commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), yang ditetapkan dengan undang-undang telah membawa
konsekuensi tersendiri bagi daerah untuk bisa melaksanakan pembangunan di
segala bidang, dengan harapan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh daerah.
Kebijakan tersebut dicanangkan oleh Pemerintah melalui UU Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun
2004 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004.
Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 1, pengertian otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk
mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan output yang dibentuk
oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana
kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut
pada suatu periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan
commit to user
pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya
aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor – faktor
produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada saatnya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki
oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan ikut meningkat.
Sasaran utama pembangunan daerah adalah menciptakan pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan
pendapatan antardaerah. Untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut
diperlukan perencanaan pembangunan ekonomi yang baik. Hal tersebut
disebabkan karena pada umumnya pembangunan ekonomi suatu daerah
berkaitan erat dengan potensi ekonomi dan karakteristik yang dimiliki
dimana pada umumnya berbeda antar satu daerah dengan daerah lainnya.
Dalam otonomi daerah, suatu daerah diberi kewenangan yang lebih besar
untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Tujuan kewenangan
tersebut adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol
penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dan untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah, serta
mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah
diharapkan mampu menggali sumber -sumber keuangan khususnya untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya
commit to user
Salah satu alasan penyelenggaraan otonomi daerah adalah agar
pembangunan di daerah berjalan seiring dengan pembangunan pusat
(Thesaurianto, 2007). Ini merupakan koreksi atas pelaksanaan pembangunan
ekonomi yang selama ini menitikberatkan pembangaunan di pusat dan kurang
memperhatikan perkembangan pembangunan daerah. Kebijakan pemerintah yang
memusat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pelaksanaan pembangunan
di pemerintahan pusat dan daerah. Akibatnya hampir seluruh potensi ekonomi
daerah tersedot ke pusat sehingga daerah tidak mampu berkembang secara
memadai.
Dengan dijalankannya otonomi daerah, diharapkan daerah-daerah di
Indonesia mampu menggali potensi-potensi yang berada di daerahnya dan
menggembangkan sistem serta tata daerah yang mencakup struktural dan maupun
infrastruktur, sehingga daerah-daerah otonom mampu menghasilkan pendapatan
guna merealisasikan pemerataan pembangunan daerah secara lebih nyata dan
mandiri. Dengan meningkatnya kemampuan dan pendapatan daerah-daerah di
Indonesia, akan memperkuat perekonomian sentral maupun perkembangan sosial
budaya.
Pada tahap implementasi dari sistem otonomi daerah setiap daerah perlu
mambuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pada dasarnya
merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelayanan publik. Dalam
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, APBD didefinisikan sebagai rencana
commit to user
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk kemudian
ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). Anggaran sektor publik ini berisi
rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk perencanaan perolehan
pendapatan dan belanja dari pemerintah daerah.
Pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang
lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi. Hal inilah yang mendorong daerah
untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk
kepentingan pelayanan publik (Mardiasmo, 2002).
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh
mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif mayarakat, karena pada dasarnya
terkandung tiga misi utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah
yaitu di antaranya sebagai berikut:
1. menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.
2. meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.
3. memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut
serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan (Mardiasmo, 2002: 59).
Setelah dilaksanakannya otonomi daerah, banyak daerah yang
mengalami kesulitan dalam pembangunan daerahnya. Kesulitan – kesulitan
tersebut merupakan tantangan besar yang harus dihadapi serta ditangani oleh
pemerintah daerah dengan kembali memikirkan mengenai strategi-strategi
pembangunan yang harus dilakukan. Strategi pembangunan tersebut
commit to user
kekuatan pasar sendiri tidak akan berjalan sempurna apabila tidak
mengikutsertakan campur tangan pemerintah (Mangkoesoebroto, 2001).
Tantangan yang dihadapi suatu daerah terutama untuk daerah otonom
yang baru adalah peningkatan pendapatan daerah dan kemandirian dalam
pembangunan dengan kendala ketersediaan sumber daya di daerah yang terbatas.
