( Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Sua mi Istr i yang Hamil Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecembur uan untuk Mempertahankan
Rumah Tangganya di Kota Surabaya)
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UPN Veter an J atim
SKRIPSI
Oleh :
PUTRI DWI P URWANTI
NPM. 0843010183
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
TIM PENGUJ I :
( Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Suami Istr i yang Hamil Ter lebih Dahulu dalam Mengatasi Cembur u untuk Memper tahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya )
Oleh :
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Ter lebih Dahulu dalam Menghadapi Kecembur uan untuk Memper ta hankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya)
Disusun Oleh : PUTRI DWI PURWANTI
0843010183
Telah disetujui untuk mengik uti Ujian Skr ipsi
Menyetujui, PEMBIMBING UTAMA
Dr s. Kusnar to, MSi NIP. 195808001984021001
Mengetahui, DEKAN
Penelitian ini berdasarkan faktor pernikahan karena hamil dulu rawan perceraian yang paling dominan adalah karena kecemburuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola komunikasi suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan untuk memepertahankan rumah tangganya.
Penelitian ini menggunakan teori DeVito, terdapat empat pola komunikasi suami istri yaitu Pola Keseimbangan, Pola Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah Tak Seimbang dan Pola Monopoli. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam yang termasuk dalam penelitiaan kualitatif. Peneliti mengambil 5 informan, terdiri dari pasangan suami istri yang menikah karena hamil terlebih dahulu dan sampai saat ini pernikahan mereka masih utuh (belum cerai).
Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang didapat dari hasil wawancara, secara garis besar adalah pada informan I dan V pasangan suami istri menganut pola komunikasi keseimbangan (terbuka) dan informan II, III dan IV menganut pola komunikasi keseimbangan terbalik (menghormati keputusan pasangan).
Kata Kunci : Cemburu, Pola Komunikasi, Suami Istri. ABSTRACT
PUTRI DWI PURWANTI, PATTERN OF COMMUNICATIONS
BETWEEN COUPLES WHO MARRIED FOR PREGNANCY
PREMARITAL IN SURABAYA CITY (The Study Qualitative Descr iptive Between Couples who Mar r y for Pr emar ital Pr egnancy to Over coming J ealousy Pr oblem to Maintain Their Mar r iage in Surabaya City)
Factor of marriage because premarital pregnancy is prone to divorce are jealousy more dominant. The purpose of this study was to determine how the communication patterns of couples who get married because of premarital pregnancy in overcoming jealousy to maintain the household.
This study uses the DeVito theory, there are four couples communication patterns, Balance Patterns, Balance Reversed Patterns, Separator Not Balanced Pattern, and The Monopoly pattern. The method used is depth interviews are included in the qualitative research. Researchers took five informants, each of which consists of married couples because of premarital pregnancy and until now their marriage is not divorced yet.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,
rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul “POLA KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI YANG
HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA”. Hasil penelitian
skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud berkat
bantuan dari Bapak Drs. Kusnarto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Dalam penulisan laporan ini penulis juga banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Syarif Hidayat, SH selaku Panmud Hukum yang telah mengizinkan saya
6. Teman – teman Geng gonk (Deasy, Veve, Indah, Reni, Juwi, Rayan dan
Fifi) atas dukungannya, atas semangat, saran dan bantuannya dalam
pengerjaan skripsi ini.
7. Roni Ramadhan yang telah memberikan dukungan baik materiil maupun
moril
8. Teman – teman AK UPN Radio
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk
rekan-rekan Program Studi Ilmu Komunikasi.
Surabaya, Januari 2012
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
2.1.1 Pola Komunikasi ... 12
2.1.2 Komunikasi Interpersonal ... 14
2.1.3 Seks Pra nikah ... 20
2.1.4 Pengertian Pernikahan ... 21
2.1.5 Pengertian keluarga ... 23
2.1.6 Komunikasi Keluarga (Suami Istri) ... 24
2.1.7 Fungsi Keluarga ... 26
2.1.8 Pernikahan Karena Hamil Dulu (married by accident) ... 28
2.1.9 Cemburu ... 29
2.1.10 Cara Mengatasi Cemburu ... 30
2.2 Kerangka Berfikir ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1 Metode Penelitian ... 34
3.5 Subyek dan Informan Penelitian ... 38
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.7 Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42
4.2 Penyajian Data dan Analisa Data ... 44
4.2.1 Penyajian Data ... 44
4.2.2 Analisa Data ... 46
BAB V KESIMPULAN & SARAN ... 69
5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ...71
1.1. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah salah satu cara berinteraksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Komunikasi akan tetap berlangsung selama masih adanya
persamaan makna tentang apa yang diucapkan. Terkadang kata yang
digunakan satu orang tak selalu dimengerti oleh orang yang diajak
berbicara, sehingga kita perlu tahu makna dari kata tersebut. Paradigma
Laswell mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu. (Effendy, 2002:10)
Komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam situasi
interaksi, komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya
kepada komunikan dan komunikan membawa sandi menjadi decoder. Akan tetapi karena komunikasi interpersonal bersifat dialogis, maka ketika
komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan
komunikator menjadi decoder. (Effendy, 2002:14). Begitu juga dengan
pasangan suami istri pernikahan “married by accident”, akan terjadi
pergantian antara encoder dan decoder. Saat sang istri berbicara, istri
merupakan merupakan peranan penting dalam komunikasi sebab ia yang
menentukan berlanjut tidaknya komunikasi yang dilakukan komunikator. Perselisihan yang timbul biasanya diakibatkan oleh salah satu pihak yang
terlalu mendominasi, entah dari pihak istri maupun pihak suami. Selama
manusia masih memiliki emosi, komunikasi antar pribadi akan berperan
penting hingga kapanpun. Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari
interpersonal (tatap-muka) membuat manusia merasa lebih akrab dengan
pasangannya.
Kedekatan hubungan pihak yang berkomunikasi akan tercermin
pada jenis-jenis pesan atau respon non verbal mereka, seperti sentuhan,
tatap mata, yang expresif dan jarak yang sangat dekat (Mulyana, 2003:73).
Sehingga dari kedekatan antara dua pihak dapat menimbulkan konflik
yang biasanya dialami oleh pasangan suami istri yang menikah karena hamil dulu. Orang tua dan anak merupakan bagian dari keluarga, menurut
Sigelman dan Shaffer (Yusuf, 2001:36), keluarga unit kecil yang bersifat
universal, artinya terdapat pada setiap di dunia (universe) atau sistem
sosial yang yang terpancang (terbentuk) dalam sistem yang lebih besar. Ada dua macam keluarga ini, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang belum menikah, sedang keluarga luas adalah satuan keluarga yang
meliputi lebih dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih
luas dari ayah, ibu,dan anak.
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
sehingga pesan yang dimaksud dapat dimaksud dapat dipahami.
(Djamarah,2004:1)
Dalam pola komunikasi antara pasangan suami istri yang menikah
karena hamil dulu tidaklah mudah, jika proses penyampaian pikiran atau
perasaan (komunikator) kepada orang lain (komunikan), tidak ada
kesamaan makna maka bisa dikatakan missunderstanding. Suatu proses
komunikasi dapat berjalan baik jika diantara komunikator dan komunikan
terdapat rasa percaya, terbuka dan sportif. Menurut Devito pola
komunikasi terbagi dalam pola keseimbangan yaitu lebih terlihat pada
teori daripada prakteknya, tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk
melihat komunikasi pada hubungan yang penting, pola keseimbangan
terbalik yaitu masing-masing anggota keluarga mempunyai otoritas di atas
daerah atau wewenang yang berbeda, pola pemisah tidak seimbang yaitu satu orang dalam keluarga (orang tua atau orang dewasa lainnya dalam
keluarga) mendominasi dan pola monopoli yaitu orang tua dianggap
sebagai penguasa.
Dalam kehidupan rumah tangga suami berkewajiban untuk memberi nafkah, sedangkan istri di rumah berkewajiban mendidik anak
dan mengurus rumah tangga. Semua berjalan sesuai dengan batas
kemampuan masing-masing. Oleh karena itu, perlu adanya pengertian satu
sama lain agar mampu menyeimbangkan hidup berumah tangga. Karena
tali pernikahan merupakan dasar dalam menempuh kehidupan untuk
berbeda dan mencocokkan perbedaan ide yang kadang berlainan. Ini
memang suatu hal yang kadang mudah tetapi dalam praktek sulit diwujudkan (Dlori, 2005). Pernikahan yang terjadi karena hamil di luar
nikah, akan menyebabkan beberapa masalah pada pasangan remaja
tersebut. Dalam mempersatukan ide – ide tersebut perlu komunikasi antar
pribadi yang tepat dan dengan di dukung sifat dasar remaja yang labil serta
emosi yang meledak-ledak semakin mudah terjadi konflik meski hanya
berupa hal sepele.
Faktor yang berpengaruh dalam hubungan suami dan istri yang
menikah karena hamil dulu adalah perubahan pola interaksi dan pola
komunikasi yang terjalin dalam keluarga.
Menurut Boyke (2004), cinta dan seks merupakan salah satu
problem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang diinformasikan berbagai media mengakibatkan fantasi-fantasi seks berkembang cepat. Jika
tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin
fantasi-fantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas atau
seks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu,
mereka masih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah.
Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks yang tinggi dengan
melakukan onani atau seks pra nikah. Kehamilan remaja, pengguguran
kandungan (aborsi), terputusnya sekolah, perkawinan di usia muda,
buruk petualangan cinta dan seks yang salah saat remaja. Akibatnya, masa
depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks. (www.lib.uin-malang.ac.id)
Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap
pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka
mudah sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan
tokoh panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup
masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil, remaja
mudah terpengaruh dan labil. Mereka cenderung mengambil jalan pintas
dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai
komunitas dan kota besar yang metropolitan, jangan heran jika hura-hura,
seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah
menggoda para remaja. (www.ceria.bkkbn.go.id)
Sebagian besar remaja tidak menyadari beberapa pengalaman yang
tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Keingintahuan
remaja kadang kurang disertai pertimbangan yang rasional akan akibat
dari suatu perbuatan. Kurang tersedianya informasi yang akurat dan benar
tentang kesehatan reproduksi, memaksa remaja bergerilya mencari akses
dan melakukan eksplorasi sendiri.
Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menyuguhkan
petualangan yang menantang mulai dari majalah, buku, hingga film
pornografi dan pornoaksi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks
selanjutnya, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melahap
‘pelajaran’ seks dari internet yang kebenarannya belum dapat dipastikan dan dipertanggung jawabkan. Hasilnya, remaja yang beberapa generasi
lalu masih malu-malu kini sudah mulai melakukan hubungan seks di usia
remaja.
Beberapa data berikut menunjukkan gambaran fenomena tentang
perilaku hubungan seks pra nikah di kalangan remaja. Hasil survey
Yayasan DKT Indonesia di empat kota besar (Jabodetabek, Bandung,
Surabaya, dan Medan) tahun 2005 berdasarkan norma yang dianut, 89%
remaja tidak setuju adanya seks pra nikah. Namun, kenyataannya yang
terjadi di lapangan, 82% remaja punya teman yang melakukan seks pra
nikah. Kedua, 66% remaja punya teman yang hamil sebelum menikah.
Ketiga, remaja secara terbuka menyatakan melakukan seks pra nikah. Persentase tersebut menunjukkan angka yang fantastis. Jabodetabek 51%,
Surabaya 54% Bandung 47% dan Medan 52%.
PKBI menyebutkan, pertama, kisaran umur pertama kali yakni
13-18 tahun melakukan hubungan seks. Kedua, 60% tidak menggunakan alat atau obat kontrasepsi. Ketiga, 85% dilakukan di rumah sendiri.
(www.ceria.bkkbn.com)
Penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI) di 33 Provinsi pada
bulan Januari-Juni 2008 menyimpulkan, pertama, 97% remaja SMP dan
SMA pernah menonton film porno. Kedua, 93,7% remaja SMP dan SMA
Ketiga, 62,7% remaja SMP tidak perawan. Dan yang terakhir, 21,2%
remaja mengaku pernah aborsi. (www.okezone.com)
Beberapa penelitian mengatakan angka aborsi di kalangan remaja
mencapai 700-800 kasus pertahun. Tingkat kelahiran di kalangan remaja
mencapai 11% dari seluruh kelahiran, hanya 55% remaja yang mengetahui
proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan
hanya 24% mengetahui tentang PMS (Baseline Survey, 1999), dan remaja
dalam hitungan tahun akan menjadi orang tua, pendidik, contoh dan
panutan bagi anak-anaknya kelak.
Pernikahan karena hamil dulu ialah pernikahan yang disebabkan
oleh seks pranikah, yang bisa menimpa usia berapapun terhitung dari
berkembangnya organ seks pada tubuh yang rata-rata pada usia 13-15
tahun, sedangkan pernikahan dini ialah pernikahan yang tidak memenuhi syarat usia. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. ( UU No.
1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat 1)
Pernikahan dini pada kalangan remaja, akhir- akhir sering ini terjadi. Mayoritas pernikahan semacam ini disebabkan karena hamil di
luar nikah. Hal itu karena sang lelaki merasa bertanggung jawab terhadap
pacarnya yang hamil di luar nikah. Pernikahan dini pada anak perempuan
terus berlanjut, di daerah pedesaan dan perkotaan perempuan melakukan
perkawinan di bawah umur. Tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%.
Jawa Barat 39,6% dan Kalimantan Selatan 37,5%. Karena kurangnya
informasi dan minimnya pendididkan. (www.helvetia.ac.id)
Berdasarkan pra penelitian, menurut data Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Surabaya, dari 100 pernikahan di 10 diantaranya diindikasi
sebagai pernikahan karena hamil dulu. Di Pengadilan Agama Surabaya, di
bulan Agustus 2011 saja sudah terdapat 9 permohonan dispensasi kawin,
yaitu penambahan usia calon mempelai yang belum memenuhi syarat usia
secara hukum. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada pernikahan dini
ataupun married by accident.
Pernikahan semacam ini dapat menimbulkan berbagai dampak,
antara lain dampak terhadap hukum, dampak biologis, dampak psikologis,
dan dampak sosial.
Dampak hukum yaitu adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu (a) UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 6
(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Pasal 26 (1) Orang
tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara,
mendidik dan melindungi anak: (1) menumbuh kembangkan anak sesuai
dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan (2) mencegah terjadinya
Dampak biologis, anak secara biologis alat-alat reproduksinya
masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai
hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma,
perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ
reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak.
Dampak psikologis, secara psikis anak juga belum siap dan
mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma
psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak
akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan.
Dampak sosial, fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial
budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks
laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama
apapun. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias
gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan peneliti di Pengadilan
Agama Surabaya ditemukan bahwa tingkat perceraian pasutri yang
menikah karena hamil dulu mencapai 17,6% lebih rendah dibanding
perceraian pernikahan biasa. Dari 74 putusan cerai di bulan Juli sampai
Agustus 2011, 13 diantaranya adalah pasutri yang menikah karena hamil
dulu. Meski persentase perceraian pernikahan karena hamil dulu hanya
Dari 512 kasus perceraian bulan Mei 2011 di Pengadilan Agama
Surabaya, 101 diantaranya karena cemburu (www.pa-surabaya.go.id). 5 dari 7 pasutri married by accident mengaku bahwa kecemburuan
mendominasi konflik rumah tangga mereka. Faktor pernikahan karena
hamil dulu rawan perceraian adalah kurangnya kedewasaan pasutri yang
usianya masih dalam tahap remaja awal, pernikahan berdasarkan
keterpaksaan untuk menutupi aib, belum siapnya pasutri baik dari segi
ekonomi; psikologis; maupun kedewasaan dalam berumah tangga; dan
yang paling dominan adalah karena kecemburuan.
Dari data dan uraian di atas dapat dikatakan bahwa selain kerena
faktor usia remaja dengan emosi yang labil dan terlalu menggebu-gebu,
belum mengerti betul tentang pernikahan dan tanggung jawabnya, faktor
keterpaksaan untuk menutupi aib juga berpengaruh terhadap tinggi potensi percerain pernikahan ini.
Dengan permasalahan di atas maka judul penelitian ini adalah
“Pola Komunikasi Suami Istr i yang Hamil Ter lebih Dahulu”. Dalam
penelitian ini, penulis memilih Surabaya karena persentase remaja yang telah melakukan seks pra nikah sebesar 54%, dan persentase pernikahan
karena hamil dulu lebih rendah dibanding perceraian pernikahan biasa.
Dan berdasarkan pra-penelitian peneliti, masih ada yang bertahan
pernikahnya meski pernikahannya karena hamil dulu, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi apa yang digunakan suami
1.2. Rumusan Per masalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola
komunikasi suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatasi
kecemburuan untuk memepertahankan rumah tangganya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimanakah pola komunikasi suami istri yang hamil
terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan untuk memepertahankan rumah tangganya.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi berkaitan dengan
pola komunikasi interpersonal suami istri yang hamil dulu dalam
mengatasi kecemburuan untuk mempertahankan rumah tangganya.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada orang tua remaja
yang menikah karena hamil dulu, maupun untuk pasangan suami
istri yang menikah karena hamil dulu.
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dimaksud dapat dipahami.
(Djamarah,2004:1)
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang
mempunyai arah hubungan yang berlainan. (Sunarto, 2006:1)
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa “pola komunikasi atau
hubungan itu dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris. Dalam
hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan
mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu
dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan” (Tubbs, Moss,
2001:26).
Dari beberapa pengertian di atas maka pola komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu
gambaran atau rencana uang meliputi langkah – langkah pada suatu aktifitas dengan komponen – komponen yang merupakan bagian penting
atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok.
Menurut Joseph A. Terdapat empat pola komunikasi antar suami
dan istri (Devito,2007:277):
1. Pola keseimbangan
Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada
prakteknya, tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk
melihat komunikasi pada hubungan yang penting. Komunikasi
yang terjalin antara suami istri sangat terbuka, jujur, langsung
langsung dan bebas.
2. Pola keseimbangan terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing anggota
keluarga (suami-istri) mempunyai orientasi di atas daerah atau
wewenang yang berbeda. Masing – masing suami istri adalah
sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya (suami-istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami
atau si istri karena keduanya memiliki keahlian sendiri –
sendiri untuk menyelesaikannya.
3. Pola pemisah tak seimbang
Pola pemisah tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si
4. Pola monopoli
Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama menganggap dirinya sebagai penguasa. Keduanya (suami istri )
lebih suka memberi nasehat daripada berkomunikasi untuk
saling bertukar pendapat.
2.1.2 Komunikasi Inter per sonal
Definisi komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi
adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antar dua orang,
atau diantar sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika. Selain itu, komunikasi antarpribadi juga
didefenisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang
mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka, misalnya : percakapan seorang ayah dengan anak, sepasang suami istri, guru dengan
murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap komponen baru
dipandang dan dijelaskan sebagai bahan – bahan yang terinterogasi dalam
tindakan komunikasi antarpribadi (Devito, 2007:5).
Seperti yang telah dipaparkan dalam teori Jendela Johari bahwa
bagaimana tiap individu mengungkapakan dan memahami diri sendiri
dalam kaitannya dengan terhadap orang lain, “bidang terbuka” adalah
bidang yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi,
karena dalam bidang ini menjelaskan bagaimana terjadinya keterbukaan
menjelaskan bahwa keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang
lain) sama – sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan lain – lain.
Dalam komunikasi antar pribadi dapat dilihat adanya umpan balik
seketika karena proses komunikasinya dilakukan dengan bertatap muka,
sehingga dalam komunikasi antar pribadi ini juga harus diperhatikan
mengenai umpan balik yang memulai komunikasi antarpribadi harus
mempunyai kemampuan untuk memprediksi perilaku atau umpan balik
yang akan terjadi, karena kualitas dan komunikasi dapat dilihat dalam
bagaimana proses yang terjadi dapat menimbulkan umpan balik yang
positif atau juga dapat disebut “how to communicate”.
Lebih khususnya dalam komunikasi antarpribadi arus komunikasi
yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan
komunikan dalam proses komunikasi. Karena dalam komunikasi
antarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika. Untuk dapat
gambar 2.1.2. Model Komunikasi Interpersonal secara umum
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa komponen
komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut: (DeVito, 2007:10)
1. Pengirim Penerima
Komunikasi antar pribadi paling tidak melibatkan dua orang setiap orang terlibat dalam komunikasi antarpribadi
memfokuskan dan mengirimkan pesan dan juga sekaligus
menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa fungsi pengirim dan
penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi antarpribadi. Contoh : komunikasi antar suami
dan istri, kakak dan adik dan sebagainya.
Efek Efek
Pengirim-Penerima Encoding-Decoding
Pengirim-Penerima Encoding-Decoding Bidang Pengalaman
Bidang Pengalaman
Pesan - Pesan
Gangguan
2. Encoding – Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang akan disampaikan, dikode atau diformulasikan
terlebih dahulu dengan menggunakan kata – kata, simbol dan
sebagainya. Sebaliknya, tindakan untuk menginterpretasikan
dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut
sebagaidecoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena
pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima, maka
fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang
terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Contoh : penggunaan
bahasa daerah.
3. Pesan – Pesan
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa berbentuk verbal (seperti kata – kata) atau nonverbal.
4. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat
menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat
langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif
dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini
disebabkan karena, pertama, penyampaina pesan melalui
saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung
Kedua, penyampaian melalui komunikasi personal dapat
dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam
komunikasi cukup tinggi. keempat, pihak komunikator atau
sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan
tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang
disampaikannya. Kelima, pihak komunikator atau sumber
dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila terdapat
kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak khalayak
atas pesan yang disampaikannya. Contoh dalam komunikasi
antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran
tentang indera pendengar melalui suara). Isyarat visual atau
sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, dan lain sebagainya).
5. Gangguan atau noise
Sering kali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesan
yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi, yang terdiri dari:
a. Gangguan fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan menggangu
transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak
b. Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat dalam
komunikasi seperti : emosi, nilai – nilai, sikap, dan
sebagainya.
c. Gangguan simatik
Gangguan ini terjadi karena kata – kata atau simbol yang
digunakan dalam komunikasi, sering kali memiliki arti
ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam
menangkap maksud – maksud dari pesan yang
disampaikan. Contoh perbedaan bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi.
6. Umpan balik
Umpan balik memainkan peran yang sangat penting dalam
proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan
penerima pesan secara terus menerus dan secara bergantian
memberikan umpan balik dalam berbagai cara baik verbal (dengan pertanyaan atau jawaban dalam kaitannya dengan
apa yang dibicarakan) maupuan verbal (senyuman, anggukan,
gelengan kepala). Umpan balik bisa positif, netral dan
7. Bidang pengalaman
Merupakan faktor penting dalam komunikasi. Komunikasi akan semakin efektif apabila para pelaku mempunyai bidang
pengalaman yang sama. Sebaliknya komunikasi akan menjadi
sulit jika para pelakunya mempunyai bidang pengalamn yang
tidak sama.
8. Efek
Proses komunikasi selalu mempunyai berbagai akibat, baik
positif maupun negatif pada salah satu atau keduanya.
2.1.3 Seks Pr a Nikah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata seks memiliki arti
jenis kelamin ini memeberikan kita pengetahuan tentang suatu sifat ciri yang membedakan laki – laki dan perempuan.
Lazimnya hubungan seks dilakukan oleh sepasang pria dan wanita
yang telah menikah sah secara hukum dan agama yang disebut pernikahan.
Seks pra nikah adalah hubungan seks yang di lakukan laki – laki dan perempuan sebelum melakukan pengesahan hubungan melalui pernikahan.
Tetapi beberapa data telah menunjukkan bahwa perilaku seks pra nikah
telah melanda kalangan remaja.
Menurut Boyke (2004), cinta dan seks merupakan salah satu
problem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang diinformasikan
tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin
fantasi-fantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas atau seks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang
memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu,
mereka masih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah.
Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks yang tinggi dengan
melakukan onani atau seks pra nikah. Kehamilan remaja, pengguguran
kandungan (aborsi), terputusnya sekolah, perkawinan di usia muda,
perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat merupakan akibat
buruk petualangan cinta dan seks yang salah saat remaja. Akibatnya, masa
depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah
cinta dan seks. (www.lib.uin-malang.ac.id)
2.1.4 Penger tian Per nikahan
Dalam Undang – Undang Nomor 1 tahun 1974 pengertian
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari batasan ini jelaslah bahwa tujuan perkawinan bukanlah kebahagian
tetapi kesatuan, dengan adanya ikatan lahir batin antara suami istri perlu
saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat
material. Dalam usaha memupuk kesatuan itulah suami istri mengalami
kebahagiaan.
Dalam “Dinamika Perkawinan Masa Kini” T.A Yunawa, W.F
Maramis, 1991, Terruwe menyatakan bahwa perkawinan merupakan suatu
kesatuan. Persatuan itu diciptakan oleh cinta dan dukungan yang diberikan
oleh seorang pria pada istrinya. Persatuan itu hanya dipertahankan dan
dipelihara dengan cinta dan dukungan yang diberikan oleh wanita kepada
suaminya. Dalam perkawinan, seorang suami dan istrinya merupakan
kesatuan tunggal. Ini bukan hanya suatu ikatan yang sah dan tidak hanya
terdapat dalam kehidupan seks mereka, melainkan terdapat didalam semua
pengungkapan emosional mereka. Hubungan antara seorang pria dan
seorang wanita yang terletak dalam bidang indrawi serta bidang emosional
dan seorang di sana pulalah ia mencapai pemenuhannya.
Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai
banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara
berfikir (mental), pendidikan dan lain hal. Dalam pandangan Islam,
pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstuui agama, kerabat, dan
masyarakat. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Pernikahan dianggap sah apabila
dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan
kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut
2.1.5 Penger tian Keluar ga
Pengertian keluarga ditinjau dari dimensi hubungan darah, merupakan kesatuan yang diikat oleh hubungan hubungan darah antara
satu dengan yang lainnya. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga inti
dan keluarga besar.
Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan
satu kesatuan yang diikat adanya saling berhubungan atau interaksi dan
saling mempengaruhi, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan
darah.
Menurut Soeleman, secara psikologis keluarga adalah sekumpulan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing –
masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri yang dijalin oleh kasih sayang. (Djamarah,2004:16)
Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal,
artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia atau suatu sistem sosial
yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended
family). Keluarga ini adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak – anak yang belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga
besar adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi
lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu, dan anak –
anak (Yusuf,2007:36).
