• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT INTELEGENSI DENGAN KEMAMPUAN BELAJAR GERAK SISWA DI SMP HANDAYANI I BANJARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT INTELEGENSI DENGAN KEMAMPUAN BELAJAR GERAK SISWA DI SMP HANDAYANI I BANJARAN."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT INTELEGENSI DENGAN KEMAMPUAN BELAJAR GERAK SISWA DI SMP HANDAYANI 1

BANJARAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan olahraga

Oleh

ABDURRAHMAN SOPARI

0704962

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA JASMANI KESEHATAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ABDURRAHMAN SOPARI

NIM : 0704962

JUDUL :HUBUNGAN ANTARA TINGKAT INTELEGENSI

DENGAN KEMAMPUAN BELAJAR GERAK SISWA DI SMP HANDAYANI 1 BANJARAN KABUPATEN BANDUNG

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing 1

Dr, Bambang Abduljabar, M.Pd NIP. 196509091991021001

Pembimbing II

Helmy Firmansyah, M.Pd NIP. 19761228200501102

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi

(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul; Hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani 1 Banjaran adalah sepenuhnya karya saya sendiri tidak ada di dalamnya yang termasuk kriteria plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Bandung, Pebruari 2014

(4)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Abdurrahman Sopari. 0704962. Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman guru dan siswa terhadap pentingnya intelegensi terhadap pembelajaran pendidikan jasmani. Namun kenyataannya pandangan masyarakat di lapangan pendidikan jasmani di nilai hanya pengembangan fisikalnya saja tanpa ada hubungan dengan kognitif (

Intelegensi ). Hal tersebut yang menjadi latar belakang dari permasalahan

(5)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Pembatasan Masalah ... 7

F. Batasan Masalah ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 9

B. Pengertian Intelegensi ... 11

1. Hakikat Intelegensi ... 11

2. Ciri – ciri Intelegensi ... 15

3. Teori – teori Intelegensi ... 16

3.1 Teori Faktor ... 16

(6)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3 Teori Kognitif ... 18

3.4 Teori Intelegensi Majemuk ... 19

C. Hakikat Keterampilan ... 20

1. Pemahaman Keterampilan ... 20

2. Klasifikasi Keterampilan ... 23

D. Pemahaman Gerak ... 24

1. Konsep – konsep Pembelajaran Gerak ... 24

2. Tahapan Pembelajarn Gerak ... 29

E. Pengertian Belajar ... 33

F. Pengertian Belajar Gerak ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 42

B. Populasi Sampel ... 44

C. Desain Penelitian ... 47

D. Variabel Penelitian ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknis Analisis Data ... 50

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan ... 53

B. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

DAFTARB PUSTAKA ... 61

(7)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(8)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

3.1 Kriteria Intelegensi ... 49

4.1 Nialai rata – rata simpangan baku ketiga variabel ... 53

4.2 Hasil pengujian didtribusi normal ketiga variable ... 54

4.3 hasil Besarnya hubungan ketiga variable ... 56

4.4 Hasil Koefisien Korelasi ... 57

(9)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil tes intelegensi ... 63

2. Tes motor educability ... 65

3. Hasil Tes Motor Educability ... 73

4.Tes normalitas ... 75

5. Tabel korelasi ... 76

6. table f ... 80

(10)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujuan mengembangkan aspek kognitf, afektif, psikomotor siswa dalam pelaksanaannya. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah memiliki peran yang cukup banyak karena tidak hanya mengembangkan fisik atau psikomotor saja melainkan dapat mengembangkan aspek kognitif dan apektif juga secara serasi dan seimbang. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan jasmani menurut Jesse Fering Wiliams yang di kutip oleh Abduljabar (2010 : 80 ) bahwa :

“pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapat hasil yang diinginkan hal ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa : manakala pikiran (tubuh) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal …. Melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkuri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, estetika.”

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani siswa harus mempunyai kognisi atau pemahaman yang baik supaya pembelajaran berjalan dengan baik, cara pemahaman siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sangat berbeda - beda. Hal ini di pengaruhi oleh tingkat kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki siswa, Menurut Wechler ( 1958 ) yang di kutip oleh Lisa Putri ( 2010 ) [

(11)

2

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”. Melalui intelegensi seseorang dapat berpikir,

memecahkan masalah, mengamati hubungan – hubungan, meramalkan masa depan, meneliti, serta hal lainnya.

