp.50.400.000,-
Rp.39.800.000,-
Sumber: Kordinator pelaksana Program CD Kabupaten Dairi tahun 2005
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah bantuan yang diterima Desa Parbuluan I
berupa bibit ternak babi dengan nilai bantuan sebesar Rp 100.000.000 dan untuk Desa
Parbuluan III diberikan batuna berupa bibit ternak babi dan bibit ternak kambing
dengan nilai bantuan sebesar Rp 39.800.000.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah
mengenai program CD di Kecamatan Parbuluan deengan maksud untuk mengetahui
lebih jauh bagaimana sikap petani terhadap Program CD dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap tersebut. Karena pertimbangan hal itu maka peneliti tertarik
melakukan penelitian di desa Parbuluan I, dimana desa ini merupakan salah satu desa
yang penerima bantuan Program CD dari PT. TPL.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan Program CD di daerah penelitian.
2. Bagaimana sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian.
3. Bagaimana hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, tingkat
kosmopolitan) petani dengan sikap mereka terhadap pelaksanaan Program
CD.
4. Bagaimana hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan dan total pendapatan
5. Bagaimana pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan,
tingkat kosmopolitan, luas lahan dan total pendapatan keluarga) terhadap
sikap petani dalam pelaksanaan Program CD.
6. Sejauh mana dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program CD.
7. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD.
8. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan Program CD.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program CD di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan,
tingkat kosmopolitan) petani dengan sikap mereka terhadap pelaksanaan
Program CD.
4. Untuk mengetahui hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan dan total
pendapatan keluarga) petani dengan sikap mereka terhadap pelaksanaan
Program CD.
5. Untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat
pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan dan total pendapatan keluarga)
terhadap sikap petani dalam pelaksanaan Program CD.
6. Untuk mengetahui sejauh mana dukungan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan Program CD.
7. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam
8. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bahan informasi bagi pembuat program, agar dapat membuat program yang
lebih baik yang lebih bermanfaat bagi petani.
2. Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pembangunan desa adalah pembangunan manusia seutuhnya dan seluruh
masyarakat Indonesia. Pembanguan desa bersifat multisektoral menyangkut semua
segi kehidupan masyarakat, sehingga pembangunan desa tidaklah pembangunan yang
berdiri sendiri. Sifat multisektoral mengharuskan bahwa pembangunan desa harus
dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu. Terpadu dalam perencanaan dan
pelaksanaan sehingga optimasi dari pembanguan tersebut dapat dicapai, berdaya guna
dan berhasil guna. Dalam hal ini pembangunan desa menempatkan dirinya dalam tiga
sifat yaitu:
a. Sebagai metode pembangunan dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa
b. Sebagai program, yang menyangkut berbagai segi terakumulasi dalam
bentuk-bentuk program yang pelaksanaannya di desa dan memerlukan keikutsertaan
masyarakat desa
c. Sebagai gerakan, dimana harus dilaksanakan secara menyeluruh di pedesaan.
(Suwignjo, 1985 :79).
Pembangunan masyarakat dapat dipandang dalam sudut arti luas dan dapat
pula dari sudut arti sempit. Dalam arti luas, pembangunan masyarakat berarti
perubahan sosial berencana. Dalam arti ini sasaran pembangunan masyarakat adalah
perbaikan dan peningkatan bidang ekonomi, teknologi, bahkan politik dan sosial.
Dalam arti sempit, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana di
lokalitas tertentu, seperti kampung, desa, kota kecil atau kota besar. Pembangunan
langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan pengurusan
kepentingan lokalitas atau masyarakat setempat, dan sepanjang mampu dikelola oleh
masyarakat itu sendiri (Ndraha, 1987: 72).
Defenisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah
defenisi yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun
1956 yang berbunyi CD atau pembangunan masyarakat adalah suatu proses. Baik
ikhtiar masyarakat yang bersangkutan yang dambil berdasarkan prakarsa sendiri,
maupun kegiatan pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan
kebudayaan berbagai komunitas, mengintegrasikan berbagai komunitas itu kedalam
kehidupan bangsa, dan memampukan mereka untuk memberi sumbangan sepenuhnya
demi kemajuan bangsa dan negara, berjalan secara terpadu dalam proses tersebut
(Ndraha, 1987: 73).
Tujuan utama pembangunan masyarakat desa terpadu adalah meningkatkan
produktivitas, memperbaiki kualitas hidup masyarakat pedesaan, serta memperkuat
kemandirian. Menurut Waterson, ada enam elemen dasar yang melekat dalam
program pembangunan semacam ini, yaitu: (a) pembangunan pertanian dengan
mengutamakan padat karya (labour intensive), (b) memperluas kesempatan kerja, (c)
intensifikasi tenaga kerja skala kecil, dengan cara mengembangkan industri kecil di
pedesaan (d) mandiri dan meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan, (e) mengembangkan daerah perkotaan yang mampu memberi dukungan
pada pembangunan pedesaan, (f) membangun kelembagaan yang mampu melakukan
koordinasi proyek multisektor (Usman, 1998 :45).
