• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri yang Hamil Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecemburuan untuk Mempertahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri yang Hamil Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecemburuan untuk Mempertahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya)."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

( Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Sua mi Istr i yang Hamil Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecembur uan untuk Mempertahankan

Rumah Tangganya di Kota Surabaya)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UPN Veter an J atim

SKRIPSI

Oleh :

PUTRI DWI P URWANTI

NPM. 0843010183

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

TIM PENGUJ I :

( Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Suami Istr i yang Hamil Ter lebih Dahulu dalam Mengatasi Cembur u untuk Memper tahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya )

Oleh :

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

Ter lebih Dahulu dalam Menghadapi Kecembur uan untuk Memper ta hankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya)

Disusun Oleh : PUTRI DWI PURWANTI

0843010183

Telah disetujui untuk mengik uti Ujian Skr ipsi

Menyetujui, PEMBIMBING UTAMA

Dr s. Kusnar to, MSi NIP. 195808001984021001

Mengetahui, DEKAN

(4)

Penelitian ini berdasarkan faktor pernikahan karena hamil dulu rawan perceraian yang paling dominan adalah karena kecemburuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola komunikasi suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan untuk memepertahankan rumah tangganya.

Penelitian ini menggunakan teori DeVito, terdapat empat pola komunikasi suami istri yaitu Pola Keseimbangan, Pola Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah Tak Seimbang dan Pola Monopoli. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam yang termasuk dalam penelitiaan kualitatif. Peneliti mengambil 5 informan, terdiri dari pasangan suami istri yang menikah karena hamil terlebih dahulu dan sampai saat ini pernikahan mereka masih utuh (belum cerai).

Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang didapat dari hasil wawancara, secara garis besar adalah pada informan I dan V pasangan suami istri menganut pola komunikasi keseimbangan (terbuka) dan informan II, III dan IV menganut pola komunikasi keseimbangan terbalik (menghormati keputusan pasangan).

Kata Kunci : Cemburu, Pola Komunikasi, Suami Istri. ABSTRACT

PUTRI DWI PURWANTI, PATTERN OF COMMUNICATIONS

BETWEEN COUPLES WHO MARRIED FOR PREGNANCY

PREMARITAL IN SURABAYA CITY (The Study Qualitative Descr iptive Between Couples who Mar r y for Pr emar ital Pr egnancy to Over coming J ealousy Pr oblem to Maintain Their Mar r iage in Surabaya City)

Factor of marriage because premarital pregnancy is prone to divorce are jealousy more dominant. The purpose of this study was to determine how the communication patterns of couples who get married because of premarital pregnancy in overcoming jealousy to maintain the household.

This study uses the DeVito theory, there are four couples communication patterns, Balance Patterns, Balance Reversed Patterns, Separator Not Balanced Pattern, and The Monopoly pattern. The method used is depth interviews are included in the qualitative research. Researchers took five informants, each of which consists of married couples because of premarital pregnancy and until now their marriage is not divorced yet.

(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,

rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “POLA KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI YANG

HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA”. Hasil penelitian

skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud berkat

bantuan dari Bapak Drs. Kusnarto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dalam penulisan laporan ini penulis juga banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Syarif Hidayat, SH selaku Panmud Hukum yang telah mengizinkan saya

(6)

6. Teman – teman Geng gonk (Deasy, Veve, Indah, Reni, Juwi, Rayan dan

Fifi) atas dukungannya, atas semangat, saran dan bantuannya dalam

pengerjaan skripsi ini.

7. Roni Ramadhan yang telah memberikan dukungan baik materiil maupun

moril

8. Teman – teman AK UPN Radio

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk

rekan-rekan Program Studi Ilmu Komunikasi.

Surabaya, Januari 2012

(7)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

(8)

2.1.1 Pola Komunikasi ... 12

2.1.2 Komunikasi Interpersonal ... 14

2.1.3 Seks Pra nikah ... 20

2.1.4 Pengertian Pernikahan ... 21

2.1.5 Pengertian keluarga ... 23

2.1.6 Komunikasi Keluarga (Suami Istri) ... 24

2.1.7 Fungsi Keluarga ... 26

2.1.8 Pernikahan Karena Hamil Dulu (married by accident) ... 28

2.1.9 Cemburu ... 29

2.1.10 Cara Mengatasi Cemburu ... 30

2.2 Kerangka Berfikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Metode Penelitian ... 34

(9)

3.5 Subyek dan Informan Penelitian ... 38

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.7 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

4.2 Penyajian Data dan Analisa Data ... 44

4.2.1 Penyajian Data ... 44

4.2.2 Analisa Data ... 46

BAB V KESIMPULAN & SARAN ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ...71

(10)

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah salah satu cara berinteraksi dalam kehidupan

bermasyarakat. Komunikasi akan tetap berlangsung selama masih adanya

persamaan makna tentang apa yang diucapkan. Terkadang kata yang

digunakan satu orang tak selalu dimengerti oleh orang yang diajak

berbicara, sehingga kita perlu tahu makna dari kata tersebut. Paradigma

Laswell mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan

efek tertentu. (Effendy, 2002:10)

Komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam situasi

interaksi, komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya

kepada komunikan dan komunikan membawa sandi menjadi decoder. Akan tetapi karena komunikasi interpersonal bersifat dialogis, maka ketika

komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan

komunikator menjadi decoder. (Effendy, 2002:14). Begitu juga dengan

pasangan suami istri pernikahan “married by accident”, akan terjadi

pergantian antara encoder dan decoder. Saat sang istri berbicara, istri

(11)

merupakan merupakan peranan penting dalam komunikasi sebab ia yang

menentukan berlanjut tidaknya komunikasi yang dilakukan komunikator. Perselisihan yang timbul biasanya diakibatkan oleh salah satu pihak yang

terlalu mendominasi, entah dari pihak istri maupun pihak suami. Selama

manusia masih memiliki emosi, komunikasi antar pribadi akan berperan

penting hingga kapanpun. Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari

interpersonal (tatap-muka) membuat manusia merasa lebih akrab dengan

pasangannya.

Kedekatan hubungan pihak yang berkomunikasi akan tercermin

pada jenis-jenis pesan atau respon non verbal mereka, seperti sentuhan,

tatap mata, yang expresif dan jarak yang sangat dekat (Mulyana, 2003:73).

Sehingga dari kedekatan antara dua pihak dapat menimbulkan konflik

yang biasanya dialami oleh pasangan suami istri yang menikah karena hamil dulu. Orang tua dan anak merupakan bagian dari keluarga, menurut

Sigelman dan Shaffer (Yusuf, 2001:36), keluarga unit kecil yang bersifat

universal, artinya terdapat pada setiap di dunia (universe) atau sistem

sosial yang yang terpancang (terbentuk) dalam sistem yang lebih besar. Ada dua macam keluarga ini, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak

yang belum menikah, sedang keluarga luas adalah satuan keluarga yang

meliputi lebih dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih

luas dari ayah, ibu,dan anak.

Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua

(12)

sehingga pesan yang dimaksud dapat dimaksud dapat dipahami.

