• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA/MA KELAS X.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN ALAT PERAGA KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA/MA KELAS X."

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA

DI SMA/MA KELAS X

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh: Safira Wulaningrum

13303244021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 14 Juni 2017 Yang menyatakan,

(4)

iv

(5)

v MOTTO

Allah akan meninggikan orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

(QS. Al-Mujadalah: 11)

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk

Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan dukungan, doa serta bimbingan dalam setiap langkahku.

Saudara kembarku Safitri Kurniandari, kakakku Khairul Amanati dan semua keluargaku, terimakasih sudah menjadi penyemangatku dan selalu memberikan

dukungan serta motivasi.

Teman seperjuangan skripsiku Arini, Rahma, Syifa, Tia, Shinta, Ayu, Aul, Tessa, Silmi, Fina, Fitri, Anin, Nia, Dini dan teman-teman Pendidikan

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, karunia dan pertolongannya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian pendidikan kimia yang berjudul “Pengembangan Alat

Peraga Kimia Berbasis Kearifan Lokal sebagai Media Pembelajaran Kimia di SMA/MA Kelas X” dengan baik dan lancar.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas terselesaikannya laporan Tugas Akhir Skripsi (TAS) ini kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Jaslin Ikhsan, M.App., Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY.

3. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA UNY sekaligus koordinator Tugas Akhir Skripsi.

4. Bapak Erfan Priyambodo, M.Si selaku dosen pembimbing yang sudah sangat membantu dan membimbing dengan penuh kesabaran.

5. Bapak M. Pranjoto Utomo, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi.

6. Bapak Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan masukan untuk menyempurnakan laporan ini.

(8)

viii

8. Ibu Dra. Endang Nalowati, Ibu Diana Susanti, S.Si, Ibu Suyatini, S.Pd, Ibu Is Dwiyanti S.Pd, Ibu Rujinem, S. Pd, dan Ibu Dra. Sri Rahayu yang telah berkenan menjadi reviewer alat peraga kimia serta buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

9. Pratiwi Kusuma Wardani, Arini Martilia, dan Patricia Sacita HAM, selaku peer peviewer yang telah membarikan saran dan masukan demi perbaikan alat peraga kimia serta buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

10.Peserta didik kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Sanden yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

11.Teman-teman prodi Pendidikan Kimia C 2013 dan semua pihak yang telah membantu keberhasilan dalam penelitian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 14 Juni 2017

(9)

ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 8

I. Definisi Istilah ... 9

BAB II KERANGKA TEORI ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Pembelajaran Kimia ... 11

(10)

x

3. Alat Peraga ... 17

4. Kearifan Lokal ... 21

5. Penelitian Pengembangan ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berfikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN ... 29

A. Model Pengembangan ... 29

B. Prosedur Pengembangan ... 29

C. Penilaian Produk ... 33

D. Teknik Analisa Data ... 37

1. Data Proses Pengembangan Produk... 37

2. Data Kualitas Produk yang Dihasilkan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 40

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 55

1. Data Proses Pengembangan ... 56

2. Penilaian Kualitas produk ... 65

C. Kajian Produk Akhir ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Alat Peraga Kimia ... 35

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Buku Petunjuk Pembuatan ... 36

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penilaian untuk Peserta Didik ... 37

Tabel 4. Aturan Pemberian Skor ... 38

Tabel 5. Kriteria Penilaian Ideal ... 39

Tabel 6. Tampilan model molekul, bentuk molekul, dan nama senyawa ... 42

Tabel 7. Data skor penilaian kualitas poster metode ilmiah oleh reviewer ... 52

Tabel 9. Data skor penilaian kualitas electrolyte tester oleh reviewer ... 53

Tabel 10. Data skor penilaian kualitas alat electroplating oleh reviewer ... 53

Tabel 11. Data skor penilaian kualitas buku petunjuk oleh reviewer ... 54

Tabel 12. Data Tanggapan Peserta Didik terhadap Alat Peraga Kimia ... 55

Tabel 13. Kompetensi Dasar dan Alat Peraga Kimia berbasis Kearifan Lokal .... 57

Tabel 14. Kategori Kualitas dan Persentase Keidealan Alat Peraga berbagai ... 66

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale ... 20

Gambar 2. Skema Langkah Kerja Penelitian ... 32

Gambar 3. Desain Penilaian Produk ... 33

Gambar 4. Tampilan Poster Metode Ilmiah ... 40

Gambar 5. Tampilan Kotak Kit Poster Metode Ilmiah ... 41

Gambar 8. Tampilan Kotak Kit Molymod Bagian Luar ... 43

Gambar 9. Rangkaian Electrolyte Tester ... 44

Gambar 10. Tampilan Electrolyte Tester ... 45

Gambar 13. Rangkaian Alat Electroplating ... 46

Gambar 14. Tampilan Kotak Kit Alat Electroplating Bagian Dalam ... 47

Gambar 15. Tampilan Kotak Kit Alat Electroplating Bagian Luar ... 47

Gambar 16. Tampilan Penjelasan Kearifan Lokal pada Buku ... 48

Gambar 17. Tampilan Jenis Alat Peraga dan Kompetensi Dasar ... 48

Gambar 18. Tampilan Materi Kimia yang Terkait dengan Alat Peraga ... 49

Gambar 19. Tampilan Alat-alat yang Digunakan dalam Pembuatan Alat Peraga 50 Gambar 20. Bahan-bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Alat Peraga ... 50

Gambar 21. Tampilan Cara Pembuatan Alat Peraga ... 50

Gambar 22. Tampilan Petunjuk Penggunaan Alat Peraga ... 50

Gambar 23. Sampul Buku Bagian Depan dan Belakang ... 51

Gambar 24. Grafik skor poster metode ilmiah pada keseluruhan aspek terhadap persentase keidealan berdasarkan penilaian oleh reviewer ... 67

Gambar 25. Grafik skor molymod pada keseluruhan aspek terhadap persentase keidealan berdasarkan penilaian oleh reviewer ... 69

Gambar 26. Grafik skor electrolyte tester pada keseluruhan aspek terhadap persentase keidealan berdasarkan penilaian oleh reviewer ... 71

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Daftar Nama Ahli Media, Ahli Materi, PeerReviewer, Reviewer dan

Peserta Didik ... 87 Lampiran 2. Instrumen Penilaian Alat Peraga Kimia dan Instrumen Buku

Petunjuk ... 90 Lampiran 3. Deskripsi Indikator Penilaian Alat Peraga Kimia dan Deskripsi

Indikator Penilaian Buku Petunjuk ... 100 Lampiran 4. Data Penilaian Kualitas Alat Peraga Kimia dan Buku Petunjuk

Berdasarkan Hasil Penilaian Reviewer ... 115 Lampiran 5. Perhitungan Kualitas Alat Peraga Kimia dan Buku Petunjuk

Berdasarkan Hasil Penilaian Reviewer ... 121 Lampiran 6. Saran atau Masukan dari Ahli Media, Ahli Materi, dan Peer

Reviewer ... 185 Lampiran 7. Hasil Penilaian dan Masukan oleh Reviewer ... 202 Lampiran 8. Tanggapan Peserta Didik terhadap Alat Peraga ... 218 Lampiran 9. Lembar Pernyataan Ahli Media, Ahli Materi, PeerReviewer, dan

(14)

xiv

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA

DI SMA/MA KELAS X Oleh:

Safira Wulaningrum NIM 13303244021

Dosen Pembimbing : Erfan Priyambodo, M.Si ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk (1) mengembangkan alat peraga kimia berbasis kearifan lokal untuk SMA/MA kelas X; (2) mengembangkan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia; (3) mengetahui kualitas alat peraga dan buku petunjuk yang dihasilkan.

