• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, KEMANDIRIAN DAERAH, DAN EFEKTIVITAS PAD TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL (Studi Pada Kabupaten Dan Kota di Seluruh Indonesia Tahun 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, KEMANDIRIAN DAERAH, DAN EFEKTIVITAS PAD TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL (Studi Pada Kabupaten Dan Kota di Seluruh Indonesia Tahun 2013)."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI), yang ditetapkan dengan undang-undang telah membawa

konsekuensi tersendiri bagi daerah untuk bisa melaksanakan pembangunan di

segala bidang, dengan harapan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh daerah.

Kebijakan tersebut dicanangkan oleh Pemerintah melalui UU Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun

2004 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004.

Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 1, pengertian otonomi daerah adalah

hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk

mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang

tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan output yang dibentuk

oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana

kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut

pada suatu periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan

(2)

commit to user

pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya

aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor – faktor

produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada saatnya akan

menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki

oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan ikut meningkat.

Sasaran utama pembangunan daerah adalah menciptakan pertumbuhan

ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan

pendapatan antardaerah. Untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut

diperlukan perencanaan pembangunan ekonomi yang baik. Hal tersebut

disebabkan karena pada umumnya pembangunan ekonomi suatu daerah

berkaitan erat dengan potensi ekonomi dan karakteristik yang dimiliki

dimana pada umumnya berbeda antar satu daerah dengan daerah lainnya.

Dalam otonomi daerah, suatu daerah diberi kewenangan yang lebih besar

untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Tujuan kewenangan

tersebut adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol

penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD), dan untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah, serta

mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah

diharapkan mampu menggali sumber -sumber keuangan khususnya untuk

memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya

(3)

commit to user

Salah satu alasan penyelenggaraan otonomi daerah adalah agar

pembangunan di daerah berjalan seiring dengan pembangunan pusat

(Thesaurianto, 2007). Ini merupakan koreksi atas pelaksanaan pembangunan

ekonomi yang selama ini menitikberatkan pembangaunan di pusat dan kurang

memperhatikan perkembangan pembangunan daerah. Kebijakan pemerintah yang

memusat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pelaksanaan pembangunan

di pemerintahan pusat dan daerah. Akibatnya hampir seluruh potensi ekonomi

daerah tersedot ke pusat sehingga daerah tidak mampu berkembang secara

memadai.

Dengan dijalankannya otonomi daerah, diharapkan daerah-daerah di

Indonesia mampu menggali potensi-potensi yang berada di daerahnya dan

menggembangkan sistem serta tata daerah yang mencakup struktural dan maupun

infrastruktur, sehingga daerah-daerah otonom mampu menghasilkan pendapatan

guna merealisasikan pemerataan pembangunan daerah secara lebih nyata dan

mandiri. Dengan meningkatnya kemampuan dan pendapatan daerah-daerah di

Indonesia, akan memperkuat perekonomian sentral maupun perkembangan sosial

budaya.

Pada tahap implementasi dari sistem otonomi daerah setiap daerah perlu

mambuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pada dasarnya

merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelayanan publik. Dalam

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, APBD didefinisikan sebagai rencana

(4)

commit to user

daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk kemudian

ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). Anggaran sektor publik ini berisi

rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk perencanaan perolehan

pendapatan dan belanja dari pemerintah daerah.

Pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang

lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi. Hal inilah yang mendorong daerah

untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk

kepentingan pelayanan publik (Mardiasmo, 2002).

Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan

kepada daerah dalam pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh

mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif mayarakat, karena pada dasarnya

terkandung tiga misi utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah

yaitu di antaranya sebagai berikut:

1. menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.

2. meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.

3. memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut

serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan (Mardiasmo, 2002: 59).

