• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Keterisian Ruang Henti Khusus Simpang di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Keterisian Ruang Henti Khusus Simpang di Kota Bandung."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KETERISIAN RUANG HENTI KHUSUS

SIMPANG DI KOTA BANDUNG

Hobert Mangatur Melkysedek NRP : 1121005

Pembimbing: Prof. Dr. Ir. BUDI HARTANTO SUSILO, M.Sc.

ABSTRAK

Sepeda motor merupakan moda transportasi paling populer di Indonesia. Populasi sepeda motor pada tahun 2014 mencapai 86 juta unit dengan peningkatan produksi mencapai 7,9 juta unit dan terus bertambah setiap tahun nya. Pertumbuhan populasi sepeda motor ini khususnya di kota-kota besar diperkirakan akan menurunkan kinerja prasarana lalulintas. Salah satu bentuk penanganannya adalah dengan menyediakan suatu fasilitas untuk sepeda motor dalam bentuk fasilitas ruang henti khusus (RHK). Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis tingkat keterisian RHK simpang di Kota Bandung.

Penelitian tingkat keterisian RHK dilakukan terhadap persentase keterisian RHK oleh sepeda motor. Penelitian ini dilakukan di empat simpang di Kota Bandung yaitu Jend. Sudirman-Astana Anyar, Karapitan-Cikawao, Cipaganti-Prof. Eyckman, Pasir Kaliki-Dr. Rajiman dan pada 2 jam di masing-masing jam sibuk dan jam tidak sibuk.

Perihal tingkat keterisian dari keempat RHK simpang yang menjadi objek penelitian terdapat satu RHK simpang yang kinerjanya masih belum baik, yaitu RHK simpang Pasir Kaliki-Dr. Rajiman. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran pengendara roda empat akan adanya RHK pada simpang ini sangat rendah, sehingga tujuan utama dari dibuatnya RHK tidak terpenuhi, secara umum dapat disimpulkan bahwa tidak semua RHK di Kota Bandung sudah beroperasi dengan baik.

Kata Kunci : Ruang Henti Khusus (RHK), Sepeda Motor, Jam Sibuk, Jam Tidak

(2)

OCCUPANCY LEVEL OF ADVANCED STOP LINES ON

SIGNALIZED INTERSECTIONS IN BANDUNG

Hobert Mangatur Melkysedek NRP : 1121005

Supervisor: Prof. Dr. Ir. BUDI HARTANTO SUSILO, M. Sc.

ABSTRACT

Motorcycle is the most common transportation mode in Indonesia. The population of motorcycle in 2014 reached 86 million units with production increasement reached 7,9 million units and keep increasing every year. Motorcycle population increasement espescially in big cities are predicted will decrease the performance of traffic infrastructure. One of the solution is to provide facility for motorcycle in a form Advanced Stop Lines. This research is to analyze the occupancy level of Advanced Stop Lines on signalized intersetions in Bandung.

Occupancy level ASLs research is determined by percentage of occupancy level Advanced stop lines by motorcycle. This research is done on four signalized intersections in Bandung, which are Jend. Sudirman-Astana Anyar, Karapitan-Cikawao, Cipaganti-Prof. Eyckman, Pasir Kaliki-Dr. Rajiman within 2 hour each, Peak Hour and Off-Peak Hour.

About the occupancy level among four signalized intersection ASLs as the research object there is one ASLs that is not good enough, which is ASLs Pasir Kaliki-Dr. Rajiman. This is caused by awareness level of four wheel drivers is very low, therefore the main purpose of ASLs is not fulfilled, Generally it can be concluded that not all ASLs in Bandung are well operated.