Penelitian ini dilakukan menggunakan model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data mengenai proses pengembangan produk dan data mengenai kualitas produk. Pengubahan data hasil penilaian dari nilai yang berbentuk kualitatif menjadi berbentuk kuantitatif berdasarkan skala Likert, kemudian dibuat tabulasi data skor yang sudah diperoleh dan dilakukan analisis berdasarkan kriteria kategori penilaian ideal.

Hasil pengembangan ini berupa empat alat peraga kimia berbasis kearifan lokal, yaitu poster metode ilmiah, molymod, electrolyte tester, alat electroplating serta buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia. Berdasarkan hasil reviewer, semua alat peraga termasuk kategori kualitas sangat baik (SB), sedangkan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia termasuk kategori kualitas sangat baik (SB). Berdasarkan tanggapan dari peserta didik sebagai subjek uji terbatas yaitu semua peserta didik setuju bahwa proses pembelajaran menggunakan alat peraga kimia dapat meningkatkan motivasi belajar.

(15)

xv

DEVELOPMENT OF TEACHING AIDS BASED ON LOCAL WISDOM AS A CHEMISTRY LEARNING MEDIA IN SENIOR

HIGH SCHOOL GRADE X By:

Safira Wulaningrum NIM 13303244021

Supervisor : Erfan Priyambodo, M.Si ABSTRACT

This study was a development research and aimed to (1) develop of teaching aids based on local wisdom for Grade X of Senior High School; (2) develop a manufacture guide book and the use of teaching aids; (3) know the quality of teaching aids and produced guide book.

This study was used an ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation) development model. The data obtained in this study was data about the product development process and data of quality level on the product. Converting data from the assesment results in the form of qualitative values into quantitative based on a Likert scale, then score tabulation of the data that have obtained was made and analyzed based on criteria of an ideal assesment category.

The results of this development research in the form of four teaching aids based on local wisdom, that was poster of scientific method, molymod, electrolyte tester, electroplating tool and a manufacture guide book and the use of teaching aids. Based on the reviewer assesment showed that all of the teaching aids has a very good quality, while guide book has a very good quality. Based on responses from students as a limited test subject was all students agree that teaching learning using teaching aids could improve learning motivation.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Peran pendidik dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran sangat penting. Pendidik harus mampu membuat perencanaan pembelajaran yang baik dan mampu mengaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan baik pula, sehingga peserta didik dapat menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru menyebutkan bahwa guru harus dapat menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap dan menggunakan media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran (Permendiknas, 2007).

Ciri Kurikulum 2013 bahwa dalam pembelajaran sains perlu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, antara lain metode diskusi, ceramah,

demonstrasi dan eksperimen. Selain itu penggunaan media pembelajaran sains

akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Kriteria

pembelajaran sains yang sesuai dengan Kurikulum 2013 yaitu proses

pembelajaran tidak cukup hanya berasal dari buku, tetapi proses pembelajaran

harus dilengkapi dengan alat-alat praktik yang sesuai dengan keadaan lingkungan

(17)

2

Alat peraga merupakan alat bantu untuk mengajar sehingga konsep yang

diajarkan mudah dipahami oleh peserta didik (Widiyatmoko & Nurmasitah,

2013). Alat peraga dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting agar proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu penggunaan alat peraga sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena adanya alat peraga, materi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik, terutama untuk pelajaran yang sebagian besar materinya bersifat abstrak seperti pelajaran kimia. Alat peraga akan berfungsi untuk memvisualisasikan konsep yang abstrak tersebut menjadi sesuatu yang nyata dan mudah dipahami peserta didik. Widiyatmoko dan Nurmasitah (2013) dalam penelitiannya tentang pengembangan teknologi sederhana sebagai alat peraga sains menyatakan bahwa penerapan alat peraga dalam proses pembelajaran itu penting karena peserta didik dapat

memperoleh pengalaman belajar atau memperdalam materi pembelajaran yang

dianggap membutuhkan objek atau peristiwa yang konkrit. Materi yang diajarkan

menjadi lebih mudah dipahami dan lebih terkesan dalam ingatan peserta didik.

Penelitian lain dilakukan oleh Apriliyanti, Haryani dan Widiyatmoko (2015)

menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan alat peraga dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik dan merangsang keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran.

(18)

3

karena itu, pendidik dapat berinovasi untuk mengembangkan alat peraga kimia sendiri. Alat peraga kimia tersebut disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan dibuat dengan biaya yang terjangkau, yaitu dibuat dari bahan-bahan sederhana

yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar.

Fenomena ilmu kimia dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, pada kenyataannya sebagian besar peserta didik belum mampu mengaitkan antara materi kimia yang mereka pelajari dengan kehidupan di sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang mampu mengaitkan antara materi pembelajaran kimia dengan fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan mudah diingat oleh peserta didik. Salah satunya yaitu dengan pembelajaran kimia yang berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan ciri khas suatu daerah atau wilayah tertentu yang memiliki nilai kebudayaan, berkembang dalam lingkup lokal dari generasi ke generasi berikutnya (Sartini dalam Damayanti, Dewi, & Akhlis, 2013).

(19)

4

berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya. Damayanti, Dewi dan Akhlis (2013) dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. Selain itu, dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang kearifan lokal yang ada di sekitarnya.

Pada penelitian ini akan dikembangkan alat peraga kimia berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran kimia di sekolah. Pengembangan alat peraga kimia berbasis kearifan lokal untuk peserta didik SMA/MA diharapkan dapat memudahkan pendidik untuk menjelaskan konsep-konsep kimia dan meningkatkan kreativitas pendidik untuk mengembangkan alat peraga kimia sendiri. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan nilai-nilai kecintaan terhadap budaya lokal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar materi kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan alat peraga untuk membantu pemahaman peserta didik tentang konsep-konsep kimia. 2. Keterbatasan sekolah untuk menyediakan alat peraga pembelajaran kimia

bagi peserta didik sehingga sebagian peserta didik masih kesulitan dalam memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak.

(20)

5

4. Pembelajaran berbasis kearifan lokal belum banyak diterapkan di sekolah, padahal pembelajaran berbasis kearifan lokal penting untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya.

C. Pembatasan Masalah

1. Produk yang dikembangkan berupa alat peraga kimia berbasis kearifan lokal untuk materi kimia SMA/MA kelas X serta buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia untuk SMA/MA kelas X digunakan sebagai pedoman bagi pendidik untuk mengembangkan alat peraga kimia.

2. Alat peraga hanya terbatas pada materi yang berkaitan dan sesuai dengan kearifan lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Buku yang dikembangkan digunakan sebagai pedoman bagi pendidik untuk membuat alat peraga.

4. Kualitas produk dinilai oleh reviewer yaitu guru kimia SMA/MA dan diujicobakan secara terbatas terhadap peserta didik SMA kelas X.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan alat peraga kimia berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran kimia di SMA/MA kelas X serta buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia yang berkualitas sesuai dengan kriteria yang ditentukan?

(21)

6

3. Bagaimana kualitas buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia untuk SMA/MA kelas X?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Mengembangkan alat peraga kimia berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran kimia di SMA/MA kelas X serta buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia yang berkualitas sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

2. Mengetahui kualitas alat peraga kimia berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran kimia di SMA/MA kelas X.

3. Mengetahui kualitas buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia untuk SMA/MA kelas X.

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Alat peraga kimia yang berbasis kearifan lokal dilengkapi dengan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

2. Alat peraga kimia dibuat dalam bentuk fisik, yaitu sebagai berikut: a. Poster Metode Ilmiah

b. Molymod dari Tanah Liat c. Electrolyte Tester

(22)

7

3. Alat peraga yang dibuat dikemas dalam kotak (KIT khusus) sehingga akan mempermudah penyimpanannya.

4. Petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga dibuat dalam bentuk media cetak.

5. Alat peraga kimia berbasis kearifan lokal yang dikembangkan memenuhi kriteria pengembangan alat peraga, yaitu kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi, kepraktisan dan keluwesan, efisiensi waktu, ketahanan alat, keamanan bagi peserta didik, estetika dan kotak kit alat peraga.

6. Buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia yang dikembangkan memenuhi kriteria kelayakan isi buku, kelayakan penyajian isi buku, serta ketepatan penggunaan bahasa dan gambar.

G. Manfaat Penelitian

Pengembangan alat peraga kimia berbasis kearifan lokal ini memberikan manfaat yaitu:

1. Manfaat Ilmiah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ilmu pendidikan kimia semakin berkembang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dunia Pendidikan Kimia

Manfaat hasil penelitian bagi dunia pendidikan kimia adalah:

(23)

8

2) Memberikan alternatif alat peraga pembelajaran yang inovatif, menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.

3) Memberikan informasi dan inspirasi bagi perkembangan penelitian di bidang pendidikan kimia.

b. Bagi Pendidik

1) Memberikan alternatif alat peraga yang dapat digunakan pendidik dalam proses pembelajaran kimia.

2) Memberikan kemudahan bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik dan penguasaan konsep yang benar.

c. Bagi Peserta didik

1) Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar kimia.

2) Memberikan alternatif media pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat menguasai konsep kimia dengan baik.

d. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan pengembangan alat peraga kimia.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi dalam penelitian pengembangan ini meliputi:

a. Alat peraga kimia berbasis kearifan lokal ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi peserta didik SMA/MA Kelas X.

(24)

9

c. Peer reviewer merupakan teman sejawat yang memiliki pengetahuan yang sama tentang kualitas alat peraga kimia yang baik dan berkualitas.

d. Reviewer merupakan guru Kimia SMA/MA yang menilai alat peraga ini mempunyai pemahaman yang baik tentang alat peraga kimia untuk SMA/MA.

2. Keterbatasan dalam penelitian pengembangan ini meliputi:

Alat peraga kimia berbasis kearifan lokal ini digunakan untuk membantu proses pembelajaran kimia Kelas X yang menggunakan Kurikulum 2013, namun demikian masih terdapat keterbatasan antara lain:

a. Alat peraga yang dibuat tidak mencakup seluruh materi Kimia SMA/MA Kelas X, tetapi terbatas pada materi yang dapat diaplikasikan untuk membuat alat peraga, yaitu pada materi metode ilmiah, bentuk molekul, larutan elektrolit dan non elektrolit, serta konsep reaksi redoks.

b. Alat peraga dan buku petunjuk ditinjau oleh satu dosen ahli media, satu dosen ahli materi, dan tiga peer reviewer.

c. Alat peraga dan buku petunjuk dinilai oleh enam orang guru mata pelajaran Kimia SMA/MA sebagai reviewer.

d. Alat peraga kimia yang dikembangkan diuji terbatas terhadap lima peserta didik SMA/MA Kelas X.

I. Definisi Istilah

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah:

(25)

10

2. Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dan sagala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran.

3. Kearifan lokal merupakan ciri khas suatu daerah atau wilayah tertentu yang memiliki nilai kebudayaan, berkembang dalam lingkup lokal dari generasi ke generasi berikutnya.

4. Ahli media merupakan dosen kimia yang mempunyai keahlian di bidang media pembelajaran dan mengetahui standar kualitas alat peraga, sehingga dapat memberikan penilaian terhadap alat peraga yang dibuat.

5. Ahli materi merupakan dosen kimia yang mempunyai keahlian di bidang pembelajaran kimia dan mengetahui standar kualitas alat peraga, sehingga dapat memberikan penilaian terhadap alat peraga yang dibuat.

6. Peer reviewer merupakan teman sejawat yang sedang melakukan penelitian pengembangan dan memberi masukan terhadap produk yang dibuat.

(26)

11 sekolah. Berhasil atau tidaknya proses pendidikan di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik. Gagne dalam Siregar dan Nara (2011) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku individu yang relatif menetap, dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan. Sementara itu, pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien, serta dengan hasil optimal (Sugihartono, 2013).

(27)

12

Oleh karena itu, mempelajari kimia perlu melibatkan keterampilan dan penalaran agar lebih mudah memahami materi kimia yang cenderung bersifat abstrak, selain itu juga dapat mengaplikasikan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kimia lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Badan Standar Nasional Pendidikan [BSNP], 2006).

Ilmu kimia mempunyai ciri-ciri yang khas, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan teknik belajar tertentu tanpa meninggalkan karakteristik kimia. Beberapa ciri kimia menurut Sastrawijaya (1988) adalah sebagai berikut:

1) Kimia lebih bersifat abstrak.

Ilmu kimia mempelajari berbagai zat atau konsep seperti atom, molekul, elektron, ion, orbital, ikatan, dan lain-lain pada tingkat mikroskopis. Sementara itu, yang dapat diamati yaitu pada tingkat makroskopis, sehingga ilmu kimia dikatakan bersifat abstrak. Teknik belajar untuk hal-hal abstrak tersebut dapat dilakukan dengan cara membayangkan atau menciptakan gambaran. Gambaran dapat menolong peserta didik untuk mengingat apa yang menjadi pusat pembelajaran kimia seperti atom dan molekul.

2) Mempelajari penyederhanaan dari ilmu kimia sebenarnya.

(28)

zat-13

zat yang sederhana, sehingga peserta didik dapat membayangkan secara sederhana pula.

3) Bahan pelajaran kimia dimulai dari yang mudah menuju yang sukar.

