• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Akta Hibah.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pedoman Akta Hibah.pdf"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TATA CARA PENGISIAN FORMULIR AKTA HIBAH

I. Umum

1. Tiap akta dapat digunakan untuk pembuktian hibah hak atas satu bidang tanah atau sebagian dari satu bidang tanah, satu Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, atau satu bagian dari hak bersama yang sudah terdaftar tersendiri. Akta asli dibuat 2 rangkap, yang bermeterai cukup yang masing-masing ditandatangani oleh para pihak, para saksi dan PPAT, yaitu lembar pertama 1 rangkap disimpan oleh PPAT dan lembar kedua 1 rangkap dikirim ke Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran hak dan kepada para pihak diberikan salinannya. Salinan yang hanya ditandatangani oleh PPAT dibuat secukupnya menurut keperluan.

2. Untuk keakuratan data dalam pembuatan Akta PPAT, agar dihindari adanya perubahan dan tambahan (renvoi).

3. Tempat/bagian formulir akta yang sudah disediakan yang tidak dipergunakan harus dicoret/ditutup dengan garis penuh. Kata-kata yang tidak diperlukan dicoret.

4. Penggantian dan perbaikan kata yang dicoret dan tambahan kata-kata yang diperlukan dapat dilakukan di ruang kosong (margin) lembaran akta dan disahkan dengan paraf para penandatanganan akta. Penambahan kalimat dapat pula dilakukan pada lembar kertas yang ditambahkan pada akta, dengan mencantumkan nomor akta di setiap halaman tambahan tersebut. Walaupun menurut Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, masing-masing pihak baik suami maupun istri, berhak (cakap) untuk melakukan perbuatan hukum, tetapi hendaklah PPAT memperhatikan dengan sungguh-sungguh jika obyek hibah tersebut merupakan harta bersama suami istri. Menurut ketentuan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang tersebut, suami atau istri masing masing berhak memindahtangankannya, tetapi saling memerlukan persetujuan satu sama lain. Persetujuan ini dapat diberikan secara tertulis dan dilekatkan pada akta yang disimpan oleh PPAT atau secara lisan dengan bersama-sama menghadap PPAT.

5. Spesifikasi cover akta : - terdiri dari 4 halaman.

- jenis kertas Brief Card Karton 170 (seratus tujuh puluh) gram. - ukuran kertas 21,5 cm x 35,5 cm (F4).

- warna putih.

- diberikan kop PPAT dan ditulis judul ” AKTA HIBAH”.

- penulisan judul akta dengan huruf Times New Roman, ukuran 28 dan warna hitam.

6. Spesifikasi formulir akta :

- 1 set Akta Hibah terdiri dari 7 halaman.

- jenis kertas HVS 70 (tujuh puluh) / 80 (delapan puluh) gram. - ukuran kertas 21,5 cm x 35,5 cm (F4).

- warna putih.

(2)

II.

Pengisian ruang akta yang diberi nomor.

1. Bagian cover akta :

a. Untuk PPAT diisi dengan kedudukannya sebagai PPAT, nama, daerah kerja, SK pengangkatan dan tanggal serta alamat kantor.

Contoh :

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)

SOFIA LAUREN, S.H., M.Kn.

DAERAH KERJA : KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

SK. ………. Nomor : …/……-…../…/…………

Tanggal ……….

Jl. Panglima Polim Nomor …, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Telp. …. Fax…….

b. Untuk PPAT Sementara diisi dengan kedudukannya sebagai PPAT Sementara, jabatan (Camat/Kepala Desa), wilayah kerja(Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota), SK penunjukan sementara dan tanggal serta alamat kantor. Contoh :

Untuk Camat

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEMENTARA (PPATS)

CAMAT

KECAMATAN ………….. KABUPATEN/KOTA………….……

SK. ………. Nomor : …/……-…../…/…………

Tanggal ……….

Jl. Cirendeu … , Tangerang Timur, Kota Tangerang, Telp. …. Fax…….

Untuk Kepala Desa

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEMENTARA (PPATS)

KEPALA DESA

DESA ……….. KECAMATAN ……….. KABUPATEN/KOTA…….……

SK. ………. Nomor : …/……-…../…/…………

Tanggal ……….

(3)

c. Untuk PPAT Pengganti diisi dengan kedudukannya sebagai PPAT Pengganti, nama, daerah kerja, SK penunjukan dan tanggal serta alamat kantor.