Keywords : Advanced Stop Lines (ASLs), Motorcycle, Peak Hour, Off-Peak Hour,

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN iv

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR v

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penelitian 1

1.3 Ruang Lingkup Penelitian 2

1.4 Sistematika Pembahasan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Ruang Henti Khusus 4

2.1.1 Definisi RHK 4

2.1.2 Perancangan RHK 6

2.1.3 Perancangan Teknis Desain RHK 10

2.1.4 Sosialisasi RHK 16

2.2 Kapasitas 19

2.3 Persimpangan dan Simpang Bersinyal 21

2.3.1 Definisi Persimpangan 21 2.3.2 Alat Pengatur Isyarat Lalulintas (APILL) 26

2.3.3 Fase 32

2.4 Metode Analisis Tingkat Keterisian RHK 34

2.4.1 Tingkat Keterisian RHK 34

2.4.2 Tingkat Keterisian RHK hanya oleh Sepeda Motor 34

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA 35

3.1 Tahapan Penelitian 35

3.2 Pemilihan Lokasi dan Waktu Studi 37

3.2.1 Lokasi Studi 37

3.2.2 Waktu Studi 40

3.3 Metode Studi Keterisian RHK Simpang 40

3.4 Metode Studi Keterisian RHK hanya diisi oleh Sepeda Motor 40

3.5 Pengumpulan Data 40

3.5.1 Data Geometri Simpang 40

(4)

BAB IV ANALISIS DATA 42 4.1 Analisis RHK Simpang Jend. Sudirman-Astana Anyar 42 4.1.1 Kapasitas RHK Jend. Sudirman-Astana Anyar 42 4.1.2 Tingkat Keterisian RHK Jend. Sudirman-Astana

Anyar 43

4.1.3 Tingkat Keterisian RHK hanya oleh Sepeda Motor

Jend. Sudirman-Astana Anyar 44

4.2 Analisis RHK Simpang Karapitan-Cikawao 45

4.2.1 Kapasitas RHK Karapitan-Cikawao 45

4.2.2 Tingkat Keterisian RHK Karapitan-Cikawao 46 4.2.3 Tingkat Keterisian RHK hanya oleh sepeda motor

Karapitan-Cikawao 47

4.3 Analisis RHK Simpang Cipaganti-Prof. Eyckman 48 4.3.1 Kapasitas RHK Cipaganti-Prof. Eyckman 48 4.3.2 Tingkat Keterisian RHK Cipaganti-Prof.

Eyckman 49

4.3.3 Tingkat Keterisian RHK hanya oleh sepeda motor

Cipaganti-Prof. Eyckman 50

4.4 Analisis RHK Simpang Pasir Kaliki-Dr. Rajiman 51 4.4.1 Kapasitas RHK Pasir Kaliki-Dr. Rajiman 51 4.4.2 Tingkat Keterisian RHK Pasir Kaliki-Dr. Rajiman 52 4.4.3 Tingkat Keterisian RHK hanya oleh Sepeda Motor

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Denah lokasi RHK yang ditinjau ... 2

Gambar 2.1 Penempatan RHK pada lajur pendekat di persimpangan tanpa belok kiri langsung dan tanpa pulau jalan... 7

Gambar 2.2 Penempatan RHK pada lajur pendekat di persimpangan dengan belok kiri langsung dan tanpa pulau jalan... 7

Gambar 2.3 Penempatan RHK pada lajur pendekat di persimpangan dengan balok kiri langsung dan dengan pulau jalan ... 8

Gambar 2.4 Potongan melintang lebar lajur minimum ...8

Gambar 2.5 Tampak atas sepeda motor memasuki RHK tanpa lajur pendekat... 9

Gambar 2.6 Penumpukan sepeda motor... 10

Gambar 2.7 Dimensi sepeda motor...11

Gambar 2.8 RHK tipe kotak... 11

Gambar 2.9 RHK tipe P... 13

Gambar 2.10 Empat jenis dasar alih gerak kendaraan... 23

Gambar 2.11 Titik-Titik Konflik... 23

Gambar 2.12 Bentuk dasar persimpangan... 24

Gambar 2.13 Jumlah titik potong di persimpangan yang tanpa dan dengan APILL ... 29

Gambar 2.14 Macam-macam periode antar hijau... 30

Gambar 2.15 Sistem dua fase pada 4 lengan... 32

Gambar 2.16 Sistem tiga fase pada 4 lengan... 33

Gambar 2.17 Sistem dua fase pada 3 lengan... 33

Gambar 3.1 Diagram Alir... 36

Gambar 3.2 Denah lokasi simpang Jend.Sudirman-Astana Anyar... 38

Gambar 3.3 Denah lokasi simpang Karapitan-Cikawao... 38

Gambar 3.4 Denah lokasi simpang Cipaganti-Prof. Eyckman... 39

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kapasitas RHK tipe kotak 2 lajur... 12