(Djamarah,2004:1)

Dalam pola komunikasi antara pasangan suami istri yang menikah

karena hamil dulu tidaklah mudah, jika proses penyampaian pikiran atau

perasaan (komunikator) kepada orang lain (komunikan), tidak ada

kesamaan makna maka bisa dikatakan missunderstanding. Suatu proses

komunikasi dapat berjalan baik jika diantara komunikator dan komunikan

terdapat rasa percaya, terbuka dan sportif. Menurut Devito pola

komunikasi terbagi dalam pola keseimbangan yaitu lebih terlihat pada

teori daripada prakteknya, tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk

melihat komunikasi pada hubungan yang penting, pola keseimbangan

terbalik yaitu masing-masing anggota keluarga mempunyai otoritas di atas

daerah atau wewenang yang berbeda, pola pemisah tidak seimbang yaitu satu orang dalam keluarga (orang tua atau orang dewasa lainnya dalam

keluarga) mendominasi dan pola monopoli yaitu orang tua dianggap

sebagai penguasa.

Dalam kehidupan rumah tangga suami berkewajiban untuk memberi nafkah, sedangkan istri di rumah berkewajiban mendidik anak

dan mengurus rumah tangga. Semua berjalan sesuai dengan batas

kemampuan masing-masing. Oleh karena itu, perlu adanya pengertian satu

sama lain agar mampu menyeimbangkan hidup berumah tangga. Karena

tali pernikahan merupakan dasar dalam menempuh kehidupan untuk

(13)

berbeda dan mencocokkan perbedaan ide yang kadang berlainan. Ini

memang suatu hal yang kadang mudah tetapi dalam praktek sulit diwujudkan (Dlori, 2005). Pernikahan yang terjadi karena hamil di luar

nikah, akan menyebabkan beberapa masalah pada pasangan remaja

tersebut. Dalam mempersatukan ide – ide tersebut perlu komunikasi antar

pribadi yang tepat dan dengan di dukung sifat dasar remaja yang labil serta

emosi yang meledak-ledak semakin mudah terjadi konflik meski hanya

berupa hal sepele.

Faktor yang berpengaruh dalam hubungan suami dan istri yang

menikah karena hamil dulu adalah perubahan pola interaksi dan pola

komunikasi yang terjalin dalam keluarga.

Menurut Boyke (2004), cinta dan seks merupakan salah satu

problem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang diinformasikan berbagai media mengakibatkan fantasi-fantasi seks berkembang cepat. Jika

tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin

fantasi-fantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas atau

seks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu,

mereka masih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah.

Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks yang tinggi dengan

melakukan onani atau seks pra nikah. Kehamilan remaja, pengguguran

kandungan (aborsi), terputusnya sekolah, perkawinan di usia muda,

(14)

buruk petualangan cinta dan seks yang salah saat remaja. Akibatnya, masa

depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks. (www.lib.uin-malang.ac.id)

Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap

pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka

mudah sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan

tokoh panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup

masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil, remaja

mudah terpengaruh dan labil. Mereka cenderung mengambil jalan pintas

dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai

komunitas dan kota besar yang metropolitan, jangan heran jika hura-hura,

seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah

menggoda para remaja. (www.ceria.bkkbn.go.id)

Sebagian besar remaja tidak menyadari beberapa pengalaman yang

tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Keingintahuan

remaja kadang kurang disertai pertimbangan yang rasional akan akibat

dari suatu perbuatan. Kurang tersedianya informasi yang akurat dan benar

tentang kesehatan reproduksi, memaksa remaja bergerilya mencari akses

dan melakukan eksplorasi sendiri.

Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menyuguhkan

petualangan yang menantang mulai dari majalah, buku, hingga film

pornografi dan pornoaksi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks

(15)

selanjutnya, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melahap

‘pelajaran’ seks dari internet yang kebenarannya belum dapat dipastikan dan dipertanggung jawabkan. Hasilnya, remaja yang beberapa generasi

lalu masih malu-malu kini sudah mulai melakukan hubungan seks di usia

remaja.

Beberapa data berikut menunjukkan gambaran fenomena tentang

perilaku hubungan seks pra nikah di kalangan remaja. Hasil survey

Yayasan DKT Indonesia di empat kota besar (Jabodetabek, Bandung,

Surabaya, dan Medan) tahun 2005 berdasarkan norma yang dianut, 89%

remaja tidak setuju adanya seks pra nikah. Namun, kenyataannya yang

terjadi di lapangan, 82% remaja punya teman yang melakukan seks pra

nikah. Kedua, 66% remaja punya teman yang hamil sebelum menikah.

Ketiga, remaja secara terbuka menyatakan melakukan seks pra nikah. Persentase tersebut menunjukkan angka yang fantastis. Jabodetabek 51%,

Surabaya 54% Bandung 47% dan Medan 52%.

PKBI menyebutkan, pertama, kisaran umur pertama kali yakni

13-18 tahun melakukan hubungan seks. Kedua, 60% tidak menggunakan alat atau obat kontrasepsi. Ketiga, 85% dilakukan di rumah sendiri.

(www.ceria.bkkbn.com)

Penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI) di 33 Provinsi pada

bulan Januari-Juni 2008 menyimpulkan, pertama, 97% remaja SMP dan

SMA pernah menonton film porno. Kedua, 93,7% remaja SMP dan SMA

(16)

Ketiga, 62,7% remaja SMP tidak perawan. Dan yang terakhir, 21,2%

remaja mengaku pernah aborsi. (www.okezone.com)

Beberapa penelitian mengatakan angka aborsi di kalangan remaja

mencapai 700-800 kasus pertahun. Tingkat kelahiran di kalangan remaja

mencapai 11% dari seluruh kelahiran, hanya 55% remaja yang mengetahui

proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan

hanya 24% mengetahui tentang PMS (Baseline Survey, 1999), dan remaja

dalam hitungan tahun akan menjadi orang tua, pendidik, contoh dan

panutan bagi anak-anaknya kelak.

Pernikahan karena hamil dulu ialah pernikahan yang disebabkan

oleh seks pranikah, yang bisa menimpa usia berapapun terhitung dari

berkembangnya organ seks pada tubuh yang rata-rata pada usia 13-15

tahun, sedangkan pernikahan dini ialah pernikahan yang tidak memenuhi syarat usia. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai

umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. ( UU No.

1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat 1)

Pernikahan dini pada kalangan remaja, akhir- akhir sering ini terjadi. Mayoritas pernikahan semacam ini disebabkan karena hamil di

luar nikah. Hal itu karena sang lelaki merasa bertanggung jawab terhadap

pacarnya yang hamil di luar nikah. Pernikahan dini pada anak perempuan

terus berlanjut, di daerah pedesaan dan perkotaan perempuan melakukan

perkawinan di bawah umur. Tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%.

(17)

Jawa Barat 39,6% dan Kalimantan Selatan 37,5%. Karena kurangnya

informasi dan minimnya pendididkan. (www.helvetia.ac.id)

Berdasarkan pra penelitian, menurut data Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Surabaya, dari 100 pernikahan di 10 diantaranya diindikasi

sebagai pernikahan karena hamil dulu. Di Pengadilan Agama Surabaya, di

bulan Agustus 2011 saja sudah terdapat 9 permohonan dispensasi kawin,

yaitu penambahan usia calon mempelai yang belum memenuhi syarat usia

secara hukum. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada pernikahan dini

ataupun married by accident.