Bahan pelajaran kimia dimulai dari yang mudah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peserta didik memahami materi-materi yang diajarakan. Sebagai contoh, sebelum menuju materi molekul terlebih dahulu diberikan materi mengenai atom. Sehingga peserta didik akan lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan.

4) Belajar kimia bukan hanya sekedar menyelesaikan soal-soal.

Ilmu kimia mempelajari teori-teori, aturan-aturan, fakta, deskripsi dan peristilahan kimia. Semua pengetahuan ini diperlukan untuk memecahkan soal-soal. Pemecahan soal-soal numerik bergantung pula kepada pengetahuan tentang deskripsi kimia. Selain itu, pemahaman materi kimia tiap bab akan berbeda-beda. Contoh untuk materi A diperlukan misalnya menghafal fakta, untuk materi B diperlukan mempelajari konsep, materi C diperlukan pemahaman grafik dan rumus matematik, dan seterusnya.

5) Suatu pembelajaran kimia mengandung materi yang banyak.

Pelajaran kimia mencakup materi yang sangat banyak, sehingga dalam proses pembelajaran juga mungkin menuntut waktu yang banyak. Materi kimia yang abstrak agar lebih mudah dipahami dapat dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari.

(29)

14

dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam penggunaan laboratorium serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari.

BSNP (2006) menyatakan bahwa mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.

(30)

15 2. Media Pembelajaran

Menurut Sadiman, Rahardjo, Haryono dan Rahardjito (2011) kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.

Gerlach & Ely dalam Arsyad (2011) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sementara itu, menurut Gagne yang disampaikan Sadiman et al. (2011) media adalah berbagai jenis komponen yang ada dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat penting untuk memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dan mempermudah pemahaman peserta didik tentang materi yang disampaikan.

Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik yang dikemukakan Sudjana dan Riva’i (2013) antara lain:

(31)

16

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga peserta didik tidak bosan dan pendidik tidak kehabisan tenaga, apalagi bila pendidik mengajar untuk setiap jam pelajaran.

d. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sehingga tidak hanya mendengarkan uraian materi dari pendidik, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Arsyad (2011) menyatakan manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang langsung antara peserta didik dengan lingkungannya dan kemungkinan peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta

(32)

17

terjadinya interaksi langsung dengan pendidik, masyarakat dan lingkungannya.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran di kelas harus memperhatikan kriteria pemilihan media yang tepat. Menurut Dick dan Carey yang disampaikan Sadiman et al. (2011) kriteria pemilihan media yang tepat disamping kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: pertama ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat di sumber-sumber yang ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, artinya bisa digunakan dimana pun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapan pun mudah dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

3. Alat Peraga

(33)

18

Alat peraga merupakan alat bantu pelengkap yang digunakan pendidik dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran bukan dimaksudkan untuk mengganti peran pendidik dalam mengajar, tetapi merupakan pelengkap atau pembantu pendidik dalam mengajar dan membantu peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan (Engkoswara & Natawidjaja, 1979).

Alat peraga dalam proses pembelajaran dibedakan menjadi alat peraga dua dan tiga dimensi serta alat peraga yang diproyeksikan. Alat peraga dua dan tiga dimensi antara lain bagan, grafik, poster, gambar mati, peta datar, peta timbul, dan globe. Sedangkan alat peraga yang diproyeksikan adalah film, slide dan filmstrip (Sudjana, 2010).

Depdikbud (2011) menyatakan bahwa alat peraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, yaitu untuk:

1. Menjelaskan konsep, sehingga peserta didik memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan pendidik.

2. Memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari.

3. Mengembangkan kreatifitas serta inovasi.

Sudjana (2010) menyatakan fungsi pokok dari alat peraga dalam proses pembelajaran antara lain:

(34)

19

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi belajar mengajar.

c. Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mendukung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat pada tujuan dari bahan pembelajaran.

d. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses pembelajaran supaya lebih menarik peserta didik.

e. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan peserta didik dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh pendidik.

f. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempertinggi proses pembelajaran. Penggunaan alat peraga menyebabkan hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat oleh peserta didik, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

(35)

20

abstrak

konkret Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale

Berdasarkan Kerucut Pengalaman Dale, pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai materi yang diajarkan karena melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Akan tetapi, tidak semua hal dapat dipelajari secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas karena keterbatasan ruang dan waktu maka dapat dipelajari melalui benda tiruan, misalnya alat peraga. Penggunaan alat peraga sangat penting agar pembelajaran di kelas menjadi lebih baik dan efektif.

Pengalaman melalui benda tiruan

(36)

21

Pembuatan alat peraga harus memperhatikan kriteria-kriteria alat peraga yang baik. Berikut ini adalah kriteria pembuatan dan pengembangan alat peraga kimia, yaitu (Depdikbud, 2011):

1. Bahan mudah diperoleh (diantaranya dengan memanfatkan limbah, diminta, atau dibeli dengan harga relatif murah)

2. Mudah dalam perancangan dan pembuatannya

3. Mudah dalam perakitannya (tidak memerlukan keterampilan khusus) 4. Mudah dioperasikannya

5. Dapat memperjelas/menunjukkan konsep dengan lebih baik 6. Dapat meningkatkan motivasi peserta didik

7. Akurasi cukup dapat diandalkan 8. Tidak berbahaya ketika digunakan 9. Menarik

10. Daya tahan alat cukup baik (lama pakai) 11. Inovatif dan kreatif

12. Bernilai pendidikan 4. Kearifan Lokal

(37)

22

kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious”.

Istilah kearifan lokal menurut Agung (2015) yaitu diartikan sebagai sistem nilai dan norma yang terorganisir, dipegang, dipahami, dan diterapkan oleh

masyarakat setempat berdasarkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara itu, Rahyono dalam Fajarini (2014) mengemukakan bahwa:

Kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut (h. 124).

Kearifan lokal sebagai salah satu hal yang perlu dilestarikan, artinya perlu dijaga, dilindungi, dan dilestarikan agar tidak punah. Hal ini menunjukkan bahwa kearifan lokal juga harus dipertimbangkan sebagai salah satu pendukung upaya lingkungan yang semakin menurun alami. Di sekolah perlu ada pelajaran yang memuat materi berbasis kearifan lokal untuk mencegah hilangnya kearifan lokal suatu daerah. Penerapan pembelajaran berbasis kearifan lokal dapat dimulai sejak dini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Bakhtiar (2016) bahwa pada tingkat sekolah dasar telah dikembangkan kurikulum pendidikan lingkungan berbasis kearifan lokal untuk mendukung sekolah dalam mengajarkan peserta didik bertindak selaras dengan lingkungan.

(38)

23

kearifan lokal perlu untuk diintegrasikan dalam pembelajaran sains, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya.

5. Penelitian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2008). Produk yang dihasilkan dalam bidang pendidikan menurut Sudarsono et al. (2013) yaitu model pembelajaran, sistem evaluasi, modul pembelajaran, alat bantu pembelajaran, dan simulator.

Model penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan produk adalah model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluations). Setiap tahap dalam model ADDIE saling terkait dan berhubungan dengan yang lainnya (Aldoobie, 2015).

Menurut Mulyatiningsih (2012) tahapan dalam model ADDIE adalah sebagai berikut:

1. Tahap Analisis (Analysis)

(39)

24 2. Tahap Desain (Design)

Tahap desain yaitu menetapkan tujuan apa yang ingin dicapai dari produk yang akan dikembangkan, menetapkan materi yang akan dijadikan inti pembelajaran dari produk yang dibuat, merancang konsep produk, merancang perangkat pengembangan produk dan petunjuk penerapan desain produk yang akan dibuat.

3. Tahap Pembuatan (Development)

Tahap pembuatan yaitu mulai mengembangkan produk sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya di dalam tahapan desain dan membuat instrumen untuk mengukur kualitas produk.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi yaitu mengimplementasikan produk yang telah dikembangkan pada situasi nyata di dalam kelas. Melihat kembali tujuan-tujuan pengembangan produk, interaksi peserta didik serta menanyakan umpan balik awal proses evaluasi.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

(40)

25 B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Widiyatmoko dan Nurmasitah (2013) dengan judul “Designing simple technology as a science teaching aids from used materials” menunjukkan hasil bahwa peserta didik merasa penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat. Hal ini didasarkan pada data respon peserta didik terhadap alat peraga yang dikembangkan diperoleh

persentase rata-rata sebesar 95,8% dengan kategori sangat baik. Sementara itu,

berdasarkan hasil analisis data respon pendidik terhadap alat peraga yang

dikembangkan termasuk kategori sangat baik dengan total hasilnya adalah 92,9%.

(41)

26

keaktifan peserta didik dengan persentase 55,56% peserta didik sangat aktif dan 44,44% peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian tersebut perlu dilakukan pengembangan alat peraga kimia sebagai media pembelajaran sehingga dapat digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi dan meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi kimia yang diajarkan. Penelitian ini akan dikembangkan alat peraga kimia berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran kimia di SMA/MA Kelas X. C. Kerangka Berfikir

Penggunaan alat peraga penting dalam keterlaksanaan proses pembelajaran yang diharapkan dapat mempertinggi pemahaman peserta didik pada materi yang diajarkan dan mempertinggi pencapaian hasil belajar. Alat peraga mempunyai jenis yang beragam mulai dari alat peraga dua dan tiga dimensi serta alat peraga yang diproyeksikan. Pengelompokan alat peraga menjadi beberapa jenis ini ditinjau dari fungsi dan tujuan dalam pembelajaran. Pemilihan alat peraga juga harus memperhatikan tingkat kemampuan berpikir peserta didik mulai dari kemampuan berpikir kongkrit sampai kemampuan berpikir abstrak. Beberapa kriteria pemilihan alat peraga telah dikemukakan oleh para ahli, seperti keterkaitan dengan bahan ajar, bernilai pendidikan, ketahanan alat, keakuratan dan efisiensi alat, keamanan bagi peserta didik, dan mempunyai nilai estetika.

(42)

27

kehidupan sehari-hari (kontekstual), dengan ini pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah diingat oleh peserta didik. Peran pendidik dalam proses pembelajaran hanya sebagai fasilitator, motivator, dan mediator untuk peserta didik. Penggunaan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa alam proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi kimia yang sebagian besar konsepnya bersifat abstrak. Selain itu, alat peraga kimia yang berbasis kearifan lokal ini akan mempermudah peserta didik mengaitkan materi kimia dengan kehidupan di sekitar. Pembelajaran berbasis kearifan lokal penting untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya dan membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya sehingga lebih mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, dan budayanya.

Penggunaan alat peraga juga dapat mengatasi perbedaan gaya belajar siswa, memberikan motivasi belajar, mengatasi keterbatasan daya indera, ruang dan waktu, perbedaan intelegensi, dan mengatasi sifat pasif siswa. Di samping itu, untuk materi kimia di kelas X penggunaan alat peraga sangat diperlukan karena materi-materi tersebut membutuhkan banyak hafalan dan pemahaman yang kuat, dengan menggunakan alat peraga peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

(43)

28

Selain itu, alat peraga ini dilengkapi dengan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga, sehingga pendidik juga dapat mengajarkan kepada peserta didik untuk membuat alat peraga dan meningkatkan daya kreatif peserta didik.

(44)

29 BAB III

METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN

A. Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi model pengembangan ADDIE. Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation) dikembangkan oleh Dick and Carry (Mulyatiningsih, 2012).

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah alat peraga kimia untuk SMA/MA kelas X dan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian dilakukan melalui lima tahap pengembangan, yaitu: analisis (analysis), desain (design), pengembangan (development), implementasi (implementation) dan evaluasi (evaluation). Tahapan-tahapan ADDIE, peneliti jabarkan menjadi beberapa langkah yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan alat peraga kimia dan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

1. Tahap Analisis (Analysis)

a. Melakukan analisis masalah perlunya pengembangan media pembelajaran (alat peraga kimia) yang inovatif dan menentukan tujuan pengembangan produk.

(45)

30

c. Melakukan analisis materi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembuatan alat peraga kimia dan mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan materi serta kearifan lokal baik melalui buku, jurnal, maupun sumber lainnya.

d. Melakukan analisis mengenai sasaran/penggunaan alat peraga yang akan dikembangkan.

2. Tahap Desain (Design)

a. Membuat desain empat alat peraga yang akan dikembangkan, yaitu poster metode ilmiah, molymod, electrolyte tester danalat electroplating.

b. Membuat sketsa desain buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

c. Membuat kisi-kisi instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengetahui kriteria kualitas produk alat peraga kimia dan buku petunjuk. 3. Tahap Pengembangan (Development)

a. Membuat produk alat peraga kimia yang terdiri dari: poster metode ilmiah, molymod, electrolyte tester dan alat electroplating.

b. Membuat buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia. c. Membuat instrumen penilaian yang digunakan untuk mengetahui kriteria

kualitas produk alat peraga kimia dan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

(46)

31

e. Peninjauan alat peraga kimia dan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia oleh dosen/ahli media, ahli materi, peer reviewer untuk memberikan revisi dan masukan.

f. Revisi produk awal dilakukan setelah produk ditinjau ahli media, ahli materi, dan peer reviewer. Produk awal yang dihasilkan selanjutnya digunakan pada tahap implementasi.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Pada tahap ini, dilakukan penilaian kualitas alat peraga kimia serta buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia oleh 6 guru kimia SMA/MA dengan menggunakan instrumen penilaian berupa lembar checklist penilaian. Selain itu, juga dilakukan implementasi terbatas terhadap 5 peserta didik kelas X SMA N 1 Sanden. Penilaian yang diberikan oleh peserta didik berupa angket terbuka yang dikemas dalam satu instrumen penelitian. Hasil implementasi ini didapatkan data penilain kualitas produk.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

(47)

32

Secara garis besar, tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada skema langkah kerja penelitian Gambar 2.

Gambar 2. Skema Langkah Kerja Penelitian Tahap Analisis

Tahap Desain

Tahap Pengembangan

Tahap Implementasi

Tahap Evaluasi

Analisis masalah dan menentukan tujuan pengembangan alat peraga Meninjau kompetensi dasar (KD) dan analisis materi pembelajaran Mengumpulkan referensi

Membuat sketsa desain buku petunjuk

Membuat empat alat peraga

Membuat desain buku dan mencetak buku

Menyusun instrumen penilaian dan validasi instrumen

Penilaian produk oleh 6 reviewer dan 5 peserta didik SMA/MA kelas X

Data penilaian Produk akhir

Produk ditinjau oleh ahli media dan ahli materi

Peninjauan produk oleh peer reviewer

Produk awal

(48)

33 C. Penilaian Produk

1. Desain Penilaian Produk

Penelitian pengembangan alat peraga kimia menggunakan desain penilaian secara deskriptif. Produk awal, ditinjau oleh ahli materi dan ahli media, diperoleh masukan sebagai acuan untuk merevisi produk. Hasil revisi ini diperoleh produk revisi I yang selanjutnya akan ditinjau oleh peer reviewer (3 mahasiswa pendidikan kimia). Masukan dari peerreviewer digunakan untuk merevisi produk. Hasil revisi II dinilai oleh reviewer (6 guru kimia SMA/MA) dan 5 peserta didik SMA/MA kelas X. Reviewer memberikan saran dan penilaian terhadap kualitas produk. Produk direvisi kembali untuk menghasilkan produk akhir. Data hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan. Desain penilaian produk dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Desain Penilaian Produk Produk Awal

Penilaian Tahap I

Revisi I

Penilaian Tahap II

Reviewer 6 Guru Kimia SMA/MA dan 5 peserta didik SMA/MA kelas X

(49)

34 2. Subjek dan Objek Penilaian

a. Subjek Penilaian

Subjek penilaian dalam penelitian pengembangan ini adalah reviewer yang meliputi enam guru Kimia di SMA/MA dan 5 peserta didik SMA/MA kelas X.

b. Objek Penilaian

Objek penilaian dalam penelitian pengembangan ini adalah kualitas alat peraga kimia berbasis kearifan lokal dan kualitas buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

3. Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian pengembangan ini adalah:

a. Data mengenai proses pengembangan produk sesuai dengan prosedur pengembangan yang telah diadaptasi dari prosedur pengembangan ADDIE. b. Data mengenai kualitas produk dari enam orang guru kimia SMA/MA

sebagai reviewer dan 5 peserta didik SMA/MA kelas X. 4. Instrumen Pengumpulan Data

(50)

35

tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi, kepraktisan dan keluwesan, efisiensi waktu, ketahanan alat, keamanan bagi peserta didik, estetika dan kotak kit alat peraga. Peneliti mengembangkan delapan aspek penilaian tersebut menjadi 20 indikator penilaian dengan lima skala penilaian yang dijabarkan dengan nilai sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), kurang (K) dan sangat kurang (SK). Kisi-kisi instrumen penilaian alat peraga kimia dapat dilihat pada Tabel 1. Instrumen penilaian kualitas alat peraga kimia selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Alat Peraga Kimia

No Aspek Indikator Jumlah

Butir 1 Kesesuaian dengan

Tujuan Pembelajaran

Mendukung pencapaian kompetensi dasar

dan indikator pencapaian hasil belajar 1 Sesuai dengan perkembangan intelektual

peserta didik 1

2 Kesesuaian dengan Materi

Relevan dengan materi yang diajarkan 1

Mendukung pemahaman materi 1

Tidak menimbulkan miskonsepsi 1 3 Kepraktisan dan

Keluwesan

Kemudahan menggunakan alat peraga 1 Kemampuan mengaktifkan peserta didik

dalam proses pembelajaran 1

Keterbacaan petunjuk yang dibuat 1 Kemudahan membuat alat peraga 1 4 Efisiensi Waktu Efisiensi waktu penyiapan alat peraga 1

Kesesuaian waktu dengan penggunaan

alat peraga 1

5 Ketahanan Alat Ketahanan terhadap cuaca 1

Kemudahan perawatan 1

6 Keamanan bagi Peserta Didik

Memiliki alat/bahan pengaman 1 Konstruksi alat aman bagi peserta didik 1

7 Estetika Warna 1

Bentuk 1

8 Kotak Kit Kemudahan mencari alat 1

Kemudahan mengambil/menyimpan 1

Ketahanan kotak 1

(51)

36

Selain alat peraga kimia, dalam penelitian ini juga dikembangkan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia untuk SMA/MA kelas X. Buku petunjuk ini memuat prosedur pembuatan alat peraga serta petunjuk penggunaan alat peraga yang disajikan secara praktis, sehingga mudah diaplikasikan oleh pendidik. Instrumen yang digunakan untuk penilaian buku petunjuk ini diadaptasi dari Utami (2015) yang memiliki tiga aspek penilaian yaitu aspek kelayakan isi, aspek penyajian isi serta aspek bahasa dan gambar. Aspek penilaian ini dijabarkan menjadi 25 indikator. Kisi-kisi instrumen penilaian buku petunjuk dapat dilihat pada Tabel 2. Instrumen penilaian kualitas buku petunjuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Buku Petunjuk Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Kimia

No Aspek Indikator Jumlah

Butir 1 Kelayakan Isi Mendukung tujuan pembelajaran 1

Kesesuaian dengan perkembangan IPTEK 1

Kesesuaian dengan kondisi faktual 3

Bermanfaat bagi pembaca 1

2 Penyajian Isi Ketepatan sistematika penyajian isi 1

Kelengkapan penyajian 3

Kemudahan memahami isi 2

Kemudahan untuk diterapkan 2

Mengembangkan kreativitas 1

3 Bahasa dan Gambar

Kesesuaian bahasa dan gambar 1

Kemudahan memahami bahasa dan gambar 3

Ketepatan penggunaan bahasa 3

Kesesuaian penggunaan gambar 3

Jumlah 25

(52)

37

Kisi-kisi instrumen penilaian untuk peserta didik dapat dlihat pada Tabel 3. Intrumen penilaian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penilaian untuk Peserta Didik

No Pernyataan

1 Peserta didik senang apabila pembelajaran kimia di sekolah menggunakan alat peraga.

2 Peserta didik termotivasi untuk belajar kimia ketika proses pembelajaran menggunakan alat peraga.

3 Alat peraga yang dikembangkan dapat membantu peserta didik untuk memperjelas konsep kimia yang diajarkan.

4 Alat peraga yang dikembangkan dapat menjelaskan konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari terutama keterkaitannya dengan kearifan lokal di daerah tempat tinggal peserta didik.

D. Teknik Analisa Data

1. Data Proses Pengembangan Produk

Data proses pengembangan alat peraga kimia berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA Kelas X berupa data deskriptif sesuai prosedur pengembangan produk. Data proses pengembangan produk diperoleh dari peer reviewer, ahli materi dan media, serta reviewer berupa saran yang digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki atau merevisi alat peraga kimia berbasis kearifan lokal dan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia.

(53)

38 2. Data Kualitas Produk yang Dihasilkan

Data yang diperoleh merupakan data skor nilai yang berasal dari lembar check list yang dilakukan oleh enam guru kimia SMA/MA.

Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Hasil penilaian dari 6 guru Kimia SMA/MA sebagai reviewer yang masih

dalam bentuk kualitatif diubah menjadi bentuk kuantitatif menggunakan skala Likert sebagai berikut:

Tabel 4. Aturan Pemberian Skor

No Kategori Skor

b. Menghitung skor rata-rata seluruh aspek penilaian dan setiap aspek penilaian dengan rumus sebagai berikut:

X

Keterangan:

X = skor rata-rata = jumlah reviewer ∑x = jumlah skor

(54)

39

Tabel 5. Kriteria Penilaian Ideal

No Rentang Skor Kategori

1. X > Xi + 1,8 SBi Sangat Baik (SB)

SBi = simpangan baku ideal

Nilai Xi dan SBi dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Xi = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

SBi = (1/2) (1/3) (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal) Skor tertinggi ideal = ∑ butir penilaian x skor tertinggi

Skor terendah ideal = ∑ butir penilaian x skor terendah

d. Menentukan kualitas alat peraga kimia dan buku petunjuk pembuatan alat peraga kimia dengan membandingkan skor rata-rata yang diperoleh dengan kriteria penilaian ideal pada Tabel 5.

e. Menghitung persentase keidealan kualitas alat peraga kimia dan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia menggunakan rumus sebagai berikut:

(55)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pengembangan 1. Hasil Pengembangan Produk

Hasil penelitian pengembangan yang pertama adalah alat peraga kimia berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran kimia di SMA/MA kelas X serta buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia. Penjabaran dari produk yang dikembangkan yaitu sebagai berikut:

a. Alat Peraga Kimia 1) Poster metode ilmiah

Poster metode ilmiah yang dibuat menjelaskan tentang penanganan limbah cair industri batik di Wijirejo, Pandak, Bantul dengan menerapkan langkah-langkah metode ilmiah. Poster dicetak menggunakan kertas ivory 260 gram dengan ukuran A1 ( cm). Poster yang dibuat seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Tampilan Poster Metode Ilmiah

(56)

41

ini dibuat dalam bentuk tabung dengan diameter 9 cm dan tinggi 63 cm. Bahan yang digunakan untuk membuat kotak kit adalah mika dengan ketebalan 1 mm, kemudian dilapisi kertas samson agar kotak kit lebih rapi. Kotak kit diberi label “Poster Metode Ilmiah” menggunakan stiker vinil seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Tampilan Kotak Kit Poster Metode Ilmiah 2) Molymod

Molymod (model molekul) adalah suatu model tiga dimensi yang menggambarkan struktur molekul (Leach, 2001). Salah satu komponen alat peraga molymod, yaitu bulatan-bulatan dibuat dari tanah liat. Tanah liat di industri kerajinan gerabah Kasongan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gerabah. Penelitian ini memanfaatkan tanah liat untuk membuat media pembelajaran yang inovatif, yaitu molymod dari tanah liat.

(57)

42

Gambar 6. Tampilan Alat Peraga Molymod

Model molekul ini dapat menggambarkan bentuk molekul yang berbeda-beda. Berikut ini disajikan tabel model molekul, bentuk molekul, dan contohnya.

Tabel 6. Tampilan model molekul, bentuk molekul, dan nama senyawa No Atom Pusat Model Molekul Bentuk

Molekul

Contoh

1 Karbon (C) Tetrahedral CH4, CBr4,

CCl4, CHCl3

Linier CO2

2 Oksigen (O) Bentuk V H2O

3 Sulfur (S) Bentuk V H2S, SCl2

4 Nitrogen (N) Piramida

Trigonal

NH3, NF3

(58)

43

Alat peraga molymod ini dilengkapi dengan kotak kit yang berfungsi untuk menyimpan bulatan-bulatan dan batang penghubung. Kotak kit ini dibuat dari bahan kayu dengan ukuran cm, kemudian dicat warna putih agar kotak kit lebih awet dan rapi. Kotak kit disekat menjadi 4 bagian, hal ini dimaksudkan untuk membedakan letak antara batang penghubung, bulatan-bulatan atom karbon, bulatan-bulatan-bulatan-bulatan atom hidrogen, dan bulatan-bulatan atom-atom lainnya. Pada kotak kit bagian dalam ditempel petunjuk penggunaan molymod dan data tentang nama atom, jumlah atom, warna, dan jumlah lubang. Sedangkan pada kotak kit bagian luar ditempel label “Molymod” seperti pada Gambar 7 dan Gambar 8. Petunjuk penggunaan alat dan label dibuat dari bahan stiker vinil agar tidak mudah rusak ketika terkena air.

Gambar 7. Tampilan Kotak Kit Molymod Bagian Dalam

(59)

44 3) Electrolyte tester

Electrolyte tester merupakan alat yang berfungsi untuk menguji apakah suatu larutan dapat menghantarkan listrik atau tidak. Daya hantar listrik suatu larutan dapat diidentifikasi berdasarkan nyala lampu LED pada electrolyte tester. Apabila lampu LED menyala terang maka larutan dapat menghantarkan listrik dengan baik sehingga disebut elektrolit kuat, apabila lampu LED menyala redup maka larutan dapat menghantarkan listrik tetapi sangat lemah sehingga disebut elektrolit lemah dan apabila lampu LED tidak menyala maka larutan tidak dapat menghantarkan listrik disebut non elektrolit. Larutan yang dapat diuji menggunakan electrolyte tester salah satunya adalah larutan yang digunakan dalam proses penyepuhan logam. Industri kerajinan perak di Kotagede menggunakan larutan elektrolit yang mengandung logam penyepuh agar proses penyepuhan logam dapat berlangsung.

Rangkaian electrolyte tester dibuat sederhana seperti pada Gambar 9. Alat ini terdiri dari rangkaian logam yang berfungsi sebagai elektrode, dihubungkan dengan lampu LED dan sumber arus yang terdiri dari 3 buah baterai jam (berukuran kecil). Masing-masing baterai mempunyai tegangan 1,5 volt. Ketiga baterai tersebut dirangkai secara seri sehingga tegangan total 4,5 volt. Rangkaian tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah board marker. Pengunaan wadah board marker dimaksudkan agar electrolyte tester ini lebih praktis saat digunakan.

(60)

45

Gambar 10. Tampilan Electrolyte Tester

Electrolyte tester diberi label menggunakan stiker vinil, hal ini bertujuan agar label tidak mudah rusak ketika terkena larutan. Alat ini dikemas dalam kotak kit yang terbuat dari kertas karton berukuran cm dan diisi dengan styrofoam. Styrofoam ini berfungsi untuk meletakkan alat sehingga alat akan lebih aman. Kotak kit pada bagian tutupnya juga ditempel petunjuk penggunaan electrolyte tester agar memudahkan pendidik dan peserta didik untuk menggunakan alat tersebut, sedangkan pada kotak kit bagian luar ditempel label “Electrolyte Tester”, dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11. Tampilan Kotak Kit Electrolyte Tester Bagian Dalam

(61)

46 4) Alat electroplating

Alat electroplating yang dikembangkan merupakan alat untuk penyepuhan logam secara sederhana. Alat ini menggambarkan proses penyepuhan logam di industri kerajinan perak Kotagede. Industri kerajinan perak di Kotagede pada umumnya menggunakan perak dan emas untuk melapisi tembaga. Proses penyepuhan logam ini merupakan salah satu contoh penerapan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip penyepuhan logam yaitu logam yang dilapisi diperlakukan sebagai katoda yang dihubungkan dengan kutub negatif dan logam pelapis diperlakukan sebagai anoda yang dihubungkan dengan kutub positif. Alat electroplating ini menggunakan tembaga sebagai logam pelapisnya dan seng sebagai logam yang akan dilapisi. Sumber arus yang digunakan adalah arus searah (DC), pada alat ini menggunakan 4 buah baterai. Masing-masing baterai mempunyai tegangan 1,5 volt. Semua baterai dirangkai sehingga tegangan total baterai menjadi 6 volt. Selain itu, dalam alat ini dilengkapi dengan saklar yang berfungsi untuk memutuskan arus listrik maupun menghubungkan arus listrik. Rangkaian alat electroplating dapat dilihat pada Gambar 13.

(62)

47

Papan alat electroplating ini dibuat menggunakan kayu dengan ukuran

cm dan tinggi tiang yaitu 18 cm. Papan tersebut di cat menggunakan cat kayu agar kayu lebih awet dan rapi. Wadah larutan pada alat electroplating ini dibuat dari bahan akrelit. Penggunaan akrelit dimaksudkan agar wadah tidak mudah pecah sehingga aman digunakan untuk peserta didik. Ukuran wadah larutan ini yaitu cm.

Agar memudahkan penyimpanan alat peraga ini, maka dibuat kotak kit dengan ukuran cm. Kotak kit ini dibuat dari bahan kayu yang kemudian di cat dengan warna coklat. Kotak kit bagian dalam ditempel petunjuk penggunaan alat agar memudahkan guru dan peserta didik ketika menggunakan alat electroplating ini. Sementara itu, kotak kit bagian luar ditempel label “Alat Electroplating” dari bahan stiker vinil seperti pada Gambar 14 dan Gambar 15.

Gambar 14. Tampilan Kotak Kit Alat Electroplating Bagian Dalam

(63)

48 b. Buku Petunjuk

Buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia ini dibuat sebagai panduan guru untuk dapat mengembangkan alat peraga sendiri. Buku petunjuk yang dibuat secara khusus membahas tentang alat peraga yang dikembangakan, terdiri dari empat bab. Setiap bab dijelaskan tentang kearifan lokal, alat peraga yang dibuat, kompetensi dasar yang ingin dicapai dengan penggunaan alat peraga, materi kimia yang terkait, alat dan bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga, langkah-langkah pembuatan alat peraga, cara penggunaan alat peraga serta dilengkapi dengan gambar. Penampilan isi buku petunjuk dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 16. Tampilan Penjelasan

Kearifan Lokal pada Buku

(64)

49

(65)

50

Gambar 19. Tampilan Alat-alat yang Digunakan dalam Pembuatan Alat

Peraga

Gambar 20. Bahan-bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Alat

Peraga

Masing-masing alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat peraga dilengkapi dengan gambar dan diberi penjelasan antara lain, kegunaan, ukuran, dan bahan alternatif yang dapat menggantikan bahan tersebut.

Gambar 21. Tampilan Cara Pembuatan Alat Peraga

(66)

51

dilengkapi dengan gambar setiap tahapnya, hal ini dimaksudkan agar pembaca mudah mengaplikasikan pembuatan alat peraga tersebut. Buku juga dilengkapi dengan petunjuk pemakaian setiap alat peraga dan contoh pemakaiannya, sehingga pembaca dapat memahami cara pemakaian alat peraga tersebut dengan tepat.

Sementara itu, sampul buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia dibuat dengan menggunakan program Corel Draw X7. Sampul buku dipilih warna merah dan pada sampul buku terdapat gambar empat alat peraga yang telah dibuat, karena sampul buku mencerminkan isi buku.

Gambar 23. Sampul Buku Bagian Depan dan Belakang

(67)

52 2. Penilaian Produk

Hasil penelitian yang kedua adalah kualitas empat alat peraga dan buku petunjuk pembuatan dan penggunaan alat peraga kimia yang dikembangkan berdasarkan penilaian oleh 6 guru kimia SMA/MA dan 5 peserta didik kelas X di SMA Negeri 1 Sanden.

a. Penilaian oleh reviewer

Reviewer yang menilai alat peraga dan buku petunjuk yang dikembangkan adalah 6 guru kimia SMA/MA dari 6 sekolah yang berbeda, yaitu SMA N 2 Bantul, SMA N 1 Sanden, SMA N 1 Kretek, MAN 1 Bantul, SMA N 1 Srandakan dan SMA Muhamadiyah 4 Yogyakarta.

1) Alat Peraga Kimia

Hasil penilaian dari 6 reviewer terhadap 4 alat peraga yang dikembangkan yaitu sebagai berikut:

a) Poster Metode Ilmiah

Tabel 7. Data skor penilaian kualitas poster metode ilmiah oleh reviewer

Reviewer Data Skor Tiap Aspek Jumlah

Gambar

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale
Gambar 2. Skema Langkah Kerja Penelitian
Gambar 3. Desain Penilaian Produk
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Buku Petunjuk Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Kimia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kata kunci: alat peraga, sistem pengisian berbasis LED, media pembelajaran Tujuan penelitian untuk mengetahui kelayakan alat peraga sistem pengisian berbasis LED,

pengembangan ditinjau dari komponen kelayakan isi termasuk dalam kategori kualitas sangat baik (SB) dengan persentase sebesar 90%, komponen penyajian termasuk dalam kategori

Kesimpulan dari pengembangan ini adalah: (1) Dihasilkan KIT alat peraga tekanan berbasis teknologi murah yang dilengkapi LKS panduan praktikum untuk

Penelitian ini memberikan pemikiran baru bagi mahasiswa bahwa alat peraga pembelajaran matematika untuk siswa sekolah dasar berbasis metode Montessori dapat dibuat dan dikembangkan

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bahan ajar dan alat peraga yang dikembangkan dengan mengacu pada Kurikulum 2013

Sasaran penelitian ini adalah kelayakan alat peraga yang dikembangkan yaitu alat peraga resultan gaya pada materi pokok kesetimbangan partikel dengan 15 siswa

Uji coba meliputi uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan terhadap alat peraga bak simulasi gelombang. Uji coba ini diawali dengan mendemonstrasikan alat peraga

Berdasarkan keseluruhan hasil pengujian ahli maupun pengguna dapat diinterpretasikan bahwa media dan materi untuk alat peraga sepeda listrik portabel dapat digunakan dalam