Setiap siswa memiliki sesuatu yang membedakannya dengan siswa lain, dan setiap siswa pula mempunyai karakteristik sendiri-sendiri serta memiliki perbedaan, baik dalam aspek fisik, emosional, intelektual, ataupun sosial. Oleh sebab itu prestasi belajar yang dicapai anak berbeda pula.

Menyikapi perbedaan karakterisitik siswa tersebut di atas, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, merupakan salah satu media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Melalui peran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan pola hidup sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia.

Gerak merupaan kebutuhan yang mendasar yang diperlukan oleh manusia dari mulai usia bayi, anak – anak, dewasa dan orang tua. Kemampuan gerak individu pada dasarnya memiliki kemampuan gerak yang berbeda. Kemampuan gerak siswa secara tidak langsung di pengaruhi oleh emosi, lingkungan sosial, dan kemampuan inetelgensi ( kognitif ) siswa. Di sekolah kemampuan gerak yang dimiliki oleh siswa menentukan keberhasilan bagi guru pendidikan jasmani dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

(12)

3

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa dengan baik di karenakan perilaku siswa yang sering mengabaikan penjelasan guru pada saat pemberian informasi tentang tugas gerak yang akan mereka lakukan. Dari hal tersebut haruslah terjadi interaksi antara guru dan siswa pada saat pembelajaran, untuk tercapainya tujuan pembelajarn bagi guru dan keberhasilan melakukan tugas gerak bagi siswa.

Dalam mempelajari tugas gerak siswa dituntut untuk dapat memahami, mengetahui, menganalisa, dan mengevaluasi apa yang di maksud dan diperintahkan oleh guru, hal ini mengarah ke aspek intelegensi siswa itu sendiri. Intelegensi siswa dibutuhkan manakala siswa mengetahui bagian tubuh mana yang perlu digerakan, kemana tubuh harus bergerak,bagaimana tubuh bergerak, dan apa yang dimaksud gerak tubuh. Jadi intelegensi di perlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani untuk mengetahui kemana tubuh harus bergerak atau untuk memutuskan kemana tubuh harus bergerak. Tingkat intelegensi adalah faktor internal yang mempengaruhi siswa tentang pemahaman suatu gerak, tetapi faktor eksternal juga dapat mempengaruhi siswa dalam belajar gerak, contohnya motivasi belajar siswa yang kurang dalam proses belajar gerak, pengalaman gerak siswa yang berbeda – beda,serta faktor lingkunagn tempat dimana siswa tinggal dan belajar tentang gerak.

(13)

4

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari penjelasan tersebut di atas menarik perhatian penulis untuk meneliti mengenai hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung.

Penelitian ini penting untuk guru pendidikan jasmani khususnya dan sekolah pada umumya,di harapkan dengan penelitian ini diketahui bahwa tingkat

intelegensi siswa mempunyai hubungan dengan kemampuan belajar gerak siswa

dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.

B. Rumusan Masalah

Dalam kenteks kehidupan sekarang, maka sedemikian nyata peranan dari pendidikan jasmani khususnya di sekolah antara lain SMP. Keberhasilan melakukan suatu gerakan merupakan salah satu tujuan yang diharapkan tercapai dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan kondisi tingkat intelegensi anak yang berbeda - beda.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan penulis hubungan, variabel tersebut adalah tingkat intelegensi dan kemempuan belajar.Adapun tingkat intelgensi yang di maksud adalah Perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian(K. Buhler)( http://kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/ ). Sedangkan menurut David Wechster (1986).Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif (http://kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/ ). Dengan ciri – ciri ; 1.

Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir

(14)

5

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

latihan, pengalaman atau situasi belajar pada gerak manusia, ( Ma’mun dan Saputra ; 2000 ).