Pernikahan semacam ini dapat menimbulkan berbagai dampak,

antara lain dampak terhadap hukum, dampak biologis, dampak psikologis,

dan dampak sosial.

Dampak hukum yaitu adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu (a) UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai

umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 6

(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Pasal 26 (1) Orang

tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara,

mendidik dan melindungi anak: (1) menumbuh kembangkan anak sesuai

dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan (2) mencegah terjadinya

(18)

Dampak biologis, anak secara biologis alat-alat reproduksinya

masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai

hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma,

perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ

reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak.

Dampak psikologis, secara psikis anak juga belum siap dan

mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma

psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak

akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan.

Dampak sosial, fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial

budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks

laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama

apapun. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias

gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan peneliti di Pengadilan

Agama Surabaya ditemukan bahwa tingkat perceraian pasutri yang

menikah karena hamil dulu mencapai 17,6% lebih rendah dibanding

perceraian pernikahan biasa. Dari 74 putusan cerai di bulan Juli sampai

Agustus 2011, 13 diantaranya adalah pasutri yang menikah karena hamil

dulu. Meski persentase perceraian pernikahan karena hamil dulu hanya

(19)

Dari 512 kasus perceraian bulan Mei 2011 di Pengadilan Agama

Surabaya, 101 diantaranya karena cemburu (www.pa-surabaya.go.id). 5 dari 7 pasutri married by accident mengaku bahwa kecemburuan

mendominasi konflik rumah tangga mereka. Faktor pernikahan karena

hamil dulu rawan perceraian adalah kurangnya kedewasaan pasutri yang

usianya masih dalam tahap remaja awal, pernikahan berdasarkan

keterpaksaan untuk menutupi aib, belum siapnya pasutri baik dari segi

ekonomi; psikologis; maupun kedewasaan dalam berumah tangga; dan

yang paling dominan adalah karena kecemburuan.

Dari data dan uraian di atas dapat dikatakan bahwa selain kerena

faktor usia remaja dengan emosi yang labil dan terlalu menggebu-gebu,

belum mengerti betul tentang pernikahan dan tanggung jawabnya, faktor

keterpaksaan untuk menutupi aib juga berpengaruh terhadap tinggi potensi percerain pernikahan ini.

Dengan permasalahan di atas maka judul penelitian ini adalah

“Pola Komunikasi Suami Istr i yang Hamil Ter lebih Dahulu”. Dalam

penelitian ini, penulis memilih Surabaya karena persentase remaja yang telah melakukan seks pra nikah sebesar 54%, dan persentase pernikahan

karena hamil dulu lebih rendah dibanding perceraian pernikahan biasa.

Dan berdasarkan pra-penelitian peneliti, masih ada yang bertahan

pernikahnya meski pernikahannya karena hamil dulu, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi apa yang digunakan suami

(20)

1.2. Rumusan Per masalahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola

komunikasi suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatasi

kecemburuan untuk memepertahankan rumah tangganya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimanakah pola komunikasi suami istri yang hamil

terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan untuk memepertahankan rumah tangganya.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi berkaitan dengan

pola komunikasi interpersonal suami istri yang hamil dulu dalam

mengatasi kecemburuan untuk mempertahankan rumah tangganya.

2. Secara praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada orang tua remaja

yang menikah karena hamil dulu, maupun untuk pasangan suami

istri yang menikah karena hamil dulu.

(21)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Pola Komunikasi

Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua

orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat

sehingga pesan yang dimaksud dapat dimaksud dapat dipahami.

(Djamarah,2004:1)

Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang

berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang

mempunyai arah hubungan yang berlainan. (Sunarto, 2006:1)

Tubbs dan Moss mengatakan bahwa “pola komunikasi atau

hubungan itu dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris. Dalam

hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan

mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu

dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan” (Tubbs, Moss,

2001:26).

Dari beberapa pengertian di atas maka pola komunikasi adalah

(22)

pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu

gambaran atau rencana uang meliputi langkah – langkah pada suatu aktifitas dengan komponen – komponen yang merupakan bagian penting

atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok.

Menurut Joseph A. Terdapat empat pola komunikasi antar suami

dan istri (Devito,2007:277):

1. Pola keseimbangan

Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada

prakteknya, tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk

melihat komunikasi pada hubungan yang penting. Komunikasi

yang terjalin antara suami istri sangat terbuka, jujur, langsung

langsung dan bebas.

2. Pola keseimbangan terbalik

Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing anggota

keluarga (suami-istri) mempunyai orientasi di atas daerah atau

wewenang yang berbeda. Masing – masing suami istri adalah

sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya (suami-istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami

atau si istri karena keduanya memiliki keahlian sendiri –

sendiri untuk menyelesaikannya.

3. Pola pemisah tak seimbang

Pola pemisah tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si

(23)

4. Pola monopoli

Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama menganggap dirinya sebagai penguasa. Keduanya (suami istri )

lebih suka memberi nasehat daripada berkomunikasi untuk

saling bertukar pendapat.

2.1.2 Komunikasi Inter per sonal

Definisi komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi

adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antar dua orang,

atau diantar sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan

beberapa umpan balik seketika. Selain itu, komunikasi antarpribadi juga

didefenisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang

mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka, misalnya : percakapan seorang ayah dengan anak, sepasang suami istri, guru dengan

murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap komponen baru

dipandang dan dijelaskan sebagai bahan – bahan yang terinterogasi dalam

tindakan komunikasi antarpribadi (Devito, 2007:5).

Seperti yang telah dipaparkan dalam teori Jendela Johari bahwa

bagaimana tiap individu mengungkapakan dan memahami diri sendiri

dalam kaitannya dengan terhadap orang lain, “bidang terbuka” adalah

bidang yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi,

karena dalam bidang ini menjelaskan bagaimana terjadinya keterbukaan

(24)

menjelaskan bahwa keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang

lain) sama – sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan lain – lain.

Dalam komunikasi antar pribadi dapat dilihat adanya umpan balik

seketika karena proses komunikasinya dilakukan dengan bertatap muka,

sehingga dalam komunikasi antar pribadi ini juga harus diperhatikan

mengenai umpan balik yang memulai komunikasi antarpribadi harus

mempunyai kemampuan untuk memprediksi perilaku atau umpan balik

yang akan terjadi, karena kualitas dan komunikasi dapat dilihat dalam

bagaimana proses yang terjadi dapat menimbulkan umpan balik yang

positif atau juga dapat disebut “how to communicate”.

Lebih khususnya dalam komunikasi antarpribadi arus komunikasi

yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan

komunikan dalam proses komunikasi. Karena dalam komunikasi

antarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika. Untuk dapat

(25)

gambar 2.1.2. Model Komunikasi Interpersonal secara umum

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa komponen

komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut: (DeVito, 2007:10)

1. Pengirim Penerima

Komunikasi antar pribadi paling tidak melibatkan dua orang setiap orang terlibat dalam komunikasi antarpribadi

memfokuskan dan mengirimkan pesan dan juga sekaligus

menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa fungsi pengirim dan

penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam

komunikasi antarpribadi. Contoh : komunikasi antar suami

dan istri, kakak dan adik dan sebagainya.