Tabel 2.2 Kapasitas RHK tipe kotak 3 lajur... 12

Tabel 2.3 Kapasitas RHK tipe P 2 lajur... 13

Tabel 2.4 Kapasitas RHK tipe P 3 lajur... 14

Tabel 2.5 Kriteria Perpanjangan RHK ... 15

Tabel 2.6 Tingkat Keterisian RHK... 34

Tabel 2.7 Tingkat Keterisian RHK hanya diisi oleh sepeda motor...34

(7)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

A Luas Area Ruang Henti Khusus

AISI Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia

APILL Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

ASLs Advanced Stop Lines atau Ruang Henti Khusus

B1 RHK besar simpang 1

B2 RHK besar simpang 2

C Kapasitas Ruang Henti Khusus dalam satuan unit sepeda motor

D Dimensi sepeda motor yang paling banyak di Indonesia yaitu sepeda motor tipe bebek dengan ukuran (0,75 m x 2 m)

DS Tingkat keterisian RHK

DSm Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor.

F Jumlah fase merah selama survei

Fm Jumlah fase dimana RHK hanya diisi oleh sepeda motor saja.

J Jumlah seluruh sepeda motor yang ada di dalam RHK dalam satu simpang selama survei

K1 RHK kecil simpang 1

K2 RHK kecil simpang 2

P Panjang Area Ruang Henti Khusus

R Rata-rata jumlah sepeda motor yang ada di dalam RHK

RHK Ruang Henti Khusus

SM Sepeda Motor

L Lebar Area Ruang Henti Khusus

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

L.1 Dokumentasi Survei... 61

L.1.1 Keadaan RHK Simpang Jend. Sudirman-Astana Anyar 1 ... 61

L.1.2 Keadaan RHK Simpang Jend. Sudirman-Astana Anyar 2 ... 61

L.1.3 Keadaan RHK Simpang Karapitan-Cikawao 1... 62

L.1.4 Keadaan RHK Simpang Karapitan-Cikawao 2... 62

L.1.5 Keadaan RHK Simpang Cipaganti-Prof. Eyckman 1... 63

L.1.6 Keadaan RHK Simpang Cipaganti-Prof. Eyckman 2... 63

L.1.7 Keadaan RHK Simpang Pasir Kaliki-Dr. Rajiman 1... 64

L.1.8 Keadaan RHK Simpang Pasir Kaliki-Dr. Rajiman 2... 64

L.2 Hasil Survei... 65

L.2.1 Hasil Survei Keterisian RHK Simpang Jend. Sudirman-Astana Anyar pada jam sibuk... 65

L.2.2 Hasil Survei Keterisian RHK Simpang Jend. Sudirman-Astana Anyar pada jam tidak sibuk... 67

L.2.3 Hasil Survei Keterisian RHK Simpang Karapitan-Cikawao pada jam sibuk... 69

L.2.4 Hasil Survei Keterisian RHK Simpang Karapitan-Cikawao pada jam tidak sibuk... 73

L.2.5 Hasil Survei Keterisian RHK Simpang Cipaganti-Prof. Eyckman pada jam sibuk... 77

L.2.6 Hasil Survei Keterisian RHK Simpang Cipaganti-Prof. Eyckman pada jam tidak sibuk... 80

L.2.7 Hasil Survei Keterisian RHK Simpang Pasir Kaliki- Dr. Rajiman pada jam sibuk... 83

L.2.8 Hasil Survei Keterisian RHK Simpang Pasir Kaliki- Dr. Rajiman pada jam tidak sibuk... 88

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepeda motor merupakan moda transportasi yang paling popular di Indonesia. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2014 produksi sepeda motor mencapai 7,9 juta unit (AISI, 2014) dan populasinya mencapai 86 juta unit dan terus bertambah setiap tahunnya (Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia).

Pertumbuhan populasi sepeda motor ini khususnya di kota-kota besar tentu akan mempengaruhi karakteristik lalu lintas yang pada akhirnya diperkirakan dapat menurunkan kinerja prasarana lalu lintas. Salah satu bentuk penanganan terhadap masalah ini adalah dengan penyediaan fasilitas sepeda motor dalam bentuk fasilitas ruang henti khusus (RHK) sepeda motor di persimpangan jalan perkotaan.

(10)

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan tingkat keterisian Ruang Henti Khusus simpang di kota Bandung.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut:

Gambar 1.1 Denah Lokasi RHK yang Ditinjau

(Sumber: http://www.streetdirectory.co.id/indonesia/en/bandung/#)

1. Penelitian dilakukan di 4 simpang seperti terlihat pada Gambar 1.1, yaitu:

Simpang besar: B1.Simpang Jend.Sudirman-Astana Anyar B2.Simpang Karapitan-Cikawao

(11)

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

BAB I, berisi pendahuluan, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, sistematika pembahasan.

BAB II, berisi tinjauan pustaka mengenai Ruang Henti Khusus (RHK) yang dikutip dari Modul Pelatihan Perancangan RHK (PUSJATAN) dan beberapa sumber pustaka lainnya.

BAB III, membahas mengenai rencana kerja, pemilihan lokasi dan waktu survei. BAB IV, mengenai penyajian data, pengolahan data dan analisis data.

(12)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan perhitungan analisis RHK pada simpang Jendral. Sudirman-Astana Anyar, Karapitan-Cikawao, Cipaganti-Prof. Eyckman, dan Pasir Kaliki-Dr. Rajiman didapatkan hasil:

1. Tingkat keterisian RHK pada simpang Jendral. Sudirman-Astana Anyar pada jam sibuk 81,81% dan pada jam tidak sibuk 48,05%. Untuk Tingkat

keterisian ≥ 80% RHK pada jam sibuk tergolong ”RHK berhasil di terapkan”,

sedangkan untuk jam tidak sibuk tingkat keterisian <60% RHK tergolong

”RHK kurang berhasil diterapkan”.

Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor pada simpang Jendral. Sudirman-Astana Anyar pada jam sibuk 84,08% dan pada jam tidak sibuk 85,36%. Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor pada jam sibuk dan tidak sibuk tergolong ”RHK berhasil diterapkan”.

2. Tingkat keterisian RHK pada simpang Karapitan-Cikawao pada jam sibuk 61,03% dan pada jam tidak sibuk 31,16%, Untuk Tingkat keterisian 60% - 79% RHK pada jam sibuk tergolong ”RHK cukup berhasil di terapkan”, sedangkan untuk jam tidak sibuk tingkat keterisian <60% RHK tergolong

”RHK kurang berhasil diterapkan”.

(13)

Karapitan-3. Tingkat keterisian RHK pada simpang Cipaganti-Prof. Eyckman pada jam sibuk 62,50% dan pada jam tidak sibuk 32,50%. Untuk Tingkat keterisian 60%-79% RHK pada jam sibuk tergolong ”RHK cukup berhasil di terapkan”, sedangkan untuk jam tidak sibuk tingkat keterisian < 60% RHK tergolong

”RHK kurang berhasil diterapkan”.

Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor pada simpang Cipaganti-Prof. Eyckman pada jam sibuk 69,84% dan pada jam tidak sibuk 80,95%. Untuk Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor pada jam sibuk dan tidak sibuk tergolong ”RHK cukup berhasil diterapkan”.

4. Tingkat keterisian RHK pada simpang Pasir Kaliki-Dr. Rajiman pada jam sibuk 50% dan pada jam tidak sibuk 30,95%. Untuk Tingkat keterisian < 60% baik RHK pada jam sibuk maupun tidak sibuk RHK tergolong ”RHK kurang

berhasil diterapkan”.

Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor pada simpang Pasir Kaliki-Dr. Rajiman pada jam sibuk 33,04% dan pada jam tidak sibuk 27,82%. Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor pada jam sibuk dan tidak sibuk tergolong ”RHK kurang berhasil diterapkan”.

(14)

Faktor jam sibuk juga menjadi faktor yang sangat penting untuk penilaian keberhasilan sebuah RHK. Dari tingkat keterisian dapat dilihat dari empat

simpang yang dianalisis tidak ada satupun RHK yang tergolong ”RHK berhasil diterapkan” ataupun ”RHK cukup berhasil diterapkan” pada jam tidak sibuk.