Dalam satu populasi, individu yang terdapat didalamnya pasti memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor demografis, yangantara lain adalah gender dan ras. Menurut Lynn Dalam studinya(1999) [on line ], Lynn menyatakan bahwa antara pria dan wanita terdapat perbedaan maturasi secarafisik dan mental selama rentang masa kanak-kanak dan remaja. Menurutnya, maturasi anak laki-laki dan perempuan memiliki tingkat yang sama hingga usia 7 tahun; mulai usia 8 tahun,anak perempuan mengalami akselerasi pertumbuhan yang lebih cepat dalam tinggi, berat, danukuran otak; dan kemudian tingkat pertumbuhan ini menurun pada usia 14 dan 15, sedangkanpertumbuhan pada remaja pria terus berlanjut. Hingga pada kesimpulannya, Lynnmenyatakan bahwa tidak ada perbedaan skor IQ antar gender hingga usia 8 tahun; bahwapada rentang usia 9-12 tahun rata-rata skor anak perempuan sedikit lebih unggul (1 poin);bahwa pada rentang usia 13-15 remaja pria maupun wanita cenderung memiliki rata-rataskor yang sama; dan mulai usia 16 tahun remaja pria cenderung memiliki skor rata-rata yanglebih tinggi dan hingga akhirnya pria dewasa memiliki keunggulan sekita 2,4 ± 5 skor IQ dibandingkan wanita.

Belajar gerak sangat membutuhkan peran dari intelegensi siswa, Abduljabar (2010) dalam bukunya menerangkan bahwa ;

“Belajar keterampilan gerak, pada tingkatan belajar keterampilan gerak dasar adalah suatu proses yang berhubungan secara kompleks dengan kognisi. Belajar keterampilan gerak tidak dapat terjadi tanpa bantuan proses berpikir tingkat tinggi. Semua gerakan memerlukan elemen kognisi. Semakin kompleks suatu tugas gerak, semakin dibutuhkan pula proses kognisi yang kompleks. Manakala suatu keterampilan gerak di pelajari, terbentuk pola kognitif atau bayangan mental. Bayangan mental ini disimpan dalam memori, siap untuk si panggil dan disiptakan ulang secara utuh ( payne dan Issacs,1995: dalam Gallahue dan ozmun, 1998.) “

(15)

6

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

‘ Aktivitas jasmani berpengaruh langsung terhadap otak, dan pengaruh

langsung ini kemudian secara tidak lansung menjadi media pengaruh latihan terhadap fungsi kognitif. Secara khusus, bukti menunjukan aktivitas jasmani mempengaruhi aliran darah ke otak terjadi neurotransmitter, efisiensi saraf,dan stuktur otak dan perubahan ini berhubungan dengan kesehatan mental yang lebih baik dan meningkatkan fungsi kognitif ’

Kondisi tersebut sudah tentu memberikan tantangan bagi guru penjas dalam mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasamani. Sehubungan dengan hal tersebut penulis mencoba mengadakan penelitian mengenai hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung melalui perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan

belajar gerak siswa putri di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung ? 2. Apakah terdapat hubungan antara intelegensi dengan kemampuan belajar

gerak siswa putra di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk mendapatkan temuan baru mengenai hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan belajar gerak siswa putra dan putri di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung. Penemuan ini dapat dijadikan landasan dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran pendidikanjasmani serta memberikan kejelasan mengenai pengaruh tingkat intelegensi terhadap kemampuan belajar gerak siswa SMP. Secara khusus tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai :

1. Hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan belajar gerak siswa putra di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung.

(16)

7

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut :

1. Dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung, sehingga menjadi masukan bagi guru pendidikan jasmani dan pihak sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran pendidikan jasmani dan akhirnya sudah tentu menberikan kejelasan yang bermakna mengenai mata pelajaran pendidikan jasmani itu sendiri.

2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu pihak sekolah dalam menunjung keluaran siswa SMP, yakni selain intelegensi yang diharapkan juga para siswa memiliki kemampuan gerak yang memadai untuk menunjang aktivitasnya.

E. Pembatasan Masalah Penelitian

Analisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah. Di samping itu perlu dinyatakan secara khusus batasan masalah agar penelitian ini lebih terarah. Lagi pula dengan demekian kita memperoleh gambaran yang lebih jelas, apabila penelitian ini di anggap selesai dan berakhir.