Dengan demikian penentuan kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi yang
tepat sangatlah diperlukan. Arah penentu kebijakan dan strategi tersebut adalah
tercapainya kriteria-kriteria prioritas pembangunan salah satunya berupa
peningkatan investasi di suatu daerah. Dengan meningkatnya investasi maka
dampaknya akan mendorong pertumbuhan pada segala sektor dan akan memicu
peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 10 dinyatakan bahwa yang
menjadi sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan daerah (capital
investment) antara lain berasal dari PAD dan Dana Perimbangan yang diterima
oleh daerah-daerah dari Pemerintah Pusat. Dana Perimbangan itu sendiri terdiri
dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Selain itu , juga terdapat sumber lain yang berasal dari pembiayaan
berupa pinjaman daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang nomor 33 tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah yang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan. PAD
commit to user
dan digunakan untuk membiayai pemerintahan daerah tersebut. PAD didapatkan
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Untuk itu, dalam masa
desentralisasi seperti ini, pemerintah daerah dituntut untuk bisa mengembangkan
dan meningkatkan PAD-nya masing-masing dengan memaksimalkan sumberdaya
yang dimiliki supaya bisa membiayai segala kegiatan penciptaan infrastruktur atau
sarana prasarana daerah melalui alokasi belanja modal pada APBD. Semakin baik
PAD suatu daerah maka semakin besar pula alokasi belanja modalnya (Ardhini,
2011). Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa PAD berpengaruh
positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Temuan ini dapat
mengindikasikan bahwa besarnya PAD menjadi salah satu faktor penentu dalam
menentukan belanja modal. Besarnya PAD dapat mengurangi penggunaan sumber
pembiayaan yang berasal dari transfer, mendorong akuntabilitas, dan
memperbaiki pembiayaan yang ada dalam daerah tersebut (Kusnandar dan
Iswantoro, 2012).
Di sisi lain, pengelolaan keuangan daerah yang baik akan berpengaruh
terhadap kemajuan suatu daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan
secara ekonomis, efisien, dan efektif atau memenuhi prinsip value for money serta
partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan keadilan akan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pengelolaan keuangan daerah yang baik tidak hanya
membutuhkan sumber daya manusia yang handal, tetapi juga harus didukung oleh
commit to user
Upaya pemerintah daerah dalam menggali kemampuan keuangan daerah
dapat dilihat dari kinerja keuangan daerah yang diukur menggunakan analisis
rasio keuangan daerah. Pengukuran kinerja keuangan pada pemerintah daerah
juga digunakan untuk menilai akuntabilitas dan kemampuan daerah dalam
menyelenggarakan otonomi daerah. Dengan demikian maka suatu daerah yang
kinerja keuangannya dinyatakan baik, berarti daerah tersebut memiliki
kemampuan keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah.
Menurut Sularso dan Restianto (2010), ada beberapa rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan daerah di antaranya adalah rasio
kemandirian daerah, derajat desentralisasi, rasio ketergantungan keuangan daerah
dan rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah. Persentase rasio keuangan
mempunyai dampak besar bagi alokasi komponen-komponen APBD karena
dianggap sebagai gambaran kondisi pemerintah di suatu daerah.
Menurut Halim (2007:148), hasil analisis rasio-rasio keuangan ini dapat
digunakan sebagai tolok ukur seperti yang dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan
otonomi daerah.
2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.
3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya.
4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan
commit to user
5. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran
yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Selain itu dalam penjelasan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebut
ada beberapa variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan sarana
publik di setiap daerah. Dua di antaranya adalah luas wilayah dan jumlah
penduduk. Dalam penelitiannya, Kusnandar dan Iswantoro (2010), menyebutkan
bahwa daerah yang luas wilayahnya besar tentu membutuhkan jumlah fasilitas
yang lebih baik sebagai syarat untuk pelayanan kepada masyarakat dibanding
daerah yang memiliki luas wilayah lebih kecil. Selain itu, kebutuhan sarana publik
setiap daerah dengan jumlah penduduk yang bervariasi juga berbeda.
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik,
Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran
belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana,
baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas
publik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintahan, ditegaskan bahwa belanja modal ini ialah alokasi
pengeluaran anggaran yang digunakan untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang dapat memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Dalam kaitannya
dengan peningkatan penerimaan daerah, belanja modal memiliki peranan yang
amat penting terkait dengan peningkatan sarana dan prasarana publik pada suatu
commit to user
dialokasikan untuk hal –hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas
pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine dalam Darwanto dkk
(2006) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak
untuk program-program layanan publik. Kedua pendapat ini menyiratkan
pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik.
Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah penelitian dengan judul
“Analisis Pengaruh Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kemandiriaan Daerah, dan
Efektifitas PAD terhadap Alokasi Belanja Modal”. (Studi Kabupaten Kota seluruh
Indonesia tahun 2013).
1.2. Orisinilitas Penelitian
Penelitian ini mengadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh
Navatilova (2012) mengenai pengaruh dari DAU, PAD, SiLPA, luas wilayah, dan
jumlah penduduk terhadap alokasi belanja modal. Serta penelitian Primaresti
(2012), tentang pengaruh kemandirian keuangan, derajat desentralisasi,
ketergantungan keuangan daerah, dan efektivitas PAD terhadap alokasi belanja
modal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, adalah sebagai
berikut ini.
1. Objek yang diteliti berbeda dengan rujukan penelitian yaitu Menes (2012)
maupun Primaresti (2012) yang menggunakan sampel kabupaten dan kota di
Pulau Jawa . Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini Kabupaten
commit to user
2. Untuk variabel penelitian yang digunakan mengambil variabel luas wilayah,
rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD dari dua penelitian
di atas.
1.3. Rumusan Masalah
Pengelolaan pemerintahan yang harus dilakukan sendiri oleh pemerintah
daerah menuntut adanya kemandirian daerah dalam menggali potensi lokal dan
meningkatkan kinerja keuangannya. Kemandirian daerah ini dicerminkan dengan
kemampuan daerah menghasilkan penerimaan pendapatan yang diperoleh daerah
tersebut yang berasal dari potensi-potensi ekonomi daerah. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut
ini.
1. Apakah luas wilayah berpengaruh terhadap alokasi belanja modal?
2. Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap alokasi belanja modal?
3. Apakah kemandirian daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja modal?
4. Apakah efektivitas PAD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. untuk mengetahui pengaruh luas wilayah terhadap alokasi belanja modal,
2. untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap alokasi belanja modal,
3. untuk mengetahui pengaruh kemandirian daerah terhadap alokasi belanja
commit to user
4. untuk mengetahui pengaruh efektivitas PAD terhadap alokasi belanja modal.
1.5. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat disebutkan sebagai berikut ini.
1. Bagi akademisi, menjadi referensi untuk menggembangkan penelitian
selanjutnya.
2. Bagi pemerintah daerah, sebagai bahan masukan sebagai bahan untuk
penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian dan
evaluasi khususnya tentang Pendapatan Asli Daerah dan belanja modal dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga dapat
commit to user
i
ANALISIS PENGARUH LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK,
KEMANDIRIAN DAERAH, DAN EFEKTIVITAS PAD TERHADAP
ALOKASI BELANJA MODAL
(Studi Pada Kabupaten Dan Kota di Seluruh Indonesia Tahun 2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh:
ARDHA NURIA PRIBADI
F 1310015
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
commit to user
v ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, KEMANDIRIAN DAERAH, DAN EFEKTIVITAS PAD TERHADAP
ALOKASI BELANJA MODAL
(Studi pada Kabupaten dan Kota di Seluruh Indonesia Tahun 2013)
ARDHA NURIA PRIBADI NIM. F1310015
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya alokasi belanja modal pada Pemerintah Tingkat Daerah di Seluruh wilayah Indonesia. Faktor-faktor yang di uji dalam penelitian ini adalah luas wilayah, jumlah penduduk, rasio kemandirian PAD, dan rasio Efektivitas PAD.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 415 Kabupaten dan Kota di Indonesia. Data diolah dengan aplikasi SPSS 21. Hasil penelitian membuktikan Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kemandirian Daerah berpengaruh signifikan terhadap Alokasi Belanja Modal. Sedangkan Efektivitas PAD tidak berpengaruh terhadap Alokasi Belanja Modal.
Besarnya pengungkapan keempat variabel terhadap alokasi belanja modal sebesar 52%, sedangkan sisinya sebesar 48% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian.
commit to user
vi
ABSTRACT
THE ANALYSIS IMPACT OF REGION, POPULATION, LOCAL INDEPENDENCE, AND EFFECTIVENESS OF PAD OF CAPITAL
EXPENDITURE
(Study on district governments in all of Indonesia 2013)
ARDHA NURIA PRIBADI NIM. F1310015
The purpose of the study is to examine the factors that affect amount of capital expenditure in district governments through all Indonesia. The factors tested in this study region, population, local independence ratio and effectiveness ratio of PAD.
Number of sample in this study consist of 415 district governments and all of city in Indonesia. The data used in this study were secondary data obtained from official website from government. The research proves region, population, local independence significant effect on capital expenditure. While the effectiveness ratio of PAD does not affect the allocation of capital expenditure.
The amount disclosure of four variables on capital expenditure by 25%, while 48% is influenced by other factor s beyond the research model.
Keyword: Region, Population, Local Independence Ratio, Effectiveness Ratio of
commit to user
vii MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudaha, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Kedua orang tua tercinta
Keluarga, sahabat dan orang-orang terdekat
Bapak sulardi
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
melipahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH LUAS WILAYAH, JUMLAH
PENDUDUK, KEMANDIRIAN DAERAH, DAN EFEKTIVITAS PAD
TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL (Studi pada Kabupaten dan Kota di
Seluruh Indonesia)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Sulardi, SE., M.Si., Ak. selaku pembimbing skripsi, terima kasih
atas saran, masukan, serta motivasi sehingga penulisan skripsi dapat
terselesaikan.
4. Anas Wibawa, SE., M.Si., Ak. selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas
commit to user
x
6. Keluarga tercinta terutama kedua orang tua.
7. Sara Dewi Kurniawati terima kasih atas dukungan dan semangatnya
selama ini.
8. Agung, Aris, Dadang, kalian teman terbaik.
9. PT. Kembang 88 Multifinance yang telah menjadi tempat saya bekerja dari
proses perkuliahan sampai terselesaikannya penulisan skripsi.
10.Semua pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan skripsi.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini.
Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca. Semoga
skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Juli 2014
Penulis
Ardha Nuria Pribadi
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... .... iii
SURAT PERNYATAAN... .... iv
ABSTRAK ... ... v
ABSTRACT ... .... vi
MOTTO ... ... vii
PERSEMBAHAN ... .. viii
KATA PENGANTAR ... .... ix
DAFTAR ISI ... .... xi
DAFTAR TABEL ... .. xiv
DAFTAR GAMBAR ... ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... .. xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... ... 1
1.2. Orisinilitas Penelitian ... ... 9
1.3. Rumusan Masalah ... ... 10
1.4. Tujuan Penelitian ... ... 10
commit to user
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori ... .. 12
2.1.1. Belanja Modal ... .. 12
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... ... 15
2.1.3. Kinerja Keuangan... .... 17
2.1.4. Analisis Rasio Keuangan Daerah ... .... 18
2.1.5. Kemandirian Keuangan Daerah ... .... 19
2.1.6. Efektivitas PAD ... .... 19
2.1.7 Luas Wilayah ... .... 20
2.1.8. Jumlah Penduduk ... .... 20
2.2. Penelitian Terdahulu ... .... 21
2.3. Pengembangan Hipotesis ... .... 23
2.3.1. Pengaruh Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal ... .... 23
2.3.2. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Modal ... .... 24
2.3.3. Pengaruh Kemandirian Daerah Terhadap Belanja Modal ... .... 25
2.3.4. Pengaruh Efektivitas PAD Terhadap Belanja Modal... .... 25
2.4. Kerangka Teotitis ... .... 27
BAB III METODE PENELITIAN
1.1.Desain Penelitian
commit to user
xiii
3.3. Pengukuran Variabel ... ... 29
3.3.1. Variabel Bebas (independent variable ... ... 30
3.3.2. Variabel Terikat (dependent variable ... ... 30
3.4. Metode Analisis Data ... ... 32
BAB IV ANALISIS DAN DATA 4.1. Statistik Deskriptif Penelitian ... ... 37
4.2. Uji Asumsi Klasik ... ... 39
4.3. Analisis Regresi ... ... 44
4.4. Pembahasan Hasil Hipotesis ... ... 44
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... ... 51
5.2. Keterbatasan ... ... 52
5.3. Saran ... ... 52
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiv
[image:25.595.109.502.242.487.2]DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
III.1Hasil Seleksi Data ………29
IV.1Statistik Deskriptif ………...37
IV.2Hasil Uji Normalitas ………40
IV.3Hasil Uji Multikolinieritas………42
IV.4Hasil Uji Autokorelasi………..44
IV.5Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)………..44
IV.6Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………45
commit to user
xv
[image:26.595.112.492.145.496.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian………. 27
4.1 Normal Probability Plot………...………. 40
4.2 Histogram……….. 41
4.3 Scatterplot……….. 43
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Input Tabulasi Data
Lampiran 2 Data Outlier