Contoh :

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PENGGANTI (PPAT PENGGANTI)

SOFIA LAUREN, S.H., M.Kn.

DAERAH KERJA : KABUPATEN NUNUKAN

SK. ………. Nomor : …/……-…../…/…………

Tanggal ………. Jl. Sawit Raya Nomor …, Nunukan, Telp. …. Fax…….

d. Untuk PPAT Khusus diisi dengan kedudukannya sebagai PPAT Khusus, jabatan (Kepala Kantor Pertanahan), wilayah kerja (Kabupaten/Kota), SK pengangkatan dan tanggal serta alamat kantor.

Contoh :

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH KHUSUS (PPAT KHUSUS)

KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN POSO

SK. ... Nomor : …/...-…../…/... Tanggal ...

Jl. Pattimura Nomor …, Poso, Telp. …. Fax…….

2. Disediakan untuk mengisi nomor urut akta dalam tahun berjalan, sedangkan di belakang garis miring (/) tahun pembuatan akta.

3. Bagian Kop Akta, dibuat sesuai dengan cover akta.

4. Disediakan untuk mengisi nomor urut akta dalam tahun berjalan, sedangkan di belakang garis miring (/) tahun pembuatan akta.

5. Coret sesuai keperluan.

6. Di isi hari, tanggal, bulan dan tahun pembuatan aktanya. 7. Diisi nama lengkap PPAT.

8. Diisi dengan dasar hukum kewenangan PPAT. Untuk itu diisikan jabatan dari pejabat yang mengeluarkan keputusan pengangkatan/penunjukkan PPAT yang bersangkutan, dan nomor serta tanggalnya.

(4)

10. Diisi alamat lengkap letak kantor PPAT.

11. Disediakan untuk komparisi, yang membuat juga kapasitas dan kewenangan para pihak dalam pembuatan akta yang bersangkutan. Identitas para pihak harus diperhatikan dengan sungguh sungguh, demikian pula surat surat/dasar hukum yang menjadi landasan perbuatan hukumnya. Sebutkan juga tanda pengenal atau identitas dirinya (Kartu Tanda Penduduk atau paspor dan sebagainya). Sebutkan juga persetujuan/ijin yang dinyatakan tertulis yang menyangkut kapasitas dan kewenangan yang bersangkutan, apabila hal tersebut diperlukan menurut ketentuan yang berlaku.

Keterangan mengenai Hibah/Pihak Pertama :

a. Diisi nama lengkap sesuai dengan yang tercantum di dalam dokumen yang dijadikan bukti hak atau di dalam bukti identitasnya dengan tidak menggunakan singkatan termasuk gelarnya, tanggal lahir (kalau tidak diketahui cantumkan umurnya dengan menyebutkan bahwa tangal lahirnya tidak diketahui), kewarganegaraan, pekerjaan, tempat tinggal, dan keterangan lain yang dianggap perlu.

b. Jika penghadap bukan pemilik obyek hibah dan hanya bertindak selaku kuasa/dalam jabatan dari orang/badan hukum/instansi yang diwakilinya, maka kualitas/dasar hukum dari tindakannya harus disebutkan secara jelas.

Surat kuasa yang tidak otentik harus dilekatkan/dijahitkan pada akta yang disimpan oleh PPAT dan harus disebutkan dalam aktanya. Demikian pula nama-nama orang/badan hukum/instansi yang diwakilinya diuraikan secara lengkap. c. Apabila pemilik obyek hibah tidak cakap melakukan perbuatan hukum, maka bagi

mereka yang Warga Negara Indonesia diwakili oleh wali/pengampu dan bagi mereka yang tunduk pada Hukum Perdata Barat diperlukan juga persetujuan Pengadilan Negeri setempat.

d. Sebutkan persetujuan yang diperlukan misalnya persetujuan istri/suami mengenai harta bersama.

Kemudian ditutup pada garis baru dengan :

“Selaku Pemberi Hibah selanjutnya disebut Pihak Pertama”. Keterangan mengenai Penerima Hibah/Pihak Kedua :

Cara pengisian sama dengan dijelaskan untuk Pemberi Hibah/Pihak Pertama di atas. Kemudian ditutup pada garis baru dengan ;

“Selaku Penerima Hibah, selanjutnya disebut Pihak Kedua” 12. Bagian bawah akta terdapat di setiap halaman akta :

a. Untuk PPAT diisi dengan nama lengkap dengan gelar dan daerah kerja. Contoh :

Sofia Lauren, S.H., M.Kn.