Adapun pembatasan masalah penelitian ini adalh sebagai berikut :

1. Penelitian ini di fokuskan kepada hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung.

2. Populasi adalah siswa kelas tujuh, kelas delapan, dan kelas sembilan putra dan putri SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung yang berjumlah 198 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang siswa melalui teknik proporsional berdasarkan undian atau proporsional random sampling. 3. Instrumen penelitian terdapat dua tes, yaitu untuk tes kemampuan belajar

gerak. Sedangkan instrumen penelitian untuk intelegensia yaitu tes

(17)

8

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengembangan Sumber Daya Manusia ). Tes intelegensi tersebut mengungkap beberapa aspek seperti intelegensi umum, intelegensi non verbal, intelegensi verbal, pengetahuan bahasa, pengetahuan pasti, pengetahuan umum, dan daya kualitatif.

4. Lokasi penelitian di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung.

F. Batasan Masalah

Supaya tidak terdapat salah tafsir dan memudahkan memahami penelitian yang peneliti lakukan, maka pada bagian ini penulis uraikan mengenai pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian khususnya sesuai dengan masalah yang akan di teliti sebagai berikut :

1. Hubungan merupakan keterikatan antara satu faktor dengan faktor yang lain.Dengan kata lain hubungan dalam suatu penelitian adalah ketrikatan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

2. Intelegensi menurut David Wechsler (1958)

mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif . [ ttp://kmjppb.wptdpress.com/2011/10/15/inyelegensi/ ]

3. Teori gerak menurut Ma’mun dan Saputra ( 2000 ), yaitu ;

“ Studi mengenai faktor – faktor funsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia.Fungsi syaraf terkait dengan sistem syaraf,sistem syaraf merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia sebab sel – sel syaraf merangsang otot untuk memprodusi gerak manusia yang diinginkan “

(18)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada umumya dalam suatu penelitian menggunakan metode yang sesuai dengan masalah penelitian. Sesuai dengan masalah penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dalam upaya mengumpulkan data dilapangan. Metode deskriptif dianggap tepat karena penelitian ini mengarah pada pemecahan masalah dari suatu gejala atau kejadian tanpa melakukan perlakuan.

Mengenai metode deskriptif sebagai mana dikemukakan Arikunto (2002) Bahwa: “Penelitian Deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu

keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian dilakukan” dari kutipan tersebut penulis menganggap metode tesebut relevan jika digunakan dalam penelitian ini.

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data dengan teknik analisis deskriftif kuantitatif. Mengenai metode penelitian kuantitatif dijelaskan oleh Sugiyono (2008:14) bahwa:

“ Metode penelititan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsapat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang di tetapkan.”

(19)

43

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami . Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada.

(http://muhammadamirullah14.wordpress.com/2011/06/07/perkembangan-kognitif-pada-anak-anak-menurut-piaget/)

Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang belajar gerak dalam pendidikan jasmani untuk memasukkan jenis gerakg yang baru . Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Melalui proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan.

Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Seperti dalam halnya yang di teliti oleh penulis antara hubungan tingkat intelegensi dan belajar gerak siswa, bahwa disana terjadi sebuah proses pengembangan dan pemahaman siswa terhadap belajar gerak melalui intelegensi yang telah di miliki oleh setiap siswa masing-masing yang dimana tingkat dari intelegensi tersebut berbeda-beda.

(20)

44

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode deskripsi sangat relevan apabila digunakan sebagai metode yang digunakan dalam penelitian ini menggingat karateristik, tujuan, serta metode dalam penelitian ini yang sesuai dengan penelitian ini. Karena metode deskriptif mempunyai fungsi sebagai metode yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya. Sebagaimana metode yang di ambil oleh penulis dalam penelitian ini, cara yang di lakukan dalam penelitian ini yang pertama di lakukan adalah dengan test intelegensi siswa untuk mengetahui tingkat kecerdasan yang di miliki siswa, kemudian di lanjutkan dengan test motor educability untuk mengetahui tentang keberhasilan siswa melakukan suatu gerakan yang baru.

Setelah kedua test telah dilakukan maka dilanjutkan dengan pengujian statistik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan belajar gerak.