Setelah dilaksanakannya otonomi daerah, banyak daerah yang

mengalami kesulitan dalam pembangunan daerahnya. Kesulitan – kesulitan

tersebut merupakan tantangan besar yang harus dihadapi serta ditangani oleh

pemerintah daerah dengan kembali memikirkan mengenai strategi-strategi

pembangunan yang harus dilakukan. Strategi pembangunan tersebut

(5)

commit to user

kekuatan pasar sendiri tidak akan berjalan sempurna apabila tidak

mengikutsertakan campur tangan pemerintah (Mangkoesoebroto, 2001).

Tantangan yang dihadapi suatu daerah terutama untuk daerah otonom

yang baru adalah peningkatan pendapatan daerah dan kemandirian dalam

pembangunan dengan kendala ketersediaan sumber daya di daerah yang terbatas.

Dengan demikian penentuan kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi yang

tepat sangatlah diperlukan. Arah penentu kebijakan dan strategi tersebut adalah

tercapainya kriteria-kriteria prioritas pembangunan salah satunya berupa

peningkatan investasi di suatu daerah. Dengan meningkatnya investasi maka

dampaknya akan mendorong pertumbuhan pada segala sektor dan akan memicu

peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 10 dinyatakan bahwa yang

menjadi sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan daerah (capital

investment) antara lain berasal dari PAD dan Dana Perimbangan yang diterima

oleh daerah-daerah dari Pemerintah Pusat. Dana Perimbangan itu sendiri terdiri

dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus

(DAK). Selain itu , juga terdapat sumber lain yang berasal dari pembiayaan

berupa pinjaman daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang nomor 33 tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan

Peraturan Daerah yang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan. PAD

(6)

commit to user

dan digunakan untuk membiayai pemerintahan daerah tersebut. PAD didapatkan

dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Untuk itu, dalam masa

desentralisasi seperti ini, pemerintah daerah dituntut untuk bisa mengembangkan

dan meningkatkan PAD-nya masing-masing dengan memaksimalkan sumberdaya

yang dimiliki supaya bisa membiayai segala kegiatan penciptaan infrastruktur atau

sarana prasarana daerah melalui alokasi belanja modal pada APBD. Semakin baik

PAD suatu daerah maka semakin besar pula alokasi belanja modalnya (Ardhini,

2011). Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa PAD berpengaruh

positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Temuan ini dapat

mengindikasikan bahwa besarnya PAD menjadi salah satu faktor penentu dalam

menentukan belanja modal. Besarnya PAD dapat mengurangi penggunaan sumber

pembiayaan yang berasal dari transfer, mendorong akuntabilitas, dan

memperbaiki pembiayaan yang ada dalam daerah tersebut (Kusnandar dan

Iswantoro, 2012).

Di sisi lain, pengelolaan keuangan daerah yang baik akan berpengaruh

terhadap kemajuan suatu daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan

secara ekonomis, efisien, dan efektif atau memenuhi prinsip value for money serta

partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan keadilan akan dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi. Pengelolaan keuangan daerah yang baik tidak hanya

membutuhkan sumber daya manusia yang handal, tetapi juga harus didukung oleh

(7)

commit to user

Upaya pemerintah daerah dalam menggali kemampuan keuangan daerah

dapat dilihat dari kinerja keuangan daerah yang diukur menggunakan analisis

rasio keuangan daerah. Pengukuran kinerja keuangan pada pemerintah daerah

juga digunakan untuk menilai akuntabilitas dan kemampuan daerah dalam

menyelenggarakan otonomi daerah. Dengan demikian maka suatu daerah yang

kinerja keuangannya dinyatakan baik, berarti daerah tersebut memiliki

kemampuan keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah.

Menurut Sularso dan Restianto (2010), ada beberapa rasio yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja keuangan daerah di antaranya adalah rasio

kemandirian daerah, derajat desentralisasi, rasio ketergantungan keuangan daerah

dan rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah. Persentase rasio keuangan

mempunyai dampak besar bagi alokasi komponen-komponen APBD karena

dianggap sebagai gambaran kondisi pemerintah di suatu daerah.

Menurut Halim (2007:148), hasil analisis rasio-rasio keuangan ini dapat

digunakan sebagai tolok ukur seperti yang dapat dijabarkan sebagai berikut ini.