(5)

b. Untuk PPAT Sementara diisi dengan jabatan (Camat/Kepala Desa) dan wilayah kerja (Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota)

Contoh : Untuk Camat Camat

Kecamatan ……… Kabupaten/Kota…………

Untuk Kepala Desa Kepala Desa

Desa ………. Kecamatan ……… Kabupaten/Kota…………

c. Untuk PPAT Pengganti diisi dengan nama lengkap dengan gelar dan daerah kerja Contoh :

Sofia Lauren, S.H., M.Kn.

Daerah Kerja : Kabupaten Nunukan

d. Untuk PPAT Khusus diisi dengan jabatan (Kepala Kantor Pertanahan) dan wilayah kerja (Kabupaten/Kota).

Contoh :

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Poso

13. Bagian ini disediakan untuk persyaratan bahwa PPAT mengenal para penghadap, baik karena sudah kenal sebelumnya maupun diperkenalkan oleh salah satu yang hadir (penghadap dan saksi).

Dalam hal para penghadap dikenal oleh saya, maka bagian kalimat sesudah “dikenal oleh saya “ dicoret.

Dalam hal hanya satu penghadap yang dikenal PPAT dan yang lainnya diperkenalkan kepadanya oleh penghadap tersebut, maka bagian kalimat sebagai “penghadap ...” dan sesudah “olehnya kepada saya” dihapus.

Dalam hal para penghadap tidak ada yang dikenal oleh PPAT, maka diperlukan saksi yang mengenal salah satu penghadap dan bagian kalimat sebelum “Para penghadap diperkenalkan kepada saya” dihapus.

(6)

14. Bagian ini diisi apabila yang dihibahkan adalah hak atas tanah yang sudah terdaftar. Coret sesuai keperluan. Apabila yang dihibahkan berupa sebagian dari suatu hak bersama yang sudah disertipikatkan secara tersendiri, maka di depan nama hak disisipkan kata-kata “satu per x”, dimana “x” merupakan bagian hak bersama yang dipunyai pemberi hibah sebagaimana tersebut dalam sertipikatnya.

14a. Diisi nomor hak atas tanah sebagaimana tercantum dalam sertipikat.

14b. Diisi tanggal dan Nomor Gambar Situasi atau Surat Ukur dalam sertipikat yang bersangkutan.

14c. Diisi angka luas tanah sebagaimana tercantum dalam sertipikat.

14d. Diisi NIB, apabila NIB tersebut sudah ada dan tercantum dalam sertipikat, dan diisi Nomor SPPT PBB dari bidang tanah.

15. Bagian ini diisi apabila yang sudah dihibahkan adalah hak atas sebagian dari bidang tanah yang sudah terdaftar. Coret sesuai keperluan.

15a. Diisi nomor hak atas tanah sebagaimana tercantum dalam sertipikat.

15b. Diisi NIB tanah asal, apabila NIB itu sudah ada dan tercantum dalam sertipikat, dan diisi Nomor SPPT PBB dari bidang tanah asal.

15c. Diisi luas bidang tanah yang haknya dihibahkan (yang merupakan sebagian saja dari tanah hak yang bersangkutan).

15d. Diisi batas-batas bidang tanah yang haknya dihibahkan.

15e. Diisi dengan identifikasi dari gambar bidang tanah yang haknya dihibahkan berupa surat ukur atau peta bidang (kalau sudah dibuat) dengan NIB tanah dari obyek yang dihibahkan dan dilampirkan pada akta. (Sesuai dengan Ketentuan Pasal 54 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Kepala Badan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006).

16. Bagian ini diisi apabila yang dihibahkan adalah Hak Milik yang belum terdaftar (bekas Hak Milik Adat).

16a. Diisi dengan identitas tanah yang bersangkutan, yaitu nomor persil, blok dan nomor kohir. Nomor ini dapat diambilkan dari Nomor Surat Pajak Bumi (petuk/girik/kekitir/leter C/Verponding Indonesia/ segel) dan surat bukti hak milik adat lainnya.

16b. Diisi dengan luas tanah yang haknya dihibahkan. (Sesuai dengan Ketentuan Pasal 54 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Kepala Badan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006).