B. Populasi dan Sampel

Untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian diperlukan sumber data dan pada umumnya disebut populasi. Mengenai populasi dijelaskan oleh sugiyono (2009) sebagai berikut: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas dua berjumlah 84 orang siswa dan kelas tiga berjumlah 62 siswa di SMP Handayani 1 Banjaran Kabupaten Bandung, sehingga jumlah siswa adalah 146 orang. Tidak semua siswa di SMP Handayani 1 Banjaran dijadikan sumber data, tetapi hanya sebagian saja yang di jadikan sumber data dalam penelitian yang disebut sampel. Menurut Sugiyono (2009) bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut”

(21)

45

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setiap anggota populasi diberikan peluang untuk dipilih menjadi sampel. Penulis mengambil sampel sebanyak 60 orang siswa berpedoman kepada penjelasan Arikunto (2002) sebagai berikut: “Untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subjeknya kuarang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat di ambil 10 – 15%, atau 20 –25% atau lebih.” Menyimak penjelasan tersebut, maka jumlah anggota sampel dalam penelitian penulis menentukan 33% dari jumlah populasi atau 60 orang siswa.

Sebagaimana telah dikemukakan kita maklumi bahwa kategori anak usia 12

– 15 tahun sudah termasuk dalam kategori masa remaja dimana mereka juga merupakan masa sekolah pada jenjang SMP. Masa remaja merupakan suatu periode dalam kehidupan setiap manusia dengan karakteristik yang khas.

Masa remaja awal (12-15 tahun ) adalah periode kegelisahan. Pada usia ini siswa siswi berada pada masa perkembangan bukan anak-anak ataupun orang dewasa (Annarino. 1980:175).

Annarino (1980:176) Karakteristik Masa remaja dibagi menjadi 3 fisiologis, psikologis, sosiologis.

(22)

46

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5) pemikiran abstrak berkembang lebih capat, (6) jangkauan perhatian meningkat, (7) keingintahuan dan perhatian tentang semua yang terjadi dan seringkali cemas atas beberapa persoalan kecil, (8) imitasi orang dewasa adalah hal lazim, (9) menikmati praktik untuk perbaikan, Karakteristik Sosiologis: (1) kepahlawanan dan kecanduan ibadal adalah hal lazim, (2) keinginan untuk menjadi bagian suatu kelompok, (3) mengakui moral dan etika, (4) keinginan untuk petualangan dan kegembiraan, (5) emosi mudah naik dan menghilang, (6) keinginan kuat untuk status kelompok, (7) perkembangan persahabatan permanen (8) keinginan untuk menjadi temnan sekelasnya, (9) sering kali malu, sadar diri, dan kurang percaya diri, (10) sikap menutup diri masih muncul, (11) menentang otoritas, (12) tertarik untuk didekati, (13) keranjingan pada lawan jenis atau sesame jenis, (14) cenderung sesuai mood, labil, dan kurang istirahat.

Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini berlangsung antara usia 8 sampai 12 tahun. Adolesensidimulai dengan percepatan rata-rata pertumbuhan sebelum mencapai kematangan seksual, kemudian timbul fase perlambatan, dan berhenti setelah tidak terjadi pertumbuhan lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa. Perubahan fisik selama adolesensi menunjukkan beberapa indikasi indikasi terutama bervariasi pada sumbu kegemukan dan kekurusan. Anak laki-laki meningkat ke arah bentuk ramping dan berotot terutama pada anggota badan, sedangkan anak perempuan meningkat kea rah keduanya (Sugiyanto & Sudjarwo. 1991:137).

(23)

47

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X

1

X

2

Y

Masa adolesensi adalah masa yang tepat bagi anak untuk belajar keterampilan dan pengembangan banyak bidang secara menyeluruh. (Sugiyanto & Sudjarwo, 1991:138). ( http://ilmukeolahragaan18.blogspot.com/2012/11/lempar-cakram.html )

C. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian biasanya menggunakan desain penelitian. Penggunaan desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, maka penulis menggunakan desain penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

X1 (variabel bebas) = tingkat intelegensi siswa putra X2 (variabel bebas) = tingkat intelegensi siswa putri Y (variabel terikat) = Belajar gerak

R (kerelasi) = hubungan

D . Variabel Penelitian

Pada umumnya dalam suatu penelitian terdapat variabel. Menurut

Arikunto ( 2002 : 91 ) bahwa, “... variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatisn suatu penelitian”.