1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan

otonomi daerah.

2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.

3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan

pendapatan daerahnya.

4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan

(8)

commit to user

5. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran

yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Selain itu dalam penjelasan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebut

ada beberapa variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan sarana

publik di setiap daerah. Dua di antaranya adalah luas wilayah dan jumlah

penduduk. Dalam penelitiannya, Kusnandar dan Iswantoro (2010), menyebutkan

bahwa daerah yang luas wilayahnya besar tentu membutuhkan jumlah fasilitas

yang lebih baik sebagai syarat untuk pelayanan kepada masyarakat dibanding

daerah yang memiliki luas wilayah lebih kecil. Selain itu, kebutuhan sarana publik

setiap daerah dengan jumlah penduduk yang bervariasi juga berbeda.

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik,

Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran

belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja

modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana,

baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas

publik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Sistem

Akuntansi Pemerintahan, ditegaskan bahwa belanja modal ini ialah alokasi

pengeluaran anggaran yang digunakan untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya

yang dapat memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Dalam kaitannya

dengan peningkatan penerimaan daerah, belanja modal memiliki peranan yang

amat penting terkait dengan peningkatan sarana dan prasarana publik pada suatu

(9)

commit to user

dialokasikan untuk hal –hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas

pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine dalam Darwanto dkk

(2006) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak

untuk program-program layanan publik. Kedua pendapat ini menyiratkan

pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik.

Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah penelitian dengan judul

“Analisis Pengaruh Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kemandiriaan Daerah, dan

Efektifitas PAD terhadap Alokasi Belanja Modal”. (Studi Kabupaten Kota seluruh

Indonesia tahun 2013).

1.2. Orisinilitas Penelitian

Penelitian ini mengadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh

Navatilova (2012) mengenai pengaruh dari DAU, PAD, SiLPA, luas wilayah, dan

jumlah penduduk terhadap alokasi belanja modal. Serta penelitian Primaresti

(2012), tentang pengaruh kemandirian keuangan, derajat desentralisasi,

ketergantungan keuangan daerah, dan efektivitas PAD terhadap alokasi belanja

modal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, adalah sebagai

berikut ini.

1. Objek yang diteliti berbeda dengan rujukan penelitian yaitu Menes (2012)

maupun Primaresti (2012) yang menggunakan sampel kabupaten dan kota di

Pulau Jawa . Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini Kabupaten

(10)

commit to user

2. Untuk variabel penelitian yang digunakan mengambil variabel luas wilayah,

rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD dari dua penelitian

di atas.

1.3. Rumusan Masalah

Pengelolaan pemerintahan yang harus dilakukan sendiri oleh pemerintah

daerah menuntut adanya kemandirian daerah dalam menggali potensi lokal dan

meningkatkan kinerja keuangannya. Kemandirian daerah ini dicerminkan dengan

kemampuan daerah menghasilkan penerimaan pendapatan yang diperoleh daerah

tersebut yang berasal dari potensi-potensi ekonomi daerah. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut

ini.

1. Apakah luas wilayah berpengaruh terhadap alokasi belanja modal?

2. Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap alokasi belanja modal?

3. Apakah kemandirian daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja modal?

4. Apakah efektivitas PAD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui pengaruh luas wilayah terhadap alokasi belanja modal,

2. untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap alokasi belanja modal,

3. untuk mengetahui pengaruh kemandirian daerah terhadap alokasi belanja

(11)

commit to user

4. untuk mengetahui pengaruh efektivitas PAD terhadap alokasi belanja modal.

1.5. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat disebutkan sebagai berikut ini.

1. Bagi akademisi, menjadi referensi untuk menggembangkan penelitian

selanjutnya.

2. Bagi pemerintah daerah, sebagai bahan masukan sebagai bahan untuk

penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian dan

evaluasi khususnya tentang Pendapatan Asli Daerah dan belanja modal dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga dapat

(12)

commit to user

i

ANALISIS PENGARUH LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK,

KEMANDIRIAN DAERAH, DAN EFEKTIVITAS PAD TERHADAP

ALOKASI BELANJA MODAL

(Studi Pada Kabupaten Dan Kota di Seluruh Indonesia Tahun 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh:

ARDHA NURIA PRIBADI

F 1310015

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(13)

commit to user

(14)

commit to user

(15)

commit to user

(16)

commit to user

v ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, KEMANDIRIAN DAERAH, DAN EFEKTIVITAS PAD TERHADAP

ALOKASI BELANJA MODAL

(Studi pada Kabupaten dan Kota di Seluruh Indonesia Tahun 2013)

ARDHA NURIA PRIBADI NIM. F1310015

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya alokasi belanja modal pada Pemerintah Tingkat Daerah di Seluruh wilayah Indonesia. Faktor-faktor yang di uji dalam penelitian ini adalah luas wilayah, jumlah penduduk, rasio kemandirian PAD, dan rasio Efektivitas PAD.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 415 Kabupaten dan Kota di Indonesia. Data diolah dengan aplikasi SPSS 21. Hasil penelitian membuktikan Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kemandirian Daerah berpengaruh signifikan terhadap Alokasi Belanja Modal. Sedangkan Efektivitas PAD tidak berpengaruh terhadap Alokasi Belanja Modal.

Besarnya pengungkapan keempat variabel terhadap alokasi belanja modal sebesar 52%, sedangkan sisinya sebesar 48% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian.

(17)

commit to user

vi

ABSTRACT

THE ANALYSIS IMPACT OF REGION, POPULATION, LOCAL INDEPENDENCE, AND EFFECTIVENESS OF PAD OF CAPITAL

EXPENDITURE

(Study on district governments in all of Indonesia 2013)

ARDHA NURIA PRIBADI NIM. F1310015

The purpose of the study is to examine the factors that affect amount of capital expenditure in district governments through all Indonesia. The factors tested in this study region, population, local independence ratio and effectiveness ratio of PAD.

Number of sample in this study consist of 415 district governments and all of city in Indonesia. The data used in this study were secondary data obtained from official website from government. The research proves region, population, local independence significant effect on capital expenditure. While the effectiveness ratio of PAD does not affect the allocation of capital expenditure.

The amount disclosure of four variables on capital expenditure by 25%, while 48% is influenced by other factor s beyond the research model.

Keyword: Region, Population, Local Independence Ratio, Effectiveness Ratio of

(18)

commit to user

vii MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

bersama kesulitan itu ada kemudaha, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya

kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.

(19)

commit to user

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta

Keluarga, sahabat dan orang-orang terdekat

Bapak sulardi

(20)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah

melipahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH LUAS WILAYAH, JUMLAH

PENDUDUK, KEMANDIRIAN DAERAH, DAN EFEKTIVITAS PAD

TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL (Studi pada Kabupaten dan Kota di

Seluruh Indonesia)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi dari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas

Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Sulardi, SE., M.Si., Ak. selaku pembimbing skripsi, terima kasih

atas saran, masukan, serta motivasi sehingga penulisan skripsi dapat

terselesaikan.

4. Anas Wibawa, SE., M.Si., Ak. selaku Pembimbing Akademik.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas

(21)

commit to user

x

6. Keluarga tercinta terutama kedua orang tua.

7. Sara Dewi Kurniawati terima kasih atas dukungan dan semangatnya

selama ini.

8. Agung, Aris, Dadang, kalian teman terbaik.

9. PT. Kembang 88 Multifinance yang telah menjadi tempat saya bekerja dari

proses perkuliahan sampai terselesaikannya penulisan skripsi.

10.Semua pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan skripsi.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini.

Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca. Semoga

skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juli 2014

Penulis

Ardha Nuria Pribadi

(22)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... .... iii

SURAT PERNYATAAN... .... iv

ABSTRAK ... ... v

ABSTRACT ... .... vi

MOTTO ... ... vii

PERSEMBAHAN ... .. viii

KATA PENGANTAR ... .... ix

DAFTAR ISI ... .... xi

DAFTAR TABEL ... .. xiv

DAFTAR GAMBAR ... ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Orisinilitas Penelitian ... ... 9

1.3. Rumusan Masalah ... ... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... ... 10

(23)

commit to user

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori ... .. 12

2.1.1. Belanja Modal ... .. 12

2.1.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... ... 15

2.1.3. Kinerja Keuangan... .... 17

2.1.4. Analisis Rasio Keuangan Daerah ... .... 18

2.1.5. Kemandirian Keuangan Daerah ... .... 19

2.1.6. Efektivitas PAD ... .... 19

2.1.7 Luas Wilayah ... .... 20

2.1.8. Jumlah Penduduk ... .... 20

2.2. Penelitian Terdahulu ... .... 21

2.3. Pengembangan Hipotesis ... .... 23

2.3.1. Pengaruh Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal ... .... 23

2.3.2. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Modal ... .... 24

2.3.3. Pengaruh Kemandirian Daerah Terhadap Belanja Modal ... .... 25

2.3.4. Pengaruh Efektivitas PAD Terhadap Belanja Modal... .... 25

2.4. Kerangka Teotitis ... .... 27

BAB III METODE PENELITIAN

1.1.Desain Penelitian

(24)

commit to user

xiii

3.3. Pengukuran Variabel ... ... 29

3.3.1. Variabel Bebas (independent variable ... ... 30

3.3.2. Variabel Terikat (dependent variable ... ... 30

3.4. Metode Analisis Data ... ... 32

BAB IV ANALISIS DAN DATA 4.1. Statistik Deskriptif Penelitian ... ... 37

4.2. Uji Asumsi Klasik ... ... 39

4.3. Analisis Regresi ... ... 44

4.4. Pembahasan Hasil Hipotesis ... ... 44

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... ... 51

5.2. Keterbatasan ... ... 52

5.3. Saran ... ... 52

DAFTAR PUSTAKA

(25)

commit to user

xiv

[image:25.595.109.502.242.487.2]

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

III.1Hasil Seleksi Data ………29

IV.1Statistik Deskriptif ………...37

IV.2Hasil Uji Normalitas ………40

IV.3Hasil Uji Multikolinieritas………42

IV.4Hasil Uji Autokorelasi………..44

IV.5Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)………..44

IV.6Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………45

(26)

commit to user

xv

[image:26.595.112.492.145.496.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian………. 27

4.1 Normal Probability Plot………...………. 40

4.2 Histogram……….. 41

4.3 Scatterplot……….. 43

(27)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Input Tabulasi Data

Lampiran 2 Data Outlier

Gambar

Tabel
Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Landasan Teori dan Program Proyek Akhir Arsitektur periode 67 semester genap tahun 2014/2015 dengan judul “ Youth Arts Center di Ambarawa” ini disusun

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penerapan IFRS, kendala yang dihadapi pada saat penerapan IFRS dan perbedaan antara laporan keuangan versi

Bola Tangan adalah olahraga yang dimainkan oleh 7 orang dengan 6 orang sebagai pemain dan 1 orang sebagai penjaga gawang. Bola Tangan merupakan olahraga yang

Artinya : menceritakan kepada kami ali ibn abdullah, ia berkata, menceritakan kepada kami sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku umar, ia berkata, memberitakan kepadaku wahabibn

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil rata-rata nyeri haid (dismenorea) pre test terapi musik sebesar 6,88 dengan angka mendekati 7, hal ini menunjukkan

Allah adalah pemilik mutlak, sedangkan manusia memegang hak milik relative. Artinya, manusia hanyalah sebagai penerima titipan, pemegang amanah yang harus

setelah berlakunya undang-undang ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau

Dengan keterbatasan fiskal yang ada dalam pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman serta program-program kegiatan pembangunan yang telah direncanakan, pemerintah