• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ALAT KONVERSI ENERGI SEBAGAI ALAT PERAGA MATERI PERUBAHAN ENERGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN ALAT KONVERSI ENERGI SEBAGAI ALAT PERAGA MATERI PERUBAHAN ENERGI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN ALAT KONVERSI ENERGI SEBAGAI ALAT PERAGA MATERI PERUBAHAN ENERGI

Oleh

FAJAR SWASONO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN ALAT KONVERSI ENERGI SEBAGAI ALAT PERAGA MATERI PERUBAHAN ENERGI

Oleh

FAJAR SWASONO

(3)

Fajar Swasono baik secara mandiri atau berkelompok. Tahap pengujian satu lawan satu dan kelompok kecil, dilakukan terhadap 2 siswa dan 10 siswa SMP kelas VIII sebagai pengguna menunjukkan kualitas alat peraga konversi energi: sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Alat peraga memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Alat peraga mampu memberikan pengalaman visual kepada siswa secara langsung antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap belajar.

Fenomena dalam fisika yang tidak mampu dilihat secara langsung oleh mata memerlukan alat peraga untuk mampu memvisualisasikannya. Materi energi dan perubahannya misalnya, diperlukan alat peraga khusus untuk menunjukan fenomena perubahan energi yang sulit dipahami bila hanya dijelaskan secara verbal saja. Pembelajaran secara langsung melalui demonstrasi maupun praktikum dengan alat peraga akan membantu siswa mampu memahami konsep-konsep secara lebih mudah, efektif, menarik dan efisien.

Penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran dilengkapi dengan LKS sebagai panduan penggunaannya. Alat peraga dapat digunakan siswa untuk memberikan pengalaman secara nyata dalam pembelajaran.

(11)

2 Kebanyakan guru lebih suka membelajarkannya secara verbal kepada siswa tanpa ada alat peraga yang mendukung. Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya alat peraga seperti alat peraga konversi energi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, secara rinci teridentifikasi masalah belum ada alat peraga dan LKS untuk mempelajari konsep perubahan energi khususnya di SMP Negeri Satu Atap 1 Kedondong. Oleh karena itu, telah dikembangkan alat peraga energi dan perubahannya yakni berupa alat konversi energi beserta LKS untuk memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah diperlukan alat peraga konversi energi beserta LKS untuk siswa/i SMP/MTs kelas VIII semester II.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan alat peraga konversi energi beserta LKS untuk siswa/i SMP/MTs kelas VIII semester II.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian pengembangan ini adalah: 1. Memberikan alternatif kekurangan alat peraga di SMP/MTs khususnya

(12)

3 2. Menyediakan sumber belajar yang menarik bagi siswa yang dapat

digunakan baik secara mandiri maupun bersama kelompok belajarnya dalam proses pembelajaran untuk mencapai penguasaan konsep.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian pengembangan ini dibatasi dalam ruang lingkup berikut:

1. Pengembangan merupakan proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan alat peraga beserta LKS praktikum untuk membelajarkan materi perubahan energi.

3. Metode pengembangan yang digunakan diadaptasi dari Sadiman, dkk (2011: 94-100) sampai tahap dihasilkan produk akhir.

4. Alat konversi yang telah dibuat adalah alat konversi energi kinetik/gerak menjadi energi listrik, energi listrik menjadi energi gerak, energi listrik menjadi energi cahaya, energi listrik menjadi energi bunyi, energi listrik menjadi energi panas dan energi matahari menjadi energi listrik

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Peraga

Alat peraga merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran dalam menerangkan/mewujudkan suatu konsep. Anderson dalam Lestari (2006: 2), alat peraga digunakan sebagai media atau

perlengkapan untuk membantu para pengajar. Alat peraga pengajaran adalah alat atau bahan yang digunakan oleh pembelajar untuk: (l) membantu

pembelajar dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pembelajar; (2) mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi; dan

(3) menghilangkan ketegangan dari hambatan dan rasa malas peserta didik.

Ruiz dkk. dalam Asyhar (2011: 11) mengatakan alat peraga digunakan oleh guru untuk memberi penekanan pada informasi, memberikan stimulasi perhatian, dan memfasilitasi proses pembelajaran. Alat peraga memiliki spektrum yang cukup luas mulai dari media sederhana hingga media canggih dalam bentuk aural, visual, atau computerized. Beberapa definisi tentang alat peraga menurut beberapa ahli dalam Asyhar (2007: 12) yang lainnya adalah sebagai berikut,

(14)

5 (2) Sementara Sanaky mengartikan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang

dipergunakan oleh pembelajar untuk memperagakan materi pelajaran. Alat peraga bisa berbentuk benda atau perbuatan.

Dalam proses pembelajaran alat peraga digunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Selain itu, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran fisika juga dimaksudkan agar siswa meningkatkan minat dan motivasi siswa sehingga siswa merasa tertarik, senang dan lebih mudah dalam memahami konsep yang terkandung di

dalamnya.

Alat peraga sebagai salah satu sumber belajar untuk siswa memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Istilah alat peraga berkaitan dengan istilah media pembelajaran. Kedua hal ini sulit dipisahkan namun dapat dibedakan. Perbedaan kedua hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Posisi alat peraga dan media sebagai sumber belajar, menurut Rohani (2009:5)

Pola (I), anak didik hanya menggunakan sumber belajar berupa orang. Guru sebagai pengajar memegang kendali penuh terhadap kegiatan belajar

Kurikulum

Alat peraga

Anak didik Pengajar

(15)

6 mengajar. Pola (II), anak didik dibantu oleh bahan/ sumber belajar lain yang berfungsi sebagai alat bantu atau alat peraga, guru masih memegang kendali namun tidak mutlak. Pola (III), anak didik menggunakan sumber belajar orang dan sumber belajar lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab. Sumber belajar lain itu merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan belajar dan disebut sebagai media,. Pola (IV), anak didik hanya menggunakan sumber belajar bukan manusia (media). Rohani (2009:4-5).

Berdasarkan penjelasan Gambar 2.1 tersebut dapat diketahui bahwa suatu sumber belajar dikatakan alat peraga jika fungsinya hanya sebagai alat bantu saja, namun dikatakan media jika merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar dan ada pembagian tanggung jawab antara guru dan sumber belajar lain. Disimpulkan perbedaan antara media dan alat peraga terletak pada fungsinya bukan pada substansinya.

Hamalik dalam Herlina (2010:1) mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat bermanfaat sebagai berikut: meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar perhatian siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga belajar akan lebih mantap. Dengan melihat peranan alat peraga dalam pengajaran, maka pelajaran fisika merupakan pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga, karena pada pelajaran ini siswa berangkat dari yang abstrak yang akan diterjemahkan ke sesuatu yang konkret.

(16)

7 diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut.

Dari segi pengadaannya, alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri, sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya tinggi. Nilai-nilai penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:

(1) Dapat mengurangi terjadinya verbalisme, (2) Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa, (3) Hasil belajar bertambah mantap,

(4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa,

(5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan,

(6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya bahasa, (7) Membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar.

Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga ialah sebagai berkut: (1) Menentukan alat peraga dengan tepat,

(17)

8 (4) Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga tepat waktu, tempat, dan

situasi yang tepat.

B. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sarana belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai media bagi siswa untuk mendalami materi fisika yang sedang dipelajari. Menurut Tabatabai (2009: 1),

LKS adalah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktik, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pengertian LKS dalam kedua kutipan tersebut, diketahui bahwa LKS memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran dengan bantuan LKS siswa dituntut untuk mengemukakan pendapat, melakukan kerja, praktik, berdiskusi dan mampu membuat kesimpulan serta menguji

kemampuan dan pemahamannya. Hal ini menunjukkan bahwa LKS berfungsi sebagai media yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran. Penggunaan LKS dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan. Menurut Alfad (2010:2) tujuan penggunaan LKS tersebut adalah:

(1) Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.

(2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.

(18)

9 Tabatabai (2009: 2) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar LKS memiliki dua fungsi, yaitu:

(1) Sebagai sarana belajar siswa baik di kelas, di ruang praktek maupun di luar kelas sehingga siswa berpeluang besar untuk

mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan, memproses sendiri untuk mendapatkan perolehannya. (2) Melalui LKS, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar sudah menerapkan metode “membelajarkan siswa” dengan

kadar SAL (Student active learning) yang tinggi.

Fungsi LKS juga dapat ditinjau dari tiap tahapan pembelajaran. LKS dapat digunakan sebagai media pembelajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep

(19)

10 Terdapat banyak jenis dan metode yang diterapkan dalam penyusunan sebuah LKS. Salah satunya yaitu menggunakan penerapan metode eksperimen. Suyanto (2009: 23) telah mengembangkan suatu model pembelajaran yang memperhatikan bekal ajar awal siswa dengan prinsip eksplicitisme dan ketuntasan serta menerapkan pendekatan keterampilan proses untuk

mengembangkan suatu LKS. Model pembelajaran tersebut disajikan secara tercetak, dalam bentuk LKS dengan format sebagai berikut:

(1) Judul: Berupa judul suatu topik pembelajaran,

(2) Tujuan Pembelajaran: Berupa tujuan pembelajaran khusus (TPK), yang pengembangannya melalaui Analisis Materi Pelajaran (AMP),

(3) Wacana-wacana materi prasyarat berupa pendahuluan, sebagai pengetahuan dan keterampilan yang merupakan bekal awal ajar, (4) Wacana Utama yang sesuai dengan topik pembelajaran. Wacana ini

dapat berupa bahan ceramah, tuntunan menggunakan bahan kepustakaan atau tugas-tugas laboratoris, contoh permasalahan, pemecahkan masalah dengan prosedur ilmiah, atau latihan menyelesaikan tugas memecahkan masalah secara laboaratoris,

(5) Kegiatan pralaboratorium: Berupa penyajian masalah yang harus

disampaikan guru untuk dipecahkan oleh siswa dengan prosedur ilmiah. Berisi pula tuntunan merumuskan hipotesis, tuntunan merencanakan suatu kegiatan kerja untuk menguji rumusan hipotesis yang telah dirumuskan.

(20)

11 pengumpulan data, bimbingan analisis data, dan bimbingan penarikan kesimpulan. Semua bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya merupakan tuntunan melakukan setiap langkah prosedur ilmiah.

LKS dan buku teks pembelajaran yang dibuat baik yang berbasis cetakan maupun berbasis elektronik (e-Book) harus melalui tahapan pengujian untuk menilai kelayakan isi, agar sesuai dengan sasaran pengguna. LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif.

Kusnandiono (2009:2) secara lebih rinci menjelaskan agar dapat berfungsi dengan baik, LKS harus memenuhi beberapa kriteria berikut :

(1) Desainnya menarik atau indah,

(2) Kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti, (3) Susunan kalimatnya singkat namun jelas artinya,

(4) LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis,

(5) Penjelasan atau informasi yang penting hendaknya dibuat dalam lembaran catatan siswa,

(6) LKS harus dapat menunjukkan secara jelas bagaimana cara merangkai atau menyusun alat yang dipakai dalam suatu kegiatan, (7) Urutan kegiatan harus logis (tujuan, alat/bahan, cara kerja, data,

pertanyaan dan kesimpulan),

(8) LKS disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum,

(21)

12 Lebih lanjut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006 telah mengeluarkan format instrumen penilaian buku pelajaran Fisika untuk SMA/MA. Instrumen penilaian tersebut meliputi: (1) Komponen kelayakan isi, (2) Komponen kebahasaan, dan (3) Komponen penyajian. Di dalam komponen-komponen tersebut terdapat butir-butir penilaian yang lebih rinci. Komponen kelayakan isi terdapat butir-butir di antaranya: (1) Cakupan materi, (2) Akurasi materi, dan (3) Kemuktahiran. Komponen kebahasaan terdapat butir-butir di antaranya: (1) Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan perkembangan peserta didik, (2) Komunikatif, interaktif, lugas, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, dan

(3) Penggunaan istilah dan simbol/lambang. Komponen penyajian terdapat butir-butir di antaranya: (1) Teknik penyajian, (2) Pendukung penyajian materi, dan (3) Penyajian pembelajaran. Standar-standar tersebut perlu diperhatikan oleh penyusun agar media cetakan yang dihasilkan berkualitas baik sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

C. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran untuk mengaktifkan siswa melalui prosedur yang telah dirancang sebelumnya. Prosedur tersebut digunakan untuk mengarahkan siswa belajar dan memahami suatu konsep melalui proses pengamatan, pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan. Ismanto (2008:14) menjelaskan,

(22)

13 Sejalan dengan pendapat Ismanto, Djamarah (2002: 13) menjelaskan bahwa metode eksperimen merupakan cara penyajian pembelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,

mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai objek, keadaan atau suatu proses. Dengan demikian siswa dituntut mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu. Sedangkan menurut Sukarto (2011:1),

Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan sendiri proses yang telah dirancang oleh guru. Metode eksperimen ini dapat

digunakan untuk mempertinggi efektivitas pembelajaran.

Dari ketiga kutipan tentang pengertian metode eksperimen tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan metode eksperimen ini, siswa diharapkan mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengamatan secara langsung. Guru sebagai pembimbing dapat membantu siswa dengan cara mengarahkan proses pengkonstruksian pengetahuannya melalui desain percobaan yang direncanakan dan memberi penguatan setelah siswa menarik kesimpulan melalui eksperimen yang ia lakukan.

Sukarto (2011:2) menjelaskan metode eksperimen ini dapat diterapkan melalui langkah-langkah berikut:

(1) Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan dicapai siswa.

(2) Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan.

(23)

14 (4) Menetapkan langkah-langkahnya agar pelaksanaanya lebih efesien. (5) Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus

dilakukan saat eksperimen

(6) Menjelaskan taahapan yang harus ditempuh, variabel yang perlu diamati dan yang perlu dicatat.

(7) Menentukan langkah pokok dalam membantu siswa selama eksperimen.

(8) Menetapkan tindak lanjut setelah eksperimen.

Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode eksperimen: (1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya, (2) membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (3) hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Sedangkan kekurangannya: (1) lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi, (2) memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang terkadang tidak selalu mudah diperoleh, (3)

menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan, (4) setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan/pengendalian. (Djamarah, 2002: 95).

D. Konsep Energi dan Bentuk Perubahannya

Energi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Contohnya: a. Manusia bekerja karena memiliki energi yang berasal dari zat makanan b. Mesin mobil dapat menggerakkan mobil, karena mobil mempunyai energi

(24)

15 Sumber energi adalah benda atau makhluk yang dapat memberikan atau menghasilkan energi. Contohnya matahari, angin, air terjun, gas, listrik, batu baterai, batu bara, panas bumi, zat makanan, bahan bakar, dan sebagainya. Satuan energi dalam satuan internasional adalah joule (J). Satuan yang lain adalah kalori.

Macam – macam bentuk energi:

a. Energi mekanik adalah energi yang terdapat pada benda yang memiliki energi kinetik dan energi potensial atau pada mesin. Contohnya pada mesin kendaraan bermotor.

b. Energi listrik adalah energi yang dimiliki oleh arus listrik yang mengalir. Contohnya ketika baterai digunakan arus listrik mengalir.

c. Energi kimia adalah energi yang dimiliki oleh suatu zat yang mengandung bahan kimia. Contohnya bahan bakar, zat makanan, batu bara, batu baterai, dan aki.

d. Energi nuklir adalah energi yang dimiliki di dalam inti atom suatu unsur kimia. Contohnya bom atom, dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). e. Energi cahaya adalah energi yang dimiliki oleh benda yang dapat

menghasilkan cahaya. Contohnya matahari, lampu, TV, dan lilin. f. Energi bunyi adalah energi yang dimiliki oleh benda yang dapat

(25)

16 g. Energi kalor adalah energi yang dimiliki oleh benda yang dapat

menghasilkan panas. Contohnya api, matahari, kompor yang menyala, lilin yang menyala, dan sebagainya.

h. Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda yang akan

bergerak atau karena kedudukannya yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Contohnya air terjun, benda yang diam, dan sebagainya.

i. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak. Contohnya benda yang sedang bergerak.

Macam-macam perubahan bentuk energi: a. Energi kimia menjadi energi listrik,

contohnya: pada batu baterai yang sedang digunakan, aki yang sedang digunakan

b. Energi listrik menjadi energi kimia,

Contohnya: pada waktu menyetrum aki, pelapisan logam oleh logam lainnya (penyepuhan)

c. Energi gerak atau kinetik menjadi energi listrik,

contohnya: pada waktu dinamo sepeda digunakan, pada waktu generator digunakan

d. Energi listrik menjadi energi kinetik,

contohnya: Blander yang digunakan,kipas angin listrik, bor listrik e. Energi listrik menjadi energi cahaya,

(26)

17 f. Energi listrik menjadi energi bunyi,

contohnya: radio, televisi, vcd player

g. Energi listrik menjadi energi kalor atau panas,

contohnya: kompor listrik yang digunakan, solder listrik, heater h. Energi nuklir menjadi energi listrik,

contohnya PLTN

i. Energi matahari menjadi energi listrik, contohnya pada system solar cell

j. Energi panas atau kalor menjadi energi listrik,

(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian dan pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407). Secara sederhana research and

development bisa didefiniskan sebagai metode penelitian yang secara sengaja,

sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efisien, produktif, dan bermakna.

Model research and development menurut Sugiyono (2009:409) memiliki prosedur yaitu : (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal.

Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan alat peraga sebagai media pembelajaran berupa alat peraga konversi energi beserta LKSnya untuk SMP pada konsep perubahan energi. Alat peraga yang dikembangkan dapat

(28)

19 sehari-hari dengan metode eksperimen dan/atau demonstrasi, sedangkan LKSnya dijadikan sebagai pelengkap dan penuntun praktikum mulai dari kegiatan pra-praktikum hingga praktikum.

Sasaran pengembangan program ditujukan untuk siswa kelas VIII SMP semeseter 2.

B. Subjek Penelitian Pengembangan

Penelitian Pengembangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMP Negeri Satu Atap 1 Kedondong. Obyek penelitian

pengembangan ini adalah alat peraga konversi energi berserta LKSnya pada materi perubahan energi. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah para ahli yang menguji kevalidan alat peraga konversi energi beserta LKSnya yang terdiri dari, yaitu ahli media pembelajaran, guru mata pelajaran IPA SMP Negeri Satu Atap 1 Kedondong, dan siswa kelas VIII sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan, dan kemudahan, serta keefektifan alat peraga tersebut.

C. Prosedur Pengembangan

(29)

20 Perancangan alat peraga ini meliputi: (1) Menganalisis kebutuhan dan

karakteristik siswa; (2) Merumuskan tujuan pembelajaran; (3) Merumuskan butir-butir materi; (4) Menyusun instrumen evaluasi; (5) Menulis naskah media; (6) Produk awal; (7) Validasi ahli; (8) Uji coba lapangan; (9) Produk akhir.

Secara umum, prosedur pengembangan alat percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut:

Sumber: Asyhar (2011: 94)

Gambar 3.2. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran

(1) Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

Hal inilah yang digunakan sebagai dasar dalam pengembangan alat percobaan yang akan dibuat. Analisis kebutuhan dilakukan untuk

(30)

21 mengumpulkan informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dan guru pada khususnya, dan sekolah pada umumnya. Ketersediaan sumber dan media pembelajaran yang diobservasi meliputi ketersediaan buku IPA di perpustakaan dan buku penunjang lain, serta keadaan laboratorium IPA meliputi ketersedian alat peraga energi dan perubahannya.

(2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Setelah teridentifikasi bahwa alat peraga konversi energi dibutuhkan, maka langkah selanjutnya merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran ini dijadikan acuan atau panduan dalam melakukan upaya untuk mencapai tujuan tersebut.

(3) Merumuskan Butir-Butir Materi

Perumusan butir materi didasarkan pada rumusan tujuan. Perumusan butir-butir materi diperoleh berdasarkan materi pokok yang akan menjadi dasar materi perubahan energi. Butir-butir materi yang harus dikuasai siswa, yaitu mampu menunjukan dan menjelaskan perubahan bentuk energi (4) Menyusun Instrumen Evaluasi

Instrumen ini disusun bertujuan untuk mengukur pencapaian

pembelajaran. Instrumen evaluasi yang telah dibuat berupa angket yang ditujukan kepada guru dan siswa.

(5) Menyusun Naskah/Draft Media

(31)

22 (6) Produk awal

Perwujudan dari pengembangan ini membuat produk awal berupa alat peraga konversi energi pada materi perubahan energi. Alat ini terdiri dari satu paket percobaan beserta LKS praktikum, yang meliputi baterai, lampu, balimg-baling, motor listrik, kabel logam, buzzer, sakelar, sterofom, panel surya, dan lain-lain yang dikemas dalam satu paket dengan nama alat peraga konversi energi

(7) Melakukan Validasi Ahli

Validasi ahli dilakukan sebelum melakukan uji coba lapangan yang dilakukan ahli media pembelajaran. Validasi ini terdiri dari validasi mengenai kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan, evaluasi dalam perencanaan pembelajaran, dan kesesuaian LKS dengan produk yang dikembangkan. Validasi ini dilakukan untuk kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan dilakukan oleh dosen program studi Pendidikan Fisika Unila.

(8) Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi

Media yang telah dibuat diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian media dalam

(32)

23 coba kelompok kecil. Pada uji coba kelompok kecil dilakukan kepada sepuluh orang pada kelas subjek penelitian untuk mengetahui

keoperasionalan alat percobaan yang dikembangkan. (9) Produk Akhir

Hasil dari uji coba ini dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan alat peraga yang telah dibuat, sehingga dapat menghasilkan produk akhir yang siap digunakan di sekolah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi, wawancara, serta menggunakan instrumen angket dan tes. Observasi, angket dan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan sekolah, guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi. Instrumen angket respon pengguna digunakan untuk

mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk pada alat peraga konversi energi. Instrumen tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas ketergunaan produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran pada siswa.

E. Teknik Analisis Data

(33)

24 pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi dengan data hasil identifikasi sumber daya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin dikembangkan.

Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi, ahli desains atau praktisi melalui uji internal produk. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data

kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui uji eksternal kepada pengguna secara langsung. Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran. Analisis data berdasarkan instrumen uji internal dan eksternal dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen penilaian uji internal baik uji spesifikasi maupun uji kualitas produk oleh ahli desains dan ahli isi/materi, memiliki pilihan 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya:

“sangat sesuai”, “sesuai”, “kurang sesuai” dan “tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban tersebut memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kelayakan produk menurut ahli.

(34)

25 menarik” dan “tidak menarik”atau “sangat sesuai”, “sesuai”, “kurang sesuai”

[image:34.595.136.470.331.413.2]

dan “tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban.

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat sesuai 4

Menarik Sesuai 3

Kurang menarik Kurang sesuai 2

Tidak menarik Tidak sesuai 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

(35)

[image:35.595.130.517.156.237.2]

26 Tabel 3.2 Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas

(Suyanto, 2009:227)

Skor Penilaian Pernyataan Penilaian

Kemenarikan

Pernyataan Penilaian Kualitas

3,26 - 4,00 Sangat menarik Sangat baik

2,51 – 3,25 Menarik Baik

1,76 – 2,50 Kurang menarik Kurang baik 1,01 – 1,75 Tidak menarik Tidak baik

Sedangkan untuk data hasil tes, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika di sekolah sebagai pembanding. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat

(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dihasilkan alat peraga konversi energi sebagai alat peraga dalam pembelajaran materi perubahan energi yang telah teruji secara internal dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah teruji secara eksternal dengan kualitas: sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat menurut pengguna.

2. Dihasilkan LKS perubahan energi sebagai media pembelajaran pelengkap alat peraga yang telah teruji secara internal oleh ahli dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah teruji secara eksternal dengan

kualitas: menarik, mudah digunakan dan bermanfaat menurut pengguna. 3. Alat peraga dan LKS perubahan energi telah teruji dan dinyatakan efektif

digunakan sebagai media pembelajaran baik terhadap individu secara mandiri maupun berkelompok berdasarkan perolehan hasil belajar siswa pada uji eksternal terhadap siswa kelas VIII semesterTahun 2012/2013, yaitu 100 % siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar secara

(37)

50 B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Mengembangkan alat peraga konversi energi lanjut dengan mengusahakan mampu menampilkan kuantitas perhitungan.

2. Mengubah sistem-sistem manual yang ada pada alat peraga menjadi sistem otomatis sehingga lebih mempermudah lagi penggunaan dan pengoprasian alat peraga.

3. Melakukan penelitian lanjutan berupa pengembangan alat peraga beserta LKS fisika dengan menerapkan pembelajaran metode eksperimen atau demonstrasi untuk pokok bahasan yang lain atau pengembangan LKS fisika menggunakan pendekatan, model, atau metode pembelajaran yang lain.

4. Menggiatkan pengujian penggunaan alat peraga beserta LKS hasil

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alfad, Haritsah. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://haritsah. ifastnet.com/home/38/50-lks.html. 19 Novemver 2012, pukul 17.00 WIB. Awan, Dede. 2008. Pentingnya Alat Peraga dalam Mengajar IPA.

http:adinmuh2.blogspot.com. 15 November 2013, pukul 9.00 WIB.

Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Press

Setiono, Budi. 2011. Pengembangan Alat Perekam Getaran Sebagai Media Pembelajaran Konsep Getaran. Bandar Lampung : Universitas Lampung BSNP. 2006. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran SMP/MTs dan SMA/MA.

BSNP. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Herlina, Cici. 2010. Alat Peraga. http://pendidikanmatematika.files.wordpress. com. 18 November 2012, pukul 19.00 WIB.

Ismanto, Arif. 2008. Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan

Konstruktivisme pada Materi Pokok Fluida Melalui Metode Eksperimen. Skripsi. Unila. Bandarlampung.

Kusnandiono. 2009. Lembar kerja Siswa. http://kusnan-kentus.blogspot.com/ 2009/05/lks.html. 21 November 2012 Pukul 19.30 WIB.

Lestari, Linda Puji. 2006. Keefektifan Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Peraga dan LKS. http://digilib.unnes.ac.id.skripsi/archives/doc.pdf. 15 Maret 2013, pukul 9.00WIB.

Riyana, Cepi. 2008. Konsep dan Aplikasi Media Pembelajaran. Jakarta : Mercubuana.

(39)

52 Sadiman, A.S., Raharjo,R., Haryono, A., & Rahardjito. 2010. Media pendidikan

Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya. Jakarta : Pustekom dan Raja Grafindo Persada.

Sardiman, A. M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sanjaya,Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. UNDIKSHA. Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Sukarto. 2011. Metode Pembelajaran dan Eksperimen. http://id.shvoong.com/

social-sciences/education/2098574-metode-pembelajaran-dan-eksperimen/. 21 November, pukul 19.30 WIB

Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Unila. Lampung.

Gambar

Gambar 2.1  Posisi alat peraga dan media sebagai sumber belajar, menurut                         Rohani (2009:5)
Gambar 3.2 berikut:
Tabel 3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban.
Tabel 3.2  Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar proses pembuatan komposit sekam padi-lateks dilakukan dengan mencampurkan sekam padi yang telah kering dengan ukuran lebih kecil yaitu 40 sampai dengan 80 mesh

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap sikap peduli lingkungan siswa.. antara kelas yang

Jika kadar asam lemak bebas pada minyak tinggi dan katalis yang digunakan adalah katalis basa, maka akan menghasilkan reaksi penyabunan yang mengakibatkan

Sedangkan CAR di BPR BKK Ungaran awal merger minus 2,03 persen hal tersebut terjadi karena modal habis untuk menutup kerugian karena kredit macet dan kekurangan PPAP, tetapi

Abstrak: Permasalahan PT.X adalah kurang baiknya kualitas pelayanan disebabkan oleh kurangnya manajemen dan optimalisasi sumber daya yang ada sehingga kinerja

Hal yang utama dari rangkain kata-kata tersebut adalah pengertian yang tersirat dibalik kata yang digunakan. Sehingga terjalin hubungan yang harmonis dalam

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah pelepah daun bibit kelapa sawit yang diberi kompos TKKS dengan lama pengomposan 6 minggu berbeda nyata dengan lama pengomposan

Yang semestinya janin yang dikandung adalah hasil dari perbuatan zina tetapi dengan melakukan kawin hamil, nasab janin tersebut “dicuci” sehingga berubah menjadi