(24)

48

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan contoh variabel kualitatif antara lain kemakmuran dan kepandaian. Variabel dalam penelitian ini termasuk variabel kualitatif yang terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.

Varibel Bebas (Variabel X). Dalam penelitian ini varibel bebas terdiri

atas satu macam perlakuan yang akan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat, yaitu tingkat intelegensi. Intelegensi berasal dari bahasa Inggris

“Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan

oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan

tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti

memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.

Variabel Teriakat ( Variabel Y). Variabel terikat merupakan variabel

yang dapat di pengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah belajar gerak . Menurut Abduljabar ( 2010 ) belajar gerak adalah “ hasil

dari latihan yang melibatkan kognisi dan teori gerak”. dalam hal belajar gerak

siswa belajar melalui proses kognitif

E . Instrumen Penelitian

1. Tes Intelegensi

Intelegensi adalah salah satu faktor yang mendukung keberhasilan seseorang dalam proses belejar mengajar siswa di sekolah. Untuk melakukan tes intelegensi ini penulis bekerja sama dengan Ganesha Dwija Pertiwi sebagai lembaga

(25)

49

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. I : Intelegensi umum, kemampuan berpikir secara umum

2. INV : Intelegensi non verbal, Kemampuan berpikir yang tidak terikat bahasa

3. IV : Intelegensi Verbal, kemampuan berpikir terikat bahasa

4. PB : Pengetahuan bahasa, kemampuan berpikir dalam pengetahuan bahasa

5. PP : pengetahuan pasti, penguasaan dasar – dasr ilmu pasti

6. PU : Pengetahuan umum, Penguasaan dasar – dasar ilmu bersifat umum 7. DK : daya kualitatif, kemampuan seseorang untuk menyelesaikan

tugasnya dengan teliti dan sungguh – sungguh.

Hasil tes ini dinyatakan dalam angka – angka berkisar antara 54 atau kurang sampai dengan 145 lebih, dengan rata – rata (mean)100. Semakin tinggi tes

seseorang di atas 100, makin tinggi pula kemungkinannya untuk dapat mengikuti materi pada jenjang yang lebih tinggi( Ganesha dwija pertiwi), dengan kriteria skor sebagai berikut : Sumber : LPSDM Ganesha Dwija Pertiwi

(26)

50

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bisa terjadi prestasi kurang yaitu seseorang yang tidak dapat mencapai prestasi yang seimbang dengan kemampuan yang sebenarnya.

2. Tes Motor Educability

Motor educability merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan anak dalam proses belajar gerak, dalam penelitian ini merupakan salah satu

Single Squat Balance ), 20.Tes nomor 20( jump foot).

Pelaksanaan penilaian :

1. Kesempatan melakukan tiap butir tes adalah 2 kali kesemptan.

2. Apabila berhasil melakukan pada kesempatan pertama maka diberi nilai 2 3. Apabila berhasil melakukan pada kesempatan kedua maka diberi nilai 1. 4. Apabila gagal pada kesempatan 1 dan 2 maka diberi nilai 0

F. Teknis Analisis Data

(27)

51

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses pengolahan data tersebut menggunakan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Menguji Kenormalan data. Rumus yang digunakan untuk uji kenormalan data melalui pendekatan parametrik, yaitu melalui penghitung chi – kuadrat (χ2) dengan langkah – langkah sebagai berikut:

1) Menghitung nilai rata – rata ( X ) dan simpangan baku (s) baik data tingkat intelegensi maupun belejar gerak.

2) Mencari batas kelas melalui urutan dari yang terendah sampai tertinggi 3) Mencari zi untuk batas kelas melalui rumus:

zi = ( Xi – X ) : s

4) Mencari luas tiap kelas interval

(28)

52

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9) Terima H0 jika χ2 hitung lebih kecil dari nilai χ2 tabel yang artinya data berdistribusi normal. Jika sebaliknya , H0 ditolak maka data tidak berdistribusi normal.

b. Pengujian homogenitas variansi. Untuk menguji homogenitas variansi

penulis gunakan uji Bartlett yang disusun oleh sudjana (1992:263) melalui rumus:

χ2

= ( log 10) { B - ∑(ni – 1 ) log si2 }

kriteria tolak Ho jika χ2 lebih besar dan sama dengan χ2( 1- α ) (k – 1 ) di dapat dari daftar distribusi chi – kuadrat dengan peluang ( 1- α ) (k – 1 ).

c. Penghitungan korelasi ganda. Penghitungan korelasi ganda berfungsi untuk mencari hubungan dua variabel bebas (X) atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variabel terikat(Y). Rumus dari korelasi ganda adalah:

ryx2 = Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y

rx1x2 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2

Untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda maka harus di cari Fhitung kemudian di bandingkan dengan Ftabel, di mana rumus Fhitung adalah :

(29)

53

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Fhitung = Nilai F yang di hitung

(30)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B A B V

K E S I M P U L A N D A N

S A R A N

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian merupakan jawaban permasalahan penelitian yang dikemukakan, oleh karena itu, penarikan kesimpulan adalah hal yang mutlak harus dilakukan oleh peneliti setelah dilakukan penghitungan serta analisis data.

Berdasarkan hasil penelitian dan penghitungan serta analisis data yang telah dilakukan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa: “Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat Intelegensi siswa dengan belajar gerak siswa“.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan, ada beberapa hal yang dapat penulis sampaikan sebagai masukan dan saran, yakni:

1. Bahwa dalam pembelajaran penjas aspek intelegensi siswa perlu di perhatikan terlepas dari keterampilan fisik atau skill siswa.

2. Dengan pemahaman dan intelegensi siswa yang berbeda – beda maka guru pendidikan jasmani hendaklah menyiapkan pembelajaran yang efektik dan efisien. 3. Merekomendasikan penelitian yang lebih lanjut mengenai tingkat intelegensi

siswa dan belajar gerak ini dengan populasi yang lebih luas, dan lebih

(31)

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAK A

Abduljabar,Bambang.(2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK UPI

Abduljabar,Bambang.(2010).Pedagogi Olahraga(seri : Konsep Dan Pendekatan Pengajaran).Bandung : FPOK UPI

Abduljabar,Bambang dan Darajat,Jajat.(2010). Aplikasi Statistik Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta ( http://11006nh.blogspot.com/2012/03/pandangan-louis-l-thurstone.html )(di akses 7 maret 2012 )

[ http://bknpsikologi.blogspot.com/2010/11/pengertian-intelegensi.html ]( diakses 10 November 2010 )

http://ilmukeolahragaan18.blogspot.com/2012/11/lempar-cakram.html (diakses 10 oktober 2013 )

( http://kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/ )(diakses 15 oktober 2011 )

(http://muhammadamirullah14.wordpress.com/2011/06/07/perkembangan-kognitif-pada-anak-anak-menurut-piaget/) (diakses 7 maret 2012 )

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori Dan Metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Mahendra, Agus dan Ma’mun Amung. (1996). Teori Belajar Motorik. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

(32)

62

Abdurrahman Sopari, 2014

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

M. Saputra & Ma`mun,(2000). PERKEMBANGAN GERAK DAN BELAJAR

GERAK. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BAGIAN PROYEK PENATARAN GURU SLTP STARA D-III

Nurhasan dan Hasanudin. (2007). Tes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Saputra dan badruzaman. (2010). Perkembangan Pembelajaran Motorik. Departemen Pendidikan Nasional. Bandung: UPI

Gambar

Gambar
Gambar
Gambar 3.1 Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selama Tugas Akhir ini banyak pihak yang memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis, untuk itu perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati

Sasaran yang ingin dicapai dari RKT Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian tahun 2012 adalah tersusunnya RKT Ditjen Hortikultura sebagai arahan

Foho Ki’it Constructions is a service provider who is covered by the withholding tax provisions because the service they provide is in the form of building and construction

diperlukan adanya gerak operasionil yang terpadu dalam bentuk bimbingan dan pembinaan terhadap petani pada umumnya dan khusunya petani landreform yang dilakukan oleh

[r]

menurut tata cara seperti yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Agraria.. dan

Hardware Istana Plaza Bandung yang memiliki skor paling rendah adalah. komunikasi dua arah antara pelanggan khususnya pemegang kartu