Suami istri secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam
suatu keluarga. Berikut perana suami istri menurut Dagun (1990:46) :
a. Peranan suami :
1. Sumber kekuasaan dasar identifikasi
2. Penghubung dengan dunia luar
3. Pelindung terhadap ancaman dari luar
4. Pendidik segi rasional
b. Perana istri :
1. Pemberi rasa aman dan sumber kasih sayang
2. Tempat mencurahkan isi hati
3. Pengatur kehidupan rumah tangga 4. Pembimbing kehidupan rumah tangga
5. Pendidik segi emosional
6. Penyimpan tradisi
2.1.6 Komunikasi Keluar ga (Suami Istr i)
Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menanamkan nilai – nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang
tua tidak harmonis misalnya ketidaktepatan orang tua dalam memilih pola
asuhan, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta
Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu
terjalin antara ayah, ibu dan anak (Gunarsa dan Gunarsa, 2001:205). Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena
komunikasi yang efekti dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,
pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.
Masalah menikah karena hamil dulu merupakan salah satu
alternatif untuk menutupi aib hamil di luar nikah. Beberapa artis juga
banyak artis yang menikah karena hamil dulu tetapi hingga saat ini belum
bercerai dan belumada pemberitaan tentang gonjang-ganjing masalah
rumah tangganya, beberapa artis tersebut adalah Donna Agnesia – Darius
Sinatria, Nana Mirdad – Andrew White, Risty Tagor – Rifky Balwell dan
yang terbaru adalah KD – Raul Lemos.
Dalam berumah tangga pastilah ada cek-cok permasalahan, dalam penyelesain ini ada manejemen konflik yang salah satu tekniknya adalah
force and talk, dari kata talk tersebut merujuk pada komunikasi terutama
verbal. Melalui pembicaraan, kita menyatakan perasaan hati, memperjelas
pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu kualitas dari hubungan tersebut tergantung kepada kesanggupan
seseorang untuk menyatakan diri kepada orang lain. Mereka yang tidak
dapat berkomunikasi secara konstruktif, jujur dan terbuka, akan tetap
menemui kesulitan untuk hidup bersama dalam suatu keluarga. Dengan
kata lain kecakapan komunikasi dalam rumah tangga memegang peran
Maka tak dapat dipungkiri, hubungan yang menjadi kepedulian banyak
orang adalah hubungan dalam keluarga. Keluarga mewakili suatu konstelasi hubungan yang sangat khusus (Moss, Tubss, 2000:214).
2.1.7 Fungsi Keluarga
Beberapa fungsi keluarga dari sudut pandang sosiologis, keluarga
dapat diklarifikasikan ke dalam fungsi – fungsi (Yusuf, 2001: 39) :
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan
legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya
untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu
meliputi:
a. Sandang, pangan, papan b. Hubungan suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar
masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerja sama
sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu.
3. Fungsi Edukatif (pendidikan)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budayaatau
mediator” sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam
pembiasan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan –
keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. 4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga merupakan faktor penentu (determinant
factor) yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan
datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang
mensosialisasikan nilai – nilai atau peranan – peranan hidup
dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para
anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi
perkembangan kemampuan anak untuk menaati peraturan
(displin). Mau bekerja sama dengan orang lain, mau
bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang
heterogen (etnis, ras, agama, budaya) 5. Fungsi Protektif (perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota
keluarganya dari gangguan, ancanaman atau kondisi yang
menimbulkan ketidaknyamanan (fisik, psikologis) bagi para anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang
kenyamanan, keceriaan kehangatan, dan penuh semangat bagi
anggotanya. Maka dari itu keluarga harus ditata sedemikian
komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama
dengan pebuh suasana humor dan sebagainya. 7. Fungsi Religius (agama)
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai – nilai agama
kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.
Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau
membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan
ajaran agama yang yang dianutnya. Para anggota keluarga yang
memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki
mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari
beban-beban psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara
harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam
memberikan kontribusi terhadap kemajuan serta kesejahteraan masyarakat.
2.1.8 Per nikahan kar ena Hamil Dulu (married by accident)
Pernikahan merupakan suatu bentuk ikatan hubungan, baik lahir maupun batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal sesuai dengan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan definisi pernikahan diatas,
maka disini dapat disimpulkanbahwa pernikahan karena hamil di luar
nikah merupakan suatu bentuk ikatan hubungan, baik lahir maupun batin
dan disaksikan oleh beberapa orang saksi untuk membentuk rumah tangga
dengan kondisi wanita telah hamil sebelum perkawinan tersebut dilakukan. (www.lib.uin-malang.ac.id)
2.1.9 Cembur u
Cemburu adalah emosi yang muncul sebagai reaksi terhadap
ancaman yang mungkin bisa membuat seseorang kehilangan afeksi dari
seseorang yang bernilai penting baginya, dimana afeksi itu diberikan pada
orang lain. Jadi, suami atau istri cemburu pada pasangan ketika pasangan
berbicara pada orang lain, tidak lain karena suami atau istri takut
kehilangan afeksi dari pasangan karena afeksinya bisa pindah ke orang
yang diajak bicara.
Setidaknya ada lima hal yang mungkin dilakukan orang ketika cemburu. Pertama, melakukan komunikasi integratif. Pada saat cemburu,
seseorang mencoba menilainya sebagai sesuatu yang wajar. Jika Anda
cemburu pasangan Anda berbicara dengan orang asing, maka suami atau
istri mungkin mengatakan pada pasangan bahwa meluaskan pergaulan sangatlah penting baginya. Kedua, memberikan kompensasi. Pada saat
cemburu, seseorang akan lebih memperhatikan, lebih sensitif terhadap
keinginan pasangan, kerap memberi hadiah dan lainnya. Ketiga,
mengawasi. Pasangan akan diawasi dimanapun berada. Keempat,
memanipulasi. Pada saat cemburu, seseorang melakukan
kekerasan. Adapun kekerasan yang dilakukan bisa verbal atau nonverbal.
Misalnya menampar, memaki, menghina dan lainnya.( www.psikologi-online.com)
Tercatat di Pengadilan Agama Surabaya bahwa dari 512 kasus
perceraian pada bulan Mei 2011, 101 diantaranya disebabkan karena
cemburu. (www.pa-surabaya.go.id) 5 dari 7 pasutri married by accident
mengaku bahwa kecemburuan mendominasi konflik rumah tangga mereka.
Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI bahwa di
tahun 2010 lembaga ini mencatat 285.184 kasus perceraian. Angka ini
tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa
10.019 kasus perceraian dipicu cemburu. (www.komnaspa.wordpress.com)
Namun menurut psikolog Universitas Tarumanegara, Henny
Wirawan Mhum Psi, rasa cemburu juga dapat menjadi sebuah pertanda bahwa suami atau istri masih berarti bagi pasangan. Cemburu dapat
dijadikan penyedap sekaligus pemicu semangant kemesraan pasangan
suami istri. (www.okezone.com)
2.1.10 Car a Mengatasi Cembur u
Menurut Psikolog Universitas Tarumanegara, Henny Wirawan
Mhum Psi, cemburu merupakan keadaan dimana seorang pria atau wanita
merasakan tidak aman atau cemas terhadap pasangannya. Supaya
hubungan selalu aman dan tenang maka tidak perlu adanya rasa cemburu
1. Pikir an Positif
Salah satu cara terbaik untuk mengatasi rasa cemburu adalah berpikir positif tentang pasangan. Sebab pikiran negatif dapat
memicu terjadinya konflik, mulai dari masalah sepele hingga
ke tahap yang lebih serius.
2. Komunikasikan Apa yang Ter jadi
Seringkali pria atau wanita berpikir pasangannya melakukan
hal-hal aneh saat tak berada di sisi mereka. Padahal bisa jadi
pikiran tersebut hanya sebuah dugaan belaka. Kendati
pasangan telah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,
namun pasangan tetap tidak mempercayainya, maka hal
tersebut dapat membuat pasangan melakukan apa yang
dituduhkan padanya. Karena itu, sebaiknya dengarkan
penjelasan pasangan, baru memutuskan apakah mereka seperti selama ini diduga atau tidak.
3. Uta r akan Per a saan yang Sesungguhnya
Sebuah hubungan yang sehat sebenarnya tidak perlu dilandasi rasa cemburu, sebab perasaan tersebut sering tak bermanfaat.
Untuk menghindari terjadinya konflik, anda cukup
mengutarakan baik-baik apa yang sedang dirasakan, sehingga
4. Cembur u Hanya Infeksi dalam Hubungan
Infeksi tersebut dapat terjadi manakala anda selalu curiga pada pasangan dengan menghubungi pasangan setiap saa,
memeriksa handphone nya, selalu membongkar tasnya, dan
mencari-cari kesalahan pasangan. Padahal kondisi tersebut
tidak perlu terjadi karena semua hal dapat dibicarakan
baik-baik tanpa menimbulkan masalah baru. (www.okezone.com)
2.2 Ker angka Berfikir
Berdasarkan tinggi seks pra nikah di kalangan remaja di Surabaya
yang mencapai 54% , juga berdasarkan dari hasil pra penelitian, data yang
ada di Pengadilan Surabaya menunjukkan tingkat perceraian pernikahan
karena hamil dulu lebih rendah dari perceraian biasa, yaitu mencapai
17,6% di bulan Juli sampai Agustus 2011.
Pola komunikasi antara suami istri yang hamil terlebih dahulu,
ialah pola komunikasi antara suami istri yang menikah karena akibat dari
seks pra nikah yang terjadi diantara keduanya.
Berdasarkan pra-penelitian peneliti permasalahan yang timbul
diantara pasutri yang menikah karena hamil dulu ini mulai dari hal sepele
seperti anak menangis, cemburu sampai kebutuhan ekonomi yang belum
bisa terpenuhi. Baik dalam menyelesaikan konflik yang timbul maupun
Wawancara mendalam ini digunakan untuk mengetahui pola
komunikasi apa yang digunakan antara suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan untuk mempertahankan rumah
tangganya. Indepth interview ini dipakai dengan tujuan untuk mengetahui,
memahami pola komunikasi apa yang terjadi. Wawancara terbagi dua,
wawancara terstruktur ialah wawancara yang susunan pertanyaannya
sudah ditentukan oleh peneliti. Sedangkan wawancara tak berstruktur
bersifat fleksibel susunan kata dan pertanyaan dapat diubah pada saat
wawancara, disesuaikan kebutuhan kondisi saat wawancara tak
berstruktur, sehingga ada pertanyaan yang menarik untuk diditanyakan,
penulis dengan mudah dapat mengganti dan menambah daftar pertanyaan.
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Hubungan antara
suami istri
Suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatsi kecemburuan
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang tidak menggunakan
data statistik atau angka – angka tertentu karena data kualitatif berbentuk
kata – kata atau kalimat – kalimat, gambar – gambar,. Pendekatan
kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. (Rachmat, 2006).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara
untuk memperoleh jawaban dari narasumber. Peneliti menggunakan
wawancara mendalam digunakan karena dengan wawancara secara
langsung antara peneliti dengan informan, maka jawaban yang didapat
akan lebih murni dan tidak dapat dimanipulasi, sebab dalam wawancara
langsung bahasa yang muncul tidak hanya bahasa verbal namun bahasa
non verbal pun akan nampak.
Interview guide diperlukan untuk menjaga agar pertanyaan yang
diajukan saat wawancara mendalam tidak melenceng dari permasalahan
yang sedang diteliti. Dengan berpedoman pada interview guide
mengatasi permasalahan. Dari beberapa kenyataan yang ditemui, peneliti
menyusun interview guide yang terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mencari dan menggali informasi dari para informannya.
3.2 Definisi Oper asional
Penelitian ini mencoba memaparkan tentang pola komunikasi
antara suami dan istri yang menikah karena hamil dulu dalam menjalankan
pernikahannya. Pada penelitian ini tidak membicarakan hubungan variabel
sehingga tidak ada pengukuran variabel bebas atau terikat. Pelaksanaan
penelitian ini terjadi secara alamiah apa adanya, dalam situasi normal dan
tidak dimanipulasi baik kondisi maupun obyek yang sedang diteliti dan
juga bisa menekankan pada keadaan secara alamiah.
Pengertian pola komunikasi dalam penelitian ini adalah hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara suami dan istri
yang menikah karena hamil duluan. Pola komunikasi antara suami istri
yang menikah karena hamil dulu menggunakan empat pola antara lain :
1. Pola keseimbangan
Komunikasi yang terjalin antara suami istri sangat terbuka,
jujur, langsung dan bebas. Baik suami maupun istri tidak segan
untuk mengutarakan semua yang dipikirkannya maupun
peristiwa apa yang ia alami kepda pasangannya, meski itu
2. Pola keseimbangan terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing anggota keluarga (suami-istri) mempunyai orientasi di atas daerah atau
wewenang yang berbeda. Masing – masing suami istri adalah
sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya
(suami-istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami atau si istri
karena keduanya memiliki keahlian sendiri – sendiri untuk
menyelesaikannya. Meski suami atau istri tidak secara terbuka
mengungkapkan perasaan, pikiran ataupun peristiwa yang ia
alami, namun ia mampu mengatasinya sehingga tidak merusak
rumah tangganya . Hal tersebut dilakukannya agar pasangan
tidak menjadi emosi dan memicu pertengkaran diantara mereka.
3. Pola pemisah tak seimbang
Satu orang dalam keluarga (si suami atau istri) mendominasi.
Dalam pola ini tidak hanya suami atau istri yang mendominasi
dalam komunikasi namun juga dalam keputusan, baik keputusan
dalam mengatasi konflik maupun keputusan sehari-hari. 4. Pola monopoli
Si suami atau si istri sama-sama menganggap dirinya sebagai
penguasa. Keduanya (suami istri ) lebih suka memberi nasehat
daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Dalam
mengatasi konflik maupun membuat keputusan, salah satu pihak
hal ini digunakan agar suami atau istri yang lebih dominan
membuat keputusan dengan mengarahkan pikiran salah satu pihak, dan menjadi penguasa.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di kota Surabaya karena berdasarkan
beberapa data perilaku seks pra nikah di kota ini mencapai 54 %, dan
berdasarkan pra-penelitian peneliti masih ada yang masih bertahan
pernikahnya walaupun pernikahannya karena hamil dulu, hal ini yang
mendasari peneliti mengambil lokasi penelitian di kota Surabaya.
3.4 Unit Analisis
Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besar populasi atau
sampling, populasi atau sampling sifatnya hanya terbatas. Jika data yang
sudah terkumpul sudah mendalam dan dapat menjelaskan fenomena yang
diteliti, maka kita tidak perlu mencari sampling lagi. Dalam penelitian seperti yang ditekankan adalah kedalaman (kualitas) bukan banyaknya
(kuantitas) data. (Rachmat, 2006:58)
Unit analisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif, informasi
dari informan yang berupa kata – kata, kalima – kalimat narasi – narasi
yang diperoleh dari depth interview yang berkaitan dengan pola
(married by accident) dalam mengatasi kecemburuan untuk
mempertahankan rumah tangganya.
3.5 Subyek dan Infor man Penelitian
Subyek penelitian ini adalah pasangan suami istri yang hamil
terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan, dan sampai saat ini belum
bercerai.
Informan peneliti ini tidak ditentukan berapa jumlahnya, tetapi
dipilih beberapa informan yang dianggap mengetahui, memahami,
permasalahan yang terjadi sesuai dengan substansi penelitian ini. Hal ini
disebabkan karena dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan berapa
besar jumlah, melainkan yang terpenting adalah seberapa jauh penjelasan
informan yang diperoleh dalam menjawab permasalahan. (Sumady Suryabarata, 1998:99)
Peneliti berusaha untuk menjaring sebanyak mungkin informasi
yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari beberapa sumber. Peneliti
akan mencari variasi informasi sebanyak mungkin dan informan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview), yaitu
orang – orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang
terjadi sesuai substansi peneliti sehingga dapat menghasilkan data berupa
kata – kata dan tindakan yang memungkinkan narasumber untuk
Dalam hal ini informan yang dipilih haruslah yang memenuhi
syarat antara lain menikah karena hamil dulu dan rumah tangganya masih utuh (belum bercerai).
3.6 Tek nik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti
menggunakan wawancara mendalam (in depth interview).
Wawancara mendalam (in depth interview) merupakan suatu cara
mengumpulkan data atau informan dengan cara langsung bertatap muka
dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam
(Rachmat, 2006:98). Dalam melakukan wawancara, peneliti harus
memiliki pedoman wawancara (interview guide) yang kemudian dapat
dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti.
Pada wawancara mendalam ini, peneliti cenderung tidak memiliki
kontrol terhadap respons informan, informan bebas memberikan jawaban.
Sebab itu periset memiliki tugas agar informan bersedia memberikan
jawaban yang lengkap, mendalam bila perlu tak ada yang ditutup-tutupi sehingga wawancara yang dilakukan bersifat informal, layaknya orang
sedang mengobrol. Dengan teknik ini diharapkan informan akan merasa
nyaman sehingga informan dapat lebih terbuka dan berani dalam
memberikan jawaban dan respon terhadap pertanyaan – pertanyaan yang
secara langsung dan mengamati respon informan dengan lebih detail,
terutama respon non verbal.
Berikut teknik wawancara yang dilakukan peneliti:
1. Persiapan (interview guide)
2. Peneliti melakukan wawancara kepada informan
3. Waktu dan tempat wawancara ditentukan setelah ada
kesepakatan peneliti dengan informan
4. Peneliti sebagai pewawancara
5. Wawancara dilakukan secara tatap muka atau langsung dengan
informan
6. Wawancara hanya melibatkan satu pewawancara dan satu
informan, informan yang lain diwawancara pada waktu dan
tempat lain.
7. Dimungkinkan jika tempat wawancara pada seorang informan
juga sama dengan wawancara yang dilakukan dengan informan
yang lain, namun harus dipastikan tidak dalam waktu yang
sama.
8. Pendokumentasian data dilakukan dengan merekam, mencatat,
daya ingat, selain itu menggunakan data penunjang dengan
mengolah buku dan sumber – sumber bacaan lain yang terkait
3.7 Tek nik Analisi Data
Seluruh data diperoleh dari wawancara mendalam (in depth interview), maka peneliti menggunakan teknik analisis data bersifat deskriptif yang akan
menunjukkan dan menggambarkan fakta dan sifat informan lewat data yang telah
diperoleh berdasarkan pola komunikasi suami istri dan mengkaji sesuai dengan
konsep pola komunikasi suami istri yang ada untuk selanjutnya mengetahui
bagaimana pola komunikasi suami istri yang hamil terlebih dahulu (married by
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian
Kota Surabaya merupakan kota metropolitan di Indonesia memiliki
luas sekitar 326,37 km² dan secara astronomis terletak diantara 07° 21’
lintang selatan dan 112° 36’ sampai dengan 112° 54’ bujur timur. Jumlah
penduduk kota Surabaya mencapai 2.929.528 jiwa (tahun 2010,
www.dispendukcapil.surabaya.go.id).
Pernikahan karena hamil dulu ialah pernikahan yang disebabkan
oleh seks pranikah, yang bisa menimpa usia berapapun terhitung dari
berkembangnya organ seks pada tubuh yang rata-rata pada usia 13-15
tahun.
Lazimnya hubungan seks dilakukan oleh sepasang pria dan wanita
yang telah menikah sah secara hukum dan agama yang disebut pernikahan.
Seks pra nikah adalah hubungan seks yang di lakukan laki – laki dan
perempuan sebelum melakukan pengesahan hubungan melalui pernikahan.
Tetapi beberapa data telah menunjukkan bahwa perilaku seks pra nikah
telah melanda kalangan remaja.
Yayasan DKT Indonesia di tahun 2005 tentang fenomena perilaku
hubungan seks pra nikah di kalangan remaja, yaitu mencapai 54%.
Berdasarkan data pra penelitian yang dihimpun pada bulan Juli
sampai Agustus di Pengadilan Agama Surabaya menunjukkan bahwa
putusan perceraian pernikahan karena hamil dulu lebih rendah dari
pernikahan biasa, yaitu mencapai 17,6%. Pada bulan Mei 2011 dari 512
kasus perceraian yang didaftarkan 101 kasus disebabkan oleh
kecemburuan.
Berdasarkan pra penelitian, menurut data Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Surabaya, dari 100 pernikahan 10 diantaranya diindikasi
sebagai pernikahan karena hamil dulu. Di Pengadilan Agama Surabaya, di
bulan Agustus 2011 saja sudah terdapat 9 permohonan dispensasi kawin,
yaitu penambahan usia calon mempelai yang belum memenuhi syarat usia secara hukum. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada pernikahan dini
ataupun married by accident.
Cemburu adalah emosi yang muncul sebagai reaksi terhadap
ancaman yang mungkin bisa membuat seseorang kehilangan afeksi dari seseorang yang bernilai penting baginya, dimana afeksi itu diberikan pada
orang lain. Jadi, suami atau istri cemburu pada pasangan ketika pasangan
berbicara pada orang lain, tidak lain karena suami atau istri takut
kehilangan afeksi dari pasangan karena afeksinya bisa pindah ke orang
yang diajak bicara. 5 dari 7 pasutri married by accident mengaku bahwa
4.2. Penyajian Data dan Analisa Data
4.2.1 Penyajian Data
INFORMAN I
Informan I adalah laki-laki berinisial Ed ( 21 tahun ) pendidikan
terakhir SMA, yang menikah dengan perempuan berinisial Dv ( 20 tahun )
dan pendidikan terakhir SMP, pernikahan yang berusia 3 tahun ini telah
dikaruniai seorang anak perempuan. Sang suami bekerja sebagai buruh di
pabrik kayu, dan istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga. Ed pada usia 18
tahun menikahi Dv yang saat itu berusia 17 tahun, saat Dv masih duduk di
kelas 3 SMA, mereka menikah pada usia tersebut karena Dv terlanjur
hamil di luar nikah. Pada awalnya Ed dan Dv menikah secara sirih, setelah
sang anak lahir barulah Ed dan Dv menikah secara resmi.
INFORMAN II
Informan II adalah suami berinisial Fr ( 20 tahun ) pendidikan
terakhir SMA bekerja sebagai pramuniaga, memiliki istri berinisial Wn (
17 tahun ) pendidikan terakhir SMP dan menjadi ibu rumah tangga,
keluarga ini dikaruniai seorang anak perempuan. Wn dinikahi Fd pada usia 16 tahun saat W masih bersekolah SMA tingkat 2, sebagai bentuk
tanggung jawab Fd karena telah menghamili Wn.
INFORMAN III
Informan III adalah pasangan suami istri yang sama – sama
bekerja. Suami berinisial Hn ( 25 tahun ) bekerja pada divisi stock order
berinisial Yn ( 26 tahun ) di perusahaan distributor obat-obatan,yang juga
seorang perantau dari Yogyakarta. Pernikahan yang berusia 4 tahun ini dikariniai dua anak laki – laki yang masing-masing berusia 4 tahun dan 5
bulan. Yn dinikahi Hn sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatan seks
pra nikah yang telah mereka lakukan, Yn menikah di usia 22 tahun dan Hn
di usia 21 tahun.
INFORMAN IV
Informan IV ini adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama 25 tahun dan telah memiliki dua cucu dari anak tunggalnya. Sang
suami berinisial St ( 55 tahun ) bekerja di salah satu perusahaan daerah
dengan pendidikan terakhir SMA, dan sang istri seorang ibu rumah tangga
berinisial En ( 42 tahun ). Di usia 30 tahun St menikahi En yang baru lulus
SMA yang saat itu berusia 17 tahun. Karena orang tua St yang tidak setuju dengan hubungan mereka maka mereka nekad untuk melakukan seks
pranikah dengan tujuan dapat menikah dengan orang pilihan mereka
sendiri.
INFORMAN V
Informan V adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama 22 tahun dan memiliki dua anak perempuan. Tr (54 tahun), seorang
wiraswasta yang bergerak di bidang jual beli motor bekas. Sedangkan Sr
(48 tahun) seorang pekerja di dealer motor. Karena perbedaan status
Tr. Akhirnya pasangan suami istri ini nekad melakukan hubungan seks
pranikah agar dapat menikah dan direstui oleh keluarga Tr.
4.2.2. Analisa Data
A. Infor man I
Pada rumah tangga informan I ini sering terjadi konflik, pemicu
konflik yang paling sering terjadi adalah cemburu. Selain itu faktor usia
dan kedewasaan juga turut mempengaruhi. Di awal pernikahan pasangan
suami istri ini tidak ada permasalahan cemburu, namun semenjak istri
memergoki tingkah suami yang mencurigakan saat menerima telpon,
masalah cemburu itu mulai muncul. Berikut kutipan infroman:
Seberapa sering konflik terjadi di rumah tangga anda?
Infor man I ( Ed, suami )
Inter view: 26 – 12 – 2011, 13:00 “lumayan sering, maklum mbak masih muda.”
“Penyebabnya cemburu, kalau saya baca sms langsung saya hapus
atau saya terima telpon di depan (teras) istri langsung marah “dari siapa? Selingkuhanmu ya” istri saya juga ngomongnya tidak enak
mbak, tidak ditanya baik-baik dulu dari siapa tapi langsung
menuduh. Memang semuanya salah saya, dulu saya sempat
meladeni teman saya (cewek) yang suka sama saya, sebenarnya
saya tidak punya niatan selingkuh dengan cewek itu, saya
dengan teman cewek saya, istri saya langsung marah, mencoba
memukul dan mencakar saya, tapi ya saya tahan mbak, reflek. Istri saya bilang lebih baik dia saya tinggal saja, tapi langsung saya
jelaskan semuanya, saya hibur istri saya dan istri saya juga minta
saya janji tidak mengulanginya lagi.”
Infor man I ( Dv, istr i )
Inter view: 26 – 12 – 2011, 11:00
“lumayan sering, kan masih kecil.”
“Cemburu, awalnya dulu saya tidak cemburuan, tapi sejak saya
mergoki suami saya telponan sama cewek, saya jadi sering curiga.
Kejadian itu gempar-gemparnya pertengkaran saya dengan suami,
saya marah sampai tangan saya ini mau memukul dan mencakar
suami, tapi suami saya diam saja mungkin karena merasa bersalah, jadi suami bisanya cuma nahan tangan saya biar ga kena mukanya.
Saat itu juga saya langsung tanyain suami saya, minta kejelasan.
Gimana lagi, saya mau temui cewek itu ga bisa, ga tahu rumahnya,
akhirnya saya telpon cewek itu dan saya bilang kalau cowok ini suami saya sudah punya anak. Saya ancam dia kalau terulang lagi
mending saya ditinggal sendiri saja. Kadang kalau suami saya
dapat sms terus langsung dihapus gitu saya langsung marah,
enggak saya tanyain baik baik dulu, saya langsung menuduh dia
selingkuh. Kadang juga kalau dia terima telpon di depan gitu saya