Efek Efek

Pengirim-Penerima Encoding-Decoding

Pengirim-Penerima Encoding-Decoding Bidang Pengalaman

Bidang Pengalaman

Pesan - Pesan

Gangguan

(26)

2. Encoding – Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang akan disampaikan, dikode atau diformulasikan

terlebih dahulu dengan menggunakan kata – kata, simbol dan

sebagainya. Sebaliknya, tindakan untuk menginterpretasikan

dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut

sebagaidecoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena

pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima, maka

fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang

terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Contoh : penggunaan

bahasa daerah.

3. Pesan – Pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa berbentuk verbal (seperti kata – kata) atau nonverbal.

4. Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat

menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat

langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif

dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini

disebabkan karena, pertama, penyampaina pesan melalui

saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung

(27)

Kedua, penyampaian melalui komunikasi personal dapat

dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam

komunikasi cukup tinggi. keempat, pihak komunikator atau

sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan

tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang

disampaikannya. Kelima, pihak komunikator atau sumber

dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila terdapat

kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak khalayak

atas pesan yang disampaikannya. Contoh dalam komunikasi

antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran

tentang indera pendengar melalui suara). Isyarat visual atau

sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, dan lain sebagainya).

5. Gangguan atau noise

Sering kali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesan

yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi, yang terdiri dari:

a. Gangguan fisik

Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan menggangu

transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak

(28)

b. Gangguan Psikologis

Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat dalam

komunikasi seperti : emosi, nilai – nilai, sikap, dan

sebagainya.

c. Gangguan simatik

Gangguan ini terjadi karena kata – kata atau simbol yang

digunakan dalam komunikasi, sering kali memiliki arti

ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam

menangkap maksud – maksud dari pesan yang

disampaikan. Contoh perbedaan bahasa yang digunakan

dalam berkomunikasi.

6. Umpan balik

Umpan balik memainkan peran yang sangat penting dalam

proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan

penerima pesan secara terus menerus dan secara bergantian

memberikan umpan balik dalam berbagai cara baik verbal (dengan pertanyaan atau jawaban dalam kaitannya dengan

apa yang dibicarakan) maupuan verbal (senyuman, anggukan,

gelengan kepala). Umpan balik bisa positif, netral dan

(29)

7. Bidang pengalaman

Merupakan faktor penting dalam komunikasi. Komunikasi akan semakin efektif apabila para pelaku mempunyai bidang

pengalaman yang sama. Sebaliknya komunikasi akan menjadi

sulit jika para pelakunya mempunyai bidang pengalamn yang

tidak sama.

8. Efek

Proses komunikasi selalu mempunyai berbagai akibat, baik

positif maupun negatif pada salah satu atau keduanya.

2.1.3 Seks Pr a Nikah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata seks memiliki arti

jenis kelamin ini memeberikan kita pengetahuan tentang suatu sifat ciri yang membedakan laki – laki dan perempuan.

Lazimnya hubungan seks dilakukan oleh sepasang pria dan wanita

yang telah menikah sah secara hukum dan agama yang disebut pernikahan.

Seks pra nikah adalah hubungan seks yang di lakukan laki – laki dan perempuan sebelum melakukan pengesahan hubungan melalui pernikahan.

Tetapi beberapa data telah menunjukkan bahwa perilaku seks pra nikah

telah melanda kalangan remaja.

Menurut Boyke (2004), cinta dan seks merupakan salah satu

problem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang diinformasikan

(30)

tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin

fantasi-fantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas atau seks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang

memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu,

mereka masih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah.

Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks yang tinggi dengan

melakukan onani atau seks pra nikah. Kehamilan remaja, pengguguran

kandungan (aborsi), terputusnya sekolah, perkawinan di usia muda,

perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat merupakan akibat

buruk petualangan cinta dan seks yang salah saat remaja. Akibatnya, masa

depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah

cinta dan seks. (www.lib.uin-malang.ac.id)

2.1.4 Penger tian Per nikahan

Dalam Undang – Undang Nomor 1 tahun 1974 pengertian

perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari batasan ini jelaslah bahwa tujuan perkawinan bukanlah kebahagian

tetapi kesatuan, dengan adanya ikatan lahir batin antara suami istri perlu

saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat

(31)

material. Dalam usaha memupuk kesatuan itulah suami istri mengalami

kebahagiaan.

Dalam “Dinamika Perkawinan Masa Kini” T.A Yunawa, W.F

Maramis, 1991, Terruwe menyatakan bahwa perkawinan merupakan suatu

kesatuan. Persatuan itu diciptakan oleh cinta dan dukungan yang diberikan

oleh seorang pria pada istrinya. Persatuan itu hanya dipertahankan dan

dipelihara dengan cinta dan dukungan yang diberikan oleh wanita kepada

suaminya. Dalam perkawinan, seorang suami dan istrinya merupakan

kesatuan tunggal. Ini bukan hanya suatu ikatan yang sah dan tidak hanya

terdapat dalam kehidupan seks mereka, melainkan terdapat didalam semua

pengungkapan emosional mereka. Hubungan antara seorang pria dan

seorang wanita yang terletak dalam bidang indrawi serta bidang emosional

dan seorang di sana pulalah ia mencapai pemenuhannya.

Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai

banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara

berfikir (mental), pendidikan dan lain hal. Dalam pandangan Islam,

pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstuui agama, kerabat, dan

masyarakat. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang

bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Pernikahan dianggap sah apabila

dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan

kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut

(32)

2.1.5 Penger tian Keluar ga

Pengertian keluarga ditinjau dari dimensi hubungan darah, merupakan kesatuan yang diikat oleh hubungan hubungan darah antara

satu dengan yang lainnya. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga inti

dan keluarga besar.

Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan

satu kesatuan yang diikat adanya saling berhubungan atau interaksi dan

saling mempengaruhi, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan

darah.

Menurut Soeleman, secara psikologis keluarga adalah sekumpulan

orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing –

masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling

mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri yang dijalin oleh kasih sayang. (Djamarah,2004:16)

Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal,

artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia atau suatu sistem sosial

yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended

family). Keluarga ini adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan

anak – anak yang belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga

besar adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi

(33)

lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu, dan anak –

anak (Yusuf,2007:36).

Suami istri secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam

suatu keluarga. Berikut perana suami istri menurut Dagun (1990:46) :

a. Peranan suami :

1. Sumber kekuasaan dasar identifikasi

2. Penghubung dengan dunia luar

3. Pelindung terhadap ancaman dari luar

4. Pendidik segi rasional

b. Perana istri :

1. Pemberi rasa aman dan sumber kasih sayang

2. Tempat mencurahkan isi hati

3. Pengatur kehidupan rumah tangga 4. Pembimbing kehidupan rumah tangga

5. Pendidik segi emosional

6. Penyimpan tradisi

2.1.6 Komunikasi Keluar ga (Suami Istr i)

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

menanamkan nilai – nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang

tua tidak harmonis misalnya ketidaktepatan orang tua dalam memilih pola

asuhan, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta

(34)

Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu

terjalin antara ayah, ibu dan anak (Gunarsa dan Gunarsa, 2001:205). Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena

komunikasi yang efekti dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,

pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.

Masalah menikah karena hamil dulu merupakan salah satu

alternatif untuk menutupi aib hamil di luar nikah. Beberapa artis juga

banyak artis yang menikah karena hamil dulu tetapi hingga saat ini belum

bercerai dan belumada pemberitaan tentang gonjang-ganjing masalah

rumah tangganya, beberapa artis tersebut adalah Donna Agnesia – Darius

Sinatria, Nana Mirdad – Andrew White, Risty Tagor – Rifky Balwell dan

yang terbaru adalah KD – Raul Lemos.

Dalam berumah tangga pastilah ada cek-cok permasalahan, dalam penyelesain ini ada manejemen konflik yang salah satu tekniknya adalah

force and talk, dari kata talk tersebut merujuk pada komunikasi terutama

verbal. Melalui pembicaraan, kita menyatakan perasaan hati, memperjelas

pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu kualitas dari hubungan tersebut tergantung kepada kesanggupan

seseorang untuk menyatakan diri kepada orang lain. Mereka yang tidak

dapat berkomunikasi secara konstruktif, jujur dan terbuka, akan tetap

menemui kesulitan untuk hidup bersama dalam suatu keluarga. Dengan

kata lain kecakapan komunikasi dalam rumah tangga memegang peran

(35)

Maka tak dapat dipungkiri, hubungan yang menjadi kepedulian banyak

orang adalah hubungan dalam keluarga. Keluarga mewakili suatu konstelasi hubungan yang sangat khusus (Moss, Tubss, 2000:214).

2.1.7 Fungsi Keluarga

Beberapa fungsi keluarga dari sudut pandang sosiologis, keluarga

dapat diklarifikasikan ke dalam fungsi – fungsi (Yusuf, 2001: 39) :

1. Fungsi Biologis

Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan

legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya

untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu

meliputi:

a. Sandang, pangan, papan b. Hubungan suami istri

c. Reproduksi atau pengembangan keturunan

2. Fungsi Ekonomis

Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar

masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerja sama

sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu.

3. Fungsi Edukatif (pendidikan)

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budayaatau

mediator” sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam

(36)

pembiasan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan –

keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. 4. Fungsi Sosialisasi

Lingkungan keluarga merupakan faktor penentu (determinant

factor) yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan

datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang

mensosialisasikan nilai – nilai atau peranan – peranan hidup

dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para

anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi

perkembangan kemampuan anak untuk menaati peraturan

(displin). Mau bekerja sama dengan orang lain, mau

bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang

heterogen (etnis, ras, agama, budaya) 5. Fungsi Protektif (perlindungan)

Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota

keluarganya dari gangguan, ancanaman atau kondisi yang

menimbulkan ketidaknyamanan (fisik, psikologis) bagi para anggotanya.

6. Fungsi Rekreatif

Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang

kenyamanan, keceriaan kehangatan, dan penuh semangat bagi

anggotanya. Maka dari itu keluarga harus ditata sedemikian

(37)

komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama

dengan pebuh suasana humor dan sebagainya. 7. Fungsi Religius (agama)

Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai – nilai agama

kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.

Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau

membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan

ajaran agama yang yang dianutnya. Para anggota keluarga yang

memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki

mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari

beban-beban psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara

harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam

memberikan kontribusi terhadap kemajuan serta kesejahteraan masyarakat.

2.1.8 Per nikahan kar ena Hamil Dulu (married by accident)

Pernikahan merupakan suatu bentuk ikatan hubungan, baik lahir maupun batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal sesuai dengan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan definisi pernikahan diatas,

maka disini dapat disimpulkanbahwa pernikahan karena hamil di luar

nikah merupakan suatu bentuk ikatan hubungan, baik lahir maupun batin

(38)

dan disaksikan oleh beberapa orang saksi untuk membentuk rumah tangga

dengan kondisi wanita telah hamil sebelum perkawinan tersebut dilakukan. (www.lib.uin-malang.ac.id)

2.1.9 Cembur u

Cemburu adalah emosi yang muncul sebagai reaksi terhadap

ancaman yang mungkin bisa membuat seseorang kehilangan afeksi dari

seseorang yang bernilai penting baginya, dimana afeksi itu diberikan pada

orang lain. Jadi, suami atau istri cemburu pada pasangan ketika pasangan

berbicara pada orang lain, tidak lain karena suami atau istri takut

kehilangan afeksi dari pasangan karena afeksinya bisa pindah ke orang

yang diajak bicara.

Setidaknya ada lima hal yang mungkin dilakukan orang ketika cemburu. Pertama, melakukan komunikasi integratif. Pada saat cemburu,

seseorang mencoba menilainya sebagai sesuatu yang wajar. Jika Anda

cemburu pasangan Anda berbicara dengan orang asing, maka suami atau

istri mungkin mengatakan pada pasangan bahwa meluaskan pergaulan sangatlah penting baginya. Kedua, memberikan kompensasi. Pada saat

cemburu, seseorang akan lebih memperhatikan, lebih sensitif terhadap

keinginan pasangan, kerap memberi hadiah dan lainnya. Ketiga,

mengawasi. Pasangan akan diawasi dimanapun berada. Keempat,

memanipulasi. Pada saat cemburu, seseorang melakukan

(39)

kekerasan. Adapun kekerasan yang dilakukan bisa verbal atau nonverbal.

Misalnya menampar, memaki, menghina dan lainnya.( www.psikologi-online.com)

Tercatat di Pengadilan Agama Surabaya bahwa dari 512 kasus

perceraian pada bulan Mei 2011, 101 diantaranya disebabkan karena

cemburu. (www.pa-surabaya.go.id) 5 dari 7 pasutri married by accident

mengaku bahwa kecemburuan mendominasi konflik rumah tangga mereka.

Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI bahwa di

tahun 2010 lembaga ini mencatat 285.184 kasus perceraian. Angka ini

tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa

10.019 kasus perceraian dipicu cemburu. (www.komnaspa.wordpress.com)

Namun menurut psikolog Universitas Tarumanegara, Henny

Wirawan Mhum Psi, rasa cemburu juga dapat menjadi sebuah pertanda bahwa suami atau istri masih berarti bagi pasangan. Cemburu dapat

dijadikan penyedap sekaligus pemicu semangant kemesraan pasangan

suami istri. (www.okezone.com)

2.1.10 Car a Mengatasi Cembur u

Menurut Psikolog Universitas Tarumanegara, Henny Wirawan

Mhum Psi, cemburu merupakan keadaan dimana seorang pria atau wanita

merasakan tidak aman atau cemas terhadap pasangannya. Supaya

hubungan selalu aman dan tenang maka tidak perlu adanya rasa cemburu

(40)

1. Pikir an Positif

Salah satu cara terbaik untuk mengatasi rasa cemburu adalah berpikir positif tentang pasangan. Sebab pikiran negatif dapat

memicu terjadinya konflik, mulai dari masalah sepele hingga

ke tahap yang lebih serius.

2. Komunikasikan Apa yang Ter jadi

Seringkali pria atau wanita berpikir pasangannya melakukan

hal-hal aneh saat tak berada di sisi mereka. Padahal bisa jadi

pikiran tersebut hanya sebuah dugaan belaka. Kendati

pasangan telah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,

namun pasangan tetap tidak mempercayainya, maka hal

tersebut dapat membuat pasangan melakukan apa yang

dituduhkan padanya. Karena itu, sebaiknya dengarkan

penjelasan pasangan, baru memutuskan apakah mereka seperti selama ini diduga atau tidak.

3. Uta r akan Per a saan yang Sesungguhnya

Sebuah hubungan yang sehat sebenarnya tidak perlu dilandasi rasa cemburu, sebab perasaan tersebut sering tak bermanfaat.

Untuk menghindari terjadinya konflik, anda cukup

mengutarakan baik-baik apa yang sedang dirasakan, sehingga

(41)

4. Cembur u Hanya Infeksi dalam Hubungan

Infeksi tersebut dapat terjadi manakala anda selalu curiga pada pasangan dengan menghubungi pasangan setiap saa,

memeriksa handphone nya, selalu membongkar tasnya, dan

mencari-cari kesalahan pasangan. Padahal kondisi tersebut

tidak perlu terjadi karena semua hal dapat dibicarakan

baik-baik tanpa menimbulkan masalah baru. (www.okezone.com)

2.2 Ker angka Berfikir

Berdasarkan tinggi seks pra nikah di kalangan remaja di Surabaya

yang mencapai 54% , juga berdasarkan dari hasil pra penelitian, data yang

ada di Pengadilan Surabaya menunjukkan tingkat perceraian pernikahan

karena hamil dulu lebih rendah dari perceraian biasa, yaitu mencapai

17,6% di bulan Juli sampai Agustus 2011.

Pola komunikasi antara suami istri yang hamil terlebih dahulu,

ialah pola komunikasi antara suami istri yang menikah karena akibat dari

seks pra nikah yang terjadi diantara keduanya.

Berdasarkan pra-penelitian peneliti permasalahan yang timbul

diantara pasutri yang menikah karena hamil dulu ini mulai dari hal sepele

seperti anak menangis, cemburu sampai kebutuhan ekonomi yang belum

bisa terpenuhi. Baik dalam menyelesaikan konflik yang timbul maupun

(42)

Wawancara mendalam ini digunakan untuk mengetahui pola

komunikasi apa yang digunakan antara suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan untuk mempertahankan rumah

tangganya. Indepth interview ini dipakai dengan tujuan untuk mengetahui,

memahami pola komunikasi apa yang terjadi. Wawancara terbagi dua,

wawancara terstruktur ialah wawancara yang susunan pertanyaannya

sudah ditentukan oleh peneliti. Sedangkan wawancara tak berstruktur

bersifat fleksibel susunan kata dan pertanyaan dapat diubah pada saat

wawancara, disesuaikan kebutuhan kondisi saat wawancara tak

berstruktur, sehingga ada pertanyaan yang menarik untuk diditanyakan,

penulis dengan mudah dapat mengganti dan menambah daftar pertanyaan.

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Hubungan antara

suami istri

Suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatsi kecemburuan

(43)

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang tidak menggunakan

data statistik atau angka – angka tertentu karena data kualitatif berbentuk

kata – kata atau kalimat – kalimat, gambar – gambar,. Pendekatan

kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. (Rachmat, 2006).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara

untuk memperoleh jawaban dari narasumber. Peneliti menggunakan

wawancara mendalam digunakan karena dengan wawancara secara

langsung antara peneliti dengan informan, maka jawaban yang didapat

akan lebih murni dan tidak dapat dimanipulasi, sebab dalam wawancara

langsung bahasa yang muncul tidak hanya bahasa verbal namun bahasa

non verbal pun akan nampak.

Interview guide diperlukan untuk menjaga agar pertanyaan yang

diajukan saat wawancara mendalam tidak melenceng dari permasalahan

yang sedang diteliti. Dengan berpedoman pada interview guide

(44)

mengatasi permasalahan. Dari beberapa kenyataan yang ditemui, peneliti

menyusun interview guide yang terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mencari dan menggali informasi dari para informannya.

3.2 Definisi Oper asional

Penelitian ini mencoba memaparkan tentang pola komunikasi

antara suami dan istri yang menikah karena hamil dulu dalam menjalankan

pernikahannya. Pada penelitian ini tidak membicarakan hubungan variabel

sehingga tidak ada pengukuran variabel bebas atau terikat. Pelaksanaan

penelitian ini terjadi secara alamiah apa adanya, dalam situasi normal dan

tidak dimanipulasi baik kondisi maupun obyek yang sedang diteliti dan

juga bisa menekankan pada keadaan secara alamiah.

Pengertian pola komunikasi dalam penelitian ini adalah hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara suami dan istri

yang menikah karena hamil duluan. Pola komunikasi antara suami istri

yang menikah karena hamil dulu menggunakan empat pola antara lain :

1. Pola keseimbangan

Komunikasi yang terjalin antara suami istri sangat terbuka,

jujur, langsung dan bebas. Baik suami maupun istri tidak segan

untuk mengutarakan semua yang dipikirkannya maupun

peristiwa apa yang ia alami kepda pasangannya, meski itu

(45)

2. Pola keseimbangan terbalik

Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing anggota keluarga (suami-istri) mempunyai orientasi di atas daerah atau

wewenang yang berbeda. Masing – masing suami istri adalah

sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya

(suami-istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami atau si istri

karena keduanya memiliki keahlian sendiri – sendiri untuk

menyelesaikannya. Meski suami atau istri tidak secara terbuka

mengungkapkan perasaan, pikiran ataupun peristiwa yang ia

alami, namun ia mampu mengatasinya sehingga tidak merusak

rumah tangganya . Hal tersebut dilakukannya agar pasangan

tidak menjadi emosi dan memicu pertengkaran diantara mereka.

3. Pola pemisah tak seimbang

Satu orang dalam keluarga (si suami atau istri) mendominasi.

Dalam pola ini tidak hanya suami atau istri yang mendominasi

dalam komunikasi namun juga dalam keputusan, baik keputusan

dalam mengatasi konflik maupun keputusan sehari-hari. 4. Pola monopoli

Si suami atau si istri sama-sama menganggap dirinya sebagai

penguasa. Keduanya (suami istri ) lebih suka memberi nasehat

daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Dalam

mengatasi konflik maupun membuat keputusan, salah satu pihak

(46)

hal ini digunakan agar suami atau istri yang lebih dominan

membuat keputusan dengan mengarahkan pikiran salah satu pihak, dan menjadi penguasa.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kota Surabaya karena berdasarkan

beberapa data perilaku seks pra nikah di kota ini mencapai 54 %, dan

berdasarkan pra-penelitian peneliti masih ada yang masih bertahan

pernikahnya walaupun pernikahannya karena hamil dulu, hal ini yang

mendasari peneliti mengambil lokasi penelitian di kota Surabaya.

3.4 Unit Analisis

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besar populasi atau

sampling, populasi atau sampling sifatnya hanya terbatas. Jika data yang

sudah terkumpul sudah mendalam dan dapat menjelaskan fenomena yang

diteliti, maka kita tidak perlu mencari sampling lagi. Dalam penelitian seperti yang ditekankan adalah kedalaman (kualitas) bukan banyaknya

(kuantitas) data. (Rachmat, 2006:58)

Unit analisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif, informasi

dari informan yang berupa kata – kata, kalima – kalimat narasi – narasi

yang diperoleh dari depth interview yang berkaitan dengan pola

(47)

(married by accident) dalam mengatasi kecemburuan untuk

mempertahankan rumah tangganya.

3.5 Subyek dan Infor man Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pasangan suami istri yang hamil

terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan, dan sampai saat ini belum

bercerai.

Informan peneliti ini tidak ditentukan berapa jumlahnya, tetapi

dipilih beberapa informan yang dianggap mengetahui, memahami,

permasalahan yang terjadi sesuai dengan substansi penelitian ini. Hal ini

disebabkan karena dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan berapa

besar jumlah, melainkan yang terpenting adalah seberapa jauh penjelasan

informan yang diperoleh dalam menjawab permasalahan. (Sumady Suryabarata, 1998:99)

Peneliti berusaha untuk menjaring sebanyak mungkin informasi

yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari beberapa sumber. Peneliti

akan mencari variasi informasi sebanyak mungkin dan informan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview), yaitu

orang – orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang

terjadi sesuai substansi peneliti sehingga dapat menghasilkan data berupa

kata – kata dan tindakan yang memungkinkan narasumber untuk

(48)

Dalam hal ini informan yang dipilih haruslah yang memenuhi

syarat antara lain menikah karena hamil dulu dan rumah tangganya masih utuh (belum bercerai).

3.6 Tek nik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti

menggunakan wawancara mendalam (in depth interview).

Wawancara mendalam (in depth interview) merupakan suatu cara

mengumpulkan data atau informan dengan cara langsung bertatap muka

dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam

(Rachmat, 2006:98). Dalam melakukan wawancara, peneliti harus

memiliki pedoman wawancara (interview guide) yang kemudian dapat

dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti.

Pada wawancara mendalam ini, peneliti cenderung tidak memiliki

kontrol terhadap respons informan, informan bebas memberikan jawaban.

Sebab itu periset memiliki tugas agar informan bersedia memberikan

jawaban yang lengkap, mendalam bila perlu tak ada yang ditutup-tutupi sehingga wawancara yang dilakukan bersifat informal, layaknya orang

sedang mengobrol. Dengan teknik ini diharapkan informan akan merasa

nyaman sehingga informan dapat lebih terbuka dan berani dalam

memberikan jawaban dan respon terhadap pertanyaan – pertanyaan yang

(49)

secara langsung dan mengamati respon informan dengan lebih detail,

terutama respon non verbal.

Berikut teknik wawancara yang dilakukan peneliti:

1. Persiapan (interview guide)

2. Peneliti melakukan wawancara kepada informan

3. Waktu dan tempat wawancara ditentukan setelah ada

kesepakatan peneliti dengan informan

4. Peneliti sebagai pewawancara

5. Wawancara dilakukan secara tatap muka atau langsung dengan

informan

6. Wawancara hanya melibatkan satu pewawancara dan satu

informan, informan yang lain diwawancara pada waktu dan

tempat lain.

7. Dimungkinkan jika tempat wawancara pada seorang informan

juga sama dengan wawancara yang dilakukan dengan informan

yang lain, namun harus dipastikan tidak dalam waktu yang

sama.

8. Pendokumentasian data dilakukan dengan merekam, mencatat,

daya ingat, selain itu menggunakan data penunjang dengan

mengolah buku dan sumber – sumber bacaan lain yang terkait

(50)

3.7 Tek nik Analisi Data

Seluruh data diperoleh dari wawancara mendalam (in depth interview), maka peneliti menggunakan teknik analisis data bersifat deskriptif yang akan

menunjukkan dan menggambarkan fakta dan sifat informan lewat data yang telah

diperoleh berdasarkan pola komunikasi suami istri dan mengkaji sesuai dengan

konsep pola komunikasi suami istri yang ada untuk selanjutnya mengetahui

bagaimana pola komunikasi suami istri yang hamil terlebih dahulu (married by

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian

Kota Surabaya merupakan kota metropolitan di Indonesia memiliki

luas sekitar 326,37 km² dan secara astronomis terletak diantara 07° 21’

lintang selatan dan 112° 36’ sampai dengan 112° 54’ bujur timur. Jumlah

penduduk kota Surabaya mencapai 2.929.528 jiwa (tahun 2010,

www.dispendukcapil.surabaya.go.id).

Pernikahan karena hamil dulu ialah pernikahan yang disebabkan

oleh seks pranikah, yang bisa menimpa usia berapapun terhitung dari

berkembangnya organ seks pada tubuh yang rata-rata pada usia 13-15

tahun.

Lazimnya hubungan seks dilakukan oleh sepasang pria dan wanita

yang telah menikah sah secara hukum dan agama yang disebut pernikahan.

Seks pra nikah adalah hubungan seks yang di lakukan laki – laki dan

perempuan sebelum melakukan pengesahan hubungan melalui pernikahan.

Tetapi beberapa data telah menunjukkan bahwa perilaku seks pra nikah

telah melanda kalangan remaja.

(52)

Yayasan DKT Indonesia di tahun 2005 tentang fenomena perilaku

hubungan seks pra nikah di kalangan remaja, yaitu mencapai 54%.

Berdasarkan data pra penelitian yang dihimpun pada bulan Juli

sampai Agustus di Pengadilan Agama Surabaya menunjukkan bahwa

putusan perceraian pernikahan karena hamil dulu lebih rendah dari

pernikahan biasa, yaitu mencapai 17,6%. Pada bulan Mei 2011 dari 512

kasus perceraian yang didaftarkan 101 kasus disebabkan oleh

kecemburuan.

Berdasarkan pra penelitian, menurut data Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Surabaya, dari 100 pernikahan 10 diantaranya diindikasi

sebagai pernikahan karena hamil dulu. Di Pengadilan Agama Surabaya, di

bulan Agustus 2011 saja sudah terdapat 9 permohonan dispensasi kawin,

yaitu penambahan usia calon mempelai yang belum memenuhi syarat usia secara hukum. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada pernikahan dini

ataupun married by accident.