16c. Diisi dengan penyebutan batas-batas tanah yang haknya dihibahkan.

16d. Diisi dengan identitas peta yang dimaksud angka 16c dan diisi NIB serta Nomor SPPT PBB dari bidang tanah yang dilampirkan pada akta.

(7)

17. Bagian ini diisi apabila yang dihibahkan adalah Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

17a. Diisi dengan nomor Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun sebagaimana tercantum dalam sertipikat

17b. Diisi dengan letak tanah atau Satuan Rumah Susun yang bersangkutan.

18. Diisi jika hibahan tanah tersebut meliputi juga bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah. Disebutkan secara jelas keterangan mengenai bangunan dan tanaman tersebut. Jika ada izin bangunan, sebutkan tanggal dan nomornya serta wajib diisi penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan keadaaan di lapangan.

19. Diisi pejabat pemberi izin tanggal dan nomor keputusan, apabila izin tersebut diperlukan menurut ketentuan yang berlaku. Dicoret apabila izin tersebut tidak diperlukan. Nomor pasal-pasal berikutnya disesuaikan.

20. Diisi tanggal pernyataan sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 95 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997. 21. Pasal ini mengenai tanah yang disebut dalam nomor petunjuk 15c dan 16b. Wajib

dicantumkan apa yang diperjanjikan para pihak jika luas tanah yang disebutkan dalam akta ini secara ”kurang lebih” ternyata berbeda dengan hasil pengukuran oleh Badan Pertanahan Nasional.

22. Disediakan untuk menambah syarat-syarat hibah jika dipandang perlu, asalkan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sifat hibah tanah sebagai perbuatan hukum pemindahan hak yang terang dan tunai. Apabila diperlukan pasalnya dapat ditambah.

23. Nomor pasal disesuaikan.

24. Untuk pemilihan domisili, lazimnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota dari wilayah yang sama dengan Kantor Pertanahan tempat terdaftarnya hak atas tanah yang bersangkutan.

25. Nomor pasal disesuaikan.

26. Untuk menjelaskan atas beban siapa segala biaya pembuatan akta ini, uang saksi dan sebagainya.

27. Diisi dengan nama dan identitas orang yang diperlukan persetujuannya untuk memenuhi kapasitas dan kewenangan Pihak Pertama, apabila orang tersebut hadir untuk memberikan persetujuan itu. Dalam hal persetujuan diperoleh secara tertulis, pencantumannya dilakukan di komparisi. Lihat petunjuk nomor 11 dan Petunjuk Umum angka 4.

28. Untuk menguraikan secara lengkap keterangan mengenai para saksi : nama, umur, kewarganegaraan, pekerjaaan dan tempat tinggal.

29. Cap ibu jari yang dimaksud adalah ibu jari tangan kiri.

30. Diisi dengan Kantor Pertanahan yang berwenang melakukan pendaftaran mengenai hak yang dihibahkan.

31. Diisi nama lengkap, tanda tangan dan materai sesuai ketentuan yang berlaku.

32. Diisi kalau diperlukan dengan menyebutkan kapasitas pihak yang menyetujui (misalnya ”suami” atau ’istri”), dan nama lengkap serta tanda tangan.

33. Diisi nama lengkap dan tanda tangan.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan mengenai sanksi administratif diberikan apabila Camat sebagai PPAT mengetahui bahwa pembuatan akta tanah mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan

Warga Negara Indonesia dapat menguasai hak milik atas satuan rumah susun yang dibangun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan bahkan hak pakai.Dalam hak atas tanah bersama

Peralihan hak milik atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun karena karena jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahan dan perbuatan hukum

Peranan PPAT dalam pembuatan akta peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan bekas Hak Milik Adat berkaitan dengan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Akta pemberian hak guna bangunan (HGB) di atas tanah hak milik, merupakan salah satu dari delapan akta, diakui dalam hukum tanah positif dan pendaftaran tanah, yang pejabat

a. jika hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dihibahkan sudah tertentu, maka pendaftaran peralihan haknya dilakukan atas permohonan penerima hibah

Jual beli hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun adalah suatu perbuatan hukum untuk menyerahkan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah

Lembar pertama dibuat 1 rangkap dan disimpan oleh PPAT dan lembar kedua dibuat sebanyak hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang ditetapkan