Berbeda dengan Tingkat keterisian RHK hanya oleh sepeda motor, pada kasus ini jam sibuk tidak terlalu berpengaruh untuk suatu RHK dapat bisa di kategorikan berhasil atau tidak.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis data adapun saran yang perlu untuk dilakukan adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian serupa pada lokasi-lokasi lainnya (57 lokasi) untuk mendapatkan hasil yang lebih menyeluruh tentang tingkat keterisian RHK. 2. Perlu penelitian hubungan dimensi RHK dan persentase sepeda motor

terhadap total volume lalu lintas dalam rangka standarisasi/klasifikasi aplikasi di lapangan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, D.S Bygrave, Harper, H, 2005, Behaviour at Cycle Advanced Stop Lines. London: TRL Report

2. Amelia, S, Laporan Akhir, 2009, penyusunan DED Lajur Sepeda Motor pada Persimpangan dan Kajian Lajur Sepeda Motor Pada Ruas Arteri, Puslitbang

Jalan dan Jembatan, Kementrian Pekerjaan Umum, Bandung.

3. Amelia, S, Laporan Akhir, 2010, Kajian dan Pengawasan Uji Skala Penuh Lajur Khusus Sepeda Motor di Persimpangan, Puslitbang Jalan dan Jembatan,

Kementrian Pekerjaan Umum, Bandung.

4. Amelia, S, Mulyadi, A, 2012, Fasilitas Ruang Henti Khusus Sepeda Motor pada Persimpangan Bersinyal di Perkotaan, Puslitbang Jalan dan Jembatan,

Kementrian Pekerjaan Umum, Bandung

5. Departemen Pekerjaan Umum, 2012, Modul Pelatihan Monitoring dan Evaluasi RHK, Bandung.

6. Hobbs, F. D., 1995, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

7. Idris, M, Laporan Akhir, 2007, Pengembangan Standar Lajur Sepeda Motor pada Ruas Jalan dan Persimpangan, Puslitbang Jalan dan Jembatan,

Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.

8. Katili, Tan, 2011, Pengaruh Implimentasi RHK Terhadap Arus Lalulintas di Simpang Bersinyal Pasir Kaliki-Pasteur Bandung. Bandung: Universitas

Katolik Parahyangan

9. Morlok, E. K, 1995, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

10.Mulyadi, A, Laporan Akhir, 2011, Kajian Lajur Khusus Sepeda Motor di Ruas Jalan Primer Perkotaan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementrian

Pekerjaan Umum, Bandung.

(16)

12.Pateduk, U.S, 2011, Evaluasi Kinerja Ruang Henti Khusus pada Simpang Pasteur-Pasir Kaliki dan Simpang Ahmad Yani-Laswi Bandung. Bandung:

Universitas Kristen Maranatha.

13.Susilo, B.H, 2011, Rekayasa Lalulintas. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti 14.Wall, G.T., Davies, D.G. and Crabtree, M, 2003, Capacity Implications of

Gambar

Gambar 1.1 Denah Lokasi RHK yang Ditinjau (Sumber: http://www.streetdirectory.co.id/indonesia/en/bandung/#)

Referensi

Dokumen terkait

Bima Klaten atau sering juga disebut dengan Simpang Gumulan Klaten merupakan daerah simpang tiga tak bersinyal yang memiliki arus lalu lintas yang cukup besar dan

Bagaimana kapasitas dan tingkat kinerja di simpang bersinyal Kumpulrejo dalam.. melayani arus

RHK yang merupakan pengembangan model ASLs (Advanced Stop Lines) adalah lajur yang disediakan khusus untuk pengguna sepeda motor untuk memisahkan ruang tunggu bagi sepeda

Analisis Arus Jenuh Dasar Pada Simpang Bersinyal Berlengan Empat Dengan Lalu Lintas Campuran Di Kota Banda Aceh.. Universitas Syiah

Gambar 4.3 Perbandingan volume lalulintas berdasarkan waktu sibuk dan arah arus sebelum dan sesudah aplikasi RHK pada lengan Pasir Kaliki

Kata Kunci : Ruang Henti Khusus (RHK), Sepeda Motor, Jam Sibuk, Jam Tidak Sibuk, Tingkat Keterisian... OCCUPANCY LEVEL OF ADVANCED STOP LINES ON SIGNALIZED INTERSECTIONS

Penelitian ini dimaksudkan untuk meninjau dan menganalisis permasalahan lalu lintas yang terjadi pada simpang bersinyal di simpang Banyumanik, Kota Semarang agar

ANALISIS TUNDAAN SIMPANG BERSINYAL AKIBAT RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR DENGAN MODEL MICROSIMULATION DWIYANA PUSPITA SARI NIM.. 15008139 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas