iv
ABSTRAK
EFEK BERENDAM AIR DINGIN TERHADAP
PENINGKATAN KEWASPADAAN
Adipta Pradhana, 2013
Pembimbing 1 : Dr. Iwan Budiman, dr.,MS.,MM.,M.Kes.,AIF. Pembimbing 2 : Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K).
Latar Belakang Kewaspadaan amat dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari. Kontak suhu dingin pada kulit akan meningkatkan kadar norepinefrin dalam tubuh sehingga sistem saraf simpatis teraktifasi dan tubuh menjadi lebih waspada
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek berendam air dingin pada peningkatan kewaspadaan.
Metode Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan menggunakan rancangan pre-test dan post-test. Subjek penelitian terdiri atas 30 orang pria dengan usia 19 hingga 25 tahun. Data yang diukur adalah skor Johnnson Pascal Test sebelum dan setelah berendam dengan air dingin 15oC. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan.
Hasil Rerata skor Johnson Pascal Test setelah berendam dengan air dingin sebesar 102,53 (SD = 15,509), lebih rendah dari rerata skor Johnson Pascal Test
sebelum berendam dengan air dingin adalah sebesar 119,63 (SD = 21,758) dengan p = 0,000.
v
ABSTRACT
THE EFFECTS OF COLD WATER BATH ON INCREASING
ALERTNESS
Adipta Pradhana, 2013
1st Tutor : Dr. Iwan Budiman, dr.,MS.,MM.,M.Kes.,AIF.
2nd Tutor: Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K).
Background : Alertness is needed in everyday activities. Contact of cold temperature to the skin will increase the level of norepinephrine in the body so the sympathetic nervous system is activated and the body becomes more alert.
Objectives This research was to determine the effects of cold water bath on increasing alertness.
Methods This research was a real experimental with pre-test and post-test design. Reasearch subjects were 30 men aged 19 to 25 years old. The measured data was Johnson Pascal Test’s score before and after 15oC cold water bath. Data was analyzed using paired “t” test.
ResultsThe average scores of Johnson Pascal Test after immersion in cold water is 102.53 (SD = 15.509), lower than the average Johnson Pascal Test scores before immersion in cold water at 119.63 (SD = 21.758) with p = 0.000.
viii
1.2 Identifikasi Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis ... 2
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 2
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 2
1.5.2 Hipotesis ... 4
1.6 Metode Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewaspadaan ... 5
2.1.1 Definisi Kewaspadaan ... 5
2.1.2 Hal-hal yang Menurunkan Kewaspadaan ... 5
2.1.3 Hal-hal yang Meningkatkan Kewaspadaan ... 7
2.2 Anatomi dan Fisiologi Kewaspadaan ... 8
2.2.1 Sistem Saraf Simpatis ... . 8
2.2.2 Formatio Reticularis... 12
ix
2.2.4 HPA-Axis (Hypothalamus-Pituitary-Adrenal Axis)... 15
2.2.5 Fisiologi Kewaspadaan ... 16
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Subjek Penelitian ... 17
3.1.1 Bahan Penelitian ... 17
3.1.2 Alat Penelitian ... 17
3.1.3 Subjek Penelitian ... 17
3.1.4 Lokasi dan Waktu ... 17
3.2 Metode Penelitian ... 17
3.2.1 Desain Penelitian ... 17
3.2.2 Variabel Penelitian ... 18
3.2.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 18
3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 18
3.2.3 Prosedur Kerja ... 19
3.2.4.1 Persiapan Sebelum Tes ... 19
3.2.4.2 Prosedur Penelitian ... 20
3.2.4.3 Uji Pendahuluan ... 20
3.2.5 Metode Analisis ... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 21
4.2 Pengujian dan Hipotesis Penelitian ... 22
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 23
5.2 Saran ... 23
DAFTAR PUSTAKA ... 24
LAMPIRAN ... 27
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Asetilkolin & Norepinephrine ... 8
Gambar 2.2 Formatio Reticularis ...12
Gambar 2.3 Formatio Reticularis dan ARAS ... 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kewaspadaan berfungsi untuk melihat kesempatan atau ancaman yang ada di lingkungan, kemampuan bereaksi secara sadar dan tepat terhadap rangsang (pengelihatan/pendengaran) yang diterima serta berkaitan erat dengan kecepatan reaksi. (Sidharta, 1999)
Kewaspadaan amat diperlukan oleh seseorang untuk mendapatkan informasi yang ada di sekitarnya agar ia dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk keuntungannya, seperti melarikan diri dari bahaya atau memanfaatkan keadaan sekitar pada saat permainan olahraga. Namun seseorang tidak bisa terus- menerus dalam keadaan waspada karena kewaspadaan dapat menurun ketika tubuh kelelahan, kekurangan energi, atau melakukan aktivitas yang monoton (Jung, Makeig, Stensmo, & Sejnowski, 1997). Peningkatan kewaspadaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan mengunyah permen, minum kopi berkafein, berjalan cepat selama beberapa waktu (Thayer, 2003). Jika kita perhatikan, cara-cara ini membutuhkan waktu tersendiri untuk melakukannya. Untuk menghilangkan unsur kerugian perlunya waktu tambahan untuk meningkatkan kewaspadaan, diperlukan suatu cara yang bisa disisipkan dalam kegiatan sehari-hari.
Mandi adalah contoh kegiatan yang biasa dilakukan tiap hari. Perlakuan tertentu mungkin dapat dilakukan pada kegiatan ini agar kewaspadaan seseorang dapat ditingkatkan. Kontak dengan suhu dingin dapat mengaktivasi sistem saraf simpatis (Shevchuk, 2007).
Hal tersebut menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti mengenai efek kontak dengan suhu dingin terhadap peningkatan kewaspadaan.
1.2Identifikasi Masalah
2
1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah berendam air dingin meningkatkan kewaspadaan. 1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Memberikan informasi mengenai kewaspadaan dan pengaruh berendam air dingin terhadap peningkatan kewaspadaan.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran
Perangsangan Hipot alamus
Cadangan Glukosa meningkat
Akt ivasi Sist em Saraf Simpat is
Peningkat an Kew aspadaan Kont ak Rangsang Dingin
Suhu kulit menurun
Respon neuron serot oner gik Respon neuron noradr energik
M odulasi Akt ivit as HPA-Axis
Akt ivasi Format io Ret icularis
Produksi Kort isol Adrenal
3
Kontak rangsang dingin akan meningkatkan ekskresi norepinefrin dalam tubuh (Passerin, Bellush, & Henley, 1999). Peningkatan ini diakibatkan karena suhu kulit yang menurun akan direspon oleh neuron serotonergik dan neuron noradrenergik di otak (Dickenson, 1977; Jiang, et al., 2004). Perangsangan neuron-neuron ini akan mengaktivasi formatio reticularis yang akan meneruskan impulsnya ke Ascending Reticular Activating System (Shevchuk, 2007). Selain itu, perangsangan neuron noradrenergik juga akan memodulasi aktivitas
Hypothalamus-Pituitary-Adrenal Axis (Ma & Morilak, 2005). Aktifasi HPA-Axis akan meningkatkan produksi hormon kortisol oleh adrenal yang akan merangsang proses glukoneogenesis sehingga tersedia lebih banyak glukosa untuk menjadi bahan energi ketika diperlukan. (Guyton & Hall, 2008). Hipotalamus yang teraktivasi juga akan menyebabkan terjadinya pelepasan aktivitas simpatis secara difus dan meningkatkan sekresi medulla adrenal (Barrett, Barman, Boitano, & Brooks, 2010). Norepinefrinhasil sekresi medulla adrenal, merupakansalah satu neurotransmitter otak. Neurotransmitter akan menyebabkan aksi potensial pada neuron pre sinaptik (Tortora & Derrickson, 2009).
Aksi potensial pada neuron pre sinaptik akan menyebabkan pengeluaran neurotransmitter yang berdifusi dan berikatan dengan reseptor protein spesifik pada membran subsinaps. Pengikatan ini mencetuskan pembukaan kanal ion di membran subsinaps sehingga terjadi perubahan permeabilitas neuron pasca sinaps. Respon dari kombinasi neurotransmitter-reseptor menyebabkan pembukaan saluran Na+ dan K+ yang menyebabkan depolarisasi dari neuron pasca sinaps (Sherwood, 2001). Impuls yang dihasilkan oleh depolarisasi neuron pasca sinaps akan diteruskan menuju formatio reticularis kemudian ke Ascending reticular Activating System (ARAS) sehingga kewaspadaan akan meningkat. Peningkatan kewaspadaan juga dipengaruhi aktivitas sistem saraf simpatis yang meningkat akibat tingginya norepinefrin.
4
1.5.2 Hipotesis
Berendam air dingin meningkatkan kewaspadaan.
1.6Metode Penelitian
23
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan
Berendam air dingin meningkatkan kewaspadaan.
5.2.
Saran
1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berendam air dingin dengan
suhu dan lama waktu yang berbeda agar didapatkan efek yang maksimal.
2.
Perlu dilakukan penelitian pembanding dengan perlakuan menggunakan air
biasa bersuhu ruangan agar diketahui variasi perlakuan yang paling efisien
dalam meningkatkan kewaspadaan.
3.
Perlu dilakukan penelitian pembanding dengan perbedaan perlakuan
menggunakan air hangat agar diketahui apakah air hangat juga meningkatkan
24
DAFTAR PUSTAKA
ФРАМАР. (2007). Retrieved from medpedia.framar.bg:
http://static.framar.bg/snimki/anatomiya/formatio-reticularis.jpg
UThink, Blogs At The University of Minnesota. (2012, February 19). Retrieved from
http://blog.lib.umn.edu/vanm0049/psy1001section08spring2012/2012/02/ where-is-our-consciousness-located.html
Wikipedia. (2013, March 1). Retrieved July 3, 2013, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Alertness
Adal, A. (2013, June). Heavy Metal Toxicity. Retrieved from emedicine.medscape.com.
Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. (2010). Ganong's Review of Medical Physiology, ed. 23. USA: McGraw-Hill.
Dickenson, A. (1977, December). Specific responses of rat raphé neurones to skin temperature. The Journal of Physiology, 273(1), 273-93.
FitzGerald, M. T., Gruener, G., & Mtui, E. (2007). Clincal Neuroanatomy and Neuroscience, Fifth Edition. Philadelphia: Elsevier.
Franken, R. E. (1994). Human Motivation, 3rd ed. Belmont, CA: Brooks/Cole Publishing Company.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Vol. 11). (Irawati, D. Ramadhani, F. Indriyani, & dkk, Trans.) Jakarta: EGC.
Hannon, R. A., Porth, C. M., Pooler, C., & Matfin, G. (2010). Porth
Pathophysiology: Concepts of Altered Health States. China: Maemillan Publishing.
Holland, R. L., Sayers, J. A., Keatinge, W. R., Davis, H. M., & Peswani, R. (1985). Effects of Raised Body Temperature in Reasoning, Memory, and Mood. Journal of Applied Physiology.
25
Jiang, X. H., Guo, S. Y., Xu, S., Yin, Q. S., Ohshita, Y., Naitoh, M., et al. (2004, Februari 26). Sympathetic nervous system mediates cold stress-induced suppression of natural killer cytotoxicity in rats. Nueroscience Letter, 357(1), 1-4.
Jung, T.-P., Makeig, S., Stensmo, M., & Sejnowski, T. J. (1997). Estimating Alertness from the EEG Power Spectrum. IEEE Transaction on Biomedical Engineering, 40(1), 60-69.
Katzung, B. A., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2009). Basic and Clinical Pharmacology, ed. 11. McGraw-Hill.
Keatinge, W. R., & Evans, M. (1961). The Respiratory and Cardiovascular Response to Immersion in Cold and Warm Water.
Khurana, I. (2006). Text Book of Medical Physiology. India: Elsevier.
Longo, D. L., Kasper, D. L., Jameson, J. L., Fauci, A. S., Hauser, S. L., & Loscalzo, J. (2012). Harisson's Principle of Internal Medicine ed 18.
McGraw-Hill.
Ma, S., & Morilak, D. A. (2005, Jan). Norepinephrine release in medial amygdala facilitates activation of the hypothalamic-pituitary-adrenal axis in response to acute immobilisation stress. Journal of Neuroendocrinology, 17(1), 22-8.
Michael D Levine, M. (2013, march 6). Hydrocarbon Toxicity. Retrieved from emedicine.medscape.com.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistim Persarafan. Jakarta, Indonesia: Salemba Medika.
Passerin, A. M., Bellush, L. L., & Henley, W. N. (1999, April). Activation of bulbospinal serotonergic neurons during cold exposure. Canadian Journal of Physiology and Pharmacology.
Patil, P. G., Apfelbaum, J. L., & Zacny, J. P. (1995). Effects of a cold-water stressor on psychomotor and cognitive functioning in humans.
Preedy, V. R. (2012). Caffeine Chemistry, Analysis, Functions and Effects.
Croydon, UK: The Royal Society of Chemistry.
26
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Vol. 2). (B. I. Santoso, Ed.) Jakarta, Indonesia: EGC.
Shevchuk, N. A. (2007, October 24). Possible Use of Repeated Cold Stress for Reducing Fatigue in Chronic Fatigue Syndrome: a Hypothesis. PubMed Central, online.
Sidharta, P. (1999). Tata Cara Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat.
Snell, S. R. (2007). Snell's Clinical Anatomy. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Thayer, R. (2003). Calm Energy: How People Regulate Mood With Food and Exercise. Oxford University Press.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy and Physiology
(Vol. 12). USA.
Wibowo, D. S. (2008). Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. (S.