1. Menjadi lebih swadaya
Banyak kegiatan yang dinamakan CD dalam kenyataannya justru
menumbuhkan ketergantungan msyarakat local terhadap actor luar. Apabia hal ini
terjadi maka kegiatan yang dilaksanakan pada dasarnya bukan CD karena CD
pada dasarnya upaya menolong mereka agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, ringkasnya membuat masyarakat lebih swadaya.
2. Berkembang menjadi komunitas pembelajar
Menjadi swadaya menuntut masyarakat lokal untuk mampu belajar dari
pengalamannya sendiri untuk menjawab tantangan yang akan muncul dikemudian
hari dan juga mampu memberdayakan dirinya sendiri.
3. Berkurangnya kerentanan dan kemiskinan
Keberhasilan CD bukan sekedar bahwa kegiatan yang direncanakan telah
dilaksanakan. Apaun kegiatan dan oleh siapa saja, CD hanya akan dianggap
berhasil bila mampu mengurangi kerentanan dan kemiskinan yang dihadapi
masyarakat.
4. Terciptanya peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan
Peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan dalam
sebagian besar kegiatan mengembangkan aktivitas ekonomi. CD dilaksanakan
pertama-tama dengan menggunakan modal sosial sebagai dasar dari
kegiatan-kegiatan lainnya.
5. Tercapainya keseimbangan tujuan sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.
Sering terjadi CD justru mengubah keseimbangan elemen-elemen dalam
masyarakat yang ada. Apabila hal ini terjadi maka dalam jangka panjang akan
perspektif keseimbangan yang ada dalam masyarakat lokal. CD adalah sasaran
yang menjadi pondasi bagi pencapaian sasaran yang lebih jauh.
6. Menguatnya Modal sosial
Dalam komunitas masyarakat miskin yang tidak memiliki modal finansial,
modal sosial merupakan modal dasar yang memungkinkan masyarakat lokal
bertahan hidup (Primahendra, R. 2006)
Masalah-masalah yang dihadapi pembangunan masyarakat dalam praktek
antara lain adalah:
1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan
berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan
pengambilan keputusan.
2. Pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam usaha mendorong
perubahan sosial.
3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik.
4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya.
5. Cenderung memperhatikan kepentingan yang sifatnya umum saja sementara
kepentingan lapisan dan kelompok masyarakat dalam komunitas terabaikan.
(Ndraha, T., 1990 : 96).
Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian
psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik
tingkah laku perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun
demikian sikap seseorang terhadap suatu objek tidak selalu memunculkan tingkah
Sikap dapat sangat menentukan berhasil tidaknya suatu keinginan yang kita
inginkan. Sikap juga akan membantu memperkuat daya keinginan kita (Haryanto,
2000:113).
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya:
ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Perkembangan sikap banyak dipengaruhi
oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan
sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau
lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia
terhadap objek tertentu atau suatu objek (Ahmadi, 1999:171).
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif
(conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 1995:24).
Pendekatan dari conditioning theory menjelaskan bahwa sikap merupakan
kebiasaan sesuatu yang dipelajari. Perkembangan dari sikap akan memulai proses
sosialisasi, imitasi dan adaptasi. Jika dikaitkan dengan komponen kognitif serta
afektif, berarti komponen kognitif harus dapat menghayati obyek yang dihadapinya
agar timbul suatu sikap yang dikehendaki. Karena itu, mempelajari karakteristik
ataupun kejadian merupakan hal yang penting dalam pembentukan suatu sikap, yang
dalam hal ini sebenarnya mencakup segi konseptual dan faktor senang atau tidak
Masyarakat desa dalam berbagai hal memiliki berbagai ciri yang dapat
dibedakan dengan komunitas lain terutama pada kebiasan hidup bermasyarakatnya.
Perbedaan itu akan membawa dampak pada proses perubahan apabila tidak dicermati.
Ada dua sifat masyarakat desa terkait dengan program pembangunan yakni sikap
menghambat dan sikap mendukung. Sikap menghambat terdiri dari: sikap pasif,
familiy sentries, apatis, orientasi pada masa lampau, dan menyerah pada takdir.
Sedangkan yang termasuk sikap mendukung terdiri dari: sikap gotong-royong,
kepemimpinan desa, sikap bersaing, kebebasan berbicara, kesediaan untuk menerima
inovasi (Purnomo, 2004: 18-23).
Ada beberapa hal penting dari sistem sosial desa yakni:
1. Masyarakat desa memiliki corak pandang tersendiri tentang hakekat hidupnya.
2. Memiliki karakteristik hubungan khusus dengan alam sekitarnya.
3. Memiliki pola pandang sendiri akan perubahan.
4. Berfikir rasional dan damba akan perubahan.
5. Hati-hati dan toleran terhadap perubahan (Purnomo, 2004 : 23).
Salah satu contoh pengembangan masyarakat yang ada di Indonesia yaitu
Inpres Desa Tertinggal (IDT). Sasaran program ini adalah desa miskin baik yang
berada di daerah pedesaan maupun perkotaan. Melalui program ini diharapkan terjadi
proses pemberdayaan masyarakat, serta perubahan struktur sosial yang kondusif bagi
peningkatan kapasitas masyarakat yang dilakukan melalui peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, pengembangan permodalan, pengembangan peluang kerja dan
penguatan kelembagaan kelompok miskin. Untuk memacu program ini pemerintah
memberikan dana Rp 20.000.000/desa. Dana ini adalah modal usaha yang dapat
produktif. Dalam kenyataannya, implementasi program ini sangat kompleks. Benar
bahwa kondisi sejumlah desa semakin berkembang dan kelompok miskin dapat
meningkatkan pendapatannya, walaupun tidak sedikit desa tertinggal lain hampir tidak
berkembang. Jumlah dana yang tersalur tidak sesuai dengan ketentuan,
pemanfaatannya tidak mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan, dan pembinaan
juga tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2.2 Landasan Teori
Pembangunan adalah merupakan proses perubahan yang sengaja dan
direncanakan. Lebih lengkap lagi pembangunan berarti perubahan yang sengaja dan
direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah
yang dikehendaki. Istilah pembangunan biasanya dipadankan dengan istilah
development, sekalipun istilah development sebenarnya berarti perkembangan tanpa
perencanaan. Maka pembangunan masyarakat desa juga disebut rural development
(Rahardjo, 1999:192).
Pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1948 mengadakan konferensi yang
menghasilkan defenisi mengenai pengembangan masyarakat sebagai : suatu gerakan
yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui
partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini
meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh
lembaga pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah (pengembangan
masyarakat) harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan
dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat (Adi, I.R., 2003;199).
Indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan
1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.
2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk
miskin dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan
keluarga miskin dilingkungannya.
4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin
berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin besarnya
permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin
luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.
5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai
dengan peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi
kebutuhan pokok dan sosial dasarnya (Sumodiningrat, 1999 : 138-139).
Pengembangan masyarakat memiliki tiga aspek penting. Satu aspek
pengembangan masyarakat adalah bagaimana menemukan cara yang efektif untuk
menstimulasi, membantu, dan mengajar petani untuk beradaptasi pada metode baru
dan mempelajari keahlian baru, karena mereka masih bisa hidup lebih baik lagi dari
yang mereka nikmati sekarang. Aspek yang kedua adalah bagaimana kita membantu
para petani mengadaptasikan cara kehidupan mereka yang lama terhadap perubahan
yang sudah mereka terima ataupun yang telah terjadi pada mereka. Aspek
pengembangan masyarakat yang ketiga adalah membuat para petani merasa mereka
ikut memiliki perubahan yang terjadi, karena ketika perubahan terjadi dan gagasan
baru hanya diterima oleh sebagian petani atau jika gagasan lama tidak bisa digunakan
berubah menjadi tidak pasti, rasa saling memiliki lemah, bahkan dapat terjadi
disintegrasi (Batten, 1957: 5-6).
Masyarakat setempat atau sering disebut sebagai community menunjukkan
pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suku bangsa. Community atau
masyarakat setempat tidak lain merupakan suatu wilayah kehidupan sosial yang
ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Adapun dasar-dasar dari
masyarakat setempat atau community adalah adanya lokalitas dan perasaan
masyarakat tersebut. Mereka memiliki perasaan yang sama dan saling membutuhkan
diantara anggota-anggotanya dan bahkan tanah yang mereka tinggal memberikan
kehidupan dan penghidupan kepada mereka semua (Wisadirana, 2004 :41).
Salah satu kemajemukan yang merupakan kendala pembangunan dan
kemajuan yang pada hakekatnya lebih serius dan lebih merumitkan lagi bagi usaha
pengembangan kebudayaan bangsa menuju kemajuan, ialah perbedaan dalam tingkat
pendidikan dan taraf keberadaban yang sangat tajam. Masalah ini perlu diperhatikan
serta diusahakan untuk ditangani karena dapat menimbulkan kesenjangan dalam
masyarakat. Kesenjangan sosial seperti itu diketahui merupakan landasan subur bagi
kecemburuan sosial yang dapat menimbulkan kerawanan sosial yang pada pihaknya
dapat mengganggu stabilitas yang sedemikian kita perlukan dalam pembangunan
(Sambuaga, 1992: 38-39).
Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti semua wujud psikologis sikap
adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan unsur-unsur
yang tidak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para
ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk
tidak dapat diobservasi atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik
kesimpulan dari hasil-hasilnya (Mueler, 1996:2).
Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya,
pada suatu kontinum afektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif”
hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu obyek sikap tertentu (Mueller, 1996: 11).
Sikap tersebut dapat bersifat negatif dapat pula bersifat posistif. Sikap negatif
memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, ataupun tidak menyukai
keberadaan suatu obyek. Sedangkan sikap positif memunculkan kecenderungan
menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengaharapkan kehadiran obyek
tertentu (Adi, 1994: 178-179).
Dalam Rogers 1983, banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara
indeks adopsi dan cirri-ciri sosial individu. Adapun indeks adopsi individu tersebut
yaitu: pendidikan, baca tulis, status sosial yang lebih tinggi, unit ukuran besar,
orientasi ekonomi komersial, sikap yang lebih berkenan terhadap kredit, sikap yang
lebih berkenan terhadap perubahan, sikap yang lebih berkenan terhadap pendidikan,
intelegensi, partisipasi sosial, kosmopolitalisme, kontak dengan agen perubahan,
keterbukaan dengan media massa, pencarian informasi yang lebih aktif, pengetahuan
tentang inovasi, dan pendapat tentang kepemimpinan. Variabel ini telah diteliti
diberbagai wilayah pertanian yang berbeda, baik negara industri maupun negara
sedang berkembang, yaitu pada pendidikan, kesehatan dan perilaku konsumen. Hasil
penelitian yang mencolok ditemukan hampir disemua bidang (Van Den Ban dan
Hawkins, 1999: 126-127).
Latar belakang sosial ekonomi dan budaya ataupun politik sangat
pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia
luar dan sikapnya dengan perubahan (Mosher, 1997: 45).
Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat
produktivitas usahatani. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan
lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama,
sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam
mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002 : 26).
Petani yang berusia lanjut berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik
terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah
cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap
adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991: 55).
Salah satu faktor sosial yang mempengaruhi sikap petani adalah tingkat
kosmopolitan. Menurut Rogers dan Shoemakers (1986) pandangan petani akan
semakin kosmopolitan jika sering berhubungan dengan orang luas. Tingkat
kosmopolitan didukung oleh fasilitas transportasi dan komunikasi dengan masyarakat
yang lebih luas sehingga proses masuknya ide-ide baru lebih mudah.
Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini
pada akhirnya akan mempengaruhi efesiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha
pertanian (Kartasapoetra, 1994: 23)
Sejumlah studi menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin yang belum
mempunyai pendapatan yang cukup untuk bebas dari kekurangan masih banyak di
Indonesia. Mereka masih dililit oleh ketidakberdayaan. Idiologi dan teknologi baru
jika tidak memiliki jaminan sosial yang cukup untuk menghadapai resiko kegagalan
(Usman, 1998: 30-31).
2.3 Kerangka Pemikiran
PT TPL (Toba Pulp Lestari) beroperasi kembali dengan paradigma barunya.
Paradigma baru yang sudah desetujui PT TPL yaitu:
1. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan
2. Pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan
3. Tanggung jawab sosial kemasyarakatan
a. Mengutamakan putra daerah setempat
b. Melakukan kerja sama bisnis dengan masyarakat lokal
c. Menyisihkan dana kontribusi sosial untuk pengembangan masyarakat sebesar
1% Net Sales pertahun, 60% untuk Tobasa dan 40% untuk kabupaten lainnya.
4. Menerima lembaga Independent untuk mengawasi pelaksanaan paradigma
baru perseroan.
Salah satu program penting dalam konteks paradigma baru PT. Toba Pulp
Lestari adalah rencana pemekaran sebuah CD project. Dengan proyek pembangunan
masyarakat itu, TPL` berencana membentuk suatu kemitraan dengan masyarakat
setempat serta meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini perusahaan pulp ini berencana menyisakan
sebagian dana dari total penjualan bersih bagi pembangunan masyarakat. Penggunaan
dana ini akan dikelola oleh suatu yayasan independen bagi kepentingan umum seperti
beasiswa, pembangunan fasilitas kesehatan, bantuan sarana produksi pertanian,
Dalam penerimaan bantuan tersebut memunculkan sikap, tingkah laku yang
dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani, baik faktor sosial seperti
umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, dan faktor ekonomi seperti luas lahan
pertanian yang dimiliki dan total pendapatan keluarga.
Dalam penerimaan bantuan tersebut terdapat berbagai masalah yang dihadapi
para petani yang akan mempengaruhi sikapnya terhadap pemanfaatan bantuan tersebut
sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Sikap petani terhadap Program CD merupakan bentuk reaksi atau respon
terhadap adanya stimulus, yang memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif.
Dengan kata lain munculnya sikap positif dan negatif dapat dipengaruhi oleh faktor
sosial ekonomi petani.
Keterangan:
[image:34.595.101.554.107.555.2]: Ada hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian
1. Pelaksanaan Program CD di daerah penelitian berjalan dengan baik sesuai
yang diinginkan masyarakat.
2. Sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian adalah positif.
3. Karakteristik sosial petani:
Kontribusi Sosial (1% Net Sales)
Petani
Sikap
Faktor sosial:
- Umur
- Tingkat kosmopolitan
- Tingkat pendidikan Faktor ekonomi:
- Luas lahan
- Total pendapatan keluarga
Masalah-masalah
Sikap Positif Sikap Negatif Upaya-upaya
Pemerintah
PT. TPL
Paradigma Baru, yang mencakup: 1. Penggunaan teknologi yang
ramah lingkungan
2. Pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan
3. Tanggung jawab sosial kemasyarakatan 4. Menerima lembaga
a. Semakin tinggi umur petani maka semakin positif sikap petani terhadap
Program CD.
b. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan petani maka semakin positif sikap
petani terhadap Program CD.
c. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin positif sikap
petani terhadap Program CD.
4. Karakteristik ekonomi petani:
a. Semakin luas lahan petani maka semakin positif sikap petani terhadap
Program CD.
b. Semakin tinggi total pendapatan keluarga petani maka semakin positif
sikap petani terhadap Program CD.
5. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat kosmopolitan, tingkat
pendidikan, luas lahan, total pendapatan keluarga) terhadap sikap petani dalam
pelaksanaan Program CD.
6. Pemerintah daerah memberikan dukungan dalam pelaksanaan Program CD.
7. Ada berbagai masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program CD.
8. Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu
Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan desa
ini merupakan penerima bantuan program CD PT. Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 2004
terbesar di Kabupaten Dairi. Di Kecamatan Parbuluan terdapat dua desa yang
mendapat bantuan dari Program CD yaitu Desa Parbuluan I dan Desa parbuluan III.
Banyaknya kepala keluarga penerima bantuan, jenis bantuan dan jumlah bantuan
[image:36.595.93.493.401.572.2]dapat kita lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Penerima Bantuan, Jenis Bantuan dan Jumlah Bantuan Program CD PT. TPL di Kab. Dairi
Desa Jumlah
(KK) Jenis Bantuan Jumlah Bantuan (ekor) Nilai Bantuan(Rp.)
Desa Parbuluan I
Desa Parbuluan III 125 25 33 Bibit ternak babi Bibit ternak babi Bibit ternak kambing 250 50 66 100.000.000 20.000.000 19.800.000
Jumlah 183 366 Rp. 139.800.000
Sumber: Koordinator Program Community Development Kabupaten Dairi tahun 2005
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa di Desa Parbuluan I terdapat 125 kepala keluarga
yang menerima bantuan berupa bibit ternak babi dengan jumlah 2 ekor tiap kepala
keluarga dan jumlah total nilai bantuan sebesar Rp100.000.000 atau rata-rata
Rp800.000/KK. Di Desa Parbuluan III terdapat 25 kepala keluarga yang menerima
kambing dengan jumlah 2 ekor tiap kepala keluarga dan total nilai bantuan sebesar
Rp39.800.000 atau dengan rata-rata Rp686.206/KK.
3.2 Metode Penarikan Sampel
Populasi adalah seluruh masyarakat yang terdapat di desa Parbuluan I.
Pengambilan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan dengan menggunakan
Simple random Sampling (Penarikan Sampel Secara Random Sederhana). Jumlah
petani sampel penerima bantuan dan yang tidak menerima bantuan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Petani Sampel Penerima Bantuan dan yang Tidak Menerima Bantuan Program CD PT. TPL Tahun 2004.
Populasi Jumlah KK Jumlah Sampel
Penerima Bantuan
Bukan Penerima Bantuan
125
363
20
20
Jumlah 488 40
Sumber: Koordinator Program CD Kab Dairi, 2006
Dari Tabel 3 diketahui bahwa di Desa Parbuluan I terdapat 125 KK penerima bantuan
Program CD, sedangkan petani yang bukan penerima bantuan program CD berjumlah
sebanyak 363 KK. Sampel diambil sebanyak 40 KK, yaitu 20 KK yang merupakan
penerima bantuan program CD dan 20 KK yang bukan merupakan penerima bantuan
program CD.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden
Kantor Kepala Desa Parbuluan I, Kantor Kecamatan Parbuluan, Koordinator Program
CD Kabupaten Dairi dan buku-buku pendukung penelitian.
3.4 Metode Analisis data
Semua data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasikan sesuai
kebutuhan, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.
Hipotesis 1, dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan melihat
pelaksanaan program di daerah penelitian.
Hipotesis 2, dianalisis dengan Teknik Penskalaan Likert yaitu dengan
pemberian skor pada setiap pilihan jawaban yang diberikan, yaitu:
- Untuk pernyataan positif : Sangat setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Ragu-ragu (R) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
- Untuk pernyataan negatif: Sangat setuju (SS) = 1
Setuju (S) = 2
Ragu-ragu (R) = 3
Tidak Setuju (TS) = 4
Sangat Tidak Setuju (STS) = 5
Untuk mengukur skala sikap digunakan pengukuran skala sikap Likert dengan
rumus:
− +
=
S X X T 50 10
T = Skor Standar
X = Skor Responden
X = Rata-rata Skor Kelompok S = Deviasi standar kelompok
Kriteria Uji, apabila:
T > 50 = Sikap Positif
T ≤ 50 = Sikap Negatif
(Azwar, 1989:156).
Hipotesis 3 (a), (b), (c) dan 4 (a), (b) dianalisi dengan koefisien Rank
Spearman.
db
t
rs
n
rs
th
N
N
di
rs
N i;
1
2
6
1
2 3 1 2α
α
=
−
−
=
−
−
=
∑
= Keterangan:rs = Koefisien korelasi Rank Spearman
di = Selisih antara peringkat faktor sosial ekonomi dengan sikap
n = Jumlah Sampel
α = Derajat Nyata
db = Derajat Bebas
Jika th < tα berarti terima Ho atau tolak H1
Jika th > tα berarti terima H1 atau tolak Ho
Untuk menguji Hipotesis 5 digunakan analisis regresi Linier Ganda (Multiple
Regression).
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5
Keterangan:
Y = Sikap petani terhadap Program CD
a = Intercept
x1 = Umur petani (tahun)
x2 = Tingkat kosmopolitan petani
x3 = Tingkat pendidikan petani
x4 = Luas lahan
x5 = Total pendapatan keluarga
b1…b5 = Koefisien regresi
Untuk menguji pengaruh variabel tersebut secara serempak maka digunakan
uji F yakni :
) 1 /( ) 1 ( / 2 − − − = k n r k r
F
hit Keterangan:R2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel
k = Derajat bebas pembilang
n-k-1 = Derajat bebas penyebut
Dengan kriteria uji:
Jika Fhit > Ftabel maka terima H1 atau tolak Ho
Untuk menguji variabel secara parsial dapat diuji dengan uji t yaitu:
)) 1 ( ( 1 ) ( 2 2 123 2 2 2 123 2 1 1 Ri xi y S bi S k n y y y S Sb b
t
hit − ∑ = − −− ∑ = = Keterangan:n-k-1 = Derajat Bebas
S2bi = standar error parameter b
S2y123 = Standar Standar error estimasi
Xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4,5)
Dengan kriteria uji:
Jika t hit < t tabel maka terima Ho atau tolak H1
Jika t hit > t tabel maka terima H1 atau tolak Ho
Hipotesis 6, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
melihat sejauh mana dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program CD di
daerah penelitian.
Hipotesis 7, dianalis dengan menggunakan metode deskriptif dengan
mengamati masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD
di daerah penelitian.
Hipotesis 8, dianalis dengan menggunakan metode deskriptif dengan
mengamati upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi
3.5 Definisi dan Batasan Operasion Definisi
1. Sikap petani adalah pencerminan dorongan –dorongan yang datang dari dalam diri
petani dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan,
penilaian suka atau tidak suka kepositifan dan kenegatifan terhadap suatu obyek,
dalam penelitian ini adalah Program CD.
2. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati, menerima
bahkan mengharapkan kejadian objek tertentu.
3. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci, menghindar
ataupun tidak menyukai keberadaan objek tertentu.
4. Umur sampel adalah usia petani pada saat penelitian dilaksanakan yang
dinyatakan dalam tahun
5. Tingkat pendidikan sampel adalah jumlah tahun pendidikan formal yang pernah
ditempuh petani, yang dinyatakan dalam tahun.
6. Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar yang
diukur berdasarkan banyaknya melakukan kunjungan keluar dan serta penggunaan
sarana informasi melalui media cetak dan media elektronik.
7. Total pendapatan keluarga adalah total jumlah pendapatan keluarga petani baik
dari usaha pertanian dan diluar usaha pertanian.
8. Sampel adalah petani yang mendapat bantuan dan yang tidak mendapat bantuan
dari Program CD.
Batasan Operasional
1. Tempat penelitian adalah Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan kabupaten Dairi.
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTI
PETANI SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian. Luas dan Topografi Desa
Desa Parbuluan I berada dalam Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi,
Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 3100 Ha, yang terbagi atas 3 dusun,
yaitu Dusun Simallopuk, Dusun Dalan Toba 1, dan Dusun Dalan Toba 2.
Desa Parbuluan I terletak pada ketinggian 1200 m diatas permukaan laut
dengan curah hujan rata-rata 2300 mm/tahun. Bentuk topografi berbukit, berudara
sejuk dengan suhu minimal 13,7-15,7oC dan dengan suhu maksimal 19,5-22,9oC.
Secara administrasi, Desa Parbuluan I memiliki batas-batas wilayah:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Parbuluan IV.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Parbuluan II.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.
Jarak Desa Parbuluan I dari ibukota Kecamatan Parbuluan 12 Km, dan jarak
dari ibukota Kabupaten Dairi Sidikalang 30 Km dapat ditempuh dengan kendaraan
roda dua dan roda empat.
Tata Guna Tanah
Penggunaan tanah di Desa Parbuluan I meliputi tanah sawah, tanah kering,
bangunan dan lainya. Luas wilayah Desa Parbuluan menurut penggunaannya, dapat
Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Desa Parbuluan 1
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Tanah Sawah 10 0.32
2. Tanah Kering 1495 48.23
3. Bangunan 95 3.06
4. Lainnya 1500 48.39
Jumlah 3100 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Parbuluan 1, 2006.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat penggunaan lahan terluas adalah untuk tanah
kering (1495 Ha) dan penggunaan lahan terkecil adalah untuk tanah sawah (10 Ha).
Hal ini dapat menunjukkan bahwa luasnya lahan pertanian yang bisa dipakai untuk
lahan pertanian.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana baik pendidikan, kesehatan maupun keagamaan sudah
ada di Desa Parbuluan I. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Parbuluan I
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Parbuluan I.
No. Uraian Jumlah (Unit)
1. SD 2
2. SLTP Swasta 1
3. PUSTU 1
4. Posyandu 3
5. Polindes 1
6. Gereja 4
Jumlah 12
Sumber: Kantor Kepala Desa, 2006.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang tersedia
di Desa Parbuluan I masih pelayanannya masih sangat kurang, baik di bidang
[image:44.595.96.492.515.639.2]harus ke ibukota kecamatan, bahkan harus ke ibukota kabupaten untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.
Keadaan Penduduk
Berdasarkan data profil desa tahun 2006, penduduk Desa Parbuluan I
berjumlah 2701 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 488. Distribusi
[image:45.595.97.492.305.566.2]penduduk Desa Parbuluan I menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Parbuluan 1 No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 197 210 407
2. 5-9 204 208 412
3. 10-14 196 201 397
4. 15-19 151 157 308
5. 20-24 95 89 184
6. 25-29 81 100 181
7. 30-34 86 92 178
8. 35-39 74 88 162
9. 40-44 56 67 123
10. 45-49 47 52 99
11. 50-54 26 41 67
12. 55-59 23 29 52
13. 60-64 22 32 54
14. 65-69 10 21 31
15. 70-74 7 6 13
16. 75+ 1 11 12
JUMLAH 1276 1404 2680
Sumber: Kantor Kepala Desa Parbuluan 1, 2006.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat jumlah penduduk pada kelompok 0-14
tahun sebanyak 1216 jiwa (45.37%) dan jumlah penduduk sebanyak 15-49 sebanyak
1235 jiwa (46.08%) dan jumlah penduduk >50 tahun sebanyak 1235 jiwa (8.54%).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelompok umur produktif 15-49 merupakan
jumlah penduduk terbanyak, sehingga dapat diketahui sumber daya manusia tercukupi
Sebagai desa yang mempunyai lahan pertanian yang luas, pada umumnya
penduduk di Desa Parbuluan 1 bermata pencaharian sebagai petani (95%) dan hanya
5% yang bermata pencaharian di sektor lain antara lain sebagai pegawai negeri dan
swasta, pedagang, dan lain lain.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik sosial ekonomi petani sampel meliputi umur, tingkat pendidikan
formal, tingkat kosmopolitan, luas lahan dan total pendapatan keluarga. Karakteristik
[image:46.595.94.500.445.575.2]petani sampel desa Parbuluan I dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan 1
Sumber: Data Primer iolah dari lampiran 1, 2007
Umur
Umur petani sampel adalah salah satu yang berkaitan dengan kemampuan
kerja petani dalam usahataninya. Semakin tua umur petani cenderung memiliki
kemampuan kerja yang menurun, yang pada akhirnya berpengaruh kepada pendapatan
yang mereka peroleh. Umur petani sampel berkisar antara 25-60 tahun, sebagian besar
petani msih banyak yang berada pada usia produktif sehingga potensi kerja yang
dimiliki dalam mengusahakan usahataninya masih besar.
No. Karakteristik Sosial Ekonomi
Satuan Range Rataan
1. Umur Tahun 25-60 43.275
2. Tingkat pendidikan Tahun 6-12 8.325 3. Tingkat Kosmopolitan Skor 0-9 4.825
4. Luas Lahan Ha 0.2-2.1 0.7035
5. Total Pendapatan Keluarga
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan formal petani sampel rata-rata adalah 8.3 tahun yang
menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petani sampel adalah setingkat SD. Tingkat
pendidikan ini sangat berpengaruh pada wawasan pengetahuan, pola pikir, cara
bertindak dan pengambilan keputusan dalam mengambil sikap maupun dalam usaha
peningkatan taraf hidup petani.
Tingkat Kosmopolitan
Penilaian tingkat kosmopolitan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan
dengan menggunakan skor (memberi nilai) pada setiap parameter terhadap aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan oleh petani sampel, seperti penggunaan media cetak dan
elektronik dan frekuensi petani sampel keluar dari desa tempat tinggalnya. Tingkat
kosmopolitan dibedakan berdasarkan kriteria rendah (skor: 0-8 ), sedang (skor: 9-16 ),
dan tinggi (skor: 7-24). Tingkat kosmopolitan petani yang tergolong rendah sebanyak
38 orang (95%) dan tingkat kosmopolitan petani yang tergolong sedang sebanyak 2
orang (5%) dan tidak ada petani yang termasuk kedalam kategori tingkat
kosmopolitan yang tergolong tinggi. Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui
tingkat kosmopolitan rata-rata petani sampel yaitu 4.825 dan termasuk kriteria rendah.
Luas Lahan
Luas lahan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan dengan melihat
seberapa luas lahan yang dimiliki petani yang diusahakan dalam usahataninya. Luas
Hal ini berarti lahan yang tersedia di Desa Parbuluan masih memadai untuk lahan
usahatani.
Pendapatan
Pendapatan petani sampel merupakan jumlah penerimaan yang diterima petani
baik dari usahataninya maupun diluar usahataninya dikurangi biaya-biaya produksi
seperti pengolahan lahan, bibit, pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja, dan penyusutan
alat-alat dan mesin pertanian. Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan
petani di desa Parbuluan I berkisar antara Rp.5,839,000 – Rp.99,820,000 dengan
rata-rata jumlah pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp.20,966,000. Jumlah
pendapatan tersebut masih tergolong rendah dan hanya dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pendapatan yang masih tergolong
rendah tidak memungkinkan petani untuk menjadikan modal untuk berusahatani lebih
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap petani yang terdapat di Desa Parbuluan I,
Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi. Pada penelitian ini ditetapkan 40 sampel
(KK) dari jumlah populasi sebanyak 488 KK.
5.1. Pelaksanaan Program CD di Daerah Penelitian
Program CD tahun 2004 di desa Parbuluan I di danai oleh PT. Toba Pulp
Lestari dengan jumlah dana sebesar Rp.49.600.000,- untuk Dusun Dalan Toba II dan
Rp.50.400.000,- untuk Dusun Simallopuk. Jenis bantuan yang diberikan yaitu berupa
bibit ternak babi, dengan berat 15-20 kg dengan harga sekitar Rp350.000-400.000 dan
dibagikan 2 ekor (satu jantan dan satu betina) untuk setiap petani yang terpilih
menjadi penerima bantuan. Jumlah kepala keluarga penerima bantuan yang ada di
Desa Parbuluan I yaitu sebanyak 125 orang.
Kontribusi sosial PT.Toba Pulp Lestari ini ditandatangani pada tanggal 7
Oktober 2005, dan ditandatangani oleh Bupati Dairi, Camat Parbuluan, dan
Kordinator Pelaksana Kontribusi Sosial PT. TPL kepada masyarakat Dairi. Bantuan
ini diberikan kepada petani pada tanggal 27 Januari 2006 yang disaksikan langsung
oleh Kordinator pelaksana Kontribusi Sosial PT.TPL kepada masyarakat Dairi,
Anggota Dinas kesehatan Kab. Dairi, Dinas Pertanian Kab Dairi, Kepala Desa
Parbuluan I, dan seluruh masyarakat desa Parbuluan I.
Pemilihan jenis bantuan yang diberikan oleh PT TPL untuk Desa Parbuluan I
adalah berupa bibit ternak babi. Koordinator PT. TPL untuk Kabupaten dairi membuat
musyawarah dengan petani untuk menentukan sendiri jenis bantuan apa yang mereka
itu. Hasil musyawarah tersebut menetapkan bahwa bibit ternak babi yang merupakan
jenis bantuan yang mereka butuhkan.
Pemilihan petani penerima bantuan didasarkan atas kriteria bahwa penerima
bantuan adalah benar-benar petani yang kurang mampu. Koordinator PT TPL untuk
Kabupaten Dairi membuat panitia pemilihan penerima bantuan yang berasal dari desa
itu sendiri, sehingga panitia tersebutlah yang memilih siapa saja petani yang berhak
menerima bantuan tersebut.
Sebelum bantuan diberikan petani terlebih dahulu telah membuat kandang
untuk ternak babi tersebut. Kandang tersebut dibuat oleh petani dengan biaya mereka
sendiri. Ternak babi yang diberikan kepada petani ternyata berasal dari Pancur Batu.
Suhu daerah asal bibit ternak babi tersebut tidak sesuai dengan suhu di Desa
Parbuluan I, sehingga bibit ternak tersebut banyak yang mati sebelum sempat
dipelihara oleh petani. Jumlah ternak babi yang mati, bertahan hidup dan dijual oleh
[image:50.595.94.493.513.587.2]petani dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Bibit Ternak Babi yang Mati, Bertahan Hidup dan Dijual oleh Petani
Keadaan Ternak Babi Jantan Betina Jumlah
Dijual 1 - 1
Dipelihara sampai sekarang - 3 3
Mati 19 27 36
Jumlah 20 20 40
Sumber: data diolah dari lampiran 23, 2007.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa ternak babi yang sempat dijual oleh petani adalah
sebanyak 1 ekor, yang masih dipelihara sampai sekarang sebayak 3 ekor dan yang
mati sebanyak 36 ekor. Ternak babi yang masih dipelihara oleh petani sampai
sekarang semua adalah betina karena petani ingin menjadikan menjadi induk.
5.2. Sikap Petani Sampel terhadap Program CD
Sikap petani sampel terhadap Program CD diperlihatkan oleh pendapat petani
terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan, dimana pernyataan ini dibagi ke
dalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif. Dari pendapat petani terhadap
setiap pernyataan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori,
kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga
diperoleh nilai skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban) kemudian
skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan.
Untuk memperoleh interprestasi terhadap skor masing-masing maka skor
tersebut diubah kedalam skor standar dalam hal ini digunakan model Skala Likert
(Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor standar (Skor T)
menyebabkan skor itu mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T =
50 dan standar deviasinya S = 7. Sehingga apabila skor standar ≤ 50, berarti
mempunyai sikap negatif.
Sikap petani terhadap Program CD di Desa Parbuluan I dapat dilihat pada
[image:51.595.98.491.555.613.2]Tabel 9 berikut:
Tabel 9 Sikap Petani Sampel terhadap Program CD di Desa Parbuluan I.
No. KATEGORI JUMLAH (orang) PERSENTASE
1. Positif 19 47.5 %
2. Negatif 21 52.5 %
Jumlah 40 100 %
Sumber: Data yang diolah dari lampiran 8, 2007
Berdasarkan Tabel 9 dapat dikemukakan bahwa dari 40 petani