Cemburu adalah emosi yang muncul sebagai reaksi terhadap

ancaman yang mungkin bisa membuat seseorang kehilangan afeksi dari seseorang yang bernilai penting baginya, dimana afeksi itu diberikan pada

orang lain. Jadi, suami atau istri cemburu pada pasangan ketika pasangan

berbicara pada orang lain, tidak lain karena suami atau istri takut

kehilangan afeksi dari pasangan karena afeksinya bisa pindah ke orang

yang diajak bicara. 5 dari 7 pasutri married by accident mengaku bahwa

(53)

4.2. Penyajian Data dan Analisa Data

4.2.1 Penyajian Data

INFORMAN I

Informan I adalah laki-laki berinisial Ed ( 21 tahun ) pendidikan

terakhir SMA, yang menikah dengan perempuan berinisial Dv ( 20 tahun )

dan pendidikan terakhir SMP, pernikahan yang berusia 3 tahun ini telah

dikaruniai seorang anak perempuan. Sang suami bekerja sebagai buruh di

pabrik kayu, dan istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga. Ed pada usia 18

tahun menikahi Dv yang saat itu berusia 17 tahun, saat Dv masih duduk di

kelas 3 SMA, mereka menikah pada usia tersebut karena Dv terlanjur

hamil di luar nikah. Pada awalnya Ed dan Dv menikah secara sirih, setelah

sang anak lahir barulah Ed dan Dv menikah secara resmi.

INFORMAN II

Informan II adalah suami berinisial Fr ( 20 tahun ) pendidikan

terakhir SMA bekerja sebagai pramuniaga, memiliki istri berinisial Wn (

17 tahun ) pendidikan terakhir SMP dan menjadi ibu rumah tangga,

keluarga ini dikaruniai seorang anak perempuan. Wn dinikahi Fd pada usia 16 tahun saat W masih bersekolah SMA tingkat 2, sebagai bentuk

tanggung jawab Fd karena telah menghamili Wn.

INFORMAN III

Informan III adalah pasangan suami istri yang sama – sama

bekerja. Suami berinisial Hn ( 25 tahun ) bekerja pada divisi stock order

(54)

berinisial Yn ( 26 tahun ) di perusahaan distributor obat-obatan,yang juga

seorang perantau dari Yogyakarta. Pernikahan yang berusia 4 tahun ini dikariniai dua anak laki – laki yang masing-masing berusia 4 tahun dan 5

bulan. Yn dinikahi Hn sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatan seks

pra nikah yang telah mereka lakukan, Yn menikah di usia 22 tahun dan Hn

di usia 21 tahun.

INFORMAN IV

Informan IV ini adalah pasangan suami istri yang telah menikah

selama 25 tahun dan telah memiliki dua cucu dari anak tunggalnya. Sang

suami berinisial St ( 55 tahun ) bekerja di salah satu perusahaan daerah

dengan pendidikan terakhir SMA, dan sang istri seorang ibu rumah tangga

berinisial En ( 42 tahun ). Di usia 30 tahun St menikahi En yang baru lulus

SMA yang saat itu berusia 17 tahun. Karena orang tua St yang tidak setuju dengan hubungan mereka maka mereka nekad untuk melakukan seks

pranikah dengan tujuan dapat menikah dengan orang pilihan mereka

sendiri.

INFORMAN V

Informan V adalah pasangan suami istri yang telah menikah

selama 22 tahun dan memiliki dua anak perempuan. Tr (54 tahun), seorang

wiraswasta yang bergerak di bidang jual beli motor bekas. Sedangkan Sr

(48 tahun) seorang pekerja di dealer motor. Karena perbedaan status

(55)

Tr. Akhirnya pasangan suami istri ini nekad melakukan hubungan seks

pranikah agar dapat menikah dan direstui oleh keluarga Tr.

4.2.2. Analisa Data

A. Infor man I

Pada rumah tangga informan I ini sering terjadi konflik, pemicu

konflik yang paling sering terjadi adalah cemburu. Selain itu faktor usia

dan kedewasaan juga turut mempengaruhi. Di awal pernikahan pasangan

suami istri ini tidak ada permasalahan cemburu, namun semenjak istri

memergoki tingkah suami yang mencurigakan saat menerima telpon,

masalah cemburu itu mulai muncul. Berikut kutipan infroman:

Seberapa sering konflik terjadi di rumah tangga anda?

Infor man I ( Ed, suami )

Inter view: 26 – 12 – 2011, 13:00 “lumayan sering, maklum mbak masih muda.”

“Penyebabnya cemburu, kalau saya baca sms langsung saya hapus

atau saya terima telpon di depan (teras) istri langsung marah “dari siapa? Selingkuhanmu ya” istri saya juga ngomongnya tidak enak

mbak, tidak ditanya baik-baik dulu dari siapa tapi langsung

menuduh. Memang semuanya salah saya, dulu saya sempat

meladeni teman saya (cewek) yang suka sama saya, sebenarnya

saya tidak punya niatan selingkuh dengan cewek itu, saya

(56)

dengan teman cewek saya, istri saya langsung marah, mencoba

memukul dan mencakar saya, tapi ya saya tahan mbak, reflek. Istri saya bilang lebih baik dia saya tinggal saja, tapi langsung saya

jelaskan semuanya, saya hibur istri saya dan istri saya juga minta

saya janji tidak mengulanginya lagi.”

Infor man I ( Dv, istr i )

Inter view: 26 – 12 – 2011, 11:00

“lumayan sering, kan masih kecil.”

“Cemburu, awalnya dulu saya tidak cemburuan, tapi sejak saya

mergoki suami saya telponan sama cewek, saya jadi sering curiga.

Kejadian itu gempar-gemparnya pertengkaran saya dengan suami,

saya marah sampai tangan saya ini mau memukul dan mencakar

suami, tapi suami saya diam saja mungkin karena merasa bersalah, jadi suami bisanya cuma nahan tangan saya biar ga kena mukanya.

Saat itu juga saya langsung tanyain suami saya, minta kejelasan.

Gimana lagi, saya mau temui cewek itu ga bisa, ga tahu rumahnya,

akhirnya saya telpon cewek itu dan saya bilang kalau cowok ini suami saya sudah punya anak. Saya ancam dia kalau terulang lagi

mending saya ditinggal sendiri saja. Kadang kalau suami saya

dapat sms terus langsung dihapus gitu saya langsung marah,

enggak saya tanyain baik baik dulu, saya langsung menuduh dia

selingkuh. Kadang juga kalau dia terima telpon di depan gitu saya

Gambar

Gambar 2.2.  Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmatNya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul STUDI

Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul: Proses Pemeriksaan dan Banding atas Koreksi Penjualan Karena Harga yang Tidak Wajar.. Yang disusun

Perlu penguatan komitmen dalam keterlibatan dan kemitraan pihak pihak terkait (satuan pendidikan, orangtua, masyarakat/organisasi mitra) dalam pelaksanaan dikkel dengan

dengan ini mengumunkan U'anwa piframya bermaksud untuk mengambiialih 10O0i saham-saham yang telah dikeluarkan oleh PT INTERACT CORPINDO, yang pada saat ini dimiliki

7: Multimedia Networking 7-17 Protocols for real-time interactive applications.  R eal- T ime P rotocol : A real-time interactive protocol that can be used for transporting

perubahan logo baru PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk dengan berupa bukti permohonan pendaftaran HAKI2. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi pengertian Bisnis dan proses Bisnis, penjelasan kinerja, pengukuran, proses, analisa, dan identifikasi pada analisis proses bisnis,

Perihal Penyampaian Copy Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa..